Frasa Verba Dalam Bahasa Batak Toba (Analisis Teori X-bar)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan para
anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan beridentifikasi
diri (Chaer 2007:32). Setiap bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia belum bisa
dikatakan bahasa, bila bunyi tersebut tidak mengandung makna. Bahasa biasanya
digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, maksud, dan tujuan
kepada orang lain.
Seiring dengan perkembangan bahasa Indonesia, bahasa-bahasa daerah
yang ada di Indonesia juga mengalami perkembangan yang cukup pesat.Salah satu
di antaranya adalah Bahasa Batak Toba.Bahasa Batak Toba (selanjutnya disingkat
BBT) merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih digunakan
oleh masyarakat penuturnya untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan BBT juga dapat dipengaruhi oleh besarnya jumlah penutur
BBT. Penutur bahasa ini adalah semua masyarakat suku Batak Toba dan
masyarakat lain yang tinggal di Desa Simungun,Kecamatan Siempat Nempu Hilir,
Kabupaten Dairi, Sumatera Utara ataupun masyarakat suku Batak Toba yang
tinggal di daerah lain. Perkembangan penduduk, perluasan lingkungan
pemukinan, dan pengaruh bahasa lain sangat mempengaruhi perkembangan BBT.

Kajian sintaksis terhadap BBT, terutama menyangkut frasa dan klausa masih
terbatas.Jika dibandingkan dengan kajian fonologi dan morfologi, kajian sintaksis
masih menempati urutan terendah (Sibarani 1997:11).

1
Universitas Sumatera Utara

Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
tidak melebihi batas fungsi (Ramlan 1987:20).Sebagai suatu fungsi, frasa adalah
satuan

sintaksis

terkecil

yang

merupakan

pemadu


kalimat

(Samsuri,

1985:93).Sebagai suatu bentuk, frasa adalah satuan gramatikal yang berupa
gabungan kata yang nonpredikat (Kridalaksana dkk, 1994:162).Frasa dapat dikaji
secara struktural maupun generatif.Frasa dikaji berdasarkan struktur atau ciri-ciri
formal yang ada, misalnya dalam menentukan kelas kata, untuk menyatakan kata
kerja harus berdistribusi dengan frasa “dengan” dan kata sifat adalah kata yang
didahului oleh kata “sangat” atau kata “paling” (Chaer 1994:360).
Tata bahasa generatif adalah cabang linguistik teoritis yang bekerja untuk
menyediakan seperangkat aturan secara akurat dapat memprediksi kombinasi kata
yang mampu membuat tata bahasa yang benar.Studi tentang tata bahasa generatif
dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang filsuf Amerika yang juga seorang
penulis dan pengajar di bidang linguistik, Noam Chomsky.Pada tahun 1957,
Chomsky mengenalkan gagasan barunya yang tertuang dalam buku yang
berjudulSyntactic Structure.Gagasan barunya yang tertuang dalam buku itulah
yang kemudian oleh para ahli linguistik disebut dengan Tata Bahasa Generatif
Transformasi.


2
Universitas Sumatera Utara

Teori X-bar adalah salah satu bidang kajian tata bahasa generatif
transformasi. Teori ini awalnya diterapkan pada tataran frasa ( dengan simbol x”)
dan kategori antara (intermediate category) yakni kategori yang lebih besar dari
kata, tetapi lebih kecil dari frasa ( simbol x’ ). Dengan demikian jelas bahwa teori
X-bar adalah teori tentang struktur frasa.Teori X-bar menjelaskan apa yang umum
dalam struktur frasa. Dalam teori X-bar semua frasa ini didominasi oleh satu inti
leksikal struktur frasa.
Teori ini pada mulanya digunakan untuk menjawab dua permasalahan
yang dihadapi oleh kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa.Teori ini
telah pernah disinggung sebelumnya, oleh Silitonga (1990) yang membicarakan
prinsip-prinsip umum dan prosedur penerapan teori X-bardalam sebuah
bahasa.Keterangan dan Specifier pada struktur frasa nomina bahasa Indonesia
dapat langsung dibawahi oleh N’ (N-bar), sedangkan pada teori X-bar hanya
komplemen yang langsung dibawahi langsung oleh X’(X-bar).
Sejauh yang diamati, penelitian terhadap struktur frasa verba (FV) Bahasa
Batak Toba dengan menggunakan teori X-bar lebih efisien dan penggunaannya

pun sama sekali belum pernah dilakukan. Penggunaan teori X-bar bersifat
universal, artinya bahwa teori ini dapat digunakan untuk menganalisis struktur frasa
bahasa-bahasa di dunia meskipun bahasa-bahasa itu bersusunan SVO, SOV, dan
sebagainya. Sehingga, dalam BBT, teori ini bisa digunakan untuk menganalisis

struktur BBT sendiri yang mengandung kaidah struktur sintaksis dan kaidah
struktur frasa yang hanya dapat dikaji menggunakan teori X-Bar.

