UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SIS

PROCEEDING

SEMINAR NASIONAL
“The 21st Century skills Guru pada
Jenjang Pendidikan Dasar”
Auditorium Utama UIN Jakarta, 27 Oktober 2016

Editor:
Asep Ediana Latip, Sita Ratnaningsih,
Siti Masyitoh, Fidrayani, Fery M. Firdaus

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL 2016

The 21st Century skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar
Cetakan Pertama :

Oktober 2016
Editor :
Asep Ediana Latip, Sita Ratnaningsih,
Siti Masyitoh, Fidrayani, Fery M. Firdaus
Desain dan Layout :
Fatkhul Arifn
ISBN: 978-602-6804-09-9
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, Tangerang Selatan
Telepon/Faks. (021) 7443328
Email : pgmi.ftk@uinjkt.ac.id

ii

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, bersyukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenan-NYA
Prosiding kegiatan seminar nasional Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah dengan tema The 21st Century skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Raham dan salam semoga selamanya
terlimpah curah kepada Rasulullah SAW. Sahabat, keluarga dan kita semua yang
senantiasa istiqamah mengembangkan cakrawala keilmuan akademik sebagai
pendidik.
Prosiding ini memuat konsep, karakteristik, strategi, model dan implementasi skills
guru pada abad 21 pada jenjang pendidikan dasar yang diakui secara global. Semua
muatan itu digagas oleh mahasiswa, guru, dosen dan lain-lain yang memiliki sense
interest terhadap pengembangan skills guru.
Harapannya dengan publishnya gagasan tentang skills guru pada jenjang pendidikan
dasar melalui terbitnya prosiding seminar nasional dapat menjadi sumber
pengembangan wawasan bagi mahasiswa, guru, dosen dan siapapun sebagai pembaca
dapat dijadikan resource dan referensi ilmiah bahkan landasan berpikir, dan
bertindak dalam menjalankan tugas kependidikan di institusi pendidikan masingmasing.

Tak ada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa desain penulisan prosiding
ditemukan kekurangannya, karena itu saran konstruktif menjadi obat penawar untuk
merealisasikan prosiding yang lebih excelence. Kepada semua pihak yang telah

terlibat dalam penulisan prosiding ini, diucapkan terimakasih, dan semoga Allah Swt
memberikan balasan yang setimpal, Amien!

Jakarta, 18 Oktober 2016
Ketua Prodi PGMI FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Khalimi, M.A.

iii

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

iv

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN
PEMBELAJARAN BERORIENTASI PENGEMBANGAN SOFT SKILL
Dedi Dwitagama
Praktisi Pendidikan “Trainer Kita”

Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negarauntuk
mewujudkan tujuan nasional, melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsabisa dicapai lewat proses pendidikan
nasional yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal,
nonformal, dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak
usia dini, dasar, menengah, dan tinggi.
Menurut Napitupulu (2013) bahwa pendidikan di sekolah sampai saat ini
umumnya masih berfokus membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi
hardskills, seperti pengetahuan yang bersifat hafalan. Adapun pengetahuan tentang
dunia kerja umumnya didapat saat terjun ke dunia kerja. Sementara itu, komptensi
soft skills yang tak kalah pentingnya bagi peserta didik kurang diperhatikan. Untuk
memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas, seseorang tidak hanya dituntut
memiliki kemampuan hard skills saja, tetapi juga kemampuan soft skillsnya.

Berdasarkan hasil penelitian dalam dunia pendidikan, seperti penelitian di Harvard
University, Amerika Serikat, diyakini bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan
semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skills) saja, tetapi juga
kemampuan dalam mengelola diri dan orang lain (soft skills). Dari hasil penelitian
ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan
sisanya 80% oleh soft skills (Wati, 2010).
Selanjutnya, hasil penelitian psikologi sosial menunjukkan bahwa orang yang
sukses di dunia ditentukan oleh peranan ilmu sebesar 18%. Sisanya 82% ditentukan
oleh ketrampilan emosional, soft skills dan sejenisnya (Elfindri, dkk,2010).
Pentingnya soft skills ini, seyogianya guru dituntut untuk mampu menerapkan
atributatribut soft skills apa yang hendak dikemmbangkan dalam pembelajaran, dan
guru harus memilih dari berbagai model pembelajaran inovatif yang sudah
diketahuinya dalam mengajarkan konsep matematika. Dengan demikian soft skills
peserta didik akan tumbuh dengan sendirinya. Stephen R. Covey (dalam Muqowim,
2012) mengemukakan bahwa perlunya dilakukan tujuh langkah pembiasaan (habit)
v

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

untuk menjadi manusia unggul, yaitu proaktif, menentukan tujuan akhir, memulai

dari yang utama, berpikir menang-menang, berusaha untuk memahami terlebih
dahulu ketimbang minta dipahami, melakukan sinergis, dan mengasah diri secara
terus menerus. Lebih lanjut Covey menyebut empat hal yang perlu diasah secara terus
menerus, yaitu dimensi spiritual, mental, fisik, dan sosial/emosional. Dalam
pandangan Goleman (1998) tentang kecerdasan emosional (emotional intelligence)
dijelaskan bahwa untuk mempunyai kecerdasan emosioanl ada lima tahapan, yakni
kesadaran diri (self-awareness), pengaturan diri (self-regulation), motivasi, empati,
dan ketrampilan sosial (social skill).
Orang-orang abad 21 atau era digital ternyata menghadapi tantangan hidup dan
pekerjaan yang jauh lebih sulit. World Economic Forum merilis sebuah laporan
berjudulNew Vision for Education: Fostering Social and Emotional Learning
Through Technologyyang berisi 16 skil yang harus kita miliki untuk menjadi orang
sukses di abad 21.
Setidaknya ada tiga bagian kelompok utama yaitu Foundation
Literacies (literasi
dasar),Competencies (kompetensi)
dan Character
Qualities (kualitas karakter).




