Frasa Preposisi Bahasa Batak Toba Analisis Teori X-Bar

(1)

FR

RASA P

DEP

UN

PREPOS

ANALI

ISK

N

PARTEM

FAKUL

NIVERSIT

SISI BAH

ISIS TEO

SKRIP

OLEH

KA SIMA

NIM 0907

MEN SAST

LTAS ILM

TAS SUM

MEDA

2013

HASA B

ORI X-B

PSI

H

AMORA

701018

TRA IND

MU BUDA

MATERA

AN

3

BATAK T

BAR

DONESIA

AYA

UTARA

TOBA

A


(2)

FRASA PREPOSISI BAHASA BATAK TOBA

ANALISIS TEORI X-BAR

OLEH ISKA SIMAMORA

NIM 090701018

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana sastra dan telah disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Mulyadi, M.Hum. Dra. Rosliana Lubis, M.Hum.

NIP 196407311989031004 NIP 196305241989032002

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. NIP 196209251989031017


(3)

PERNYATAAN

Penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang penulis perbuat ini tidak benar, penulis bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar sarjana yang penulis peroleh.

Medan, Juni 2013 Penulis,

Iska Simamora Nim 090701018


(4)

FRASA PREPOSISI BAHASA BATAK TOBA ANALISIS TEORI X-BAR

ISKA SIMAMORA (Fakultas Ilmu Budaya USU)

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal dan merumuskan kaidah struktur frasa preposisi dalam bahasa Batak Toba. Data yang digunakan adalah data lisan, data tulis, dan data intuitif. Data dikumpulkan dengan metode cakap dan metode simak. Kemudian, data dianalisis dengan metode agih dan hasilnya disajikan dengan metode formal dan informal. Teori yang digunakan adalah teori X-bar. Hasil menunjukkan bahwa struktur internal frasa preposisi dalam bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Komplemen berkategori nomina, frasa nomina, frasa preposisi, dan frasa numeralia; keterangan berkategori frasa preposisi dan klausa relatif; spesifier berkategori adverbia dan determiner. Selanjutnya, struktur frasa preposisi dalam bahasa Batak Toba dibentuk oleh kaidah umum berikut.

(Spesifier) + Preposisi + Komplemen + (Keterangan) + (Spesifier).


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesehatan dan kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara, yang telah menyediakan fasilitas pendidikan bagi penulis.

2. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., Ketua Departemen Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah mengarahkan penulis dalam menjalani perkuliahan dan membantu penulis dalam hal administrasi.

3. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P., Sekretaris Departemen Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan motivasi serta memberikan informasi terkait perkuliahan kepada penulis.

4. Dr. Mulyadi, M.Hum., dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu

untuk membimbing penulis dengan penuh tanggung jawab, memberikan saran dan ide kepada penulis, serta mengarahkan penulis dalam proses penulisan skripsi. Terima kasih juga karena telah bersedia memeriksa keseluruhan skripsi ini sampai bagian-bagian terkecil dan telah meminjamkan buku dan bahan referensi lainnya kepada penulis.


(6)

5. Dra. Rosliana Lubis, M.Hum., dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

6. Dr. Gustianingsih, M.Hum., dosen Penasihat Akademik, yang telah

memberikan bimbingan serta perhatian kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis menjalani perkuliahan.

8. Kak Tika yang telah membantu penulis dalam hal administrasi di

Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

9. Kedua orang tua tersayang, Ayahanda T.P. Simamora dan Ibunda B. Br.

Hombing, yang telah memberikan dukungan moral, material, dan kasih sayang tanpa batas kepada penulis dan doa yang tidak pernah berhenti untuk penulis.

10.Saudara-saudara yang terkasih, kak Pita, Bang Marulam, Bang Notan, kak

Tina, sipudan kami Sri, ipar, serta keponakan-keponakan yang luar biasa. Terima kasih atas doa dan dorongan yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

11.Informan yang telah membantu penulis untuk menyediakan data


(7)

12.Otorita Asahan yang telah memberikan beasiswa kepada penulis sehingga kebutuhan perkuliahan penulis dapat terpenuhi.

13.Sahabat karib (Yanti, Jeni) yang selalu memotivasi penulis dan selalu ada

tiap penulis senang ataupun sedih.

14.Teman-teman stambuk 2009 (Siska, Diana, Erma, Chyma, Rina, Ribka,

Merlyn, Tiur, Desi, Tio, Mays, Yoyo, Cris, Cloe, Intan, Supri, Norton, Andi) dan semua teman yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaan yang selama ini terjalin sangat baik.

15.Senior-senior 2007 dan 2008, khususnya kak Pesta yang selalu

mengingatkan penulis untuk serius dalam menjalani kuliah.

16.Teman-teman kos (Tiwi, Elvi, Ana, Resni, Renni) yang selalu membantu

penulis dan bersama dengan penulis, baik senang ataupun sedih.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga berkat Tuhan melimpah bagi kita semua.

Medan, Juni 2013

Iska Simamora


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Praktis ... 5

1.4.2 Manfaat Teoretis ... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ... 6

2.2 Landasan Teori ... 7

2.3 Tinjauan Pustaka ... 11

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 16


(9)

BAB IV FRASA PREPOSISI BAHASA BATAK TOBA

4.1 Perilaku Fungsi Gramatikal ... 29

4.1.1 Komplemen ... 29

4.1.2 Keterangan ... 33

4.1.3 Spesifier ... 35

4.2 Struktur Frasa Preposisi Bahasa Batak Toba ... 38

4.2.1 Preposisi + Komplemen ... 38

4.2 2 Preposisi + Keterangan ... 40

4.2.3 Preposisi + Komplemen + Keterangan ... 42

4.2.4 Preposisi + Komplemen + Spesifier ... 45

4.2.5 Preposisi + Komplemen + Keterangan + Spesifier ... 46

4.2.6 Spesifier + Preposisi + Komplemen ... 48

4.2.7 Spesifier + Preposisi + Keterangan + Keterangan ... 50

4.2.8 Spesifier + Preposisi + Komplemen + Spesifier ... 52

4.2.9 Spesifier + Preposisi + Keterangan + Spesifier ... 53

4.2.10 Spesifier + Preposisi + Komplemen + Keterangan + Spesifier . 55 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN 1: DATA PENELITIAN ... 62

LAMPIRAN 2: DATA INFORMAN ... 67


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pekerjaan Penduduk ... 18

Tabel 3.2 Tingkat Pendidikan Penduduk ... 19

Tabel 4.1 Kategori Pembentuk Komp, Ket, dan Spes ... 37

Tabel 5.1 Kategori Pembentuk Perilaku Fungsi Gramatikal ... 58


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ... 17 Gambar 3.2 Desa Buluduri ... 18 Gambar 3.3 Peneliti dan Informan Kunci ... 21


(12)

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Lambang

[ ] batas konstituen pada frasa preposisi

‘ bar/palang

‘’ bar ganda

* kalimat yang tidak gramatikal

+ kombinasi

() konstituen opsional

{} konstituen rekursif

konstituen wajib

mendominasi

Daftar Singkatan

Akt aktif DET determiner

FA frasa adjektiva

FAdv frasa adverbia

FN frasa nomina

FNum frasa numeralia

FP frasa preposisi

FV frasa verba

jm jamak Ket keterangan

KlR klausa relatif


(13)

PART partikel Perf perfektif Pos posesif Spes spesifier T topik


(14)

FRASA PREPOSISI BAHASA BATAK TOBA ANALISIS TEORI X-BAR

ISKA SIMAMORA (Fakultas Ilmu Budaya USU)

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal dan merumuskan kaidah struktur frasa preposisi dalam bahasa Batak Toba. Data yang digunakan adalah data lisan, data tulis, dan data intuitif. Data dikumpulkan dengan metode cakap dan metode simak. Kemudian, data dianalisis dengan metode agih dan hasilnya disajikan dengan metode formal dan informal. Teori yang digunakan adalah teori X-bar. Hasil menunjukkan bahwa struktur internal frasa preposisi dalam bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Komplemen berkategori nomina, frasa nomina, frasa preposisi, dan frasa numeralia; keterangan berkategori frasa preposisi dan klausa relatif; spesifier berkategori adverbia dan determiner. Selanjutnya, struktur frasa preposisi dalam bahasa Batak Toba dibentuk oleh kaidah umum berikut.

(Spesifier) + Preposisi + Komplemen + (Keterangan) + (Spesifier).


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata bahasa, baik dalam tata bahasa bahasa Indonesia (lihat Alwi dkk., 2003: 288; Chaer, 1994: 373; Lapoliwa, 1992) maupun dalam tata bahasa bahasa daerah (lihat Sibarani, 1997: 16; Sinaga, 2002: 180; Wollams, 2004: 211). Hal ini dapat dimengerti sebab preposisi pada tataran frasa preposisi (selanjutnya disingkat FP) memiliki perilaku yang berbeda pada setiap bahasa (Mulyadi, 2010: 2). Preposisi

lokatif (di, ke, dari) dalam bahasa Indonesia, misalnya, memiliki perilaku yang

berbeda dengan preposisi lokatif (di, tu, sian) dalam bahasa Batak Toba. Dalam

bahasa Indonesia, apabila preposisi diikuti oleh frasa nomina, nomina pertama dengan nomina kedua tidak dapat disela oleh kategori lain (seperti partikel atau

konjungsi); misalnya, di atas meja tidak dapat disela dengan partikel yang

menjadi *di atas yang meja. Dalam bahasa Batak Toba, apabila preposisi diikuti

oleh frasa nomina, hubungan antara nomina pertama dan nomina kedua atau bahkan dengan nomina ketiga pada umumnya dapat disela oleh penanda posesif

ni. Misalnya,

(1) Nungnga marpungu nasida [di tonga ni alaman.]

Perf Akt.kumpul 3.jm Ptengah Pos halaman

‘Mereka sudah berkumpul di tengah halaman.’ (2) Laho nasida [tu pudi ni jabu ni tulang.] pergi 3.jm P belakang Pos rumah Pos paman ‘Mereka pergi ke belakang rumah paman.’


(16)

Pada kedua contoh di atas, frasa nomina tonga ni alaman ‘tengah

halaman’ dan pudi ni jabu ni tulang ‘belakang rumah paman’ tergolong

komplemen atau pelengkap sebab kedua argumen tersebut diperlukan oleh

preposisi di ‘di’ dan tu ‘ke’ yang menjadi inti leksikalnya. Jadi, ni alaman dan ni

jabu ni tulang berfungsi sama dalam struktur frasa itu karena keduanya tidak

dapat dipindahkan. Apabila dipindahkan, konstruksi yang dibentuk oleh frasa tersebut menjadi tidak gramatikal, seperti pada contoh di bawah.

(3) *Nungnga marpungu nasida [ni alaman di tonga.]

Perf Akt. kumpul 3.jm Pos halaman P tengah *‘Mereka sudah berkumpul halaman di tengah.’ (4) *Laho nasida [ni jabu ni tulang tu pudi .] pergi 3.jm Pos rumah Pos paman P belakang *‘Mereka pergi rumah paman ke belakang.’

