MAKALAH Sistem Informasi Manajemen (1)

MAKALAH
Sistem Informasi Manajemen
Pembajakan Software Di Indonesia
Di susun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sistem Informasi Manajemen

Di Susun Oleh
Indah Permata Sari

2S1.14.064.S

JURUSAN MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MANAJEMEN BISNIS BANDUNG
BANDUNG BUSINESS SCHOOL
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekitar 90 persen perangkat lunak yang beredar di Indonesia merupakan produk bajakan.
Direktur Penyidikan Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM
Muhammad Adri mengatakan pelanggaran hak cipta software berada pada taraf yang meresahkan.

Berdasarkan International Data Cooperation (IDC) yang disiarkan pada April 2012, Indonesia
masih menempati peringkat ke-11 dengan jumlah peredaran software bajakan sebesar 86 persen,
dengan nilai kerugian 1,46 miliar dolar AS atau Rp 12,8 triliun,
Saat ini teknologi berkembang dengan sangat pesat dan dapat dirasakan dari waktu ke waktu.
Teknologi yang berkembang ini dapat memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya.
Komunikasi dari satu tempat ke tempat lain pun menjadi lebih mudah dengan adanya
perkembangan teknologi ini. Informasi yang didapat oleh seseorang pun akan lebih mudah dan
sangat beragam. Bahkan teknologi dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia
saat ini. Tanpa adanya teknologi, manusia tidak akan berkembang sampai sejauh ini.
Salah satu contoh perkembangan teknologi saat ini adalah software komputer yang dapat
menunjang kecanggihan yang dimiliki oleh alat elektronik tersebut. Beberapa peneliti telah
melakukan penelitian dengan cara mengembangkan atau menciptakan software-software baru.
Disinilah letak permasalahan terjadi. Banyak pengguna komputer melakukan pembajakan
terhadap software-software tesebut.
Menurut BSA (Business Software Alliance) Adalah : Pembajakan piranti lunak adalah
penyalinan atau penyebaran secara tidak sah atas piranti lunak yang dilindungi undang-undang.
Hal ini dapat dilakukan dengan penyalinan, pengunduhan, sharing, penjualan, atau penginstallan
beberapa salinan ke komputer personal atau kerja. Pembajakan software adalah penggunaan
perangkat lunak yang memiliki hak cipta untuk sebuah tujuan komersial tanpa membayarkan
royalti kepada pemegang hak cipta dari perangkat lunak tersebut,

Pembajakan software juga dapat dikategorikan sebagai kejahatan komputer.Pengertian
kejahatan komputer menurut OECD yang didefinisikan dalam kerangka computer abuse yakni,
‘Any illegal, unethical or unauthorized behavior involving authomatic data processing and/or
transmissing of data’, terjemahan bebasnya adalah sebagai berikut ‘Setiap perilaku yang
melanggar /melawan hukum, etika atau tanpa kewenangan yang menyangkut pemrosesan data
dan/atau pengiriman data’.
Dalam kaitan pemberantasan pembajakan software ini, pemerintah Indonesia menerbitkan
Undang-undang No. 19 tahun 2002 yang mengatur Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
Sebenarnya UU ini tidak hanya mengatur soal hak penggunaan software, tetapi juga karya

intelektual lain seperti karya tulis, musik, lukis dan film. Namun, sebagian besar orang
mengasosiasikan UU ini dengan pengaturan penggunaan software, karena memang software dan
informasi digital lainnya, seperti film yang disimpan dalam format digital memang sangat mudah
dibajak.

1.2 Rumusan masalah
1. Jelaskan sejauh mana pembajakan software terjadi dalam praktek etika?
2. Apa hubungan pembajakan software dengan intellectual capital?
3. Sebutkan dampak dari pembajakan software !
4. Bagaimana cara menyikapi terhadap pembajakan software ?


