Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia (Bei)

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (Agency Theory) merupakan basis teori yang mendasari praktek bisnis yang dipakai perusahaan selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, sosiologi, teori keputusan, dan teori organisasi. Teori keagenan memberikan pemahaman dan analisa insentif pelaporan keuangan. Literatur akuntansi tentang pengungkapan sendiri sering sekali mengacu pada teori keagenan dengan menyediakan dorongan untuk melakukan pengungkapan wajib maupun sukarela terhadap laporan keuangan. Dorongan ini ditunjukkan pada literatur sebagai alat penggerak yang digunakan untuk mengurangi asimetri informasi antara agen dan prinsipal.

Teori keagenan menyatakan bahwa dengan adanya asimetri informasi, manajer akan memilih seperangkat kebijakan untuk memaksimalkan kepentingan manajer sendiri. Beberapa penelitian menguji bagaimana masalah teori keagenan dapat dikurangi dengan meningkatkan pengungkapan. Ball (2006) menyatakan bahwa “peningkatan transparansi dan pengungkapan akan memberikan kontribusi untuk menyelaraskan kepentingan manajer dan pemegang saham”.

Agency Theory menjelaskan adanya benturan kepentingan antara prinsipal dan agen, dimana stakeholder bertindak sebagai prinsipal dan manajemen perusahaan sebagai agen. Menurut Jensen dan Meckling


(2)

mengemukakan bahwa “teori keagenan membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak) dimana salah satu pihak disebut agen dan pihak lain disebut prinsipal”. Manajemen perusahaan merupakan agen dan pemegang saham merupakan prinsipal yang berkepentingan terhadap kepemilikannya atas perusahaan. Manajemen akan membuat keputusan yang akan memaksimalkan kepentingannya, namun keputusan ini berbeda dengan keputusan yang dibutuhkan untuk memaksimalkan kepentingan pemegang saham.

Hal ini memberikan asumsi teori agensi bahwa tiap individu memiliki motivasi oleh kepentingannya sendiri yang menimbulkan konflik kepentingan antara agen dan prinsipal. Agen termotivasi untuk memaksimalkan upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, sedangkan prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan kehidupannya sendiri. Dalam kerangka teori keagenan, terdapat tiga macam hubungan keagenan,yaitu: 1) hubungan keagenan antara manajer dan pemilik (Bonus Plan Hypothesis), 2) hubungan keagenan antara manajer dan kreditur (Debt/Equity Hypothesis), 3) hubungan keagenan antara manajer dan pemerintah (Political Cost Hypothesis) (Chairiri dan Lestari, 2007). Lebih lanjut Chairiri dan Lestari menyatakan bahwa hal tersebut berarti ada kecenderungan bagi manajer untuk melaporkan sesuatu dengan cara-cara tertentu dalam rangka memaksimalkan utilitas mereka dalam hubungannya dengan pemilik, kreditur, maupun pemerintah. Praktik IFR merupakan media


(3)

untuk menyampaikan informasi sebagaimana yang dikehendaki dalam kontrak keagenan.

Alasan yang mendasari perlunya praktek pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen perusahaan kepada shareholders dijamin dalam hubungan antara prinsipal dan agen. Laporan keuangan merupakan sarana akuntabilitas manajemen kepada pemilik. Sehingga sebagai wujud pertanggung jawaban, agen akan berusaha memenuhi seluruh keinginan prinsipal, dalam hal ini ialah pengungkapan sukarela yang lebih luas. Pengungkapan sukarela merupakan mekanisme untuk mengendalikan kinerja manajer dan mengurangi asimetri informasi serta memonitor biaya keagenan. 2.1.2 Teori Sinyal (Signal Theory)

Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dibanding perusahaan lain. Signalling Theory dapat digunakan untuk memprediksi kualitas pengungkapan perusahaan, yaitu dengan penggunaan internet sebagai media pengungkapan perusahaan dapat meningkatkan kualitas pengungkapan.

Dalam kerangka teori sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah kareana terdapat asimetri informasi antara pihak manajer dan pihak luar, hal ini disebabkan karena manajer


(4)

perusahaan mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang dari pada pihak luar. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi asimetri informasi tersebut. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri infromasi tersebut adalah dengan memberikan sinyal kepada pihak luar, berupa informasi keuangan yang positif dan dapat dipercaya yang dapat mengurangi ketidakpasitan mengenai prospek perusahaan yang akan datang sehingga dapat meingkatkan kredibilitas dan kesuksesan perusahaan Wolk et.al.(2000, dalam Keumala, 2013).

