Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

S E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA

N

A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PELAPORAN KEUANGAN MELALUI INTERNET (INTERNET

FINANCIAL REPORTING) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

Dimita HP Purba

097017088/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PELAPORAN KEUANGAN MELALUI INTERNET (INTERNET

FINANCIAL REPORTING) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DIMITA H P PURBA

097017088/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Penelitian :ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAPORAN KEUANGAN MELALUI INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Nama Mahasiswa : Dimita H P Purba

Nomor Pokok : 097017088 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Tavi Supriana, M.Si) (Dr. Rina Bukit, M.Si, Ak

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,CPA) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah Diuji pada

Tanggal : 25 April 2012

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Dr. Tavi Supriana, M.Si Anggota : 1. Dr. Rina Bukit, M.Si.,Ak.

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA 3. Dr. HB. Tarmizi, SU


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul : “ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAPORAN KEUANGAN MELALUI INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA” adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Maret 2012 Yang membuat pernyataan :


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet (internet financial reporting) yang terdiri dari ukuran perusahaan, umur listing, leverage, reputasi auditor, struktur kepemilikan saham asing, dan likuiditas.

Penelitian ini menggunakan desain kausal (causal) yang berguna untuk menganalisis hubungan antar satu variabel dengan variabel lainnya. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan penarikan sampel dengan menggunakan metode sensus. Sampel yang digunakan penelitian ini adalah 124 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data di analisis dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression) dengan tingkat signifikansi 5 % dan 10% untuk memperoleh kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reputasi auditor dan leverage

berpengaruh secara signifikan terhadap penerapan praktek pelaporan keuangan melalui internet (internet financial reporting). Sedangkan ukuran perusahaan, umur

listing, struktur kepemilikan saham asing dan likuiditas tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap penerapan praktek pelaporan keuangan melalui internet

Kata kunci: ukuran perusahaan, umur listing, leverage, reputasi auditor, struktur kepemilikan saham asing, likuiditas, pelaporan keuangan melalui internet (Internet Financial Reporting)


(7)

ABSTRACT

The aims of this study is to analyze determinants of internet financial reporting (IFR) consist of companies size, listing age, leverage, auditor reputation, foreign ownership , and liquidity ratio.

This research used causal design method to analyze the relationship between dependent variable and independent variables. The population of this research is manufacturing companies which enlist in Indonesia Stock Exchange and the sample is taken by sensus method. Sample that used in this research is 124 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange.The data was analyzed by regression

The result of this research indicate that the some determinants of IFR such as auditor reputation and leverage ratio effect IFR practice. However, other factors, such as company size, listing age, foreign ownership and liquidity ratio do not explain the company choice to use the internet as a medium for corporate financial reporting.

logistic with significance level at 5% and 10%.

Keywords: companies size, listing age, leverage, auditor reputation, foreign ownership, liquidity, internet financial reporting


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena berkat dan kasih karuniaNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa segala yang dilakukan dalam penyusunan proposal tesis ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H.,M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Magister di Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA. CPA, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk penulisan tesis ini.


(9)

4. Ibu Dr. Tavi Supriana, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberi bimbingan dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian penulisan tesis ini.

5. Ibu Dr. Rina Bukit, M.Si,Ak. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi bimbingan dan mengarahkan penulis dari awal hingga selesainya penulisan tesis ini.

6. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA. CPA , Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU dan Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini. 7. Seluruh staf pengajar Program Magister Ilmu Akuntansi atas segala ilmu dan

pengetahuan yang telah diberikan, dan seluruh staf administrasi Program Magister Ilmu Akuntansi.

8. Suamiku tercinta, Giver Tito Damanik, S.E., dan kedua buah hatiku, Vanni dan Tyra Damanik, yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan moril maupun materil serta bantuan yang tak ternilai dalam bentuk apapun juga, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan penulisan tesis ini.

9. Keluarga Damanik dan Keluarga Purba, yang telah memberi dukungan dan motivasi yang tak pernah henti.

10.Teman-teman di Program Magister Ilmu Akuntansi, yang dengan rasa

kekeluargaan dan persahabatan dalam memberi sumbangan pikiran selama perkuliahan.


(10)

Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan kasih karuniaNya, dan apa yang penulis lakukan ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin

Medan, Maret 2012 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Dimita Hemalli Premasari Purba

2. Tempat / Tgl Lahir : P. Siantar, 25 Januari 1971

3. Agama : Kristen Protestan

4. Alamat : JL. Karya Kasih Komp. Bukit Johor

Mas Blok C/4 Medan Johor

5. Pendidikan

a. SD Swasta Perg. Kristen Kalam Kudus Medan Tamat Tahun 1984 b. SLTP Negeri 6 Medan Tamat Tahun 1987

c. SLTA Negeri 4 Medan Tamat Tahun 1990

d. Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Tamat Tahun 1996


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Originalitas ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Landasan Teori ... 10

2.2. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 10

2.3. Teori Sinyal (Signal Theory)... 12

2.4. Laporan Keuangan (Financial Reporting) ... 13

2.4.1. Luas Pengungkapan Laporan Keuangan ... 14

2.4.2. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) ... 16

2.4.3. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) ... 16


(13)

2.6. Ukuran Perusahaan... 22

2.7. Umur Listing ... 24

2.8. Leverage ... 25

2.9. Reputasi Auditor ... 27

2.10. Struktur Kepemilikan Pihak Asing ... 29

2.11. Likuiditas ... 30

2.12. Penelitian Terdahulu ... 32

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 34

3.1. Kerangka Konsep ... 34

3.2. Hipotesis Penelitian... 37

BAB IV METODE PENELITIAN ... 39

4.1. Jenis Penelitian ... 39

4.2. Lokasi Penelitian ... 39

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 40

4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 41

4.5.1. Variabel Dependen ... 41

4.5.2. Variabel Independen ... 41

4.6. Metode Analisis Data ... 44

4.6.1. Fungsi Logistik ... 45

4.6.2. Persamaan Regressi Logistik ... 46

4.6.3. Model Regressi Logistik yang digunakan ... 48

4.7. Pengujian Hipotesis ... 40

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 50

5.1. Hasil Penelitian ... 50


(14)

5.2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 53

5.2.1. Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test) ... 53

5.2.2. Menguji Koefisien regressi ... 54

5.2.3. Pengujian Persamaan Regresi ... 55

5.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

5.3.1. Ukuran Perusahaan ... 56

5.3.2. Umur Listing ... 57

5.3.3. Leverege ... 59

5.3.4. Reputasi Auditor ... 60

5.3.5. Struktur Kepemilikan Pihak Asing ... 60

5.3.6. Likuiditas ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 63

6.1. Kesimpulan ... 63

6.2. Keterbatasan ... 65

6.3. Saran ... 65


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Daftar Peneliti Terdahulu ... 33

4.1 Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2010 ... 40

4.2 Operasional Variabel ... 44

5.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 50

5.2 Uji Kelayakan Model-Hosmer and Lemmeshow Test ... 54

5.3 Ikhtisar Model Regresi Logistik ... 54

5.4 Hasil Pengujian Persaman Regresi Logistik ... 55


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka konsep penelitian ... 34 4.1 Kurva Regressi Logistic ... 48


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Data Sampel Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2010 2 Data Variabel

3 Data Mentah Diolah Menjadi Data Variabel 4 Hasil Uji dengan menggunakan SPSS


(18)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet (internet financial reporting) yang terdiri dari ukuran perusahaan, umur listing, leverage, reputasi auditor, struktur kepemilikan saham asing, dan likuiditas.

Penelitian ini menggunakan desain kausal (causal) yang berguna untuk menganalisis hubungan antar satu variabel dengan variabel lainnya. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan penarikan sampel dengan menggunakan metode sensus. Sampel yang digunakan penelitian ini adalah 124 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data di analisis dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression) dengan tingkat signifikansi 5 % dan 10% untuk memperoleh kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reputasi auditor dan leverage

berpengaruh secara signifikan terhadap penerapan praktek pelaporan keuangan melalui internet (internet financial reporting). Sedangkan ukuran perusahaan, umur

listing, struktur kepemilikan saham asing dan likuiditas tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap penerapan praktek pelaporan keuangan melalui internet

Kata kunci: ukuran perusahaan, umur listing, leverage, reputasi auditor, struktur kepemilikan saham asing, likuiditas, pelaporan keuangan melalui internet (Internet Financial Reporting)


(19)

ABSTRACT

The aims of this study is to analyze determinants of internet financial reporting (IFR) consist of companies size, listing age, leverage, auditor reputation, foreign ownership , and liquidity ratio.

This research used causal design method to analyze the relationship between dependent variable and independent variables. The population of this research is manufacturing companies which enlist in Indonesia Stock Exchange and the sample is taken by sensus method. Sample that used in this research is 124 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange.The data was analyzed by regression

The result of this research indicate that the some determinants of IFR such as auditor reputation and leverage ratio effect IFR practice. However, other factors, such as company size, listing age, foreign ownership and liquidity ratio do not explain the company choice to use the internet as a medium for corporate financial reporting.

logistic with significance level at 5% and 10%.

