Peranan Marketing Politik Dalam Pemenangan Pemilu (Studi Kasus: Strategi Politik Oloan Simbolon, ST dalam Pemenangan Pemilu Legislatif 2009 dari Daerah Pemilihan VIII Sumatera

(1)

PERANAN MARKETING POLITIK DALAM

PEMENANGAN PEMILU

(Studi Kasus: Strategi Politik Oloan Simbolon, ST dalam Pemenangan Pemilu Legislatif 2009 dari Daerah Pemilihan VIII Sumatera

Utara) Disusun

Oleh:

T. SAPRI SIDABALOK

NIM: 050906034

DEPARTEMEN ILMU POLITK

FAKULTAS ILMU SOSOIAL DAN ILMU POLITIK

UNVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1. Latar belakang Masalah ... 1

2. Perumusan Masalah ... 7

3. Tujuan masalah ... 7

4. Mamfaat Penelitian... 8

5. Kerangka Teori ... 8

5. 1. Marketing Politik ... 8

5. 2. Komunikasi Politik ... 12

5. 3. Konsep Positioning ... 14

5. 4. Jenis dan Strategi Positioning ... 17

5. 5. Political Branding ... 20

5. 6. Segmentasi Pemilih ... 21

5. 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Politik Masyarakat 24 6. Metode Penelitian ... 27

6. 1. Jenis Penelitian ... 27

6. 2. Lokasi penelitian ... 27

7. Teknik Pengumpulan Data ... 28

8. Teknik Analisis Data ... 28


(3)

PROFIL DAN DESKRIPSI PENENLITIAN ... 29

2. 1. Profil Calon Legislatif ... 29

2. 1. 1. Profil Oloan Simbolon, ST ... 30

2. 1. 2. Profil Maniur Rumapea, SPd... 32

2. 1. 3. Profil Antonius Pangondian Simamora, ST ... 34

2. 1. 4. Profil Nimrot Situmeang, SH ... 35

2. 1. 5. Profil Deborah Simanjuntak ... 34

2. 2. General Isu ... 36

2. 2. 1. Kabupaten Samosir ... 36

2. 2. 2. Kabupaten Tobasa ... 39

2. 2. 3. Kabupaten Tapanuli Utara ... 40

2. 2. 4. Kabupaten Tapanuli Tengah ... 45

2. 2. 5. Kabupaten HumbangHasundutan ... 46

2. 2. 6. Kota Sibolga ... 51

2. 3. Prinsip Pembangunan ... 53

2. 3. 1. Partisipasi ... 54

2. 3. 2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement ... 55

2. 3. 3. Kepemilikan Lokal ... 55

2. 3. 4. Penggunaan Sumber daya yang berkelanjutan ... 56

2. 3. 5. Mewadahi Tujuan-tujuan Masyarakat ... 56

2. 3. 6. Daya Dukung ... 56

2. 3. 7. Monitor dan Evaluasi ... 57


(4)

2. 3. 9. Pelatihan ... 58

2. 3. 10. Promosi ... 58

2. 4. Kebijakan Umum ... 58

2. 4. 1. Ideologi ... 58

2. 4. 2. Politik ... 59

2. 4. 3. Birokrasi ... 60

2. 4. 4. Ekonomi dan Kesejahteraan ... 61

2. 4. 5. Sosial Budaya ... 61

2. 4. 6. Hukum ... 62

2. 4. 7. Pendidikan ... 62

BAB III ... 64

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 64

3. 1. Peran Marketing Politik Oloan Simbolon, ST dalam Pemilihan Umum Legislatif 2009 ... 65

3. 1. 1. Marketing Politik Oloan Simbolon, ST ... 67

3. 1. 2. Perencanaan Strategi ... 69

a. Pass Marketing ... 73

b. Push Marketing ... 78

c. Paid Media ... 85

3. 2. Pengaruh Marketing Politik Oloan Simbolon, ST dalam Pemilihan Umum Legislatif 2009 ... 92

3. 2. 1. Pengaplikasian dari Marketing Politik Oloan Simbolon, ST ... 92


(5)

b. Pass Marketing ... 94

c. Paid Media ... 96

3.2.3 Wawancara ... 100

BAB IV ... 104

KASIMPULAN DAN SARAN ... 104

4. 1. Kesimpulan ... 104

4. 2. Saran ... 107


(6)

ABSTRAK

Konsep marketing diutarakan Kotler ditahun 1972 mengemukakan bahwa

marketing berlaku baik pada sektor publik dan non-komersial. Cakupan dari

marketing ini sangatlah luas. Diungkapakan oleh Firmanzah (2004) bahwa

pertukaran yang terjadi tidak saja pertukaran ekonomi, pertukaran ini juga dapat terjadi dalam konteks sosial secara luas, tidak hanya terbatas pada perusahaan swasta, tetapi juga pada organisasi sosial non frofit, museum, rumah sakit pemerintah, dalam bentuk pertukaran ide, norma dan symbol. Dalam hal ini, konteks politik pun dalam mengaplikasikan konsep dan teori marketing.

Firmanzah meyakini bahwa marketing politik merupakan metode dan konsep aplikasimarketing dalam konteks politik, marketing dilihat sebagai seperangkat metode yang dapat memfasilitasi kontestan (individu atau partai politik) dalam memasarkan insiatif politik, gagasan politik, isu politik, ideologi partai, karakteristik pemimpin partai dan program kerja partai kepada masyarakat atau kontestan.

Oloan Simbolon, ST selaku ketua Pemuda Katolik Sumatera Utara melalui kedekatan ideologis mulai memsuki wilayah daerah pemilihan VIII karena dengan pendekatan ideologi juga menentukan kekuatan untuk menarik pemilih dalam bilik suara dan mencoblos kontestan. Bauran antara karakteristik alasan yang dipakai untuk menentukan pilihan dengan segmen-segmen.


(7)

ABSTRAK

Konsep marketing diutarakan Kotler ditahun 1972 mengemukakan bahwa

marketing berlaku baik pada sektor publik dan non-komersial. Cakupan dari

marketing ini sangatlah luas. Diungkapakan oleh Firmanzah (2004) bahwa

pertukaran yang terjadi tidak saja pertukaran ekonomi, pertukaran ini juga dapat terjadi dalam konteks sosial secara luas, tidak hanya terbatas pada perusahaan swasta, tetapi juga pada organisasi sosial non frofit, museum, rumah sakit pemerintah, dalam bentuk pertukaran ide, norma dan symbol. Dalam hal ini, konteks politik pun dalam mengaplikasikan konsep dan teori marketing.

Firmanzah meyakini bahwa marketing politik merupakan metode dan konsep aplikasimarketing dalam konteks politik, marketing dilihat sebagai seperangkat metode yang dapat memfasilitasi kontestan (individu atau partai politik) dalam memasarkan insiatif politik, gagasan politik, isu politik, ideologi partai, karakteristik pemimpin partai dan program kerja partai kepada masyarakat atau kontestan.

Oloan Simbolon, ST selaku ketua Pemuda Katolik Sumatera Utara melalui kedekatan ideologis mulai memsuki wilayah daerah pemilihan VIII karena dengan pendekatan ideologi juga menentukan kekuatan untuk menarik pemilih dalam bilik suara dan mencoblos kontestan. Bauran antara karakteristik alasan yang dipakai untuk menentukan pilihan dengan segmen-segmen.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang Masalah

Marketing Politik adalah seperangkat metode yang dapat memfasilitasi kontestan (individu atau partai politik) dalam memasarkan inisiatif politik, gagasan politik, isu politik, ideologi politik, karakteristik pemimipim partai dan program kerja partai kepada masyarakat, Firmanzah (2007). Ilmu marketing mengalami perkembangan dari jaman ke jaman untuk menemukan bentuknya. Defenisi dari Hughess dan Dann (20006), marketing adalah segala bentuk funsi organisasi dan berbagai bentuk proses untuk menciptakan dan menyampaikan nilai kepada konsumen sehingga dapat menguntungkan organisasi.

Iklim demokrasi yang berkembang di Indonesia semenjak era reformasi telah membuka kesempatan bagi berbagai partai politik untuk berkembang. Praktek politik di Indonesia sendiri telah berkembang sedemikian pesat dengan memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal ini didorong oleh heterogennya masyarakat Indonesia serta meningkatnya taraf ekonomi dan pendidikan masyarakat yang membuat partai politik harus mengaplikasikan berbagai praktek marketing untuk dapat bersentuhan dengan masyarakat.

Semakin banyaknya pilihan media komunikasi juga mendorong kebutuhan aplikasi konsep marketing dalam berpolitik di Indonesia. Political Marketing


(9)

sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai suatu disiplin ilmu, karena aplikasinya di lapangan memerlukan metodologi yang kuat untuk dapat memberikan hasil yang efektif. Sekedar ikut-ikutan saja tidak akan memberikan hasil selain membuang biaya percuma. Dalam hal ini institusi kampus harus mampu mengembangkan dan menawarkan ilmu ini sebagai suatu bidang studi. Ahli-ahli political marketing akan semakin dibutuhkan di Indonesia.

Contoh penerapan marketing yang paling nyata di Indonesia adalah

positioning dalam kampanye politik. Mengingat keberagaman masyarakat

Indonesia, maka positioning seorang kandidat ataupun parpol harus dilakukan secara berbeda untuk setiap segmen masyarakat yang berbeda. Pemahaman profil pemilih atau calon pemilih di suatu wilayah menjadi sebuah keharusan bagi parpol untuk bisa sukses. Pesan-pesan politik yang diangkat di satu wilayah harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi wilayah tersebut yang bisa jadi berbeda dengan pesan yang diangkat di wilayah yang lain. Banyak hal yang dapat mendukung kesuksesan kampanye politik di Indonesia, diantaranya adalah popularitas dari seorang kandidat seperti artis yang terbukti cukup efektif sebagai pendongkrak suara.

Umumnya parpol besar di Indonesia sudah memanfaatkan pula jasa konsultan political marketing untuk membantu dalam meramu pesan yang akan diangkat untuk setiap segmen pemilih yang dibidik serta memilih media komunikasi yang sesuai. Bahkan pilihan warna yang digunakan dalam kampanye juga menentukan kesuksesan.


(10)

Advertising melalui media televisi dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk meningkatkan popularitas kandidat maupun parpol walaupun diragukan apakah dapat efektif pula mendongkrak tingkat elektabilitas seorang kandidat atau parpol tersebut. Tingkat pendidikan masyarakat harus diperhatikan, karena masyarakat berpendidikan tinggi mungkin cenderung merasa muak jika dibombardir dengan pesanpesan yang sifatnya menonjolkan kandidat atau parpol. Black campaign juga dinilai kurang efektif untuk Indonesia.

Salah satu cara yang sering dipakai adalah soft campaign melalui aksiaksi sosial seperti perbaikan sekolah, layanan kesehatan, pembangunan tempat ibadah maupun infrastruktur masyarakat. Menurut pengalaman selama ini, cara soft campaign tersebut terbukti paling ampuh dan efektif. Memang diakui banyak parpol yang sifatnya jor-joran untuk meraih suara dalam waktu singkat, namun untuk keberlangsungan sebuah parpol dalam jangka panjang, kontinuitas dalam pemasaran menjadi sebuah keharusan.