Sebuah frasa secara leksikal dapat digolongkan atas frasa nomina (FN), frasa verba (FV), frasa preposisi (FP), frasa adjektiva (FA), frasa numeralia (FNum), dan sebagainya. Dalam sebuah frasa, inti leksikal menentukan kategorinya. Frasa preposisi, misalnya, dibentuk oleh sebuah preposisi sebagai inti dan kategori lain seperti nomina sebagai komplemen. Dalam sintaksis struktural, inti leksikal tidak menentukan kategori frasa sehingga terdapat frasa eksosentris selain frasa endosentris. Dalam sintaksis generatif, setiap frasa justru tergolong endosentris atau semua frasa didominasi oleh satu inti leksikal (Haegemen, 1992:

95). Jadi, pada FP bahasa Batak Toba, seperti di juma ‘di ladang’, sian dolok ‘dari


(17)

yaitu di ‘di’, dohot ‘dengan’, dan sian ‘dari’. Kata-kata seperti juma ‘ladang’, dolok ‘bukit’, dan piso ‘’pisau berfungsi sebagai komplemen.

Perlu dikemukakan bahwa pembicaraan tentang FP bahasa Batak Toba umumnya didekati secara struktural. Misalnya, Sibarani (1997) membagi frasa bahasa Batak Toba atas dua bagian, yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris. Frasa endosentris adalah frasa yang salah satu unsurnya dapat mewakili keseluruhan frasa itu untuk menduduki fungsi sintaksis yang sama (Sibarani,1997: 24). Frasa eksosentris adalah frasa yang salah satu unsurnya tidak dapat mewakili keseluruhan frasa itu untuk menduduki fungsi sintaksis yang sama (Sibarani, 1997: 16).

Dalam sintaksis struktural, kaidah struktur frasa dibentuk oleh dua tipe

kategori: pertama, kategori leksikal seperti verba, nomina, adjektiva, dan preposisi, dan kedua, kategori frasa, seperti FV, FN, FA, dan FP. Pada masa itu belum disinggung kategori yang lebih besar daripada kategori leksikal, tetapi lebih kecil daripada kategori frasa. Dalam sintaksis generatif, khususnya dalam

teori X-bar, kategori tersebut dinamai kategori antara (intermediate category)

(Mulyadi, 2010:3).

Teori X-bar bukanlah teori yang asing dalam literatur bahasa Indonesia. Mulyadi telah menerapkan teori X-bar pada frasa nomina bahasa Indonesia (1998), frasa preposisi bahasa Indonesia (2010), dan frasa adjektiva bahasa Indonesia (2008). Ia mengatakan bahwa struktur FN, FP, dan FA bahasa Indonesia bertalian dengan tiga fungsi gramatikal, yakni komplemen, keterangan,


(18)

dan spesifier. Pendapat yang sama juga terdapat pada penelitian Wahyuni (2004)

dalam skripsinya mengenai FNum bahasa Indonesia.

Dalam bahasa Batak Toba, teori X-bar telah diterapkan pada FA oleh Siagian (2007) dan pada FN oleh Situmorang (2010). Siagian mengatakan bahwa struktur utama frasa adjektiva adalah adjektiva plus komplemen dan kategori

komplemen biasanya terdiri atas FP (misalnya, sonang di son ‘senang di sini’).

Sementara itu, Situmorang menjabarkan empat belas struktur kaidah FN bahasa Batak Toba yang dibentuk oleh nomina sebagai inti leksikal.

Sejauh yang diamati, penelitian terhadap FP dalam bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori X-bar belum pernah dilakukan. Penelitian terhadap FP bahasa Batak Toba masih menggunakan teori struktural. Oleh karena itu, dalam tulisan ini diteliti bagaimana perilaku fungsi gramatikal dalam membentuk struktur FP bahasa Batak Toba dan kaidah struktur FP bahasa Batak Toba.

1.2 Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perilaku fungsi gramatikal yang membentuk struktur FP

dalam bahasa Batak Toba?

2. Bagaimanakah kaidah struktur FP dalam bahasa Batak Toba?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua tujuan, yakni


(19)

2. Merumuskan kaidah struktur FP dalam bahasa Batak Toba. 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

1. Mengembangkan kajian sintaksis bahasa Batak Toba.

2. Memperkaya hasil penelitian sintaksis yang menggunakan pendekatan

generatif. 1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan bagi peneliti-peneliti lain, khususnya bagi peneliti

bahasa Batak Toba yang ingin melakukan penelitian tentang FP.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian

dalam bidang sintaksis bahasa Batak Toba yaitu kajian FP dalam bahasa Batak Toba.


(20)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

  Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP,

kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari salah tafsir bagi pembaca.

  Frasa adalah kata-kata dalam kalimat yang disusun berdasarkan hierarki

menjadi satuan yang lebih besar (Haegeman, 1992: 26). Sejalan dengan itu Radford (dalam Mulyadi, 2008: 23) mengatakan bahwa frasa adalah perangkat elemen yang membentuk suatu konstituen tanpa dibatasi oleh jumlah elemen.

Frasa preposisi adalah frasa yang terbentuk dari preposisi yang digunakan untuk mengacu pada sebuah kategori kata yang terletak di depan kategori lain, terutama nomina (Tarigan, dalam Mulyadi, 2010: 2 bdk. Ramlan, 1997: 178; Chaer, 1994: 373).

Kategori leksikal adalah kategori kata dan kategori ini menentukan kategori frasanya. Misalnya, FP terbentuk dari sebuah preposisi dan sebuah kategori lain sebagai komplemennya (Radford, dalam Mulyadi, 2010: 2).

Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh X-bar dan kehadirannya pada posisi itu merupakan realisasi dari properti leksikal. Komplemen merupakan argumen wajib dalam struktur frasa (Mulyadi, 2010: 5).


(21)

Keterangan adalah konstituen opsional yang dapat berulang atau rekursif. Dalam skema X-bar, keterangan berkombinasi dengan X’ untuk membentuk proyeksi X’ (Haegeman, 1992: 81-82, 95).

Spesifier adalah argumen eksternal yang posisinya dibawahi langsung oleh X-bar ganda atau frasa X. Umumnya spesifier terletak di awal frasa dan di akhir frasa. Spesifier di awal berfungsi untuk menerangkan frasa di depannya, sedangkan spesifier di akhir berfungsi untuk menutup frasa (Mulyadi, 2008).

Kaidah struktur frasa adalah kaidah untuk menentukan relasi konstituen secara hierarkis dalam sebuah frasa. Dalam hal ini, konstituen mengacu kepada kategori leksikal dan kategori frasa yang berfungsi sebagai komplemen,

keterangan, dan spesifier(Haegeman, 1992: 87, 95).

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori X-bar. Dalam teori X-bar semua frasa didominasi oleh satu inti leksikal. Inti merupakan simpul akhir yang mendominasi kata. Inti leksikal dari proyeksi adalah proyeksi kosong (Haegeman, 1992: 95). Kategori sintaksis dari konstituen frasa, seperti FN, FP, FA, FV, dan FP ditentukan secara leksikal. Misalnya, inti FN adalah nomina, inti FP adalah

preposisi, begitu seterusnya. Jadi, inti FP di juma ‘di ladang’ adalah di. Inti juga

terletak satu level lebih rendah daripada konstituen yang menjadi inti tersebut. Dalam hierarki X-bar, P sebagai inti dari FP terletak satu level lebih rendah daripada frasanya (Mulyadi, 2008: 23).


(22)

Selanjutnya, teori X-bar direpresentasikan pada diagram pohon.

(5) X’’

... X’ ...

... X ... (Haegeman, 1992: 95)

Simbol X pada diagram di atas merupakan pengganti dari sebuah kategori leksikal seperti nomina, verba, preposisi, atau adjektiva dan tanda titik di sebelah kiri dan di sebelah kanan diisi oleh tiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen, spesifier, dan keterangan. Format untuk struktur frasa terlihat dalam kaidah berikut.

a. X’’ YP; X’

b. X’ X’; ZP

c. X’ X; WP

Keterangan: YP : Spesifier

ZP : Keterangan

WP : Komplemen

Komplemen berkombinasi dengan X membentuk proyeksi X-bar (X’); keterangan yang berkombinasi dengan X-bar (X’) membentuk proyeksi X-bar (X’) lebih tinggi, dan spesifier yang berkombinasi dengan X-bar (X’) yang lebih tinggi membentuk proyeksi maksimal frasa X (X’’). Kategori bar adalah proyeksi X dan frasa dengan bar tertinggi adalah proyeksi maksimal dari kategori X. Dalam hal ini, spesifier tidak hanya terletak di awal, tetapi juga terletak di akhir. Demikian juga dengan keterangan.


(23)

Dalam bahasa Batak Toba, keterangan dan komplemen agak sulit dibedakan. Komplemen merupakan argumen internal yang bersifat wajib dan posisinya dibawahi langsung oleh X-bar serta selalu mengikuti inti leksikal atau letaknya sesudah inti leksikal, sedangkan keterangan bersifat opsional dan letaknya sebelum atau sesudah inti leksikal. Contohnya dapat dilihat dalam kalimat berikut.

(6) a. Laho ibana [tu juma.]

pergi 3.tg P ladang ‘Dia pergi ke ladang.’

b. Laho ibana [tu juma dohot amangna.]

pergi 3.tg P ladang P ayahnya ‘Dia pergi ke ladang dengan ayahnya.’

Pada (6.a) nomina juma tidak bisa diletakkan di depan inti leksikal sebab

elemen tersebut dibutuhkan FP untuk menerangkan inti leksikal. Pada (6.b) dohot

amangna tergolong keterangan sebab walaupun diletakkan sebelum inti leksikal,

konstruksi yang dihasilkan tetap gramatikal. Perubahan yang terjadi dapat dilihat di bawah ini.

(7) a.*Laho ibana [juma tu.]

pergi 3.tg ladangP *‘Dia pergi ladang ke.’

b. Laho ibana [dohot amangna tu juma.]

pergi 3.tg P ayahnya P ladang ‘Dia pergi dengan ayahnya ke ladang.’

Spesifier merupakan pewatas yang bersifat opsional karena dapat terletak di awal atau di akhir frasa. Pada posisi awal, spesifier berfungsi menerangkan FP


(24)

di depannya dan pada posisi akhir spesifier berfungsi menutup frasa tersebut. Contohnya tampak pada kalimat berikut.

(8) [Di pansur an] ma ho maridi!

P pancuran DET PART 2.tg mandi!

‘Di air pancuran itu lah kamu mandi!’

(9) [Tongon di tonga ni alaman] do hami hundul.

tepat Ptengah Poshalaman T 1.jm duduk.

‘Kami duduk tepat di tengah halaman.’

Pada (8) an merupakan spesifier yang terletak di akhir dan berfungsi

menutup frasa. Pada (9) tongon merupakan spesifier yang terletak di akhir frasa

dan berfungsi menerangkan FP di depannya.