Keywords: companies size, listing age, leverage, auditor reputation, foreign ownership, liquidity, internet financial reporting


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sekarang ini, perkembangan internet sangatlah pesat. Hal ini dilihat dari banyaknya perusahaan yang melakukan sebagian besar kegiatan operasinya seperti penjualan dengan menggunakan media internet. Perusahaan juga menggunakan media internet sebagai media komunikasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk dalam hal memberikan informasi keuangan yang berkaitan dengan perusahaan. Sehingga banyak perusahaan yang membangun dan mengembangkan website mereka untuk memberikan informasi kepada para pengguna informasi. Tetapi penyebarluasan informasi keuangan melalui internet bukanlah suatu kewajiban melainkan pengungkapan sukarela dan tidak diregulasi oleh badan tertentu pada beberapa negara berkembang, seperti juga di Indonesia.

Penggunaan internet sebagai media informasi memberikan perubahan yang sangat cepat dan maju bagi perusahaan. Sehingga banyak perusahaan telah menggunakan internet walaupun bukan suatu kewajiban sebagai alat komunikasi dalam menyediakan informasi tentang perusahaan, termasuk informasi keuangan. Menurut Jones et al., (2003) internet merupakan alternatif baru dalam pelaporan keuangan yang biasa dikenal dengan Internet Financial Reporting (IFR). Informasi keuangan yang disajikan dalam IFR mencakup laporan keuangan komprehensif,


(21)

termasuk di dalamnya footnotes, bagian laporan keuangan, financial highlights dan ringkasan laporan keuangan (Ettredge et al., 2001; Oyelere etal., 2003).

Selama ini perusahaan dalam memberi informasi laporan keuangan melalui pasar modal yang merupakan wadah investasi, tetapi terdapat kelemahan didalam pelaporan keuangan tersebut. Salah satunya waktu publikasi yang terlambat, lambannya apabila website dibuka karena jumlah yang membuka website tidak terbatas, atau sulitnya mendapatkan informasi yang tepat waktu serta seringnya website dalam perbaikan. Hal yang paling berbahaya lainnya apabila terjadi kelambatan informasi keuangan maka investor akan kesulitan didalam membuat keputusan. Sebagian perusahaan sudah menyadari bahwa pentingnya pelaporan keuangan secara tepat waktu, sehingga sebagian besar perusahaan membuat inisiatif pelaporan keuangan melalui website yang dibangun secara pribadi.

Penggunaan media internet ini menyebabkan pelaporan keuangan menjadi lebih cepat dan mudah, sehingga dapat diakses oleh siapa pun, kapan pun dan dimana pun (Debreceny et al., 2002; Marston dan Polei, 2004). Selain itu, penyebarluasan informasi keuangan melalui internet dapat menarik investor lebih banyak dan memberikan image yang baik bagi perusahaan (Lowengard, 1997; Noack, 1997 dalam Ettredge et al., 2001). Hal-hal inilah yang mendorong perusahaan-perusahaan untuk menerapkan praktek IFR.

Meskipun fenomena IFR berkembang pesat akhir-akhir ini, akan tetapi masih banyak juga perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan praktek IFR. Xiao et al. (2004) mengemukakan bahwa tidak semua perusahaan menyajikan laporan keuangan


(22)

dalam website pribadi mereka. Dengan kata lain, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pilihan perusahaan untuk menerapkan IFR atau tidak. Hasil penelitian tentang IFR masih menghasilkan temuan yang tidak konsisten (lihat misalnya Asbaugh et al.,1999; Ettredge et al., 2001; Larran, 2002; Marston dan Polei, 2004; Oyelere et al. 2003), sehingga perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui konsistensi temuan jika diterapkan pada kondisi lingkungan yang berbeda.

Etttredge et al. (2001) menyatakan bahwa IFR membantu perusahaan dalam menyebarluaskan informasi mengenai keunggulan-keunggulan perusahaan yang merupakan sinyal positif perusahaan untuk menarik investor. Hal ini berarti, IFR merupakan sarana untuk mengkomunikasikan sinyal positif perusahaan kepada publik, terutama investor.

Praktek IFR berkembang pesat dari waktu ke waktu. Jones et al. (2003) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar di Eropa, Amerika dan Australia menggunakan internet sebagai media alternatif untuk pelaporan keuangan perusahaan. Praktek IFR juga berkembang di Austria dan Jerman (Oyelere et al., 2003).

Peneliti Williams dan Ho (1999, dalam Oyelere et al.,2003) membandingkan pelaporan keuangan dalam website perusahaan di Australia, Singapura, Malaysia dan Hongkong. Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa perusahaan di Australia dan Singapura lebih banyak menyampaikan informasi keuangan perusahaan melalui internet daripada melalui annual reports, sedangkan di Malaysia dan Hongkong,


(23)

pelaporan keuangan disajikan dalam bentuk IFR dan paper based reporting secara seimbang. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Xiao et al.

(2004) yang melakukan penelitian terhadap perusahaan di Cina

Peneliti Hussey et al. (1999, dalam Marston dan Polei, 2004) yang melakukan studi time series menyatakan dari 100 perusahaan, terdapat peningkatan jumlah dari 54 menjadi 63 perusahaan yang melakukan IFR antara Agustus 1997 dan Maret 1998. Peneliti lain, Gray dan Debreceny (1997, dalam Marston dan Polei, 2004) menemukan bahwa 68% dari 50 perusahaan yang dijadikan sampel telah melakukan praktek IFR.

Meskipun fenomena IFR berkembang pesat akhir-akhir ini, akan tetapi masih banyak juga perusahaan yang memilih untuk tidak melakukan praktek IFR. Hal ini dapat dikatakan bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pilihan perusahaan untuk menerapkan IFR atau tidak.

Variabel ukuran perusahaan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi praktek IFR karena adanya pernyataan bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi sehingga investor akan membutuhkan informasi keuangan yang lebih banyak untuk membuat keputusan investasi yang lebih efektif, dan terkait dengan political cost, dijelaskan bahwa perusahaan besar lebih mudah diawasi kegiatannya di pasar modal dan di lingkungan sosial pada umumnya, sehingga memberi tekanan pada perusahaan untuk melakukan pelaporan keuangan yang lebih lengkap dan luas melalui IFR (Marston dan Polei, 2004). Hasil penelitian


(24)

Craven (1999, Marston dan Polei,2004) menunjukkan hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan IFR.

Variabel umur listing perusahaan dapat mempengaruhi penerapan IFR karena menurut UU Pasar Modal No.8 tahun 1985 diwajibkan kepada perusahaan yang akan

listing dan yang telah listing untuk melakukan pelaporan keuangan. Peneliti Susanto (1992, dalam Prayogi, 2003) menyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta akan memberikan pelaporan keuangan yang lebih lengkap, karena memiliki pengalaman lebih dalam pelaporan keuangan. Peneliti Marwoto (2000, dalam Prayogi, 2003) berpendapat bahwa umur listing perusahaan berhubungan positif dengan kualitas pelaporan keuangan perusahaan, karena perusahaan yang sudah lama terdaftar dalam bursa memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasi laporan keuangan.

Variabel tingkat leverage perusahaan dapat mempengaruhi penerapan IFR karena Agency Cost menjelaskan dan memprediksi bahwa semakin besar leverage

perusahaan, semakin potensial transfer kemakmuran dari kreditur kepada pemegang saham ( Oyelere et al., 2003). Tetapi leverage yang tinggi menjadikan pihak manajemen menjadi lebih sulit dalam membuat prediksi jalannya perusahaan ke depan karena manajer perusahaan dianggap tidak dapat mengelola perusahaan dengan baik. Terkadang manajer cenderung menyampaikan informasi positif untuk menutupi kekurangan perusahaan (Rizal, 2001), hal ini bertujuan untuk “mengaburkan” perhatian kreditur dan pemegang saham untuk tidak terlalu fokus hanya pada


(25)

mendorong manajer untuk meyakinkan pihak kreditur bahwa perusahaan akan membayar utang obligasinya melalui penyampaian informasi mengenai rencana perusahaan untuk melakukan investasi yang memberikan ekspansi imbal balik yang tinggi pula sehingga menutup utang perusahaan (Zuhrotun, 2006). Seiring

meningkatnya leverage, manajer dapat menggunakan IFR untuk membantu

menyebarluaskan informasi positif perusahaan.

Variabel reputasi auditor dapat mempengaruhi penerapan IFR, karena untuk mempertahankan reputasinya dalam rangka mengurangi konflik kepentingan antara manajemen dan investor, Kantor Akuntan Publik (KAP) ternama mempunyai dorongan yang kuat untuk menjaga independensi mereka dan berusaha melaporkan informasi selengkap mungkin kepada pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. (Rezaee, 2003). Ahmed (1995, dalam Oyelere et al., 2003) menemukan hubungan yang signifikan antara reputasi auditor dengan pengungkapan.

Variabel struktur kepemilikan asing dapat mempengaruhi penerapan IFR, karena perusahaan dengan kepemilikan asing akan cenderung melakukan pengungkapan yang lebih luas, salah satunya dengan menerapkan IFR. Hal ini sejalan dengan penelitian Luciana (2008) yang menunjukkan bahwa kepemilikan mayoritas mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela perusahaan dan penelitian Arum (2008) yang menunjukkan bahwa public ownership mempunyai pengaruh signifikan terhadap pelaporan keuangan.