1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejauh mana pembajakan software
2. Mengetahui hubungan pembajakan software dengan intellectual capital
3. Mengetahui dampak dari pembajakan software baik dampak positif atau negative
4. Mengetahui cara mengatasi pembajakn software

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembajakan software dalam praktek etika
Etika adalah suatu masalah bagi manusia yang memiliki kebebasan untuk memilih. Etika
adalah tentang pilihan maisng – masing orang ketika berhadapan dengan berbagai alternative
tindakan. Pembajakan software yang terjadi belakangan ini telah menjadi pelanggaran kode etik
yang sudah di terapkan di Indonesia.
Pentingnya isu-isu etika yang terkait dengan Teknologi Informasi (TI) bersifat sangat kritis
dalam masyarakat kita saat ini (Peslak, 2006 dalam Dewi & Gudono, 2007), seiring dengan
pesatnya perkembangan TI belakangan ini. Penilaian seseorang terhadap suatu masalah etika
berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Dalam arti, relativitas dari standar etika masih
menjadi pertentangan. Di satu sisi harus ada standar etika yang bersifat universal, sedangkan di
sisi lain tidak ada standar yang benar dan absolut yang dapat diterapkan untuk semua masyarakat,

dengan kata lain lain penerapan suatu etika tergantung pada situasi tempat di mana etika tersebut
diterapkan, karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan suatu etika sehingga tidak
bersifat universal, misalnya pengaruh budaya tertentu.
Etika tersebut muncul karena adanya intensi keperilakuan. Intensi Keperilakuan didefinisikan
sebagai suatu keinginan individu untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku (yaitu
keinginan untuk berperilaku etis atau tidak etis) (Ajzen 1991; Ajzen dan Fishbein 1980; Ajzen
dan Madden 1986; Bommer at al. 1987; Eining dan Christensen 1991; Ferrel dan Gresham 1985
dalam Dewi & Gudono, 2007). Sedangkan menurut Fishbein and Ajzen (1975) dalam Davis et al.
(1989), Intensi Keperilakuan didefinisikan sebagai sebuah ukuran dari kekuatan sebuah
keinginan untuk melakukan suatu perilaku yang spesifik. Norma-norma individu dilekatkan
dalam konsep-konsep pribadi individu yang didasarkan pada kepercayaan dan sistem nilai yang
dianut. Pemahaman norma-norma sosial membutuhkan penyesuaian nilai-nilai yang secara
intrinsik menuntun perilaku dan menentukan jika perilaku pengaruhan diterima atau ditolak
(Malhotra & Galleta, 2005 dalam Dewi & Gudono, 2007). Masalah Etika Persepsian adalah
suatu pandangan bagaimana seorang individu memandang dan menilai suatu situasi apakah
termasuk ke dalam masalah etis atau tidak (Goles et al., 2006 dalam Dewi & Gudono, 2007).
Adapun Jenis-jenis pembajakansoftware yang ada:


End user piracy, pemakaian ilegal pengguna akhir (end user) dengan memakai program-program

illegal.



Retail piracy & counterfeiting, persewaan software dalam bentuk CD yang biasa disewakan
dengan harga Rp 2.000 sampai 20.000.



Internet piracy, download dari rapidshare atau dari tempat illegal atau bukan dari website resmi
programnya.



Harddisk loading, pembelian komputer rakitan yang telah diisikan dengan Windows dan
berbagai program seperti Office dan AntiVirus.
Tidak bisa disangkal bahwa hal ini didorong dengan tersedianya software bajakan di pasar
yang membuat semakin maraknya pemakaian software bajakan di berbagai Negara termasuk
Indonesia. Juga didukung oleh beberapa faktor yang mendukung pembutan software bajakan
yakni:


1. Proses penggandaan software semakin mudah. Produsen software semakin canggih membuat
produksi software anti membajakan, tetapi para pembajak juga semakin canggih mencari cara
supaya softwaretadi

bisa

dibajak.

Dengan

adanya crack,

keygen juga

cara

lainnya.

Penggandaannya semakin mudah, dengan cara menaruh installer software ditambah crack atau

keygen-nya di internet, lalu menyebarkan link-nya.
2. Kurangnya kesadaran dan budaya masyarakat untuk menghargai hak cipta atas software.
3. Sikap acuh terhadap konsekuensi hukum yang timbul akibat pembajakan software.
4. Faktor penegakan hukum dan perangkat perundang-undangan di bidang hak cipta yang masih
kurang memadai.
pedoman yang dibuat oleh Indoglobal-supp@indoglobal.com (Dewi & Gudono, 2007)
mengenai pedoman bagi pemakai dan nekinet yang diberi judul Sepuluh Perintah untuk Etika
Komputer, yang isinya adalah:











Jangan menggunakan untuk membahayakan orang lain.

