Frasa Verba Dalam Bahasa Batak Toba (Analisis Teori X-bar)

(1)

LAMPIRAN 1: DATA PENELITIAN

NO DATA BAHASA INDONESIA TERJEMAHAN DALAM BAHASA

BATAK TOBA

1 Mangoppa adek omak Menggendong adik ibu 2 Manggadis pisang namboru Menjual pisang bibi 3 Mamboan soban si Hokkop Membawa kayu si Hokkop 4 Mangaloppa gadong anggiku Memasak ubi adikku 5 Holan hundul ibana Dia hanya duduk

6 Naeng sahat di inan omak Ibu akan sampai di pasar 7 Lalap murhing bohina Wajahnya selalu cemberut 8 Jot-jot mondok di sikkola ibana Dia sering mengantuk disekolah

9 Holan ibana Hanya dia

10 Ditadingkon raphon oppungna si Asina

Si Asina ditinggalkan bersam neneknya

11 Ro tu jabuna parrengge-rengge Pedagang datang ke rumahnya 12 Mardalan nanget-nanget oppung Nenek berjalan pelan-pelan

13 Marungut-ungut sambing

namboru

Bibi menggerutu saja

14 Sude mamboan gellengna molo adong ulaon di huta

Semua membawa anaknya kalau ada pesta di kampung

15 Saotik ro tondongna Sedikit datang keluarganya 16 Godang tubu duhut Banyak tumbuh rumput


(2)

18 Pangan on Makan ini

19 Jomput i Pungut itu

20 Boan on Bawa ini

21 Mangombak bapa Ayah mencangkol

22 Modom adek Adik tidur

23 Mate huting Kucing mati

24 Masihol ahu Aku rindu

25 Mamupuk eme tulang Paman memupuk padi 26 Mamonggol soban gellenghu Anakku memotong kayu 27 Manjangkit jengkol bapa Ayah memanjat jengkol 28 Manginum kopi oppung Oppung meminum kopi 29 Paulak tu ingananna Kembalikan ke tempatnya 30 Modom sambing karejona Tidur saja kerjanya 31 Mangan lalap anggiku Adikku selalu makan

32 Padomu na rotak dohot na ias Satukan yang kotor dengan yang bersih 33 Manaruhon indahan tu juma ahu Aku mengantarkan nasi ke ladang 34 Mangallang napuran na paet i

oppung

Nenek memakan sirih yang pahit itu

35 Mangalakkat pining nuaeng omak Ibu sedang mengupas pinang 36 Mangula sabah na bolak bapa Ayah mengolah sawah yang lebar

37 Sude manortor Semua menari

38 Saotik mangan Sedikit makan


(3)

40 Sude tangis Semua menangis 41 Sude mamboan ulos Semua membawa ulos 42 Godang mamboan hepeng Banyak membawa uang 43 Godang mamuji ibana Banyak memuji dia 44 Saotik manuhor loppan Sedikit membeli lauk

45 Saotik mulak tu huta pangaratto Sedikit pulang ke kampung perantau 46 Godang manortor sai girang Banyak menari dengan gembiranya 47 Sude lao simanogot Semua pergo pagi-pagi

48 Sude dope mangan pangula Semua pekerja sedang makan 49 Nunga modom adek Adik sudah tidur

50 Di sopo mangan bapa Ayah makan di gubuk 51 Marsogot to halak i Besok mereka datang 52 Malo maretong si Ucok Si Ucok pandai berhitung 53 Holit mangalean hepeng oppung

nami

Nenek kami pelit memberi uang

54 Tu pesta manaruhon omak Mengantarkan ibu ke pesta 55 Naeng mamutik kopi Ingin memetik kopi

56 Paias on Bersihkan ini

57 Hindat i Angkat itu

58 Buat i Ambil itu


(4)

LAMPIRAN 2: DATA INFORMAN

1. Nama : Rasben Siregar

Umur : 48 tahun

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMA

2. Nama : Alince Nababan

Umur : 47 tahun

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMP

3. Nama : Maniur Manalu

Umur : 54 tahun

Pekerjaan : Pedagang


(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Chaer, A. 1994. Pengantar Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Haegemen, L. 1992. Introduction to Government and Binding Theory. Oxford:

Blackwell.

Harimurti, K. 1994. Kelas kata dalam bahasa Indonesia (Vol. Edisi Ketiga). Jakarta: Gramedia Pustaka.

Keraf, G. 1984. Tatabahasa Indonesia . Ende Flores: Nusa Indah

Mulyadi. 1998. Frase Nomina Bahasa Indonesia : Analisa Teori X-bar. Komunikasi Penelitian, 110:218-234.

Mulyadi. 2002. Frase Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis Teori X-bar. Studi Kultura, 62-74.

Nazir, M. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Parera, J. D. 1991. Sintaksis (Edisi Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Radford, A. 1988. Transformational Grammar. Cambridge University Press. Ramlan, M. 1985. Sintaksis (Vol. Keenam). Yogyakarta: Karyono.

Samsuri. 1969. Tata Bahasa Generatif Transformasi. Malang: Team Publikasi Ilmiah FKKS.

Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta: Airlangga.

Sibarani, R. 1997. Struktur Bahasa Batak Toba. Medan: USU Press.


(7)

Sinaga, A. B. 2002. Tatabahasa Batak Toba (Meresapkan Jiwa dan Darah Batak). Medan: Bina Medan.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analsis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

SKRIPSI

Torong, S. W. 1999. “Frase Adjektiva Bahasa Karo : Analisis Teori X-bar”. (Skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Sari, A. R. 2007. “Struktur Frasa Numeralia dalam Bahasa Pesisir Sibolga: Analisis Teori X-bar”. (Skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Siagian, J. F. 2007. “Struktur Frasa Adjektiva dalam Bahasa Batak Toba: Analisis Teori X-bar”. (Skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Situmorang, N. S. 2007. “Frasa Nomina Bahasa Batak Toba: Analisis Teori X-bar”. (Skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Pasaribu, W.S. 2012.” Struktur Frasa Verba bahasa Pakpak Dairi Analisis Teori X-bar”. (Skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Simamora, I. 2013. “Frasa Preposisi bahasa Batak Toba (analisis teori X-bar)”. (Skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Saragih B. D. 2014. “Frasa Adjektiva bahasa Simalungun: Analisis Teori X-bar”. (Skripsi). Medan: Fakultas Sastra Indonesia USU.


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi adalah letak atau tempat (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2005:680).Lokasi penelitian penulis adalah di Desa Simungun, Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Desa Simungun merupakan salah satu desa dari lima desa di Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi. Desa lain di Kecamatan Siempat Nempu hilir adalah Desa Sopobutar, Desa Jambur Indonesia, Desa Simungun, Desa Lae sering, dan Desa Janji. Desa Simungun berbatasan dengan Desa Lae Markelang di sebelah Utara, di sebelah Selatan berbatasan dengan Silima pungga-pungga, di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lae Sering, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jambur. Desa Simungun dibagi menjadi empat dusun, yaitu Simungun, Lae garut dolok, Lae garut Pasar, Lae mbale. Lokasi ini merupakan penuturnya mayoritas asli bahasa Batak Toba.Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh data dari lapangan dan kepustakaan.Sumber data tersebut berbentuk lisan dan tulisan.Data lisan dikumpulkan dengan menggunakan metode simak dengan teknik lanjutan berupa teknik simak libat cakap dan teknik simak bebas libat cakap yang didukung dengan teknik rekam dan teknik cakap (Sudaryanto, 1993: 133-135) yang langsung diperoleh dari penutur asli BBT sedangkan, data tulisan diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan BBT.


(9)

3.1.2 Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian struktur frasa verba dalam BBT analisis teoriX-bar mulai tanggal 10 Desember – 06 Januari 2014.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah objek penelitian. Dalam penelitian linguistik, populasi pada umumnya ialah keseluruhan individu dari segi-segi bahasa (Subroto, 2007: 36). Populasi penulis adalah seluruh masyarakat penutur BBT yang bertempat tinggal di Desa Simungun, Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari poolasi yang dijadikan objek penelitian langsung. Sampel mewakili populasi secara keseluruhan (Subroto, 2007: 36). Dalam penelitian ini, penulis mengambil sejumlah informan yang bermukim di daerah tersebut.

Dalam Mahsun (1995: 106) kriteria-kriteria sampel atau seorang informan adalah:

1. Berjenis kelamin pria atau wanita 2. Berusia antara 25-65 tahun


(10)

4. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya

5. Berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SLTP) 6. Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya. 7. Dapat berbahasa Indonesia

8. Pekerjaannya bertani atau buruh; dan

9. Sehat Jasmani (tidak cacat berbahasa dan memiliki pendengaran yang baik) dan sehat rohani (tidak gila atau pikun).

Informan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang, dua perempuan dan satu laki-laki (lihat Lampiran 2).

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data lisan digunakan metode wawancara. Wawancara dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.30-08.30 WIB dan pada hari Sabtu dan Minggu. Biasanya wawancara dilakukan di rumah informan. Pada saat penelitian, ada beberapa hambatan, yakni

1. Peneliti kesulitan dalam menyesuaikan waktu dengan informan. Informan biasanya bekerja dari pagi hingga sore. Akibatnya, waktu waktu untuk melakukan wawancara sangat terbatas.

2. Masyarakat memandang peneliti secara negatif. Hal ini terjadi karena tingginya intensitas peneliti ke rumah informan.

Pengumpulan data lisan ini dilakukan di Desa Simungun, Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.Dengan metode ini peneliti terlibat langsung percakapan dengan narasumber(penuturbahasa Batak


(11)

Data-data lisan tersebut diujikan kepada penutur BBT melalui penggunaan daftar pertanyaan.Hal ini jelas menuntut dan mengharuskan peneliti bertindak hati-hati pada tahap analisis dan interpretasi data.Untuk mendapatkandatatulis digunakan metode simak (Sudaryanto,1993:133,135) yang didukung oleh teknik catat. Data tulis itu bersumber dari buku Sintaksis Bahasa Batak Toba (Sibarani, 1997); Kamus Bahasa Batak Toba-Indonesia (Warneck, 2001); dan Tata Bahasa Batak Toba (Sinaga, 2002). Metode simak merupakan penyimakan:dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa.

Data-dataFV yang telah ditemukan kemudian dikelompokkan menurut letak leksikalnya. FV mangaloppa gadong ‘memasak ubi’ misalnya, dimasukkan ke dalam kelompok inti leksikal di kiri karena inti frasa tersebut adalah mangaloppa sementara itu, FV nunga mangan ‘sudah makan’ misalnya, diletakkan dalam kelompok inti leksikal di kanan karena inti leksikal mangan terletak di kanan sedangkan atributnya terletak di kiri atau sebelum inti.

Langkah-langkah pengumpulan data dalam FV Bahasa Batak Toba adalah:

1. Pencatatan FV Bahasa Batak Toba dalam berbagai konteks dan sumber. 2. Pengelompokan FV berdasarkan letak inti frasa tersebut.