Foundational Literacies adalah kumpulan ilmu yang digunakan untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan sehari-hari, seperti kemampuan untuk baca tulis
(literacy), kemampuan untuk mengolah angka (numeric), pengetahuan
ilmuah (sciene literacy), pengetahuan dibidang teknologi informasi
(information communication technology literacy), pemahaman terhadap
budaya (cultural and civic literacy).
vi



The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

Competencies adalah kumpulan ilmu yang lebih kompleks, seperti
pemikiran kritis dan penyelesaian masalah (critical thinking / problem
solving), kreativitas (creativity), komunikasi (communication) dan
kolaborasi (collaboration).
 Character Qualities adalah kumpulan ilmu yang berhubungan dengan
kehidupan sosial dan lingkungan, seperti sifat keingin tahuan (curiosity),
memiliki inisiatif (initiative), ketabahan dan ketekunan (persistence),

beradaptasi (adaptability), kepemimpinan (leadership) dan keprihatinan
dengan kehidupan sosial (social and cultural awareness).
Pada proses pelaksanaaan pembelajaran di sekolah, kemampuan soft skill peserta
didik dapat ditumbuhkan dengan beberapa alternatif kegiatan di bawah ini.
1. Kemampuan berfikir kritis.
2. Kreatifitas.
3. Kemampuan berkomunikasi.
4. Kemampuan bekerja sama dengan team
5. Keingin tahuan
6. Memiliki inisiatif
7. Ketabahan dan ketekunan
8. Kemampuan beradaptasi
9. Kepemimpinan
10. Kepepedulian sosial
Berbagai soft skill di atas dapat ditumbuh kembangkan dengan berbagai
kegiatan intra dan ekstra kurikuler, seperti Pramuka, Pencinta Alam, Marching Band,
berbagai cabang Bela diri, Kesenian, dsb, dengan catatan bahwa pelaksanaan kegiatankegiatan tersebut tak hanya seremonial, keseragaman atau sekedarnya, tetapi
menerapkan filosofi, konsep dasar, nilai-nilai yang terkandung dalam setiap
kegiatannya.
Peserta didik diberikan tugas, mengkaji masalah-masalah yang terjadi di

lingkungan sekitar yang dihubungkan dengan mata pelajaran, menguraikan penyebab
terjadinya masalah tersebut dan mengajukan berbagai alternatif penyelesaian.
Berpikir kreatif adalah berpikir secara konsisten dan terus menerus
menghasilkan sesuatu yang kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan. Penelitian
Brookfield (1987) menunjukkan bahwa orang yang kreatif biasanya (1) sering
menolak teknik yang standar dalam menyelesaikan masalah, (2) mempunyai
ketertarikan yang luas dalam masalah yang berkaitan maupun tidak berkaitan dengan
dirinya, (3) mampu memandang suatu masalah dari berbagai perspektif, (4)
cenderung menatap dunia secara relatif dan kontekstual, bukannya secara universal
atau absolut, (5) biasanya melakukan pendekatan trial and error dalam menyelesaikan
permasalahan yang memberikan alternatif, berorientasi ke depan dan bersikap
optimis dalam menghadapi perubahan demi suatu kemajuan.
Komunikasi secara umum didefinisikan sebagai “menanamkan atau pertukaran
pikiran, pendapat, atau informasi melalui pidato, menulis, atau tanda-tanda”.
Meskipun ada yang namanya komunikasi satu arah, komunikasi dapat dirasakan
vii

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

lebih baik sebagai proses dua arah yang di dalamnya ada pertukaran dan

perkembangan pikiran.
Komunikasi adalah dasar yang paling kuat dalam interaksi di setiap lingkungan
seperti sekolah, kampus dan masyarakat. Melalui kegiatan intra dan ekstra kurikuler
peserta didik bisa menaikkan kemampuan berkomunikasi yang sangat bermanfaat
saat hidup di masyarakat.
Kemampuan bekerja sama dengan team, kemampuan ini sangat besar andilnya
dalam lingkungan kerja. Banyak diantara pelajar yang cenderung berpikir bisa bekerja
sendiri tanpa melibatkan oranglain padahal pemahaman ini sangat salah. Di
lingkungan sekolah kemampuan ini diasah melalui kerja kelompok.
Peserta didik dibiasakan diberi tugas atau kegiatan-kegiatan yang menuntut
kreatifitas mereka untuk menghasilkan produk atau target yang diberikan oleh guru
atau sekolah.
Gerakan Pramuka, seharusnya tak hanya diaktualisasikan dalam hal penggunaan
seragam saja, tetapi menerapkan nilai-nilai dasa darma dalam berbagai aspek kegiatan
di sekolah dan di masyarakat, saat memakai pakaian seragam maupun tak memakai
seragam pramuka.
Ekstra kurikuler olahraga apapun, memiliki konsep dasar, nilai-nilai yang
terkandung dan terbentuk sejak olahraga itu ditemukan, harus menjadi panduan
pelaksanaan berbagai kegiatan dalam kehidupan di sekolah dan di masyarakat
sehingga terbentuk generasi muda yang tekun, biasa bekerja keras, mampu bekerja

sama, berorientasi pada prestasi, punya insiatif, patuh pada aturan dan berbagai nilai
yang terkandung dalam masing-masing cabang olahraga tersebut.
Guru dan Sekolah secara sadar dan terprogram mengemas proses pembelajaran
yang mendorong peserta didik untuk mengoptimalkan potensi, bakat, minat sehingga
kompetensi-kompetensi hardskills, seperti pengetahuan yang bersifat hafalan dapat
dimiliki oleh peserta didik dan komptensi soft skills yang tak kalah pentingnya bagi
peserta didik mendapat perhatian dan didorong untuk dikembangkan.