(26)

Variabel tingkat likuiditas merupakan faktor yang dapat mempengaruhi penerapan IFR karena kekuatan perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan pelaporan keuangan selengkap mungkin (Belkoui, 1979 dalam Prayogi, 2003). Perusahaan dengan finansial yang kuat akan cenderung melaporkan keuangan selengkap dan seluas mungkin daripada perusahaan yang memiliki kondisi finansial lemah. Selain itu, perhatian para regulator dan investor terhadap status going concern perusahaan akan memotivasi perusahaan dengan likuiditas tinggi untuk melakukan IFR agar informasi mengenai tingginya likuiditas perusahaan diketahui banyak pihak (Owusu 1997, Oyelere et al.,2003). Hasil penelitian Oyelere et al. (2003) menunjukkan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap IFR.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah faktor ukuran perusahaan, umur listing, leverage, reputasi auditor, struktur kepemilikan pihak asing, dan likuiditas berpengaruh terhadap pelaporan keuangan melalui internet ?


(27)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, umur listing, leverage, reputasi auditor, struktur kepemilikan pihak asing, dan tingkat likuiditas terhadap pelaporan keuangan melalui internet.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi pihak manajemen perusahaan,

Sebagai pertimbangan manajemen didalam membuat kebijakan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, dengan memahami faktor – faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet.

2. Bagi akademis Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta memahami faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet untuk memperluas wawasan tentang perusahaan.

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Hanny dan Anis (2006) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


(28)

Pelaporan Keuangan melalui Internet (Internet Financial Reporting) dalam Website Perusahaan” Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, likuiditas,

leverage, reputasi auditor, umur listing berpengaruh signifikan terhadap pelaporan keuangan melalui internet. Sedangkan profitabilitas, jenis industri tidak berpengaruh terhadap pelaporan keuangan melalui internet. Penelitian ini menguji kembali apa yang dilakukan oleh Hanny dan Anis.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menghilangkan variabel profitabilitas dan variabel jenis industri. Alasan peneliti menghilangkan variabel tersebut adalah karena variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap pelaporan keuangan melalui internet. Perbedaan lainnya yaitu pada penelitian ini menggunakan tahun pengamatan tahun 2011 dengan memakai laporan keuangan tahun 2010. Sedangkan pada penelitian sebelumnya tahun pengamatan 2005.

Perbedaan lainnya, pada penelitian sebelumnya menggunakan seluruh perusahaan non finansial yang listing di bursa efek, sedangkan pada penelitian ini menggunakan khusus perusahaan manufaktur. Alasan peneliti menggunakan perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur lebih sensitif dalam hal mengenai kondisi perekonomian. Perbedaan terakhir dengan penelitian sebelumnya bahwa pada penelitian ini, peneliti menambah satu variabel bebas yaitu struktur kepemilikan pihak asing yang diambil dari penelitian Luciana (2008) yang juga meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai “faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet (Internet Financial Reporting) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Serta menjabarkan teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.

2.2. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktek bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama. Literatur akuntansi tentang pengungkapan sendiri seringkali mengacu pada konsep keagenan dengan menyediakan dorongan untuk melakukan pengungkapan wajib maupun sukarela terhadap laporan keuangan. Dorongan ini ditunjukkan pada literatur sebagai alat penggerak yang digunakan untuk mengurangi asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Shareholder sebagai


(30)

prinsipal menggunakan informasi akuntansi untuk mengawasi kinerja manajemen yang bertindak sebagai agen. Pada gilirannya, agen ini akan menggunakan pengungkapan akuntansi sebagai kesempatan untuk mengisyaratkan kinerjanya kepada prinsipal (Watts dan Zimmerman, 1986; Healy dan Pelepu, dalam Wolk,et.al.

2000). Sekarang ini internet dapat menyediakan sarana yang ekonomis dan efisien

untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen kepada stakeholder maupun

shareholder. Teori keagenan muncul karena adanya perbedaan kepentingan sehingga masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Jika pihak-pihak tersebut bertindak untuk kepentingannya sendiri, maka hal tersebut akan menimbulkan konflik antara prinsipal dan agen. Menurut Morris (1987, Wolk et.al, 2000), teori keagenan menggambarkan bahwa konflik yang terjadi akan menimbulkan biaya agensi yang pada akhirnya akan ada insentif untuk menguranginya.

Teori keagenan mengasumsikan bahwa prinsipal menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi yang mereka tanamkan, salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi dividen dari tiap saham yang mereka miliki. Sedangkan agen menginginkan kepentingannya diakomodir dengan pemberian kompensasi/bonus/insentif yang memadai dan sebesar-besarnya atas kinerja yang telah mereka lakukan. Prinsipal menilai prestasi agen berdasarkan kemampuannya memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian dividen. Semakin tinggi laba, semakin tinggi harga saham dan semakin besar dividen, maka agen dianggap berhasil dan memiliki kinerja yang baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi.


(31)

Dalam kerangka teori keagenan, terdapat tiga macam hubungan keagenan,

yaitu: 1) hubungan keagenan antara manajer dengan pemilik (Bonus Plan

Hypothesis), 2) hubungan keagenan antara manajer dengan kreditur (Debt/Equity Hypothesis) dan 3) hubungan keagenan antara manajer dengan pemerintah (Political Cost Hypothesis). Hal ini berarti ada kecenderungan bagi manajer untuk melaporkan sesuatu dengan cara-cara tertentu dalam rangka memaksimalkan utilitas mereka dalam hal ini hubungannya dengan pemilik, kreditur maupun pemerintah. Praktek IFR merupakan media untuk menyampaikan informasi sebagaimana yang dikehendaki dalam kontrak keagenan.

Alasan yang mendasari perlunya praktek pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen perusahaan kepada shareholder dijamin dalam hubungan antara prinsipal dan agen. Laporan keuangan merupakan sarana akuntabilitas manajemen kepada pemilik. Sehingga sebagai wujud pertanggungjawaban, agen akan berusaha memenuhi seluruh keinginan prinsipal, dalam hal ini adalah pengungkapan sukarela yang lebih luas.

2.3. Teori Sinyal (Signal Theory)

Teori sinyal mengemukakan tentang bagaiamana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain.


(32)

Dalam kerangka teori sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara manajer perusahaan dan pihak luar, hal ini disebabkan karena manajer perusahaan mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (Wolk et al., 2000). Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi asimetri informasi tersebut. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, berupa informasi keuangan yang positif dan dapat dipercaya yang akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kredibilitas dan kesuksesan perusahaan (Wolk et al., 2000).

2.4. Laporan Keuangan (Financial Reporting)

Laporan keuangan menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan dan kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu. Unsur-unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan kinerja adalah penghasilan dan beban yang termuat dalam laporan laba-rugi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Selain sebagai informasi, laporan keuangan juga dapat digunakan sebagai sarana pertanggungjawaban perusahaan terhadap pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan perusahaan. Laporan


(33)

keuangan juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya (Hanafi, 2005).

Laporan keuangan tersebut harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan peraturan Bapepam. Selanjutnya laporan keuangan tersebut harus diaudit oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam. Laporan tahunan tersebut terdiri atas:

1. Laporan Laba Rugi

2. Laporan Perubahan Modal 3. Neraca

4. Laporan Arus Kas

5. Catatan atas Laporan Keuangan

2.4.1. Luas Pengungkapan Laporan Keuangan

Pengungkapan saat ini sudah banyak dilakukan untuk tujuan melindungi (proactive), memberikan informasi (informative), atau untuk melayani kebutuhan khusus(differential). Tujuan proactive dilakukan untuk melindungi para pemakai laporan keuangan, baik publik maupun masyarakat umum yang masih awam. Tujuan

informative adalah menyediakan informasi yang dapat membantu keefisienan dalam pengambilan keputusan bagi pemakai laporan keuangan. Sedangkan tujuan

differential merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif, artinya pengungkapan informasi harus dibatasi pada apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakainya. Namun secara umum tujuan suatu pengungkapan adalah memberikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan


(34)

keuangan dan melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda (Suwardjono, 2005).

Kualitas pengungkapan ditunjukkan dengan tingkat keluasan pengungkapan sebagai salah satu indikator. Semakin luas tingkat pengungkapan maka semakin valid informasi yang diberikan. Tingginya kualitas informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan pengungkapan. Yularto dan Chariri (2003) mengidentifikasi konsep mengenai pengungkapan sehubungan dengan kualitas laporan keuangan menjadi tiga, yaitu:

1. Adequate disclosure (cukup)

Tingkat pengungkapan yang memadai adalah pengungkapan yang harus dipenuhi agar laporan keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan bagi pemakai dalam mengambil keputusan .

2. Fair disclosure (wajar)

Tingkat pengungkapan yang wajar adalah tingkat yang harus dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan informasi yang sama.

3. Full disclosure (lengkap)

Tingkat pengungkapan yang penuh menuntut penyajian secara penuh terhadap semua informasi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan.

Dari ketiga konsep tersebut hanya konsep adequate disclosure dan fair disclosure yang sering digunakan. Sedangkan konsep full disclosure jarang digunakan karena adanya pertimbangan-pertimbangan khusus dari manajemen antara lain:


(35)

1) Menimbulkan informasi yang berlebihan.

2) Memicu sering munculnya interpretasi yang salah dari pembaca.