Jangan mencampuri pekerjaan komputer orang lain.
Jangan mengintip file orang lain.
Jangan menggunakan komputer untuk mencuri.
Jangan menggunakan komputer untuk bersaksi dusta.
Jangan menggunakan atau menyalin perangkat lunak yang belum kamu bayar.
Jangan menggunakan sumber daya komputer orang lain tanpa otorisasi.
Jangan mengambil hasil intelektual orang lain untuk diri kamu sendiri.
Pikirkanlah mengenai akibat sosial dari program yang kamu tulis.
Gunakanlah komputer dengan cara yang menunjukkan tenggang rasa dan rasa penghargaan

2.2 Hubungan Pembajakan Software dengan intellectual capital
''Hak atas Kekayaan Intelektual'' (HaKI) merupakan terjemahan atas istilah '' Intellectual Property
Right'' (IPR). Istilah tersebut terdiri dari tiga kata kunci yaitu: ''Hak'', ''Kekayaan'' dan ''Intelektual''.
Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat: dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun dijual. Sedangkan

''Kekayaan Intelektual'' merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti
teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur, dan seterusnya. Terakhir,
HaKI merupakan hak-hak (wewenang/kekuasaan) untuk berbuat sesuatu atas Kekayaan Intelektual
tersebut, yang diatur oleh norma-norma atau hukum-hukum yang berlaku.
``Hak'' itu sendiri dapat dibagi menjadi dua. Pertama, ``Hak Dasar (Azasi)'', yang merupakan hak

mutlak yang tidak dapat diganggu-gugat. Umpama: hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan
keadilan, dan sebagainya. Kedua, ``Hak Amanat/ Peraturan'' yaitu hak karena diberikan oleh
masyarakat melalui peraturan/perundangan. Di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan
Indonesia, HaKI merupakan ''Hak Amanat/Pengaturan'', sehingga masyarakatlah yang menentukan,
seberapa besar HaKI yang diberikan kepada individu dan kelompok.
Sesuai dengan hakekatnya pula, HaKI dikelompokkan sebagai hak milik perorangan yang sifatnya
tidak berwujud (intangible). Terlihat bahwa HaKI merupakan Hak Pemberian dari Umum (Publik)
yang dijamin oleh Undang-undang. HaKI bukan merupakan Hak Azazi, sehingga kriteria pemberian
HaKI merupakan hal yang dapat diperdebatkan oleh publik.
Undang-undang mengenai HaKI pertama kali ada di Venice, Italia yang menyangkut masalah paten
pada tahun 1470. Caxton, Galileo, dan Guttenberg tercatat sebagai penemu-penemu yang muncul
dalam kurun waktu tersebut dan mempunyai hak monopoli atas penemuan mereka. Hukum-hukum
tentang paten tersebut kemudian diadopsi oleh kerajaan Inggris di jaman TUDOR tahun 1500-an dan
kemudian lahir hukum mengenai paten pertama di Inggris yaitu Statute of Monopolies (1623).
Amerika Serikat baru mempunyai undang-undang paten tahun 1791.
Upaya harmonisasi dalam bidang HaKI pertama kali terjadi tahun 1883 dengan lahirnya konvensi
Paris untuk masalah paten, merek dagang dan desain. Kemudian konvensi Berne 1886 untuk masalah
Hak Cipta (Copyright).
Dan Software masuk dalam Hak Cipta yang dilindungi. Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta
maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin

untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pencipta atau pemegang hak cipta memiliki hak khusus untuk memberikan izin atau melarang orang
lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak dan menyiarkan rekaman suara atau gambar
dari pertunjukannya.

Pembajakan Software termasuk tindakan pidana yang melanggar Hak Cipta.Ketentuan pidana Hak
Cipta, antara lain:
a. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau
memberikan izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tahun dan denda paling
banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
b. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak membuat, memperbanyak atau menyiarkan rekaman
suara dan atau gambar dari pertunjukannya dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tahun dan
denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
c. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta dan hak yang berkaitan dengan hak cipta
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak 150,000.000,00.
d. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak merusak atau membuat tidak berfungsinya teknologi
kontrol yang dipergunakan untuk mengontrol hak pencipta dan pihak terkait diancam pidana penjara
paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp. 45.000.000,00.

e. Ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta dirampas atau diambil alih negara untuk
dimusnahkan.
f. Tindak pidana sebagaimana dimaksud di atas adalah kejahatan.
2.3 Dampak dari pembajakan software
2.3.1 Dampak Negatif
 Merugikan Produsen Software ini jelas merupakan sisi negatif utama dari tindakan
pembajakan software. Ketika consumer membeli bajakan, produsen akan rugi karena produk
mereka terjual namun mereka tidak mendapat uangnya.
 Merugikan Negara Predikat Indonesia sebagai salah satu Negara pembajak terbesar mebuat
banyak investor luar negeri enggan berinvestasi. Dampaknya, pertumbuhan perekonomian
Indonesia menjadi lambat.
 Pengguna Software Bajakan tidak Mendapat dukungan Teknis dari Produsen Software
Produsen tidak akan memberikan dukungan teknis bagi pengguna software bajakan. Ini
karena produsen tidak mendapat keuntungan, sehingga tidak mau memberikan dukungan
kepada pengguna untuk software mereka.
Salah satu kasus yang pernah terjadi di Indonesia mengenai pembajakan software serta merugikan
diantaranya kasus pembajakan music rekaman Rp. 4 Triliun seperti yang di tulis dalam berita
Jakarta Bisnis.com.

Bisnis.com, JAKARTA - Hanya bermodalkan pulsa dari (internet) dan telepon pintar, orangorang di mana pun dia berada dapat mengunduh lagu-lagu tanpa mengeluarkan uang sepersen
pun. Entah secara sadar atau tidak, mereka telah melakukan pelanggaran hak cipta yang telah
tertulang

dalam

Undang-Undang

Nomor

28

Tahun

2014

tentang

Hak

Cipta.

Tak tanggung-tanggung, berdasarkan data dari Asosiasi industri Rekaman Indonesia (ASIRI)
musik bajakan menguasai 95,7 persen pasar di Indonesia sejak 2007 sementara itu musik legal
hanya sekitar 4,3 persen.Kemudian berdasarkan catatan Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu
dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) pada 2013 kerugian akibat pembajakan musik
rekaman mencapai Rp4 triliun per tahun.Hal yang sama juga terjadi pada industri perfilman, di
mana berdasarkan perhitungan Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI) pembajakan yang
dilakukan terhadap satu film saja dapat kerugian sekitar Rp4,3 miliar, sehingga diperkirakan
kerugian yang ditimbulkan jika membajak sekitar 100 film mencapai Rp437,5 miliar.
beberapa faktor yang mendukung pembutan software bajakan yakni:
1. Proses penggandaan software semakin mudah. Produsen software semakin canggih membuat
produksisoftware anti membajakan, tetapi para pembajak juga semakin canggih mencari cara
supaya softwaretadi

bisa

dibajak.

Dengan

adanya crack,

keygen juga

cara

lainnya.

Penggandaannya semakin mudah, dengan cara menaruh installer software ditambah crack atau
keygen-nya di internet, lalu menyebarkan link-nya.
2. Kurangnya kesadaran dan budaya masyarakat untuk menghargai hak cipta atas software.
3. Sikap acuh terhadap konsekuensi hukum yang timbul akibat pembajakan software.
4. Faktor penegakan hukum dan perangkat perundang-undangan di bidang hak cipta yang masih
kurang memadai.
Kesadaran dari berbagai kalangan terhadap kerugian pemakaian software bajakan khususnya untuk
perusahaan. Ada pemikiran bahwa jika tidak memakai software bajakan akan merugikan, jika
memakai maka akan mengurangi biaya operasional perusahaan. Berikut ini kerugian yang bisa
dirasakan jangka panjang dengan memakai software bajakan:
1. Menghancurkan industri software lokal dan merugikan distributor software lokal yang tidak
mampu bersaing secara sehat dengan distributor software bajakan. Mungkin
bekecimpuk

atau

berbisnis

industri

IT

tidak

terlalu

sadar

tentang

yang tidak
ini,

tapi

pembajakan software jelas-jelas merugikan industrisoftware. Banyak perusahaan software dalam
negeri sudah memproduksi software yang tidak kalah canggih dan punya harga yang jauh lebih
murah dibanding produksi Microsoft, Adobe, Corel, dan lain sebagainya. Tapi karena pembajakan,
masyarakat Indonesia lebih senang memakai software bajakan yang murah.
2. Merugikan konsumen, dikarenakan jika memakai software bajakan bisa cenderung mudah rusak
(error) dikarenakan cara menginsal yang salah. Dibandingkan dengan memakai software yang asli
yang tingkat kerusakan lebih rendah.