Memang semua aktivitas ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, untuk itu bagi parpol yang keuangannya tidak terlalu kuat akan memilih jalan pemasaran secara gradual dengan cara mempertahankan basis pemilih yang sudah diperoleh melalui aksi-aksi nyata mewujudkan program-program yang diangkat saat kampanye sebelumnya dengan harapan pemilih atau simpatisan baru akan dapat direkrut seiring semakin kuatnya track record parpol dalam mewujudkan program-programnya.


(11)

Pemilu Legislatif 2009 ini akan diwarnai dengan momen yang penting bagi segenap bangsa Indonesia, yaitu pemilu legislatif dan presiden. Partai-partai

politik (parpol) saling bersaing mengusung calon anggota legislatif (caleg) Pemilu Legislatif Tahun 2009 ini akan diwarnai dengan momen yang penting bagi segenap bangsa Indonesia, yaitu pemilu legislatif. Partai-partai politik (parpol) saling bersaing mengusung calon anggota legislatif (caleg) masing-masing agar bisa menembus kursi DPR . Tak ayal, fungsi pemasaran sangat mereka butuhkan, dalam hal ini pemasaran politik (political marketing).

Saat ini pemasaran politik bisa dilakukan oleh siapa pun, termasuk parpol. Parpol menjanjikan pengharapan kepada para konstituennya, dengan pamrih untuk meraup apresiasi dan dukungan dari mereka. Tiga hal utama yang mereka tawarkan adalah organisasi parpol itu sendiri, sosok tokoh partainya, dan acara-acara (events) yang mereka selenggarakan. Tujuan aktivitas pemasaran mereka ada dua, yaitu untuk meraih pendukung baru dan mempertahankan pendukung, baik yang lama maupun baru, setidak-tidaknya sampai pemilu berikutnya.

Untuk mendukung strateginya, parpol harus melakukan serangkaian langkah yang lazim dalam pemasaran bisnis dan tidak terpisahkan, yaitu segmentation, targeting, dan positioning. Sebagai fokus, positioning merupakan upaya untuk membangun citra produk sehingga tampak sangat jelas (distinct) di benak konsumen. Positioning yang sukses dibangun dengan menawarkan manfaat (benefit) produk, alih-alih fiturnya, dan mengomunikasikan unique selling proposition (USP) dari produk. Tugas bagi parpol kemudian adalah


(12)

mengidentifikasi manfaat dan USP-nya. Permasalahannya, kehadiran begitu banyak jumlah parpol, caleg, membuat banyak calon pemilih kebingungan dalam memutuskan sosok-sosok yang akan dipilih dalam pemilu kelak. Bagaimanapun juga, calon pemilih memiliki persepsinya sendiri-sendiri terhadap barangan dagangan yang dijajakan oleh para parpol, caleg, dan capres. Dalam hal citra partai dan pemimpin partainya,

Kalau dipikir-pikir, yang lebih parah lagi adalah parpol dengan pemimpin partai yang citranya sama-sama rendah. Sepertinya tiada harapan bagi mereka nanti. Oleh karena itu, parpol harus terus bekerja keras dalam melakukan pemasaran politik demi meraih dukungan calon pemilih. Para calon pemilih butuh diyakinkan bahwa janji-janji parpol yang serba manis itu bisa benar-benar terwujud seandainya mereka terpilih nanti terlebih karena para calon pemilih masa kini cenderung kian rasional

Diperkirakan, sampai beberapa kali pemilu, di Indonesia Pemilu akan senantiasa akan diikuti banyak partai. Dalam kondis seperti itu, para pemilih tak akan mampu mengingat begitu banyak nama partai, proses awal yang penting sebelum pemilih menetapkan pilihannya. Konon lagi untuk mengetahui program-program utama dan nama-nama para kandidat yang ditawarkan partai. Dengan demikian mayoritas partai-partai yang ikut pemilu itu akan sulit dikenal pemilih, apalagi membedakannya dengan partai lain.

Cukup beralasan untuk mengatakan bahwa partai-partai politik itu tidak gampang mencapai sasaran obyektif (target suara atau kursi) dengan cara-cara


(13)

kampanye dan kegiatan kehumasan konvensional. Tantangan besar khususnya akan dihadapi partai-partai baru. Tanpa langkah-langkah terobosan, partai-partai baru akan sulit meraih suara, bahkan hanya sekedar dikenal baik oleh para pemilih. Langkah-langkah terobosan itu hanya bisa dilakukan dengan strategi yang jitu, termasuk menerapkan polical marketing.

Partai-partai besar sangat diuntungkan oleh publikasi yang luas dan gratis sehingga dikenal para calon pemilih. Bahkan sebagian pemilih sudah “mengidentifikasikan” dan “menyimpatikan” diri mereka kepada partai tertentu. Ini antara lain disebabkan oleh kebijakan suatu partai “mencatelkan” diri dengan organisasi massa di tingkat akar rumput. Dan juga citra besar tokoh-tokoh partai yang terbentuk oleh perilaku masa silam, semisal perjuangan mencetuskan reformasi atau tindakan-tindakan lainnya yang diakui oleh masyarakat.

Sungguhpun partai-partai besar itu memperoleh posisi strategis yang menguntungkan, mereka juga menghadapi tantangan besar. Selain bersaing dengan pendatang baru, mereka juga akan bersaing dengan partai-partai besar lainnya untuk meraih kekuasaan. Karena itu pula, tidak bisa tidak, setiap partai harus melaksanakan strategi yang jitu, termasuk menerapkan political marketing.

Dengan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti PERANAN MARKETING POLITIK DALAM PEMERNANGAN PEMILU (Studi Kasus: Strategi Politik Oloan Simbolon, ST dalam Pemenangan Pemilu Legislatif 2009 dari Daerah Pemilihan VIII Sumatera Utara)


(14)

2. Perumusan Masalah

Yang menjadi masalah penelitian ini adalah: Bagaimanakah Marketing Politik berperan untuk memenangkan Oloan Simbolon dalam Pemilu Legislatif 2009 dari Daerah Pemiihan VIII Sumatera Utara.

3. Tujuan masalah

Atas dasar perumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran Marketing Politik dalam Pemenangan Pemilu Oloan Simbolon dalam Pemilu Legislatif 2009 dari Daerah Pemilihan VIII Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh Marketing Politik dalam Pemenangan Pemilu Oloan Simbolon dalam Pemilu Legislatif 2009 dari Daerah Pemilihan VIII Sumatera Utara.

4. Mamfaat Penelitian

Mamfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini sebagai salah satu kajian ilmu politik dan sangat erat dengan partai politik dan diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran konsep-konsep dalam pengembangan marketing politik.


(15)

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi para individu yang berkeinginan sebagai kontestan atau tim sukses kontestan.

3. bagi penulis, penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir penulis melalui karya ilmiah dalam penelitian ini, serta melihat penerapan konsep-konsep ilmu politik dalam kehidupan praktis masyarakat.

5. Kerangka Teori

5. 1. Marketing Politik

Sejak Konsep marketing diutarakan Kotler ditahun 1972 mengemukakan bahwa marketing berlaku baik pada sektor publik dan non-komersial. Cakupan dari marketing ini sangatlah luas. Diungkapakan oleh Firmanzah (2004) bahwa pertukaran yang terjadi tidak saja pertukaran ekonomi, pertukaran ini juga dapat terjadi dalam konteks sosial secara luas, tidak hanya terbatas pada perusahaan swasta, tetapi juga pada organisasi sosial non frofit, museum, rumah sakit pemerintah, dalam bentuk pertukaran ide, norma dan symbol. Dalam hal ini, konteks politik pun dalam mengaplikasikan konsep dan teori marketing.

Firmanzah meyakini bahwa marketing politik merupakan metode dan konsep aplikasimarketing dalam konteks politik, marketing dilihat sebagai seperangkat metode yang dapat memfasilitasi kontestan (individu atau partai politik) dalam memasarkan insiatif politik, gagasan politik, isu politik, ideologi partai, karakteristik pemimpin partai dan program kerja partai kepada masyarakat atau kontestan.


(16)

Dalam penggunaan metode marketing dalam bidang politk dikenal sebagai marketing politik (marketing politik). Levi dan Kotler, (1997) menganggap bahwa marketing berperan dalam memebangun tatana sosial, dan berargumen bahwa penggunaan konsep marketing tidak hanya terbatas pada bisins saja. Kenyatan ini lebih menarik perhatian banyak pihak untuk menerapkan ilmu marketing diluar konteks organisaasi bisnis. Marketing dapat diaplikasikan kedalam bentuk organisasi, yang tidak hanya berorientasi kepada keuntungan ekonomi semata dan lebih menitik beratkan aktifitasnya kepada hubungan jangka panjang dengan konsumen dan stakeholder.

Adnan Nursal memiliki konsep seperti konsep marketing politiknya Firmanzah. Adnan Nursal memandang political marketing adalah strategi kampaye politik untuk membentuk serangkaian makna politis tertentu didalam pikiran para pemilih. Maka polits ini inilah yang menjadi output penting marketing politk yang menentukan, pihak mana yang akan dicoblos dalam pemilih.

Produk poltik yang dimaksud oleh Adnan dapat diartikan sebagai figure, gagasan politik dan visi misi. Yang terangkum dalam identitas khas dan konsisten berupa nama, logo. Push marketing pada dasarnya adalah usaha agar produk politik dapat menyentuh para pemilih secara langsung atau dengan cara yang lebih costumized (personal). Pull marketing adalah penggunaan media dengan dua cara yaitu dengan membayar atau tidak membayar. Pas marketing ialah pihak-pihak, baik perorangan maupun kelompok yang bepengaruh besar terhadap pemilih yang dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu infulencer aktif dan infulencer pasif.


(17)

Paid marketing adalah penggunaan media yang lazim digunakan untuk memasang iklan adalah televisi, radio, media cetak, website dan media luar ruang.

Dalam tujuannya untuk mempengaaruhi kosnstituen agar dapat berpihak kepaa seseorang kontestan diperlukanlah seperangkat instrument fasilitas yang dapat mendekatkan seseorang kontestan kepada konstituen tersebit dipilih oleh konstituen, pemahaman markrting politik oleh Firmanzah maupun Adnan Nursal adalah merupakan dua konsep yang sama, yang berbicara tentang perjuangan untuk menjadikan seseorang kontestang dapat dipilih melalui pemilihan umum kepada konstituen. Tapi ini bukanlah sebuah garansi yang menghasilkan sebuah kemenangan akan tetapi apabila konsep marketing politik yang dibentuk serta diaplikasikan secara trampil akan dapat menghasilkan hasil yang memuaskan.

Pemaksimalan kemenangan pada pemilihan umum bergantung pada efektifitas dan efisiensi pengaplikasian marketing politik tersebut sehingga sampai pada tujuannya. Pada konteksnya pemilihan umum legislatif bapak Oloan Simbolon, ST mengaplikasikan marketing politik tersebut menjadi sebuah bentuk kelompok-kelompok tim yang nota benenya berfungsi sebagai tim pemenangan di daerah pemilihan VIII Sumatera Utara, penggunaan seperti posko pendukung, posko simpatisan Oloan Simbolon, ST mulai bertebaran disaan pra pemilihan calon legislatif, kelompok yang seperti inilah yang menjembatani dan memfasilitasi bertemunya bapak Oloan Simbolon, ST dengan masyarakat guna bertatap muka serta berinteraksi dengan masyarakat, yang akhirnya secara politis juga memberikan sinyal yang mengisyaratkan bahwa bapak Oloan Simbolon, ST


(18)

bersedia untuk maju pada pemilihan umum legislative daerah pemilihan VIII Sumatera Utara 2009.