(12)

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul adalah menganalisis data tersebut atau disebut dengan tahap analisis data. Pada tahapan analisis data digunakan metode agih dengan teknikdasar berupa teknik bagi unsur langsung, dan teknik lanjutan berupa teknik lesap,teknik ganti(Sudaryanto, 1993:55).Pada metode agih peneliti menggunakan instuisi untuk membagi satuan lingual.Contohnya , terlihat pada kalimat berikut:

(1) [Nunga mangan] ibana. ↓ ↓ ↓ Sudah makan dia ‘dia [sudah makan]’

(2) [Mangaloppa gadong] anggiku. ↓ ↓ ↓ Memasak ubi adikku ‘adikku [memasak ubi]’

Kemudian, teknik bagi unsur langsung tersebut akan dilanjutkan dengan teknik lesap. Teknik ini digunakan untuk melesapkan unsur tertentu agar diketahui kadar keintian unsur yang dilesapkan. Misalnya, pada frasa nunga mangan ‘sudah makan’, unsur inti adalah mangan ‘makan’.Jika unsur ini dilesapkan menjadi *mangan ‘makan’ bentuknya menjadi tidak gramatikal. Namun, bila yang dilesapkan adalah nunga ‘sudah’, maka kata mangan ‘makan’ masih gramatikal karena kata mangan ‘makan’ adalah inti dari unsur tersebut. Demikian halnya dengan frasa verba mangaloppa gadong anggiku ‘memasak ubi adikku’. Apabila


(13)

inti leksikal mangaloppa ‘memasak’ dihilangkan maka kalimat tersebut tidak gramatikal.

Selanjutnya, peneliti menggunakan teknik ganti, yaitu teknik mengganti satuan lingual yang menjadi pokok perhatian peneliti dengan satuan lingual pengganti misalnya, mangaloppa gadong ‘memasak ubi’.Mangaloppa pada frasa mangaloppa gadong merupakan verba. Verbamangaloppa‘memasak’ diganti dengan mangallang ‘memakan’ menjadi mangallang gadong‘memakan ubi’ maka bentuk yang dihasilkan masih berterima atau gramatikal.

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah data dianalisis, maka data disajikan dengan metode formal dan informal.Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang(Sudaryanto, 1993:145).Penyajian Frasa Verba BBT secara formal diperlihatkan dengan menggunakan diagram pohon/skemayang merupakan salah satu ciri sintaksis generatif yang dikembangkan Chomsky. Penyajian Frasa Verba BBT secara infrormal adalah menjelaskan dengan kata-kata biasa. Hal ini dilakukan untuk memudahkan memahami diagram pohon, terutama untuk masyarakat awam yang belum mengenal Teori X-bar. Penyajian formal dan informal frasa verba BBT dengan teori X-bar akan terlihat sebagai berikut:


(14)

FV→V

FV

V’

V

Mangan ‘makan’

Frasa verba dapat langsung menurunkan inti leksikal tanpa pewatas. FV→Spec + Ket + Inti

FV

Spec V”

Asp V’

V

Sude nunga mangan ‘semua sudah makan’

Specifier yang berkombinasi dengan inti leksikal akan langsung membentuk Frasa Verba atau Bar tertinggi dan keterangan yang berkombinasi dengan V’ (V-bar) membentuk V’ lebih tinggi.


(15)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Perilaku Fungsi Gramatikal Frasa Verba Bahasa Batak Toba

Pembicaraan mengenai struktur frasa verba dalam Bahasa Batak Toba, berhubungan dengan tiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec). Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh V-bar (V’) dan kehadiran komplemen pada posisi itu merupakan realisasi dari kategori leksikal, secara skematis keterangan (ket) juga terletak di bawah bar tetapi tatarannya berbeda, komplemen didominasi oleh V-bar pertama sementara keterangan didominasi X-V-bar kedua. Dalam struktur frasa verba komplemen merupakan argumen wajib (inti), sedangkan keterangan adalah argumen optional dan specifier (spec) merupakan sebuah argumen yang di bawahi langsung oleh V-bar ganda (FV).

4.1.1 Perilaku Komplemen (Komp)

Komplemen adalah sesuatu yang melengkapi atau menyempurnakan; kata atau frasa yang secara gramatikal melengkapi kata atau frasa lain (KBBI, 2000). Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh V-bar (V’) dan berfungsi merealisasikan inti leksikal. Dalam Bahasa Batak Toba, komplemen sangat berperan membentuk frasa verba Bahasa Batak Toba. Komplemen dalam Bahasa Batak Toba terletak di kanan atau setelah inti leksikal.Kehadiran komplemen dalam frasa verba Bahasa Batak Toba tersebut bersifat wajib.Artinya, apabila komplemen tidak hadir, maka struktur yang terbentuk menjadi tidak gramatikal.Ini mengindikasikan bahwa komplemen


(16)

diperlukan dan harus hadir di dalam setiap tataran frasa.Komplemen yang melengkapi frasa verba Bahasa Batak Toba selalu berkategori nomina (N). Perilaku komplemen akan terlihat pada penjelasan berikut ini.

1. Komplemen Berkategori Nomina

Dalam membentuk frasa verba BBT, komplemen yang melengkapi frasa verba selalu berkategori nomina (N) yang merupakan pendamping verba atau inti leksikal.Hal ini dapat terlihat pada contoh di bawah.

1. [mangoppa adek] omak 2. [manggadis pisang] namboru ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓

Menggendong adik ibu Menjual pisang bibi ‘Ibu menggendong adik’ ‘Bibi menjual pisang’

Pada (1) dan (2), frasa verba mangoppa adek ‘menggendong adik’ dan manggadis pisang ‘menjual pisang’,terdiri dari inti leksikal masing-masing mangoppa ‘menggendong’ dan manggadis ‘menjual’ ditambah nomina adek ‘adik’, dan pisang ‘pisang’. Kehadiran nomina dalam frasa verba tersebut berperilaku sebagai komplemen.Jika nomina-nomina tersebut dilesapkan atau dipindah letaknya, maka struktur yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal seperti contoh dibawah ini.

3. a) [mangoppa adek] omak 4. a) [manggadis pisang] namboru

↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Menggendong adik ibu Menjual pisang bibi ‘Ibu menggendong adik’ ‘Bibi menjual pisang’


(17)

3. b) [Mangoppa] omak 4. b) [manggadis] namboru ↓ ↓ ↓ ↓

Menggendong ibu Menjual bibi

‘Ibu menggendong’ ‘Bibi menjual’

Dari contoh di atas terlihat bahwa elemen komplemen ini sangat diperlukan, jika elemen pada komplemen dilesapkan, maka struktur yang dihasilkan tidak akan membentuk frasa verba.

2. Komplemen Bersifat Wajib

Dalam membentuk frasa verba BBT kehadiran komplemen bersifat wajib.Hal ini mengindikasikan bahwa komplemen diperlukan dan harus hadir dalam setiap tataran frasa verba.Perilaku komplemen yang bersifat wajib juga dapat menunjukkan letak ketegaran sebuah frasa verba.Untuk mengetahui letak ketegaran tersebut dapat diuji dengan melesapkan elemen komplemen pada struktur frasa verba.

Contoh:

5. [mamboan soban] si Hokkop

↓ ↓ ↓

Membawa kayu si Hokkop ‘Si Hokkop membawa kayu’


(18)

6. [mangaloppa gadong] anggiku

↓ ↓ ↓ Memasak ubi adikku

‘Adikku memasak ubi’

Pada (5) dan (6) frasa verba mamboan soban ‘membawa kayu’, dan mangaloppa gadong ‘memasak ubi’ terdiri dari inti leksikal masing- masing mamboan ‘membawa’, dan mangaloppa ‘memasak’ ditambah nomina dalam frasa verba tersebut berperilaku sebagai komplemen yang bersifat wajib.

Elemen komplemen ini sangat diperlukan, Jika nomina tersebut dilesapkan atau dipindah letaknya, maka struktur yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal.Seperti terlihat pada contoh di bawah ini.

7. a) [mamboan soban] si Hokkop

↓ ↓ ↓

Membawa kayu si Hokkop ‘Si Hokkop membawa kayu’ 7. b) [Mamboan] si Hokkop

↓ ↓ Membawa si Hokkop ‘Si Hokkop membawa’


(19)

8. a.)[mangaloppa gadong] anggiku

↓ ↓ ↓

Memasak ubi adikku

‘Adikku memasak ubi’

8. b) [mangaloppa] anggiku

↓ ↓

Memasak adikku ‘Adikku memasak’

Dari contoh di atas, terlihat jelas bahwa komplemen sangat diperlukan dan bersifat wajib. Tanpa kehadiran komplemen, maka struktur yang dihasilkan tidak akan membentuk frasa verba.

3. Komplemen Berada di belakang Frasa Verba

Komplemen yang berkategori nomina selalu mengikuti frasa verba, artinya komplemen hadir setelah inti leksikal dan letaknya tidak dapat dipindahkan.

Contoh: FV → Verba + Nomina

9. [mangoppa adek]

↓ ↓ Menggendong adik ‘Menggendong adik’


(20)

10. [manggadis pisang] ↓ ↓

Menjual pisang ‘Menjual pisang’

11. [mamboan soban] ↓ ↓

Membawa kayu ‘Membawa kayu’

12. [mangaloppa gadong] ↓ ↓

Memasak ubi

‘ Memasak ubi’

Contoh di atas menggambarkan inti frasa mangoppa ‘menggendong’, manggadis ‘menjual’, mamboan ‘membawa’, mangaloppa ‘memasak’ berkombinasi dengan nomina adek ‘adik’, pisang ‘pisang’, soban ‘kayu’, dan gadong ‘ubi’ yang bertindak sebagai komplemen yang diperlukan. Jika komplemen dipindah letaknya maka frasa verba yang dihasilkan tidak gramatikal.

13. a) [mangoppa adek]

↓ ↓ Menggendong adik


(21)

13. b) [adek mangoppa]

↓ ↓ Adik menggendong ‘Adik menggendong’ 14. a)[manggadis pisang]

↓ ↓

Menjual pisang ‘Menjual pisang’

14. b) [pisang manggadis]

↓ ↓

Pisang menjual ‘Pisang menjual’

15. a) [mamboan soban]

↓ ↓

Membawa kayu ‘Membawa kayu’ 15. b) [soban mamboan]

↓ ↓


(22)

16. a) [mangaloppa gadong]

↓ ↓

Memasak ubi ‘ Memasak ubi’

16. b) [gadong mangaloppa]

↓ ↓ Ubi memasak

‘Ubi memasak’

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa komplemen dalam frasa verba Bahasa Batak Toba bersifat wajib dan hadir hanya setelah inti leksikal yaitu di sebelah kanan inti leksikal frasa verba bahasa bahasa Batak Toba.