2.1.3 Laporan Keuangan (Financial Reporting)

Setelah transaksi dicatat dan diikhtisarkan, maka disiapkan laporan bagi pemakai. Laporan akuntansi yang menghasilkan informasi demikian disebut laporang keuangan (Warren R.F, 2006, hal.24). Laporan keuangan merupakan sarana pengomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak diluar perusahaan, laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter ( Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2007). Laporan keuangan tersebut harus disusun berdasarkan Standart Akuntansi Keuangan (SAK) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dan peraturan Bapepam. Selanjutnya laporan tersebut akan diaudit oleh Akuntan yang terdaftar diBapepam. Laporan tersebut terdiri atas:

1) Laporan Laba Rugi

2) Laporan Perubahan Modal 3) Neraca


(5)

4) Laporan Arus Kas

5) Catatan Atas Laporang Keuangan

Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenisnya. Sebagai contoh, laba merupakan bagian dari laporang keuangan, sehingga laba seharusnya juga berguna untuk keputusan kredit. Laba dapat digunakan untuk menilai prospek perusahaan misalnya untuk (1) mengevaluasi performance manajemen (2) memperkirakan earning power (3) memprediksi laba yang akan datang atau (4) menilai resiko investasi atau pinjaman pada perusahaan (SFAC No.1). Sedangkan menurut PSAK No.1 Standar Akuntansi Keuangan (2000), laporan keuangan akan memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan aruskas perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna laporan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan (1) informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit, (2) informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan, dan (3) informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahannya ( Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2007:5 )

2.1.3.1Luas Pengungkapan Pelaporan Keuangan

Pada tahun 1991, American Institute Certified Public Accountant (AICPA) membentuk suatu komite khusus yang dikenal dengan Jenkin


(6)

Committee yang bertujuan meneliti sifat dan luas informasi yang seharusnya disediakan oleh manajemen untuk memenuhi kebutuhan pemakai. Dari hasil risetnya, mereka merekomendasikan agar perusahaan menyediakan sejumlah pengungkapan tambahan (additional disclosure), yang meliputi informasi segmen, data non keuangan dan informasi forward looking Jenkin (1994, dalam Nuswandari, 2009).

Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda – beda. Pengungkapan dapat dibagi menjadi beberapa tujuan , yaitu: tujuan melindungi, tujuan informatif, dan tujuan kebutuhan khusus.

Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup canggih untuk mendapatkan informasi atau mengolahnya sendiri hingga memperoleh substansi ekonomik dari informasi tersebut, dengan kata lain pengungkapan ditujukan untuk melindungi perlakuan manajemen yang mungkin kurang terbuka. Sementara itu tujuan informatif dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah jelas memiliki tingkat kecanggihan tertentu. Sehingga, pengungkapan ditujukan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai. Keluasan pengungkapan untuk tujuan informatif ini ditentukan oleh BAPEPAM bekerjasama dengan penyusun standar. Bentuk tujuan pengungkapan yang ketiga adalah tujuan kebutuhan khusus,


(7)

yang merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif.

Kualitas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan dikenal dengan berbagai konsep, antara lain: kecukupan (adequacy), kelengkapan (comprehensiveness), informatif (imformativeness), dan tepat waktu (time lines). Kualitas pengungkapan ditunjukkan dengan tingkat keluasan pengungkapan sebagai salah satu indikator. Semakin luas tingkat pengungkapan maka semakin valid informasi yang diberikan. Tinggi nya kualitas informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan pengungkapan. Yularto dan Chairiri (2003) mengidentifikasi konsep mengenai pengungkapan sehubungan dengan kualitas laporan keuangan menjadi tiga, yaitu:

1) Adequate Disclosure (cukup)

Tingkat pengungkapan yang memadai adalah pengungkapan yang harus dipenuhi agar laporan keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan bagi pemakai dalam mengambil keputusan.

2) Fair Disclosure (wajar)

Tingkat pengungkapan yang wajar adalah tingkat yang harus dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau informasi yang sama.

3) Full Disclosure (lengkap)

Tingkat pengungkapan yang penuh menuntut penyajian secarapenuh terhadap informasi yang berkaitandengan pengambilan keputusan.


(8)

2.1.3.2Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)

Pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure), adalah pengungkapan minimum yang diisyaratkan oleh lembaga yang berwenang. Pengungkapan wajib diIndonesia telah diatur oleh BAPEPAM, yaitu mengatur bentuk dan isi laporan tahunan yang wajib diungkapkanmelalui Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan No. KEP 134/BL/2006peraturan X.K.6 tanggal 07 Desember 2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan perusahaan publik (Na’im dan Rakhman,2000).

Dalam peruturan X.K.6 berisikan tentang tiga hal pokok penting mengenai penyampaian laporan tahunan emiten atau perusahaan publik, yaitu: Kewajiban penyampaian laporan tahunan (Emiten atau perusahaan publikyang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Bapepam dan Lembaga Keuangan paling lama 4bulan setelah tahun buku berakhir), bentuk dan isi laporan tahunan (Laporan tahunan wajib memuat: ikhtisar data keuangan penting, laporan dewan komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaaan, tanggung jawab sosial perusahaan, laporan keuangan tahunan yang telah diaudit, dan surat pernyataan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi atas kebenaran isi laporan tahunan), dan yang ketiga adalah ketentuan dan penutup.