Wring (1996) menunjukkan bahwa aktifitas marketing politik telah lama dilakukan oleh partai politik di Inggris, dinyatakan bahwa semasa periode pemilu di Inggris tahun 1929, partai konservatif menjadi partai pertama menggunakan biro iklan (Halford-Bottomley Advertising Service) dalam membantu mendesain dan mendistribusikan poster dan pamphlet. Sementara Partai Buruh memulai penggunaan marketing dalam dunia politik ketika diresmikannya publiksai di tahun 1917, dibantu oleh agen publikasi Egerton Wake yang kemudian berperan aktif dalam kampanye buruh.

5. 2. Komunikasi Politik

Istilah komunikasi politik merupakn perpaduan antar setidaknya dan disiplin ilmu yang saling terkait diantara keduanya yaitu komunikasi da politik. “Dale S. Beach” mengartikan komunikasi sebagai sebuah penyampaian informasi dan pengertian dari orang yang lain. (Dale S. Beach, 1975:581).1 Sementara “Carl Hovland” mendefinisikan komunikasi sebagai upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.2

“Harold D. Laswell dan A. Kaplan” dalam “Power and Society” mengarikan Ilmu Politik adalah mempelajari pembentukan dan pembagian

1

Penjelasan Dale S. Beach dikutip dari buku Drs. Moekijat, 1993, berjudul Teori Komunikasi , Mandar Maju : Hal. 4

2

Dikutip dari buku Prof. Drs. Onong Uchjana Efendy. MA. 1990. berjudul Ilmu Komunikasi teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya : Bandung, Hal. 10


(19)

kekuasaan.3 Kegiatan komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasrkan konsekuensi-konsekuensinya (actual maupun potensila) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik.4

Komunikator politik utama memainkan peran sosial yang utama, teristimewa dalam proses opini publik. Karl Popper mengemukakan “teori pelopor

Secara sederhana komuniksai politik adalah sebuah proses komuniksai yang memiliki dampak ataupun muatan politis. Dalam system politik di Indonesia, komuniksai politik merupakan salah satu fungsi dalam sistem politik itu. Melalui komuniksai politik rakyat memberikan dukungan, meyampaikan aspirasi, dan melakukan pengawasan terhadap sistem politik. Melalui itu pula rakyat mengtahui apakh dukungan, aspirasi, dan pengawasn itu tersalur atau tidak sebagaimana dapat mereka simpulkan dari berbagai kebijakan politik yang diambil.

Pengertian komunikasi politik dalam kerangka konsep “Marketing Politik” dimaksud disini adalah berpusat pada komunikasi politik yang berproses antara kontestan idividu atau partai politik terhadap kostituen dan juga sebaliknya. Jalur yang kerap ditempuh dalam menyampaikan sebuah ide politik, program kerja, visi-misi, dan lain sebagainya dikembangkan melalui beberapa jalur diantaranya media massa, kekuatan sosial politik dan lain sebagainya.

3

Penjelasan tentang ilmu politik ini dikutip dari buku Prof. Miriam Budiarjo, 1977, Dasar-dasar Ilmu Politik , Gramedia : Jakarta, Hal, 10

4

Dikutip dari buku Dan Nimo, 2005 berjudul Komunikasi Politik : Komunikator , Pesan, dan Media, Remaja Rosdakarya, Hal. 9


(20)

mengenai opini publik”, yakni opini publik seluruhnya dibangun di sekitar komunikator politik.5

1. Politisi adalah orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah, seperti aktivis parpol, anggota parlemen, menteri, dsb.

Komunikator Politik terdiri dari tiga kategori: Politisi, Profesional, dan Aktivis.

2. Profesional adalah orang yang menjadikan komunikasi sebagai nafkah pencahariannya, baik di dalam maupun di luar politik, yang uncul akibat revolusi komunikasi: munculnya media massa lintas batas dan perkembangan sporadis media khusus (majalah internal, radio siaran, dsb.) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan. Terdiri dari jurnalis (wartawan, penulis) dan promotor (humas, jurubicara, jurukampanye, dsb.).

3. Aktivis – (a) Jurubicara (spokesman) bagi kepentingan terorganisasi, tidak memegang atau mencita-citakan jabatan pemerintahan, juga bukan profesional dalam komunikasi. Perannya mirip jurnalis. (b) Pemuka pendapat (opinion leader) –orang yang sering dimintai petunjuk dan informasi oleh masyarakat; meneruskan informasi politik dari media massa kepada masyarakat. Misalnya tokoh informal masyarakat kharismatis, atau siapa pun yang dipercaya publik.

5. 3. Konsep Positioning

5

Dikutip dari buku Onong Uchjana Efendy, 2003 berjudul Ilmu, Teori dan Filsafat Komuniasi , Citra Aditya,


(21)

Dalam disiplin Marketing, “menempatkan” seorang kandidat atau sebuah partai dalam pikiran para pemilih disebut positioning. Bagi orang-orang marketing, positioning sangat menentukan keberhasilan pemasaran. Positioning adalah sebuah mantra yang penting bagi orang-orang pemasaran di akhir abad ke-20.6

1. Penting (Important)

Menurut definisi, untuk political marketing, positioning adalah tindakan untuk menancapkan citra tertentu ke dalam benak para pemilih agar tawaran produk politik dari suatu kontestan memiliki posisi khas, jelas, dan meaningful. Positioning yang efektif akan menunjukkan perbedaan nyata dan keunggulan sebuah kontestan dibandingkan dengan kontestan pesaing. Positioning secara tidak langsung juga mendefenisikan pesaing: bahwa pesaing tidak dapat mewujudkan tawaran-tawaran tertentu sebaik pihak yang mencanangkan ppositioning tersebut

Posisi yang khas, jelas, dan meaningful dari sebuah kontestan bersumber dari faktor-faktor pembeda yang dimiliki oleh kontestan tersebut dibandingka n dengan kontestan lain. Tetapi tidak semua faktor pembeda yang dimiliki oleh sebuah kontestan itu akan menghasilkan positioning yang egektif. Setidaknya diperlukan enam syarat agar sebuah perbedaan itu menjadi berharga:

Perbedaan itu harus bernilai penting bagi para pemilih. Sebagai contoh, sebuah partai politik bisa saja membedakan dirinya dengan partai lain

6

Kasali, 1997, Strategi dan Kampanye Pemasaran Partai Politik,”, Makalah Seminar dan Pemasaran Politik


(22)

dengan cara memberi warna merah jambu kepada seluruh atribut partai seperti bendera, seragam pengurus, posko, dan sebaginya.

2. Istimewa (Distinctive)

Sebagai pembeda, faktor tersebut tidak dimiliki oleh pihak lain seperti Bill Clinton berusia muda dan tidak dimiliki oleh Bob Dole. Akan tetapi, satu atau beberapa faktor yang juga dimiliki oleh pihak pesaing, masih bisa dijadikan sumber pembeda asalkan faktor tersebut diwujudkan dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan pihak pesaing.

3. Superior

Perbedaan yang dimunculkan harus memberikan suatu manfaat yang lebih baik ketimbang cara-cara lain untuk menghasilkan manfaat yang sama. 4. Dapat dikomunikasikan (Communicable)

Positioning itu mudah dipahami pemilih dan dikomunikasikan dengan berbagai media komunikasi.

5. Preemptive

Perbedaan tersebut tidak mudah ditiru oleh pihak lain. 6. Jumlah Pemilih signifikan

Yang terpenting adalah bahwa positioning tersebut pada akhirnya dapat meraih suara sesuai dengan sasaran obyektif kontestan.

Jadi, positioning harus memiliki peran sentral dalam political marketing. Produk-produk politik seperti partai, kandidat, platform program dan sebagainya haruslah sebangun dengan positioning. Pengatur strategi harus berusaha melalui


(23)

strategi branding bahwa kebijakan, ide-ide, isu-isu, gaya, dan nuansa yang diluncurkan merupakan hal otentik milik sendiri.

Mengacu pada Butler dan Collins7

1. Partai dapat diposisikan berdasarkan kategori partai tersebut. Sebuah contoh, sebuah partai dapat memposisikan diri sebagai partai nasionalis-religious. Akan tetapi positioning ini tidak efektif karena generik dan tidak menawarkan perbedaan khas dibandingkan partai lain yang nasionalis-religious. Positioning itu perlu dipertajam

, positioning dimulai dengan mendefenisikan nilai-nilai inti (core value defining). Nilai-nilai inti dapat dikembangkan dari identitas kelas, agama, etnis, atau kelompok-kelompok sosial lainnya. Nilai-nilai inti juga bisa bersumber dari perpecahan fundamental sosial yang menimbulkan diskontinuitas historis seperti perang, formasi negara baru, krisis ekonomi, dan berbagai bentuk krisis lainnya.

5. 4. Jenis dan Strategi Positioning

Sebuah partai harus mempunyai sebuah postioning agar dapat meraih massa. Berikut dijelaskan bagaimana mem-positioning-kan sebuah kontestan politik, yaitu:

2. Positioning berdasarkan atribut tertentu. Misalnya sebuah organisasi

politik bisa saja memposisikan dirinya sebagai partai terbesar. Dengan positioning ini terkandung makna tidak langsung bahwa partai tersebut

7

Butler & Colins, 1996, “A Conceptual Framework of Political Marketing,” dalam I.B.Newman (ed), Handbook of Political Marketing, California: Sage Publication


(24)

memiliki sumber daya yang besar sehingga mampu mewujudkan programnya dengan efektif dan efisien.

3. Positioning berdasarkan benefit, di mana partai akan memberi manfaat

tertentu kepada para pemilih. Misalnya sebuah partai akan memposisikan dirinya sebagai partai yang akan menghapuskan sumbangan biaya pendidikan.

4. Positioning berdasarkan kategori pemilih. Sebuah partai dapat

memposiskan dirina sebagai partai wong cilik. Partai lainnya dapat memposisikan dirinya dengan kelompok sosial tertentu.

5. Positioning berdasarkan pesaing alias competitor positioning.

Untuk menciptakan positioning yang efektif, politisi dapat mengkombinasikan berbagai jenis positioning di atas. Tujuannya untuk menarik minat para pemilih dari satu atau beberapa segmen yang dibidik. Hanya saja, kombinasi itu harus dilakukan dengan cermat agar tidak menyulitkan para pemilih untuk menangkap makna positioning tersebut.

Dalam berbagai buku teks pemasaran selalu disebutkan empat kesalahan yang harus dihindari dalam menetapkan positioning yakni,:

1. Underpositioning. Greget sebuah kontestan tidak dirasakan para pemilih karena tidak memiliki posisi yang jelas dan khas. Kontestan tersebut dianggap sama saja dengan kerumunan partai-partai lainnya sehingga para pemilih tidak bisa membedakan dengan partai-partai lainnya.

2. Overpositioning. Pemasar terlalu sempit memposisikan kontestannya


(25)

3. Confuse positioning. para pemilih rag-ragu karena positioning kontestan terlalu banyak atribut.

4. Doubtful positioning. Para pemilih meragukan kebenaran positioning yang disampaikan karena tidak didukung bukti yang memadai antara lain karena produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan positioning.