viii

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN

i
iv

SOFT SKILL GURU PENDIDIKAN DASAR PADA ABAD 21
Karakteristik The 21st Century skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar
Asep Ediana Latip

1

Implementasi Pendidikan Berbasis Soft Skills
Lulu’il Maknun

14

Pembelajaran Berorientasi Soft Skills untuk Menyiapkan Sumber Daya
Manusia Indonesia pada Era MEA
Zaenul Slam

26

Dampak Sertifikati Guru pada Peningkatan Profesionalisme Soft Skill dan Hard

Skill Guru Madrasah Ibtidaiyah 41
Sita Ratnaningsih
Pengembangan Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar
Siti Masyithoh

53

Urgensi Melatih Kemandirian Anak
Rika Sa’diyah

63

Pengembangan Soft Skill dalam Pembelajaran IPS di MI Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif TAI (Team Assisted Individualization)
Barsihanor

74

Pengembangan Soft Skills Mahasiswa melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Berbasis SevenVectors of Development (SvoD)dan Sociopreuner
Irfan Supriatna

83

Mengembangkan Soft Skill Dan Hard Skill Matematis Siswa Sekolah Dasar
Melalui Model Multiple Intelligences
Fery Muhamad Firdaus

90

Pengembangan Soft Skill Guru dalam Pembelajaran IPS
Neng Sri Nuraeni
ix

102

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

Kurikulum Berbasis Soft Skill dan Hard Skill untuk Life Skills yang
Bermartabat
H. Abdul Hafiz

113

SKILL GURU PADA ABAD 21 BERORIENTASI CHARACTER
BUILDING
Menangkis Perilaku Tawuran Pelajar Melalui Sekolah
Ahmad Lahmi

122

Simpul Nilai Pancasila dan Pendidikan Karakter Bangsa
Anis Fuadah Z.

134

Pengembangan Karakter Peserta Didik melalui Contextual Teaching

And Learning (CTL) pada Pembelajaran IPS

145

Fitriani
Strategi dan Media Pendidikan Karakter
Hamdan Husein Batubara, Hasni Noor

152

PengarusUtamaan Pendidikan Karakter di Sekolah
Mu’arif SAM

163

Mencetak Guru Bermutu di Masa Depan
Tri Hardjawati

173

Internalisasi Karakter Positif dalam Kurikulum 2013 Melalui
Pembelajaran Tematik-Integratif pada Jenjang Pendidikan Dasar
Atikah Syamsi

185

RAGAM MODEL SKILL GURU DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN DASAR
Metacognition Strategies in Primary School
Fidrayani
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik SD/MI
Menggunakan Model Guided Inquiry
Mufida Awalia P

195

204

Implemetasi Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Berhadapan Hukum
di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta
216
Yafnelty
x

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

Desain Managemen Berbasis Scientific Learning Programs Sebagai
Pembaharuan Pengembangan Keterampilan Siswa Pendidikan Dasar
Acep Saepul Rahmat
Efektivitas Metode Problem Based Learning dibandingkan Metode Drill
Nunuk Suryanti
Pengaruh Penilaian Autentik dan Kreatifitas Siswa terhadap Hasil Belajar
Fiqih (Eksperimen pada SDI Tahta Syajar Bekasi)
Eva Dwi Kumala Sari
Penggunaan Metode Role Playing dan Pemahaman Siswa
Fauzan dan Sarah NurAtikah

233
247

259
273

Strategi Promosi Jasa Pendidikan dalam Upaya Meningkatkan Citra di SMP
Islam Al-Syukro Universal
Nurdelima Waruwu, Nurul Ro’fah

285

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Media Pembelajaran
Pohon Klasifikasi (Study Kasus Siswa Kelas XI SMA Negeri 58 Jakarta)
Imam Wahyudi, Zaharah , Moch. Noviadi Nugroho

296

Profil Minat Membaca Buku Siswa Kelas 5 MI Melalui Kegiatan Resensi Buku
pada Mata Pelajaran Tematik
307
Diah Mulhayatiah
Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Anak Usia
SD/MI
Mulyadi

SKILL GURU
MATEMATIKA

ABAD

21

BERBASIS

PEMBELAJARAN

Pengaruh Pendekatan Problem Posing terhadap Pemahaman
Konsep Matematika(Penelitian QuasiEksperimen Pada SiswaKelas IV
SD Negeri Sukamukti II Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka
Tahun Ajaran 2016/2017)
M.Gilar Jatisunda
Pengaruh Model SAVI terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Sekolah Dasar
Dede Salim Nahdi

xi

316

330

340

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

Penerapan Metode Permainan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Berhitung
di Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Islam 01 Kedungwaringin Bekasi
Nursida, Gelar Dwirahayu

350

Upaya Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi
Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Sumarman

362

Pembelajaran KPK dan FPB di Sekolah Dasar dengan menggunakan
Alat Peraga Dakota
Asep, Tita Khalis, Ferry Muhamad F

373

Penerapan Model Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa
Nurhasanah, Tita Khalis, Ferry Muhamad F

384

Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran
Matematika Melalui Pendekatan PAIKEM di Sekolah Dasar
Fatkhul Arifin

396

SKILL GURU ABAD 21 BERBASIS PEMBELAJARAN IPA
Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Koloid Melalui
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Nanda Saridewi, Aini Nadhokhotani Herpi
Pengembangan Media Komik IPA Berkarakter Model Problem Based
Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Analitis Siswa
Kelas VI SD
Devy Indah Lestari

409

419

Upaya Peningktan Hasil Belajar IPA Siswa pada Konsep Rangka Tubuh
Manusia Melaui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Chandra Turinto