4.1.2 Perilaku Keterangan (Ket)

Keterangan adalah uraian untuk menerangkan sesuatu; penjelasan; kata atau kelompok kata yang menerangkan (menentukan) kata atau bagian kalimat yang lain, seperti tempat, waktu (KBBI, 2000).Keterangan adalah konstituen opsional dan dapat berulang atau bersifat pariferal (pilihan) yang dibawahi langsung oleh V-bar (V’).Dalam frasa verba Bahasa Batak Toba, keterangan bisa terletak di kiri dan di kanan inti leksikal.Kehadiran keterangan dalam frasa verba Bahasa Batak Toba bersifat opsional (tidak wajib).Artinya, keterangan ini bisa ada, bisa tidak.Selain itu meskipun keterangan dilesapkan atau dipindahkan letak strukturnya, frasa yang terbentuk tetap gramatikal.Keterangan pada struktur frasa verba Bahasa Batak Toba tidak terbatas, yaitu dapat berupa Fadj, FP, dan


(23)

Asp.Perilaku keterangan dalam membentuk frasa verba Bahasa Batak Toba dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

1. Keterangan Bersifat opsional (Tidak Wajib)

Keterangan bersifat opsional artinya keterangan bisa hadir dan bisa tidak dalam sebuah frasa verba.Untuk melihat letak ketegaran elemen keterangan dapat diuji dengan melesapkan elemen keterangan.Apabila keterangan dilesapkan dan menghasilkan frasa verba yang gramatikal dan berterima, berarti keterangan dalam struktur frasa verba Bahasa Batak Toba bersifat opsional (tidak wajib).

17. [holan hundul] ibana

↓ ↓ ↓

Hanya duduk dia ‘Dia hanya duduk’

(1) [naeng sahat di onan] omak ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Akan sampai di pasar ibu ‘Ibu akan sampai di pasar’

Pada contoh-contoh di atas, inti leksikal dari frasa verba holan hundul ‘hanya duduk’, dan naeng sahat di onan ‘akan sampai di pasar’, masing-masing adalah hundul ‘duduk’, dan sahat ‘sampai’. Aspek holan ‘hanya’, dan naeng ‘akan’, berperan sebagai keterangan.Aspek tersebut hadir di awal inti frasa verba bahasa Batak Toba.Apabila kedua aspek yang merupakan keterangan tersebut dilesapkan, kalimat yang dihasilkan masih gramatikal karena inti leksikal dapat berdiri sendiri.


(24)

19. a) [holan hundul] ibana

↓ ↓ ↓

Hanya duduk dia ‘Dia hanya duduk’ 19. b) [hundul] ibana

↓ ↓ Duduk dia ‘Dia duduk’

20. a) [naeng sahat di onan] omak ↓ ↓ ↓ ↓ ↓

Akan sampai di pasar ibu ‘Ibu akan sampai di pasar’ 20. b) [Sahat] di onan omak

↓ ↓ ↓ ↓ Sampai di pasar ibu ‘Ibu sampai di pasar’

Apabila keterangan pada contoh (19.a) dan (20.a) dilesapkan, konstruksi yang dihasilkan tetap gramatikal dan berterima seperti pada contoh (19.b) dan (20.b).

Sebaliknya, apabila inti leksikalnya yang dilesapkan, maka kalimat yang terbentuk tidak gramatikal karena keterangan tidak dapat berdiri sendiri.


(25)

21. *Holan ibana ↓ ↓

Hanya dia ‘Dia hanya’ 22. *Naeng oma

↓ ↓ Akan ibu ‘Ibu akan’

Pada contoh di atas terlihat bahwa apabila inti leksikalnya yang dilesapkan, maka frasa verba yang terbentuk tidak gramatikal karena keterangan tidak dapat berdiri sendiri.

2. Posisi Keterangan Dapat di Awal dan di Akhir Frasa Verba

Posisi keterangan dapat di awal dan di akhir frasa verba atau inti leksikal.Berikut terlihat pada contoh di bawah ini.

23. [lalap murhing] bohina ↓ ↓ ↓

Selalu cemberut wajahnya ‘Selalu cemberut wajahnya’

24. [ditadingkon raphon oppungna] si Asina ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Ditinggalkan bersama neneknya si Asina ‘Ditinggalkan bersama neneknya si Asina’

Pada contoh (23) dan (24) frasa verba inti leksikal dari frasa verba lalap murhingbohina ‘ selalu cemberut wajahnya’, dan ditadingkon raphon oppungna si


(26)

Asina ‘ditinggalkan bersama neneknya si Asina’, masing-masing adalah murhing ‘cemberut’, dan ditadingkon ‘ditinggalkan’. Aspek lalap ‘selalu’ dan raphon oppungna‘bersama neneknya’ berperan sebagai keterangan.Aspek tersebut hadir di awal inti frasa verba Bahasa Batak Toba. Jika letak keterangan pada (23) dan (24) dipindahkan di depan inti leksikal, struktur yang dihasilkan tetap gramatikal seperti pada kalimat di bawah (23.a) dan (24.a) ini.

Contoh:

23. a) [murhing lalap] bohina ↓ ↓ ↓

Cemberut selalu wajahnya ‘Cemberut selalu wajahnya’

24. a) [raphon oppungna ditadingkon] si Asina ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Bersama neneknya ditinggalkan si Asina ‘Bersama neneknya ditinggalkan si Asina’

Dari contoh di atas, terlihat jelas bahwa posisi keterangan bisa di awal dan di akhir frasa verba, serta struktur yang dihasilkan masih tetap gramatikal.

3. Keterangan Tidak Terbatas

Keterangan pada struktur frasa verba Bahasa Batak Toba tidak terbatas, yaitu dapat berupa, Fadj, FP, FN dan Asp.Perilaku keterangan dalam membentuk frasa verba Bahasa Batak Toba dapat dilihat pada contoh berikut ini.

25. [mardalan nanget-nanget] oppung ↓ ↓ ↓ Berjalan pelan-pelan nenek


(27)

‘Nenek berjalan pelan-pelan’ 26. [ro tu jabuna] bidan

↓ ↓ ↓ ↓ Datang ke rumahnya bidan ‘Bidan datang ke rumahnya’

27. [marungut-ungut sambing] namboru

↓ ↓ ↓

Menggerutu saja bibi ‘Menggerutu saja bibi’

28. [ditadingkon raphon oppungna] si Asina ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Ditinggalkan bersama neneknya si Asina ‘Si Asina ditinggalkan bersama neneknya’

Dalam frasa verba di atas, frasa adjektiva nanget-nanget ‘pelan-pelan’, dan frase preposisi tu jabuna ‘ke rumahnya’, hadir setelah inti leksikal mardalan ‘berjalan’, dan ro ‘datang’. Kemudian, keterangan sambing ‘saja’ dan frasa nomina raphon oppungna ‘bersama neneknya’ juga hadir di sebelah kanan inti leksikal marungut-ungut ‘menggerutu’, dan ditadingkon ‘ditinggalkan’. Kehadiran frasa adjektiva nanget-nanget ‘pelan-pelan’, frasa preposisi tu jabuna ‘ke rumahnya’,keterangan sambing ‘saja’ dan frasa nomina raphon oppungna ‘bersama neneknya’ dalam frasa verba Bahasa Batak Toba berfungsi sebagai keterangan. Walaupun kata sambing ‘saja’ tersebut hadir sebelum inti


(28)

leksikal.Artinya, struktur frasa verba Bahasa Batak Toba tetap gramatikal tanpa kehadiran FN, FP, FAdj, dan Aspek tersebut di akhir inti leksikal.

Contoh struktur frasa verba (25 s.d. 28) di atas terlihat sebagai berikut jika digambarkan dalam skema pohon X-bar.

(25) FV (27) FV

V” V”

V’ FA V’ Aspek

V V

Mardalan nanget-nanget marungut-ungut sambing ‘Berjalan pelan-pelan’ ‘Menggerutu saja’


(29)

(26) FV (28) FV

V” V”

V’ FN V’ FP

V V

Ditadingkon raphon oppungna Ro tujabuna ‘Ditinggalkan bersama neneknya’ ‘Datang ke rumahnya’

Dari contoh-contoh di atas daat dilihat bahwa frasa verba bahasa Batak Toba dapat dibentuk oleh inti leksikal ditambah frasa preposisi, frasa nomina, frasa adjektiva, dan aspek yang berperan sebagai keterangan yang mana keterangan tersebut dapat hadir di awal dan di akhir leksikal.

4.1.3 Perilaku Specifier (spec)

Specifier (spec) adalah sebuah argumen eksternal yang posisinya langsung di bawahi V-bar ganda (V”). Kategori ini merupakan proyeksi akhir pada sebuah frasa.Specifier juga berperan membentuk frasa verba Bahasa Batak Toba.Posisi specifier dalam Bahasa Batak Toba bersifat opsional, artinya dapat terletak di awal frasa (sebelah kiri inti leksikal), dan di akhir frasa (sebelah kanan inti leksikal).Pada posisi awal, specifier berfungsi menerangkan frasa verba di depannya, sedangkan pada posisi akhir, specifier berfungsi menutup


(30)

frasa.Specifier yang melengkapi frasa verba Bahasa Batak Toba berkategori penjumlah dan penunjuk ini\itu.

1. Specifier Bersifat Opsional

Posisi specifier dalam Bahasa Batak Toba bersifat opsional, artinya dapat terletak di awal frasa (sebelah kiri inti leksikal), dan di akhir frasa (sebelah kanan inti leksikal).Pada posisi awal, specifier berfungsi menerangkan frasa verba di depannya, sedangkan pada posisi akhir, specifier berfungsi menutup frasa.Specifier yang melengkapi frasa verba Bahasa Batak Toba berkategori penjumlah dan penunjuk ini\itu.

Contoh:

29. [sude mamboan gellengna]. ↓ ↓ ↓ Semua membawa anaknya ‘Semua membawa anaknya’ 30. [saotik ro tondongna].

↓ ↓ ↓

Sedikit datang keluarganya ‘Sedikit datang keluarganya’ 31. [godang tubu duhut].

↓ ↓ ↓

Banyak tumbuh rumput ‘Banyak tumbuh rumput’


(31)

godang tubu duhut ‘banyak tumbuh rumput’; terdiri dari inti leksikal mamboan ‘membawa’, ro ‘datang’, dan tubu ‘tumbuh’. Kemudian, kata sude ‘semua’, saotik ‘sedikit’, dan godang ‘banyak’ hadir di awal frasa sebagai specifier. Specifier ini berfungsi menerangkan frasa verba di depannya. Jika diaplikasikan dalam diagram pohon X-bar, maka hasilnya sebagai berikut:

(29) FV

Spec V”

V’

V

Sude mamboan gellengna ‘Semua membawa anaknya’


(32)

(30) FV (31) FV

Spec V” Spec V”

V’ V’

V N V N

Saotik ro tondongna godang tubu duhut ‘Sedikit datang keluarganya’ ‘Banyak tumbuh rumput’

Dari contoh di atas, terlihat jelas bahwa kata yang berkategori penjumlah seperti sude ‘semua’, saotik ‘sedikit’ dan godang ‘banyak’ sebagai specifier dapat hadir di awal frasa verba Bahasa Batak Toba.