Fungsi gramatikal komplemen, keterangan, dan spesifier berhubungan juga dalam pembentukan kaidah struktur FP. Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh P-bar (P’). Keterangan juga terletak di bawah P-bar, tetapi tatarannya berbeda. Spesifier sebagai satuan argumen dibawahi langsung oleh P-bar ganda (P’’). Hubungan ketiganya dijelaskan sebagai berikut,

Komplemen memperluas P menjadi P-bar Keterangan memperluas P-bar menjadi P-bar

Spesifier memperluas P-bar menjadi P-bar ganda (FP). (Radford dalam

Mulyadi, 2010: 5)

Kaidah struktur FP dalam bahasa Batak Toba dicontohkan pada (10).


(25)

Preposisi dapat membentuk FP apabila berkombinasi dengan nomina.

Pada (11) nomina jabu ‘rumah’ merupakan komplemen sebab argumen tersebut

dibutuhkan olen inti leksikal di ‘di’ untuk membentuk FP.

(11) Mansai godang jolma [di jabu.]

sangat banyak orang [P rumah.]

‘Orang sangat banyak di rumah.’

(12) FP

P’

P N

di jabu

‘di’ ‘rumah’

Inti leksikal di berkombinasi dengan komplemen jabu untuk membentuk

P-bar (P’). P’ dibawahi langsung oleh proyeksi maksimal FP.

2.3Tinjauan Pustaka

Mulyadi (2010) telah menerapkan teori X-bar dalam artikelnya yang

berjudul Frasa Preposisi Bahasa Indonesia Analisis X-Bar. Data dalam tulisan ini

diperoleh dari sumber tertulis, seperti surat kabar dan majalah. Kemudian, untuk memperoleh data tulis digunakan metode simak yang didukung oleh teknik catat. Data FP kemudian dianalisis dengan metode agih yang didukung oleh teknik ganti, sisip, perluas, dan lesap.

Mulyadi menjelaskan bahwa FP mempunyai perilaku yang berbeda pada tiap-tiap bahasa. Perilaku FP lazimnya direpresentasikan pada level sintaksis dan


(26)

hal ini bergantung pada karakter morfologi dari bahasa yang bersangkutan. Mulyadi mengatakan bahwa dalam teori X-bar semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti mempunyai dua properti. Pertama, inti memarkahi ciri kategorinya. Contohnya, inti dari FP adalah preposisi, inti dari FN adalah nomina, dan seterusnya. Kedua, inti terletak satu level lebih rendah dari frasanya.

Selanjutnya, dijelaskan bahwa struktur internal FP bahasa Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur mendasar FP ialah preposisi plus komplemen. Kategori komplemen tidak terbatas pada FN, tetapi juga pada FP. Struktur FP memungkinkan diperluas dengan keterangan untuk membentuk P-bar yang lain. Kategori leksikal yang berfungsi sebagai keterangan adalah FP. Keterangan dapat terletak di kiri atau di kanan inti leksikal dan jumlahnya tidak terbatas. Spesifier muncul berulang sehingga dalam skema X-bar ada dua proyeksi maksimal yang dibentuknya.

Teknik analisis data dalam tulisan Mulyadi menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian FP bahasa Batak Toba. Selain itu, data bahasa Indonesia dalam penelitian tersebut sebagian digunakan untuk menyusun sebuah kuesioner.

Siagian (2007) dalam skripsinya Struktur Frasa Adjektiva Bahasa Batak

Toba Analisis Teori X-Bar menggunakan metode wawancara untuk

mengumpulkan data. Selain itu, dia juga menggunakan metode simak yang didukung oleh teknik catat. Pada tahap analisis dia menggunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti, teknik perluas, dan teknik balik.


(27)

Siagian menjelaskan bahwa struktur internal frasa adjektiva bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur utama frasa adjektiva adalah adjektiva plus komplemen dan kategori komplemen biasanya

terdiri atas frasa preposisi (misalnya, sonang di son ‘senang di sini’). Posisi

komplemen dalam FA bahasa Batak Toba selalu mengikuti inti leksikal atau letaknya setelah inti leksikal dan kategori yang mendampingi inti leksikal pada frasa adjektiva bahasa Batak Toba dapat berupa satu kata atau dua kata. Dalam skripsinya, Siagian menyebutkan dua belas struktur FA bahasa Batak Toba. Perilaku frasa adjektiva bahasa Batak Toba terbatas pada kategori-kategori yang berkombinasi dengan adjektiva saja. Kategori tersebut adalah adverbia dan frasa preposisi.

Metode penelitian dalam tulisan Siagian bermanfaat untuk meneliti FP bahasa Batak Toba. Data bahasa Batak Toba yang mengandung preposisi dalam

tulisan itu juga menjadi data penelitian. Misalnya, mansai burju tu inongna

dakdanak i ‘anak-anak itu sangat baik kepada ibunya’.

Pengujian teori X-bar juga dilakukan Situmorang (2010) dalam skripsinya

yang berjudul Frasa Nomina Bahasa Batak Toba: Analisis X-bar. Data

dikumpulkannya melalui studi pustaka dengan menggunakan metode simak. Kemudian, data dianalisis dengan (1) metode padan referensial dengan teknik dasar berupa teknik pilah unsur penentu dan teknik lanjutan berupa teknik hubung banding menyamakan dua hal pokok dan (2) metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti, dan teknik balik.


(28)

Situmorang menjelaskan bahwa FN bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Komplemen FN berkategori numeralia, nomina, dan verba. Keterangan berkategori FN, FP, FA, FV, dan adverbia. Spesifier berkategori adverbia dan determiner.

Wahyuni (2004) dalam skripsinya Frasa Numeralia Bahasa Indonesia

Analisis Teori X-Bar menjelaskan bahwa komplemen FNum bahasa Indonesia

tidak terbatas pada nomina dan numeralia, tetapi juga dapat berupa adjektiva. Kategori yang mendampingi inti leksikal tidak terbatas pada kategori kata, tetapi juga pada kategori frasa. Selain itu, inti leksikal pada FNum bahasa Indonesia tidak hanya terdiri atas satu kata, tetapi juga terdiri atas dua kata.

Dalam penelitiannya, Wahyuni menggunakan data tulis yang diperoleh dari surat kabar, buku, dan novel. Data dikumpulkan melalui penyimakan. Disediakan pula data intuitif. Selanjutnya, dia menganalisis data dengan menggunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung, dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik perluas, dan teknik balik.

Wahyuni menyebutkan sembilan struktur FNum bahasa Indonesia. Menurut Wahyuni struktur internal FNum bahasa Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur utama FNum adalah numeralia plus komplemen. Struktur FNum dapat diperluas dengan elemen keterangan untuk membentuk Num-bar yang lain sebab keterangan merupakan konstituen yang bersifat opsional sehingga elemen ini dapat terletak di kiri atau di kanan inti


(29)

leksikal dalam skema X-bar. Posisi komplemen dalam FNum bahasa Indonesia selalu mengikuti inti leksikal atau letaknya setelah inti leksikal.

Mulyadi (2008) juga menerapkan teori X-bar dalam artikelnya Struktur

Frasa Adjektival dalam Bahasa Indonesia. Data penelitian dalam tulisan ini

diperoleh dari surat kabar, majalah, dan novel dengan menggunakan metode simak. Data dikelompokkan berdasarkan kesamaan tipe dan perilakunya dan dikaji dengan menggunakan metode distribusional. Teknik analisis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah teknik ganti, lesap, sisip, perluas, balik, dan ubah wujud. Cara kerja teori X-bar dalam tulisan ini menjadi acuan bagi peneliti untuk menerapkan teori X-bar pada FP bahasa Batak Toba.

Mulyadi menyebutkan bahwa struktur FA bahasa Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur FA yang paling sederhana tidak memuat komplemen, keterangan, ataupun spesifier untuk membentuk unit

konstituen yang lebih besar. Misalnya, pintar, mudah, dan adil. Dalam struktur

FA, komplemen berkategori FP, spesifier berkategori adverbia, dan keterangan berkategori FP dan FN. Posisi komplemen selalu mengikuti inti leksikal, sementara spesifier dapat terletak di awal, di akhir, serta di awal dan di akhir FA.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan di Desa Buluduri sejak tanggal 11 Maret 2013 sampai dengan 11 April 2013. Desa Buluduri merupakan salah satu desa dari sembilan desa di Kecamatan Laeparira, Kabupaten Dairi. Desa lain di Kecamatan Laeparira adalah Desa Sumbul, Desa Kentara, Desa Laeparira, Desa Sempung Polling, Desa Lumban Sihite, Desa Lumban Toruan, Desa Pandiangan, dan Desa Kaban Julu. Desa Buluduri berbatasan dengan hutan lindung di sebelah Utara, di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sempung Polling, di sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Simbelin, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Laeparira. Desa Buluduri dibagi menjadi empat dusun, yaitu Siboga Julu, Strat PLN, Lumban Silintong, dan Strat Gembira (BPS, 2012).

Desa Buluduri memiliki luas 948 ha (termasuk persawahan, pertanian, pemukiman, dan pekuburan). Jarak Desa Buluduri ke ibu kota kecamatan adalah 3 km dan jarak Desa Buluduri ke ibu kota kabupaten adalah 15 km. Perjalanan dari ibu kota kabupaten dan ibu kota kecamatan ke Buluduri dapat ditempuh dengan transportasi darat, seperti angkutan umum, mobil, sepeda motor, dan kendaraan roda tiga. Waktu tempuh dari ibu kota kabupaten ke Desa Buluduri adalah 50 menit dan dari ibu kota kecamatan adalah 10 menit (BPS, 2012).


(31)

Letak Dessa Buluduri

(http://

dapat diliha

Gambar 3 /www.dairik

at pada gam

.1 Peta loka kab.go.id.,

mbar di baw

asi penelitia diakses 20 F

ah ini.

an


(32)

Pen laki-laki. P dalam tabe nduduk De Pekerjaan d el berikut (B

Tabel Pekerja Petan PNS Mont Bidan Sw Pensiun Gambar 3 sa Buluduri dan tingkat p

BPS, 2012) 3.1 Pekerja aan ni S ir wasta nan

.2 Desa Bu i berjumlah pendidikan . aan Pendudu Jumlah/ 941 41 3 1 11 luduri h 1.711 oran

penduduk

uk /jiwa 1

ng, 845 pere Desa Bulud

empuan dan duri dapat d

n 866 dilihat


(33)

Tabel 3.2 Tingkat Pendidikan Penduduk

Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan

SD 342 200

SMP 186 205 SMA 135 241 D1 8 12 D2 2 3 D3 6 6

S1 10 15

S2 1

Desa Buluduri termasuk desa yang sudah maju. Desa ini sudah menggunakan listrik dan sudah menggunakan air bersih (PAM). Di desa ini terdapat sekolah dan Puskesmas atau Polindes. Desa Buluduri berbeda dengan desa lain di Kecamatan Laeparira. Desa lain didiami oleh beberapa suku, termasuk suku asli Kabupaten Dairi, yaitu suku Batak Pakpak, sehingga bahasa yang digunakan penduduknya dipengaruhi oleh bahasa lain. Desa Buluduri didiami oleh suku Batak Toba. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan penduduk Desa Buluduri adalah bahasa Batak Toba.