Terlihat terdapat empat pilihan strategi sebagai berikut:8 1. Reinforcement strategy (strategi Penguatan)

Strategi ini dapat digunakan oleh sebuah kontestan yang telah dipilih karena mempunyai citra tertentu dan citra tersebut dibuktikan oleh kinerja politik selama mengemban jabatan publik tertentu. Komunikasi difokuskan kepada orang-orang yang dulu memilih kontestan ini dengan pesan bahwa pilihan Anda dulu itu sudah tepat dan tetaplah membuat pilihan yang sama untuk pemilihan saat ini.

2. Rationalization strategy (strategi rasionalisasi)

Strategi ini dilakukan kepada kelompok pemilih yang sebelumnya telah memilih kontestan tertentu karena kontestan tersebut berhasil mengembangkan citra tertentu yang disukai pemilih akan tetapi kinerjanya kemudian tidak sesuai dengan citra tersebut. Strategi rasionalisasi ini dilakukan untuk mengubah sikap para pemilih dan harus dilakukan dengan hati-hati.

3. Inducement strategy (strategi bujukan)

8

Newman &Shet. 1985. “A model of primary voter behavior,” dalam Jurnal of Consumer Research, 12, 178-187


(26)

Strategi ini dapat diterapkan oleh kandidat yang dipersepsikan memiliki citra tertentu tapi juga memiliki kinerja atau atribut-atribut yang cocok dengan citra lainnya.

4. Confrontasi strategy (strategi konfrontasi)

Stregi ini diterapkan kepada para pemilih yang telah memilih kontestan dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok oleh pemilih dan kemudian kontestan tersebut tidak menghasilkan kinerja yang memuaskan pemilih.

5. 5. Political Branding

Kebijakan dan isu politik adalah produk yang tidak bertujuan meskipun dipelopori oleh pihak tertentu. Pihak lain bias saja meniru atau mengambil alih kebijakan dan isu tersebut seolah-olah temuannya sendiri. Akan tetapi, sebuah kontestan politik dapat membangun halangan bagi pihak-pihak lain yang ingin mengusung policy atau isu tertentu yang dipelopori oleh partai tertentu. Caranya, kata Butler dan Collins, pengatur strategi harus mem-brand-kan kebijakan dan gagasan untuk membangun hambatan masuk. Dengan demikian, policy atau isu tertentu seolah-olah milik sendiri.

Dalam branding produk politik yang ditawarkan harus sama dan sebangun dengan positioning. Bagian-bagian yang terdapat dalam bauran produk politik merupakan pilar-pilar yang mendukung positioning. Akan tetapi tidak semua bagian harus disampaikan dalam kampanye. Analisi kekuatan dan kelemahan dapat menjadi acuan untuk menetapkan focus kampanye. Sebuah kontestan dapat


(27)

memilih beberapa bagian dari satu atau dua atau ketiga substansi produk poltik sebagai fokus yang akan ditawarkan dalam kampanye.

5. 6. Segmentasi Pemilih

Segmentasi pada dasarnya bertujuan untuk mengenal lebih jauh kelompok-kelompok pasar. Hal ini berguna untuk mencari peluang., menggerogoti segmen pemimpin pasar, merumuskan pesan-pesan komunikasi, melayani lebih baik, menganalisis perilaku konsumen, mendesain produk, dan lain sebagainya.

Bainess juga mencatat, ada empat factor yang mempengaruhi perkembangan penerapan konsep segmentasi dan positioning dalam dunia politik9

1. Hanya terdapat sedikit informasi dari para pemilih dibandingkan para konsumen produk bisnis karena kuatnya ikatan stigma social terhadap politik dibandingkan dengan produk konsumsi

:

2. Dana yang tersedia untuk riset politik umumnya sangat terbatas dibandingkan dana untuk riset pemasaran dalam dunia batas.

3. Positioning produk dan positioning untuk kontestan politik adalah dua hal dengan proses berbeda. Sebuah merek produk politik bisa sukses dengan mem-positioning-kan citra dengan jelas, konsisten, kredibel, dan kompetitif. Political branding lebih sulit karena para politisi berhadapan dengan tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi.

9

Bainess, P.R. et al. 1999. Operationalising Political Marketing: A Comparison of US and Western European Consultans and Managers. Middlesex University Discussion Paper Series


(28)

4. Proses political marketing bisa bersifat intangible (tidak dapat diraba) dan pilihan politik para pemilih sangat bersifat emosional. Hal ini menyebabkan besarnya masalah yang harus diatasi untuk menciptakan citra baru dari seorang kandidat atau partai politik.

Segmentasi pada pemasaran politik mempunyai lima tujuan yang identik dengan pemasaran produk komersial sebagaimana yang dikemukakan Rhenald Kasali10

1. Mendesain substansi tawaran partai terhadap partai atau kandidat secara lebih responsive terhadap segmen yang berbeda. Ini tak lain karena melakukan segmentasi berarti juga mendalami kepentingan, apresiasi, dan persoalan-persoalan politik yang menjadi perhatian setiap segmen.

:

2. Menganalisis preferensi pemilih karena dengan pemahaman karakter setiap segmen pemilih memungkinkan pemasar mengetahui kecenderungan pilihan politik setiap segmen.

3. Menemukan peluang perolehan suara. Mengetahui preferensi pilihan setiap segmen dan kekuatan pesaing akan menghantarkan pemasar untuk menemukan suatu peluang yang dapat diaraih secara lebih efektif dan efisien.

4. menentukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien. Agar efektif dan efisien, perlu diterapkan pendekatan komunikasi yang berbeda untuk setiap segmen.

Berikut disajikan beberapa pendekatan untuk memasarkan partai politik:

10

Kasali, R. 1998. Membidik Pasar Indonesia Segmentasi Targeting Positioning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(29)

a. Segmentasi Demografis

Segementasi demiografis ialah pemilahan para pemilih berdasarkan karakteristik demografis seperti usia, gender, agama, pendidikan, pekerjaan, kelas social-ekonomi, dan sebagainya. Untuk pemasaran partai politik, pemahaman memdalam tentang segmentasi demografis dapat memberi kontribusi berharga untuk kesuksesan pemasaran, walaupun tetap dianjurkan untuk menggunakan pendekatan lainnya.

b. Segmentasi Agama

Hingga saat ini, segmentasi berdasarkan agama meruapakan salah satau pendekatan segmentasi yang penting untuk memahami karakter pemilih Indonesia. Beberapa studi menunjukkan, umumnya para pemilih non-Islam tidak memilih partaipartai non-Islam atau partai-partai yang dipersepsikan sebagai partai Islam. Dengan demikian, segmen pemilih yang tidak beragama Islam akan melirik partai yang memiliki landas imklusif dan pluralis atau partai ekslusif sesuai dengan agama-agama masing-masing segmen.

c. Segmentasi Gender

Hingga saat ini, segmentasi berdasarkan agama meruapakan salah satau pendekatan segmentasi yang penting untuk memahami karakter pemilih Indonesia. Beberapa studi menunjukkan, umumnya para pemilih non-Islam tidak memilih partaipartai non-Islam atau partai-partai yang dipersepsikan sebagai partai Islam. Dengan demikian, segmen pemilih yang tidak beragama Islam akan melirik partai yang memiliki landas


(30)

imklusif dan pluralis atau partai ekslusif sesuai dengan agama-agama masing-masing segmen.

d. Segmentasi Usia

e. Segmentasi Kelas Sosial f. Segmentasi Geografis

Segmentasi geografis membagi-membagi para pemilih berdasarkan wilayah tempat tinggal

g. Segmentasi Psikografis

Segmentasi psikografis adalah segmentasi berdasarkan gaya hidup, yakni bagaimana sesorang menghabiskan waktu dan uangnya. Dalam pemasaran politik, segmentasi psikografis berguna untuk mensosialisasikan atau mengomunikasikan tawaran partai kepada khalayak pemilih.

5. 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Politik Masyarakat

1. Faktor Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan jumlah keluarga.

2. Faktor Politik

Peran serta politik masyarakat didasarkan kepada politik untuk menentukan suatu produk akhir. Faktor politik meliputi :


(31)

Komunikasi politik adalah suatu komunikasi yang mempunyai konsekuensi politik baik secara aktual maupun potensial, yang mengatur kelakuan manusia dalam keberadaan suatu konflik.11

b. Kesadaran Politik.

Komunikasi politik antara pemerintah dan rakyat sebagai interaksi antara dua pihak yang menerapkan etika.

Kesadaran politik menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik. Tingkat kesadaran politik diartikan sebagai tanda bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan dan atau pembangunan

c. Pengetahuan Masyarakat terhadap

Proses Pengambilan Keputusan. Pengetahuan masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan menentukan corak dan arah suatu keputusan yang akan diambil

d. Kontrol Masyarakat terhadap Kebijakan Publik.

Kontrol masyarakat terhadap kebijakan publik yakni masyarakat menguasai kebijakan publik dan memiliki kewenangan untuk mengelola suatu obyek kebijakan. Kontrol untuk mencegah

11

Nimmo, Dan. Polical Communication and Public Opinion in America , Goodyear Publishing Co, 1993


(32)

dan mengeliminir penyalahgunaan kewenangan dalam keputusan politik kontrol masyarakat dalam kebijakan publik adalah the power of directing. Juga mengemukakan ekspresi politik,

memberikan aspirasi atau masukan (ide, gagasan) tanpa intimidasi yang merupakan problem dan harapan rakyat, untuk meningkatkan kesadaran kritis dan keterampilan masyarakat melakukan analisis dan pemetaan terhadap persoalan aktual dan merumuskan agenda tuntutan mengenai pembangunan

3. Faktor Fisik Individu dan Lingkungan

Faktor fisik individu sebagai sumber kehidupan termasuk fasilitas serta ketersediaan pelayanan umum. Faktor lingkungan adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan, kondisi dan makhluk hidup, yang berlangsungnya berbagai kegiatan interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta lembaga dan pranatanya.

4. Faktor Nilai Budaya

Nilai budaya politik atau civic culture merupakan basis yang membentuk demokrasi, hakekatnya adalah politik baik etika politik maupun teknik (Soemitro 1999:27) atau peradapan masyarakat. Faktor nilai budaya menyangkut persepsi, pengetahuan, sikap, dan kepercayaan politik.

6. Metode Penelitian 6. 1. Jenis Penelitian


(33)

Menurut Hadari Nawawi,12

7. Teknik Pengumpulan Data

metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data-data dan fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat dipahami dan disimpulkan.

Tujuan penelitian deskriptif analisis adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Disamping itu penelitian ini juga menggunakan teori-teori, data-data dan konsep-konsep sebagai kerangka acuan untuk menjelaskan hasil penelitian, menganalisis dan sekaligus menjawab persoalan yang diteliti. Oleh karena itu jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

6. 2. Lokasi penelitian

Penelitian bertempat di kantor Tim Pemenangan Oloan Simbolon, ST berada di Jln. Pekan Inpres Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumateara Utara.

Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

12

Nawawi, Hadari. 1987. Metodologi Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. 63


(34)

a. Data primer diperoleh dari wawancara bersama:

i. Calon Legislatif bersangkutan: Oloan Simbolon, ST ii. Ketua Tim Pemenangan : Hotdiman Manik, SP

iii. Sekretaris DPC PPD Kabupaten Samosir: Sabar Sitorus, SPd

iv. Sekretaris Pemuda Katolik Sumatera Utara: Johanes Naibaho, SPd

v. DPD Generasi Muda Kosgoro: Maniur Rumapea, SPd vi. Ketua PMKRI cabang Medan: Nadiasi Sihotang

b. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber data dan informasi dan melalui buku-buku, jurnal, internet, majalah, surat kabar dan lain sebagainya yang relevan denga topik penelitian.