430

Analisis Ketersediaan Dan Pemanfaatan Media KIT IPA Sekolah Dasar
Di Kelurahan Sungai Ukoi, Sei Tebelian Kabupaten Sintang Tahun 2016
Nelly Widyawati, Istiqomah, Hendrikus Julung

438

SKILL GURU ABAD 21 BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Local Wisdom
Amalia Ulfa
xii

450

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

Penguatan Karakter Siswa Sekolah Melalui Pendidikan Lingkungan Berbasis
Kearifan Lokal
Sujiyo Miranto

459

SKILL GURU ABAD 21 BERBASIS MULTIKULTURAL
Peran dan Tantangan Pengembangan Pendidikan Islam Berwawasan
Multikultural Di Pesantren Sunan Pandanaran
Niswatin Faoziah

473

Pendidikan Multikultural di Sekolah Dasar Melalui Eksplorasi Batik Nusantara 495
Intan Kusmayanti
Etnomatematika (Budaya Matematika) Sekolah Dasar dalam Konteks
Kearifan Lokal
Erik Santoso

508

SKILL GURU ABAD 21 BERBASIS PEMBELAJARAN IPS
Penerapan Model Quantum Teaching untukMeningkatkan Verbal-Linguistik
Siswa pada Pembelajaran IPS
Roni Rodiyana

514

Pengaruh Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Terhadap Hasil Belajar IPS
Siswa (Kuasi Eksperiman di Kelas IV MI Jam’iyyatul Khair)
Irniyanti, Khalimi

525

SKILLS GURU DALAM PENDIDIKAN KONTEKSTUAL
Inovasi Kurikulum Anak Berkebutuhan Khusus di SD pada Setting
Pendidikan Inklusif
Suharsiwi
Pengembangan Pendekatan Kontekstual
Marzuki Mahmud

541
555

Peningkatan Pelaksanaan Tugas Guru Kelas III dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa pada Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah Ciracas Jakarta
Hidayattulloh

xiii

561

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

Pengembangan Soft Skill Guru di Era MEA
Anizar
Tantangan Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Masa Depan:
Adaptasi dalam Teknologi Pendidikan
Ismail Suardi Wekke, Ghita Tamalia

xiv

569

576

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI
PENDEKATAN PAIKEM DI SEKOLAH DASAR
Fatkhul Arifin
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung
Email: ikayiep@gmail.com
Abstract: The purpose of this study was to assess the activity of students in learning
mathematics through PAIKEM approach. The instrument used is a non-test and test
instruments. Non test instrument in the form of student observation sheet which is
conducted every meeting for two cycles, this is done to determine the activity of
students at each meeting. Test instrument in the form of tests conducted by
researchers at the end of each cycle to measure student learning outcomes and
completeness. The research method used was action research. Implementation of this
study consisted of two cycles, each cycle includes four stages: (1). Planning, (2).
Acting, (3). Observing, (4). Reflecting.
The results showed that activities of learning out come in mathematics has increase
from cycle I to cycle II. The data student activity on the first cycle of 62.14%, on
the second cycle increased to 76.62%. The data on students' mathematics learning
outcomes in the first cycle, average value obtained at 68.41 with student learning
completeness of 68.97%. In cycle II, the average value of students' mathematics
learning outcomes increased to 76.03 with 79.31% achieving mastery learning.
Conclusion of the study is that implementation PAIKEM approach in the learning
process can enhance the students’ activity and mathematics learning outcomes on the
subject of fractions.
Keywords: PAIKEM, learning mathematic outcomes, students activity
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan,
sehingga diperlukan perhatian khusus untuk pengembangannya. Peningkatan kualitas
dan kuantitas pendidikan terus dilaksanakan, berbagai usaha diupayakan agar tercipta
pendidikan yang benar-benar berkualitas tinggi dengan metode-metode tertentu
sehingga memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang
sesuai dengan kebutuhan.
Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi manusia, maka pendidikan
itu berkembang semakin maju hingga sekarang, yang kemudian pendidikan tersebut
dibuat lembaga pendidikan secara formal sebagai sarana untuk belajar mengajar.
Terdapat pengetahuan-pengetahuan dan keterampilan yang akan diajarkan, mata
pelajaran adalah salah satu media dalam pencapaian pengetahuan kepada peserta
didik. Diantaranya mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah Bahasa Indonesia,
Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, dan IPA.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu pokok
permasalahan yang sesegera mungkin dicari solusinya. Permasalahan tersebut di
Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