Data penelitian ini diperoleh dari data lisan dan data tulis. Data lisan dikumpulkan dengan menggunakan metode simak dengan teknik lanjutan berupa teknik simak libat cakap dan teknik simak bebas libat cakap yang didukung dengan teknik rekam dan teknik catat (Sudaryanto, 1993: 133-135). Selain itu, disediakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang diisi oleh informan (lihat


(34)

lampiran 1). Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan syarat-syarat berikut ini.

1. Berjenis kelamin pria atau wanita

2. Berusia antara 25-65 tahun

3. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta

jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya

4. Berstatus sosial menengah

5. Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya

6. Sehat jasmani dan rohani (Mahsun, 1995: 106).

Informan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang, dua laki-laki dan satu perempuan (lihat lampiran 2). Salah satu informan yang merupakan informan kunci dapat dilihat pada gambar berikut.


(35)

Wa pada hari adakalany dengan rum 1. Pe bia me 2. Ma tin Gamb awancara d Minggu. B ya wawanca

mah penelit neliti kesul asanya bek elakukan wa asyarakat m ngginya inte

ar 3.3 Penel dilakukan pa Biasanya wa ara dilakuka

ti. Pada saat itan dalam kerja dari awancara sa memandang ensitas pene

liti dan Info ada pagi har awancara d an di rumah t penelitian

menyesuaik pagi hing angat terbat g peneliti s litian ke rum

orman Kunc ri sekitar pu dilakukan d

h peneliti se , ada bebera kan waktu gga sore. tas. secara nega mah inform ci

ukul 06.45 – i rumah inf ebab rumah apa hambata

dengan info Akibatnya

atif. Hal in man.

– 07.30 WIB forman. Na h informan

an, yakni orman. Info a, waktu u

ni terjadi k B dan amun, dekat orman untuk karena


(36)

Data tulis diperoleh dari buku Jambar Hata Dongan tu Ulaon Adat

(Sihombing, 1989) dan buku Sintaksis Bahasa Batak Toba (Sibarani, 1997).

Untuk memperoleh data digunakan metode simak yang didukung oleh teknik catat (Sudaryanto, 1993: 133, 135). Selain data di atas, disediakan data intuitif sebagai data pendukung. Kemudian, peneliti menguji keberterimaan data tersebut kepada narasumber.

Data FP yang telah dikumpulkan dikelompokkan berdasarkan kategori pembentuk komplemen, keterangan, dan spesifier. Tahapan-tahapan pengelompokan data ialah sebagai berikut.

1. Mengelompokkan data berdasarkan kategori pembentuk komplemen,

yakni N/FN, FP, dan FNum.

2. Mengelompokkan data berdasarkan kategori pembentuk keterangan, yakni

FP dan klausa relatif.

3. Mengelompokkan data berdasarkan letak spesifier, yakni spesifier di awal

adalah adverbia dan spesifier di akhir adalah determiner. 3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dilakukan analisis untuk menyelesaikan permasalahan penelitian. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik perluas, dan teknik balik, dan teknik sisip (Sudaryanto, 1993: 37). Metode ini digunakan untuk menentukan perilaku fungsi gramatikal dan kaidah struktur FP. Sementara itu, untuk menentukan kategori


(37)

frasa dari sebuah kalimat, diuji dengan teknik pengedepanan dan teknik pembelakangan (Haegeman, 1994). Perhatikan contoh-contoh berikut.

(13) Ndang parduli ibana [di sude hata-hata ni jolma.]

tidak peduli 3tg P semua perkataan Pos orang ‘Dia tidak peduli pada setiap perkataan orang.’

(14) Ro do ibana [sian Jakarta.]

datang T 3.tg P Jakarta ‘Dia datang dari Jakarta.’

Data di atas dibagi berdasarkan konstituen. Konstituen di sude hata-hata

ni jolma ‘pada semua perkataan orang’ dan sian Jakarta ‘dari Jakarta’ merupakan satu frasa. Hal itu dapat dibuktikan melalui teknik pengedepanan berikut.

(15) [Di sude hata-hata ni jolma] ndang parduli ibana.

P semua perkataan Pos orang tidak peduli 3tg ‘Pada setiap perkataan orang, dia tidak peduli.’

(16) [sian Jakarta] do ibana ro.

P Jakarta T 3.tg datang ‘Dari Jakarta dia datang.’

Pada frasa di sude hata-hata ni jolma ‘pada setiap perkataan orang’, sian

Jakarta ‘dari Jakarta’ terdapat hata ni jolma ‘perkataan orang’ dan Jakarta yang berfungsi sebagai komplemen sebab elemen-elemen tersebut diperlukan oleh

preposisi di ‘pada’ dan sian ‘dari’ yang menjadi intinya untuk membentuk FP.

Apabila komplemen dilesapkan, konstruksi yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal. Perhatikan contoh berikut.

(17) *Ndang parduli ibana [di.]

tidak peduli 3tg P *‘Dia tidak peduli pada.’


(38)

(18) *Ro do ibana [sian] datang T 3.tg P *‘Dia datang dari.’

Bandingkan dengan contoh di bawah ini!

(19) Ndang parduli ibana [di sude hata-hata ni jolma na adong di lambungna.]

tidak peduli 3tg P semua perkataan Pos orang yang ada P dekatnya ‘Dia tidak peduli pada setiap perkataan orang yang ada di dekatnya.’

(20) Ro do ibana [sian Jakarta dohot inantana.]

datang T 3.tg P Jakarta P istrinya ‘Dia datang dari Jakarta dengan istrinya.’

FP di sude hata-hata ni jolma na adong di lambungna (19) tetap

gramatikal meskipun frasa tersebut telah diperluas dengan hadirnya klausa relatif

na adong di lambungna yang berfungsi sebagai komplemen. Representasi struktur

frasa di atas dapat dilihat pada skema di bawah ini. (21) FP

P’

P’ KlR

P FN

di sude hata-hata ni jolma na adong di lambungna


(39)

Inti leksikal di berkombinasi dengan komplemen sude hata ni jolma untuk membentuk P-bar, kemudian pada tingkatan di atasnya P-bar berkombinasi

dengan keterangan na adong di lambungna untuk membentuk p-bar yang lebih

tinggi. Spesifier tidak muncul pada struktur frasa tersebut.

FP sian Jakarta dohot inantana (21) telah diperluas dengan hadirnya

keterangan dohot inantana. Dalam skema X-bar, preposisi sian berkombinasi

nomina Jakarta untuk membentuk P-bar. Selanjutnya, P-bar berkombinasi dengan

FP dohot inantana untuk membentuk P-bar berikutnya. Strukturnya tergambar

dalam kaidah berikut. (22) FP

P’

P’ FP

P N

sian Jakarta dohot inantana

‘dari’ ‘Jakarta’ ‘dengan istrinnya’

Selain tidak dapat dilesapkan, komplemen FP juga tidak dapat dipindahkan ke depan inti leksikal atau tidak dapat dibalik. Perhatikan contoh di bawah ini.


(40)

(23) [Sian pittu pudi] do baowa i kaluar. P pintu belakang T laki-laki DET keluar ‘Dari pintu belakang, laki-laki itu keluar.’

Pada (23) sian pittu pudi ‘dari pintu belakang’ adalah satu frasa. Dikatakan

satu frasa karena konstituen tersebut dapat dipindahkan ke belakang atau ke akhir kalimat.

(24) Kaluar do baowa i [sian pittu pudi] keluar T laki-laki DET P pintu belakang ‘Laki-laki itu keluar dari pintu belakang.’

Pada FP sian pittu pudi, FN pittu pudi merupakan komplemen sebab

konstituen tersebut dibutuhkan inti leksikal sian untuk membentuk FP. Apabila

komplemen dipindahkan ke depan inti leksikal, konstruksi yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal. Perhatikan contoh di bawah ini.

(25) *Kaluar do baowa i [pittu pudi sian] keluar T laki-laki DET pintu belakang P

*‘Laki-laki itu keluar pintu belakang dari.’ Sekarang perhatikan contoh berikut.

(26) [Sian najolo sahat tu saonari] ndang marnamuba pangalahona.

P dulu P P sekarang tidak Akt.ubah perilakunya. ‘Dari dulu hingga sekarang perilakunya tidak berubah.’

Pada contoh di atas sian najolo sahat tu saonari ‘dari dulu hingga

sekarang’ merupakan FP. Meskipun terdapat tiga preposisi, konstituen tersebut tetap satu frasa. Hal itu dapat dibuktikan dengan teknik pembelakangan berikut.


(41)

(27) Ndang marnamuba pangalahona [sian najolo sahat tu saonari.] tidak Akt.ubah perilakunya P dulu P P sekarang ‘Perilakunya tidak berubah dari dulu hingga sekarang.’

Pada contoh di atas najolo ‘dulu’ tergolong komplemen sebab elemen

tersebut tidak dapat dilesapkan dan tidak dapat dipindahkan ke depan inti leksikal

sian ‘dari’. Apabila dipindahkan, konstruksi yang dihasilkan menjadi tidak

gramatikal.

(28) a. *[Sian sahat tu saonari] ndang marnamuba pangalahona.

P P P sekarang tidak Akt.ubah perilakunya *‘Dari hingga sekarang perilakunya tidak berubah.’

b. *[najolo sian sahat tu saonari] ndang marnamuba pangalahona.

dulu P P P sekarang tidak Akt.ubah perilakunya *‘Dulu dari hingga sekarang perilakunya tidak berubah.’

Perilaku keterangan berbeda dengan perilaku komplemen pada FP. Pada

(27) sahat tu saonari ‘hingga ke sekarang’ tergolong keterangan sebab elemen

tersebut dapat dilesapkan. Perubahannya terlihat pada contoh di bawah ini.

(29) [Sian najolo] ndang marnamuba pangalahona.

P dulu tidak Akt.ubah perilakunya. ‘Dari dulu perilakunya tidak berubah.’

Dalam skema X-bar, frasa pada contoh (27) terbentuk dari inti leksikal

sian yang berkombinasi dengan komplemen najolo untuk membentuk P-bar. Pada

tingkatan di atasnya, P-bar berkombinasi dengan keterangan sahat tu saonari

untuk membentuk P-bar yang lebih tinggi. Spesifier tidak muncul pada struktur frasa tersebut. Struktur frasanya tergambar pada skema berikut ini.


(42)

(30) FP

P’

P’ FP

P N

sian najolo sahat tu saonari

‘dari’ ‘dulu’ ‘hingga ke sekarang’

3.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data dilakukan dengan dua cara, yakni metode penyajian formal dan metode penyajian informal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, sedangkan metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Metode penyajian formal dilanjutkan dengan teknik pengkonflasian, yaitu penyajian beberapa kaidah tunggal secara berjalin sehingga menjadi satu gabungan kaidah, satu kaidah ganda, atau satu kaidah berkonflasi, antara lain dengan pertolongan tanda-tanda kurung (Sudaryanto, 1993: 145). Penyajian secara formal tampak dalam penggambaran hierarki struktural dari frasa preposisi bahasa Batak Toba. Struktur tersebut digambarkan dengan menggunakan diagram pohon yang merupakan salah satu ciri dari sintaksis generatif yang dikembangkan Chomsky.