8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, dilakukan pada data yang tidak dapat dihitung bersifat nongrafis atau berwujud kasus-kasus (sehingga tidak dapat disusun kedalam struktur klasifikatoris). Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata atau gambar. Artinya pada penelitian ini dibutuhkan pengutamaan penghayatan dan brusaha memahami factor peristiwa dalam situasi tertentu menurut pandangan peneliti. Lalu kemudian setelah data


(35)

tersusun teratur dan sistematis, akan melakukan analisis data yang selanjutnya menghasilkan suatu kesimpulan terhadap data yang diteliti sesuai dengan apa yang dihasilkan oleh peneliti.

BAB II

PROFIL DAN DESKRIPSI PENENLITIAN


(36)

Untuk bertarung dalam pemilihan umum legislatif Oloan Simbolon, ST sendiri melakukan rekruitmen untuk ikut bersama dia dalam pencalonan bersama Partai Persatuan Daerah sebagai mesinnya. Setelah melakukan rekruitmen dan mendapat calon legislatif mereka langsung mengadakan koordinasi untuk menyiasati bagaimana dalam menentukan strategi. Calon-calon yang terpilih yang akan bersama Oloan Simbolon, ST adalah sebagai berikut:

2. 1. 1. Profil Oloan Simbolon, ST

Oloan Simbolon, ST lahir di Samosir pada tanggal 3 Maret 1969. merupakan anak keempat dari 5 bersaudara, suami dari Maida Silalahi yang juga berasal dari Samosir yang merupakan ayah dari 4 orang anak dan menggemari organisasi sebagai bagian dari hidupnya. Oloan Simbolon, ST telah menjabat dua kali sebagai anggota DPRD Tobasa 1999-2004 dan anggota DPRD Samosir 2004-2009 dan juga ketua Pemuda Katolik Komda Sumatera Utara 2007 sampai dengan sekarang.13

Oloan Simbolon, ST memiliki satu orang istri bernama Maida Silalahi dan dianugrahi 4 orang anak, 1 putra yang bernama Primus Simbolon dan 3 putri yang Oloan Simbolon, ST beragama Katolik dan beralamat di Komplek Bumi Seroja Permai, No. 13 Medan. Oloan Simbolon memiliki jenjang pendidikan SD Inpres Pardomuan 1 Pangururan pada tahun 1976, SMP sw. Budi Mulia Pangururan pada tahun 1982, SMA sw. Budi Mulia Pematang Siantar pada tahun 1985, Fakultas Teknik Universitas Katolik St. Thomas Medan pada tahun 1988.

13

Dikutip dari Moses Elias Situmorang, OFMcap, Samosir Mutiara dan Cinta, Samosir. Yayasan Samosir, 2009


(37)

bernama Stella Simbolon, Pretty Simbolon dan Zelta Simbolon.14

Riwayat organisasi di bidang politik yang pernah dijabat olehnya antara lain pada tahun 1998-2004: Anggota DPC Partai Katolik Demokrat Daerah Tingkat II Kabupaten Toba Samosir. Tahun 2005-2010: Ketua DPC Partai Jabatan struktur pemerintahan terakhir Oloan Simbolon, ST sewaktu mendaftarkan diri dalam kompetisi Pemilihan Umum Legislatif 2009 adalah menjabat sebagai Pimpinan DPRD Kabupaten Samosir Propinsi Sumatera Utara. Berikut beberapa riwayat Oloan Simbolon, ST dalam kehidupan organisasi, dimulai tahun 1977-1978: Sekretaris OSIS SMP Budi Mulia Pangururan. 1983-1983: Ketua OSIS SMA Budi Mulia Pematang Siantar. 1986-1989: Pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Katolik St. Thomas Medan. 1989-1995 Pengurus Pemuda Katolik Komisariat Daerah Sumatera Utara.

Pada tahun 2007-2010 Oloan Simbolon, ST menjabat sebagai Ketua Pemuda Katolik Komisariat Sumatera Utara. Tahun 2005 sampai dengan sekarang menjabat sebagai Ketua Yayasan Samosir. Kemudian pada tahun 2008-2012 menjadi ketua umum Pengcab PSSI Kabupaten Samosir. Di tahun 2007 juga berhasil menjadi ketua panitia lokal pesta bolon Simbolon sedunia. Tahun 2006-2010 menjadi ketua KONI Samosir. Tahun 2002-2006-2010 menjadi Ketua Pengcab IPSI Kabupaten Toba Samosir/Samosir. Tahun 2002-2005 menjadi Wakil ketua DPD KNPI Kabupaten Toba Samosir. Tahun 2001-2006 menjadi Ketua Regio Sumatera Pemuda Katolik Pusat. Tahun 2002-2003 menjadi Ketua DPD Partai Katolik Demokrat Sumatera Utara.

14


(38)

Persatuan Daerah Cabang Samosir. Tahun 2010 sampai dengan sekarang menjabat sebagai Ketua DPD Partai Persatuan Daerah Sumatera Utara. Tahun 1999-2004: Anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir. Tahun 2004-2009: Wakil Ketua DPRD Kabupaten Samosir.

Dari berbagai perjalanan diberbagai organisasi tidak sedikit pula prestasi yang diukirnya, hal tersebut tentulah merupakan sebuah hasil dari keefektifan kinerja yang dilaksanakannya di dalam mengemban berbagai jabatan di organisasi pemerintahan dan non pemerintahan. Berikut ini beberapa prestasi yang pernah diraih oleh Oloan Simbolon, ST di dunia organisasi pemerintahan dan non pemerintahan antara lain: pada tahun 2007 mendapatkan Asean Profesional Golden Award dan Indonesian Parlemenrary Award.

2. 1. 2. Profil Maniur Rumapea, SPd

Maniur Rumapea, SPd lahir di Tebing Tinggi pada tanggal 20 Juni 1967, suami dari Anna, SE yang berasal dari Sibolga dan telah memiliki 3 orang putri yang bernama Cindy P Rumapea, Chelliana Rumapea dan Chacha C Rumapea. Saat ini Maniur Rmapea, SPd berdomisili di Jl. Johar No. 10A Sekip-Sikambing, Medan beragama Katolik.

Pekerjaan Maniur Rumapea, SPd ialah sseorang staf pengajar di SMU st. Thomas 1 Medan dengan riwayat pendidikan SD N Kampung Manggis lulus pada Tahun 1981, SMP N 2 Tebing Tinggi lulus pada Tahun 1984, SMA N 2 Tebing Tinggi lulus pada Tahun 1987, dan IKIP Medan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia lulus pada Tahun 1990.


(39)

Maniur Rumapea, SPd memiliki Pengalaman Organisasi yang diantranya adalah pada Tahun 1990-1994; Wakil Sekretaris DPD SATGASMA AMPI Tingkat I Sumatera Utara, Tahun 1990-1994; Sekretaris DPC SPSI Kota Medan Sektor Taktis dan Sandang, Tahun 1992-1993; Ketua Presidium DPC PMKRI Cabang Kota Medan, Tahun 2003 - 2005 ; Wakil Ketua DPD tingkat I Generasi Muda Kosgoro Sumatera Utara, Tahun 2006; Wakil Ketua DPC Partai Keadilan dan Persatua Indonesia (PKPI) dan pada Tahun 2006-2008 menjadi Wakil Sekretaris Punguan Tuan Onggar Rumapea/Boru-Bere Kota Medan.

Selain menjadi seorang staf pengajar Maniur Rumapea juga menjadi Instruktur/Tutor/Pemandu bagi PMKRI, KMK, Muda-mudi Katolik dan Generasi Muda Katolik Sumatera Utara. Kemudian disela waktu Maniur Rumapea, SPd juga gemar dalam membuat karya ilmiah dalam bentuk tulisan terbukti menjadi juara II lomba Karya Tulis di tingkat IKIP Medan, dan pada tanggal 26 Oktober 1996 berhasil merebut Juara IV Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Pemuda – LKTI pada tingkat nasional.

2. 1. 3. Profil Antonius Pangondian Simamora, ST

Antonius P. Simamora lahir di Dolok Sanggul, 4 Juni 1980, suami dari Dwi Sapta Oktavia Sihombing, ST yang beralamat di Jl. Merdeka No. 83 Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Memliki riwayat pendidikan di mulai dari SD st. Maria Dolok Sanggul lulus pada tahun 1993, SMP N 1 Dolok Sanggul lulus pada tahun 1996, SMA N 2 Dolok Sanggul lulus pada tahun 1999 dan Sekolah Tinggi Tekhnik Harapan Medan dan lulus pada tahun 2004.


(40)

Antonius P. Simamora adalah seorang yang beragama Katolik dan juga merupakan pengusaha dari Dolok Sanggul bergerak dalam bidang alat rumah tangga. Namun disamping itu Antonius P. Simamora juga aktif dalam berbagai organisasi dalam hidup tatanan sosial, yaitu Pengurus Pemuda Katolik Cabang Humbang Hasundutan, kemudian Wakil Bendahara KNPI Cabang Humbang Hasundutan. Selain itu Antonius P. Simamora juga merupakan Sekretaris Punguan Toga Simamora di daerah Humbang hasundutan.

2. 1. 4. Profil Nimrot Situmeang, SH

Nimrot Situmeang, SH adalah seorang kader Partai Persatuan Daerah yang berasal dari daerah Tapanuli Tengah. Nimrot Situmeang, SH dipilih menjadi calon legislatif sebagai nomor urut 4 dibawah Antonius P Simamora, ST. Nimrot Situmeang, SH lahir di Tapanulu Tengah, 28 April 1970. suami dari Elseria Simamora. Memiliki riwayat pendidikan di mulai dari SD St. Yosep Tapanuli Tengah 1978, SMP Negeri 1 Barus 1978-1981, dan lulus dari SMA Budi Mulia Pematang Siantar pada tahun 1984.

Nimrot Situmeang, SH menamatkan studynya di UHN HKBP Nomensen Medan Program Study Ilmu hukum dan mendaptkan gelar kesarjanaan pada tahun 1991. Nimrot Situmeang, SH adalah seorang yang beragama katolik dan juga merupakan kader dari Partai Persatuan Daerah cabang Tapanuli Tengah, yang juga aktif diberbagai keorganisasian mulai dari pengurus kelompok tani, kelompok pemuda dan lain-lain.


(41)

2. 1. 5. Profil Deborah Simanjuntak

Deborah Simanjuntak lahir di Pematang Siantar pada tanggal 28 September 1969 yang belamat di Parsoburan Tengah Kecamatan Habinsaran Kabupaten Toba Samosir, memliki riwayat pendidikan yang dimulai dari SD Swasta TPM di Pematang Siantar lulus pada tahun 1982, SMP N 3 Pematang Siantar lulus pada tahun 1985 dan SPK RS Balimbingan Pematang Siantar lulus pada tahun 1988.