Dalam Teori X-bar semua frasa dijelaskan dengan satu inti leksikal. Inti
merupakan pemarkah bagi ciri kategorinya. Setiap inti proyeksi yang ditandai (X’)
3
Universitas Sumatera Utara

merupakan simpul akhir (terminal node) yang mendominasi kata dan dapat iteratif
(berulang) (Haegemen, 1991 : 84). Inti yang dimaksudkan adalah inti dari FV
adalah verba, inti dari FN adalah nomina, inti dari FA adalah adjektiva, dan inti
dari FNum adalah numeralia. Misalnya, membaca merupakan inti verba pada
frasa sedang membaca.Maka sedang membaca dikatakan FV.Selanjutnya, teori Xbar direpresentasikan pada diagram pohon (disebut juga tataran sintaksis).Pada
tataran ini sebuah kategori leksikal seperti verba, nomina, adjektifa, atau
numeralia (dalam hal ini disimbolkan dengan X), dibentuk oleh komplemen,

keterangan, dan specifier. Komplemen berkombinasi dengan X membentuk
proyeksi X-bar (X’), keterangan berkombinasi dengan X-bar (X’) membentuk
proyeksi X-bar lebih tinggi (X’) dan specifier berkombinasi dengan X-bar lebih
tinggi membentuk proyeksi maksimal frasa X. Jadi, proyeksi X merupakan
kategori bar (X’) dan proyeksi maksimal dari kategori X adalah frasa dengan bar
tertinggi (X” atau FX)
Gagasan utama teori X-bar adalah bahwa di dalam struktur internal frasa
yang berbeda dalam sebuah bahasa ditemukan pola yang sama pada setiap struktur
(Sell dalam Mulyadi, 2002). Selain itu, meskipun dijumpai perbedaan susunan
kata pada bahasa-bahasa di dunia, perbedaan itu tetap dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori X-bar. Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji
frasa verba dalam BBT dengan menggunakan teori X-bar agar diketahui kaidah
strukturfrasa dalam BBT. Hal ini sangat menarik untuk diteliti dalam
mengungkapkan dan memaparkan struktur serta perilaku fungsi gramatikal dalam
BBT. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam ilmu
linguistik.

4
Universitas Sumatera Utara


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (komp),
keterangan (ket), dan specifier (spec) dalam membentuk struktur verba
bahasa Batak Toba menurut teori X-bar?
2. Bagaimanakah kaidah struktur frasa verba bahasa Batak Toba menurut
teori X-bar?

1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan uraian terhadap suatu masalah yang akan
diteliti oleh seorang peneliti, agar penelitian yang dilakukan dapat efektif dan
efesien. Pada penelitian ini masalah yang akan diteliti dibatasi hanya pada
perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (komp), keterangan (ket), dan
specifier (spec) dalam membentuk struktur frase verba dalam BBT berdasarkan
teori X- bar dan menetapkan kaidah struktur frasa verba.

5
Universitas Sumatera Utara


1.4Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu :
a.

Mendeskripsikan

perilaku

fungsi

gramatikal

komplemen(Komp),

keterangan (Ket), dan specifier (Spec) dalam membentuk struktur frasa
bahasa Batak Toba berdasarkan Teori X-bar.
b.

Menjabarkan kaidah struktur frasa verba bahasa Batak Toba dengan

menggunakan teori X-bar.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis
a.

Menambah pengetahuan tentang frasa verba dalam bahasa Batak Toba

b.

Memberikan manfaat dalam upaya pengembangan kajian sintaksis
bahasaBatak Toba yang menggunakan pendekatan generatif khususnya
yang berhubugan dengan Frasa Verba.

1.5.2 Manfaat Praktis
a.

Sebagai bahan masukan bagi peneliti-peneliti, khususnya bagi peneliti
bahasa Batak Toba yang ingin mengkaji penelitian yang sama.


b.

Sebagai informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian baru
yaitu kajian tentang Frasa verba pada bahasa Batak Toba Analisis X-bar.

6
Universitas Sumatera Utara