(43)

BAB IV

FRASA PREPOSISI BAHASA BATAK TOBA

4.1Perilaku Fungsi Gramatikal

Fungsi gramatikal yang membentuk FP bahasa Batak Toba mengacu pada komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan spesifier (Spes). Ketiga fungsi itu berkaitan dengan (1) kategori leksikal, seperti nomina, preposisi dan adverbia dan (2) kategori frasa seperti FN, FP, dan FNum. Berikut dijelaskan perilaku fungsi gramatikal yang membentuk FP dalam bahasa Batak Toba.

4.1.1 Komplemen

Komplemen adalah argumen internal yang letaknya dalam struktur FP dibawahi langsung oleh P’ (P-bar) dan berfungsi merealisasikan properti leksikal. Komplemen dalam FP bahasa Batak Toba terletak di kanan atau setelah inti leksikal. Dalam FP, kehadiran komplemen bersifat wajib. Artinya, apabila komplemen tidak hadir, struktur yang terbentuk menjadi tidak gramatikal. Komplemen yang membentuk FP bahasa Batak Toba misalnya, berkategori nomina, FN, FNum, dan FP.

(31) Laho nasida [tu sikkola].

pergi 3.jm P sekolah ‘Mereka pergi ke sekolah.’

(32) Masihol dakdanak i [tu hahana.]

rindu anak DET P kakanya ‘Anak itu rindu kepada kakaknya.’


(44)

FP tu sikkola ‘ke sekolah’ dan tu hahana ‘kepada kakaknya’ dibentuk oleh

preposisi tu ‘ke / kepada’ yang menjadi inti leksikal. Nomina sikkola ‘sekolah’

dan hahana ‘kakaknya’ merupakan argumen internal dari preposisi tu sehingga

disebut komplemen. Jika argumen tersebut dilesapkan atau diubah susunannya, konstruksi yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal. Perubahannya terlihat di bawah ini.

(33) a. *Laho nasida [tu].

pergi 3.jm P *‘Mereka pergi ke.’ b. *Laho nasida [sikkola tu].

pergi 3.jm sekolah P *‘Mereka pergi sekolah ke.’

(34) a. *Masihol dakdanak i [tu].

rindu anak DET P *‘Anak itu rindu kepada.’

b. *Masihol dakdanak i [hahana tu.]

rindu anak DET kakaknya P *‘Anak itu rindu kakaknya kepada.’

Sekarang perhatikan contoh berikut ini.

(35) Laho nasida [tu sikkola ni anggina].

pergi 3.jm P sekolah Pos adiknya ‘Mereka pergi ke sekolah adiknya .’

(36) Masihol dakdanak i [tu hahana siakkangan.]

rindu anak DET P kakaknya sulung ‘Anak itu rindu kepada kakaknya yang sulung.’


(45)

sikkola ni anggina ‘sekolah adiknya’ (35) dan hahana siakkangan ‘kakaknya yang sulung’ (36). Posisi FN sebagai komplemen tidak dapat dipindahkan ke depan inti leksikal, seperti terlihat pada contoh berikut.

(37) *Laho nasida [sikkola ni anggina tu].

pergi 3.jm sekolah Pos adiknya P *‘mereka pergi sekolah adiknya ke.’

(38) *Masihol dakdanak i [hahana siakkangan tu.]

rindu anak DET kakaknya sulung P *‘Anak itu rindu kakaknya yang sulung kepada.’

Perilaku yang sama terdapat pada contoh berikut. Argumen natua-tua ni

huta ‘penatuah kampung’ (39) adalah komplemen. Hal ini terbukti dari tes

pelesapan pada (39b) atau tes perpindahan pada (39c) yang menghasilkan konstruksi yang tidak gramatikal.

(39) a. Dipasahat hami do parsoalan i [tu natua-tua ni huta.]

disampaikan 1.jm T persoalan DET P penatuah Pos kampung ‘Persoalan itu kami serahkan kepada penatuah kampung.’

b. *Dipasahat hami do parsoalan i [tu]

disampaikan 1.jm T persoalan DET P *‘Persoalan itu kami serahkan kepada.’

c. *Dipasahat hami do parsoalan i [natua-tua ni huta tu.]

disampaikan 1.jm T persoalan DET penatuah Pos kampung P *‘Persoalan itu kami serahkan penatuah kampung kepada.’

Selain nomina dan FN, komplemen dapat berupa FP. Perhatikan contoh berikut.

(40) [Sahat tu saonari] ndang pajumpang dope ibana dohot inongna.

P P sekarang tidak Akt.temu masih 3.tg P ibunya ‘Sampai sekarang dia belum bertemu dengan ibunya.’


(46)

Meskipun terdapat dua preposisi pada contoh (40), konstituen tersebut

adalah satu frasa. Apabila konstituen sahat tu saonari ‘sampai ke sekarang’

dipindahkan ke akhir kalimat konstruksi yang dihasilkan tetap gramatikal.

(41) Ndang pajumpang dope ibana dohot inongna [sahat tu saonari].

tidak Akt.temu masih 3.tg P ibunya P P sekarang ‘Dia belum bertemu dengan ibunya sampai sekarang.’

Status komplemen pada (41) dapat diuji dengan pelesapan atau

perpindahan FP tu saonari ‘ke sekarang’ ke depan inti leksikal.

(42) a. *[Sahat] ndang pajumpang dope ibana dohot inongna.

P tidak Akt.temu masih 3.tg P ibunya *‘Sampai dia belum bertemu dengan ibunya.’

b. *[tu saonari sahat] ndang pajumpang dope ibana dohot inongna.

P sekarang P tidak Akt.temu masih 3.tg P ibunya *‘Ke sekarang sampai dia belum bertemu dengan ibunya.’

Bahwa komplemen tidak dapat dilesapkan dan terletak setelah inti leksikal juga terdapat pada contoh di bawah ini.

(43) Boi do diboan truk on barang [lobi sian dua ton.]

dapat T dibawa truk DET barang lebih P dua ton ‘Truk ini dapat memuat barang lebih dari dua ton.’

Pada kalimat (43), komplemen dari preposisi sian ‘dari’ berkategori

FNum, yaitu dua ton. Seperti pada pengujian sebelumnya, komplemen FNum tidak dapat dilesapkan atau dipindahkan ke depan inti leksikal.

Kombinasi komplemen yang berkategori nomina, FN, FP, dan FNum dengan inti leksikal mempunyai perilaku yang sama dalam FP bahasa Batak Toba.


(47)

Perilaku tersebut ditandai dengan posisi komplemen dalam kalimat yang tidak dapat dilesapkan atau dipindahkan ke depan inti leksikal.

4.1.2 Keterangan

Keterangan adalah atribut pendamping yang terletak di bawah P’ (P-bar). Sebagai argumen periferal, keterangan diproyeksikan pada tataran yang berbeda. Dalam FP bahasa Batak Toba, keterangan bersifat opsional. Artinya, meskipun keterangan dilesapkan atau dipindahkan, FP yang terbentuk tetap gramatikal. Keterangan pada struktur FP bahasa Batak Toba berkategori FP dan klausa relatif. Berikut dijelaskan perilaku keterangan dalam membentuk FP bahasa Batak Toba.

(44) Najolo mardalan pat do hami [sian Buluduri tu Sidikalang.]

dulu Akt. jalan kaki T 1.jm P Buluduri P Sidikalang ‘Dulu kami berjalan kaki dari Buluduri ke Sidikalang.’

Konstituen sian Buluduri tu Sidikalang ‘dari Buluduri ke Sidikalang’ pada

contoh (44) disebut FP. FP itu dibentuk oleh preposisi sian ‘dari’ sebagai inti

leksikal, nomina Buluduri sebagai komplemen, dan FP tu Sidikalang ‘ke

Sidikalang’ sebagai keterangan. Bukti tentang komplemen dan keterangan pada frasa tersebut terlihat pada contoh berikut.

(45) a. *Najolo mardalan pat do hami [sian tu Sidikalang.]

dulu Akt. jalan kaki T 1.jm P P Sidikalang *‘Dahulu kami berjalan kaki dari ke Sidikalang.’

b. Najolo mardalan pat do hami [sian Buluduri.]

dulu Akt. jalan kaki T 1.jm P Buluduri ‘Dahulu kami berjalan kaki dari Buluduri.’


(48)

c. Najolo mardalan pat do hami [tu Sidikalangsian Buluduri.] dulu Akt. jalan kaki T 1.jm P Sidikalang P Buluduri

‘Dahulu kami berjalan kaki ke Sidikalang dari Buluduri.’

Berbeda dengan komplemen, keterangan dapat dilesapkan seperti pada (45b) atau dibalik susunannya seperti pada (45c).

Sekarang perhatikan contoh berikut.

(46) Mauliate ma ta dok [tu Tuhanta na tontong

terima kasih PART 1.jm katakan P Tuhan kita yang tetap mandongani hita.]

Akt.temani 1.jm

‘Terima kasih kita ucapkan kepada Tuhan yang selalu bersama dengan kita.’

(47) Jong-jong ibana [di gingjang ni meja na marlapik kassa.]

berdiri 3.tg P atas Pos meja yang berlapis kaca ‘Dia berdiri di atas meja yang berlapis kaca.’

Dari contoh di atas dapat dijelaskan bahwa klausa relatif na tontong

mandongani hita ‘yang tetap menemani kita’ dan na marlapik kassa ‘yang

berlapis kaca’ berfungsi sebagai keterangan sebab argumen tersebut dapat dilesapkan.

(48) Mauliate ma ta dok [tu Tuhanta .] terima kasih PART 1.jm katakan P Tuhan kita ‘Terima kasih kita ucapkan kepada Tuhan kita.’

(49) Jong-jong ibana [di gingjang ni meja.]

berdiri 3.tg P atas Pos meja ‘Dia berdiri di atas meja.’

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterangan yang membentuk struktur FP bahasa Batak Toba berkategori FP dan klausa relatif. Kedua kategori


(49)

ini memiliki perilaku yang sama dalam membentuk FP, yakni dapat dilesapkan atau dipindahkan ke depan inti leksikal.

4.1.3 Spesifier

Spesifier (Spes) adalah argumen eksternal yang dibawahi langsung oleh P’’ (P-bar ganda) atau FP. Kategori ini merupakan proyeksi akhir pada sebuah frasa. Posisi spesifier dalam bahasa Batak Toba bersifat opsional, artinya dapat terletak di awal frasa (sebelah kiri inti leksikal), di akhir frasa (sebelah kanan inti leksikal), ataupun di awal dan di akhir frasa. Pada posisi awal, spesifier berfungsi menerangkan FP di depannya, sedangkan pada posisi akhir, spesifier berfungsi

menutup frasa. Dalam bahasa Batak Toba, spesifier di awal biasanya dimarkahi

adverbia tongon ‘tepat’, lobi ‘lebih’, tar ‘agak’, dan hombar ‘persis’, sedangkan

spesifier di akhir biasanya dimarkahi determiner an, i, ‘itu’ dan on ‘ini’.