3. Merugikan perusahaan pembuat software yang karyanya dibajak, mengurangi gairah investasi dan
gairah untuk berinovasi dari produsen software.
4. Secara keseluruhan, pembajakan merugikan ekonomi suatu negara dari sektor pajak, tenaga kerja,
dan sebagainya. Dengan memakai software yang asli kita sudah membayar pajak dan dengan itu
meningkatkan pendapatan Negara.

2.3.2 Dampak Positif

 Membantu pekerjaan. Misalnya tugas sekolah, tugas kantor, buku acara yang memerlukan lisensi
software pengolah kata. Software bajakan cukup membantu karena lisensi dari software-software
ini sangatlah mahal bagi sebagian besar pengguna.

 Membantu dunia pendidikan. Dalam proses pendidikan, terdapat berbagai macam file di internet
yang dapat diunduh secara Cuma-Cuma yang berkaitan dengan pengetahuan. Software bajakan
membantu karena untuk mendapatkanreader dari software-software tersebut, tidak memerlukan
biaya yang mahal sehingga seorang pelajar dapat mempelajari artikel-artikel tersebut dengan
mudah.
 Hiburan yang murah. Game-game bajakan sangat memberikan hiburan yang murah karena selain
sangat atraktif, untuk mendapatkannya kita tidak memerlukan biaya yang mahal.
Dampak positif yang dikemukakan di atas adalah sebagian dari keuntungan pembajakan software,
selanjutnya akan di uraikan menurut fakta yang ada, bahwa pembajakan software pun
dapatmemberikan manfaat kepada kita semua, diantaranya sebagai berikut :
1.

Keuntungan mendwonload film dari internet
Beberapa organisasi seperti MPAA ( Motion PictureAssociation of America ) sering mengklaim
bahwa mereka kehilangan milyaran dollar karena pembajakan di internet.
Padahal bila konsumen mengunduh film dari internet itu kemungkinan besar karena mereka
tidak dapat menonton langsung, ataupun didaerah mereka tidak ada bioskop.

2.

Keuntungan Band dunia dan penyanyi kelas dunia
Mungkin bagi orang – orang yang tinggal di Negara besar akan sangat mudah mendapatkan
informasi mengenai hal yang mendunia contoh ketika sedang terkenal band ataupun penyanyi di
setiap musimnya, mereka dengan gampang dapat menikmati persembahan dari musisi tersebut.
Tapi bagaimana jika orang – orang yang tinggal di daerah terpencil ? Disini lah keuntungan
dimana adanya pembajakan, karena tanpa adanya pembajakan, maka musisi tersebut tidak akan
pernah bisa dinikmati oleh orang-orang yang ada di daerah terpencil.

3.

Melakukan streaming
Dapat kita ketahui bahwa dengan streaming dapat mempermudah kita untuk mendapatkan
informasi lebih luas, terutama informasi di luar negeri.

4.

Memanfaatkan Hacker
Dengan tingginya tingkat Hacker di Indonesia ini, perusahaan dapat memanfaatkannya dengan
menggunakan jasa mereka untuk membantu memberantas blog atau situs internet yang kurang
baik.