3) Tersebarnya informasi penting sehingga bisa melemahkan strategi bersaing perusahaan.

2.4.2. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)

Pengungkapan wajib adalah pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan mengenai informasi-informasi penting yang menyangkut aktivitas dan kondisi perusahaan secara riil yang bersifat wajib dan diatur dalam peraturan hukum (Suwardjono, 2005). Peraturan yang mengatur hal tersebut dikeluarkan oleh pemerintah melalui Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-38/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996, yang menyatakan bahwa perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik berkewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan. Seiring dengan perkembangan dalam dunia bisnis, peraturan tersebut disempurnakan dalam Keputusan Ketua Bapepem-LK No. Kep-134/BL/2006.

2.4.3. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan diluar apa yang telah diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas (Suwardjono, 2005) . Sehingga tidak semua perusahaan melakukan praktek pengungkapan yang sama, namun sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut. Meek et. al. (1995) dalam Fitriani (2001) menegaskan bahwa pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan dalam


(36)

memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pembuatan keputusan oleh pemakai laporan tahunannya.

Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham, khususnya apabila informasi tersebut merupakan berita gembira (good news). Manajemen juga akan menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitas dan kemajuan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan (Suwardjono, 2005).

Terdapat lima manfaat pengungkapan sukarela yaitu: 1) memperbaiki reputasi perusahaan,

2) menyajikan informasi yang dapat menghasilkan keputusan investasi yang lebih baik bagi investor,

3) memperbaiki akuntabilitas,

4) memperbaiki prediksi risiko yang dilakukan oleh investor, dan 5) menyajikan kewajaran harga saham yang lebih baik.

Sedangkan biaya dari pengungkapan sukarela meliputi: 1) biaya competitive disadvantage, dan


(37)

2.5. Internet Financial Reporting (IFR)

Praktek IFR tidak dapat dipisahkan dari teori keagenan (agency theory) dan teori sinyal (signal theory). Dalam kerangka teori keagenan, terdapat tiga macam hubungan keagenan, yaitu:

1) hubungan keagenan antara manajer dengan pemilik (Bonus Plan Hypothesis), 2) hubungan keagenan antara manajer dengan kreditur (Debt/Equity Hypothesis) dan

3) hubungan keagenan antara manajer dengan pemerintah (Political Cost

Hypothesis).

Hal ini berarti ada kecenderungan bagi manajer untuk melaporkan sesuatu dengan cara-cara tertentu dalam rangka memaksimalkan utilitas mereka dalam hal hubungannya dengan pemilik, kreditur maupun pemerintah. Praktek IFR merupakan media untuk menyampaikan informasi sebagaimana yang dikehendaki dalam kontrak keagenan.

Dalam kerangka teori sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara manajer perusahaan dan pihak luar karena manajer perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (Wolk et al., 2000). Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang positif dan dapat dipercaya yang akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kredibilitasnya


(38)

dan kesuksesan perusahaan (Wolk et al., 2000). Ettredge et al. (2001) menyatakan bahwa IFR membantu perusahaan dalam menyebarluaskan informasi mengenai keunggulan-keunggulan perusahaan yang merupakan sinyal positif perusahaan untuk menarik investor. Hal ini berarti, IFR merupakan sarana untuk mengkomunikasikan sinyal positif perusahaan kepada publik, terutama investor. Praktik IFR berkembang pesat dari waktu ke waktu. Deller et al. (1999, dalam Jones et al., 2003) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar di Eropa, Amerika dan Australia menggunakan internet sebagai media alternatif untuk pelaporan keuangan perusahaan. Praktek IFR juga berkembang di Austria dan Jerman (Pirchegger dan Wagenhofer,1999 dalam Oyelere et al., 2003).

Internet Financial Reporting adalah suatu cara yang dilakukan perusahaan untuk mencantumkan laporan keuangannya melalui internet, yaitu melalui website yang dimiliki perusahaan. Literatur akuntansi yang ada menyatakan bahwa IFR dikenal sebagai pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), bukan karena isi pengungkapannya tetapi karena alat yang digunakan. Venter (2002) dalam Luciana (2008) terdapat tiga cara penyajian laporan keuangan melalui website, yaitu :

1. Membuat duplikat laporan keuangan yang sudah dicetak ke dalam format

electronic paper.

2. Mengkonversi laporan keuangan ke dalam format HTML (Hypertext Markup


(39)

3. Meningkatkan pencantuman laporan keuangan melalui website sehingga lebih mudah diakses oleh pihak yang berkepentingan daripada laporan keuangan dalam format cetak.

Menurut Luciana (2008), Internet Financial Reporting memiliki beberapa keuntungan antara lain :

1. Menawarkan solusi biaya rendah (bagi kedua belah pihak). Bagi investor, memberikan kemudahan dalam mengakses informasi perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan, dapat mengurangi biaya untuk mencetak serta mengirim informasi perusahaan kepada investor Menawarkan ketepatan waktu dalam penyebaran serta akses informasi sehingga informasi lebih relevan karena tepat waktu.

2. Sebagai media komunikasi massa untuk laporan perusahaan. Informasi dapat diakses oleh pengguna yang lebih luas daripada media komunikasi yang lama. Tidak ada batasan wilayah sehingga dapat mengembangkan jumlah investor potensial.

3. Menawarkan informasi keuangan dalam berbagai format yang memudahkan dan bisa didownload (Hanifa dan Rashid; 2005 dalam Luciana, 2008). Adobe Acrobat format dalam portable document format (PDF) biasanya merupakan format yang paling umum digunakan. Selain itu format yang digunakan adalah HTML, Excel, XBRL.

4. Memungkinkan pemakai berinteraksi dengan perusahaan untuk bertanya atau memesan informasi tertentu dengan cara yang jauh lebih mudah dan murah dibanding mengirim surat atau telepon ke perusahaan.


(40)

Selain memberikan beberapa keuntungan, pengungkapan informasi keuangan melalui website perusahaan juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

1. Belum adanya standar khusus yang mengatur pengungkapan informasi keuangan dalam website perusahaan (Seetharman, 2005;Silva dan Christensen, 2004 dalam Hanny, Anis, 2006).

2. Biaya untuk membangun serta merawat website terkadang melebihi manfaat yang didapat (Asbaugh et al., 1999).

3. Sehubungan dengan market competition, dengan diungkapkannya informasi

secara luas, perusahaan akan berpotensi kehilangan keunggulan kompetitifnya (Asbaugh et al.,. 1999).

Williams dan Ho (1999, dalam Oyelere et al., 2003) membandingkan

pelaporan keuangan dalam website perusahaan di Australia, Singapura, Malaysia dan Hongkong. Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Australia dan Singapura lebih banyak menyampaikan informasi keuangan perusahaan melalui internet daripada melalui annual reports, sedangkan di Malaysia dan

Hongkong, pelaporan keuangan disajikan dalam bentuk IFR dan paper based

reporting secara seimbang. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Xiao et al. (2004) yang melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan di Cina. Hussey et al. (1999, dalam Marston dan Polei, 2004) yang melakukan studi time series menyatakan dari 100 perusahaan, terdapat peningkatan jumlah dari 54 menjadi 63 perusahaan yang melakukan IFR antara Agustus 1997 dan Maret 1998. Peneliti lain Gray dan Debreceny (1997, dalam Marston dan Polei, 2004)


(41)

menemukan bahwa 68% dari 50 perusahaan yang dijadikan sampel telah melakukan praktek IFR. Meskipun fenomena IFR berkembang pesat akhir-akhir ini, akan tetapi masih banyak juga perusahaan-perusahaan yang memilih untuk tidak melakukan praktek IFR. Hal ini dapat dikatakan bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pilihan perusahaaan untuk menerapkan IFR atau tidak. Pengaruh faktor tersebut terhadap praktek IFR dapat dilihat pada bagian berikut.

2.6. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah faktor penentu penting dalam pengungkapan perusahaan. Hasil dari penelitian terdahulu menunjukkan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dan tingkat pengungkapan (Meek, Roberts dan Gray, 1995). Terdapat beberapa argumentasi yang mendasar hubungan ukuran perusahaan dengan tingkat pengungkapan. Pertama, perusahaan besar yang memiliki sistem informasi pelaporan yang lebih baik cenderung memiliki sumberdaya untuk menghasilkan lebih banyak informasi dan biaya untuk menghasilkan informasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki keterbatasan dalam sistem informasi pelaporan. Kedua, perusahaan besar memiliki insentif untuk menyajikan pengungkapan sukarela, karena perusahaan besar dihadapkan pada biaya dan tekanan politik yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil. Ketiga, perusahaan kecil cenderung untuk menyembunyikan informasi penting dikarenakan competitive disadvantage. Wallace, Naser dan Mora (1994, Yunianti,Lina, 2005)


(42)

memberikan bukti bahwa tingkat pengungkapan berhubungan positif dengan ukuran perusahaan.

Perusahaan yang besar memiliki shareholder dalam jumlah banyak dan tersebar luas sehingga dapat meningkatkan agency cost (Hossain et al., 1995 dalam Oyelere et al., 2003). Watts dan Zimmermann (1978, dalam Marston dan Polei, 2004) menyatakan bahwa terkait dengan teori agensi, perusahaan besar memiliki agency cost yang besar karena perusahaan besar harus menyampaikan pelaporan keuangan yang lengkap kepada shareholders sebagai wujud pertanggungjawaban manajemen.