(9)

2.1.3.3Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure), adalah pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh lembaga yang berwenang. Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang melebihi persyaratan minimum dari peraturan pasar modal yang berlaku. Perusahaan memiliki keleluasaan dalam mengungkapkan informasi – informasi yang akan diungkapkan, yang akan menyebabkan variasi dan keragaman luas pengungkapan sukarela antar perusahaan. Perusahaan akan mengungkapkan informasi yang dipandang relevan dalam membantu pengambilan keputusan. Cukup banyak penilitian telah muncul dalam beberapa dekade yang mempelajari pelaporan keuangan perusahaan secara sukarela Easley dan O’Hara( 2004, dalam Hargyantoro, 2010). Salah satu pengungkapan sukarela yang dapat dilakukan manajemen adalah pengungkapan melalui internet pada website pribadi perusahaan (IFR).

Manajemen selalu berusaha mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham, khususnya apabila informasi tersebut merupakan informasi yang bagus (good news) (Suwardjono, 2005). Pengungkapan sukarela merupakan salah satu cara meningkatkan kredibilitas pelaporan keuangan perusahaan dan untuk membantu investor dalam memahami strategi bisnis perusahaan Healy, Palepu(1993, dalam Nuswandari, 2009).


(10)

Terdapat lima manfaat pengungkapan sukarela ( Dimita, 2012), yaitu: 1) Memperbaiki reputasi perusahaan.

2) Menyajikan informasi yang dapat menghasilkan keputusan investasi yang lebih baik bagi investor.

3) Memperbaiki akuntabilitas

4) Memperbaiki prediksi resiko yang dilakukan oleh investor, dan 5) Menyajikan kewajaran harga saham yang lebih baik.

2.1.3.4 Internet Financial Reporting (IFR)

Internet Financial Reporting merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam rangka mengungkapkan laporan keuangan perusahaan melalui media internet seperti pada website pribadi perusahaan tersebut. Dengan pengungkapan yang dilakukan melalui internet ini, perusahaan mampu menyebarkan informasi keuangannya secara lebih cepat dan lebih mudah untuk didapatkan. Hal ini sangat diperlukan untuk lebih mengembangkan dan menigkatkan level perusahaan dalam rangka persaingan antar perusahaan sejenis.

IASC (1999, dalam Keumala, 2013) membagi penggunaan internet sebagai saluran penyajian dan pendistribusian laporan keuangan dalam tiga tahapan, yaitu:

A) Perusahaan menggunakan internet hanya sebagai saluran mendistribusikan laporan keuangan yang telah dicetak dalam format digital, seperti file dengan format pengolah kata atau Portable Data File (PDF).


(11)

B) Perusahaan menggunakan internet untuk menyajikan laporan keuangan mereka dalam format web, yang memungkinkan mesin pencari mengindeks data-data tersebut sehingga mesin pencari dan pengguna dapat dengan mudah menemukan informasi tersebut.

C) Perusahaan menggunakan internet tidak hanya sebagai saluran distribusi laporan keuangan, tetapi juga menyediakan cara yang lebih interaktif sehingga pengguna tidak hanya dapat melihat laporan baku yang dikeluarkan oleh perusahaan, namun mereka juga dapat mengostumisasi sendiri informasi-informasi yang terdapat dilaporan keuangan tersebut.hal ini tentu lebih bermanfaat bagi mereka tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan dan bahkan pengguna informasi pun dapat mengkonversi format file atau cetakan yang mereka perlukan untuk pengambilan keputusan.

Format yang umumnya digunakan oleh perusahaan untuk mempublikasikan informasi keuangan diwebsite adalah PDF, HTML, dan XBRL. Selain itu, ada beberapa perusahaan yang melengkapi pelaporan informasi keuangan diinternet dengan format penyajian informasi keuangan dalam bentuk audio atau video. Namun, format ini tidak banyak digunakan oleh perusahaan (Barac, 2004).

2.1.3.5 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah faktor penentu penting dalam pengungkapan perusahaan. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan hubungan positif antara ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan


(12)

Meek, Roberts, and Gray (1995, dalam H.P. Purba, 2012). Penelitian lainnya juga membuktikan adanya kaitan yang erat antara ukuran perusahaan denganpenggunaan IFR didalamnya. (Ashbaugh et al., 1999) menyatakan hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadappraktik IFR. (Andrikopoulus, 2007) juga menyatakan bahwa hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap praktik modal, dan internet reporting.

Marston dan polei (2004, dalam H.P. Purba, 2012) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi sehingga investor akan memerlukan informasi keuangan perusahan yang lebih banyak untuk membuat keputusan yang lebih lanjut.

2.1.3.6 Umur Listing

Umur listing perusahaan dapat mempengaruhi penerapan IFR karena menurut UU Pasar Modal No.8 Tahun 1995 diwajibkan kepada perusahaan yang akan listing dan yang telah listing untuk melakukan pelaporan keuangan.Peneliti Susanto (1992, dalam Prayogi, 2003) menyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta akan memberikan pelaporan keuangan yang lebih lengkap karena memiliki pengalaman lebih dalam pelaporan keuangan. Perusahaan yang lebih lama listing menyediakan publisitas informasi yang lebih banyak dibanding perusahaan yang baru saja listing sebagai bagian dari praktik akuntabilitas yang diditetapkan Bapepam (Prasetya dan Irwandi, 2012).