2.4 Cara mengatasi pembajakan software
Pembajakan software merupakan hal yang tidak etis dilakukan dan tidak sesuai dengan
hukum yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, berbagai langkah telah banyak dilakukan BSA
dalam rangka penegakan hukum di bidang hak cipta.
Kegiatan yang dilakukan antara lain sayembara, pelaporan pembajakan software di dalam
websitenya, dan adanya upaya untuk menggalakkan pemakaian software open source. Dengan
demikian diharapkan perusahaan mau melegalkan software yang tidak resmi, sehingga semuanya
beralih ke produk resmi. Tidak diketahui secara jelas apakah sudah ada kebijakan dari perusahaan
swasta soal penggunaan software ilegal di dalam perusahaan, padahal banyak perusahaan swasta yang
menjalan operasional untuk tujuan komersial dengan menggunakan software ilegal. Sebelum UU Hak
Cipta yang baru diberlakukan, pernah juga dilakukan seperti itu dan ternyata efektif, tapi end
user tidak dapat dikenakan tindakan hukum karena pasal untuk menjeratnya waktu itu belum ada.
“Dengan Undang Undang Hak Cipta yang baru dapat dilaksanakan karena ada pasal 72 ayat 3,”
katanya. Dia mengemukakan bahwa pengusaha swasta hendaknya perlu mengubah pemahaman soal
piranti lunak ini. Dulu software dianggap bagian darihardware. Dengan adanya UU Hak Cipta yang
baru, maka pemahaman perusahaan hendaknya perlu diubah.
Kabar baiknya, kini, sudah ada satu instansi pemerintah yang membuat batasan yang jelas
soal penggunaansoftware ilegal tersebut. Instansi pemerintah itu sudah memiliki komitmen
menggunakan semua softwarelegal di lingkungannya, sehingga bila ada kedapatan produk ilegal pada
personal computer karyawan, maka hal itu akan menjadi tanggungjawab mereka sendiri.
Software itu merupakan aset, sedangkan dulu dianggap cost. Harga software ilegal atau
bajakan jauh lebih murah dari produk resmi. Maka, maraknya penggunaan software ilegal juga
berdampak negatif terhadap perkembangan industri tersebut di dalam negeri. Orang akan malas
berkreasi untuk menciptakan suatu hasil karya karena kurangnya perlindungan hukum terhadap para
penciptanya. Industri yang berbasis hak cipta memang memiliki kepentingan terhadap penegakan
hukum hak cipta karena pasar mereka digerogoti oleh peredaran produk bajakan, yang jumlahnya
cukup besar.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi adalah dengan menerapkan diskrimasi
harga softwareterutama untuk negara-negara berkembang yang diikuti dengan penerapan undangundang secara konsisten termasuk pemberantasan peredaran software bajakan dan edukasi publik

untuk lebih meningkatkan apresiasi terhadap hak atas kekayaan intelektual. Hal ini dimaksudkan agar
perusahaan maupun individu tidak segan lagi uintuk membeli software yang dianggap sangat mahal.
Cara mengatasi pembajakan di Indonesia nampaknya tak cukup dengan UU HAKI saja.
Berarti harus ada cara lain yang ditempuh oleh para developer/programmer software supaya bisa
“bertahan hidup”. Kalau mau terus bertahan dengan mengandalkan UU HAKI itu sah-sah saja.
pengaturan tentang HAKI yang mengatur tentang hak cipta di indonesia sudah ter regulasi dengan
cukup baik.tetapi itu kurang,karena apa.rakyat indonesia adalah rakyat yang mementingkan ke
ekonomisan suatu produk dibandingkan kualitas.karena dengan harga ekonomis,rakyat indonesia bisa
mendapatkan barang yang mereka ingnkan.itulah salah satunya penyebab pembajakan di indonesia ini
masih marak terjadi.sehingga saya menyuimpulkan cara untuk meminimalisir dari pembajakan di
indonesia adalah dengan cara mengsosialisasikan kepada masyarakat akan bagusnya,keuntungannya
(baik individu maupun negara) atas sesuatu barang asli atau non bajakan,kemudian dengan cara
menindak para pedangan barang2 bajakan yang beredar banyak di pinggiran palan,dan tempat
lainnya.bukan hanya itu,pemerintah juga harus membuat bagaimna caranya agar barang asli itu dapat
cukup untuk kantong rakyat indonesia yang ada pada menengah ke bawah.agar para rakyat tidak ada
yang meresa di diskriminasi.dengan cara membagikan barang2 asli untuk sosialisasi ke
masyarakat.sehingga masytarakat tau,apa pentingnya dan keuntungan membeli barang asli.dan bukan
hanya menindaka para pedagang.tetapi juga harus menindaka secara tegas kepada para produsen yang
membuat barang2 bajakan itu.pemerintah juga harus menyediakan tenaga ahli untuk mengatasinya
seperti hacker dan creaker handal.untuk mengatasi pembajakan software komputer di Indonesia.
Berikut salah satu langkah yang di ambil oleh Indonesia untuk mengurangi tingkat pembajakan
software di Indonesia.
“OPEN SOURCE”, itulah kata-kata yang harus di pikirkan Indonesia kedepan. Kenapa Indonesia
harus memilih Open Source sebagai jalan untuk mengurangi pembajakan di Indonesia??
Indonesia harus menggunakan open source sebagai jalan keluar dari masalah diatas karena open
source memiliki banyak sekali kelebihan. Open source ini bisa di dapatkan siapa saja yang ingin
menggunakannya, karena open source ini bersifat gratis, jadi tidak hanya lisensi softwarenya yang
gratis, pengguna computer juga dapat merubah isi program tanpa meminta izin atau membeli sebuah
lisensi terlebih dahulu,dan semua itu merupakan jalan untuk mengurangi pembajakan yang banyak di
lakukan di Indonesia. Kemudian open source ini juga tidak kalah hebatnya dengan yang closed
source, meskipun gratis tapi kemampuannya saat ini sudah tidak diragukan lagi.
Kenapa pengguna komputer harus beralih ke open source?
Open Source memiliki kelebihan dan juga manfaat yang sangat banyak bagi penggunanya, selain
software lisensinya yang gratis, ada banyak manfaat yang bias pengguna dapatkan dari open source,
seperti :