Agency cost tersebut berupa biaya penyebarluasan laporan keuangan, termasuk biaya cetak dan biaya pengiriman laporan keuangan kepada pihak-pihak yang dituju oleh perusahaan (Oyelere et al., 2003). Praktek IFR dalam penyebarluasan laporan keuangan merupakan usaha untuk mengurangi besarnya agency cost. Marston dan Polei (2004) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi sehingga investor akan membutuhkan informasi keuangan perusahaan yang lebih banyak untuk membuat keputusan investasi yang lebih efektif. Lebih lanjut, terkait dengan political cost, Marston Polei (2004) menjelaskan bahwa perusahaan besar lebih mudah diawasi kegiatannya di pasar modal dan di lingkungan sosial pada umumnya, sehingga memberi tekanan pada perusahaan untuk melakukan pelaporan keuangan yang lebih lengkap dan luas melalui IFR. Hasil penelitian Creven Marston (1999), sebagaimana dikutip Marston, Polei (2004) menunjukkan hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan IFR.


(43)

2.7. Umur Listing

Menurut UU Pasar Modal No 8 tahun 1995 (Sunariyah, 2004) menjelaskan bahwa perusahaan yang akan listing dan yang telah listing memiliki kewajiban untuk melakukan pelaporan keuangan. Susanto (1992, dalam Prayogi, 2003) menyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar di BEJ akan memberikan pelaporan keuangan yang lebih lengkap dibanding dengan perusahaan lain. Alasannya, perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai pengalaman lebih dalam pelaporan keuangan tahunan. Pernyataan tersebut dipertegas oleh Marwoto (2000, dalam Prayogi, 2003) yang berpendapat bahwa umur listing perusahaan berhubungan positif dengan kualitas pelaporan keuangan perusahaan karena perusahaan yang sudah lama terdaftar dalam bursa memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasikan laporan keuangan.

Perusahaan yang lebih lama listing menyediakan publisitas informasi yang lebih banyak dibanding perusahaan yang baru saja listing sebagai bagian dari praktik akuntabilitas yang ditetapkan oleh BAPEPAM. Perusahaan yang lebih berpengalaman mempunyai kecenderungan untuk mengubah metode pelaporan informasi keuangannya sesuai dengan perkembangan teknologi untuk menarik investor melalui penggunaan IFR. Sedangkan perusahaan yang baru melakukan go

publik mungkin saja memiliki website, tetapi belum tentu melakukan praktek IFR. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) cenderung akan melakukan pelaporan keuangannya secara lebih transparan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tidak atau belum terdaftar di BEI. Hal tesebut disebabkan


(44)

perusahaan yang sudah lama listing di BEI memiliki lebih banyak pengalaman dalam mempublikasikan laporan keuangannya. Perusahaan yang lebih berpengalaman tersebut akan melakukan pelaporan keuangan sesuai dengan perkembangan jaman. Tidak hanya secara paper-based reporting system tetapi sudah secara paper-less reporting system.

2.8. Leverage

Agency Theory menjelaskan dan memprediksi bahwa semakin besar leverage

perusahaan, semakin potensial transfer kemakmuran dari kreditur kepada pemegang saham (Jansen dan Meckling, 1976 dalam Oyelere et al., 2003). Akan tetapi leverage

yang tinggi menjadikan pihak manajemen perusahaan menjadi lebih sulit dalam membuat prediksi jalannya perusahaan ke depan (Firth dan Smith, 1992 dalam Ghozali dan Mansur, 2002). Hal ini tentu saja mengancam posisi manajer perusahaan karena mereka dianggap tidak dapat mengelola perusahaan dengan baik. Jansen dan Meckling (1976, dalam Rizal, 2001) menyatakan bahwa terkadang manajer cenderung menyampaikan informasi-informasi positif untuk menutupi kekurangan perusahaan. Hal ini berarti manajer dapat menyampaikan informasi-informasi positif perusahaan yang lebih lengkap untuk “mengaburkan” perhatian kreditur dan pemegang saham untuk tidak terlalu fokus hanya pada leverage perusahaan yang tinggi. Sebagai contoh, Jansen dan Meckling (1976, dalam Zuhrotun, 2006) menyatakan adanya penerbitan surat utang mendorong manajer untuk meyakinkan pihak kreditur bahwa perusahaan akan membayar utang obligasinya melalui


(45)

penyampaian informasi mengenai rencana perusahaan untuk melakukan investasi yang memberikan ekspansi imbal balik yang tinggi pula sehingga dapat menutup utang perusahaan.

Seiring dengan meningkatnya leverage, manajer dapat menggunakan IFR untuk membantu menyebarluaskan informasi-informasi positif perusahaan dalam rangka “mengaburkan” perhatian kreditur dan pemegang saham untuk tidak terlalu fokus hanya pada leverage perusahaan yang tinggi. Hal ini disebabkan pelaporan keuangan melalui internet dapat memuat informasi perusahaan yang lebih banyak dibandingkan melalui paperbased reporting. Teori keagenan dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tingkat leverage perusahaan dengan pengungkapan sukarela. Berdasarkan teori ini, semakin tinggi tingkat leverage, perusahaan memiliki insentif untuk meningkatkan pengungkapan sukarela kepada stakeholder baik berupa media pengungkapan tradisional maupun media lain yaitu pengungkapan informasi perusahaan melalui website perusahaan (Jensen and Meckling, 1976, dalam Zuhrotun, 2006). Terdapat hasil penelitian yang beragam yang menjelaskan hubungan antara tingkat leverage perusahaan dengan tingkat pengungkapan sukarela. Ismail (2002, dalam Zuhrotun, 2006) memberikan bukti adanya hubungan positif antara internet financial reporting dan tingkat leverage perusahaan dalam struktur modal perusahaan, sementara penelitian yang dilakukan oleh Oyelere (2003) tidak mendukung adanya asosiasi antara tingkat leverage dan pengungkapan sukarela. Meek et al (1995) memberikan bukti adanya asosiasi negatif antara leverage dan pengungkapan sukarela pada perusahaan di Amerika Serikat, Inggris dan Eropa.


(46)

Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjangnya. Dalam Teori Keagenan dijelaskan bahwa semakin tinggi leverage

perusahaan, semakin baik transfer kemakmuran dari kreditur kepada pemegang saham perusahaan. Perusahaan yang memiliki proporsi utang lebih besar dalam struktur permodalannya akan mempunyai biaya agensi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki leverage tinggi mempunyai kewajiban yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang (Chow, 1987). Perusahaan dengan jumlah hutang yang tinggi akan menanggung biaya agensi yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya transfer kekayaan dari debtholder kepada stockholder. Di sisi lain dengan proporsi leverage yang lebih tinggi, maka kebutuhan informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya oleh kreditur akan lebih tinggi. Salah satu cara untuk mengurangi biaya agensi serta konflik kepentingan yang muncul yaitu dengan melakukan pengungkapan informasi yang lebih banyak, yaitu dengan menyajikan pengungkapan informasi keuangan melalui website perusahaan.

2.9. Reputasi Auditor

Auditing membantu mengurangi konflik kepentingan antara manajemen dan investor (Malone et al., 1993 dalam Oyelere et al., 2003). Untuk mempertahankan reputasinya dalam rangka mengurangi konflik kepentingan tersebut, Kantor Akuntan Publik (KAP) ternama mempunyai dorongan yang kuat untuk menjaga independensi mereka dan berusaha melaporkan informasi selengkap mungkin kepada pemegang


(47)

saham dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya (Rezaee, 2003). Ahmed (1996, dalam Oyelere et al., 2003) menemukan hubungan yang signifikan antara reputasi auditor dengan pengungkapan. Rezaee (2003) menyatakan bahwa KAP bereputasi

tinggi (Big Four) memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mendeteksi

kecurangan pelaporan keuangan karena Big Four memiliki: kemampuan yang lebih besar untuk bertahan dari tekanan klien, lebih peduli pada reputasi mereka, memiliki sumber daya yang lebih besar berkaitan dengan kompetensi personelnya dan teknologi maju yang dimiliki serta memiliki strategi dan proses audit yang lebih baik.

Ali dan Hartono (2003) menyatakan bahwa kualitas aktual audit tidak dapat diobservasi, sehingga auditor berusaha untuk mengkomunikasikan kualitas mereka melalui signal seperti reputasi atau brand names. Untuk itu terkait dengan teori sinyal, Healy dan Palepu (2001, dalam Xiao et al., 2004) menyatakan bahwa penggunaan KAP yang bereputasi merupakan sinyal positif perusahaan karena perusahaan akan diinterpretasikan oleh publik bahwa perusahaan memiliki informasi yang tidak menyesatkan dan telah melaporkan informasi setransparan mungkin. Tentu saja hal tersebut akan menaikkan citra perusahaan dan mendorong perusahaan untuk menyebarluaskan laporan keuangan melalui IFR dalam rangka menggalang kepercayaan investor karena laporan keuangan perusahaan dapat dipercaya.

