Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak di Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya
dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsabangsa di dunia, termasuk Indonesia. Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila
terutama sila ke-5 mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga terdapat
dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU
No. 23/1992 yang kemudian diganti dengan Undang Undang 36/2009 tentang
Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang
kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam
program jaminan kesehatan(https://emirzamsevty16.wordpress.com/2015/03/03/bpjsbadan-penyelenggara-jaminan-sosial-kesehatan/ pada tanggal 5 Oktober 2015 pada
pukul 13.27 WIB).
Kesehatan merupakan hak asasi sekaligus investasi, dimana semua warga
negara berhak atas pelayanan kesehatan. Untuk itu diperlukan penyelenggaran sistem
yang mengatur pembiayaan dan pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan
kebutuhan dasar kesehatan yang layak. Sistem yang dimaksud yaitu sistem Jaminan
Kesehatan. Jaminan kesehatan merupakan salah satu program yang wajib
dilaksanakan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Sistem Jaminan Sosial Nasional

merupakan tatacara penyelenggaraan program jaminan sosial berbasis asuransi oleh
beberapa badan penyelenggara berdasarkan prinsip: kegotongroyongan, keterbukaan,
1

kehati-hatian, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat dan hasil pengelolaan dana
jaminan sosial digunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan sebesarbesarnya untuk kepentingan peserta.
Sebagai salah satu amanat dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004,
Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dalam Undang Undang
tersebut ditetapkan dua Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yaitu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan. Dengan demikian hanya ada institusi yang akan menyelenggarakan
Jaminan Kesehatan di Indonesia yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan yang berstatuskan badan hukum publik dengan berlandaskan UndangUndang Nomor 40 Tahun 2004, tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial, maka makin memantapkan arah ke depan bahwa pembiayaan kesehatan
personal bagi masyarakat Indonesia akan diselenggarakan dalam mekanisme jaminan
Kesehatan. Implementasi kedua Undang-Undang tersebut akan segera dilakukan
dengan menunggu penyelesaian peraturan perundangan seperti peraturan pemerintah
atau peraturan Presiden.
Dalam menyongsong penyelenggaraan jaminan kesehatan oleh Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial, dilakukan persiapan implementasinya meliputi
pembentukan tim lintas Kementerian dan Kelembagaan dan Kelompok Kerja di
dalam lingkungan internal Kementerian Kesehatan, penyusunan rencana kegiatan
dan koordinasi untuk memperlancar proses peralihan jaminan kesehatan, dari sisi
program maupun kelembagaan. Selain persiapan tranformasi kelembagaan dan
program, juga dipersiapkan pemenuhan kebutuhan dari sisi permintaan dan
penawaran. Untuk sisi permintaan, dipersiapkan antara lain besaran iuran dan
2

penyediaan dana tersebut baik dari pemerintah untuk peserta penerima bantuan iuran
maupun kontribusi dari pekerja dan pemberi kerja pada peserta non penerima
bantuan iuran, informasi yang lengkap dan tepat. Dari sisi penawaran dipersiapkan
perhitungan

kebutuhan

dan

pemenuhannya


untuk

fasilitas

kesehatan

dan

infrastruktur, obat dan alat kesehatan, dan sumber daya . Pelaksanaan jaminan
kesehatan haruslah mengacu kepada kendali mutu dan kendali biaya dengan
menerapkan prinsip ‘managed care’, agar terjadi pembiayaan yang efisien dengan
mutu

yang

tetap

terjamin

sesuai


indikasi

medis

Penataan pelayanan kesehatan yang diberikan dalam sistem jaminan kesehatan perlu
diberlakukan pelayanan terstruktur dan berjenjang melalui mekanisme rujukan
dengan tujuan yang sama yaitu untuk pengendalian biaya dan keteraturan pelayanan
kesehatan. Penyusunan regulasi atas penyelenggaraan jaminan kesehatan sehingga
memberikan kejelasan kepada semua pihak yang terkait dalam menjalankan
perannya masing-masing dalam implementasi Jaminan Kesehatan. Upaya terakhir
yang harus dilakukan yaitu bagaimana menjamin penduduk yang saat ini belum
memiliki jaminan kesehatan diperkirakan sekitar 89 juta jiwa atau 37% dari total
penduduk. Kelompok masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan meliputi
sebagian pekerja formal dan sebagian besar pekerja informal. (http://mueeza-syabahattahrir.blogspot.co.id/2012/07/bpjs-kesehatan-sistem-jaminan-kesehatan.html pada
tanggal 5 oktober 2015 pada pukul 13.42 WIB).
Jaminan Kesehatan Nasional akan dimulai pada tahun 2014 yang secara
bertahap menuju ke Universal Health Coverage. Tujuan Jaminan Kesehatan
Nasional secara umum yaitu mempermudah masyarakat untuk mengakses pelayanan
kesehatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Perubahan

