Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2014 combine

(1)

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

DIREKTUR JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM

Nomor : 52/DJU/SK/HK.006/5/ Tahun 2014

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2014

TENTANG

PEDOMAN PEMBERIAN LAYANAN HUKUM

BAGI MASYARAKAT TIDAK MAMPU DI PENGADILAN

DIREKTUR JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM

Menimbang: a. bahwa untuk keseragaman pedoman di Lingkungan

Peradilan Umum melaksanakan Peraturan Mahkamah

Agung RI Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemberian

Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu di

Pengadilan, maka perlu dibuat Petunjuk Pelaksanaan

dalam bentuk Keputusan Direktur Jenderal Badan

Peradilan

Umum

Mahkamah

Agung

Republik

Indonesia;

b.

bahwa adalah hak setiap orang yang tersangkut

perkara untuk memperoleh layanan hukum dan


(2)

negara menanggung biaya perkara bagi pencari

keadilan yang tidak mampu, sehingga peradilan harus

memberi akses seluas-luasnya kepada masyarakat

untuk

memperoleh

keadilan

termasuk

bagi

masyarakat yang tidak mampu; dan

c.

bahwa Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan

Umum ini khusus mengatur pelaksanaan pemberian

layanan hukum bagi masyarakat tidak mampu di

Pengadilan Negeri dalam perkara perdata.

Mengingat : 1. Het Herziene Inlandsch Reglement (HIR/Reglemen

Indonesia yang diperbaharui, Stb.1941 Nomor 44 )

untuk daerah Jawa dan Madura;

2.

Rechtsreglement

Buitengewesten

(R.Bg/Reglement

Daerah Seberang,S.1927 No.227) untuk daerah di luar

Jawa dan Madura;

3.

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang

Advokat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2003 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4282);

4.

Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 157 Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076);

5.

Undang-undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 2

Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 158

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5077);


(3)

6.

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang

Bantuan

Hukum

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 104 Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5248);

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 tentang

Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan

Hukum Secara cuma-cuma;

8.

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Nomor

2

Tahun

2009

tentang

Biaya

Proses

Penyelesaian Perkara dan Pengelolaaannya pada

Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada

dibawahnya;

9.

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian

Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu di

Pengadilan; dan

10.

Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan

Umum.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN

DIREKTUR

JENDERAL

BADAN

PERADILAN

UMUM

TENTANG

PETUNJUK

PELAKSANAAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG

REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014

TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN LAYANAN HUKUM

BAGI MASYARAKAT TIDAK MAMPU DI PENGADILAN


(4)

BAB. I

PENGERTIAN DAN ISTILAH

Pasal 1

1.

Pemberian layanan hukum bagi masyarakat tidak mampu di

Pengadilan meliputi layanan pembebasan biaya perkara perdata,

sidang di luar gedung Pengadilan dan Posbakum Pengadilan di

lingkungan Peradilan Umum;

2.

Layanan pembebasan biaya perkara diberikan sepanjang

ketersediaan anggaran di Pengadilan dan berlaku pada tingkat

pertama, tingkat banding, tingkat kasasi, peninjauan kembali,

eksekusi, dan sidang di luar gedung Pengadilan serta Posbakum

Pengadilan;

3.

Layanan pembebasan biaya perkara meliputi perkara perdata

permohonan, gugatan, dan eksekusi dalam tahun berjalan

berlaku sejak perkara didaftarkan dan diterima oleh Pengadilan

dan besaran pembebasan biaya perkara, meliputi biaya perkara:

Ø

Perdata Permohonan maksimal sebesar : Rp. 187.000,00

(seratus delapan puluh tujuh ribu rupiah),

Ø

Perdata Gugatan maksimal sebesar : Rp. 2.185.000,00

(dua juta seratus delapan puluh lima ribu rupiah);

Ø

Banding maksimal sebesar

: Rp. 897.000,00

(delapan ratus sembilan puluh tujuh ribu rupiah)

Ø

Kasasi maksimal sebesar

: Rp. 1.137.000,00

(satu juta seratus tiga puluh tujuh ribu rupiah)

Ø

Peninjauan Kembali maksimal sebesar : Rp. 2.137.000,00

(dua juta seratus tiga puluh tujuh ribu rupiah)

Ø

Permohonan eksekusi hanya untuk

panjar biaya eksekusi sebesar

: Rp. 1.077.000,00

(satu juta tujuh puluh tujuh ribu rupiah)


(5)

4.

Pengadilan Negeri adalah Pengadilan Tingkat Pertama pada

lingkungan Peradilan Umum;

5.

Pengadilan Tinggi adalah Pengadilan Tingkat Banding pada

lingkungan Peradilan Umum;

6.

Layanan pembebasan biaya perkara adalah negara menanggung

biaya proses berperkara di Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi

dan Mahkamah Agung, sehingga setiap orang atau sekelompok

orang yang tidak mampu secara ekonomi dapat berperkara

secara cuma-cuma;

7.

Sidang di luar gedung Pengadilan adalah sidang dapat

dilaksanakan secara tetap, berkala atau sewaktu-waktu oleh

Pengadilan Negeri disuatu tempat yang ada didalam wilayah

hukumnya tetapi di luar tempat kedudukan gedung Pengadilan

Negeri dalam bentuk sidang keliling atau sidang di zitting plaatz;

8.

Posbakum Pengadilan adalah layanan yang dibentuk oleh dan

ada pada setiap Pengadilan Negeri untuk memberikan layanan

hukum berupa informasi, konsultasi dan advis hukum, serta

pembuatan dokumen hukum yang dibutuhkan sesuai dengan

peraturan

perundang-undangan

yang

mengatur

tentang

Kekuasaan Kehakiman dan Peradilan Umum;

9.

Petugas Posbakum Pengadilan adalah pemberi layanan di

Posbakum Pengadilan Negeri yang merupakan Advokat atau

Sarjana Hukum yang berasal dari lembaga pemberi layanan

Posbakum Pengadilan yang bekerja sama dengan Pengadilan

Negeri dan bertugas sesuai dengan kesepakatan jam layanan

Posbakum Pengadilan Negeri di dalam perjanjian kerjasama

tersebut;

10.

Ketua Pengadilan Negeri berwenang menetapkan besaran satuan

biaya perkara tingkat pertama, tingkat banding, tingkat kasasi

dan tingkat peninjauan kembali serta biaya eksekusi;


(6)

11.

Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran membuat

surat keputusan untuk membebankan biaya perkara kepada

anggaran negara dengan menetapkan besaran anggaran yang

dibebankan kepada negara;

12.

Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk oleh Kuasa

Pengguna

Anggaran

untuk

menerima,

menyimpan,

membayarkan,

menata-usahakan,

dan

mempertanggung

jawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka

pelaksanaan Anggaran dan Belanja Negara pada kantor/satuan

kerja lembaga Peradilan, kemudian Bendahara Pengeluaran

menyerahkan biaya layanan pembebasan biaya perkara kepada

kasir secara tunai sebesar yang telah ditentukan dalam surat

keputusan tersebut dengan bukti kuitansi;

13.

Lembaga Pemberi Layanan Posbakum Pengadilan Negeri adalah

lembaga masyarakat sipil penyedia advokasi hukum dan/atau

unit kerja advokasi hukum pada organisasi profesi dan atau

lembaga konsultasi dan bantuan hukum di perguruan tinggi;

14.

Pencatatan dan Pelaporan Layanan Hukum bagi masyarakat

tidak mampu pada setiap Pengadilan Negeri adalah proses

pencatatan setiap bentuk layanan hukum bagi masyarakat tidak

mampu dalam register dan perekaman yang dilakukan oleh

petugas Pengadilan pada setiap Pengadilan Negeri berisi segala

informasi dan data yang berhubungan dengan permintaan dan

pemberian layanan dan data yang berhubungan dengan

permintaan dan pemberian layanan hukum bagi masyarakat

tidak mampu;

15.

Sistem Data Layanan Hukum bagi masyarakat tidak mampu

adalah kumpulan informasi terpusat dan terpadu mengenai

permintaan dan pemberian layanan hukum bagi masyarakat

tidak mampu berdasarkan pencatatan dan pelaporan layanan

hukum bagi masyarakat tidak mampu, yang dikelola dan


(7)

dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan

Umum secara manual maupun elektronik;

B A B II

JENIS DAN RUANG LINGKUP LAYANAN HUKUM

Pasal 2

Ruang Lingkup Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu di

Pengadilan, terdiri dari:

a.

Layanan Pembebasan Biaya Perkara;

b.

Penyelenggaraan Sidang diluar Gedung Pengadilan Negeri; dan

c.

Penyediaan Posbakum Pengadilan Negeri.

Pasal 3

Penyelenggara pemberian layanan hukum bagi masyarakat tidak

mampu di Pengadilan Negeri adalah Ketua Pengadilan Negeri,

Panitera/Sekretaris, Petugas Posbakum Pengadilan Negeri dan staf

Pengadilan Negeri yang terkait.

B A B III

PROSEDUR LAYANAN PEMBEBASAN BIAYA PERKARA

DI PERADILAN UMUM

Bagian Kesatu

Prosedur Layanan Pembebasan Biaya Perkara

Pasal 4

(1)

Setiap orang atau sekelompok orang yang tidak mampu secara

ekonomi dapat mengajukan permohonan pembebasan biaya

perkara;


(8)

(2)

Permohonan pembebasan biaya perkara untuk perkara perdata

gugatan maupun permohonan, diajukan oleh penggugat atau

pemohon yang tidak mampu secara ekonomi melalui meja I

sebelum perkara didaftar dan diregister, sedangkan untuk

permohonan yang diajukan oleh Tergugat/Termohon, harus

diajukan sebelum mengajukan jawaban, dengan melampirkan :

a.

Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan oleh

Kepala Desa/Lurah/Kepala wilayah setempat yang menyatakan

bahwa benar yang bersangkutan tidak mampu membayar biaya

perkara; atau

b.

Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu

Keluarga Miskin (KKM), Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas), Kartu Beras Miskin (Raskin), Kartu Program

Keluarga Harapan (PKH), Kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT),

Kartu Perlindungan Sosial (KPS), atau dokumen lainnya yang

berkaitan dengan daftar penduduk miskin dalam basis data

terpadu pemerintah atau yang dikeluarkan oleh instansi lain

yang berwenang untuk memberikan keterangan tidak mampu;

atau

c.

Surat

Pernyataan

tidak

mampu

yang

dibuat

dan

ditandatangani Pemohon dan diketahui oleh Ketua Pengadilan

Negeri.

Bagian Kedua

Prosedur dan Mekanisme Pembebasan Biaya Perkara

Di Peradilan Tingkat Pertama


(9)

Pasal 5

Permohonan Pembebasan Biaya Perkara oleh

Pemohon/Penggugat

(1)

Petugas

Meja

I

setelah

meneliti

kelengkapan

berkas

permohonan pembebasan biaya perkara, dicatat dalam buku

register permohonan pembebasan biaya perkara, diajukan

kepada Ketua Pengadilan Negeri melalui Panitera/Sekretaris

setelah memeriksa kelengkapan persyaratan pembebasan biaya

perkara;

(2)

Ketua Pengadilan Negeri melakukan pemeriksaan berkas

permohonan

pembebasan

biaya

perkara

berdasarkan

pertimbangan Panitera/Sekretaris sebagaimana dimaksud pada

ayat

(1)

dan

mengeluarkan

Surat

Penetapan

Layanan

Pembebasan Biaya Perkara yang harus diterbitkan pada tanggal

sama

dengan

diajukannya

surat

permohonan

layanan

pembebasan biaya perkara apabila permohonan dikabulkan

dibuat dalam rangkap 3 (tiga) masing-masing untuk arsip

berkas perkara, Panitera/Sekretaris dan pemohon;

(3)

Apabila pada hari yang bersangkutan, Ketua Pengadilan Negeri

tidak berada di tempat, maka surat penetapan tersebut dapat

dikeluarkan oleh Wakil Ketua atau Hakim yang ditunjuk;

(4)

Ketua Pengadilan Negeri berwenang menetapkan besaran

satuan biaya sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing;

(5)

Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran membuat

surat keputusan untuk membebankan biaya perkara kepada

anggaran negara dengan menyebut besaran anggaran yang

dibebankan kepada negara sebesar :

a.

Untuk perkara Perdata Permohonan

maksimal Rp.

187.000,00. (seratus delapan puluh tujuh ribu rupiah),

dengan rincian :


(10)

1.

Biaya Tetap

, terdiri atas :

-

Biaya proses (alat tulis kantor) maksimal

Rp.75.000,00.

-

Materai maksimal 2 x Rp. 6.000,00

Rp.12.000,00.

2.

Biaya Tidak Tetap,

terdiri atas :

-

Biaya untuk maksimal 2 (dua) kali panggilan sesuai

dengan jarak domisili Pemohon;

b.

Untuk perkara Perdata Gugatan

maksimal Rp. 2.185.000,00.

(dua juta seratus delapan puluh lima ribu rupiah), dengan

rincian :

1.

Biaya Tetap

, terdiri atas :

-

Biaya proses (alat tulis kantor) maksimal

Rp.75.000,00.

-

Materai maksimal 2 x Rp. 6.000,00

Rp.12.000,00.

2.

Biaya Tidak Tetap,

terdiri atas :

-

Biaya untuk maksimal 3 (tiga) kali panggilan termasuk

mediasi sesuai dengan jarak domisili Penggugat /

Pembantah / Pelawan dan Tergugat / Terbantah /

Terlawan;

-

Biaya pemberitahuan putusan dan;

-

Biaya pemeriksaan setempat;

(6)

Berdasarkan surat keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(5)

bendahara

pengeluaran

menyerahkan

biaya

layanan

pembebasan biaya perkara kepada kasir secara tunai sebesar yang

telah ditentukan dalam surat keputusan Panitera/Sekretaris

dengan bukti kuitansi kemudian Kasir membukukan biaya dalam

buku jurnal dan buku induk keuangan perkara kecuali biaya

pendaftaran, biaya redaksi dan leges yang dicatat nihil;


(11)

(7)

Apabila kebutuhan biaya perkara melebihi panjar biaya perkara

yang telah ditentukan, maka Panitera/Sekretaris dapat membuat

surat keputusan untuk menambah panjar biaya pada perkara

yang sama berdasarkan instrumen yang disampaikan oleh kasir,

kemudian apabila kebutuhan biaya perkara melebihi panjar biaya

perkara yang telah ditentukan dalam surat keputusan, sedangkan

anggaran pembebasan biaya perkara untuk perkara yang

bersangkutan tidak tersedia lagi di dalam DIPA, maka proses

selanjutnya dilakukan secara cuma-cuma (tanpa perlu menyetor

biaya perkara lagi);

(8)

Apabila anggaran pembebasan biaya perkara dalam perkara

tersebut terdapat sisa, maka sisa tersebut dikembalikan oleh kasir

kepada bendahara pengeluaran pada bulan yang bersangkutan.

Apabila anggaran layanan pembebasan biaya perkara sudah habis

sedangkan permohonan layanan pembebasan biaya perkara yang

telah memenuhi syarat masih ada, maka perkara tersebut

diproses secara cuma-cuma (prodeo murni);

(9)

Dalam hal tahun anggaran berakhir namun perkara yang

dibebankan biayanya belum diputus oleh Pengadilan, maka

bendahara

pengeluaran

menghitung

dan

mempertanggungjawabkan biaya perkara yang sudah terealisasi

pada

tahun

anggaran

tersebut.

Bantuan

biaya

perkara

sebagaimana dimaksud ayat (7) dapat dilanjutkan pada tahun

anggaran berikutnya. Bendahara pengeluaran menyimpan seluruh

bukti-bukti pengeluaran sebagai bukti pertanggungjawaban

keuangan, dan mencatat semua biaya yang telah dikeluarkan

untuk layanan pembebasan biaya perkara dalam pembukuan yang

disediakan untuk itu. Apabila perkara telah diputus dengan

mengabulkan

gugatan,

tetapi

tergugat

tidak

mengajukan

pembebasan

biaya

perkara

maka

dalam

amar

putusan


(12)

gugatan ditolak maka pembebanan biaya perkara dibebankan

pada Negara;

(10)

Dalam hal permohonan pembebasan biaya perkara ditolak, maka

dibuat surat penetapan oleh Ketua Pengadilan dalam rangkap 2

(dua) masing-masing untuk Pemohon dan arsip, maka proses

perkara dilaksanakan dengan membayar panjar biaya perkara;

Pasal 6

Permohonan Pembebasan Biaya Perkara Oleh

Tergugat/Termohon

(1)

Permohonan Pembebasan Biaya Perkara diajukan secara tertulis

kepada Ketua Pengadilan Negeri, sebelum Tergugat/Termohon

memberikan jawaban, dan Panitera/Sekretaris memeriksa

kelengkapan persyaratan pembebasan biaya perkara;

(2)

Ketua

Pengadilan

Negeri

melakukan

pemeriksaan

berkas

permohonan

pembebasan

biaya

perkara

berdasarkan

pertimbangan Panitera/Sekretaris sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan mengeluarkan Surat Penetapan Layanan Pembebasan

Biaya Perkara yang harus diterbitkan pada tanggal yang sama

dengan diajukannya surat permohonan layanan pembebasan

biaya perkara apabila permohonan dikabulkan dibuat dalam

rangkap 3 (tiga) masing-masing untuk arsip berkas perkara,

Panitera/Sekretaris dan pemohon;

(3)

Apabila pada hari yang bersangkutan, Ketua Pengadilan Negeri

tidak berada di tempat, maka surat penetapan tersebut dapat

dikeluarkan oleh Wakil Ketua atau Hakim yang ditunjuk;

(4)

Dalam hal perkara telah diputus dan Tergugat/Termohon dipihak

yang

kalah,

maka

biaya

perkara

dibebankan

kepada

Tergugat/Termohon,

dengan

amar

putusan

berbunyi:


(13)

(5)

Ketentuan Pasal 5 angka (4), (5), (6), (7), (8), (9) dan (10) berlaku

dalam hal ini

Bagian Ketiga

Prosedur dan Mekanisme Pembebasan Biaya Perkara

Tingkat Banding

Pasal 7

(1)

Dalam hal perkara telah ditetapkan sebagai perkara bebas biaya

oleh Pengadilan negeri, maka pengajuan banding harus disertai

surat penetapan pembebasan biaya perkara yang telah dikeluarkan

oleh Ketua Pengadilan Negeri;

(2)

Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran membuat

surat keputusan untuk membebankan biaya perkara kepada

anggaran Negara dengan menyebut besaran anggaran maksimal Rp.

897.000,00. (delapan ratus sembilan puluh tujuh ribu rupiah) yang

dibebankan kepada Negara, terdiri atas :

Biaya Tetap

:

- Biaya Proses (ATK) maksimal

: Rp. 75.000,00

- Materai 2 x Rp. 6.000,00 maksimal

: Rp. 12.000,00

- Biaya banding yang dikirim ke

Pengadilan Tinggi

: Rp. 150.000,00

Biaya Tidak Tetap

:

a.