(13)

Perusahaan yang terdaftar diBursa Efek (BEI) cenderung akan melakukan pelaporan keuangannya secara lebih transparan dibandingkan perusahaan-perusahaan yang tidak dan belum terdaftar di BEI.hal tersebut disebabkan perusahaan perusahaan yang sudah lama listing diBEI memiliki lebih banyak pengalaman dalam mempublikasikan laporan keuangan nya. Perusahaan yang lebih berpengalaman tersebut akan melakukan pelaporan keuangan sesuai dengan perkembangan zaman. Tidak hanya secara paper-based reporting system tetapi sudah secara paper-less reporting system (Kusumawardani, 2011).

2.1.3.7 Leverage

Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjang perusahaan. Teori keagenan dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tingkat leverage dan pengungkapan sukarela. Berdasarkan teori ini, semakin tinggi tingkat leverage, perusahaan akan memiliki tekanan untuk meningkatkan pengungkapan sukarela kepada shareholder, baik melalui media tradisional maupun modern seperti website perusahaan. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat menerapkan IFR dalam membantu menyeberluaskan informasi-informasi positif perusahaan dalam rangka “mengaburkan” perhatian kreditur dan pemegang saham untuk tidak terlalu fokus hanya pada leverage perusahaan yang tinggi. Sehingga pelaporan keuangan melalui internet dapat memuat informasi perusahaan yang lebih banyak dan positif bagi perusahaan ( Lestari dan Chairiri, 2006).


(14)

2.1.3.8 Reputasi Auiditor

Auditing membantu mengurangi konflik kepentingan antara manajer dan investor (Malone et al., 1993 dalam Oyelere et al., 2003). Penggunaan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bereputasi akan membantu perusahaan dalam menciptakan opini positif terhadap perusahaan. Penggunaaan KAP yang seperti ini akan memberikan kesan transparan dan terpercaya atas informasi-informasi yang diberikan, dan akan menimbulkan image positif bagi perusahaan, selain itu kondisi ini akan mendorong perusahaan untuk lebih memperluas pelaporan keuangan melalui media internet (IFR)sehingga mendongkrak kepercayaan investor terhadap perusahaan.

Razaee (2003, dalam H.P.Purba, 2012) menyatakan bahwa KAP bereputasi tinggi (Big Four) memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan karena KAP Big Four memiliki kemampuan yang lebih besar dalam menangani tekanan oleh klien, memiliki sumber daya yang lebih kompeten secara keseluruhan, lebih perduli terhadap reputasi mereka, memiliki tekhnologi yang maju, serta memiliki strategi dan proses audit yang lebih baik. Awalnya, ada 8besar firma audit yang mendunia, yaitu:

-Arthur Andersen -Arthur Young & Co -Coopers & Lybrand -Ernst & Winney


(15)

-Delloite Haskins & Sells -Peat Marwick & Mitchell -Price Waterhouse

-Touche Ross

Namun pada 2002 hanya tinggal 4besar firma akuntasi yang mendunia,setelah adanya merger dan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh salah satu KAP diatas. 4 firma audit yang masih mendunia hingga kini ialah:

-Delloite Touche Tohmatsu -PricewaterhouseCoopers -Ernst & Young

-KPMG

KAP Indonesia yang berafiliasi dengan Big Four tersebut dianggap memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menjalankan perannya. Semakin baik reputasi auditor, maka semakin baik pula kualitas laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP tersebut, dan akan lebih meyakinkan pemegang saham dan kreditur dalam mengolah isi laporan keuangan tersebut.

2.1.3.9 Struktur Kepemilikan Pihak Asing(Foreign Ownership)

Foreign Ownership adalah jumlah saham yang dimiliki pihak asing pada suatu perusahaan. Semakin tinggi persentase kepemilikan pihak asing pada saham suatu perusahaan, tentu akan mempengaruhi luaspengungkapan dan pelaporan keuangan suatu perusahaan. Hal itu


(16)

disebabkan karena semakin banyaknya pihak yang memiliki kepentingan terhadap setiap hal-hal yang terjadi terhadap perusahaan tersebut, terlebih apabila pihak asing yang menjadi salah satu pemangku kepentingan tersebut, tentu pihak perusahaan akan semakin terdorong untuk melakukan pelaporan seluas dan selengkap mungkin. Kepemilikan pihak asing cenderung menggunakan tekhnologi yang maju, sehingga penerapan IFR sangatlah membantu dalam rangka menjalankan sistem komunikasi antar manajemen dan pemegang saham, selain itu kondisi ini akan menciptakan komunikasi yang lebih efektif dan efisien.

2.1.3.10 Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lainnya adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewabijan atau hutangyang harus segera dibayar dengan harta lancarnya. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendeknya, maka semakin likuid pula perusahaan tersebut. “Posisi Likuiditas” suatu perusahaan berkaitan dengan pertanyaan berikut ini: apakah perusahaan mampu melunasi utangnya ketika utang tersebut jatuh tempo ditahun berikutnya? (Brigham and Houston, 2007). Rasio likuiditas terdiri dari Current Ratio dan Quick Ratio.

Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi, maka cenderung akan melakukan pelaporan keuangan seluas dan selengkap mungkin dibanding perusahaan dengan tingkat likuiditas rendah, hal itu


(17)

disebabkan oleh perusahaan dengan likuiditas tinggi ingin menciptakan opini positif mengenai kondisi keuangan perusahaan tersebut yang nantinya akan membantu para investor dalam membuat keputusan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut, namun apabila perusahaan tersebut tidak memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, tentu hal ini tidak akan mendorong investor untuk melakukan investasi, karena perusahaan dengan likuiditas rendah dapat berujung pada kebangkrutan.

Hasil penelitian Cooke (1989, dalam Prayogi, 2003) menunjukkan bahwa tingkat kesehatan perusahaan yang ditunjukkan dalam rasio likuiditas yang tinggi diharapkan dengan pengungkapan yang lebih luas. Hal ini didasarkan bahwa perusahaan yang secara keuangan sehat, kemungkinan akan lebih banyak mengungkapkan informasi dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat likuiditasnya rendah. Oleh karena itu perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi cenderung akan memberikan pengungkapan yang lebih lengkap pula.

2.1.3.11 Profitabilitas

Laporan akuntansi mencerminkan keadaan yang telah terjadi dimasa lau, tetapi laporan tersebut juga memberikan kita petunjuk tentang hal-hal yang sebenarnya memiliki arti penting, apa yang kemungkinan akan terjadi dimasa depan. Rasio profitabilitas akan mencermikan hasil akhir dari seluruh kebijakan keuangan dan keputusan operasional (Brigham and Houston, 2007)


(18)

Profitabilitas merupakan suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan persaham, dan laba penjualan. Nilai profitabilitasmenjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan. Perushaaan dengan profitabilitas tinggi, tentu memiliki dorongan untuk menerapkan IFR agar dapat menyebarkan goodnews yang ada pada perusahaan, sehingga penerapan IFR sangat membantu dalam menciptakan citra positif bagi perusahaan. Sedangkan perusahaan dengan profitabilitas rendah cenderung akan menutup-nutupi informasi laporang keuangannya agar para pemegang saham dan kreditur tidak terlalu memfokuskan tingkat profitabilitas perusahaan pada manajemen.

Lev dan Sougiannis( 1999, dalam Debreceny et al., 2002) menyatakan bahwa perusahaan dengan prospek yang bagus didukung oleh corporate strategy dan sumberdaya manusia yang tinggi cenderung memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi. Tipe perusahaan seperti ini memilik specific knowledge bahwa sangat tidak efektif dan efisien berkomunikasi dengan investor mengenai pelaporan keuangan melalui media tradisional atau paper based, Debreceny et al (2002, dalam Chairiri dan Lestari, 2007).


(19)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pelaporan keuangan melalui internet (IFR) sudah dilakukan sejak tahun 1990an, penelitian ini telah banyak dilakukan pada negara – negara maju seperti Amerika, Australia, Inggris, dan Jerman. Asbaugh (1999) melakukan survei pada 290 perusahaan Amerika Serikat yang praktek pelaporan keuangannya telah dievaluasi oleh AIMR. Asbaugh meneliti hubungan ukuran perusahaan, ROA, peringkat pelaporan oleh AIMR, dan persentase saham yang dimiliki oleh investor individu.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap praktek pelaporan keuangan melalui internet.

Marston (2003) melakukan penelitian terhadap praktik IFR di Jepang pada tahun 2003. Penelitian ini menguji hubungan antara ukuran perusahaan, tipe industri, pdrofitabilitas dan overseas listing status terhadap praktik IFR di Jepang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan terhadap IFR. Sedangkan tipe industri, profitabilitas, dan overseas listing status tidak berpengaruh terhadap praktik IFR diperusahaan-perusahaan yang ada di Jepang(Kusumawardani, 2011).

Penelitian ini mulai banyak dilakukan diIndonesia pada beberapa tahun terakhir, seperti yang dilakukan oleh Almilia (2008), pemelitian ini berusaha menguji faktor apa sajakah yang mempengaruhi pengungkapan melalui media website perusahaan, dengan menggunakan sampel sebanyak 104 perushaaan. Penelitian ini memberikan bukti bahwa size perusahaan, profitabilitas perusahaan


(20)

dan kepemilikan mayoritas merupakan variabel yang menentukan tingkat pengungkapan sukarela perusahaan.

Chairiri dan Lestari (2005) melakukan penelitian pada 270 perusahaan non financial, dengan pengukuran terhadap tujuh faktor yang mempengaruhi penerapan IFR (ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, jenis industri, leverage, reputasi auditor, dan umur listing perusahaan). Hasil penelitian menunjukkan ada lima faktor yang terbukti berpengaruh positif terhadap IFR yaitu ukuran perusahaan, likuiditias, leverage, reputasi auditor, dan umur listing perusahaan.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

Asbaugh et.al(1999)

Corporate reporting on the internet. (Perusahaan - Perusahaan Amerika Serikat) Ukuran Perusahaan, ROA, Peringkat Pelaporan oleh AIMR, Persentase Saham yang dimiliki Investor Individu, dan IFR.