Contohnya sebagai berikut.

(50) Tumimbo do tiang on [sian hau an.]

lebih tinggi T tiang DET P pohonDET

‘Tiang ini lebih tinggi daripada pohon itu.’

(51) Marsogot adong ulaon [di jabu on.]

besok ada acara P rumah DET ‘Besok di rumah ini ada acara.’

FP sian hau an ‘daripada pohon itu’ (50) dan di jabu on ‘di rumah ini’

(51) dibentuk oleh sian ‘daripada’ dan di ‘di’ yang berfungsi sebagai inti leksikal,

hau ‘pohon’ dan jabu ‘rumah’ adalah komplemen. Sementara itu, an ‘itu’ dan on


(50)

yang berfungsi untuk menutup frasa sehingga on dan an tidak dapat diperluas dengan kategori lain. Apabila diperluas bentuknya menjadi tidak gramatikal.

(52) *Tumimbo do tiang on [sian hau an na balga.]

lebih tinggi T tiang DET P pohonDET yang besar

*‘Tiang ini lebih tinggi daripada pohon itu yang besar.’

(53) *Marsogot adong ulaon [di jabu on na gelleng.]

besok ada acara P rumah DET yang kecil *‘Besok di rumah ini yang kecil ada acara.’

Berbeda dengan contoh di atas, spesifier pada FP lobi sian sampulu taon

‘lebih dari sepuluh tahun’ dan hombar tu pambahenanmu ‘persis ke perbuatanmu’

terletak di awal frasa. Spesifier tersebut berfungsi untuk menerangkan frasa di depannya.

(54) [Lobi sian sampulu taon] anakkonhu ndang mulak sian pangarantoan.

lebih P sepuluh tahun anakku tidak pulang P perantauan ‘Lebih dari sepuluh tahun anakku tidak pulang dari perantauan.’

(55) Jaloonmu do balosna [hombar tu pambahenanmu.]

terima 2.tg T balasan persis P perbuatanmu

‘Kamu akan menerima balasan persis dengan perbuatanmu.’

Adverbia lobi ‘lebih’ dan hombar ‘persis’ disebut spesifier didasarkan

fakta bahwa pada struktur FP letak adverbia itu selalu di awal. Perpindahan posisi spesifier tersebut menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal, seperti pada (56) dan (57).

(56) *[Sian sampulu taon lobi] anakkonhu ndang mulak sian pangarantoan.

P sepuluh tahun lebih anakku tidak pulang P perantauan *‘Dari sepuluh tahun lebih anakku tidak pulang dari perantauan.’


(51)

(57) *Jaloonmu do balosna [tu pambahenanmu hombar.] terima 2.tg T balasan P perbuatanmu persis

*‘Kamu akan menerima balasan dengan perbuatanmu persis.’

Dalam struktur FP bahasa Batak Toba, spesifier dapat hadir di awal dan di akhir frasa. Spesifier di awal untuk menerangkan frasa dan spesifier di akhir untuk menutup frasa. Perhatikan contoh di bawah ini.

(58) [Tongon di toru ni hau i] do hami marpungu.

tepat P bawah Pos pohon DET T 2.tg Akt.kumpul

‘Kami berkumpul tepat di bawah pohon itu.’

(59) [Lobi sian na nileanna i] nungnga hulean tu ibana.

lebih P yang diberikannya DET Perf. kuberikan P 3.tg

‘Sudah saya berikan sesuatu kepadanya lebih daripada yang dia berikan.’

FP tongon di toru ni hau i ‘tepat di bawah rumah itu’ dan lobi sian na

nileanna i ‘lebih daripada yang diberikannya’ dibentuk oleh dua spesifier.

Spesifier tongon ‘tepat’ dan lobi ‘lebih’ yang terletak di awal frasa berfungsi

untuk menerangkan inti leksikal, sedangkan spesifier i ‘itu’ yang terletak di akhir

frasa berfungsi untuk menutup frasa.

Dari uraian di atas, kategori komplemen, keterangan, dan spesifier dapat digambarkan dalam tabel berikut.

Tabel 4.1 Kategori pembentuk Komp, Ket, dan Spes

Komplemen Keterangan Spesifier

Awal Akhir

N/FN FP Adverbia DET

FP KlR Fnum


(52)

4.2 Struktur Frasa Preposisi Bahasa Batak Toba

Pembahasan mengenai struktur frasa dalam teori X-bar bertalian dengan tiga fungsi gramatikal, yakni komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan spesifier (Spes). Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, komplemen merupakan argumen internal yang posisinya langsung dibawahi oleh X-bar dan kehadiran komplemen merupakan realisasi dari kategori leksikal. Secara skematis keterangan juga dibawahi X-bar, tetapi letaknya pada tingkatan yang berbeda. Dengan kata lain, komplemen didominasi oleh X-bar pertama sementara keterangan didominasi oleh X-bar kedua. Status kedua argumen tersebut berbeda. Dalam struktur frasa, komplemen merupakan argumen wajib (inti), sedangkan keterangan adalah argumen opsional. Sementara itu, spesifier merupakan argumen yang langsung dibawahi oleh X-bar ganda atau frasa X.

Jelasnya, inti leksikal P bersama dengan komplemen membentuk konstituen P-bar. Jika keterangan hadir pada FP, keterangan dan P-bar akan membentuk P-bar berikutnya. Proyeksi maksimal terbentuk jika spesifier muncul pada FP. Di bawah ini dijelaskan struktur FP bahasa Batak Toba.

4.2.1 Preposisi + Komplemen

Dalam bahasa Batak Toba, preposisi dapat membentuk frasa preposisi apabila didampingi oleh kategori lain sebagai komplemen. Perhatikan contoh berikut.

(60) Naeng jiara hami [tu kuburan ni tulangna.]

ingin ziarah 1.jm P makam Pos pamannya ‘Kami ingin ziarah ke makam pamannya.’


(53)

Pada (60) FP tu kuburan ni tulangna ‘ke makam pamannya’ dibentuk oleh

preposisi tu ‘ke’ sebagai inti leksikal. Argumen FN kuburan ni tulangna ‘makam

pamannya’ merupakan komplemen sebab argumen tersebut dibutuhkan inti leksikal untuk membentuk FP.

Dalam skema X-bar preposisi tu ‘ke’ berkombinasi dengan FN kuburan ni

tulangna ‘makam pamannya’ untuk membentuk P-bar. Dalam hal ini, keterangan

dan spesifier tidak muncul. Pada proyeksi tertinggi, diagramnya tidak bercabang. Struktur ini dapat digambarkan pada diagram berikut.

(61) FP

P’

P FN

tu kuburan ni tulangna

‘ke’ ‘makam pamannya’

Bandingkan dengan contoh di bawah ini.

(62) Ndang marsikkola hami [sahat tu ari Sabtu.]

tidak Akt.sekolah 1.jm P P hari Sabtu ‘Kami tidak masuk sekolah sampai hari Sabtu.’

Secara skematis, representasi struktur frasa (62) sama dengan frasa di atas (61). Namun, kategori yang membentuk komplemen bukan nomina, melainkan

FP. Dalam hal ini, FP tu ari Sabtu adalah komplemen sebab konstituen tersebut


(54)

(63) *Ndang marsikkola hami [tu ari Sabtu sahat.] tidak Akt.sekolah 1.jm P hari Sabtu P

*‘Kami tidak masuk sekolah ke hari Sabtu sampai.’

Jelaslah bahwa inti leksikal sahat ‘sampai’ dan komplemen tu ari sabtu

‘ke hari sabtu’ didominasi oleh P-bar. Keterangan dan spesifier tidak hadir dalam struktur ini. Struktur FP dapat dilihat pada (64).

(64) FP

P’

P FP

sahat tu ari Sabtu

‘sampai’ ‘ke hari Sabtu’

4.2.2 Preposisi + Keterangan

Struktur FP bahasa Batak Toba dapat juga dibentuk oleh inti plus keterangan. Dari segi bentuk, struktur seperti ini mirip dengan struktur yang dibentuk oleh inti plus komplemen. Contohnya, (65 dan 66) memuat argumen berkategori klausa relatif, tetapi fungsi argumen ini ialah keterangan, bukan komplemen.

(65) Tangis do inanta i [di na buni.] menangis T ibu DET P yang sembunyi ‘Ibu itu menangis tersembunyi.’


(55)

(66) Ndang boi berengon dolok i [sian na dao.] tidak dapat terlihat bukit DET P yang jauh ‘Bukit itu tidak terlihat dari jauh’

Argumen klausa relatif pada (65 dan 66) sulit ditentukan tergolong komplemen atau keterangan. Namun, fakta memperlihatkan bahwa argumen itu adalah keterangan, yakni antara inti leksikal dan klausa relatif dapat disisipi kategori lain yang berfungsi sebagai komplemen. Ini menunjukkan bahwa komplemen pada struktur frasa tersebut bersifat implisit. Perhatikan contoh di bawah ini.

(67) Tangis do inanta i [di inganan na buni.]

menangis T ibu DET P tempat yang sembunyi ‘Ibu itu menangis di tempat yang tersembunyi.’

(68) Ndang boi berengon dolok i [sian huta na dao.]

tidak dapat terlihat bukit DET P daerah yang jauh ‘Bukit itu tidak terlihat dari daerah yang jauh’

Struktur frasanya melibatkan dua konstituen P-bar. Konstituen P-bar terendah mendominasi sebuah inti leksikal. Konstituen P-bar tertinggi mendominasi konstituen P-bar terendah dan keterangan klausa relatif. Selanjutnya, proyeksi maksimal FP mendominasi P-bar tertinggi. Dalam sturktur FP, proyeksi maksimalnya tidak bercabang, seperti pada (69).


(56)

(69) FP

P’

P’ KlR

P

di / sian na buni / na dao

‘di / dari’ ‘yang tersembunyi / yang jauh’

4.2.3 Preposisi + Komplemen + Keterangan

Struktur FP dapat diperluas menjadi P-bar yang lain dengan tambahan keterangan. Struktur FP berikut menghadirkan komplemen dan keterangan. Tipe

frasa ini memiliki dua argumen, yaitu argumen internal FN sada huta ‘satu

kampung’ dan argumen periferal FP di luat na dao ‘di tempat yang jauh’ pada

(70) serta argumen internal FN jabu nami ‘rumah kami’ dan argumen periferal FP

tu jabu ni ompung ‘ke rumah nenek’ pada (71).

(70) Pidda do nasida [tu sada huta di luat na dao.]

pindah T 3.jm P satu kampung P tempat yang jauh ‘Mereka pindah ke suatu daerah di tempat yang jauh.’

(71) Manarui tapian do nasida [sian jabu nami tu jabu ni ompung.]