Perusahaan akan cenderung menggunakan KAP yang memiliki reputasi yang baik yaitu KAP yang masuk dalam Big Four yaitu Ernst&Young, Deloite Touche Tohmatsu, KPMG, serta Price Waterhouse Copper. KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four tersebut dianggap memiliki kemampuan yang lebih baik untuk


(48)

bertahan dari tekanan klien, lebih peduli pada reputasi mereka, memiliki sumberdaya yang lebih besar berkaitan dengan kompensasi individu dan teknologi maju yang dimiliki serta memiliki strategi dan proses audit yang lebih baik (Hanny, Anis, 2006).

Berdasarkan Fact Book tahun 2005 diketahui KAP di Indonesia yang berafiliasi dengan KAP Big Four adalah :

1. Purwanto, Sarwoko dan Sanjaya (berafiliasi dengan Ernst & Young)

2. Osman, Ramli dan Satrio (berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu)

3. Sidharta, Sidharta dan Wijaya (berafiliasi dengan KPMG)

4. Haryanto, Sahari dan Rekan (berafiliasi dengan Price Waterhouse Copper)

2.10. Struktur Kepemilikan Pihak Asing

Teori keagenan menyatakan bahwa semakin menyebar kepemilikan saham perusahaan, perusahaan diekspektasikan akan mengungkapkan informasi lebih banyak yang bertujuan untuk mengurangi biaya keagenan. Konflik keagenan semakin besar bagi perusahaan yang memiliki penyebaran kepemilikan saham perusahaan. Beberapa penelitian oleh Chau dan Gray, 2002; Eng dan Mak, 2003; dan Ghazali dan Weetman, 2006, (Luciana,2008) menunjukkan bahwa struktur kepemilikan mempengaruhi pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Chau dan Gray (2002 Luciana, 2008), menguji perusahaan-perusahaan di Hongkong dan Singapura, menunjukkan hubungan yang signifikan antara proporsi kepemilikan pihak luar (outside ownership) dengan tingkat pengungkapan sukarela.


(49)

Foreign Ownership atau proporsi kepemilikan saham oleh pihak asing adalah jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak asing. Perusahaan dengan kepemilikan asing akan cenderung melakukan pengungkapan yang lebih luas dibandingkan dengan perusahaan dengan kepemilikan domestik dengan alasan :

1. Perusahaan dengan kepemilikan asing cenderung memiliki teknologi yang

cukup, sehingga mendukung terciptanya sistem informasi manajemen yang lebih efisien, sehingga lebih mudah memberi akses dalam sistem pengendalian intern dan kebutuhan informasi bagi perusahaan induknya,

2. Perusahaan dengan kepemilikan asing cenderung memberikan pelatihan yang cukup bagi tenaganya mengenai pekerjaan yang diberikan, kemungkinan juga terdapat permintaan informasi yang lebih besar kepada perusahaan dengan kepemilikan asing dari pelanggan, pemasok dan analisa masyarakat (Luciana, 2008).

2.11. Likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Kekuatan perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan pelaporan keuangan perusahaan selengkap dan seluas mungkin. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi akan cenderung termotivasi untuk menginformasikan laporan keuangannya selengkap dan seluas mungkin dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat likuiditas yang rendah. Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melunasi


(50)

kewajiban jangka pendek. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka pendeknya maka semakin likuid perusahaan tersebut. Dimana tingkat likuiditas perusahaan akan mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak akan menanamkan modalnya pada perusahaan yang kurang likuid karena mereka akan beranggapan bahwa perusahaan yang kurang likuid memiliki kecenderungan akan mengalami suatu kebangkrutan.

Belkoui (1979, dalam Prayogi, 2003) berkeyakinan bahwa kekuatan perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan pelaporan keuangan selengkap mungkin. Hal ini didasarkan pada harapan bahwa perusahaan dengan finansial yang kuat akan cenderung melaporkan keuangan selengkap dan seluas mungkin daripada perusahaan yang memiliki kondisi finansial yang lemah. Selain itu, perhatian para regulator dan investor terhadap status going concern

perusahaan akan memotivasi perusahaan dengan likuiditas tinggi untuk melakukan IFR agar informasi mengenai tingginya likuiditas perusahaan diketahui banyak pihak (Owusu Ansah, 1997 dalam Oyelere et al., 2003). Hasil penelitian Oyelere et al. (2003) menunjukkan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap IFR. Lebih lanjut Oyelere et al. (2003) menjelaskan, penggunaan internet untuk menyediakan informasi keuangan merupakan ekspresi management’s confidence terhadap prospek masa depan. Dengan demikian tingkat likuiditas perusahaan memiliki pengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam menerapkan praktik IFR.


(51)

2.12. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pelaporan keuangan melalui internet di Indonesia masih jarang dilakukan. Tetapi penelitian ini sudah banyak dilakukan diluar negeri. Luciana (2008) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela “Internet Financial and Sustainability Reporting”. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kepemilikan mayoritas mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela perusahaan. sedangkan leverage perusahaan tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela tersebut.

Disamping itu penelitian yang dilakukan Arum (2008) yang meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet (Internet Financial Reporting) dalam website perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas dan public ownership mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pelaporan keuangan melalui perusahaan. sedangkan ukuran perusahaan, likuiditas, jenis industri, leverage, reputasi auditor, umur listing, serta

foreign ownership tidak berpengaruh terhadap pelaporan keuangan internet.

Penelitian lainnya yang meneliti tentang pelaporan keuangan melalui internet diteliti juga oleh Hanny dan Anis (2006). Judul penelitiannya adalah Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan melalui Internet (Internet Financial Reporting) dalam Website Perusahaan . Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, reputasi auditor, dan umur listing berpengaruh terhadap pelaporan keuangan melalui internet, sedangkan profitabilitas dan jenis industri tidak berpengaruh terhadap pelaporan keuangan.


(52)

Penelitian ukuran perusahaan dan jenis industri yang diteliti oleh Craven and Marston (1999) juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pelaporan keuangan melalui internet. Sedangkan jenis industri tidak berpengaruh. Berikut daftar peneliti sebelumnya yang dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Daftar Peneliti Terdahulu

No Nama Judul Penelitian Variabel yang digunakan dan

Hasilnya

1 Luciana (2008) Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Pengungkapan

Sukarela “Internet

Financial And Sustainability

Reporting

ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kepemilikan mayoritas mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela

perusahaan. sedangkan leverage

perusahaan tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela tersebut.

2 Arum (2008) Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi

Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial

Reporting) Dalam

Website Perusahaan

profitabilitas dan public ownership

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pelaporan keuangan melalui internet. sedangkan ukuran perusahaan, likuiditas, jenis industri, leverage, reputasi auditor, umur listing, serta

foreign ownership tidak berpengaruh terhadap pelaporan keuangan melalui internet.

3 Hanny dan Anis

(2006)

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial

Reporting) dalam

Website Perusahaan

ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, reputasi auditor, dan umur listing berpengaruh terhadap pelaporan keuangan melalui internet, sedangkan profitabilitas dan jenis industri tidak berpengaruh terhadap pelaporan keuangan.

4 Craven and

Marston (1999)

Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Jenis

Industri Terhadap

Pelaporan Keuangan Melalui Internet

ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pelaporan keuangan melalui internet. Sedangkan jenis industri tidak berpengaruh.


(53)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam model konseptual yaitu:

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Sesuai dengan gambar kerangka konsep penelitian diatas, dapat dijelaskan bahwa suatu perusahaan yang besar akan lebih banyak memberikan informasi keuangan kepada publik dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Perusahaan yang besar salah satu indikatornya adalah pada jumlah aset yang dimilikinya. Semakin banyak aset yang dimiliki perusahaan maka semakin besar pula suatu

Ukuran Perusahaan

Umur Listing

Pelaporan Keuangan melaluiinternet Leverage

Reputasi Auditor

Struktur Kepemilikan Pihak Asing


(54)

perusahaan tersebut. Perusahaan yang besar akan mudah memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada investor maupun calon investor untuk menanamkan modalnya didalam perusahaan. Jika hanya mengandalkan publikasi laporan keuangan melalui pasar modal maka informasi tersebut akan lamban sampai kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehingga banyak perusahaan yang besar sekarang ini mempublikasikan informasi keuangannya melalui website pribadi. Sehingga semakin

besar perusahaan tersebut semakin besar keinginan perusahaan untuk

mempublikasikan informasi keuangannya melalui internet untuk menarik perhatian investor ataupun calon investor menanamkan modalnya kedalam perusahaan.

Perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan melakukan pelaporan keuangan yang lebih lengkap dibandingkan dengan perusahaan yang belum listing di BEI. Selain itu perusahaan yang telah lama listing di BEI akan cenderung mengubah metode pelaporan informasi keuangan sesuai dengan perkembangan teknologi untuk menarik investor salah satunya melalui IFR. Dengan demikian umur listing perusahaan memiliki pengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam menerapkan praktek IFR. Semakin lama perusahaan tersebut listing di bursa efek maka semakin besar pengungkapan informasi keuangannya melalui website pribadi perusahaan.

Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan cenderung lebih banyak mengungkapkan informasi keuangannya untuk lebih memberikan keyakinan kepada kreditor bahwa perusahaan mampu membayar hutang. Sehingga


(55)

perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi akan menggunakan IFR untuk membantu menyebarluaskan informasi-informasi positif perusahaan dalam rangka mengaburkan perhatian kreditur dan pemegang saham untuk tidak terlalu fokus hanya pada leverage perusahaan yang tinggi. Dengan demikian, diharapkan

perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi akan semakin sering

memberikan informasi yang lebih luas tentang keuangan melalui IFR.

