Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Ikan Pora-Pora (Mystacoleucus padangensis)Dalam Ransum Terhadap Itik Porsea Umur 0-12 Minggu

TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Usaha Ternak Itik
Analisis usaha ternak merupakan kegiatan usaha penting bagi suatu usaha
ternak

yang

mempunyai

prospek

cerah

dapat

dilihat

dari

analisis


usahanya.Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan
tersedianya dana yang ril untuk periode selanjutnya. Melalui analisis ini dapat
dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi.Analisis dapat juga
memberikan informasi lengkap tentangmodal yang diperlukan, penggunaan
modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), ransum, kandang, lamanya modal
kembali dan tingkat keuntungan uang yang diperoleh (Suharno, 1995).
Dalam membangun suatu perusahaan, perlu beberapa pertimbangan
ekonomi dasar seperti: apa yang dihasilkan, bagaimana menghasilkannya,
seberapa banyak harus dihasilkan, dan bagaimana harus memasarkannya. Untuk
itu

perlu

pencatatan

semua

kegiatan

keluar/masuknya


selama

periode

penggemukkan. Hal ini disebabkan karena tanpa ada data yang lengkap meliputi
catatan aliran cash flowsepanjang waktu pemeliharaan maka informasi apakah
suatu usaha tersebut rugi atau laba menjadi tidak jelas. Dalam penerapannya perlu
dicatat biaya tetap dan biaya variabel dan sekaligus penerimaannya. Analisis
ekonomi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu
pimpinan usaha peternakan dalam melengkapi informasi yang dibutuhkan untuk
mengambil keputusan dalam merencanakan usaha. Namun sayang kegiatan ini
jarang dilakukan oleh para peternak dipedesaan (Rasyaf, 1988).

Total Biaya Produksi
Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang
tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan
suatu produk. Pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai input
yang digunakan untuk memproduksi suatu output tertentu. Pengeluaran
perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi

(Kadarsan, 1995).
Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya
produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau
semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu
jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Sudarmono, 2003).
Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu
usaha ternak. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya
variable. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi
dan berkali-kali dapat dipergunakan. Biaya tetap ini antara lain berupa lahan
usaha, kandang, peralatan yang digunakan dan sarana transportasi. Biaya tidak
tetap merupakan biaya yang dikeluarkan secara berulang-ulang yang antara lain
berupa biaya pakan, upah tenaga kerja, penyusutan kandang, penyusutan
peralatan, obat-obatan, vaksinasi dan biaya-biaya lain berupa biaya penerangan
atau listrik, sumbangan, pajak usaha dan iuran (Siregar, 1994).

Biaya Bibit
Biaya bibit adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit.Harga
biaya bibit diperoleh dari hasil perkalian antara bobot awal dengan harga bobot
hidup perkilogramnya. Harga bibit Itik Porsea Rp. 5000/ekor untuk DOD Itik

Porsea betina dan Rp. 6000/ekor DOD Itik Porsea jantan
(Porsea dalam angka, 2014).
Pemilihan bibit didasarkan pada jenis ternak, keturunan dan postur
tubuh.Bibit harus jelas jenisnya, berasal dari peternakan yang memiliki catatan
tetuanya dengan kriteria-kriteria dari bibit tersebut dan sesuai dengan harapan
konsumen. Bibit tidak memiliki penyakit, terlihat sehat dan mampu berkembang
biak (Raharjo,1994).

Biaya Pakan
Biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang
diperoleh dari hasil perkalian antara pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan
per kilogramnya. Efisiensi penggunaan pakan diharapkan mampu mengurangi
dampak dari kenaikan harga pakan yang seringkali berfluktuasi dan sangat
mempengaruhi tingkat pendapatan peternak (Raharjo,1994). Dari survei peternak
Itik Porsea Mei 2014, biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan Itik Porsea
sebesar Rp 450.000,00/50 kg = Rp 9.000,00/kg.

Biaya Obat-obatan
Biaya obat-obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat-obatan
yang diberikan pada ternak yang terserang penyakit.Pengobatan pada ternak yang

terserang penyakit diharapkan dapat mengurangi resiko kematian, menghambat

penyebaran penyakit ke lingkungan, baik ke manusia maupun ternak lainnya
(Aziz, 2009).Dari hasil survei peternak Itik Porsea 2014 biaya yang dikeluarkan
untuk membeli vitamin dan obat-obatan untuk ternak Itik sebesar Rp.
50.000/bulan dalam bentuk vaksin minum.