Deborah Simanjuntak adalah seorang wanita yang aktif dalam menyurakan persamaan derajat antara laki-laki dengan permpuan dan juga merupakan aktifis perempuan di daerah yang didiami yaitu di Parsoburan Tengah. Deborah Simanjuntak beragama Kristen Protestan dan merupakan salah satu dari beberapa orang dari pengurus gereja, dan memegang beberapa jabatan dalam sturuktur gereja yaitu Ketua Punguan ina, dan Sekretaris Gereja HKBP Parsoburan Tengah. Selain itu dalam structural kehidupan masyarakat sosial Deborah Simanjuntak juga merupakan seseorang perempuan yang dianggap tokoh.

2. 2. General Isu

General isu yang diangkat oleh Oloan Simbolon, ST diawali dengan membahas daerah pemilihan VIII Sumatera Utara yang teridiri dari 5 kabupaten dan 1 kota, antalain adalah sebagai berikut; Kabupaten Samosir, Kabupaten Tobasa, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Humbanh Hasundutan , dan Kota Sibolga.


(42)

Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari induknya Kabupaten Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia.

Secara Geografis Kabupaten Samosir terletak pada 20 24‘ - 20 25‘ Lintang Utara dan 980 21‘ - 990 55‘ BT. Secara Administratif Wilayah Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh Kabupaten, yaitu:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir. • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan

Kabupaten Humbang Hasundutan

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat.

Sebagai daerah pertanian dan sebagian penduduknya hidup dan menggantungkan dengan pertanian, curah hujan merupakan salah satu faktor eksternal yang menentukan keberhasialn pertanian penduduk. Rata-rata curah hujan yang terjadi di Kabupaten Samosir pada tahun 2003 berdasarkan hasil pengamatan dari 7 (tujuh) stasiun pengamatan adalah sebesar 177 mm / bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 11 hari.Temperatur Kabupaten Samosir


(43)

berkisar antara 170 C - 290 C dengan kelembaban udara rata-rata 85 persen dan tergolong dengan beriklim tropis.

Curah hujan tertinggi terjadi bulan November dengan rata-rata 440 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 15 hari. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni s/d Agustus berkisar dari 31 s/d 56 mm per bulan, dengan hari hujan 5 s/d 7 hari. Kecamatan yang tertinggi rata-rata curah hujannya adalah Harian sebesar 302 mm, sedangkan yang terendah adalah Nainggolan rata-rata sebesar 120 mm.

Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 700 – 1.700 m di atas permukaan Laut, dengan komposisi;

• 700 m s/d 1.000 m dpl = ± 10 % • m s/d 1.500 m dpl = ± 25 % • >1.500 m dpl = ± 65 %

Dengan Komposisi kemiringan sebagai berikut :

• 0 - 20 (datar) = ± 10 % • 2 - 150 (landai) = ± 20 % • 15 - 400 (miring) = ± 55 % • >400 (terjal) = ± 15 %

Topografi dan kontur tanah di Kabupaten Samosir pada umumnya berbukit dan bergelombang. Kabupaten Samosir memiliki 10 buah sungai yang


(44)

keseluruhannya bermuara ke Danau Toba. Sebahagian dari sungai tersebut telah dimanfaatkan untuk mengairi lahan sawah seluas 3.987 ha, lahan sawah yang beririgasi setengah teknis (62,13 % dari luas yang ada). Panjang saluran irigasi di Kabupaten Samosir mencapai 74,77 km, terdiri dari irigasi setengah teknis 70,63 km (21,53 km saluran primer dan 49,10 km saluran sekunder) dan irigasi sederhana 4,14 km.

Luas lahan produktif di Kabupaten Samosir (2002) mencapai 69.798 ha, terdiri dari lahan sawah 7.247 ha (10,4 %), dan lahan kering 62.551 ha (89,6 %). Terbatasnya sarana irigasi, modal dan tenaga kerja kasar mengakibatkan hanya 14.110 ha (22,56 %) lahan kering yang dikelola. Selebihnya merupakan lahan tidur seluas 48.441 ha atau 77,44 % dari lahan kering yang dapat dikelola.

2. 2. 2. Kabupaten Tobasa

Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari induknya Kabupaten Tapanuli Utara. Yang memiliki luas 3.124,40 km². Kabupaten Tobasa berbatasan dengan wilaya:

• Sebelah Utara

• Sebelah Selatan :

• Sebelah Timur

• Sebelah Barat :

Jumlah penduduknya berada pada angka 168.596 (2005) dengan kepadatan 83 jiwa/km². Keanekaragaman penduduk terdiri dari beberapa suku Batak Toba, Pakpak, Simalungun, Nias, Jawa, dan Mandailing yang menyebar hampir


(45)

diseluruh kecamatan. Masing - masing penduduk memeluk agama dan kepercayaan seperti Islam, Kristen Protestan, Katholik, dengan toleransi beragama diantara masyarakat terbina dengan baik.

Penggunaan sumber daya lahan di Kabupaten Tapanuli Utara terdiri dari penggunaan lahan basah dan lahan kering, lahan basah terdiri dari pertanian tanaman pangan, perikanan.

2. 2. 3. Kabupaten Tapanuli Utara

Kabupaten Tapanuli Utara termasuk Kabupaten Dairi dan Toba Samosir yang sekarang termasuk dalam keresidenan Tapanuli yang dipimpin seorang Residen Bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga. Keresidenan Tapanuli yang dulu disebut Residentie Tapanuli terdiri dari 4 Afdeling (Kabupaten) yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang Sidempuan, Afdeling Sibolga dan Afdeling Nias. Afdeling Batak Landen dipimpin seorang Asisten Residen yang ibukotanya Tarutung yang terdiri 5 Onder Afdeling (Wilayah) yaitu : Onder Afdeling Silindung (Wilayah Silindung) ibukotanya Tarutung. Onder Afdeling Hoovlakte Van Toba (Wilayah Humbang) ibukotanya Siborong-borong. Onder Afdeling Toba (Wilayah Toba) ibukotanya Balige. Onder Afdeling Samosir (Wilayah Samosir) ibukotanya Pangururan. Onder Afdeling Dairi Landen (Kabupaten Dairi sekarang) ibukotanya Sidikalang.

Tiap-tiap Onder Afdeling mempuyai satu Distrik (Kewedanaan) dipimpin seorang Distrikchoolfd bangsa Indonesia yang disebut Demang dan membawahi


(46)

beberapa Onder Distrikten (Kecamatan) yang dipimpin oleh seorang Asisten Demang.Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 3.800,31 Km² terdiri dari luas dataran 3.793,71 Km² dan luas perairan Danau Toba 6,60 Km². Dari 15 kecamatan yang ada, kecamatan yang paling luas di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Kecamatan Garoga sekitar 567,58 Km² atau 14,96 persen dari luas Kabupaten, dan kecamatan yang terkecil luasnya yaitu Kecamatan Muara sekitar 79,75 Km² atau 2,10 persen.

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara terletak diwilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara berada pada ketinggian antara 300-1500 meter di atas permukaan laut. Topografi dan kontur tanah Kabupaten Tapanuli Utara beraneka ragam yaitu yang tergolong datar (3,16 persen), landai (26,86 persen), miring (25,63 persen) dan terjal (44,35 persen).

Secara astronomis Kabupaten Tapanuli Utara berada pada posisi 1º20’ - 2º41’ Lintang Utara dan 98º05’–99º16’ Bujur Timur. Sedangkan secara geografis letak Kabupaten Tapanuli Utara diapit atau berbatasan langsung dengan lima kabupaten yaitu:

a. Disebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir; b. Disebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu; c. Disebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan;


(47)

d. Disebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan dan Tapanuli Tengah.

Letak geografis dan astronomis Kabupaten Tapanuli Utara ini sangat menguntungkan karena berada pada jalur lintas dari beberapa Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara.Berdasarkan topografinya daerah ini berada dijajaran Bukit Barisan dengan keadaan tanah umumnya berbukit dan bergelombang, hanya sekitar 9,66 % dari keseluruhan luas wilayah yang berbentuk datar dan berada pada ketinggian 300-2.000 m di atas permukaan laut.

Menurut ketinggian di atas permukaan laut (dpl)

1 300 - 500 m 13.784 Ha 3,63 %

2 500 - 1.000 m 148.072 Ha 39,03 %

3 1.000 - 1.500 m 216.919 Ha 57,18 %

4 1.500 m -keatas 596 Ha 0,16 %

5 Jumlah 379.371 Ha 100 %

Menurut kemiringan/kelerengan tanah/

1 Datar(0 s.d. 2 %) 11.976 Ha 3,16 % 2 Landai(2 s.d. 5 %) 101.903 Ha 26,86 % 3 Miring (15 s.d. 40 %) 97.230 Ha 25,63 %

4 Terjal( 45 %) 168.262 Ha 44,35 %


(48)

Salah satu unsur cuaca/iklim adalah curah hujan. Kabupaten Tapanuli Utara yang berada pada ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut sangat berpeluang memperoleh curah hujan yang banyak. Selama tahun 2007, rata-rata curah hujan tahunan tercatat 8.777 mm dan lama hari hujan 231 hari atau rata-rata curah hujan bulanan sebanyak 5731,42 mm dan lama hari hujan 19,25 hari. Dari rata-rata curah hujan bulanan tahun 2007, terlihat curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April yaitu 1133 mm dan lama hari hujan 27 hari dan curah hujan terendah pada bulan Agustus yaitu 365 mm dan lama hari hujan 15 hari dan temperatur udara berkisar antara 17oC-29oC, serta rata-rata kelembaban udara (RH) sebesar 85,04%.

Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan sebagaimana tertuang dalam GBHN.Untuk itu pemerintah telah melaksanakan berbagai usaha dalam rangka memecahkan masalah kependudukan. Usaha-usaha yang mengarah pada pemerataan penyebaran penduduk melalui transmigrasi telah dilakukan. Selain itu dengan mulai diberlakukannya otonomi daerah, diharapkan dapat mengurangi perpindahan penduduk. Usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk juga telah dilakukan melalaui Program Keluarga Berencana yang dimulai awal tahun 1970-an.

Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2006 yang disajikan dalam tabel merupakan angka proyeksi yang dihitung berdasarkan data jumlah penduduk hasil Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B) yang dilaksanakan pada bulan April 2003. Hasil proyeksi tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara tahun


(49)

2006 sebesar 262.642 jiwa yang terdiri dari 130.429 jiwa laki-laki dan 132.213 jiwa perempuan. Rasio jenis kelamin Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2006 sebesar 98,65 ini berarti bahwa jumlah penduduk perempuan di Tapanuli Utara lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki. Sedang tingkat kepadatan penduduk relatif rendah, yaitu 69,23 penduduk per kilometer persegi.

Banyaknya rumah tangga tahun 2006 sebesar 56.345, dengan rata-rata anggota rumah tangga sebesar 4,66 orang.Dibandingkan dengan tahun 2005, rata-rata besarnya anggota rumah tangga tahun 2006 tidak terlalu berbeda, yaitu sebesar 4,67 orang.

Penggunaan sumber daya lahan di Kabupaten Tapanuli Utara terdiri dari penggunaan lahan basah dan lahan kering, lahan basah terdiri dari pertanian tanaman pangan, perikanan. Sedangkan lahan kering terdiri dari kehutanan, peternakan dan perkebunan. Menurut status, 288.922,97 Ha (76,20%) merupakan tanah adat/tanah marga. 70.600,34 Ha (18,62%) merupakan tanah hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan

2. 2. 4. Kabupaten Tapanuli Tengah

Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera dengan panjang garis pantai 200 km dan wilayahnya sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian lainnya di pulau-pulau kecil dengan luas wilayah 2.188 km².