Selain contoh di atas, specifier juga hadir di akhir frasa verba Bahasa Batak Toba.Artinya, specifier hadir sebagai penutup frase verba Bahasa Batak Toba.

Contoh:

(32). [Bolongkon i] (33) [jomput i]

↓ ↓ ↓ ↓

Buang itu pungut itu


(33)

(34). [pangan on] (35) [boan on]

↓ ↓ ↓ ↓

Makan ini Bawa ini

‘Makan ini’ ‘Bawa ini’

Contoh frasa verba Bahasa Batak Toba di atas terdiri dari inti leksikal bolongkon ‘buang’, jomput ‘pungut’, pangan ‘makan’, dan boan ‘bawa’. Penunjuk i ‘itu dan on ‘ini’ hadir di akhir frasa berfungsi sebagai specifier dan kehadirannya bersifat opsional.Posisi specifier tersebut berfungsi menutup frasa verba di depannya.


(34)

4.2 Kaidah Struktur Frasa Verba dalam Bahasa Batak Toba

Berdasarkan analisis perilaku fungsi gramatikal frasa verba Bahasa Batak Toba di atas, maka terbentuklah beberapa kaidah frasa verba Bahasa Batak Toba. Kaidah-kaidah yang terbentuk dari struktur frasa verba Bahasa Batak Toba, yaitu:

4.2.1 Struktur Frasa Verba Inti Leksikal

Dalam Bahasa Batak Toba, frasa dapat terdiri dari satu kata yang distribusinya sama dengan frasa lengkap. Contoh:

(36) [mangombak] bapa (37) [modom] adek

↓ ↓ ↓ ↓

Mencangkol ayah Tidur adik

‘Ayah mencangkol’ ‘Adik tidur’

(38) [mate] huting (39) [masihol] ahu

↓ ↓ ↓ ↓

Mati kucing Rindu aku


(35)

Dalam diagram pohon X-bar, contoh-contoh di atas akan terlihat sebagai berikut:

(36)FV (37) FV (38) FV (39) FV

V” V” V” V”

V’ V’ V’ V’

V V V V

Mangombak Modom Mate Masihol ‘Mencangkol’ ‘Tidur’ ‘Mati’ ‘Rindu’

Skema (36 s.d 39) menunjukkan bahwa frasa verba dapat langsung menurunkan inti leksikalnya tanpa kehadiran komplemen, keterangan, dan specifier.

4.2.2 Struktur Frasa Verba Inti leksikal + Komplemen

Dalam Bahasa Batak Toba, frasa verba dapat dibentuk oleh inti leksikal bersama dengan komplemen. Komplemen dalam frasa verba Bahasa Batak Toba berkategori nomina (N).


(36)

Contoh :

40. [mamupuk eme] tulang 41. [mamonggol soban]

gellenghu

↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓

Memupuk padi paman memotong kayu anakku ‘Paman memupuk padi’ ‘Anakku memotong kayu’

42. [manjangkit jengkol] bapa 43. [manginum kopi] oppung ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓

Memanjat jengkol ayah meminum kopi nenek ‘Ayah memanjat jengkol’ ‘Nenek meminum kopi’

Bila disajikan dalam skema X-bar, contoh-contoh di atas akan terlihat sebagai berikut ini:

40. FV 41. FV

V” V”

V’ V’

V N V

N

Mamupuk eme mamonggol soban


(37)

42.FV 43. FV

V” V”

V’ V’

V N V N

Manjangkit jengkol manginum kopi

‘Memanjat jengkol’ ‘Meminum kopi’

Pada skema di atas, frasa verba dibentuk oleh inti leksikal mamupuk ‘memupuk’, mamonggol ‘memotong’, manjangkit ‘memanjat’, dan manginum ‘meminum’ ditambah nomina eme ‘padi’, soban ‘kayu’, jengkol ‘jengkol’, dan kopi ‘kopi’ sebagai komplemen. Keterangan dan specifier tidak hadir dalam struktur tersebut sehingga frasa verba tidak bercabang dan langsung mendominasi konstituen V’.

4.2.3 Struktur Frasa Verba Inti Leksikal + Keterangan

Selain komplemen, frasa verba Bahasa Batak Toba dapat dibentuk oleh inti leksikal dan keterangan.Keterangan tersebut berkategori FAdj, FP, dan Aspek.Keterangan dapat hadir di awal dan di akhir inti frasa verba bahasa Batak Toba.


(38)

Contoh:

44. [Paulak tu ingananna] 45. [Modom sambing] karejona ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓

Kembalikan ke tempatnya Tidur saja kerjanya ‘Kembalikan ke tempatnya’ ‘Tidur saja kerjanya’

46. [Mangan lalap] anggiku 47. [Padomu na rotak dohot na ias] ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Makan selalu adikku Satukan yang kotor dengan yang bersih ‘Adikku selalu makan’ ‘Satukan yang kotor dengan yang bersih’ Struktur frasa verba (44) dibentuk oleh inti verba paulak ‘kembalikan’ ditambah frasa preposisi tu ingananna ‘ke tempatnya’ sebagai keterangan. Kemudian skema frasa verba (45-46) didominasi inti leksikal modom ‘tidur’ dan mangan ‘makan’ ditambah dengan kehadiran aspek sambing ‘saja’ dan lalap ‘selalu’ sebagai keterangan. Terakhir, struktur frasa verba (47) dibentuk oleh inti leksikal pasada ‘satukan’ ditambah dengan kehadiran frasa adjektiva na dorum dohot na ias ‘yang kotor dengan yang bersih’ yang berfungsi sebagai keterangan.


(39)

Dalam skema X-bar, contoh-contoh di atasakan terlihat sebagai berikut:

(28)FV (29) FV

V” V”

V’ FP V’ Asp

V V

Paulak tu ingananna Modom sambing ‘Kembalikan ke tempatnya’ ‘tidur saja’

(30) FV (31) FV

V” V”

V’ Asp V’ F Adj

V V

Mangan lalap pasada na dorum dohot na ias ‘Selalu makan’ ‘Satukan yang kotor dengan yang bersih’


(40)

4.2.4 Struktur Frasa Verba Inti Leksikal+ Komplemen + Keterangan

Frasa verba Bahasa Batak Toba juga dapat dibentuk oleh inti leksikal bersama dengan komplemen dan keterangan.Komplemen yang mengisi frasa verba tersebut berkategori nomina (N), sedangkan keterangan berkategori frasa nomina (FN), frasa adjektiva (FAdj), frasa preposisi (FP), dan aspek (Asp).

32. [Manaruhon indahan tu juma] ahu

↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Mengantarkan nasi ke ladang aku ‘Aku mengantarkan nasi ke ladang’

33. [Mangallang napuran na paet i] oppung

↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓

Memakan sirih yang pahit itu nenek ‘Nenek memakan sirih yang pahit itu’

34. [Mangalakkat pining nuaeng] omak ↓ ↓ ↓ ↓

Mengupas pinang sedang ibu ‘Ibu sedang mengupas pinang’

35. [Mangula sabah na bolak] bapa ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Mengolah sawah yang lebar ayah ‘Ayah mengolah sawah yang lebar’


(41)

Dalam skema X-bar, contoh-contoh di atas akan terlihat sebagai berikut,

32.FV

V’’

V’ FP

V N

Manaruhon indahan tu juma ‘Mengantar nasi ke ladang’


(42)

33.FV

V’’

V’ Fadj

V N

Mangallang napuran na paet i ‘Memakan sirih yang pahit itu’


(43)

34.FV

V’’

V’ Asp

V N

Mangalakkat pining nuaeng ‘Mengupas pinang sedang’


(44)

35.FV

V’’

V’ Fadj

V N

Mangula sabah na bolak ‘Mengolah sawah yang lebar’

Struktur frasa verba di atas menunjukkan V’ (V-bar) yang berulang (iteratif).Pada frasa verba (32) terdiri dari inti leksikal manaruhon ‘mengantarkan’ ditambah nomina indahan ‘nasi’ sebagai komplemen. Inti leksikal dan komplemen tersebut didominasi V’ (V-bar) terendah. V’ (V-bar) terendah ditambah frasa preposisi tu juma ‘ke ladang’ yang berperan sebagai keterangan didominasi V’ (V-bar) tertinggi.

Begitu juga dengan struktur frasa verba (33, 35), V’ (V-bar) terendah didominasi oleh inti leksikal mangallang ‘memakan’ dan mangula ‘mengolah’ berkombinasi dengan nomina napuran ‘sirih’, dan sabah ‘sawah’. Kemudian V’ terendah berkombinasi dengan frasa adjektiva (Fadj), na paet i ‘yang pahit itu’ dan na bolak ‘yang lebar’ membentuk V’ (V-bar) tertinggi.


(45)

Pada frasa (34), inti verba mangalakkat ‘mengupas’ bersama nomina pining ‘pinang’ yang berperan sebagai komplemen, didominasi oleh V’ (V-bar) terendah. Kemudian, V’ (V-bar) terendah tersebut bersama dengan aspek nuaeng ‘sedang’ sebagai keterangan didominasi V’ (V-bar) tertinggi.

Pada keempat frasa verba bahasa Batak Toba di atas, specifier tidak hadir sehingga FV tidak bercabang.

4.2.5 Struktur Frasa Verba Specifier + IntiLeksikal

Pembentukan frasa verba Bahasa Batak Toba dapat juga dihadiri specifier di awal inti leksikalnya.Dalam kasus ini, komplemen dan keterangan tidak hadir.

Contoh:

36. [Sude manortor] 37. [Saotik mangan]

↓ ↓ ↓ ↓

Semua menari Sedikit makan

‘semua menari’ ‘Sedikit makan’

37. [Godang ro] 39. [Sude tangis]

↓ ↓ ↓ ↓

Banyak datang Semua menangis


(46)

Dalam skema X-bar, keempat contoh frasa verba Bahasa Batak Toba di atas akan terlihat sebagai berikut:

36. FV 37. FV

Spec V” Spec V”

V’ V’

V V

Sude manortor Godang ro


(47)

38. FV 39. FV

Spec V” Spec V’’

V’ V’

V V

Saotik mangan Sude tangis ‘Sedikit makan’ ‘Semua menangis’

Keempat struktur frasa verba di atas, masing-masing terdiri dari inti leksikal manortor ‘menari’, mangan ‘makan’, ro ‘datang’, dan tangis ‘menangis’ yang langsung didominasi V’ tertinggi. Di awal frasa, penjumlah sude ‘semua’, saotik ‘sedikit’, godang ‘banyak’, dan sude ‘semua’ sebagai specifier hadir langsung didominasi FV. Komplemen dan keterangan tidak hadir sehingga V’ tidak berulang.