Biaya pemberitahuan banding

maksimal : Rp. 110.000,00

b.

Biaya pemberitahuan memori banding

maksimal

: Rp. 110.000,00

c.

Biaya pemberitahuan kontra memori

banding maksimal

: Rp. 110.000,00

d.

Biaya pemberitahuan pemeriksaan berkas


(14)

e.

Biaya pemberitahuan isi putusan banding

Untuk Pembanding dan Terbanding

maksimal

: Rp. 220.000,00

(3)

Permohonan pembebasan biaya perkara diajukan pertama kali oleh

Pemohon pada tingkat banding, harus diajukan dalam tenggang

waktu 14 (empat belas) hari setelah diucapkan putusan atau setelah

menerima pemberitahuan putusan dan permohonan disampaikan

kepada Ketua Pengadilan Negeri melalui Panitera/Sekretaris,

dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana Pasal 4 ayat (2) huruf

a, b atau c, apabila permohonan pembebasan biaya perkara ditolak

maka

pendaftaran

permohonan

banding

dilakukan

dengan

membayar panjar biaya perkara;

(4)

Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran membuat

surat keputusan untuk membebankan biaya perkara kepada

anggaran negara dengan menyebut besaran anggaran yang

dibebankan kepada Negara;

(5)

Berdasarkan surat keputusan dimaksud pada ayat (4), Bendahara

Pengeluaran menyerahkan biaya layanan pembebasan biaya

perkara kepada kasir secara tunai sebesar yang telah ditentukan

dalam surat keputusan tersebut, dengan bukti kuitansi;

(6)

Kasir membukukan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

dalam buku jurnal dan buku induk keuangan perkara, kecuali

biaya pendaftaran, biaya redaksi dan leges yang dicatat nihil;

Bagian Keempat

Prosedur dan Mekanisme Pembebasan Biaya Perkara

Tingkat Kasasi


(15)

Pasal 8

(1)

Dalam hal perkara telah ditetapkan sebagai perkara bebas biaya

oleh Pengadilan Negeri, maka pengajuan kasasi harus disertai surat

penetapan pembebasan biaya perkara yang telah dikeluarkan oleh

Ketua Pengadilan Negeri;

(2)

Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran membuat

surat keputusan untuk membebankan biaya perkara kepada

anggaran Negara dengan menyebut besaran anggaran maksimal Rp.

1.137.000,00. (satu juta seratus tiga puluh tujuh ribu rupiah) yang

dibebankan kepada Negara, terdiri atas :

Biaya Tetap

:

- Biaya Proses (ATK) maksimal

: Rp. 75.000,00

- Materai maksimal 2 x Rp. 6.000,00

: Rp. 12.000,00

- Biaya Kasasi yang dikirim ke

Mahkamah Agung

: Rp. 500.000,00

Biaya Tidak Tetap

:

a.

Biaya pemberitahuan kasasi maksimal

: Rp. 110.000,00

b.

Biaya pemberitahuan memori kasasi

maksimal

: Rp. 110.000,00

c.

Biaya pemberitahuan kontra memori kasasi

Maksimal

: Rp. 110.000,00

d.

Biaya pemberitahuan isi putusan kasasi

Untuk Pemohon dan Termohon kasasi

Maksimal

: Rp. 220.000,00

(3)

Permohonan pembebasan biaya perkara yang diajukan pertama kali

oleh Pemohon pada tingkat kasasi, harus diajukan dalam tenggang

waktu 14 (empat belas) hari setelah menerima pemberitahuan

putusan banding dan permohonan disampaikan kepada Ketua

Pengadilan Negeri melalui Panitera/Sekretaris, dengan memenuhi

syarat-syarat sebagaimana Pasal 4 ayat (2) huruf a, b atau c,

apabila permohonan pembebasan biaya perkara ditolak, maka


(16)

pendaftaran permohonan kasasi dilakukan dengan membayar

panjar biaya perkara;

(4)

Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran membuat

surat keputusan untuk membebankan biaya perkara kepada

anggaran negara dengan menyebut besaran anggaran yang

dibebankan kepada Negara;

(5)

Berdasarkan surat keputusan dimaksud pada ayat (4), Bendahara

Pengeluaran menyerahkan biaya layanan pembebasan biaya

perkara kepada kasir secara tunai sebesar yang telah ditentukan

dalam surat keputusan tersebut dengan bukti kuitansi;

(6)

Kasir membukukan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

dalam buku jurnal dan buku induk keuangan perkara kecuali biaya

pendaftaran, biaya redaksi dan leges yang dicatat sebagai nihil.

Bagian Kelima

Prosedur dan Mekanisme Pembebasan Biaya Perkara

Peninjauan Kembali

Pasal 9

(1)

Prosedur dan Mekanisme Pembebasan Biaya Perkara Peninjauan

Kembali mengikuti petunjuk pelaksanaan tentang prosedur dan

mekanisme pembebasan biaya perkara sebagaimana dimaksud pada

Pasal 4 ayat (2) huruf a, b atau c;

(2)

Adapun besaran komponen biaya perkara yang dituangkan dalam

Surat Keputusan Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna

Anggaran atas permohonan pembebasan biaya perkara peninjauan

kembali yang dikabulkan maksimal sebesar Rp. 2.137.000,00. (dua

juta seratus tiga puluh tujuh ribu rupiah) adalah terdiri atas :


(17)

Biaya Tetap

:

- Biaya Proses (ATK) maksimal

: Rp. 75.000,00

- Materai maksimal 2 x Rp. 6.000,00 : Rp. 12.000,00

- Biaya Peninjauan Kembali yang

dikirim ke Mahkamah Agung

: Rp.1.500.000,00

Biaya Tidak Tetap

:

a.

Biaya pemberitahuan Peninjauan Kembali

maksimal

: Rp. 110.000,00

b.

Biaya pemberitahuan memori Peninjauan

Kembali maksimal

: Rp. 110.000,00

c.

Biaya pemberitahuan jawaban memori

Peninjauan Kembali maksimal

: Rp. 110.000,00

d.

Biaya pemberitahuan isi putusan

Peninjauan Kembali Untuk Pemohon

dan Termohon Peninjauan Kembali

maksimal

: Rp. 220.000,00

(3)

Permohonan pembebasan biaya perkara yang diajukan pertama kali

oleh Pemohon pada tingkat peninjauan kembali, maka permohonan

peninjauan kembali harus diajukan dalam tenggang waktu

sebagaimana ditentukan dalam Undang Undang, dan permohonan

disampaikan

kepada

Ketua

Pengadilan

Negeri

melalui

Panitera/Sekretaris, dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana

Pasal 4 ayat (2) huruf a, b atau c, apabila permohonan pembebasan

biaya perkara ditolak maka pendaftaran permohonan peninjauan

kembali dilakukan dengan membayar panjar biaya perkara ;

(4)

Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran membuat

surat keputusan untuk membebankan biaya perkara kepada

anggaran negara dengan menyebut besaran anggaran yang

dibebankan kepada Negara;


(18)

(5)

Berdasarkan surat keputusan dimaksud pada ayat (4), Bendahara

Pengeluaran menyerahkan biaya layanan pembebasan biaya

perkara kepada kasir secara tunai sebesar yang telah ditentukan

dalam surat keputusan tersebut dengan bukti kuitansi;

(6)

Kasir membukukan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

dalam buku jurnal dan buku induk keuangan perkara kecuali biaya

pendaftaran, biaya redaksi dan leges yang dicatat sebagai nihil.

Bagian Keenam

Prosedur dan Mekanisme Pembebasan

Biaya Perkara Eksekusi

Pasal 10

(1). Prosedur dan Mekanisme Pembebasan Biaya Perkara Eksekusi

mengikuti petunjuk pelaksanaan tentang prosedur dan mekanisme

pembebasan biaya perkara sebagaimana dimaksud pada Pasal 4

ayat (2) huruf a, b atau c ;

(2). Besaran komponen biaya perkara Eksekusi yang dituangkan dalam

Surat Keputusan Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna

Anggaran atas permohonan pembebasan biaya perkara Eksekusi

yang dikabulkan adalah maksimal sebesar Rp. 1.077.000,00. (satu

juta tujuh puluh tujuh ribu rupiah) terdiri atas :

a.

Biaya Tetap

:

- Biaya Proses (ATK) maksimal

: Rp. 75.000,00

- Materai maksimal 2 x Rp. 6.000,00

: Rp. 12.000,00

b.

Biaya Tidak Tetap

:

- Panggilan 2 kali Teguran / Peringatan

maksimal

: Rp. 220.000,00

- Penyitaan/Pengangkatan Sita

(1 Orang Juru Sita dan 2 Orang Saksi)


(19)

- Pemberitahuan (Lelang dan Pengosongan)

maksimal

: Rp. 110.000,00

- Pelaksanaan Pengosongan :

(1 Orang Juru Sita dan 2 Orang Saksi)

maksimal

: Rp. 330.000,00

BAB IV

SIDANG DI LUAR GEDUNG PENGADILAN NEGERI

Pasal 11

(1)

Pengadilan Negeri dapat menyelenggarakan sidang di luar gedung

pengadilan berdasarkan pada karakteristik jumlah perkara, sifat

perkara yang pembuktiannya mudah atau bersifat sederhana,

keterjangkauan wilayah dan dilakukan dalam bentuk sidang di

tempat sidang tetap

(zitting plaatz) atau sidang keliling pada kantor

pemerintah setempat serta dapat dilakukan secara bersama-sama

dengan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tata Usaha Negara

sesuai kebutuhan;

(2)

Dalam menyelenggarakan sidang di luar gedung pengadilan negeri,

pengadilan negeri secara terpadu dapat melakukan koordinasi

dengan pemerintah daerah, kementerian/lembaga lain yang

berwenang atau dengan layanan posbakum pengadilan negeri untuk

keperluan penerbitan dokumen-dokumen sebagai akibat dari

putusan pengadilan pada sidang di luar gedung pengadilan negeri;

(3)

Petugas penyelenggara sidang di luar gedung Pengadilan negeri

mengupayakan dekorum ruang persidangan yang diselenggarakan di

luar gedung Pengadilan negeri dengan memperhatikan akses untuk

penyandang disabilitas, perempuan, anak-anak dan orang lanjut

usia serta sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;


(20)

(4)

Petugas penyelenggara sidang di luar gedung pengadilan negeri

terdiri atas :

a.