Penggunaan auditor yang mempunyai reputasi baik akan mempengaruhi kualitas informasi keuangan. Semakin baik reputasi auditor tersebut akan lebih memberikan kepercayaan kepada publik. Perusahaan yang menggunakan KAP yang bereputasi (Big Four) akan cenderung melaporkan informasi perusahaan setransparan mungkin guna menarik minat para kreditur dan investor. Hal tersebut akan menaikkan citra perusahaan di kalangan publik. Dengan demikian reputasi auditor memiliki pengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam menerapkan praktik IFR. Semakin perusahaan sering menggunakan auditor yang mempunyai reputasi baik maka semakin sering perusahaan mengungkapkan informasi keuangan di internet untuk menarik investor maupun calon investor.

Struktur kepemilikan pihak asing merupakan persentase saham yang dimiliki oleh pihak asing terhadap jumlah semua saham perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan asing akan cenderung melakukan pengungkapan yang lebih luas, salah satunya dengan menerapkan IFR. Hal ini dikarenakan pengguna laporan keuangan bukan hanya ada di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Dengan penerapan IFR, pengguna laporan keuangan perusahaan yang ada di luar negeri bisa mengakses


(56)

laporan keuangan tersebut dengan cepat. Dengan demikian foreign ownership

memiliki pengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam menerapkan praktek IFR. Semakin banyak struktur kepemilikan dari pihak asing maka semakin sering juga perusahaan akan menginformasikan tentang keuangan perusahaan di website ataupun internet yang tujuannya adalah untuk lebih menarik kepercayaan investor maupun calon investor untuk berinvestasi di perusahaan.

Mengetahui tingkat likuiditas suatu perusahaan merupakan salah satu faktor terpenting. Tingkat likuiditas merupakan kemampuan perusahaan didalam melunasi hutang jangka pendeknya. Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas tinggi akan lebih sering mengungkapkan informasi keuangan yang lebih luas dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang rendah. Hal ini dikarenakan perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi akan lebih mempunyai citra yang baik kepada publik karena mampu membayar hutang jangka pendeknya secara tepat waktu. Oleh sebab itu, diharapkan perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas tinggi akan lebih menginformasikan keuangannya khususnya laporan keuangan melalui internet.

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: faktor


(57)

ukuran perusahaan, umur listing, leverage¸reputasi auditor, struktur kepemilikan pihak asing, dan likuiditas berpengaruh terhadap pelaporan keuangan melalui internet (IFR).


(58)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kausal (causal) yang berguna untuk menganalisis hubungan antar satu variabel dengan variabel lainnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini merupakan dokumentasi data sekunder yang diperlukan berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, umur listing, leverage, reputasi auditor, struktur kepemilikan pihak asing, dan likuiditas, terhadap pelaporan keuangan melalui internet. Penelitian ini merupakan studi empiris dan menggunakan data selama satu tahun terakhir (2010). Alasan menggunakan satu tahun karena penelitian ini berhubungan dengan kebijakan perusahaan untuk membuat pelaporan keuangan melalui internet sehingga peneliti menggunakan waktu satu tahun.

4.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah pada Bursa Efek Indonesia, yaitu meneliti terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini direncanakan dilakukan selama 4 (empat) bulan yaitu Oktober 2011 – Pebruari 2012.


(59)

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan–perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ada 129 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010. Dengan indikator kriteria bahwa perusahaan mempublikasikan datanya berupa laporan keuangan perusahaan pada tahun 2010, maka populasi yang memenuhi syarat ada 124 perusahaan. Dari populasi tersebut dengan menggunakan metode sensus maka sampel ada sebanyak 124 perusahaan.

Tabel 4.1 Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2010

Kriteria Sampel Jumlah

Perusahaan

Perusahaan manufaktur yang listing tahun 2010

dan mempublikasikan laporan keuangan 124

Jumlah sampel 124

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2011

Adapun perusahaan yang telah terpilih menjadi sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1. Data Sampel Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2010.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur. Data diperoleh dari Bursa efek Indonesia

(BEI) yang didownload dari website


(60)

Sumber data tersebut diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 untuk laporan keuangan masing-masing perusahaan sampel.

4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 4.5.1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah pelaporan keuangan melalui internet (IFR). Pelaporan keuangan melalui internet diproksikan sebagai perusahaan yang mau mempublikasikan informasi keuangan melalui internet yaitu website pribadi perusahaan selain melalui pasar modal. Pelaporan keuangan melalui internet diukur dengan menggunakan nominal (kategori). Kode 1 untuk perusahaan IFR (IFRC) dan kode 0 untuk perusahaan non-IFR (Non non-IFRC).

4.5.2. Variabel Independen 4.5.2.1. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara antara lain dengan total aset (Fitriani,2001). Pengukuran atas variabel ukuran perusahaan dilakukan berdasarkan natural logaritma dari total aset perusahaan. Implikasinya bahwa perusahaan yang besar dilihat dari aset yang dimiliki oleh perusahaan.


(61)

Apabila aset perusahaan besar akan berdampak pada pengungkapan yang lebih luas dari informasi keuangan (Luciana, 2007).

Ukuran perusahaan = ln(total aset)

4.5.2.2. Umur Listing

Umur listing menunjukkan lamanya perusahaan sudah masuk atau terdaftar pada pasar modal. Umur listing perusahaan dalam penelitian ini diukur sesuai dengan jumlah umur perusahaan sejak penawaran saham perdana (First Issue) (Yularto dan Chariri, 2003).

Umur listing = tahun 2010 – tahun IPO (First Issue) 4.5.2.3. Leverage

Leverage perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan didalam melunasi hutang jangka panjang perusahaan (Oyelere et al., 2003). Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan maka semakin tinggi perusahaan mengungkapkan informasi keuangannya sebagai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang. Dalam penelitian ini, leverage perusahaan akan diukur dengan rasio utang jangka panjang dengan ekuitas (Helfert, 1997)

Leverage =

Total ekuitas Utang jangka panjang

4.5.2.4. Reputasi Auditor

Kualitas aktual audit tidak dapat diobservasi, sehingga auditor berusaha untuk mengkomunikasikan kualitas mereka melalui signal seperti reputasi atau brandnames (Ali dan Hartono, 2003). Rezaee (2003) menjelaskan bahwa KAP Big Four memiliki


(62)

reputasi yang baik karena memiliki kualitas audit yang baik. Reputasi Auditor dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dengan melihat apakah KAP tersebut berafiliasi dengan KAP Big Four atau tidak, kode 1 untuk KAP Big Four dan kode 0 untuk KAP Non Big Four.

4.5.2.5. Struktur Kepemilikan Pihak Asing

Struktur kepemilikan pihak asing diproksikan sebagai jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak asing. Foreign Ownership diukur dengan menggunakan persentase saham yang dimiliki oleh pihak asing terhadap total saham perusahaan. (Luciana, 2008).

Foreign Ownership =

Total saham perusahaan Saham pihak asing

4.5.2.6. Likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan didalam melunasi hutang jangka pendek perusahaan. Variabel likuiditas diukur dengan pendekatan current ratio. Rasio aktiva lancar terhadap utang lancar (current ratio) merupakan rasio yang populer dalam mengukur likuiditas perusahaan (Oyelere, 2003)

Current Ratio =

Hutang lancar aset lancar


(63)

Tabel 4.2 Operasional Variabel

Nama Variabel Definisi Parameter Skala

Variabel dependen: Pelaporan Keuangan Melalui Internet

Perusahaan yang mau mempublikasikan

informasi keuangan melalui internet yaitu website

Menggunakan kode 1 untuk IFR, kode 0 untuk non-IFR

Nominal

Variabel independen:

1. Ukuran

Perusahaan

2. Umur listing

3. Leverage

4. Reputasi Auditor

Suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaaan menurut berbagai cara antara lain dengan ukuran total aset.

Pengurangan dari tahun 2010 dikurang dengan tahun listing perusahaan

Perbandingan hutang jangka panjang dengan total ekuitas

Penggunaan auditor yang berasal dari KAP yang mempunyai relasi dengan big four Ln(total aset) Tahun 2010-Tahun IPO Total Ekuitas Hutang Jangka Panjang

Menggunakan kode 1 untuk relasi big four

dan kode 0 untuk relasi

non big four

Rasio

Rasio

Rasio

Nominal


(64)

5. Struktur kepemilikan

pihak asing

6. Likuiditas

Saham yang dimiliki pihak asing dibagi dengan total saham

Perbandingan asset lancar dengan kewajiban lancar

Total saham Saham asing

Kewajiban Lancar Asset Lancar

Rasio

4.6. Metode Analisis Data

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression).Regresi logistik adalah regresi yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metrik dan non metrik (nominal) (Ghozali, 2005). Regresi logistik tidak memerlukan uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya. Gujarati (2003) menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan heteroscedasity, artinya variabel terikat tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel bebasnya.