4.2.6 Struktur Frasa Verba Specifier + IntiLeksikal + Komplemen

Dalam kaidah ini, frasa verba Bahasa Batak Toba dibentuk oleh specifier di awal inti frasa dan dilengkapi dengan hadirnya komplemen.

Contoh:

40. [Sude mamboan ulos] ↓ ↓ ↓


(48)

‘Semua membawa ulos’ 41.[Godang mamboan hepeng]

↓ ↓ ↓ Banyak membawa uang ‘Banyak membawa uang’ 42.[Godang mamuji ibana]

↓ ↓ ↓ Banyak memuji dia ‘Banyak memuji dia’ 43.[Saotik manuhor loppan]

↓ ↓ ↓ Sedikit membeli lauk ‘Sedikit membeli lauk’


(49)

Keempat frasa verba Bahasa Batak Toba di atas akan terlihat sebagai berikut dalam skema X-bar.

40. FV

Spec V”

V’

V N

Sude mamboan ulos ‘Semua membawa ulos

41. FV

Spec V”

V’

V N

Godang mamboan hepeng ‘Banyak membawa uang’


(50)

42. FV

Spec V”

V’

V N

Godang mamuji ibana ‘Banyak memuji dia’

43. FV

Spec V”

V’

V N

Saotik manuhor loppan ‘Sedikit membeli lauk’

Pada struktur frasa verba Bahasa Batak Toba (40-43) di atas, specifier hadir di awal frasa yaitu langsung didominasi FV. Inti verba mamboan ‘membawa’, mamuji ‘memuji’, dan manuhor ‘membeli’ bersama dengan N ulos ‘ulos’, hepeng ‘uang’, ibana ‘dia’, dan loppan ‘lauk’, sebagai komplemen langsung membentuk V’. Keterangan tidak hadir pada struktur frasa verba ini sehingga V’ tidak berulang.


(51)

4.2.7 Struktur Frasa Verba Specifier + Inti Leksikal + Keterangan

Dalam kaidah ini, frasa verba Bahasa Batak Toba dibentuk oleh specifier yang hadir di awal inti leksikal ditambah keterangan.Struktur ini tidak lengkap karena komplemen tidak berkontribusi membentuk frasa.

Contoh:

44. [Saotik mulak tu huta] pangaratto ↓ ↓ ↓ ↓ ↓

Sedikit pulang ke kampung perantau ‘Sedikit perantau pulang ke kampung’ 45. [Godang manortor sai girang] ↓ ↓ ↓ ↓

Banyak menari dengan gembiranya ‘ Banyak menari dengan gembiranya’ 46. [Sude lao simanogot] ↓ ↓ ↓

Semua pergi pagi-pagi ‘Semua pergi pagi-pagi’

47. [Sude dope mangan] pangula ↓ ↓ ↓ ↓

Semua sedang makan pekerja ‘Semua pekerja sedang makan’

Struktur frasa verba (44 s.d 47) di atas akan terlihat sebagai berikut bila diaplikasikan dalam skema X-bar.


(52)

44. FV

Spec V”

V’ FP

V

Saotik mulak tu huta ‘Sedikit pulang ke kampung’

45. FV

Spec V”

V’ FAdj

V

Godang manortor sai girang ‘Banyak menari dengan gembiranya’


(53)

46. FV

Spec V”

V’ Adv

V

Sude lao simanogot

‘Semua pergi pagi-pagi’

47. FV

Spec V”

V’ Asp

V

Sude dope mangan

‘Semua sedang makan’

Pada struktur frasa verba (44) di atas, tidak terdapat komplemen sehingga inti leksikalnya mulak ‘pulang’ berkombinasi dengan FP tu huta ‘ ke kampung’


(54)

langsung didominasi V’ (V-bar) tertinggi. Struktur frasa verba (45) terdiri dari inti leksikal manortor ‘menari’ ditambah keterangan sai girangna ‘dengan gembiranya’ yang berkategori Fadj membentuk V’ tertinggi. Sama halnya, struktur frasa verba (46) terdiri dari inti leksikal lao ‘pergi’ bersama dengan adverbial simanogot ‘pagi-pagi’ yang berperan sebagai keterangan membentuk V’ tertinggi. Kemudian, struktur frasa verba (47) terdiri dari inti leksikal mangan ‘makan’ bersama dengan aspek dope ‘sedang’ sebagai keterangan membentuk V’ tertinggi.

Keempat frasa verba tersebut tidak dihadiri oleh komplemen sehingga V’ tidak berulang.Specifier langsung didominasi V’’ (V-bar ganda) di awal frasa.

4.2.8 Struktur Frasa Verba Keterangan + Inti Leksikal

Berbeda dengan kaidah sebelumnya, kaidah ini membuktikan bahwa frasa verba Bahasa Batak Toba dapat dibentuk oleh inti leksikal frasa verba ditambah keterangan yang hadir di awal inti leksikal.

Contoh:

48. [Nunga modom] adek 49.[Di sopo mangan] bapa ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Sudah tidur adik Di gubuk makan ayah

‘Adik sudah tidur’ ‘Ayah makan di gubuk’

50.Marsogot ro] halak i 51. [Malo maretong] si Ucok ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Besok datang mereka Pandai berhitung si Ucok ‘Besok mereka datang’ ‘Si Ucok pandai berhitung’


(55)

Jika disajikan dalam skema X-bar, struktur frasa verba (48-51) di atas, akan terlihat sebagai berikut:

48. FV 49. FV

V” V”

Asp V’ FP V’

V V

Nunga modom Di sopo mangan

‘Sudah tidur’ ‘Di gubuk makan’

50. FV 51. FV

V” V”

Adv V’ Adj V’

V V

Marsogot ro Malo maretong


(56)

Dalam struktur frasa verba Bahasa Batak Toba di atas, keterangan yang hadir di awal ini frasa berkategori Aspek, FP, Adv, Adj. Struktur frasa verba (48) dibentuk oleh inti leksikal modom ‘tidur’ ditambah aspek nunga ‘sudah’. Struktur frasa verba (49) dibentuk oleh inti leksikal mangan ‘makan’ dan ditambah FP di sopo ‘di gubuk’.Kemudian, frasa verba (50) dibentuk oleh inti leksikal ro ‘datang’ berkombinasi dengan Adv. marsogot ‘besok’.Begitu juga dengan frasa verba (51) dibentuk oleh inti leksikal maretong ‘berhitung’ dan ditambah adj. malo ‘pandai’. Keempat contoh frasa verba Bahasa Batak Toba di atas langsung didominasi V’ tertinggi.Komplemen tidak hadir sehingga V’ tidak berulang.Frasa verba juga tidak bercabang karena specifier tidak hadir pada frasa verba tersebut.

4.2.9 Struktur Frasa Verba Keterangan + Inti Leksikal + Komplemen

Frasa verba Bahasa Batak Toba dapat dibentuk oleh keterangan di awal inti leksikal ditambah kehadiran komplemen setelah inti leksikal.

Contoh:

52.[Holit mangalean hepeng] opung nami. ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Pelit memberi uang nenek kami

‘Nenek kami pelit memberi uang’ 53.[Tu pesta manaruhon omak]

↓ ↓ ↓ ↓ Ke pesta mengantarkan Ibu ‘Mengantarkan Ibu ke pesta’ 54.[Naeng mamutik kopi]


(57)

↓ ↓ ↓ Ingin memetik kopi ‘Ingin memetik kopi’

55.[Sonari manuan eme] si Polan ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Sekarang menanam padi si Polan ‘Si Polan menanam padi sekarang’

Keempat contoh frasa verba di atas akan terlihat sebagai berikut jika disajikan dalam skema X-bar.

52. FV

V”

Adj V’

V N

Holit mangalean hepeng ‘Pelit memberi uang’

53. FV


(58)

V”

FP V’

V N

Tu pesta manaruhon omak ‘Ke pesta mengantar Ibu’

54. FV

V”

Asp V’

V N

Naeng manutik kopi ‘Ingin memetik kopi’

55. FV


(59)

V”

Asp V’

V N

Sonari manuan eme ‘Sekarang menanam padi’

Frasa verba (52-55) di atas dibentuk oleh dua V’ (V-bar). V’ terendah mendominasi inti leksikal mangalean ‘memberi’, manaruhon ‘mengantarkan’, mamutik ‘memetik’, dan manuan ‘menanam’ ditambah dengan N hepeng ‘uang’, omak ‘Ibu’, kopi ‘kopi’, eme ‘padi’ yang berfungsi sebagai komplemen. Kemudian, V’ terendah bersama dengan adj. holit ‘pelit’, FP tu pesta ‘ke pesta’, asp.naeng‘ingin’, dan adv. sonari ‘sekarang’ yang berperan sebagai keterangan hadir di awal frasa membentuk V’ tertinggi. Specifier tidak hadir pasa frasa verba tersebut sehingga frasa verba tidak bercabang.

4.2.10 Struktur Frasa Verba Inti Leksikal + Specifier

Tidak selamanya frasa verba Bahasa Batak Toba dihadiri oleh ketiga fungsi gramatikalnya.Pada kaidah ini, frasa verba bahasa Batak Toba dibentuk oleh inti leksikal dan specifier yang hadir di akhir frasa.

Contoh:


(60)

↓ ↓ ↓ ↓

Buang ini Angkat itu

‘Buang ini’ ‘Angkat itu’

58.[Paias on!] 59. [buat i!]

↓ ↓ ↓ ↓

Bersihkan ini Ambil itu

‘Bersihkan ini’ ‘Ambil itu’

Penyajian keempat frasa verba di atas dalam skema X-bar akan terlihat sebagai berikut.

56. FV 57. FV

V” Spec V” Spec

V’ V’

V V

Bolongkon on Hindat i

‘Buang ini’ ‘Angkat itu’


(61)

V” Spec V” Spec

V’ V’

V V

Paias on Buat i

‘Bersihkan ini’ ‘Ambil itu’

Skema di atas membuktikan bahwa frasa verba Bahasa Batak Toba dapat dibentuk oleh inti leksikal dan specifier. Dalam skema tersebut, V’ tidak terbentuk karena komplemen dan keterangan tidak hadir sehingga FV langsung mendominasi inti leksikal bolongkon ‘buang’, hindat ‘angkat’, paias ‘bersihkan’, dan buat ‘ambil’. Specifier on ‘ini’, dan i ‘itu’ hadir di akhir frasa dan langsung didominasi oleh frasa verba.