Hanya Ukuran Perusahaan yang berpengaruh

Signignifikanterhadap pengungkapan informasi keuangan melalui website.

Marston (2003) Financial Reporting on the Internet by Leading Japanese Companies. Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Klasifikasi Industri, dan Overseas Listing. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan sukarela. Chairiri dan Lestari (2005) Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan melalui Internet (Internet Financial Reporting) dalam Website Ukuran Perusahaan, Leverage, Likuiditas, Ukuran Auditor, Profitabilitas, Umur Listing, Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Leverage, Ukuran Auditor, Umur Listing berpengaruh terhadap praktik IFR


(21)

Perusahaan.(Perusahaan non financial

diIndonesia.

Jenis Industri, dan IFR Almilia (2008) Faktor-Faktor yang

mempengaruhi

pengungkapan sukarela “Internet Financial and Sustainability Reporting”. (Perusahaan Indonesia). Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Kepemilikan Pihak Luar, IFSR. Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Kepemilikan Pihak Luar berpengaruh terhadap praktik IFSR.

Hal yang membedakan dengan penelitian terdahulu:

1) Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan periode tahun 2012, yang merupakan periode yang cukup baru sebagai waktu penelitian mengenai IFR, dibanding penelitian terdahulu yang menggunakan periode tahun 2011 kebawah.

2) Menggunakan variabel yang belum banyak diteliti secara bersamaan, agar mendapatkan hasil yang lebih signifikan.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Beberapa faktor yang mempengaruhi praktik Internet Financial Reporting (IFR) diantaranya: ukuran perusahaan, umur listing, leverage, reputasi auditor, likuiditas, struktur kepemilikian asing, dan profitabilitas.Setiap variabel memiliki pengaruh terhadap IFR, baik secara positif ataupun negatif.

Jumlah aset dari suatu perusahaan merupakan suatu indikator terhadap ukuran perusahaan tersebut, semakin banyak aset perusahaan tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Hal ini membantu perusahaan dalam meyakinkan para investor terhadap prospek perusahaan,


(22)

maka dari itu perusahaan juga semakin terdorong untuk lebih memperluas pengungkapan laporan perusahaan, khususnya mengenai laporan keuangan perusahaan. Selain melalaui pasar modal, perusahaan juga dapat melakukan pelaporan melalui website perusahaan, hal ini akan mempermudah investor dalam mengakses informasi dan mempercepat pengambilan keputusan. Dengan demikian ukuran perusahaan berpengaruh bagi keputusan perusahaan untuk menerapkan praktik IFR.

Perusahaan yang telah listing diBursa Efek Indonesia (BEI) cenderung melakukan pelaporan yang lebih lengkap dibandingkan dengan perusahaan yang belum listing, dan perusahaan yang telah lama listing diBEI akan lebih berpengalaman dalam menerapkan metode metode yang akan lebih menarik para investor ataupun calon investor. Perusahaan cenderung merubah metode yang digunakan sejalan dengan perkembangan tekhnologi, salah satu nya adalah IFR. Dengan demikian umur listing berpengaruh bagi keputusan perusahaan untuk menerapkan praktik IFR.

Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Semakin tinggi leverage suatu perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban. Leverage yang tinggi akan menyulitkan manajemen untuk memprediksi hal yang akan terjadi dimasa depan, hal ini tentu memberikan penilaian negatif bagi manajemen. Kondisi ini tentu mengancam posisi manajemen karena dianggap tidak dapat mengelola perusahaan dengan baik (Chairiri dan Lestari, 2007). Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi akan


(23)

menerapkan IFR dengan anggapan dapat “mengaburkan” kelemahan perusahaan berupa tingginya tingkat leverage perusahaan, dan memfokuskan pelaporan informasi-informasi positif kepada investor. Dengan demikian leverage berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam menerapkan praktik IFR.

Penggunaan Kantor Akuntansi Publik (KAP) yang berkualitas (Big Four) pada perusahaan akan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas pula, hal ini akan memberikan citra positif pada perushaan. Kondisi ini akan mendorong perusahaan untuk me mberikan informasi setransparan mungkin dan seluas mungkin ,salah satunya melalui IFR. Dengan demikian reputasi auditor mempengaruhi keputusan perusahaan untuk menerapkan IFR.

Struktur kepemilikan pihak asing menggambarkan persentase kepemilikan saham oleh pihak asing atas semua jumlah saham perusahaan. Semakin besar persentase kepemilikan pihak asing, maka peerusahaan akan melakukan pengungkapan secara lebih luas. Hal ini agar menjaga kepercayaan para investor dan calon investor yang berada diluar negeri dengan tetap memberikan pelaporan secara transaparan dan cepat. Salah satu media pelaporan tersebut ialah IFR, dengan IFR perusahaan dapat melakukan pengungkapan pada website perushaan, sehingga para investor yang berada diluar negeri dapat dengan mudah mengaksesnya. Dengan demikian struktur kepemilikan pihak asing mempengaruhi keputusan perusahaan dalam menerapkan praktik IFR.