antaranya adalah: rendahnya aktivitas siwa terhadap pembelajaran matematika dan
kurangnya inovasi pembelajaran di kelas oleh guru. Salah satu pemecahan masalah
tersebut adalah pemanfaatan penelitian pendidikan. Penelitian pendidikan yang
dimaksud adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan
dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.
Suatu proses belajar yang aktif ditandai dengan adanya keterlibatan siswa
secara komprehensif baik fisik, mental, maupun emosional. Pembelajaran matematika
memerlukan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar sehingga
keterlibatan siswa dapat optimal, yang akhirnya berdampak pada perolehan hasil
belajar. Pengelolaan ini dapat dilakukan dengan melakukan variasi pendekatan dalam
mengajar yang disesuaikan dengan sub pokok bahasan yang sedang diberikan.
Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peranan penting
dalam memajukan daya pikir manusia. Karena itulah matematika diajarkan pada
setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai
Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan pada perguruan tinggi. Akan tetapi pada
kenyataannya, khususnya di kalangan para pelajar sekolah dasar, matematika masih
merupakan mata pelajaran yang kurang disenangi. Banyak siswa beranggapan
matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan sulit untuk dipahami secara baik,
apalagi untuk memperoleh hasil yang maksimal. Salah satu sebab utama dari
kesulitan memahami matematika, karena sifatnya yang abstrak. Hal ini sangat kontras
dengan alam pikiran siswa sekolah dasar yang terbiasa berpikir tentang objek-objek
yang konkrit. Bahasa matematika adalaha bahasa pelambang, karena sifatnya yang
abstrak inilah sebagian besar siswa menganggap matematika tidak ada hubungannya
dengan dunia nyata.
Pada umumnya siswa SD memiliki kemampuan berhitung yang masih
tergolong rendah, termasuk kemampuan berhitung dalam pecahan. Hal tersebut
disebabkan oleh proses belajar mengajar yang cenderung hanya mendengarkan
informasi dari guru, bahkan banyak di antara siswa melakukan aktifitas di luar
pelajaran matematika seperti mencoret-coret buku, mengganggu temannya dan
sebagainya. Matematika seringkali dimulai dari hal-hal yang abstrak sehingga sulit
diterima dan dipahami oleh siswa, termasuk di dalamnya pada sub pokok bahasan
pengerjaan operasi hitung pecahan. Faktor lain, banyak guru yang enggan
menggunakan alat peraga dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru enggan
menciptakan alat peraga sendiri sebagai penunjang keberhasilan di dalam
menyampaikan materi pelajaran.
Menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran
matematika terutama yang berkaitan dengan peningkatan aktivitas belajar matematika
siswa pada materi pecahan, maka upaya inovatif untuk menanggulanginya perlu
segera dilakukan. Salah satu alternatif solusi yang mungkin dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui
pendekatan PAIKEM.
Pendekatan PAIKEM adalah pembelajaran yang menggunakan berbagai
metode yang bervariasi, menggunakan berbagai media dan alat bantu pembelajaran.
Pendekatan PAIKEM berisi berbagai kegiatan seperti merangkum bacaan, merancang
sesuatu, membuat laporan dan sebagainya. Di dalam pendekatan PAIKEM, individu
Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

397

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

harus selalu diperhatikan oleh guru, dan guru harus bersikap ramah sehingga siswa
tidak merasa takut. Kegiatan pembelajaran dirancang sesuai dengan kemampuan
siswa dan dalam setiap pembelajaran siswa diberi tugas serta hasilnya dipajang di
papan informasi ataupun papan tulis sehingga dapat membangkitkan motivasi untuk
berprestasi.
Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu yaitu
matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu soasial dan linguistik. Didasarkan
pada pandangan konstruktivisme, hakikat matematika yakni anak yang belajar
matematika dihadapkan pada masalah tententu berdasarkan konstruksi pengetahuan
yang diperolehnya ketika belajar dan anak berusaha. Ciri utama matematika adalah
penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh
sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Namun demikian, dalam
pembelajaran pemahaman konsep sering di awali secara induktif melalui pengalaman
peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep
matematika. Selama mempelajari matematika di kelas, aplikasi hasil rumus atau sifat
yang diperoleh dari penalaran deduktif maupun induktif sering ditemukan meskipun
tidak secara formal hal ini disebut dengan belajar bernalar (Depdiknas, 2003:5-6).
Pendapat lain dalam buku “konsep dan makna pembelajaran” dikemukakan bahwa
pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori
belajar merupakan proses komunikasi utama keberhasilan pendidikan (Sagala,
2009:61). Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan
oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik
atau murid.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika
adalah suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna
memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan matematika. Suatu proses
pembelajaran yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk
menciptakan situasi agar siswa belajar dengan menggunakan model pembelajaran
penemuan terbimbing.
Aktivitas Belajar Matematika
Aktivitas secara bahasa berarti kegiatan, kesibukan, keaktivan, kerja, atau salah
satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian dalam perusahaan (Tri
Kurnia, 2003:2009). Artinya seluruh kegiatan yang dilaksanakan seseorang dengan
maksud untuk mengerjakan sesuatu dapat berarti “aktifitas”.
Aktivitas merupakan tuntutan pendidikan dan kehidupan pada saat ini.
Aktivitas akan menghasilkan berbagai inovasi dan perkembangan baru. Individu dan
organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya, karena mereka
mampu memenuhi kebutuhan lingkungannya yang terus berubah. Individu dan
organisasi yang kreatif akan mampu bertahan dalam kompetisi global yang dinamis
dan ketat.
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan aktivitas belajar, yakni istilah belajar
aktif (active learning), interactive learning, dan belajar bersama (collaborative
Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

398

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

learning). Menurut Dede Rosyada dalam bukunya “Paradigma Pendidikan
demokratis” berpendapat bahwa active learning (belajar aktif) adalah:
“Belajar aktif diartikan sebagai belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam
mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, buku teks, perpustakaan,
internet atau sumber-sumber belajar lain, untuk mereka bahas dalam proses
pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja
menambah kompetensi pengetahuan mereka, tapi juga kemampuan analitis, sintesis
dan menilai informasi yang relevan untuk dijadikan nilai baru dalam hidupnya,
sehingga mereka terima, diimitasi, dibiasakan sampai mereka adaptasikan dalam
kehidupannya (Dede Rosyada, 2004:165-166).
Dengan demikian, aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses
belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa
ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan
terintegrasi. Keterampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,
mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan
terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan
data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan
dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan
variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.
Senada dengan hal di atas, dapat juga dikatakan bahwa, yang disebutkan
kegiatan belajar atau aktivitas belajar sebagai proses yang terdiri atas enam unsur
yaitu tujuan belajar yang hendak dicapai, peserta didik yang termotivasi, tingkat
kesulitan belajar siswa, stimulus dari lingkungan dimana peserta didik berada, pesrta
didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik terhadap proses
pembelajaran.
Jika dikaitkan dengan kegiatan matematika (doing math) atau aktivitas belajar
matematika, aktifitas tersebut ditandai oleh kegiatan seperti:
“Mencari dan menemukan pola untuk memahami struktur dan hubungan matematik,
menggunakan sumber tersedia secara efektif dalam merumuskan dan menyelesaikan
masalah, memahami idea matematika, berfikir dan bernalar matematika melalui:
generaisasi, menggunakan aturan inferensi, membuat konjektur, memberi alasan,
mengkomunikasikan ide matematika, menetapkan apakah hasil atau jawaban yang
diperoleh masuk akal, dimana kemampuan ini kelak sangat berguna bagi siswa dalam
menghadapi persoalan dunia nyata yang serba cepat dan tidak menentu” (Kadir
dalam jurbla Algoritma, Juni 2006: 13).
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitas belajar matematika
adalah rangkaian kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika sehingga
menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya siswa dapat
mencari dan menemukan pola untuk memahami struktur dan hubungan matemtika,
berfikir dan bernalar matematika. Sehingga pembelajaran yang terjadi bukan teacher
centre melainkan student centre, siswa jadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran
matematika.