pembiayaan menuju ke Universal Coverage merupakan hal yang baik namun
3

mempunyai dampak dan risiko sampingan. Ketidamerataan ketersediaan fasilitas
kesehatan, tenaga kesehatan dan kondisi geografis, menimbulkan masalah baru
berupa ketidakadilan antara kelompok masyarakat. Sebagai gambaran di Indonesia
timur. Di daerah kawasan timur yang jumlah providernya terbatas dan akses
menyebabkan kurangnya penyediaan layanan oleh pemerintah dan pihak lain
sehingga akan muncul kesulitan terhadap akses ke fasilitas kesehatan. Hal ini akan
berpengaruh pada masyarakat di wilayah Indonesia bagian timur yang tidak memiliki
banyak pilihan untuk berobat di fasilitas kesehatan. Sementara di wilayah Indonesia
bagian barat dimana ketersediaan providernya banyak, diperkirakaan pemanfaatan
provider akan lebih banyak dan keuntungan yang tidak terbatas. Hal yang
mengkawatirkan yaitu tanpa adanya peningkatan penyediaan layanan kesehatan di
Indonesia bagian timur, dana Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kesehatan akan
banyak dimanfaatkan di daerah-daerah perkotaan dibandingkan dengan wilayah
Indonesia Barat.
Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nomor 24 Tahun
2011 mengamanatkan bahwa lembaga yang melakukan pengawasan pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional yaitu Dewan Jaminan Sosial Nasional dan lembaga

Independen. Lembaga independen yang dimaksud yaitu Otoritas Jasa Keuangan.
Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam monitoring pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Pembayaran Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial dari untuk rumah sakit yang menyangkut besarnya
jasa medis. Perubahan sistem pembiayaan yang kurang menghargai tenaga kesehatan
dan pengelola rumahsakit dapat menurunkan mutu pelayanan. Dengan demikian
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mempunyai risiko sampingan dengan
ketidakadilan geografis karena akses yang tidak seimbang, menurunnya mutu
4

pelayanan, keluhan masyarakat dan tenaga medis serta manajemen tata kelola
rumahsakit. Tatakelola rumah sakit di Indonesia yang belum sepenuhnya menambah
beban pengelolaan tersendiri bagi rumah sakit,manajemen rumah sakit akan kembali
dihadapkan pada proses akuntabilitas. Selain itu juga masalah pembiayaan kesehatan
yang

mempengaruhi

penyediaan


pelayanan

kesehatan

pada

infrastruktur

dikhwatirkan akan mempengaruhi pelayanan kesehatan menjadi sulit dan jaminan
kesehatan bagi masyarakat.Pembiayaan kesehatan secara menyeluruh berhubungan
dengan strategi kebijakan pembiayaan yang tidak melalui skema Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial. Permasalahan yang muncul dalam konteks
monitoring dan evaluasi sebuah kebijakan yaitu kebijakan Jaminan Kesehatan
Nasional oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dapat meningkatkan akses
pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada seluruh warga
Indonesia dengan asas keadilan. Selain itu juga sosialisasi mekanisme pelaksanaan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, kesehatan bagi dokter keluarga, klinik swasta
maupun stakeholder yang lain.

Perencanaan untuk monitoring dan evaluasi


kebijakan secara independen yang berfokus pada akses dan mutu pelayanan dalam
konteks

pemerataan

keadilan

pelayanan

kesehatan.

(http://manajemen-

pembiayaankesehatan.net/index.php/using-joomla/extensions/components/content
component/archived-articles/93-pjj-monev-bpjs/1076-ia-latar-belakang pada tanggal
5 oktober 2015 pada pukul 13.37 WIB).
Sebagai pelaksana program jaminan kesehatan yang baru berjalan selama satu
tahun, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan terbilang sukses memenuhi
komitmennya untuk melayani kebutuhan dasar kesehatan masyarakat melalui

pelayanan yang handal, unggul dan terpercaya. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil
survei kepuasan peserta dan fasilitas kesehatan terhadap Badan Penyelenggara
5