(62)

5.1 Simpulan

1. Fungsi gramatikal frasa verba dalam Bahasa Batak Toba, berhubungan dengan tiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec). Kehadiran komplemen dalam Bahasa Batak Toba bersifat wajib, ini mengindikasikan bahwa komplemen diperlukan dan harus hadir di dalam setiap tataran frasa.Komplemen yang melengkapi frasa verba Bahasa Batak Toba selalu berkategori nomina (N).Keterangan dalam frasa verba Bahasa Batak Toba bersifat opsional (tidak wajib).Artinya, meskipun keterangan dilesapkan atau dipindahkan letak strukturnya, frasa yang terbentuk tetap gramatikal.Keterangan dalam struktur frasa verba Bahasa Batak toba berkategori bebas, yaitu bisa berupa FN, FP, Fadj, Aspek.Specifier yang melengkapi frasa verba Bahasa Batak Toba berkategori penjumlah dan penunjuk ini/itu.Dalam struktur frasa verba Bahasa Batak Toba, keterangan dan specifier bersifat opsional, artinya dapat hadir di awal dan di akhir frasa.Sedangkan, komplemen hanya hadir setelah inti leksikal saja.

2. Kaidah struktur frasa verba Bahasa Batak Toba yang terbentuk dengan menggunakan teori X-bar, yaitu:

1) Struktur FV Inti Leksikal

2) Struktur FV Inti Leksikal + Komplemen 3) Struktur FV Inti Leksikal + Keterangan

4) Struktur FV Inti Leksikal+ Komplemen + Keterangan 5) Struktur FV Specifier + Inti Leksikal

6) Struktur FV Specifier + Inti Leksikal + Komplemen 7) Struktur FV Specifier + Inti Leksikal + Keterangan


(63)

9) Struktur FV Keterangan + Inti Leksikal + Komplemen 10) Struktur FV Inti Leksikal + Specifier

5.2 Saran

Penelitian ini hanya membahas perilaku fungsi gramatikal dan kaidah struktur frasa verba dalam Bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori X-bar.Namun penelitian ini masih terbatas pada data-data dan referensi yang digunakan penulis sehingga masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu penulis berharap supaya penelitian selanjutnya yang lebih baik lagi agar diperoleh generalisasi tentang struktur frasa.Penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam ilmu linguistik dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi pelestarian bahasa daerah khususnya Bahasa Batak Toba.


(64)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI 2003:588).

2.1.1Frasa

Menurut aliran struktural frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang berpotensi menduduki satu jabatan kalimat.Menurut pandangan seorang penganut sintaksis generatif, (Radford dalam Mulyadi, 2008: 23), mengatakan bahwa frasa adalah perangkat elemen yang membentuk suatu konstituen tanpa dibatasi oleh jumlah elemen.Menurut Keraf (1984:138) frasa adalah sutu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan. Sementara itu Bahasa menurut Chomsky, disusun melalui frasa dan kata, sementara frasa itu sendiri terdiri lagi atas kata dan frasa.Setiap frasa dapat diturunkan dengan kata atau frasa susunannya.Penurunan frasa demikian dilakukan terus sehingga terjadi kalimat yang seluruhnya terdiri atas kata.

Frasa terdiri dari dua komponen yaitu inti (sebuah kategori leksikal) dan proyeksi (sebuah kategori frasa).Inti dari kategori frasa adalah kategori leksikal.Dalam tata bahasa generatif ada empat macam kategori frasa, yaitu: a. Frasa nomina (FN) adalah frasa yang intinya nomina (N) atau didominasi

oleh nomina.


(65)

c. Frasa adjektiva (FA) didominasi oleh adjektiva. d. Frasa preposisi (FP) didominasi oleh preposisi.

2.1.2Frasa Verba (FV)

Frasa verba adalah konstituen bahasa yang intinya adalah verba atau kata kerja. Inti terletak satu level lebih rendah dalam hirarki X-bar. Kata kerja adalah kata yang menggambarkan proses, pembuatan, keadaan, yang bukan sifat atau kualitas. Struktur frasa dalam BBT analisis X-bar bertalian dengan tiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen (komp), keterangan (ket) dan specifier (spec). Frasa verba adalah frasa yang mempunyai fungsi sama dengan kata kerja biasanya menjadi predikat dalam sebuah kalimat. Misalnya :

1. Adik mencuci piring 2. Ibu memasak nasi

Terlihat jelas bahwa mencuci pada kalimat (1) dan memasak pada kalimat (2), sebagai frasa verba (FV) berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.

2.2.2 Struktur Frasa Verba dalam Bahasa Indonesia

Frasa verba adalah struktur bahasa yang intinya adalah verba (V). Inti terletak satu level rendah dalam hirarki X-bar. Verba adalah kata yang menyatakan tindakan (Ramlan, 1991).Kaidah struktur frasa verba dalam BBT, berhubungan dengan tiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec). Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh V-bar (V’), keterangan (ket) juga terletak di bawah V-bar


(66)

komplemen, dan specifier (spec) sebagai satuan argumen yang di bawahi langsung oleh V-bar ganda (FV) maka hubungan ketiganya sebagai berikut:

Komplemen memperluas V menjadi V-bar (V’)

Keterangan memperluas V-bar menjadi V-bar (V’) yang lebih tinggi Specifier memperluas V-bar menjadi V-bar ganda (FV)

Rumusan ini bermakna leksikal V bersama dengan komplemen membentuk konstituen V-bar berikutnya.Proyeksi maksimalnya adalah kalau specifier muncul pada frasa tersebut.

Adapun contoh kaidah struktur frasa verba dalam BBT adalah sebagai berikut :

Mangaloppa ‘Memasak’

Frasa verba yang mendominasi V’ dan inti leksikalnya tidak bercabang.Frasa verba dapat langsung menurunkan V tanpa komplemen, keterangan dan specifier.

FV

V”

V’

V


(67)

2.2Landasan Teori 2.2.1 Teori X-bar

Setiap penelitian pasti membutuhkan landasan teori sebagai kerangka dasar. Landasan teori yang digunakan adalah sesuatu yang berkaitan dan diharapkan mampu menjadi acuan semua pembahasan masalah dalam penelitian yang dilakukan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori X-bar.

Dalam teori X-bar, semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti adalah sebuah simpul akhir yang mendominasi kata atau proyeksi leksikal dari sebuah kategori kata (Napoli, 1996 dalam Mulyadi, 2008:23). Maksudnya, inti dari frasa nomina (FN) ialah nomina, inti dari frasa Adjektiva (FA) ialah adjektiva, inti dari frasa verba (FV) ialah Verba, dan begitu pula seterusnya. Dalam hierarki X-bar, inti terletak satu level lebih rendah daripada konstituen yang menjadi inti tersebut. Jadi, dalam hirearki X-bar, Verba sebagai inti dari Frasa Verba terletak satu level lebih rendah dari frasanya.

Misalnya, Mr. Jhont [return] ‘Tuan Jhont kembali’ FV

V”

V’

V


(68)

Kata return ‘kembali’ merupakan inti verba atau kategori leksikal dari kategori frasa verba di atas.

Dalam (Haegeman, 1992:08) dijelaskan bahwa hubungan antara kategori leksikal dan ketegori frasa dapat digambarkan dalam dua tataran proyeksi, yaitu proyeksi X (kategori Bar) dan proyeksi maksimal X (kategori Bar tertinggi). Diantara kedua kategori tersebut terdapat proyeksi menengah (intermediate projection). Proyeksi menengah (proyeksi antara) tersebut lebih besar daripada kategori leksikal, tetapi lebih kecil daripada kategori frasa. Artinya, antara kategori leksikal [V] dan kategori frasa [FV] terdapat [V’] sebagai penengah atau perantara keduanya. Kategori inilah yang menjadi dasar munculnya teori X-bar.

Frasa verba terbentuk oleh tiga fungsi gramatikal, yakni komplemen, keterangan, dan specifier. Komplemen (komp.) adalah sebuah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh X-bar pertama (kategori leksikal) (Haegeman, 1992:09).

Contoh: Mr. Jhont [read the megazine] FV ↓ ↓ ↓ ↓

‘Tuan Jhont membaca koran’ V”

V’

V N

Read the megazine


(69)

Frasa verba diatas terdiri dari inti frasa read ‘membaca’ ditambahkan nomina the megazine ‘koran’ yang berperilaku sebagai komplemen.

Keterangan (ket.) adalah konstituen opsional dan dapat berulang atau bersifat pariferal (pilihan) yang dibawahi langsung oleh X-bar, tetapi posisinya setingkat diatas komplemen (Haegeman, 1992:09).

Contoh: a. Mr. Jhont [read the megazine in the office]. ‘Tuan Jhont membaca koran di kantor’

b. Mr. Jhont [read the megazine in this morning]. ‘Tuan Jhont membaca koran pagi ini’

Frasa verba diatas terdiri atas inti frasa read”membaca” ditambahkan nomina the megazine ‘koran’ sebagai keterangan, serta frasa preposisi in the office ’dikantor’ dan frasa nomina this morning ‘pagi ini’. Frasa preposisi dan frasa nomina tersebut berperilaku sebagai keterangan.

FV

V”

V’ FP

V N

Read the megazine in the office Read the megazine in this morning

‘membaca koran di kantor’ ‘membaca koran pagi ini’


(70)

Specifier (spec) adalah sebuah argumen yang sifatnya eskternal dan posisinya setingkat di atas keterangan, yakni langsung dibawahi oleh X-bar ganda atau frasa X (FX). Specifier berkategori penjumlah dan penunjuk ini/itu (haegeman, 1992:10).

Contoh: [All read the megazine in the office] ‘Semua membaca koran di kantor’

FV

Spec V”

V’ FP

V FN

All read the megazine in the office ‘Semua membaca koran di kantor’

Frasa verba diatas terdiri atas inti frasa read ‘membaca’ ditambah frasa nomina the megazine ‘koran’ sebagai komplemen, frasa preposisi in the office ‘ di kantor’ sebagai keterangan, dan penjumlah all ‘semua’ yang bertindak sebagai specifier.


(71)

Hubungan hierarkis dari struktur frasa tersebut dapat digambarkan

dibawah ini: V” (FV)

.... V’ ...

... V ...

Apabila skema itu dilengkapi dengan komplemen, keterangan, dan specifier, maka strukturnya akan menjadi skema berikut:

V”=Spec : V’ V’=V’ : Ket. V’= V : Komp.

Jadi, sebuah komplemen berkombinasi dengan V untuk membentuk V’, keterangan berkombinasi dengan V’ untuk membentuk V’ yang lebih tinggi sehingga sebuah proyeksi dapat memuat beberapa simpul V’, dan specifier berkombinasi dengan V’ tertinggi untuk membentuk V” atau proyeksi maksimal dari verba (Haegeman, 1992: 11).

Selanjutnya dalam teori X-bar, frasa adalah suatu konstruksi yang dibentuk dengan atau tanpa atribut sebagai pendamping dan memiliki inti leksikal (Radford dalam Asmira, 2010). Artinya, sebuah leksikal dari suatu kategori kata seperti verba, nomina, adjektiva, dan preposisi yang belum diubah atau dilekatkan dengan kata lain, yaitu elemen-elemen yang menjadi pewatasnya, maka kedudukannya akan sama dengan kategori frasanya apabila didistribusikan.