Akt.antar air T 3.jm P rumah 1.jm P rumah Pos nenek ‘Mereka mengangkat air dari rumah kami ke rumah nenek.’


(57)

menimbulkan kecurigaan sebab dalam konstruksi tersebut terdapat dua FP. Namun, fakta berikut menunjukkan bahwa kedua FP tersebut berada dalam satu frasa. Perhatikan contoh berikut.

(72) [Tu sada huta di luat na dao] do nasida pidda.

P satu kampung P tempat yang jauh T 3.jm pindah ‘Ke suatu daerah di tempat yang jauh mereka pindah.’

(73) [Sian jabu nami tu jabu ni ompung] do nasida manarui tapian.

P rumah kami P rumah Pos nenek T 3.jm Akt.antar air ‘Dari rumah kami ke rumah nenek mereka mengangkat air.’

Komplemen dan keterangan memiliki perbedaan yang jelas. Sebagai argumen internal, komplemen tidak dapat dilesapkan, sedangkan keterangan sebagai argumen periferal dapat dilesapkan.

(74) a *Pidda nasida [tu di luat na dao.]

pindah 3.jm P P tempat yang jauh *‘Mereka pindah ke di tempat yang jauh.’

b. Pidda nasida [tu sada huta .]

pindah 3.jm P satu kampung ‘Mereka pindah ke suatu daerah.’

(75) a. *Manarui tapian do nasida [sian tu jabu ni ompung.]

Akt.antar air T 3.jm P P rumah Pos nenek *‘Mereka mengangkat air dari ke rumah nenek.’

b. Manarui tapian do nasida [sian jabu nami.]

Akt.antar air T 3.jm P rumah kami ‘Mereka mengangkat air dari rumah kami.’

Keterangan FP pada (74 dan 75) memiliki tataran proyeksi yang berbeda

dengan komplemen FN pada struktur frasa tersebut. FN sada huta dan jabu nami


(58)

membentuk P-bar yang paling rendah. FP di luat na dao dan tu jabu ni ompung sebagai keterangan berkombinasi dengan P-bar yang paling rendah untuk membentuk P-bar di atasnya.

(76) FP

P’

P’ FP

P FN

tu / sian sada huta / jabu nami di luat na dao / tu jabu ni ompung ‘ke/dari’ ‘satu kampung/rumah kami’ ‘di tempat yang jauh/ke rumah nenek’

Secara skematis struktur frasa di bawah ini sama dengan struktur frasa pada (76). Namun, keterangan pada FP adalah klausa relatif. Lihat contoh (77).

(77) Mangkatai bapa [tu angka natua-tua na hundul di adopan nami.]

Akt.bicara ayah P para orang tua yang duduk P depan 1.jm ‘Ayah berbicara kepada para orang tua yang duduk di depan kami.’

Status keterangan pada (77) dapat diuji dengan melesapkan klausa relatif pada frasa tersebut. Hal ini sesuai dengan sifat keterangan, yakni bersifat opsional. Jadi, meskipun keterangan dilesapkan, konstruksi yang dihasilkan tetap gramatikal. Perhatikan perubahan berikut.


(59)

(78) Mangkatai bapa [tu angka natua-tua.] Akt.bicara ayah P para orang tua ‘Ayah berbicara kepada para orang tua.’

Contoh di atas menjelaskan bahwa inti leksikal tu ‘ke’ bersama dengan

komplemen angka natua-tua ‘para orang tua’ dibawahi langsung oleh P-bar

paling rendah. Pada tingkatan berikutnya, keterangan berkombinasi dengan P-bar untuk membentuk P-bar yang lain. Representasi struktur frasanya tampak pada skema di bawah ini.

(79) FP

P’

P’ KlR

P FN

tu angka natua-tua na adong di adopan nami

‘kepada’ ‘para orang tua’ ‘yang ada di depan kami’

4.2.4 Preposisi + Komplemen + Spesifier

Struktur FP dapat dibentuk oleh inti berkombinasi dengan komplemen dan

spesifier. Pada (80), adverbia i ‘itu’ adalah spesifier, sedangkan nomina

parmaraan ‘bahaya’ adalah komplemen. Begitu juga pada (81), adverbia an


(60)

(80) Nungnga malua hami [sian parmaraan i.] Perf. lepas 1.jm P bahaya DET ‘Kami sudah terbebas dari bahaya itu.’

(81) Sussihon jolo piring on [tu mual an.]

cucikan dulu piring DET P sungai DET ‘Cucikan piring ini ke sungai itu.’

Struktur FP contoh di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Inti leksikal

dan nomina parmaraan (80), mual (81) membentuk konstituen P-bar. Keterangan

tidak muncul dalam struktur frasa ini. Selanjutnya, spesifier i dan an bersama

dengan konstituen P-bar membentuk proyeksi maksimal. Struktur frasanya digambarkan di bawah ini.

(82) FP

P’ Spes

P N

sian/tu parmaraan/mual i/an

‘dari/ke’ ‘bahaya/sungai’ ‘itu’

4.2.5 Preposisi + Komplemen + Keterangan + Spesifier

Struktur FP bahasa Batak Toba sangat kompleks apabila fungsi gramatikal, seperti komplemen, keterangan, dan spesifier dapat hadir. Struktur yang demikian dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.


(61)

(83) Hurung ma manuk i [tu lobu na di pudi ni jabu an.] kurung PART ayam DET P kandang yang P belakang Pos rumah DET ‘Kurunglah ayam itu di kandang yang di belakang rumah itu.’

Pada FP (83), nomina lobu ‘kandang’ adalah komplemen, klausa relatif na

di pudi ni jabu ‘yang di belakang rumah’ adalah keterangan, dan determiner an

‘itu’ adalah spesifier. Struktur FP (83) digambarkan pada (84). (84) FP

P’ Spes

P’ KlR

P N

tu lobu na di pudi ni jabu an

‘ke’ ‘kandang’ ‘yang di belakang rumah’ ‘itu’

Struktur FP di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, konstituen

P-bar terendah mendominasi inti leksikal dan komplemen lobu. Berikutnya,

konstituen P-bar tertinggi mendominasi P-bar yang terendah dan keterangan na di

pudi ni jabu. Kemudian, proyeksi maksimal FP mendominasi konstituen P-bar

tertinggi dan spesifier an.

Sekarang perhatikan contoh berikut.

(85) Naeng leanon nami do pangurupion [tu angka jolma di huta on.]

akan berikan 1.jm T bantuan P semua orang P kampung DET ‘Kami akan memberikan bantuan kepada orang-orang di kampung ini.’


(62)

Komplemen FP di atas adalah FN angka jolma ‘semua orang’. FP di huta

‘di kampung’ adalah keterangan dan determiner on ‘ini’ adalah spesifier. Dalam

struktur frasa, inti leksikal berkombinasi dengan komplemen angka jolma untuk

membentuk P-bar paling rendah. Kemudian, P-bar terendah berkombinasi dengan

keterangan di huta untuk membentuk P-bar berikutnya. Selanjutnya, pada

tingkatan tertinggi hadir spesifier on untuk membentuk proyeksi maksimal.

Struktur frasa tersebut direpresentasikan pada skema berikut. (86) FP

P’ Spes

P’ FP

P FN

tu angka jolma di huta on

‘kepada’ ‘semua orang’ ‘di kampung’ ‘ini’

4.2.6 Spesifier+ Preposisi + Komplemen

Spesifier dapat terletak di kiri inti leksikal atau di awal frasa. Spesifier

yang terletak di awal frasa dimarkahi oleh adverbia tongon ‘tepat’ dan lobi ‘lebih’.

Seperti yang terlihat pada contoh (83) dan (84), spesifier menerangkan inti


(63)

simajujung ni anggina ‘kepala adiknya’ dan FNum sampulu halak ‘sepuluh orang’ yang berfungsi sebagai komplemen.

(87) Didanggurhon ibana batu [tongon tu simajujung ni anggina.]

dilemparkan 3.tg batu tepat P kepala Pos adiknya ‘Dilemparkannya batu tepat ke kepala adiknya.’

(88) [Lobi sian sampulu halak] jolma na ditakkup ni polisi i.

lebih P sepuluh orang manusia yang ditangkap Pos polisi DET ‘Lebih dari sepuluh orang yang ditangkap polisi itu.’

Dalam skema X-bar, inti leksikal tu ‘ke’ dan sian ‘dari’ didominasi oleh

P-bar pertama. Pada tingkatan paling tinggi hadir spesifier untuk membentuk proyeksi maksimal atau FP. Keterangan tidak muncul pada struktur frasa sehingga tidak ada slot p-bar pada diagram pohon. Perhatikan representasinya pada (89) dan (90).

(89) FP

Spes P’

P FN

tongon tu simajujung ni anggina


(64)

(90) FP

Spes P’

P FNum

lobi sian sampulu halak

‘lebih’ ‘dari’ ‘sepuluh orang’

4.2.7 Spesifier + Preposisi + Komplemen + Keterangan + Keterangan

Struktur FP di bawah ini dibentuk oleh tiga fungsi gramatikal, yakni spesifier, komplemen, dan keterangan. Spesifier terletak di awal frasa dan

dibentuk oleh adverbia tar ‘agak’. Komplemen dibentuk oleh FN ganjang ni

jolma ‘panjangnya orang’. Sementara itu, keterangan dibentuk oleh dua klausa

relatif na ganjang ‘yang panjang’ dan na bolon ‘yang besar’. Ini sesuai dengan

sifat keterangan, yakni bersifat rekursif.

(91) Ganjang ni tungkot i [tar songon ganjang ni jolma

panjang Pos tongkat DET agak P panjang Pos orang na ganjang na bolon.]

yang panjang yang besar

‘Panjang tongkat itu agak seperti orang yang tinggi dan besar.’

Status komplemen dan keterangan pada frasa tersebut dapat diuji dengan teknik lesap. Apabila komplemen dilesapkan, konstruksi yang dihasilkan tidak gramatikal. Apabila keterangan dilesapkan, konstruksi yang dihasilkan tetap gramatikal, seperti pada (92a-b) berikut.


(65)

(92) a. *Ganjang ni tungkot i [tar songon na ganjang na bolon.] panjang Pos tongkat DET agak P yang panjang yang besar *‘Panjang tongkat itu agak seperti yang tinggi dan besar.’

b. Ganjang ni tungkot i [tar songon ganjang ni jolma.] panjang Pos tongkat DET agak P panjang Pos orang ‘Panjang tongkat itu agak seperti panjangnya orang.’

Pada (91) preposisi songon ‘seperti’ adalah inti leksikal yang mengikat

komplemen FN ganjang ni jolma ‘panjangnya orang’ untuk membentuk P-bar

pertama. Kemudian pada tingkatan di atasnya, klausa relatif na ganjang ‘yang

panjang’ yang sebagai keterangan pertama berkombinasi dengan P-bar pertama untuk membentuk P-bar kedua. Selanjutnya, P-bar kedua berkombinasi dengan keterangan kedua untuk membentuk P-bar ketiga. Pada tingkatan tertinggi hadir

spesifier tar ‘agak’ untuk membentuk proyeksi maksimal. Frasa tersebut

direpresentasikan pada skema di bawah ini.