Hakim; dan

b.

Panitera Pengganti;

(5)

Orang atau sekelompok orang selain petugas posbakum pengadilan

negeri yang ingin ikut serta memberikan penyuluhan hukum di

dalam penyelenggaraan sidang di luar gedung pengadilan negeri

harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari Ketua Pengadilan

Negeri;

(6)

Biaya penyelenggaraan sidang di luar gedung pengadilan negeri

dibebankan kepada anggaran satuan pengadilan negeri dan terdiri

dari :

a.

Biaya tempat persidangan jika diperlukan;

b.

Biaya perlengkapan sidang jika diperlukan; dan

c.

Biaya perjalanan dinas hakim, panitera dan petugas lainnya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4);

Yang besarannya disesuaikan dengan Standar Biaya Umum

(SBU).

(7)

Dalam

hal

sidang

di

luar

gedung

pengadilan

negeri

mengikutsertakan petugas Posbakum Pengadilan Negeri, maka biaya

perjalanan dinas termasuk untuk petugas Posbakum Pengadilan

Negeri;

(8)

Dalam hal terdapat orang atau sekelompok orang selain petugas

Posbakum Pengadilan Negeri yang ingin ikut serta memberikan

penyuluhan hukum di dalam penyelenggaraan sidang di luar gedung

pengadilan negeri, biaya yang timbul ditanggung sendiri oleh orang

atau sekelompok orang yang bersangkutan;

(9)

Untuk

kepentingan

perencanaan,

Ketua

Pengadilan

Negeri

menentukan

anggaran

sidang

di

luar

gedung

Pengadilan

berdasarkan perkiraan satuan biaya dan perkiraan jumlah sidang di

luar gedung pengadilan negeri kemudian Bendahara Pengeluaran


(21)

menyiapkan

seluruh bukti-bukti pengeluaran

sebagai bukti

pertanggungjawaban

keuangan serta Bendahara Pengeluaran

mencatat semua biaya yang telah dikeluarkan untuk sidang di luar

gedung pengadilan negeri dalam pembukuan yang disediakan untuk

itu;

Pasal 12

PELAKSANAAN SIDANG DI LUAR GEDUNG PENGADILAN NEGERI

(1)

Kewajiban Ketua Pengadilan Negeri :

a.

Membuat

Surat

Keputusan

tentang

jadwal

kegiatan

persidangan dengan memperhatikan banyaknya perkara

yang diajukan serta jauh dekatnya jarak antara kantor

Pengadilan Negeri dengan tempat sidang di luar gedung

pengadilan negeri;

b.

Membuat

Penetapan/Penunjukan

Majelis

Hakim/Hakim,

Panitera/Sekretaris menunjuk Panitera Penganti dan satu orang

tenaga administrasi ;

c.

Melakukan monitoring dan pengawasan melekat terhadap

pelaksanaan sidang di luar gedung pengadilan negeri, serta

memerintahkan Panitera/Sekretaris untuk membuat laporan

kegiatan dan penggunaan anggaran sidang di luar gedung

pengadilan negeri;

(2)

Kewajiban Majelis Hakim/Hakim :

a.

Sebelum hari keberangkatan ke tempat sidang, Majelis

Hakim/Hakim harus sudah mendapatkan laporan mengenai

jumlah perkara pidana dari Panitera Muda Pidana, dan perkara

perdata dari Panitera Muda Perdata sebagai bahan untuk

menentukan waktu lamanya penyelenggaraan sidang di luar

gedung pengadilan negeri;

b.

Dalam hal diperlukan mediator, pelaksanaan mediasi dapat

dilakukan di Pengadilan ataupun di tempat sidang di luar


(22)

gedung pengadilan negeri;

c.

Pendaftaran perkara baru maupun upaya hukum atas

putusan pengadilan yang bersangkutan bisa dilakukan dan

dilayani di tempat sidang di luar gedung pengadilan negeri

melalui Panitera Pengganti atas nama Panitera/Sekretaris

Pengadilan Negeriyang dibantu seorang petugas administrasi;

d.

Menerima, memeriksa dan memutus perkara dalam perkara

pidana maupun perkara perdata sesuai PERMA Nomor 1 Tahun

2014;

BAB V

POS BANTUAN HUKUM PENGADILAN NEGERI

Pasal 13

(1)

Setiap orang atau sekelompok orang yang tidak mampu secara

ekonomi dan/atau tidak memiliki akses pada informasi dan

konsultasi hukum yang memerlukan layanan berupa pemberian

informasi, konsultasi, advis hukum, atau bantuan pembuatan

dokumen hukum yang dibutuhkan, dapat menerima layanan pada

posbakum Pengadilan Negeri;

(2)

Tidak mampu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan

dengan melampirkan :

a.

Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan

oleh Kepala Desa/Lurah/Kepala wilayah setempat yang

menyatakan bahwa benar yang bersangkutan tidak mampu

membayar biaya perkara, atau;

b.

Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu

Keluarga

Miskin

(KKM),

Kartu

Jaminana

Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas), Kartu Beras Miskin (Raskin), Kartu

Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Bantuan Langsung

Tunai (BLT), Kartu Perlindungan Sosial (KPS), atau dokumen


(23)

lainnya yang berkaitan dengan daftar penduduk miskin dalam

basis data terpadu pemerintah atau yang dikeluarkan oleh

instansi lain yang berwenang untuk memberikan keterangan

tidak mampu atau;

c.

Surat pernyataan tidak mampu membayar jasa advokat yang

dibuat dan ditandatangani oleh Pemohon layanan Posbakum

Pengadilan Negeri dan disetujui oleh Petugas Posbakum

Pengadilan Negeri, apabila Pemohon layanan Posbakum

Pengadilan Negeri tidak memiliki dokumen sebagaimana

disebut dalam huruf a atau b;

(3)

Orang atau sekelompok orang sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) adalah pihak yang akan/telah bertindak sebagai :

1.

Penggugat/Pemohon, atau;

2.

Tergugat/Termohon, atau;

3.

Terdakwa, atau;

4.

Saksi;

(4)

Posbakum Pengadilan Negeri beroperasi sesuai dengan ketentuan

Pengadilan pada hari dan jam kerja Pengadilan;

Pasal 14

Jenis Layanan di Posbakum Pengadilan Negeri

Posbakum Pengadilan memberikan layanan berupa :

a.

Pemberian informasi, konsultasi, dan advis hukum;

b.

Bantuan pembuatan dokumen hukum yang dibutuhkan;

c.

Penyediaan

informasi

daftar

Organisasi

Bantuan

Hukum

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun

2011 tentang Bantuan Hukum, atau Organisasi Bantuan Hukum

atau advokat lainnya yang dapat memberikan bantuan hukum

cuma-cuma;


(24)

Pasal 15

Pemberi Layanan di Posbakum Pengadilan Negeri

(1)

Petugas pemberi layanan di Posbakum Pengadilan Negeri adalah:

a.

Advokat.

b.

Sarjana Hukum.

(2)

Pemberian layanan oleh petugas seperti dimaksud pada ayat (1)

harus dilakukan melalui kerjasama kelembagaan.

(3)

Kewajiban kerjasama kelembagaan dengan pemberi layanan

Posbakum Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

dilakukan Pengadilan Negeri dengan lembaga berupa:

a.

Lembaga masyarakat sipil penyedia advokasi hukum; dan/atau

b.

Unit kerja advokasi hukum pada Organisasi Profesi Advokat;

dan/atau

c.

Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Perguruan Tinggi.

(4)

Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan

Pengadilan Negeri dengan lebih dari satu lembaga.

(5)

Pengadilan Negeri yang dalam wilayah hukumnya tidak terdapat

lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3), sementara dapat

bekerja sama secara perorangan dengan advokat.

(6)

Advokat dapat menunjuk tim yang terdiri dari sarjana hukum yang

berada di bawah tanggung jawab advokat dalam hal kerjasama

perorangan.

(7)

Dalam hal Pengadilan Negeri tidak dapat melakukan kerjasama

dengan advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Pengadilan

Negeri sementara dapat bekerjasama secara perorangan dengan

sarjana hukum.

(8)

Kerjasama kelembagaan dilakukan melalui suatu perjanjian

kerjasama yang berlaku dan dievaluasi sesuai tahun anggaran.

(9)

Dalam hal kerjasama dengan pemberi layanan Posbakum


(25)

perorangan sambil menunggu adanya lembaga yang memenuhi

syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), maka kerjasama

tersebut dilakukan melalui suatu perjanjian kerjasama yang

berlaku dan dievaluasi untuk satu tahun anggaran saja.