Berbatasan dengan wilayah sebelah utara Kabupaten Singkil (Provinsi Aceh), sebelah selatan Kabupaten Tapanuli Selatan, sebelah barat Kota Sibolga dan


(50)

samudra Indonesia dan sebelah timur Tengah tahun 2006 berjumlah 297.846 jiwa dengan kepadatan penduduk 136 jiwa per km². Laju pertumbuhan penduduk periode tahun 2000-2005 sebesar 1,86% per tahun. Komposisi penduduk di Tapanuli Tengah yaitu 50,20% laki-laki dan 49,80% perempuan.

Topografi Kabupaten Tapanuli Tengah sebagian besar berbukit - bukit dengan ketinggian 0 – 1.266 meter di atas permukaan laut. Dari seluruh wilayah Tapanuli Tengah, 43,90% berbukit dan bergelombang.Sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan lautan sehingga berpengaruh pada suhu udara yang tergolong beriklim tropis. Rata-rata suhu udara di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2005 adalah 26,09 °C. Dalam periode bulan Januari – Desember 2006, suhu udara maksimum dapat mencapai 31,53 °C dan suhu minimum mencapai 21,72 °C. Pada tahun 2006, curah hujan rata-rata 4.925,9 mm, hari hujan 226,0 hari, kecepatan angin rata-rata 6,7 knot dan penguapan rata-rata 4,6 mm. Kelembaban udara rata-rata 84,58%.Pada bulan Mei 2007, secara administratif Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri atas 20 kecamatan, 24 kelurahan dan 154 desa.

2. 2. 5. Kabupaten HumbangHasundutan

Kabupaten Humbang Hasundutan adalah Kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara, Tanggal 28 Juli 2003 sesuai dengan UU No.9 tahun 2003. Yang terletak ditengah wilayah Provinsi Sumatera


(51)

Utara. Dengan Luas Wilayah : 2.335, 33 Km² terdiri dari 10 Kecamatan, 1 Kelurahan dan 117 Desa. Memiliki jumlah penduduk 155.222 Jiwa.Letak Geografis Humbang Hasundutan terletak diantara 201‘ 20 28‘ Lintang Utara, 98010‘ 98058‘ Bujur Timur.

Secara Administratif Wilayah Humbang Hasundutan diapit oleh empat Kabupaten, yaitu:

• Sebelah Utara : Kabupaten Samosir

• Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara • Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Tengah • Sebelah Barat : Kabupaten Pakpak Bharat

Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan daerah dataran tinggi yang mempunyai ketinggian bervariasi antara 330-2075 Meter diatas permukaan laut, dengan perincian :

• Datar = 260,95 Km² (0 s/d 2 %) • Landai = 459,60 Km² (2 s/d 15 %) • Miring = 993,68 Km² (15 s/d 40 %) • Terjal = 621,10 Km² (40 s/d 44 %)

Keanekaragaman penduduk terdiri dari beberapa suku Batak Toba, Pakpak, Simalungun, Nias, Jawa, dan Mandailing yang menyebar hampir diseluruh kecamatan. Masing - masing penduduk memeluk agama dan kepercayaan seperti Islam, Kristen Protestan, Katholik, dengan toleransi


(52)

beragama diantara masyarakat terbina dengan baik. Berdasarkan hasil pendataan tahun 2004 jumlah penduduk 155.222 Jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduknya 66,47 Jiwa / Km².

Sedangkan kontribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian adalah Pertanian, Perdangangan, Pegawai Negeri Sipil dan TNI serta sebagian kecil industri / kerajinan tangan.

Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Total Area, Population and Population Density by District 2005

Kecamatan Luas Wilayah (Km²) Penduduk

1. 459,10 22.203

2. 190,00 9.597

3. 177,50 4.629


(53)

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

Rasio Jenis Kelamin

1. Pakkat 10.769 11.434 22.203 94,18

2. Onan Ganjang 4.799 4.798 9.597 100,02

3. Sijamapolang 2.275 2.354 4.629 96,64

4. Lintong Nihuta 13.129 12.719 25.848 103,22

5. Paranginan 5.966 5.816 11.782 102,58

6. Dolok Sanggul 18.060 17.480 35.540 103,32

5. 54,00 11.782

6. 211,50 35.54

7. 201,97 14.191

8. 598,70 19.214

9. 277,30 6.801

10. 50,36 6.364


(54)

7. Pollung 7.190 7.001 14.191 102,70

8. Parlilitan 9.622 9.592 19.214 100,31

9. Tarabintang 3.351 3.450 6.801 97,13

10. Bakti Raja 3.155 3.209 6.364 98,32

Humbang Hasundutan 78.316 77.853 156.169 100,59

Banyaknya Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin

Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 - 4 10.532 9.815 20.347

5 - 9 10.589 9.824 20.413

10 - 14 11.623 10.389 22.012

15 - 19 9.402 8.733 18.135

20 - 24 5.449 4.191 9.640

25 - 29 4.385 4.086 8.471

30 - 34 4.407 4.143 8.550

35 - 39 3.968 4.200 8.168


(55)

45 - 49 3.112 3.627 6.739

50 - 54 2.844 3.344 6.188

55 - 59 2.110 2.763 4.873

60 - 64 2.095 2.818 4.913

65 - 69 1.511 2.030 3.541

70 - 74 1.204 1.806 3.010

75 + 1.268 1.888 3.156

Humbang Hasundutan

78.316 77.853 156.169

Sumber :Buku Humbang Dalam Angka 2006 (BPS)

2. 2. 6. Kota Sibolga

Kota Sibolga adalah salah sat Kota ini terletak di pantai barat pul utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari yaitu berada pada daratan pantai, lereng, dan pegunungan. Terletak pada ketinggian berkisar antara 0 - 150 meter dari atas permukaan laut, dengan kemiringan lahan kawasan kota ini bervariasi antara 0-2 % sampai lebih dari 40 %.


(56)

Kemiringan Luas (km²)

Persentase

(%) Keterangan

Datar,

kemiringan 0-2 %

3.12 29.10

daratan 2.17 km² dan kepulauan 0.95 km²

Bergelombang

lereng 2-15 % 0.91 8.49

daratan 0.73 km² dan kepulauan 0.18 km²

Curam, lereng

15-40 % 0.31 28.9

daratan 0.10 km² dan kepulauan 0.21 km²

Terjal, lereng

lebih dari 40 % 6.31 59.51

daratan 5.90 km² dan kepulauan 0.53 km²

Total 10.77 100

Iklim kota Sibolga termasuk cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32° C dan minimum 21.6° C. Sementara curah hujan di Sibolga cenderung tidak teratur di sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dengan jumlah 798 mm, sedang hujan terbanyak terjadi pada Desember yakni 26 hari.

Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan kota Sibolga adalah pulau Poncan Gadang, pulau Poncan Ketek, pulau Sarudik dan pulau Panjang.Dengan batas-batas wilayah: timur, selatan, utara pada barat denga Aek Doras, Sihopo-hopo, Aek Muara Baiyon dan Aek Horsik.

Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik kota Sibolga tahun penduduk kota Sibolga adalah 94.616 jiwa. Dengan wilayah seluas 3.356,60 ha di daratan Sumatera dan urban growth seluas 644,53 ha berarti kepadatan penduduk


(57)

pada wilayah pemukiman adalah 8.785 jiwa per km². Sementara pertumbuhan penduduk setiap tahunnya sekitar 1.99 %. Sementara wilayah administrasi pemerintahan terdiri dari empat kecamatan dan 16 kelurahan, yakni kecamatan Sibolga Utara dengan empat kelurahan, kecamatan Sibolga Kota dengan empat kelurahan, kecamatan Sibolga Selatan dengan empat kelurahan dan kecamatan Sibolga Sambas dengan empat kelurahan.

Potensi utama perekonomian bersumber dari perikanan, pariwisata, jasa, perdagangan, dan industri maritim. Hasil utama perikanan, antara lain, kerapu, tuna, kakap, kembung, bambangan, layang, sardines, lencam dan teri. Pelabuhan laut kota Sibolga cukup ramai disinggahi kapal kapal yang akan menuju pulau

2. 3. Prinsip Pembangunan

Dari Panorama Alam, kekayaan adat istiadat, potensi ekowisata sampai ke berbagai legenda-legenda yang ada di daerah pemilhan VIII Sumatera Utara, merupakan produk daerah yang sudah layak go-internasional. Dalam mewujudkan visi ini, Oloan Simbolon, ST selaku calon legislatif dari daerah tersebut membuat prinsip pembangunan agar pemerintah dituntut untuk bekerja secara ekstra keras, termasuk dalam menyusun berbagai strategi dan kebijakan pengembangan pariwisata, pertanian, perikanan dan indusri kedepan, salah satunya adalah prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan. Pembangunan secara ekologis dalam jangka panjang (berkelanjutan) sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat merupakan salah satu syarat


(58)

utama untuk mewujudkan pembangunan, khususnya pada pembangunan pariwisata. Artinya, pembangunan berkelanjutan adalah upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan.

Hal tersebut dapat terlaksana tentunya harus dengan sistem penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) yang melibatkan partisipasi aktif dan seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak saja terkait dengan isu-isu lingkungan, tetapi juga isu demokrasi, hak asasi manusia dan isu lain yang lebih luas.

Tak dapat dipungkiri, hingga saat ini konsep pembangunan berkelanjutan tersebut dianggap sebagai ‘resep’ pembangunan terbaik, termasuk pembangunan pariwisata, pertanian, perikanan dan indusri. Pembangunan pariwisata, pertanian, perikanan dan indusri yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-prinsipnya. Prinsip-prinsip tersebut antara lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi.

2. 3. 1. Partisipasi

Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan pariwisata, pertanian, perikanan dan indusri dengan ikut terlibat dalam


(59)

menentukan dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan-tujuan dan strategi-strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata. Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi-strategi yang telah disusun sebelumnya.

2. 3. 2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement

Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.

2. 3. 3. Kepemilikan Lokal

Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan seperti hotel, restoran, tanah garapan, lahan perusahaan, lahan industri dan sebagainya. seharusnya dapat dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Pendidikan dan pelatihan bagi penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku bisnis/wirausahawan setempat benar-benar dibutuhkan dalam mewujudkan kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan (linkages) antara pelaku-pelaku bisnis dengan masyarakat lokal harus diupayakan dalam menunjang kepemilikan lokal tersebut.


(60)

2. 3. 4. Penggunaan Sumber daya yang berkelanjutan

Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya dengan berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara berlebihan. Hal ini juga didukung dengan keterkaitan lokal dalam tahap perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan sehingga pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pariwisata harus menjamin bahwa sumber daya alam dan buatan dapat dipelihara dan diperbaiki dengan menggunakan kriteria-kriteria dan standar-standar internasional.

2. 3. 5. Mewadahi Tujuan-tujuan Masyarakat

Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata agar kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat setempat dapat terwujud. Misalnya, kerja sama dalam wisata budaya atau cultural tourism partnership dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan, manajemen, sampai pada pemasaran. Kemudian mempuayani arah yang tepat dalam memasarkan hasil pertanian, industri dan tangkapan ikan oleh nelayan.

2. 3. 6. Daya Dukung

Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana dan


(61)

pengoperasiannya seharusnya dievaluasi secara reguler sehingga dapat ditentukan penyesuaian/perbaikan yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditoleransi (limits of acceptable use).