Jaminan Sosial Kesehatan. Total 17.280 responden masyarakat, sebanyak 81%
menyatakan puas terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan . Target
kepuasan masyarakat yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu sebesar 75%.
Persentase total sebesar 81% itu merupakan gabungan dari indeks kepuasan peserta
terhadap layanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, Fasilitas Kesehatan
rujukan kantor Cabang, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Center.
Presentase indeks kepuasan peserta terhadap fasilitas kesehatan diperoleh dari
gabungan antara kepuasan peserta (80%). Indeks kepuasan peserta yang dilayani oleh
puskesmas persis dengan indeks kepuasan peserta yang dilayani oleh Dokter praktek
Perorangan. Kepuasan peserta yang datang ke rumah sakit pemerintah berada pada angka
80%, sementara untuk rumah sakit swasta adalah 83%. Dari sisi jenis layanan, rawat

jalan atau rawat inap di rumah sakit, tidak ada perbedaan tingkat kepuasan di antara
keduanya. Indeks kepuasan peserta rawat jalan dan rawat inap hampir sama
tingginya, yaitu 81% dan 80%. Sementara itu, indeks kepuasan untuk layanan yang
bersifat administratif di Kantor Cabang dan BPJS Kesehatan Center sebesar 80%. Jika

dianalisa berdasarkan jenis peserta, indeks kepuasan peserta Pekerja Penerima Upah ,
Pekerja Bukan Penerima Upah, dan Bukan Pekerja dalam memperoleh pelayanan relatif
sama tingginya, yaitu sebesar 80% hingga 81%. Dari sisi kepuasan fasilitas
kesehatan terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, hasil yang dicapai
sukses melampaui harapan. Survey ini dilakukan untuk mengevaluasi awareness dan
efektivitas iklan serta sosialisasi BPJS Kesehatan. Tahun 2013, awareness
masyarakat terhadap pelaksanaan program jaminan kesehatan adalah sebesar 58%.
Secara umum awareness masyarakat terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan sudah tinggi. Awareness tertinggi berasal dari responden pekerja sektor
formal. Televisi menjadi sumber pengetahuan tertinggi bagi awareness responden
6

terhadap iklan. Sementara Facebook, YouTube, dan Twitter menduduki tiga teratas
untuk kelompok media sosial. Website BPJS Kesehatan sendiri menjadi sumber
pengetahuan terbesar di kelompok website. Efektivitas televisi

dan radio untuk

meningkatkan ketertarikan masyarakat menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Kesehatan sangat tinggi dan mudah dicerna oleh masyarakat. Selain itu, dari
hasil survey kami juga menemukan bahwa kebersediaan masyarakat untuk
merekomendasikan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan kepada orang lain
bernilai positif. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan pada tahun 2014 telah
melaksanakan berbagai kegiatan demi meningkatkan pemahaman masyarakat. Selain
melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat, Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan juga terus berupaya menyebarluaskan informasi melalui iklan di
televisi, radio, surat kabar, website, serta media sosial. Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan juga rutin menyelenggarakan Kelas Sosialisasi dan
Training of Trainers Jaminan Kesehatan yang berisi informasi tentang kepesertaan,
prosedur pendaftaran dan manfaat jaminan kesehatan. Kegiatan rutin lainnya adalah
sosialisasi dengan perusahaan asuransi kesehatan swasta mengenai skema yang
mana skema tersebut kini telah diikuti oleh 49 asuransi swasta. Sebagai upaya
meningkatkan kepuasan masyarakat, awal tahun 2015 ini Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan juga akan berkoordinasi dengan Unit Kerja Presiden
Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan mengembangkan aplikasi
layanan aspirasi dan pengaduan online rakyat untuk menangani keluhan masyarakat
yang disampaikan melalui website Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dapat memenuhi komitmen
penanganan keluhan sebagaimana yang disampaikan dalam Undang-undang No. 24
Tahun 2011 Pasal 48 ayat 1 dan Peraturan Presiden RI No. 12 Tahun 2013 Bab X
7

Pasal 45. (http://lewokedaerik.blogspot.co.id/2013/12/badan-penyelenggara-jaminan
sosial_16.html pada tanggal 5 oktober 2015 pada pukul 13.22 WIB).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disajikan, penulis tertarik
untuk meneliti kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan kesehatan peserta
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di Puskesmas Jalan Letjen Jamin Ginting
No.540 Padang Bulan Medan yang hasilnya dituangkan dalam skripsi berjudul ”
Tingkat kepuasan Pasien dan Keluarga terhadap Pelayanan Kesehatan Peserta
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di Puskesmas Jalan Letjen Jamin Ginting
Nomor 540 Padang Bulan Medan.”