(24)

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek. Pada saat kondisi keuangan suatu perusahaan tidak baik dan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban pada tanggal jatuh tempo, perusahaan cenderung meminjam dana dengan bunga yang tinggi, bila hal ini terus berjalan dan kondisi keuangan perusahaan masih tetap tidak baik atau tidak likuid, maka perusahaan dapat mengalami kebangkrutan (Lestari dan Chairiri, 2007). Namun apabila pada tingkat likuiditas tinggi, tentu hal ini merupakan penilaian positif bagi perusahaan dan mendorong perusahaan agar menyajikan laporan keuangannya seluas mungkin agar informasi positif tersebut dapat diketahui oleh banyak pihak, salah satu medianya adalah IFR. Dengan demikian likuiditas berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam menerapkan praktik IFR.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam satu periode tertentu. Profitibilitas yang tinggi pada suatu perusahaan menggambarkan kinerja yang baik oleh manajemen perusahan. Semakin tinggi tingkat profitibilitas tersebut, maka semakin baikpula keuangan perusahaan tersebut, yang membuat perusahaan ingin mengungkapkan laporan keuangan perusahaan secara lebih luas dan transparan. Dan sebaliknya, perusahaan dengan kinerja yang buruk akan menghindari pelaporan secara sukarela, agar tidak banyak pihak yang mengetahui mengenai badnews perusahaan tersebut. Penerapan IFR merupakan salah satu cara yang paling membantu dalammenyebarluaskan goodnews agar dapat diketahui oleh investor secara lebih cepat dan mudah.


(25)

Dengan demikian profitabilitas berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam penerapan praktik IFR.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Keterangan: Ukuran Perusahaan (X1)

Umur Listing (X2)

Leverage (X3)

Reputasi Auditor (X4)

Struktur Kepemilikan Pihak Asing (X5)

Likuiditas (X6)

Profitabilitas (X7)

Internet Financial Reporting (IFR) (Y)

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7


(26)

Y = Internet Financial Reporting (IFR) X1 = Ukuran Perusahaan

X2 = Umur Listing X3 = Leverage

X4 = Reputasi Auditor

X5 = Struktur Kepemilikan Pihak Asing X6 = Likuiditas

X7 = Profitabilitas 2.3.2 Hipotesis

Menurut Erlina (2008:49), Hipotesis menyatakan “hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan berdasarkan permasalahan dan tujuan adalah sebagai berikut : H1:Ukuran Perusahaanberpengaruh secara parsial terhadap Internet Financial

Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. H2 : Umur Listing berpengaruh secara parsial terhadap Internet Financial

Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. H3 : Leverage berpengaruh secara parsial terhadap Internet Financial

Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. H4 : Reputasi Auditor berpengaruh secara parsial terhadap Internet

Financial Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.


(27)

H5 : Struktur Kepemilikan Pihak Asing berpengaruh secara parsial terhadap Internet Financial Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

H6 : Likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap Internet Financial Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. H7 : Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap Internet Financial

Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

H8 : Ukuran Perusahaan, Umur Listing, Leverage, Reputasi Auditor, Struktur Kepemilikan Pihak Asing, Likuiditas, dan Profitabilitas berpengaruh secara simultan terhadap Internet Financial Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian


(1)

maka dari itu perusahaan juga semakin terdorong untuk lebih memperluas pengungkapan laporan perusahaan, khususnya mengenai laporan keuangan perusahaan. Selain melalaui pasar modal, perusahaan juga dapat melakukan pelaporan melalui website perusahaan, hal ini akan mempermudah investor dalam mengakses informasi dan mempercepat pengambilan keputusan. Dengan demikian ukuran perusahaan berpengaruh bagi keputusan perusahaan untuk menerapkan praktik IFR.

Perusahaan yang telah listing diBursa Efek Indonesia (BEI) cenderung melakukan pelaporan yang lebih lengkap dibandingkan dengan perusahaan yang belum listing, dan perusahaan yang telah lama listing diBEI akan lebih berpengalaman dalam menerapkan metode metode yang akan lebih menarik para investor ataupun calon investor. Perusahaan cenderung merubah metode yang digunakan sejalan dengan perkembangan tekhnologi, salah satu nya adalah IFR. Dengan demikian umur listing berpengaruh bagi keputusan perusahaan untuk menerapkan praktik IFR.

Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Semakin tinggi leverage suatu perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban. Leverage yang tinggi akan menyulitkan manajemen untuk memprediksi hal yang akan terjadi dimasa depan, hal ini tentu memberikan penilaian negatif bagi manajemen. Kondisi ini tentu mengancam posisi manajemen karena dianggap tidak dapat mengelola perusahaan dengan baik (Chairiri dan Lestari, 2007). Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi akan


(2)

menerapkan IFR dengan anggapan dapat “mengaburkan” kelemahan perusahaan berupa tingginya tingkat leverage perusahaan, dan memfokuskan pelaporan informasi-informasi positif kepada investor. Dengan demikian leverage berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam menerapkan praktik IFR.