2. 3. 7. Monitor dan Evaluasi

Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata. Pedoman atau alat-alat bantu yang dikembangkan tersebut harus meliput i skala nasional, regional dan lokal.

2. 3. 8. Akuntabilitas

Perencanaan pariwisata, pertanian, perikanan dan indusri harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan kesehatan masyarakat lokal yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara harus menjamin akuntabilitas serta memastikan bahwa sumber-sumber yang ada tidak dieksploitasi secara berlebihan.

2. 3. 9. Pelatihan

Pembangunan pariwisata, pertanian, perikanan dan indusri berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan untuk


(62)

membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan bisnis, vocational dan profesional. Pelatihan sebaiknya meliputi topik tentang pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan, serta topik-topik lain yang relevan.

2. 3. 10. Promosi

Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan identitas masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan dan penggunaan lahan tersebut seharusnya bertujuan untuk mewujudkan pengalaman wisata yang berkualitas yang memberikan kepuasan bagi pengunjung15

Diprediksi kesadaran politik masyarakat akan terus menguat seiring penguatan ideologi dalam tubuh partai-partai politik. Oleh sebab itu perluditetapkan sebuah kebijakann dasar dalam mengantsipasi kemungkinan menguatnya konflik-konflik ideologi

.

2. 4. Kebijakan Umum 2. 4. 1. Ideologi

16

a. Pembangunan Sistem

. 2. 4. 2. Politik

Memperjuangkan konsepsi-konsepsi dalam sistem kemasyarakatan dan kenegaraan.

b. Pembangunan Komunikasi Politik

15

16


(63)

Komunikasi politik dipandang sebagai proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan. Dikarenakan komunikasi politik dilakukan dengan tujuan agar orang lain mau berpartisipasi dalam politik maka diperlukan beberapa kerangka dasar yang dapat dijadikan guidance para aktivis dalam komunikasi politik adalah17

• Penyadaran umum pentingnya sistem sebagai sumber nilai budaya dalam kehidupan politik

:

• Mengokohkoh kredibilitas dan efektifitas komunikasi dengan masyarakat.

c. Pembangunan Budaya Politik

• Mengembangkan budaya egaliter dan demokratis yang tercermin dalam perilaku politik

• Membangun budaya rasionalitas dalam kehidupan politik d. Pembangunan Partisipasi Politik

• Penumbuhan kondisi yang menyebabkan lahirnya kesediaan masyarakat untuk bedrpartisipasi politik.

• Mempersiapkan suasana kondusif yang dapat menarik untuk berpartisipasi secara bebas.

2. 4. 3. Birokrasi

17


(64)

Setidak-tidaknya ada tiga fenomena yang muncul dalam kehidupan birokrasi sekarang ini. Pertama, kebobrokan disemua sistem, kedua, menjadi sarang KKN, dan ketiga, tidsk profesional dalam menjalankan roda pemerintahan. Oleh karena itu perlu dilakukan reformasi untuk memunculkan clean government. Sebagai konsekuensinya maka harus perlu memeiliki kebijakan memasuki wilayah birokrasi dengan kebijakan, sebagai berikut:

• Lebih memperhatikan birokrasi dengan memasukkan orang internal untuk menduduki jabatan strategis dengan tetap berpegang pada asas kepatuhan.

• Membentuk wadah independen bagi pegawai yang bekerja di pemerintahan

• Menjadi pelopor dan pemberantasan KKN dan dalam menegakkan keadilan, kejujuran, dan profesionalisme dalam melayani masyarakat.

• Melakukan control secara aktif

2. 4. 4. Ekonomi dan Kesejahteraan

Kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan dapat membantu teciptanya kesejahteraan yang merata juga mrupakan salah satu faktor utama kekuatan sebuah struktur partai. Oleh karena itu perlu langkah-langkah strategis dan kongkret dalam upaya menumbuhkan kemandirian tersebut.

• Menumbuhkan kesadaran nilai-nilai dalam perilaku kebijakan ekonomi


(1)

2009-2014 berakhir dengan mendapatkan 1 kursi di DPRD Sumatera Utara dan meningkatkan tingkat popularitas Oloan Simbolon, ST di daerah pemilihan VIII sumatera Utara, secara khusus di Kabupaten Samosir sebagai tanah kelahiran, ditambah dengan menguatanya sistem kaderisasi dan kekerabatan di Pemuda Katolik Komisariat Daerah Sumatera Utara.

Keterampilan dalam melakoni komunikasi politik dengan masyarakat didukung dengan Partai Persatuan Daerah dan Pemuda Katolik Sumatera Utara menjadikan pengembangan marketing politiknya melalui pendekatan Produk Politik, Push Marketing, Pass Marketing, Paid Media dapat berjalan secara terampil dan digemari oleh masyarakat, ditandai dengan kemenangan yang diraih dalam pemilihan legislatif periode 2009-2014.

Kontestan manapun yang telah mengmbangkan marketing politik bukanlah kemudian dipastikan bakal keluar sebagai pemenang di sebuah pemilihan umum ataupun pemilihan kepala daerah, akan tetapi marketing poltik dapat diapandang sebagai standarisasi yang menjadi keharusan yang diapakai bagi seorang kontestan pada sebuah pemilihan umum, karean marketing politikmemberikan kesempatan bagi kontestan untuk menyampaikan ide gagasan politiknya secara lebih dekat, cepat serta secara luas kepada masyarakat. Kemudian masyarakat dapat lebih mudah untuk mengidentifikasi kontestan tersebut. Artinya, marketing politk seorang kontestan sangat berpengaruh dan mempengaruhi perilaku para pemilih di pemilihan umum.

Meningkatnya popularitas Oloan Simbolon, ST tidak terlepas dari modal awal yang baik dan telah dipelihara olehnya sejak lama, modal awal yang baik


(2)

tersebut yaitu dekat dengan masyarakat, bersikap sederhana, dermawan dan bersabat. Kunci pokok keberhasilan Oloan Simbolon,ST dalam melakoni marketing politiknya trsebut terletak pada keterampilannya dalam melakukan interaksi komunikasi. Interaksi komunikasi ynag dlakukan oleh Oloan Simbolon, ST mengadopsi bahasa yang sederhana, mudah dipahami dan memiliki karakter yang sesuai dengan slogan yang telah dibuat yaitu: “DEMI DAERAH KITA BERJUANG, DEMI BANGSA KITA BERSATU, MARI BANGKIT DAN BERGERAK BERSAMA MEMBANGUN DAERAH”. Model komunikasi inilah yang sejak lama tertanam dijiwanya lalu kemudian tetap diterapkannya kepada masyarakat luas di daerah pemilihan VIII Sumatera Utara tanpa membedakan status sosial dimasyarakat.

Menjaga kesinambungan interaksi komunikasi bersama oleh seluruh jaringan yang telah ada untuk mendukung Oloan Simbolon, ST di pemilihan umum legislatif tidak juga merupakan hal yang mudah, hal ini memerlukan daya juang dan semangat yang tinggi beserta kemauan dan kemampuan yang sangat kuat. Kesinambungan tersebut dijaga oleh Oloan Simbolon, ST melalui berbagai kegiatan yang dilakukan olehnya ataupun yang dilakukan oleh tim pemenangan di berbagai daerah, disisi lain kesinambungan interaksi komunikasi dengan tokoh-tokoh daerah daoat terpenuhi dengan manajemen waktu dan kedisiplinan waktu sehingga kercipta komunikasi yang sangat baik.

Dalam pengembangan komunikasi politik terhadap konstituen Oloan Simbolon, ST menyimpulkan dengan menggunakan jenis komunikasi sebagai berikut:


(3)

a. Komunikasi antar pribadi

b. Komunikasi kelompok bukan massa

c. Komunikasi massa

4. 2. Saran

Peranan startegi komunikasi politik dalam rangka mengembangkan marketing politik menjadi penting untuk diperhatikan serta pemaksimalan sarana media yang ada sebagai sarana penyampaian pesan-pesan politis, pada konteks pemilihan umum legislatif yang bersifat langsung sangat dibutuhkan setiap kontestan untuk dapat mendekatkan diri dengan sedekat mungkin kepada masyarakat yang nota bene adalah sebagi konstituen. Untuk dapat memudahkan terwujudnya marketing politik yang diunggulkan maka saya menyarankan haruslah marketing politik tersebut dilengkapi oleh beberapa unsur sebagai pendukung pemaksimalan, yaitu:

Pertama, selain pendekatan Produk Politik, Push Marketing, Pass Marketing, dan Paid Media yang memiliki tingkkatan memuaskan maka haruslah didukung dengan tingkat pendanaan yang seimbang. Besar kecilnya pendanaan yang dibutuhkan akan sangat tergnatung dengan produk politik yang dibawa kedalam pemilihan umum.

Kedua, kemampuan memahami penggunaan pendekatan untuk mempengaruhi perilaku di tiap-tiap daerah, untuk itu dibutuhkan tim yang memiliki daya kreatifitas yang baik. Ketiga, Dengan kerjasama Pemuda Katolik Sumatera Utara dan memanfaatkan potensi tim pemenangan dimasa Pemilihan


(4)

Umum Legislatif Sumatera Utara periode 2009-2014 lalu, dapat dijadikan sebagai penyerap aspirasi dan informasi yang aktual tentang persoalan-persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang berada hingga di pelosok-pelosok desa di daerah Propinsi Sumatera Utara secar kuhus di daerah pemilihan VIII Sumatera Utara.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Penjelasan Dale S. Beach dikutip dari buku Drs. Moekijat, 1993, berjudul Teori Komunikasi , Mandar Maju : Hal. 4

Dikutip dari buku Prof. Drs. Onong Uchjana Efendy. MA. 1990. berjudul Ilmu Komunikasi teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya : Bandung, Hal. 10 Penjelasan tentang ilmu politik ini dikutip dari buku Prof. Miriam Budiarjo, 1977,

Dasar-dasar Ilmu Politik , Gramedia : Jakarta, Hal, 10

Dikutip dari buku Dan Nimo, 2005 berjudul Komunikasi Politik : Komunikator , Pesan, dan Media, Remaja Rosdakarya, Hal. 9

Dikutip dari buku Onong Uchjana Efendy, 2003 berjudul Ilmu, Teori dan Filsafat Komuniasi , Citra Aditya,

Kasali, 1997, Strategi dan Kampanye Pemasaran Partai Politik,”, Makalah Seminar dan Pemasaran Politik

Butler & Colins, 1996, “A Conceptual Framework of Political Marketing,” dalam I.B.Newman (ed), Handbook of Political Marketing, California: Sage Publication

Newman &Shet. 1985. “A model of primary voter behavior,” dalam Jurnal of Consumer Research, 12, 178-187

Bainess, P.R. et al. 1999. Operationalising Political Marketing: A Comparison of US and Western European Consultans and Managers. Middlesex University Discussion Paper Series


(6)

Kasali, R. 1998. Membidik Pasar Indonesia Segmentasi Targeting Positioning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nimmo, Dan. Polical Communication and Public Opinion in America , Goodyear Publishing Co, 1993

Nawawi, Hadari. 1987. Metodologi Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. 63

Dikutip dari Moses Elias Situmorang, OFMcap, Samosir Mutiara dan Cinta, Samosir. Yayasan Samosir, 2009

Buku Pengantar kader, kalangan sendiri 2003, Jakarta