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:
“Sejauhmana tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan kesehatan
peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di Puskesmas Jalan Letjen Jamin
Ginting Nomor 540 Padang Bulan Medan ?

1.3. Pembatasan Masalah
Dengan mempertimbangkan bahwa konsep “ Tingkat kepuasan pasien dan
keluarga terhadap pelayanan kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial “sangat
luas”, maka untuk lebih mengidentifikasi dan mempertajam masalah yang akan
dikaji dan diteliti, penulis melakukan pembatasan masalah penelitian sebagai berikut
:
a. Obyek penelitian ini adalah pasien dan keluarga yang merupakan peserta
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di Pusat Kesehatan Masyarakat
8

(PUSKESMAS) Jalan Letjen Jamin Ginting Nomor 540 Padang Bulan
Medan.
b. Dasar hukum diselenggarakannya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
adalah Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 menunjang pembiayaan
kesehatan personal bagi masyarakat di masa yang akan datang. Pembentukan
Undang-Undang tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini merupakan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
c. Pelaksanaan program pelayanan kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial meliputi sosialisasi, pendaftaran peserta

Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial, proses administrasi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,
dan tingkat kepuasan pasien dan keluarga atas pelayanan kesehatan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang dijalankan oleh Pelaksana
Kesehatan badan yang berwenang dalam pelayanan kesehatan di Pusat
Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Jalan .Letjen Jamin Ginting Nomor
540 Padang Bulan Medan.

1.4.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan
pasien

dan

keluarga

terhadap

pelayanan

kesehatan

peserta

Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Puskesmas Jalan Letjen Jamin
Ginting Nomor 540 Padang Bulan Medan, yang meliputi :
1. Sosialisasi program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

9

2. Pendaftaran pasien dan keluarga sebagai peserta Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS).
3. Proses administrasi untuk mendapatkan Pelayanan kesehatan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial di Pusat Kesehatan Masyarakat
(PUSKESMAS) Jalan Letjen Jamin Ginting Nomor 540 Padang
Bulan Medan.
4. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga atas pelayanan kesehatan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang diberikan oleh Pelaksana
Pelayanan Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
.
1.4.2

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dalam rangka
pengembangan konsep-konsep, teori-teori, serta perbaikan model pelaksanaan
pelayanan kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagai salah satu
kebijakan sosial di bidang kesehatan, baik oleh Pemerintah sebagai pembuat
kebijakan, menteri kesehatan sebagai penanggung jawab pelaksanaan kebijakan,
serta pasien dan keluarga sebagai peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS), maupun unit-unit pelaksana pelayanan kesehatan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai refrensi
dalam rangka pelaksanan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS),
termasuk penyempurnaan pelaksanaannya.

10

1.5 Sistematika Penulisan
Rencana dan hasil penelitian ini dituliskan sebagai laporan penelitian menurut
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian teoritis tentang konsep-konsep yang
berkaitan dengan masalah dan obyek yang diteliti, kerangka
pemikiran, yang kemudian dituangkan dalam bentuk bagan alir
pikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional.

BAB III

: METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan uraian tentang asas-asas penelitian yang berurutan
terdiri dari tipe penelitian, lokasi dilakukannya penelitian, populasi
dan sampel penelitian yang dilengkapi dengan teknik penarikan
sampel yang digunakan serta teknik pengumpulan data dan teknik
analisis data yang diterapkan.

BAB IV

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan uraian tentang gambaran lokasi penelitian, yaitu :
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Jalan Letjen Jamin
Ginting Nomor 540 Padang Bulan Medan, yang meliputi : sejarah
11

singkat dan gambaran umum, struktur organisasi, dan gambaran
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Pusat
Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Jalan Letjen Jamin
Ginting Nomor 540 Padang Bulan Medan.

BAB IV

: ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari
pengumpulan data penelitian, yaitu melalui penyebaran kuesioner
kepada pasien dan

keluarga

yang menjadi peserta Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), wawancara dengan staf
pelayanan kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Jalan Letjen Jamin
Ginting Nomor 540 Padang Bulan Medan yang menangani pasien
dan keluarga sebagai peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS), kemudian dianalisis sehingga dapat dipahami data yang ada
serta makna yang ada dibalik data penelitian tersebut.

BAB V

: PENUTUP
Bab

ini

berisikan

kesimpulan

penelitian

dan

saran

yang

direkomendasikan penulis berdasarkan kesimpulan penelitian yang
diperoleh.

12