Meningkatkan Citra Negara :

Tahukah anda, bahwa pembajakan juga mempengaruhi citra sebuah Negara? Dan juga menjadikan
citra sebuah Negara itu turun? Secara tidak langsung, hubungan dagang sebuah Negara dengan
Negara lain pasti akan tercoreng namanya karena sebuah pembajakan, karena software tidak hanya di
produksi oleh dalam negaranya saja, tetapi juga harusbekerja sama dengan Negara lain, seperti halnya
sebuah software sistem operasi.


Kreativitas :

Dengan Open Source, kta bisa mempelajari cara kerja perangkat lunak, kita juga bisa memodifikasi
perangkat lunak tersebut tanpa takut mahalnya lisensi, karena open source ini bebas untuk dirubah
kode/sourcenya, karena open source ini gratis. Tidak hanya memodifikasi,kita juga bisa membuat
perangkat lunak sendiri dengan dengan sumber yang ada.


Penghematan :

1. Hemat waktu :
Dengan keamanan system open source yang sangat baik, kita tidak usah repot-repot membuang waktu
kita untuk membersihkan virus komputer yang terjadi pada closed source (baca : Windows).
2. Hemat Biaya :
Kita harus berpikir, berapa banyak biaya yang kita perlukan untuk membeli sebuah software?
(Open Source is Free)
3. Hemat Devisa :
Kita menggunakan Open Source juga akan menghemat devisa Negara, karena kalau kita
menggunakan produk yang proprietary, pengeluaran devisa Negara akan banyak keluar karena harus
lari ke luar negri untuk membeli sebuah lisensi.

BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Dari beberapa uraian yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Beberapa penyebab terjadinya pembajakan software di Indonesia yaitu mahalnya software legal,
kurangnya kesadaran masyarakat sebagai pengguna software, dan kurangnya sikap teladan dari
pemerintah dan aparat hukum untuk menggunakan software yang legal pula.
2. Dampak dari pembajakan software bagi Indonesia yaitu tidak hanya merugikan perusahaan
software lokal, tapi juga merugikan Negara. Perusahaan software rugi karena produk orisinilnya yang
harganya jutaan rupiah harus bersaing dengan produk bajakan yang harganya hanya puluhan ribu
rupiah. Negara juga dirugikan, karena software bajakan itu sudah pasti tidak bayar pajak.
3. Upaya Pemerintah dalam meminimalisasi pembajakan software di Indonesia yaitu pemerintah
membentuk tim khusus untuk menangani pelanggaran terkait HaKI ini lewat kelompok kerja yang
diberi nama Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual (Timnas
HaKI), Pemerintah juga mengedukasi pengguna perangkat lunak atas keuntungan yang dapat diraih
dengan menggunakan perangkat lunak asli dengan mengadakan sosialisasi pentingnya penggunaan
software asli danmemaparkan kerugian jika menggunakan sotware palsu.

Daftar Pustaka
Mc Leod, R. 2001. Sistem Informasi Manajemen, Terjemahan. Prehallindo Jakarta.
Parker, D.B 1988, “Ethics for Information Systems Personnel” Journak of Information System
Management 5(Sumer 1988)46
http://www.linux.or.id/indonesia-kreatif-dengan-open-source.html
http://eminafisah.blogspot.co.id/2014/11/contoh-kasus-pembajakan-softwar.html