Pasal 16

Mekanisme Pemberian Layanan di Posbakum Pengadilan Negeri

(1)

Orang atau sekelompok orang mengajukan permohonan layanan

hukum kepada Posbakum Pengadilan Negeri dengan mengisi

formulir yang telah disediakan dan memberikan persyaratan yang

diperlukan;

(2)

Orang atau sekelompok orang yang sudah mengisi formulir dan

memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat

(2) dapat langsung menerima layanan Posbakum Pengadilan Negeri

;

(3)

Pemberi Layanan Posbakum Pengadilan Negeri akan mengkompilasi

berkas perkara Penerima layanan Posbakum Pengadilan Negeri

sebagai dokumentasi Pengadilan yang terdiri dari :

a.

Formulir permohonan;

b.

Dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16

ayat (1);

c.

Kronologis perkara seperti tanggal dan agenda persidangan;

d.

Dokumen hukum yang telah dibuat di Posbakum Pengadilan

Negeri;

e.

Pernyataan telah diberikannya layanan yang ditandatangani oleh

petugas Posbakum Pengadilan Negeri dan Penerima Layanan

Posbakum Pengadilan Negeri;

(4)

Apabila Penerima Layanan Posbakum Pengadilan Negeri tidak

sanggup membayar biaya perkara, maka Petugas Posbakum


(26)

pembebasan biaya perkara untuk diajukan kepada Ketua

Pengadilan Negeri;

(5)

Apabila

Penerima

Layanan

Posbakum

Pengadilan

Negeri

memerlukan bantuan hukum berupa pendampingan di sidang

Pengadilan Negeri, maka petugas Posbakum Pengadilan Negeri akan

memberikan informasi mengenai prosedur bantuan hukum di

Pengadilan Negeri dan daftar Organisasi Bantuan Hukum

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 16 tahun

2011 tentang Bantuan Hukum, atau organisasi bantuan hukum

atau advokat lainnya yang dapat memberikan bantuan hukum

cuma-cuma ;

BAB VI

PENGAWASAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Pasal 17

(1)

Pengawasan terhadap penyelenggara Layanan Hukum bagi

masyarakat tidak mampu di Pengadilan Negeri dilakukan oleh

Ketua Pengadilan Negeri;

(2)

Ketua Pengadilan Negeri bertanggung jawab dalam pelaksanaan

Layanan hukum bagi masyarakat tidak mampu secara efektif dan

transparan sesuai azas tujuan sebagaimana dimaksud pada Pasal

2 dan Pasal 3 Perma Nomor 1 Tahun 2014.

(3)

Panitera Pengadilan Negeri membuat buku register khusus untuk

mengontrol pelaksanaan pemberian Layanan Hukum bagi

masyarakat tidak mampu berupa Pembebasan Biaya Perkara dan

dilaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri;

(4)

Panitera Pengadilan Negeri melakukan pengawasan berkala

terhadap jalannya kegiatan Posbakum Pengadilan dan melaporkan

hasil pengawasan kepada Ketua Pengadilan;


(27)

(5)

Petugas Posbakum Pengadilan Negeri mengisi buku Register

khusus yang disediakan Pengadilan mengenai penyelenggaraan

Posbakum Pengadilan Negeri yang dilaporkan melalui Panitera;

(6)

Bendahara pengeluaran menyimpan seluruh bukti pengeluaran

anggaran sesuai ketentuan, kemudian melakukan pembukuan

setiap transaksi keuangan untuk penyelenggaraan Layanan

Hukum bagi masyarakat tidak mampu;

(7)

Untuk

kepentingan

peningkatan

penyelenggaraan

Layanan

Hukum bagi masyarakat tidak mampu, Pengadilan Negeri dapat

memberikan bimbingan teknis kepada petugas posbakum

Pengadilan Negeri dan/atau Lembaga Pemberi Layanan Posbakum

Pengadilan;

BAB VII

PENCATATAN, PELAPORAN DAN SISTEM DATA

Pasal 18

(1)

Pengadilan mencatat penyelenggaraan Layanan Hukum bagi

masyarakat tidak mampu secara rutin di dalam register yang

harus disiapkan oleh Pengadilan Negeri yang terdiri atas :

a.

Register Layanan Pembebasan Biaya Perkara yang memuat :

1.

Nomor Urut;

2.

Identitas Pemohon;

3.

Tanggal Pengajuan Permohonan;

4.

Jenis Perkara;

5.

Penghasilan Pemohon perbulan;

6.

Tanggal dan nomor Penetapan KPN;

7.

Besaran Bantuan Biaya di Tingkat Pertama;

8.

Besaran Bantuan Biaya di Tingkat Banding;

9.

Besaran Bantuan Biaya di Tingkat Kasasi;

10.

Besaran Bantuan Biaya di Tingkat Peninjauan Kembali;

11.

Besaran Bantuan Biaya Eksekusi;


(28)

12.

Keterangan.

b.

Register Layanan Pos Bantuan Hukum yang memuat :

1.

Nomor Urut;

2.

Identitas Pemohon;

3.

Tanggal Pengajuan Permohonan;

4.

Layanan Hukum yang dimohonkan;

5.

Durasi Layanan;

6.

Nama Petugas Yang Melayani;

7.

Lembaga Asal Petugas;

8.

Keterangan;

c.

Register Sidang di Luar Gedung Pengadilan yang memuat :

1.

Nomor Urut;

2.

Tanggal Pengajuan Permohonan;

3.

Nomor Perkara;

4.

Jenis Perkara;

5.

Identitas Pemohon;

6.

Tanggal Sidang;

7.

Lokasi Sidang;

8.

Nama Hakim/Majelis Hakim;

9.

Nama Panitera Pengganti;

10.

Keterangan.

(2). Panitera Pengadilan Negeri dibantu oleh Petugas Pengadilan Negeri

yang ditunjuk Ketua Pengadilan Negeri bertanggung jawab melakukan

pencatatan pemberian Layanan Hukum bagi masyarakat tidak

mampu berupa Pembebasan Biaya Perkara dan penyelenggaraan

Sidang di Luar Gedung Pengadilan yang dilaporkan kepada Ketua

Pengadilan setiap bulan;

(3)

Petugas Posbakum Pengadilan Negeri dibantu oleh petugas

Pengadilan Negeri yang ditunjuk Ketua Pengadilan bertanggung jawab

melakukan pencatatan pemberian Layanan di Posbakum Pengadilan


(29)

Negeri yang dilaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri setiap bulan,

termasuk layanan yang diberikan di Posbakum Pengadilan Negeri

yang dilakukan secara terpadu dengan pelaksanaan Sidang di luar

gedung Pengadilan;

Pasal 19

Panitera dibantu oleh petugas pengadilan yang ditunjuk Ketua Pengadilan

melakukan pencatatan lebih lanjut terhadap jalannya Layanan hukum

bagi masyarakat tidak mampu atas permohonan yang diajukan pada

sistem data yang memuat keterangan-keterangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 ditambah dengan keterangan-keterangan sebagai berikut :

a.

Jumlah anggaran pembebasan biaya perkara yang tersedia, yang

digunakan, jumlah penerima layanan, jumlah pemohon layanan yang

tidak terlayani (prodeo murni) dan rincian penggunaannya;

b.

Jumlah anggaran sidang di luar gedung pengadilan negeri yang tersedia,

yang digunakan, jumlah penerima layanan dan rincian penggunannya;

c.

Jumlah anggaran Posbakum Pengadilan Negeri yang tersedia, yang

digunakan, jumlah penerima layanan, jumlah pemohon layanan yang

tidak terlayani dan rincian penggunaanya; dan

d.

Jumlah penerima layanan dalam butir a, b dan c, penyelenggaraan

layanannya tidak menggunakan Anggaran Satuan Pengadilan atau

berasal dari sumber lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)

Perma No. 1 Tahun 2014.

Pasal 20

(1)

Wakil Panitera dibantu oleh Petugas Pengadilan Negeri yang

ditunjuk Ketua Pengadilan Negeri melakukan rekapitulasi Pelaporan

Layanan Hukum bagi masyarakat tidak mampu setiap bulan

berdasarkan data Pencatatan ke dalam Sistem Data Layanan

Hukum bagi masyarakat tidak mampu secara elektronik melalui


(30)

sistem teknologi informasi terkini yang diterapkan oleh Pengadilan

Negeri;

(2)

Wakil Panitera wajib melakukan rekapitulasi pelaporan bantuan

hukum setiap bulan berdasarkan data pencatatan ke dalam system

Data Posbantuan Hukum Pengadilan Negeri secara elektronik

melalui sisitim Layanan Pesan Singkat ( SMS ) atau jaringan sistim

internet;

(3)

Pengiriman laporan pemberian layanan hukum bagi masyarakat

tidak mampu dilakukan melalui SMS dengan Nomor centre

08528144

000

dan

melalui

Web

dengan

alamat:

hhtp://sms.mahkamahagung.go.id,

serta laporan manual ke alamat

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Jl.Jend.A.Yani

Kav.58 By Pass Cempaka Putih Timur, PoBox 1148 JKT 13011

Fax. (021) 29079201 dan email :

[email protected]

BAB VIII

MEKANISME PENGADUAN, PENYAMPAIAN KELUHAN

DAN PENYELESAIAN MASALAH

Pasal 21

(1)

Masyarakat penerima layanan berhak menyampaikan pengaduan

atau keluhan atas kualitas layanan yang buruk atau praktik-praktik

layanan yang menyimpang dari ketentuan Layanan Hukum bagi

masyarakat tidak mampu di dalam petunjuk pelaksanaan ini;

(2)