(93) FP

Spes P’

P’ KlR

P’ KlR

P FN

tar songon ganjang ni jolma na ganjang na bolon ‘agak’ ‘seperti’ ‘panjang Pos orang’ ‘yang panjang’ ‘yang besar’


(66)

4.2.8 Spesifier + Preposisi + Komplemen + Spesifier

Struktur FP memungkinkan hadirnya dua spesifier yang terletak di awal dan di akhir frasa. Ini membuktikan bahwa dalam struktur FP, spesifier bersifat iteratif (berulang) (lihat Mulyadi, 2010). Perilaku spesifier seperti ini terdapat pada contoh berikut.

(94) [Tongon di jolo ni jabu on] do ahu madabu.

tepat P depan Pos rumahDET T 1.tg jatuh

‘Saya jatuh tepat di depan rumah ini.

Adverbia tongon ‘tepat’ dan determiner on ‘ini’ pada FP (94) adalah

spesifier. Kedua spesifier ini membentuk dua proyeksi maksimal. Spesifier tongon

yang terletak di awal membentuk proyeksi maksimal pertama dan spesifier on

yang terletak di akhir frasa membentuk proyeksi maksimal kedua. Alasannya,

determiner, seperti ini dan itu, tidak mungkin lagi diperluas dalam bahasa Batak

Toba. Ini sesuai dengan struktur FP bahasa Indonesia (lihat Mulyadi, 2002:11) Representasinya digambarkan di bawah ini.


(67)

(95) FP

FP Spes

Spes P’

P FN

tongon di jolo ni jabu on ‘tepat’ ‘di’ ‘depan rumah’ ‘ini’

Berdasarkan gambar di atas, struktur FP dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, inti leksikal di ‘di’ dan komplemen jolo ni jabu ‘depan rumah’

didominasi langsung oleh P-bar. Pada struktur ini, keterangan tidak hadir. Pada

tingkatan selanjutnya spesifier tongon ‘tepat’ yang terletak di kiri inti leksikal

membentuk proyeksi maksimal pertama. Kemudian proyeksi maksimal tertinggi

terbentuk dengan hadirnya determiner on ‘ini’ yang berfungsi sebagai spesifier

kedua.

4.2.9 Spesifier + Preposisi + Keterangan + Spesifier

Pada struktur FP berikut, komplemen bersifat implisit. Inti leksikal tu ‘ke’

diikuti argumen klausa relatif na hinasomalhon ni luat ‘yang dibiasakan daerah’

sebagai keterangan. Bukti bahwa argumen tersebut keterangan, yakni antara preposisi dengan klausa relatif dapat disisipi kategori lain. Ini tidak berlaku untuk komplemen. Perhatikan contoh di bawah ini.


(68)

(96) a. Diparade nasida do sipanganon [hombar tu na hinasomalhon disediakan 3.jm T makanan persis P yang dibiasakan ni luat i.]

Pos daerah DET

‘Mereka menyediakan makanan sesuai dengan yang dibiasakan di daerah itu.’

b. Diparade nasida do sipanganon [hombar tu ulaon na hinasomalhon

disediakan 3.jm T makanan persis P acara yang dibiasakan ni luat i.]

Pos daerah DET

‘Mereka menyediakan makanan sesuai dengan acara yang dibiasakan di daerah itu.’

(97) FP

FP Spes

Spes P’

P’ KlR

P

hombar tu na hinasomalhon ni luat i ‘persis’ ‘ke’ ‘yang dibiasakan daerah itu’ ‘itu’

Berdasarkan skema di atas, struktur FP (97) dijelaskan sebagai berikut. P-bar pertama mendominasi inti leksikal. Kemudian, P-P-bar pertama berkombinasi

dengan keterangan na hinasomalhon ni luat ‘yang dibiasakan daerah’ untuk


(1)

16 Dari dulu hingga sekarang perilakunya tidak berubah.

Sian najolo sahat tu saonari ndang marnamuba pangalahona.

17 Mereka pindah ke suatu tempat di daerah yang jauh.

Pinda do nasida tu sada huta di luat nadao.

18 Ibu pergi ke ladang dengan ayah. Laho oma dohot bapa tu juma.

19 Dia duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas.

Hundul do ibana di bangku na ganjang di jolo ni sada kalas.

20 Kami berjalan kaki dari Buluduri ke Sidikalang.

Mardalan pat do hami sian Buluduri tu Sidikalang.

21 Pulang sekolah saya harus pergi ke ladang dengan adik.

Mulak sikkola ingkon laho do ahu tu juma dohot anggikku.

22 Anak itu telah memberikan uangnya kepada pengemis di pinggir jalan.

Nungnga dipasahat dakdanak i hepeng na tu pangido-ido di pinggir ni dalan.

23 Dia memberikan buku itu kepada adik di perpustakaan semalam.

Dilehon ibana do bukku i tu anggikku di perpustakaan nattuari. 24 Acara itu diadakan sejak hari Senin

sampai dengan Kamis.

Ulaon i dipatupa mulai sian ari Senin sahat tu ari Kamis.

25 Anaknya datang dari Jakarta dengan istrinya.

Ro anak na sian Jakarta dohot parsondokna.

26 Kami akan pindah ke rumah keluarga yang di kampung.

Naeng pidda do hami tu jabu ni kaluarga na di huta.

27 Kami bertanya kepada orang-orang yang ada di sana.

Manukkun do hami tu angka jolma na adong di san.

28 Para pemain sepakbola itu berdiri ditengah lapangan yang sangat luas.

Jong-jong do angka parbola i di tonga ni lapangan na mansai luas. 29 Dia tidak peduli pada setiap

perkataan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Ndang parduli ibana tu angka hata-hata ni jolma na adong di lambungna.

30 Dari seratus orang yang ikut ujian hanya lima orang yang lulus.

Sian saratus jolma na dohot ujian holan lima do na lulus.


(2)

31 Saya akan pergi merantau ke tempat yang jauh.

Naeng laho do ahu mangaranto tu luat na dao.

32 Dia memukul orang dengan batu yang di tangannya.

Diantuk ibana jolma dohot batu na di tanganna i.

33 Tiang ini lebih tinggi daripada pohon itu.

Tumimbo do tiang on sian hau an. 34 Di daerah ini banyak orang yang

tidak sekolah.

Di huta on godang do jolma naso marsikkolla.

35 Hingga saat ini, ia belum bertemu ibunya.

Sahat tu sadari on, dang pajumpang dope ibana dohot inongna.

36 Kami tidak duduk di bangku panjang itu.

Ndang hundul hami di bangku na ganjang i.

37 Terdapat luka di tangan wanita itu. Adong lukka di tangan ni boru-boru

i.

38 Mereka bersembunyi di dalam

rumah itu.

Di bagas jabu an do nasida martabuni.

39 Di dalam rumah itu terdapat

dinding kaca.

Di bagas jabu i adong dorpi kassa.

40 Semua orang berkumpul di dalam

rumah yang besar itu.

Marpungu do sude jolma di bagas jabu na balga i.

41 Mimpiku sangat buruk ketika aku tidur di gubuk kita yang di kebun itu.

Mansai jorbut do nipikku di tingki modom ahu di soponta na di kobun i. 42 Kami berbicara kepada orang yang

tinggal di kebun itu.

Mangkatai do hami tu angka jolma na di kobun i.

43 Di kepala wanita yang berambut panjang itu terdapat daging tumbuh.

Di simajujung ni boru-boru na marobut na ganjang an adong sibuk ganda.

44 Dia sangat sayang kepada anaknya yang bungsu itu.

Mansai holong do rohana tu ianakkonna siampudan i.

45 Dia berdiri di atas meja yang berlapis kaca itu.

Tinjang ibana di ginjang ni meja na marlapik kassa.

46 Saya berasal dari suatu daerah yang paling miskin di negara ini.

Ahu ro sian sada huta na mansai pogos di negara on.


(3)

47 Kemarin, kami beristirahat di bawah pohon yang rindang itu.

Nadiarahai, maradi do hami di toru ni hau narimbun an.

48 Dia adalah salah satu nelayan dari danau yang terkenal.

Nelayan do ibana sian sada danau na tarbarita.

49 Kami ingin memberikan bantuan kepada orang-orang di daerah ini.

Naeng mangalean pangurupion do hami tu angka jolma di huta on.

50 Saya malu kepada orang-orang di

kampung ini.

Maila do ahu tu angka jolma di huta on.

51 Ayah membeli TV dari satu toko di dekat rumah ini.

TV on di tuhor bapa sian sada tokko na jonok tu jabu on.

52 Mereka baik baik kepada orang-orang di gereja ini.

Mansai burju do nasida tu angka jolma di gareja on.

53 Kepala sekolah akan berpidato di depan orang tua murid pada pagi ini.

Naeng marpidato kepala sekolah di jolo ni natua-tua di manogot on.

54 Dia sangat baik kepada suaminya selama ini.

Mansai burju do ibana tu amantana saleleng on.

55 Pemerintah selalu memberikan bantuan kepada warga di daerah ini.

Torus do mangalen pangurupion pamarenta tu warga na adong di huta on.

56 Truk itu dapat memuat barang lebih

dari dua ton.

Boi do diboan truk an barang lobi sian dua ton.

57 Wanita itu duduk persis di belakang

saya.

Hundul boru-boru i tongon di pudingku.

58 Kakek jatuh tepat di atas tangga. Madabu ompung doli tongon di

ginjang ni tangga.

59 Lebih dari sepuluh tahun anaknya

tidak pulang dari perantauan.

Lobi sian sampulu taon ianakkonna ndang mulak.

60 Lebih dari lima puluh persen penduduk di daerah ini bekerja sebagai petani.

Lobi sian lima puluh porsen pangisi ni huta on pangula.


(4)

61 Dilemparkannya batu tepat ke kepala adiknya.

Didanggurhon ibana batu tongon tu simajujung ni anggina.

62 Dia sangat sayang kepada anaknya yang di kampung itu.

Mansai holong do rohana tu anak na na di huta i.

63 Tepat di mulut pintu kelas itu berdiri dua orang guru.

Tongon di baba ni pintu ni kalas i jong-jong dua halak guru.

64 Tepat di samping rumah yang besar itu terdapat kolam ikan.

Adong do tambok tongon di samping ni jabu na balga i.

65 Hasil pertanian meningkat lebih dari sepuluh persen dalam lima tahun ini.

Tamba do hasil partanian lobi sian sampulu porsen di bagasan lima taon on.


(5)

LAMPIRAN 2: DATA INFORMAN  

1. Nama : Viktor Silaban

Umur : 52 tahun

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMA

Alamat : Jalan Parongil No. 283 Buluduri

 

2. Nama : Bina Sihombing

Umur : 53 tahun

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMP

Alamat : Jalan Parongil No. 277 Buluduri

3. Nama : Amer Pakpahan

Umur : 65 tahun

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMA


(6)