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

399

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

Pengertian PAIKEM
Muhibbin Syah dan Rahayu Kariadinata menjelaskan PAIKEM merupakan
singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar (approach
to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media pengajaran
yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi
aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Muhibbin, dkk, 2009:1). Dengan
demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan
keterampilan yang diajarkan. Selain itu, PAIKEM juga memungkinkan siswa
melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan
keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru. Di antara
metode-metode
mengajar
yang
amat
mungkin
digunakan
untuk
mengimplementasikan PAIKEM, ialah: 1) metode ceramah plus, 2) metode diskusi;
3) metode demonstrasi; 4) metode role play; dan 5) metode simulasi.
Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari pelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru
tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan
hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan
generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya
dan orang lain. Inovasi dapat diartikan sebagai suatu yang baru dalam situasi sosial
tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu masalah. Dilihat
dari bentuk atau wujudnya “sesuatu yang baru” itu dapat berupa ide, gagasan, benda
atau mungkin tindakan. Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatau yang baru itu bisa
benar-benar baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan
invention. Proses invention, misalkan penerapan metode atau pendekatan
pembelajaran yang benar-benar baru dan belum dilaksanakan dimanapun untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran (Wina, 2009:317). Kreatif juga
dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana
belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara
penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil
penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif
dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak
menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung,
sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika
pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran
tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, gambaran PAIKEM
adalah sebagai berikut:
1) Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk terlibat dalam berbagai
kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan
penekanan pada belajar melalui perbuatan.
2) Guru/siswa dapat memunculkan ide-ide/gagasan-gagasan baru dalam suatu
pembelajaran. Dalam model pembelajaran ini siswa dan guru harus bisa lebih
berinovasi dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar.
Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

400

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

3) Guru menggunakan berbagai alat bantu tidak hanya dalam ruang lingkup kelas,
tetapi juga bisa membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan,
dan cocok bagi siswa. Karena siswa akan bisa menikmati belajar jika diterapkan
hal-hal yang berbau alamiah.
4) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’. Anak kebanyakan jika tidak ada tuntutan
tidak akan muncul keinginan untuk membaca, maka dengan cara ini siswa
diharapkan bisa meluangkan waktu yang tersedia untuk sedikit membaca.
5) Guru dapat menerapkan berbagai cara mengajar yang lebih kooperatif dan
interaktif, salah satunya dengan cara belajar kelompok.
6) Guru mendorong dan memotivasi siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam
siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Karakteristik PAIKEM
Ada beberapa ciri menonjol yang tampak secara kasat mata dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan PAIKEM (Daris, 2009:73), ciri-ciri tersebut
adalah:
1) Adanya sumber belajar yang beraneka ragam, dan tidak lagi mengandalkan buku
sebagai satu-satunya sumber belajar. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih
memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Bukan semata-mata untuk
menafikan sama sekali buku pelajaran sebagai salah satu sumber belajar peserta
didik.
2) Sumber belajar yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain skenario
pembelajarannya dengan berbagai kegiatan.
3) Hasil kegiatan belajar mengajar kemudian dipajang di tembok kelas, papan tulis,
dan bahkan ditambah dengan hiasan yang menarik.pajangan tersebut merupakan
hasil diskusi atau hasil karya siswa. Pajangan hasil karya siswa menjadi salah satu
ciri fisikal yang dapat kita amati dalam proses pembelajaran.
4) Kegiatan belajar mengajar bervariasi secara aktif, yang biasanya didominasi oleh
kegiatan individual dalam beberapa menit, kegiatan berpasangan, dan kegiatan
kelompok kecil antara empat sampai lima orang, untuk mengerjakan tugas-tugas
yang telah disepakati bersama, dan salah seorang di antaranya menyampaikan
(presentasi) hasil kegiatan mereka di depan kelas. Hasil kegiatan siswa itulah yang
kemudian dipajang.
5) Dalam mengerjakan pelbagai tugas tersebut, para siswa, baik secara individual
maupun secara kelompok, mencoba mengembangkan semaksimal mungkin
kreatifitasnya.
6) Dalam melaksanakan kegiatannya yang beraneka ragam itu, tampaklah antusiasme
dan rasa senang siswa.
7) Pada akhir proses pembelajaran, semua siswa melakukan kegiatan dengan apa
yang disebut sebagai refleksi, yakni menyampaikan (kebanyakan secara tertulis)
kesan dan harapan mereka terhadap proses pembelajaran yang baru saja
diikutinya.
Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

401

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian tindakan (action
research) yang dilakukan oleh guru dan dosen di kelas (sekolah dan perguruan tinggi)
tempat ia mengajar yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan
kuantitas proses pembelajaran di kelas.
PEMBAHASAN
Deskripsi Data
Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa yang dilakukan selama
dua siklus, diperoleh data sebagai berikut:

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Tabel 1. Persentase Rata-rata Keaktifan Siswa
Aspek Yang Diamati
Siklus I Siklus II
Menanggapi jawaban guru
48,28% 48,77%
Memberikan contoh
36,21% 34,94%
Berani memberikan tanggapan dalam diskusi
40,52% 91,29%
Berani menyanggah pendapat teman lain saat diskusi
63,79% 80,85%
Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada guru
56,03% 66,07%
Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada teman
75,00% 84,33%
Menanggapi jawaban teman
51,72% 78,26%
Berani mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di
34,48% 61,88%
depan kelas
Mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain
69,83% 82,70%
Mengerjakan soal di papan tulis
47,41% 72,97%
Mengerjakan latihan soal
94,83%
100%
Membuat catatan/ringkasan materi
93,10% 96,55%
Melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan
96,55% 97,38%
siswa
Rata-rata Persentase
62,14% 76,62%

Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa pada tabel di atas, dapat
dilihat adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditunjukkan dari hasil
pengamatan pada siklus I bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I
sebesar 62,14%. Sedangkan pada siklus II rata-rata persentase aktivitas siswa yaitu
76,62%. Dengan demikian setelah pembelajaran siklus II, indikator keberhasilan
sudah tercapai.
Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran materi pecahan dapat dilihat
pada gambar berikut:

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

402

Rata-rata Persentase

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

Siklus
I

Aspek Yang Diamati
Grafik 1. Rata-rata Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Matematika
Pada grafik di atas menunjukkan bahwa secara berurutan ada peningkatan ratarata keaktifan siswa dari siklus I sampai siklus II, meskipun pada aspek kedua yaitu
aktivitas memberikan contoh terjadi penurunan dari siklus I ke siklus II sebesar
1,27%. Dari pengamatan yang dilakukan diketahui rata-rata persentase aktivitas yang
mengalami peningkatan cukup baik yaitu memberikan tanggapan dalam diskusi pada
siklus pertama sebesar 40,52%, kemudian pada siklus kedua sebesar 91,29%. Ratarata persentase aktivitas menanggapi jawaban teman pada siklus pertama sebesar
51,72%, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 78,26%. Rata-rata persentase
mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di depan kelas pada pertemuan pertama
sebesar 34,48% dan meningkat pada pertemuan kedua menjadi 61,88%. Sedangkan
persentase rata-rata mengerjakan soal di papan tulis pada pertemuan pertama sebesar
47,41% kemudian meningkat pada pertemuan kedua menjadi 72,97%.
Aktivitas lain yang juga mengalami peningkatan adalah mengajukan pendapat.
Hal ini ditandai dari meningkatnya aspek berani menyanggah pendapat teman lain
saat diskusi. Aktivitas menyanggah pendapat teman lain saat diskusi mengalami
peningkatan cukup baik, dimana pada siklus I rata-rata persentasenya adalah 63,79%
mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,85%. Selain itu aktivitas
menghargai pendapat orang lain juga mengalami peningkatan yang cukup baik, hal
ini
dapat
dilihat
dari
perolehan
rata-rata
persentase
aktivitas
mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain pada siklus pertama sebesar
69,83% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,70%.
Dari hasil pengamatan juga diketahui bahwa dalam penelitian ini aktivitas
menanggapi jawaban guru dan aktivitas bertanya juga mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II. Persentase rata-rata menanggapi jawaban guru pada siklus I
sebesar 48,28% menjadi 48,77% pada siklus II. Persentase rata-rata aktivitas
mengajukan pertanyaan yang relevan kepada guru pada pertemuan pertama sebesar
56,03% meningkat pada siklus II menjadi 66,07%, sedangkan persentase rata-rata

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

403

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

aktivitas mengajukan pertanyaan yang relevan kepada teman pada siklus I sebesar
75% meningkat pada siklus II menjadi 84,33%.
Dalam penelitian ini aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang dapat
dikategorikan sangat baik adalah aspek mengerjakan tugas yang terdiri atas aktivitas
mengerjakan latihan soal, membuat catatan/ringkasan materi dan melakukan
kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa. Pada siklus pertama rata-rata
persentase mengerjakan latihan soal sebesar 94,83% dan meningkat pada siklus
kedua menjadi 100%, aktivitas ini tidak hanya mengalami peningkatan tetapi juga
sudah maksimal. Rata-rata persentase aktivitas membuat catatan/ringkasan materi
pada siklus pertama sebesar 93,10% dan meningkat menjadi 96,55% pada siklus
kedua. Sedangkan rata-rata persentase aktivitas melakukan kegiatan sesuai dengan
lembar kegiatan siswa sebesar 96,55% pada siklus pertama dan meningkat menjadi
97,38% pada siklus kedua.
Berdasarkan hasil penelitian, data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata
persentase aktivitas siswa pada siklus pertama sebesar 62,14%. Sedangkan rata-rata
persentase aktvitas siswa pada siklus kedua sebesar 76,62%.
Adapun perolehan hasil belajar matematika siswa pada siklus I dan Siklus II
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Nilai
No.
Hasil Tes
Siklus I
Siklus II
1. Nilai terendah
18
20
2. Nilai tertinggi
100
100
3. Rata-rata nilai tes
68,41
76,03
4. Jumlah siswa yang tuntas
20
23
5. Persentase ketuntasan belajar klasikal 68.97%
79,31%

Gambar 2. Grafik Hasil Belajar Matematika Siswa
Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