Pengaduan atau penyampaian keluhan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat disampaikan kepada Ketua Pengadilan Negeri dengan

mengisi formulir pengaduan yang tersedia dan mengembalikannya

pada kotak aduan di Pengadilan Negeri;


(31)

(3)

Formulir pengaduan atau penyampaian keluhan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) disediakan pengadilan di setiap Meja

Informasi;

(4)

Semua formulir pengaduan atau penyampaian keluhan dijaga

kerahasiaannya;

(5)

Dalam hal Petugas Meja informasi atau Petugas Posbakum

Pengadilan Negeri menerima masyarakat yang menyampaikan aduan

atau

keluhannya,

maka

wajib

mengarahkan

orang

yang

bersangkutan pada formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (3);

(6)

Petugas Meja Informasi atau petugas Posbakum Pengadilan dapat

membantu masyarakat mengisi formulir pengaduan atau

penyampaian

keluhan

selama

tidak

mengandung

konflik

kepentingan;

(7)

Petugas Meja Informasi atau Petugas Posbakum Pengadilan dilarang

mencampuri atau mempengaruhi isi aduan atau keluhan;

BAB IX

PENUTUP

Pasal 22

Hal-hal yang belum diatur dalam petunjuk pelaksanaan ini

sepanjang berkaitan dengan administrasi keuangan yang

berasal dari APBN dan hal-hal lain yang berkaitan dengan

non teknis yudisial akan diatur kemudian oleh Direktur

Jenderal Badan Peradilan Umum

DIREKTUR JENDERAL

BADAN PERADILAN UMUM

ttd

Ditetapkan di : Jakarta

Pada Tanggal : 30 Mei 2014


(32)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)PEDOMAN

PEMBERIAN LAYANAN HUKUM BAGI MASYARAKAT TIDAK

MAMPU DI PENGADILAN

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM

Jl. Jend Ahmad Yani Kav. 58 By Pass

Jakarta Pusat

LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL


(33)

DAFTAR ISI

1.

PENDAHULUAN...1

1.1

T

UJUAN

U

MUM

...1

1.2

C

AKUPAN

...1

2.

KETENTUAN ...1

2.1

K

ETENTUAN

U

MUM

...1

2.1.1

Persyaratan Penerima Layanan Hukum ...1

2.1.2

Anggaran, Pembiayaan Dan Pembayaran ...2

2.1.3

Mekanisme Aduan, Penyampaian Keluhan Dan Penyelesaian Masalah ...2

2.1.4

Pencatatan, Pelaporan Dan Sistem Data ...3

2.2

K

ETENTUAN

K

HUSUS

...4

2.2.1

Ketentuan Layanan Pembebasan Biaya Perkara ...4

2.2.2

Ketentuan Layanan Sidang di Luar Gedung Pengadilan ...5

2.2.3

Ketentuan Layanan Posbakum Pengadilan ...6

3.

LAYANAN PEMBEBASAN BIAYA PERKARA ...8

3.1

P

ERMOHONAN

P

EMBEBASAN

B

IAYA

P

ERKARA OLEH

P

ENGGUGAT

/P

EMOHON PADA

P

ENGADILAN

T

INGKAT

P

ERTAMA

...8

3.2

P

ERMOHONAN

P

EMBEBASAN

B

IAYA

P

ERKARA OLEH

T

ERGUGAT

/T

ERMOHON PADA

P

ENGADILAN

T

INGKAT

P

ERTAMA

...12

3.3

P

ERMOHONAN

P

EMBEBASAN

B

IAYA

P

ERKARA OLEH

P

EMOHON

B

ANDING

/K

ASASI

/P

ENINJAUAN

K

EMBALI

...14

3.4

P

ERMOHONAN

P

EMBEBASAN

B

IAYA

P

ERKARA OLEH

T

ERMOHON

B

ANDING

/K

ASASI

/P

ENINJAUAN

K

EMBALI

...17

4.

SIDANG DI LUAR GEDUNG PENGADILAN ...20

5.

POSBAKUM PENGADILAN ...23

5.1

P

EMBENTUKAN

P

OSBAKUM

P

ENGADILAN

...23

5.2

K

ERJASAMA

K

ELEMBAGAAN DENGAN

P

EMBERI

L

AYANAN

P

OSBAKUM

P

ENGADILAN

..24

5.3

P

EMBERIAN

L

AYANAN

P

OSBAKUM

P

ENGADILAN

...26

5.4

M

EKANISME

P

ENGAWASAN DAN

P

ERTANGGUNGJAWABAN

P

OSBAKUM

P

ENGADILAN

.27

5.5

M

EKANISME

P

ENGAJUAN DAN

P

EMBAYARAN

I

MBALAN

J

ASA BAGI

L

EMBAGA

P

EMBERI

LAYANAN

P

OSBAKUM PENGADILAN

...29

6.

MEKANISME PENGADUAN, PENYAMPAIAN KELUHAN, DAN PENYELESAIAN


(34)

7.

PENCATATAN, PELAPORAN KEGIATAN DAN SISTEM DATA ...36

8.

LAMPIRAN ...

ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

8.1

F

ORMULIR

P

ERMOHONAN

P

EMBEBASAN

B

IAYA

P

ERKARA

...37

8.2

S

URAT

P

ENETAPAN

K

ETUA

P

ENGADILAN TENTANG

L

AYANAN

P

EMBEBASAN

B

IAYA

P

ERKARA

...38

8.3

S

URAT

K

EPUTUSAN

K

UASA

P

ENGGUNA

A

NGGARAN TENTANG

L

AYANAN

P

EMBEBASAN

B

IAYA

P

ERKARA

...40

8.4

S

URAT

K

EPUTUSAN

P

EMBENTUKAN

P

OSBAKUM

...42

8.5

SK

P

EMBENTUKAN

P

ANITIA

S

ELEKSI

L

EMBAGA

P

EMBERI

L

AYANAN

P

OSBAKUM

P

ENGADILAN

...44

8.6

P

EDOMAN

U

MUM

P

ERSYARATAN

C

ALON

L

EMBAGA

P

EMBERI

L

AYANAN

P

OSBAKUM

P

ENGADILAN

...47

8.7

L

APORAN

H

ASIL

S

ELEKSI

C

ALON

L

EMBAGA

P

EMBERI

L

AYANAN

P

OSBAKUM

P

ENGADILAN

...48

8.8

P

ENGUMUMAN

P

ENETAPAN

P

EMENANG

S

ELEKSI

L

EMBAGA

P

EMBERI

L

AYANAN

P

OSBAKUM

P

ENGADILAN

...50

8.9

S

URAT

L

APORAN

H

ASIL

S

ELEKSI

L

EMBAGA

P

EMBERI

L

AYANAN

P

OSBAKUM

P

ENGADILAN

...51

8.10

P

ERJANJIAN

K

ERJA SAMA DENGAN

L

EMBAGA

P

EMBERI

L

AYANAN

P

OSBAKUM

P

ENGADILAN

...52

8.11

S

URAT

P

ERINTAH

K

ERJA

...58

8.12

F

ORMULIR

P

ERMOHONAN

L

AYANAN

P

OSBAKUM

...59

8.13

S

URAT PERNYATAAN TELAH MENERIMA LAYANAN

...60

8.14

B

UKU

R

EGISTER

P

OSBAKUM

P

ENGADILAN

...61

8.15

D

AFTAR

P

IKET

P

ETUGAS

P

OSBAKUM

P

ENGADILAN

...62

8.16

F

ORMULIR PENGADUAN

/

PENYAMPAIAN KELUHAN

...63

8.17

S

URAT KEPUTUSAN

/

PENETAPAN PENJATUHAN SANKSI BAGI

P

OSBAKUM

P

ENGADILAN

...64

8.18

P

ERJANJIAN

K

ERJASAMA

P

ELAKSANAAN

P

ELAYANAN

S

IDANG DI

L

UAR

G

EDUNG


(35)

1.

PENDAHULUAN

1.1

T

UJUAN

U

MUM

Tujuan Standar Operasional Prosedur ini adalah memberikan suatu acuan dan

pedoman bagi setiap unit kerja di lingkungan Mahkamah Agung dan Badan

Peradilan dibawahnya dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi maupun

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Standar Operasional

Prosedur ini diharapkan:

a. Memberikan kepastian dan keseragaman dalam proses pelaksanaan suatu

tugas dan pemberian layanan kepada masyarakat.

b. Menunjang kelancaran dalam proses pelaksanaan tugas dan kemudahan

pengendalian.

c. Mempertegas tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas bagi aparatur.

d. Meningkatkan daya guna dan hasil guna secara berkelanjutan dalam

melaksanakan tugas umum di bidang peradilan.

e. Memberikan informasi mengenai pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh

aparatur peradilan secara proporsional.

f. Memberikan kejelasan dan transparansi kepada masyarakat sebagai

penerima layanan mengenai hak dan kewajibannya.

1.2

C

AKUPAN

Lingkup kegiatan dalam Standar Operasional Prosedur ini meliputi kegiatan

Layanan Pembebasan Pembebasan Biaya Perkara; Sidang di Luar Gedung

Pengadilan; Posbakum Pengadilan; Mekanisme Pengaduan, Penyampaian

Keluhan dan Penyelesaian Masalah; dan Pencatatan, Pelaporan dan Sistem

Data.

2. KETENTUAN

Dalam pelaksanaan layanan hukum bagi masyarakat tidak mampu di Pengadilan,

terdapat ketentuan-ketentuan yang berlaku umum untuk layanan pembebasan biaya

perkara, layanan sidang diluar gedung pengadilan dan layanan posbakum pengadilan.