(65)

Regresi logistik adalah sebuah pendekatan model matematik yang dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan beberapa variabel X dengan variabel dependen yang dikotomus/politomus (Kleinbaum & Klein, 2002). Model ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan hubungan antara variabel dependen yang berupa variabel dichotomous maupun polytomous dengan variabel independen yang dapat berupa variabel ordinal, nominal maupun rasio. Penyelesaian permasalahan ini menggunakan pendekatan persamaan non linear yaitu model logistik dengan persamaan regresi logistik. Regresi logistik membentuk persamaan atau fungsi dengan pendekatan maximum likelihood, yang memaksimalkan peluang pengklasifikasian objek yang diamati menjadi kategori yang sesuai kemudian mengubahnya menjadi koefisien regresi yang sederhana. Dua nilai yang biasa digunakan sebagai variabel dependen yang diprediksi adalah 0 dan 1 (ex. 1=berhasil, 0=gagal).

Regresi logistik menghasilkan rasio peluang (odds ratios) antara keberhasilan atau kegagalan suatu dari analisis. Regresi logistik akan membentuk variabel prediktor/respon (log (p/(1-p)) yang merupakan kombinasi linier dari variabel independen. Nilai variabel prediktor ini kemudian ditransformasikan menjadi probabilitas dengan fungsi logit.

Asumsi-asumsi dalam regresi logistik biner adalah :

1. Tidak mengasumsikan hubungan linier antar variabel dependen dan

independen


(1)

37 GJTL 4.48918E+12 2.54941E+12 1.760874494 38 HDTX 2.54642E+11 3.00956E+11 0.846109007 39 HMSP 1.57686E+13 9.77894E+12 1.612501434 40 ICBP 7.01784E+12 2.7012E+12 2.598043462 41 IGAR 3.08787E+11 43850552867 7.041811176 42 IIKP 35436307156 1355884840 26.13518944 43 IKBI 4.67307E+11 93332444412 5.006907874 44 IMAS 4.5092E+12 4.21661E+12 1.069388527 45 INAI 2.90103E+11 2.07386E+11 1.398854111 46 INCI 1.17223E+11 1372484307 85.40925513 47 INDF 2.0078E+13 9.85912E+12 2.036489877 48 INDR 2.2164E+12 2.03693E+12 1.088110689 49 INDS 5.30487E+11 4.12296E+11 1.286666223 50 INKP 9.82465E+12 9.73707E+12 1.008994387 51 INRU 3.43422E+11 2.11113E+11 1.626721235 52 INTP 7.48481E+12 1.34771E+12 5.553739813 53 IPOL 8.44889E+11 7.03033E+11 1.201777157 54 ITMA 1021351664 7265765121 0.140570421 55 JECC 4.69184E+11 4.38884E+11 1.069040912 56 JKSW 1.1995E+11 9169849887 13.08091305 57 JPFA 4.43521E+12 1.68671E+12 2.629499726 58 JPRS 2.85524E+11 1.03141E+11 2.768292349 59 KAEF 1.13955E+12 4.69823E+11 2.425487125 60 KARW 7297190499 1.59067E+11 0.045875074 61 KBLI 5.32964E+11 2.02314E+11 2.634342255 62 KBLM 1.65483E+11 1.62567E+11 1.017938747 63 KBRI 43416665126 1.2528E+11 0.346557185 64 KDSI 3.54581E+11 2.79997E+11 1.266374151 65 KIAS 5.00548E+11 3.28468E+11 1.523885721 66 KICI 54204141986 7388959310 7.335829 67 KLBF 5.03727E+12 1.14649E+12 4.393648267 68 KRAS 1.22877E+13 6.93071E+12 1.772937936 69 LION 2.71268E+11 28732816188 9.441057127 70 LMPI 3.02898E+11 1.7187E+11 1.762363176 71 LMSH 52937947446 21656364472 2.444452185 72 LPIN 1.01175E+11 40203320053 2.516576696 73 MAIN 5.07412E+11 3.56573E+11 1.423022778


(2)

74 MASA 6.65438E+11 9.92648E+11 0.670366535 75 MERK 3.27436E+11 52578914000 6.227523889 76 MLBI 5.97241E+11 6.32026E+11 0.944962707 77 MLIA 1.18145E+12 7.56066E+11 1.562623984 78 MRAT 2.90761E+11 38190598441 7.613430479 79 MYOR 2.68485E+12 1.04033E+12 2.580762209 80 MYRX 53645448283 1.69412E+11 0.316656155 81 MYTX 3.86754E+11 8.91433E+11 0.433856269 82 NIKL 8.01272E+11 3.90661E+11 2.051065427 83 PAFI 17954275488 58647442743 0.306139103 84 PBRX 6.72136E+11 5.47888E+11 1.226776392 85 PICO 3.5457E+11 3.45396E+11 1.026560286 86 POLY 2.12448E+12 1.12208E+13 0.189333864 87 PRAS 2.16307E+11 1.49384E+11 1.447995094 88 PTSN 4.31543E+11 3.40231E+11 1.268382566 89 PYFA 47073677024 15645370498 3.008792731 90 RICY 4.46104E+11 2.45387E+11 1.81796258 91 RMBA 3.05313E+12 1.22129E+12 2.499923442 92 SAIP 2.18847E+11 2.66053E+11 0.822569126 93 SCCO 9.09761E+11 7.19377E+11 1.264652168 94 SCPI 1.86663E+11 2.10043E+11 0.888688362 95 SIAP 84313724918 46443548831 1.81540229 96 SIMA 5993785997 37625919456 0.159299389 97 SIMM 271274309 88812236428 0.00305447 98 SIPD 1.08981E+12 5.68551E+11 1.916812866 99 SKLT 94511915285 49094298504 1.925109802 100 SMCB 2.25324E+12 1.35583E+12 1.661887552 101 SMGR 7.3436E+12 2.51752E+12 2.91700117 102 SMSM 6.61698E+11 3.04354E+11 2.174106798 103 SOBI 8.65974E+11 7.34196E+11 1.179485149 104 SPMA 3.52091E+11 90034509677 3.910625525 105 SRSN 2.48343E+11 1.02457E+11 2.423864949 106 SSTM 4.79592E+11 2.38461E+11 2.011196071 107 STTP 2.91293E+11 1.70423E+11 1.709237112 108 SULI 3.81203E+11 9.79524E+11 0.389171387 109 TBMS 1.11649E+12 1.11779E+12 0.998843677


(3)

113 TKIM 8.25929E+12 3.76557E+12 2.193368977 114 TOTO 7.16491E+11 3.41608E+11 2.09740798 115 TPIA 1.83175E+12 8.82548E+11 2.075525637 116 TRST 7.21342E+11 5.83992E+11 1.235192213 117 TSPC 2.64207E+12 7.84353E+11 3.368467345 118 ULTJ 9.55442E+11 4.77558E+11 2.000683438 119 UNIC 1.24951E+12 6.68554E+12 0.186897018 120 UNIT 80141802882 68866575355 1.163725689 121 UNTX 78266132663 2.96777E+11 0.263720729 122 UNVR 3.59879E+12 3.45487E+12 1.041658309 123 VOKS 8.9195E+11 7.19232E+11 1.240142089 124 YPAS 94078471250 64127057412 1.467063593


(4)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1 124 2.324207527200E1 3.235714264651E1 2.76628472868835E1 1.687245041682748E0

X2 124 0 31 15.81 6.660

X3 124 -8.782494377269E0 7.543681088073E1 1.14724804156030E0 7.034583876238116E0 X5 124 4.269124710850E-2 9.914031796939E-1 .47368739184564 .267487796902284 X6 124 0.005469968448E-3 8.540925513402E1 3.38064637196120E0 9.294930475863204E0 Valid N (listwise) 124

N Valid 124

Missing 0

X4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 72 58.1 58.1 58.1

1 52 41.9 41.9 100.0

Total 124 100.0 100.0

Y

N Valid 124

Missing 0

Y

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 26 21.0 21.0 21.0

1 98 79.0 79.0 100.0


(5)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 24.870 6 .000 Block 24.870 6 .000 Model 24.870 6 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square 102.485a .182 .283

a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 7.115 8 .524

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Y = 0 Y = 1

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 6 6.927 6 5.073 12

2 6 5.197 6 6.803 12

3 3 4.153 9 7.847 12

4 4 3.126 8 8.874 12

5 2 2.286 10 9.714 12

6 4 1.683 8 10.317 12

7 0 1.146 12 10.854 12

8 1 .799 11 11.201 12

9 0 .489 12 11.511 12


(6)

Observed Predicted

Y

Percentage Correct

0 1

Step 1 Y 0 6 20 23.1

1 5 93 94.9

Overall Percentage 79.8

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1a X1 .223 .171 1.700 1 .192 1.250

X2 .040 .038 1.098 1 .295 1.041

X3 .144 .082 3.099 1 .078 1.155

X4 1.402 .647 4.700 1 .030 4.064

X5 0.068 .147 .218 1 .641 1.071

X6 .322 .209 2.375 1 .123 1.380

Constant -6.430 4.576 1.975 1 .160 .002 a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5, X6.


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia (Bei)

5 45 100

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DI INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING)

3 56 65

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAPORAN KEUANGAN MELALUI INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING) DALAM WEBSITE PERUSAHAAN(STUDI KASUS PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA).

0 3 34

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 12

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 27

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 3

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 9

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAPORAN KEUANGAN MELALUI INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 1 19