Contohnya: a. Mr. Jhont [meeting] ‘Tuan Jhont rapat’


(72)

b.Mr. Jhont [will meet] ‘Tuan Jhont akan Rapat’

Verba [meeting] ‘rapat’ pada contoh di atas sama distribusinya dengan frasa verba (FV) [will meeting] ‘akan rapat’. Status kedua kategori ini sama. Kesimpulannya, sebuah frasa verba dapat dibatasi sebagai sebuah frasa yang memuat inti verba dengan atau tanpa elemen-elemen lain sebagai pewatasnya.

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat ssesudah menyelidiki atau mempelajari (KBBI, 2003:1198).Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (KBBI, 2003:912).

Torong (1999) dalam skripsinya Frasa Adjektiva Bahasa Karo : Analisis Teori X-Bar menjelaskan bahwa struktur internal frasa adjektiva bahasa Karo dibentuk oleh komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec). Struktur mendasar FA ialah adjektiva plus komplemen yang berkategori adverbia, adjektiva dan preposisi.Struktur FA dapat diperluas dengan keterangan yang berkategori FP. Keterangan dapat terletak di kiri atau kanan inti leksikal dalam skema X-bar. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis dalam menerapkan teori X-bar dalam mengkaji Frasa Verba dalam Bahasa Batak Toba.

Menurut Mulyadi (2002) dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul Frasa Nomina Bahasa Indonesia: Analisis teori X-bar, menjelaskan bahwa dalam teori X-bar, semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir yang mendominasi kata. Inti mempunyai dua ciri yaitu, pertama inti memarkahi ciri kategorinya, misalnya inti dari FN adalah N. Kedua, inti terletak satu level lebih


(73)

dalam hierarki X-bar nomina sebagai inti dari FN terletak satu level lebih rendah daripada frasanya. Kategori ini mempunyai bar kosong atau bisa pula dikatakan tanpa bar. Cara kerja teoriX-bar dalam tulisan ini menjadi gambaran bagi penulis untuk menerapkan teori X-bar pada Frasa Verba dalam bahasa Batak Toba.

Siagian (2007) dalam skripsinya “Struktur frasa Adjektiva dalam Bahasa Batak Toba Analisis Teori X-bar” menyatakan bahwa perilaku frasa adjektiva bahasa Batak Toba terbatas pada kategori-kategori yang hanya dapat berkombinasi dengan adjektiva saja. Kategori tersebut adalah kategori Adverbia, frasa Preposisi, dan Adjektiva. Kategori yang mendampingi inti leksikal tidak terbatas hanya berupa kategori kata, tetapi juga kategori frasa yaitu Frasa Preposisi. Selain itu, inti leksikal pada Frasa Adjektiva bahasa Batak Toba bukan hanya terdiri dari satu kata melainkan dapat juga terdiri dari dua kata.

Siagian menemukan dua belas kaidah Frasa Adjektiva bahasa Batak Toba. Penelitian ini memberikan sumbangan untuk menerapkan teori X-bar yang diaplikasikan dalam FA bahasa Batak Toba.

Situmorang (2007) dalam skripsinya Frasa Nomina Bahasa Batak Toba : Analisis Teori X-bar menjabarkan empat belas struktur kaidah FN bahasa Batak Toba yang dibentuk oleh nomina sebagai inti leksikal. FN dalam bahasa Batak Toba dapat dibentuk dengan adanya perilaku komplemen (komp), keteragan (ket), dan Specifier (spec).


(74)

Lubis (2007) dalam skripsinya Struktur Frasa Numeralia Dalam Bahasa Pesisir Sibolga : Analisis Teori X-Bar menjabarkan lima belas struktur kaidah FNum bahasa pesisir Sibolga yang dapat dibentuk oleh numeralia sebagai intil leksikal. Frasa numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga dapat dibentuk dengan adanya perilaku komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier. Struktur mendasar Frasa Numeralia adalah Numeralia plus komplemen. Komplemen dalam bahasa Pesisir Sibolga tidak terbatas pada kategori Nomina saja, melainkan juga pada kategori Numeralia. Hasil penelitian ini bermanfaat dalam memahami penggunaan teori X-bar.

Menurut Mulyadi (2010) dalam artikelnya yang berjudul Frasa Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis teori X-bar menjelaskan struktur internal FNum bahasa Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan dan specifier. Posisi komplemen dalam FNum dalam bahasa Indonesia, specifier terjadi berulang, sehingga dalam skema X-bar ada dua proyeksi yang dibentuknya. Tulisan ini memberikan sumbangan bagi penulis untuk memahami analisis teori X-bar.

Pasaribu (2012) dalam skripsinya yang berjudul Struktur Frasa Verba bahasa Pakpak Dairi Analisis Teori X-Bar menjelaskan bahwa, struktur internal frasa bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh ketiga fungsi gramatikal, yaitu specifier, keterangan, dan komplemen. Komplemen dalam frasa verba bahasa Pakpak Dairi hanya berkategori nomina. Kemudian, frasa verba bahasa Pakpak Dairi diperluas oleh kehadiran keterangan. Keterangan dalam struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi tidak terbatas, yaitu dapat berupa aspek, FN, FP, dan FAdj. Spesifier yang melengkapi frasa verba bahasa Pakpak Dairi berkategori penjumlah dan kata penunjuk.


(75)

Simamora (2013) dalam skripsinya yang berjudul Frasa Preposisi bahasa Batak Toba (Analisis Teori X-bar) menjelaskan bahwa fungsi gramatikal komplemen, keterangan, dan specifier memiliki perilaku yang berbeda dalam membentuk struktur FP dalam bahasa Batak Toba. Komplemen bersifat wajib, sedangkan keterangan dan specifier bersifat opsional. Struktur mendasar Frasa Preposisi dalam bahasa Batak Toba adalah preposisi plus komplemen. Keterangan dan specifier, karena bersifat opsional, tidak selalu muncul pasa struktur Frasa Preposisi. Akibatnya, tidak ada slot yang dibuat untuk keduanya pada diagram pohon. Penelitian ini memberi sumbangan bagi penulis sebagai gambaran dalam menerapkan teori X-bar pada Frasa Verba dalam bahasa Batak Toba.

Selanjutnya, teori X-bar sudah digunakan oleh Saragih (2014) dalam skripsinya Frasa Adjektiva bahasa Simalungun: Analisis Teori X-bar menjelaskan perilaku Frasa Adjektiva bahasa Simalungun terbatas pada kategori-kategori yang hanya dapat berkombinasi dengan adjektiva saja. Kategori tersebut adalah kategori adverbia, frasa preposisi, dan adjektiva.

Saragih menyebutkan sembilan struktur kaidah FA bahasa Simalungun yang dapat dibentuk oleh adjektiva sebagai inti leksikal. Penelitian ini memberi sumbangan dalam mempelajari teori X-bar yang diaplikasikan dalam FA bahasa Simalungun.


(76)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan beridentifikasi diri (Chaer 2007:32). Setiap bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia belum bisa dikatakan bahasa, bila bunyi tersebut tidak mengandung makna. Bahasa biasanya digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, maksud, dan tujuan kepada orang lain.

Seiring dengan perkembangan bahasa Indonesia, bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia juga mengalami perkembangan yang cukup pesat.Salah satu di antaranya adalah Bahasa Batak Toba.Bahasa Batak Toba (selanjutnya disingkat BBT) merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih digunakan oleh masyarakat penuturnya untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan BBT juga dapat dipengaruhi oleh besarnya jumlah penutur BBT. Penutur bahasa ini adalah semua masyarakat suku Batak Toba dan masyarakat lain yang tinggal di Desa Simungun,Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara ataupun masyarakat suku Batak Toba yang tinggal di daerah lain. Perkembangan penduduk, perluasan lingkungan pemukinan, dan pengaruh bahasa lain sangat mempengaruhi perkembangan BBT. Kajian sintaksis terhadap BBT, terutama menyangkut frasa dan klausa masih terbatas.Jika dibandingkan dengan kajian fonologi dan morfologi, kajian sintaksis masih menempati urutan terendah (Sibarani 1997:11).


(77)

Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi (Ramlan 1987:20).Sebagai suatu fungsi, frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat (Samsuri, 1985:93).Sebagai suatu bentuk, frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang nonpredikat (Kridalaksana dkk, 1994:162).Frasa dapat dikaji secara struktural maupun generatif.Frasa dikaji berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada, misalnya dalam menentukan kelas kata, untuk menyatakan kata kerja harus berdistribusi dengan frasa “dengan” dan kata sifat adalah kata yang didahului oleh kata “sangat” atau kata “paling” (Chaer 1994:360).

Tata bahasa generatif adalah cabang linguistik teoritis yang bekerja untuk menyediakan seperangkat aturan secara akurat dapat memprediksi kombinasi kata yang mampu membuat tata bahasa yang benar.Studi tentang tata bahasa generatif dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang filsuf Amerika yang juga seorang penulis dan pengajar di bidang linguistik, Noam Chomsky.Pada tahun 1957, Chomsky mengenalkan gagasan barunya yang tertuang dalam buku yang berjudulSyntactic Structure.Gagasan barunya yang tertuang dalam buku itulah yang kemudian oleh para ahli linguistik disebut dengan Tata Bahasa Generatif Transformasi.


(78)

Teori X-bar adalah salah satu bidang kajian tata bahasa generatif transformasi. Teori ini awalnya diterapkan pada tataran frasa ( dengan simbol x”) dan kategori antara (intermediate category) yakni kategori yang lebih besar dari kata, tetapi lebih kecil dari frasa ( simbol x’ ). Dengan demikian jelas bahwa teori X-bar adalah teori tentang struktur frasa.Teori X-bar menjelaskan apa yang umum dalam struktur frasa. Dalam teori X-bar semua frasa ini didominasi oleh satu inti leksikal struktur frasa.

Teori ini pada mulanya digunakan untuk menjawab dua permasalahan yang dihadapi oleh kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa.Teori ini telah pernah disinggung sebelumnya, oleh Silitonga (1990) yang membicarakan prinsip-prinsip umum dan prosedur penerapan teori X-bardalam sebuah bahasa.Keterangan dan Specifier pada struktur frasa nomina bahasa Indonesia dapat langsung dibawahi oleh N’ (N-bar), sedangkan pada teori X-bar hanya komplemen yang langsung dibawahi langsung oleh X’(X-bar).

Sejauh yang diamati, penelitian terhadap struktur frasa verba (FV) Bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori X-bar lebih efisien dan penggunaannya pun sama sekali belum pernah dilakukan. Penggunaan teori X-bar bersifat universal, artinya bahwa teori ini dapat digunakan untuk menganalisis struktur frasa bahasa-bahasa di dunia meskipun bahasa-bahasa itu bersusunan SVO, SOV, dan sebagainya. Sehingga, dalam BBT, teori ini bisa digunakan untuk menganalisis struktur BBT sendiri yang mengandung kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa yang hanya dapat dikaji menggunakan teori X-Bar.