2.1

K

ETENTUAN

U

MUM

2.1.1 Persyaratan Penerima Layanan Hukum

Setiap orang atau sekelompok orang yang tidak mampu secara ekonomi

dapat mengajukan permohonan layanan bantuan hukum dengan

melampirkan dokumen sebagai berikut:


(36)

a. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan oleh Kepala

Desa/Lurah/Kepala Wilayah setempat yang menyatakan bahwa benar

yang bersangkutan tidak mampu membayar biaya perkara, atau

b. Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu Keluarga

Miskin (KKM), Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas),

Kartu Beras Miskin (Raskin), Kartu Program Keluarga Harapan (PKH),

Kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kartu Perlindungan Sosial (KPS),

atau

c. Dokumen lainnya yang berkaitan dengan daftar penduduk miskin dalam

basis data terpadu pemerintah atau yang dikeluarkan oleh instansi lain

yang berwenang untuk memberikan keterangan tidak mampu.

2.1.2 Anggaran, Pembiayaan Dan Pembayaran

a. Kegiatan layanan hukum bagi masyarakat tidak mampu yang sumber

anggarannya berasal dari pihak lain, mengikuti mekanisme hibah

sesuai tata cara pelaksanaan kerjasama antara Mahkamah Agung

dengan Pemberi Hibah.

b. Mekanisme pengadaan sarana/prasarana dan pembayaran imbalan

jasa bagi pihak diluar pengadilan yang terdapat dalam kegiatan layanan

hukum bagi masyarakat tidak mampu, merujuk pada peraturan

perundangan mengenai pengadaan barang dan jasa.

c. Metode pembiayaan/pembayaran pada layanan hukum pembebasan

biaya perkara dan sidang diluar gedung pengadilan melalui mekanisme

Uang Persediaan (UP).

d. Metode pembiayaan/pembayaran pada layanan hukum posbakum

pengadilan melalui mekanisme Langsung (LS).

e. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah

pejabat yang memperoleh kewenangan dan tanggung jawab dari

Pengguna Anggaran untuk menggunakan anggaran yang dikuasakan

kepadanya.

f. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah

pejabat yang diberi kewenangan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa

Pengguna Anggaran untuk mengambil keputusan dan atau tindakan

yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban belanja negara.

g. Bendahara Pengeluaran yang selanjutnya disebut BP adalah orang

yang

ditunjuk

untuk

menerima,

menyimpan,

membayarkan,

menatausahakan, dan mempertanggung jawabkan uang untuk

keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan Anggaran dan

Belanja Negara pada kantor/satuan kerja kementerian/lembaga.

2.1.3 Mekanisme Aduan, Penyampaian Keluhan Dan Penyelesaian Masalah


(37)

pengaduan ataupun melalui media lain yang telah disediakan

Pengadilan

b. Mekanisme aduan, penyampaian keluhan dan penyelesaian masalah di

Pengadilan, pelaksanaannya merujuk pada Pedoman Pelaksanaan

Pengaduan di Pengadilan (SEKMA No 076/KMA/SK/VI/2009)

2.1.4 Pencatatan, Pelaporan Dan Sistem Data

Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Layanan Hukum bagi

masyarakat tidak mampu secara rutin dibuat dengan setidaknya memuat

keterangan-keterangan yang terdiri dari:

a. Penerima Layanan

1. Tanggal Pengajuan Permohonan;

2. Nama Pemohon Layanan;

3. Usia Pemohon Layanan;

4. Jenis Kelamin Pemohon Layanan;

5. Pekerjaan Pemohon Layanan;

6. Penghasilan Pemohon Layanan per bulan;

7. Kondisi Khusus Pemohon Layanan bila ada.

b. Kegiatan Layanan

1. Jumlah Layanan Hukum yang dimohonkan;

2. Jumlah dan jenis perkara yang dibebaskan biayanya;

3. Jumlah sidang di luar pengadilan beserta jumlah serta jenis perkara

yang disidangkan;

4. Jumlah jam layanan Posbakum;

5. Jumlah permohonan pembebasan biaya perkara yang tidak

terlayani dan penyebabnya;

6. Jumlah pemohon layanan untuk sidang di luar gedung pengadilan

yang tidak terlayani dan penyebabnya;

7. Jumlah permohonan Posbakum Pengadilan yang tidak terlayani dan

penyebabnya.

c. Hal-hal lain yang dirasa penting oleh Pengadilan

Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Layanan Hukum bagi

masyarakat tidak mampu mencakup layanan pembebasan biaya perkara

yang sumber anggarannya berasal dari APBD atau bantuan pihak lain,

dengan komponen biaya ditulis Nihil.


(38)

2.2

K

ETENTUAN

K

HUSUS

Dalam pelaksanaan layanan hukum bagi masyarakat tidak mampu di

Pengadilan, terdapat ketentuan-ketentuan yang berlaku khusus untuk

masing-masing layanan pembebasan biaya perkara, layanan sidang diluar gedung

pengadilan dan layanan posbakum pengadilan.

2.2.1 Ketentuan Layanan Pembebasan Biaya Perkara

1. Komponen dan besaran biaya sebagai akibat dari Pembebasan Biaya

Perkara adalah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Direktur

Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor : 52/DJU/SK/HK.006/5/ Tahun

2014 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung RI

No 1 Tahun 2014.

2. Pengajuan permohonan layanan pembebasan biaya perkara untuk

tingkat pengadilan yang lebih tinggi adalah sebagai berikut :

a. Banding dilakukan dalam tenggat waktu 14 hari setelah

diucapkan putusan tingkat pertama atau setelah menerima

pemberitahuan putusan dan sebelum mendaftarkan pernyataan

banding dan/atau memasukan memori banding, yang diajukan

dengan melampirkan dokumen persayatan

b. Kasasi dilakukan dalam tenggat waktu 14 hari setelah diucapkan

putusan tingkat banding atau setelah menerima pemberitahuan

putusan banding dan sebelum mendaftarkan pernyataan kasasi

dan/atau memasukkan memori kasasi.

c. Peninjauan Kembali dilakukan dalam tenggat waktu 180 hari

sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan

d. Eksekusi pada saat pemohon mengajukan permohonan

eksekusi kepada Ketua Pengadilan

e. Dalam hal perkara telah ditetapkan sebagai perkara bebas biaya

oleh pengadilan tingkat pertama maka pengajuan permohonan

banding/kasasi/peninjauan kembali/eksekusi harus disertai surat

penetapan layanan pembebasan biaya perkara oleh Ketua

Pengadilan Tingkat Pertama

f. Dalam hal permohonan pembebasan biaya perkara diajukan

dalam masa pemeriksaan perkara yang belum ada putusan

majelis hakim, maka permohonan tersebut akan dicatatkan lebih

dulu dalam Berita Acara Sidang dan selanjutnya majelis hakim

memerintahkan Pemohon pembebasan biaya perkara untuk

mengajukan permohonan tersebut kepada Ketua Pengadilan

sesuai prosedur yang berlaku

g. Dalam hal perkara telah ditetapkan sebagai perkara bebas biaya

oleh pengadilan tingkat pertama maka pengajuan kontra memori

banding/kasasi atau pelaksanaan inzage harus disertai surat

penetapan layanan pembebasan biaya perkara oleh Ketua


(39)

2.2.2 Ketentuan Layanan Sidang di Luar Gedung Pengadilan

Petugas/pelaksana Sidang di Luar Gedung Pengadilan terdiri dari:

1. Petugas Penyelenggara terdiri dari:

a. Hakim,

b. Panitera Pengganti,

c. Petugas Administrasi.

2. Petugas tambahan dapat terdiri dari:

a. Hakim Mediator,

b. Jurusita,

c. Satuan Pengamanan,

d. Petugas Posbakum,

e. Pejabat/Staf pengadilan lainnya sesuai kebutuhan.

Kewajiban Ketua Pengadilan Negeri:

1. Membuat Surat Keputusan tentang jadwal kegiatan persidangan

dengan memperhatikan banyaknya perkara yang diajukan serta

jauh dekatnya jarak antara kantor Pengadilan Negeri dengan tempat

sidang di luar gedung pengadilan negeri;

2. Membuat

Penetapan/Penunjukan

Majelis

Hakim/Hakim,

Panitera/Sekretaris menunjuk Panitera Penganti dan satu orang tenaga

administrasi ;

3. Melakukan monitoring dan pengawasan melekat terhadap pelaksanaan

sidang di luar gedung pengadilan negeri, serta memerintahkan

Panitera/Sekretaris untuk membuat laporan kegiatan dan penggunaan

anggaran sidang di luar gedung pengadilan negeri;

Kewajiban Majelis Hakim/Hakim:

1. Sebelum hari keberangkatan ke tempat sidang, Majelis Hakim/Hakim

harus sudah mendapatkan laporan mengenai jumlah perkara pidana

dari Panitera Muda Pidana, dan perkara perdata dari Panitera Muda

Perdata

sebagai

bahan

untuk

menentukan

waktu

lamanya

penyelenggaraan sidang di luar gedung pengadilan negeri;

2. Dalam hal diperlukan mediator, pelaksanaan mediasi dapat dilakukan

di Pengadilan ataupun di tempat sidang di luar gedung pengadilan

negeri;

3. Pendaftaran perkara baru maupun upaya hukum atas putusan

pengadilan yang bersangkutan bisa dilakukan dan dilayani di

tempat sidang di luar gedung pengadilan negeri melalui Panitera


(40)

4. Menerima, memeriksa dan memutus perkara dalam perkara pidana

maupun perkara perdata sesuai PERMA Nomor 1 Tahun 2014

2.2.3 Ketentuan Layanan Posbakum Pengadilan

1. Posbakum Pengadilan memberikan layanan berupa:

a. Pemberian informasi, konsultasi atau advis hokum.

b. Bantuan pembuatan dokumen hokum yang dibutuhkan.

c. Penyediaan

informasi

daftar

Organisasi

Bantuan

Hukum

sebagaimana dimaksud dalam UU No. 16 Tahun 2011 tentang

Bantuan Hukum atau organisasi bantuan hukum atau advokat

lainnya yang dapat memberikan bantuan hukum cuma-cuma.