Penggunaan Kantor Akuntansi Publik (KAP) yang berkualitas (Big Four) pada perusahaan akan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas pula, hal ini akan memberikan citra positif pada perushaan. Kondisi ini akan mendorong perusahaan untuk me mberikan informasi setransparan mungkin dan seluas mungkin ,salah satunya melalui IFR. Dengan demikian reputasi auditor mempengaruhi keputusan perusahaan untuk menerapkan IFR.

Struktur kepemilikan pihak asing menggambarkan persentase kepemilikan saham oleh pihak asing atas semua jumlah saham perusahaan. Semakin besar persentase kepemilikan pihak asing, maka peerusahaan akan melakukan pengungkapan secara lebih luas. Hal ini agar menjaga kepercayaan para investor dan calon investor yang berada diluar negeri dengan tetap memberikan pelaporan secara transaparan dan cepat. Salah satu media pelaporan tersebut ialah IFR, dengan IFR perusahaan dapat melakukan pengungkapan pada website perushaan, sehingga para investor yang berada diluar negeri dapat dengan mudah mengaksesnya. Dengan demikian struktur kepemilikan pihak asing mempengaruhi keputusan perusahaan dalam menerapkan praktik IFR.


(3)

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek. Pada saat kondisi keuangan suatu perusahaan tidak baik dan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban pada tanggal jatuh tempo, perusahaan cenderung meminjam dana dengan bunga yang tinggi, bila hal ini terus berjalan dan kondisi keuangan perusahaan masih tetap tidak baik atau tidak likuid, maka perusahaan dapat mengalami kebangkrutan (Lestari dan Chairiri, 2007). Namun apabila pada tingkat likuiditas tinggi, tentu hal ini merupakan penilaian positif bagi perusahaan dan mendorong perusahaan agar menyajikan laporan keuangannya seluas mungkin agar informasi positif tersebut dapat diketahui oleh banyak pihak, salah satu medianya adalah IFR. Dengan demikian likuiditas berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam menerapkan praktik IFR.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam satu periode tertentu. Profitibilitas yang tinggi pada suatu perusahaan menggambarkan kinerja yang baik oleh manajemen perusahan. Semakin tinggi tingkat profitibilitas tersebut, maka semakin baikpula keuangan perusahaan tersebut, yang membuat perusahaan ingin mengungkapkan laporan keuangan perusahaan secara lebih luas dan transparan. Dan sebaliknya, perusahaan dengan kinerja yang buruk akan menghindari pelaporan secara sukarela, agar tidak banyak pihak yang mengetahui mengenai badnews perusahaan tersebut. Penerapan IFR merupakan salah satu cara yang paling membantu dalammenyebarluaskan goodnews agar dapat diketahui oleh investor secara lebih cepat dan mudah.


(4)

Dengan demikian profitabilitas berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam penerapan praktik IFR.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Keterangan: Ukuran Perusahaan (X1)

Umur Listing (X2)

Leverage (X3)

Reputasi Auditor (X4)

Struktur Kepemilikan Pihak Asing (X5)

Likuiditas (X6)

Profitabilitas (X7)

Internet Financial Reporting (IFR) (Y)

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7


(5)

Y = Internet Financial Reporting (IFR) X1 = Ukuran Perusahaan

X2 = Umur Listing X3 = Leverage

X4 = Reputasi Auditor

X5 = Struktur Kepemilikan Pihak Asing X6 = Likuiditas

X7 = Profitabilitas 2.3.2 Hipotesis

Menurut Erlina (2008:49), Hipotesis menyatakan “hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan berdasarkan permasalahan dan tujuan adalah sebagai berikut : H1:Ukuran Perusahaanberpengaruh secara parsial terhadap Internet Financial

Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. H2 : Umur Listing berpengaruh secara parsial terhadap Internet Financial

Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. H3 : Leverage berpengaruh secara parsial terhadap Internet Financial

Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. H4 : Reputasi Auditor berpengaruh secara parsial terhadap Internet

Financial Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.


(6)

H5 : Struktur Kepemilikan Pihak Asing berpengaruh secara parsial terhadap Internet Financial Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

H6 : Likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap Internet Financial Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. H7 : Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap Internet Financial

Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

H8 : Ukuran Perusahaan, Umur Listing, Leverage, Reputasi Auditor, Struktur Kepemilikan Pihak Asing, Likuiditas, dan Profitabilitas berpengaruh secara simultan terhadap Internet Financial Reporting (IFR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

5 80 129

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia (Bei)

5 45 100

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DI INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING)

3 56 65

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAPORAN KEUANGAN MELALUI INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING) DALAM WEBSITE PERUSAHAAN(STUDI KASUS PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA).

0 3 34

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 12

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 3

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 9

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAPORAN KEUANGAN MELALUI INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 1 19