Biaya Sewa Kandang dan Peralatan Kandang
Biaya sewa kandang adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan
kandang yang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang. Kandang berfungsi
untuk melindungi ternak dari hujan dan mengurangi stimulasi yang dapat
menyebabkan ternak stres, dengan cara mengurangi kontak dengan manusia.
Biaya peralatan kandang adalah biaya yang digunakan untuk membeli
perlengkapan kandang selama pemeliharaan ternak (Santoso, 2009). Dari hasil
survei terhadap

peternak Itik Porsea 2014 biaya peralatan dan pembuatan

kandang dengan ukuran 1m x 1m dengan daya tampung 100 ekor DOD Itik
Porsea sebesar Rp 500.000.


Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan
untuk memelihara beberapa ternak. Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja
yang cukup memadai. Berdasarkan UMRP SUMUT (Upah Minimum Regional
Provinsi Sumatera Utara) 2013 saat ini sebesar Rp 1.851.000,00/bulan. Menurut
Antono (2006), menyatakan bahwa 1 orang tenaga kerja dapat memelihara
minimal 586 ekor ternak itik. Biaya tenaga kerja pemeliharaan 1 ekor itik/bulan
adalah sebesar Rp 1.851.000,00/586 ekor itik = Rp.3158,70/ekor/bulan. Jumlah
tenaga kerja yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu

sehingga jumlahnya optimal.Jumlah tenaga kerja yang diperlukan memang masih
banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin,
musim dan upah tenaga kerja (Rasyaf, 2009).

Total Hasil Produksi
Didalam pelaksanaan operasi perusahaan, kadang-kadang terdapat adanya
penerimaan diluar operasi perusahaan, seperti penerimaan bunga bank karena
perusahaan mempunyai rekening giro, penerimaan dari penjualan mesin dan
peralatan yang tidak dipergunakan lagi. Namun demikian penerimaan tersebut

tidak diperhitungkan, karena kegiatan tersebut tidak berasal dari kegiatan operasi
perusahaan. Besarnya penerimaan total dari perusahaan akan tergantung kepada
banyaknya penjualan produk atau jasa. Dengan demikian maka besarnya
penerimaan pendapatan akan tergantung kepada dua variabel, yaitu variabel harga
dan variabel jumlah yang dijual (Gunawan, 1993).

Analisis Laba- Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan
hasil usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah
pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Laporan
laba-rugi (balance sheet) adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan
yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu.
Setiap jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun, perusahaan perlu
memperhitungkan hasil usaha perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan
laba-rugi. Hasil usaha tersebut didapat dengan cara membandingkan penghasilan

dan biaya selama jangka waktu tertentu. Besarnya laba atau rugi akan diketahui
dari hasil perbandingan tersebut (Kasmir dan Jakfar, 2005).
Analisis pendapatan usaha digunakan untuk menggambarkan faktor
keuntungan usaha. Pendapatan dapat didefenisikan sebagai selisih antara

penerimaan total dengan biaya total., atau dapat dirumuskan sebagai berikut:
π = TR-TC
Dimana:
π
TR
TC

: Keuntungan (Benefit)
: Peneriaan Total (Total Revenue)
: Biaya Total (Total Cost)

Pendapatan berasal dari penjualan ternak hidup, karkas, pupuk dan produk lainnya
merupakan komponen pendapatan. Sedangkan biaya produksi dibagi dua, yaitu
biaya tetap (sewa lahan, bangunan kandang, dan peralatan) dan biaya varabel
(biaya bakalan, pakan, tenaga kerja, dan bunga bank) (Soekartawi, 1994).
Keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika
jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar daripada jumlah
pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka
secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk
memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus

dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya agar peternak atau
pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha (Murtidjo, 1995).
Memperoleh angka yang pasti mengenai tingkat keuntungan atau kerugian
suatu usaha, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pencatatan, baik untuk
pos-pos pengeluaran (biaya) maupun pos-pos pendapatan.Sekecil apapun biaya
dan pendapatan tersebut harus dicatat. Usaha penggemukan itik pencatatan mutlak

harus dilakukan. Tujuannya adalah agar peternak atau pengusaha dapat
mengadakan evaluasi terhadap bidang usahanya, sehingga kerugian besar bisa
dihindarkan sejak dini. Selain itu analisis ekonomi bisa terus dilakukan, sehingga
usaha bisa berjalan lebih efisien dari waktu ke waktu secara keseluruhan akan
semakin meningkatkan jumlah keuntungan(Sodiq dan Abidin, 2002).

B/C Ratio (benefit cost ratio)
Efisiensi usaha tani ditentukan dengan menggunakan konsep benefit cost
ratio (BCR) yaitu imbangan antara total penghasilan (input) dengan total biaya
(out put). Nilai BCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan.Semakin
besar nilai BCR maka usaha dinyatakan semakin efisien (Kadariah, 1987).
Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi
suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya

pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana
B/C Ratio

>1 : Efisien

B/C Ratio

= 1 : Impas

B/C Ratio