Dalam Teori X-bar semua frasa dijelaskan dengan satu inti leksikal. Inti merupakan pemarkah bagi ciri kategorinya. Setiap inti proyeksi yang ditandai (X’)


(79)

merupakan simpul akhir (terminal node) yang mendominasi kata dan dapat iteratif (berulang) (Haegemen, 1991 : 84). Inti yang dimaksudkan adalah inti dari FV adalah verba, inti dari FN adalah nomina, inti dari FA adalah adjektiva, dan inti dari FNum adalah numeralia. Misalnya, membaca merupakan inti verba pada frasa sedang membaca.Maka sedang membaca dikatakan FV.Selanjutnya, teori X-bar direpresentasikan pada diagram pohon (disebut juga tataran sintaksis).Pada tataran ini sebuah kategori leksikal seperti verba, nomina, adjektifa, atau numeralia (dalam hal ini disimbolkan dengan X), dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier. Komplemen berkombinasi dengan X membentuk proyeksi X-bar (X’), keterangan berkombinasi dengan X-bar (X’) membentuk proyeksi X-bar lebih tinggi (X’) dan specifier berkombinasi dengan X-bar lebih tinggi membentuk proyeksi maksimal frasa X. Jadi, proyeksi X merupakan kategori bar (X’) dan proyeksi maksimal dari kategori X adalah frasa dengan bar tertinggi (X” atau FX)

Gagasan utama teori X-bar adalah bahwa di dalam struktur internal frasa yang berbeda dalam sebuah bahasa ditemukan pola yang sama pada setiap struktur (Sell dalam Mulyadi, 2002). Selain itu, meskipun dijumpai perbedaan susunan kata pada bahasa-bahasa di dunia, perbedaan itu tetap dapat dijelaskan dengan menggunakan teori X-bar. Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji frasa verba dalam BBT dengan menggunakan teori X-bar agar diketahui kaidah strukturfrasa dalam BBT. Hal ini sangat menarik untuk diteliti dalam mengungkapkan dan memaparkan struktur serta perilaku fungsi gramatikal dalam BBT. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam ilmu linguistik.


(80)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec) dalam membentuk struktur verba bahasa Batak Toba menurut teori X-bar?

2. Bagaimanakah kaidah struktur frasa verba bahasa Batak Toba menurut teori X-bar?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah merupakan uraian terhadap suatu masalah yang akan diteliti oleh seorang peneliti, agar penelitian yang dilakukan dapat efektif dan efesien. Pada penelitian ini masalah yang akan diteliti dibatasi hanya pada perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec) dalam membentuk struktur frase verba dalam BBT berdasarkan teori X- bar dan menetapkan kaidah struktur frasa verba.


(81)

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu :

a. Mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal komplemen(Komp), keterangan (Ket), dan specifier (Spec) dalam membentuk struktur frasa bahasa Batak Toba berdasarkan Teori X-bar.

b. Menjabarkan kaidah struktur frasa verba bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori X-bar.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan tentang frasa verba dalam bahasa Batak Toba b. Memberikan manfaat dalam upaya pengembangan kajian sintaksis

bahasaBatak Toba yang menggunakan pendekatan generatif khususnya yang berhubugan dengan Frasa Verba.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi peneliti-peneliti, khususnya bagi peneliti bahasa Batak Toba yang ingin mengkaji penelitian yang sama.

b. Sebagai informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian baru yaitu kajian tentang Frasa verba pada bahasa Batak Toba Analisis X-bar.


(82)

FRASA VERBA DALAM BAHASA BATAK TOBA

(ANALISIS TEORI X-BAR)

Oleh

IRMA F.K SIHOMBING

(Fakultas Ilmu Budaya USU)

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal dan menjabarkan kaidah struktur frasa verba Bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori X-bar.Data yang digunakan adalah data lisan dan tulisan dengan metode wawancara, dan metode simak.Kemudian, data dianalisis dengan menggunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung, dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, dan teknik ganti.Teori yang digunakan adalah teori X-bar.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur internal frasa verba dalam Bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec). Komplemen (komp) berkategori nomina; keterangan (ket) berkategori frasa adjektiva, frasa preposisi, dan aspek; specifier (spec) berkategori penjumlah dan penunjuk ini/itu. Kaidah struktur frasa verba Bahasa Batak Toba yang terbentuk dengan menggunakan teori X-bar, yaitu:

(1) FV Inti; (2) FV Inti + Komp; (3) FV Inti + Ket; (4) FV Inti + Komp + Ket; (5) FV Spec + Inti; (6) FV Spec + Inti + Komp; (7) FV Spec + Inti + Ket; (8) FV Ket + Inti; (9) FV Ket + Inti + Komp; (10) FV Inti + Spec.

Kata Kunci: Struktur Frasa Verba, Bahasa Batak Toba, Fungsi Gramatikal, Teori X-bar.


(83)

FRASE VERBA DALAM BAHASA BATAK TOBA (ANALISIS TEORI X-BAR)

SKRIPSI

OLEH

IRMA F.K SIHOMBING NIM 100701053

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(84)

PERNYATAAN

Penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang penulis perbuat ini tidak benar, penulis bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar sarjana yang penulis peroleh.

Medan, Mei 2015 Penulis,

Irma Fitri Kontesha Sihombing 100701053


(85)

FRASA VERBA DALAM BAHASA BATAK TOBA

(ANALISIS TEORI X-BAR)

Oleh

IRMA F.K SIHOMBING

(Fakultas Ilmu Budaya USU)

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal dan menjabarkan kaidah struktur frasa verba Bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori X-bar.Data yang digunakan adalah data lisan dan tulisan dengan metode wawancara, dan metode simak.Kemudian, data dianalisis dengan menggunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung, dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, dan teknik ganti.Teori yang digunakan adalah teori X-bar.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur internal frasa verba dalam Bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec). Komplemen (komp) berkategori nomina; keterangan (ket) berkategori frasa adjektiva, frasa preposisi, dan aspek; specifier (spec) berkategori penjumlah dan penunjuk ini/itu. Kaidah struktur frasa verba Bahasa Batak Toba yang terbentuk dengan menggunakan teori X-bar, yaitu:

(1) FV Inti; (2) FV Inti + Komp; (3) FV Inti + Ket; (4) FV Inti + Komp + Ket; (5) FV Spec + Inti; (6) FV Spec + Inti + Komp; (7) FV Spec + Inti + Ket; (8) FV Ket + Inti; (9) FV Ket + Inti + Komp; (10) FV Inti + Spec.

Kata Kunci: Struktur Frasa Verba, Bahasa Batak Toba, Fungsi Gramatikal, Teori X-bar.


(1)

moral, material, dan kasih sayang tanpa batas kepada penulis dan yang tidak pernah berhenti untuk penulis. Ananda tahu berjuta terimakasih tidak akan cukup membalas kasih sayang kalian.

11. Abang, eda dan adik-adikku yang paling kusayangi, Lamtobat sihombing, Merry Clementina Hutasoit, Leonardo Sihombing, Arjuna Tenno Gurkha Sihombing, Windi Wulandari Rahayu Sihombing, Hokkop Maruli Tua Sihombing, dan sipudan manja kami Goklas Gunawan Sihombing. Terimakasih atas doa dan dorongan yang diberikan kepada penulis selama ini. Lebih sukses dari kakak ya, dek.

12. Keluarga besar Sihombing dan keluarga besar Tambunan, terimakasih atas dukungan moril dan materil yang dengan ikhlas diberikan kepada penulis.

13. Teman-teman stambuk 010, (Widodo, Bunga, Nurintan, Manna, Retta, Binaria, Happy, Osen, Wernando, Ryan) dan semua teman yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Terimakasih atas kebersamaan yang selama ini terjalin sangat baik selama kuliah di FIB.

14. Abang/kakak stambuk dan adik-adik stambuk. Tetap semangat. 15. Asrama Putri USU, rumah keduaku tercinta. Terimakasih karena

penulis selalu tersenyum setiap ada disana.


(2)

vi Efridawati Hutapea, terimakasih telah menjadi adik, saudara, dan sahabat buat penulis. Sukses selalu iya dek.

17. Informan yang telah membantu penulis untuk menyediakan data penelitian.

18. Bang Nasib Hendra Sitorus, terimakasih telah mencintaiku dan selalu memberikan motivasi perkuliahan bagi penulis dengan cara menyebalkan tetapi menyenangkan, kehadirannya selalu kunantikan.

19. Seluruh kerabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna.Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dem kesempurnaan skripsi ini.Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.Semoga berkat Tuhan melimpah bagi kita semua.

Medan,

Irma F.K Sihombing


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumuan Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ... 7

2.1.1 Frasa ... 7

2.1.2 Frasa Verba (FV)... 8

2.1.3 Struktur Frasa Verba dalam Bahasa Indonesia ... 8

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Teori X-Bar ... 10

2.3 Tinjauan Pustaka ... 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19


(4)

viii

3.2 Populasi dan Sampel ... 20

3.2.1 Populasi ... 20

3.2.2 Sampel ... 20

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 21

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ... 23

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data... 24

BAB IV PEM BAHASAN 4.1 Perilaku Fungsi Gramatikal Frasa Verba Bahasa Batak Toba ... 26

4.1.1Perilaku Komplemen (Komp) ... 26

4.1.2 Perilaku Keterangan (Ket)... 34

4.1.3 Perilaku Specifier (Spec) ... 42

4.2 Kaidah Struktur Frasa Verba dalam Bahasa Batak Toba ... 47

4.2.1 Struktur Frasa Verba Inti Leksikal ... 47

4.2.2 Struktur Frasa Verba Inti Leksikal + Komplemen ... 48

4.2.3 Struktur Frasa Verba Inti Leksikal + Keterangan ... 50

4.2.4 Struktur Frasa Verba Inti Leksikal + Komplemen + Keterangan ... 53

4.2.5 Struktur Frasa Verba Specifier + Inti Leksikal ... 56

4.2.6 Struktur Frasa Verba Specifier + Inti Leksikal + Komplemen ... 58

4.2.7 Struktur Frasa Verba Specifier + Inti Leksikal + Keterangan ... 62

4.2.8 Struktur Frasa Verba Keterangan + Inti Leksikal ... 66

4.2.9 Struktur Frasa Verba Keterangan + Inti Leksikal + Komplemen .... 69


(5)

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 76

5.2Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN 1: DATA PENELITIAN ... 80

LAMPIRAN 2: DATA INFORMAN ... 83


(6)

x

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

DAFTAR LAMBANG

‘ Bar/Palang

“ Bar ganda/ Bar Tertinggi

→ Mendominasi

[ ] Batas Konstituen pada Frasa Verba

+ Kombinasi

DAFTAR SINGKATAN

Adj Adjektiva

Adv Adverbia

BBT Bahasa Batak Toba

FAdj Frasa Adjektiva

FN Frasa Nomina

FNum Frasa Numeralia

FP Frasa Preposisi

FV Frasa Verba

Ket Keterangan

Komp Komplemen

V Verba

N Nomina

P Preposisi