404

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

Peningkatan keaktifan siswa dari siklus I sampai siklus II diiringi dengan
meningkatnya hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
adanya peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Banyaknya siswa yang tuntas belajar
pada siklus I sebanyak 20 siswa (68,97%) sedangkan siswa yang tuntas belajar pada
siklus II sebanya 23 siswa (79,31%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar siswa dari siklus I ke siklus II serta tercapainya indikator keberhasilan yaitu
nilai rata-rata kelas ≥ 65 dan siswa yang mencapai nilai ≥ 65 (mencapai ketuntasan)
sebanyak 75% dari jumlah siswa dalam kelas.
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui nilai rata-rata matematika kelas meningkat
setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM. Rata-rata tes hasil
belajar siklus I sebesar 68,41 dan meningkat pada siklus II menjadi 76,03, hal ini
berarti rata-rata hasil belajar matematika mengalami peningkatan sebesar 7,62 poin.
Berdasarkan hasil analisis dan observasi, data yang diperoleh menunjukkan bahwa
aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan dengan
penerapan pendekatan PAIKEM mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus
II secara berurutan yaitu 62,14% dan 76,62%. Indikator keberhasilan aktivitas siswa
pada penelitian tindakan kelas ini ditetapkan sebesar 75%. Berdasarkan indikator
tersebut, maka aktivitas siswa tercapai pada siklus II. Aktivitas siswa pada siklus I
belum optimal. Penerapan pendekatan paikem ini bagi siswa masih merupakan hal
baru. Walaupun mereka sudah pernah melakukan pembelajaran kelompok dan
pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa. Pada saat diskusi masih banyak
siswa yang tidak serius dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan
siswa.
Pada pembelajaran siklus I diperoleh data bahwa masih banyak siswa yang proses
belajarnya belum optimal, keaktifan siswa dalam siklus ini masih belum merata hanya
siswa-siswa tertentu saja yang terlihat aktif dalam pembelajaran, pada saat diskusi
kelompok pelaksanaannya belum berjalan dengan optimal, siswa masih tampak malu,
enggan, dan takut salah dalam bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan
pendapat dan memberikan tanggapan. Hal tersebut diduga karena siswa belum
terbiasa pada penerapan pendekatan PAIKEM. Pada siklus II keaktifan siswa hampir
merata, hanya siswa-siswa tertentu saja yang kurang aktif dalam pembelajaran. Pada
saat pembelajaran dan diskusi kelas pelaksanaannya sudah berjalan dengan baik,
sehingga guru tidak lagi mendominasi pembelajaran. Sebagian besar siswa mulai
berani bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat dan memberi
tanggapan.
Pada siklus II ini guru lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran, terutama siswa-siswa yang belum aktif
dengan menunjuk dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,
menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat dan memberikan tanggapan juga
dengan memotivasi siswa untuk terlibat dalam pembelajaran, hal tersebut cukup
efektif, karena aktivitas pembelajaran tidak didominasi oleh siswa yang pandai saja.
Selain itu berdasarkan hasil analisis aktivitas belajar siswa yang berkembang
sangat baik yaitu aktivitas mengerjakan latihan soal, membuat catatan/ringkasan
materi dan melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa. Ketiga aktivitas
ini tidak hanya mengalami peningkatan tetapi juga hampir maksimal. Pada siklus I
Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

405

The 21th Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

masih terdapat beberapa siswa yang tidak mengerjakan latihan soal. Hal ini selain
dikarenakan mereka tidak serius dalam belajar, juga mereka mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Pada siklus II ketiga aktivitas ini rata-rata
persentasenya hampir mencapai maksimal, aktivitas mengerjakan latihan soal pada
siklus kedua mencapai nilai maksimal yaitu 100%.
Keaktifan belajar siswa ternyata memberi pengaruh terhadap hasil belajarnya.
Hasil belajar yang diperoleh dalam penelitian ini juga mengalami peningkatan yang
cukup baik. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menyebabkan interaksi yang
baik antara guru dan siswa ataupun antara siswa dengan siswa yang lain, aktivitas
merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan prestasi belajar.
Berdasarkan hasil wawancara guru terhadap pembelajaran matematika yang
menerapkan pendekatan paikem, baik pada siklus I maupun siklus II, guru
menyatakan setuju bahwa dengan penerapan pendekatan paikem pada materi pecahan
dapat meningkatkan aktivitas siswa. Guru yang juga mengamati jalannya kegiatan
belajar mengajar, melihat bahwa siswanya memang lebih aktif. Termasuk sikap saling
menghargai pendapat orang lain semakin baik, sehingga baik siswa yang
berkemampuan tinggi maupun rendah ikut memberikan andil dalam usaha
memahami materi pelajaran secara bersama.
Dilihat dari hasil pengamatan, catatan lapangan, dokumentasi dan tes hasil belajar
pada setiap akhir siklus, terlihat bahwa penerapan pendekatan PAIKEM dalam
pembelajaran matematika pada materi pecahan dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa dan juga memberikan kontribusi terhadap hasil belajar matematika yang
diperoleh siswa kelas V MI Al-Mursyidiah Pamulang.
Pembahasan Hasil Temuan
Penerapan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan keaktifan siswa, karena siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk
mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak
semata-mata hanya menerima informasi atau pelajaran dari guru. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah dan Rahayu Kariadinata bahwa
PAIKEM merupakan pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan
bersama metode tertentu dan berbagai media pengajaran yang disertai penataan
lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan (Muhibbin, 2009:1). Dengan demikian, para siswa
merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan.
Pada prosesnya, timbul rasa keingintahuan siswa sehingga timbul sebuha pertanyaan,
ide serta cara pemecahan permasalahan yang berbeda-beda. Dengan demikian
diperlukan keaktifan siswa pada proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan
dan catatan lapangan, terlihat bahwa keaktifan siswa lebih baik dibandingkan
sebelum dilakukan penelitian.
Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan
pendekatan paikem, memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika
siswa yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari
siklus pertama ke siklus kedua. Proses pembelajara