2. Lembaga Pemberi Layanan Posbakum Pengadilan dapat berupa:

a. Lembaga masyarakat sipil penyedia advokasi hukum; dan/atau

b. Unit kerja advokasi hukum pada Organisasi Profesi Advokat;

dan/atau

c. Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Perguruan Tinggi

3. Kriteria Lembaga Pemberi Layanan Posbakum Pengadilan adalah:

a. Berbentuk badan hukum.

b. Khusus bagi Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Perguruan

Tinggi melampirkan dokumen pendirian yang dikeluarkan oleh

Pimpinan yang berwenang di lingkungan Perguruan Tinggi

c. Berdomisili di wilayah hukum Pengadilan.

d. Memiliki pengalaman dalam menangani perkara dan/atau beracara

di Pengadilan.

e. Memiliki minimal satu orang Advokat.

f. Memiliki staf atau anggota yang nantinya bertugas di Posbakum

Pengadilan yang bergelar minimal Sarjana Hukum atau Sarjana

Syariah.

g. Lulus tes kualifikasi yang ditetapkan oleh Pengadilan.

h. Apabila menyertakan mahasiswa untuk bertugas di Posbakum

Pengadilan, harus yang telah menempuh 140 SKS dan lulus mata

kuliah Hukum Acara serta Praktek Hukum Acara dan selama

bertugas ada di bawah pengawasan seorang Advokat atau Sarjana

Hukum atau Sarjana Syariah.


(41)

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM

Nomor SOP

Tanggal Pembuatan Maret 2014 Tanggal Revisi

Tanggal Pengesahan Juni 2014

Disahkan Oleh Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum

H. Herri Swantoro, SH, MH

Nama SOP LAYANAN PEMBEBASAN

BIAYA PERKARA

Dasar Hukum: Kualifikasi Pelaksana:

1. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu di Pengadilan. 2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

3. Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor: 52/DJU/SK/HK.006/5/Tahun 2014 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung RI No 1 Tahun 2014

• Memahami alur administrasi pendaftaran perkara. • Memahami tugas dan fungsi pekerjaan.

Keterkaitan: Peralatan/Perlengkapan:

SOP Pencatatan, Pelaporan dan Sistem Data • Formulir Permohonan Layanan Pembebasan Biaya Perkara

• Buku Register

• Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) • Berkas Perkara

• Surat Penetapan Ketua Pengadilan

• Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran • Buku Jurnal Keuangan Perkara

• Buku Induk Keuangan Perkara

• Laporan Penggunaan Uang Panjar Biaya Perkara • Surat Keputusan untuk menambah Panjar Biaya Perkara

Peringatan: Pencatatan dan Pendataan:

Permohonan layanan pembebasan biaya perkara harus diproses dan diputuskan pada hari yang sama dengan diajukannya surat permohonan layanan pembebasan biaya perkara jika semua persyaratan sudah terpenuhi.

Jam layanan adalah jam 08.00 – 12.00. Permohonan yang diterima setelah jam 12.00 dapat diproses pada hari kerja

Pencatatan administrasi keuangan perkara disimpan pada Buku Jurnal dan Buku Induk Keuangan Perkara.

Semua data yang berkaitan dengan layanan pembebasan biaya perkara dicatat dalam Sistem Data Layanan Hukum secara elektronik melalui sistem teknologi informasi terkini yang diterapkan Pengadilan.


(1)

8.17

S

URAT KEPUTUSAN

/

PENETAPAN PENJATUHAN SANKSI BAGI

P

OSBAKUM

P

ENGADILAN

[KOP PENGADILAN]

R A H A S I A

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI _____

NOMOR : _____

TENTANG

PENJATUHAN HUKUMAN PERINGATAN TERTULIS/PEMBERHENTIAN

SEMENTARA/PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA SAMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA PENGADILAN NEGERI _____

Membaca

:

1. Pengaduan tertulis dari penerima layanan tertanggal _____

terhadap Saudara _____ dari Lembaga Pemberi Layanan

Posbakum Pengadilan _____;

2. Hasil pemeriksaan tanggal _____;

Menimbang

:

a.

Menurut hasil pemeriksaan tersebut, Saudara _____ melakukan

perbuatan berupa _____;

b.

bahwa perbuatan tersebut merupakan pelanggaran terhadap

ketentuan

pasal

_____

di

dalam

Surat

Kesepakatan

Bersama/Kontrak Kerja/Peraturan lainnya;

c.

bahwa untuk menegakkan disiplin, perlu menjatuhkan hukuman

disiplin yang setimpal dengan pelanggaran disiplin yang

dilakukannya;

d.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud

dengan huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan

keputusan tentang penjatuhan hukuman teguran tertulis;

Mengingat

:

1.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesian Tahun 2009

Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5076);

2.

Undang-Undang Nomor 50 tahun 2009 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang

Peradilan Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 160, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5079);

3.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2009 Tentang

Biaya Proses Penyelesaian Perkara dan Pengelolaannya pada

Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di

Bawahnya;


(2)

Memperhatikan

: Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

2014 tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi

Masyarakat Tidak Mampu di Pengadilan;

MEMUTUSKAN

Menetapkan

:

KESATU

: Menjatuhkan hukuman disiplin berupa

Peringatan Tertulis /

Pemberhentian Sementara / Pemutusan Hubungan Kerja Sama

Lembaga

kepada :

Nama : _____

Lembaga Pemberi Layanan Posbakum : _____

Karena yang bersangkutan pada tanggal _____ telah melakukan

perbuatan yang melanggar ketentuan pasal _____ dalam Surat

Kesepakatan Bersama/Kontrak Kerja/Peraturan Lainnya.

KEDUA

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

KETIGA

: Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk dapat

dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di

Pada Tanggal

:

:

_____

Ketua Pengadilan Negeri

(Nama)

(Nomor NIP)

Tembusan Yth.

1. _____

2. Arsip.


(3)

8.18

P

ERJANJIAN

K

ERJASAMA

P

ELAKSANAAN

P

ELAYANAN

S

IDANG DI

L

UAR

G

EDUNG

P

ENGADILAN

PERJANJIAN KERJASAMA

ANTARA

____

DENGAN

PENGADILAN ______

TENTANG

PELAYANAN SIDANG DI LUAR GEDUNG PENGADILAN

NOMOR : ______

NOMOR : ______

Pada hari ______ tanggal ______ bulan _____ tahun ______, kami yang bertandatangan dibawah ini:

1.

______

:

______, dalam hal ini bertindak untuk dan atas Nama

______, berkedudukan di ______, selanjutnya disebut

PIHAK KESATU.

2. ______

:

Ketua Pengadilan ______ dalam hal ini

bertindak untuk dan atas nama Pengadilan ______,

berkedudukan di jalan ______, selanjutnya disebut

PIHAK

KEDUA.

PIHAK KESATU DAN PIHAK KEDUA dalam kedudukannya sebagaimana tersebut diatas secara

bersama-sama, terlebih dahulu menerangkan sebagai berikut :

a. (menerangkan situasi dan peraturan yang menjadi latar belakang dilaksanakannya kerja sama);

b. ______

c. ______ .

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam haruf a, huruf b, dan huruf c, ,

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA sepakat melakukan perjanjian kerjasama tentang ______

dengan syarat-syarat dan ketentuan sebagai berikut :


(4)

BAB I

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 1

Maksud perjanjian kerjasama ini adalah untuk memberikan pelayanan secara terpadu dengan

memfasilitasi penduduk ______ secara sederhana, cepat dan biaya ringan dalam mengajukan

______.

Pasal 2

Tujuan perjanjian kerjasama ini untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap keadilan (Acces to

justice) melalui pelayanan sidang keliling secara terpadu terhadap ______.

BAB II

OBJEK PERJANJIAN KERJA SAMA

Pasal 3

Objek perjanjian kerja sama ini adalah pelayanan sidang keliling terpadu ______.

BAB III

RUANG LINGKUP

Pasal 4

Ruang lingkup bidang yang dikerjakan masing-masing pihak meliputi :

a. Penghimpunan Kelengkapan Berkas;

b. Penelitian kelengkapan persyaratan;

c. Pelaksanaan persidangan;

d. Penerbitan Salinan Penetapan Pengadilan;

e. Penerbitan Dokumen.

f.

(dasar pertimbangan dapat disesuaikan)

BAB IV

TAHAPAN KEGIATAN

Pasal 5

Pelaksanaan proses Pelayanan Sidang Keliling Terpadu ____ dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut :


(5)

a. (menjelaskan tahapan kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak. Tahapan tersebut

diupayakan tertulis rinci sehingga para pihak memahami tugas dan kewajibannya).

b. dst (dapat disesuaikan).

BAB V

HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 6

(1) PIHAK KESATU berhak memperoleh informasi dan koordinasi dalam rangka persiapan sidang keliling

terpadu;

(2) PIHAK KEDUA berhak mendapatkan fasilitas sarana dan prasarana antara lain berupa transportasi

dan akomodasi dalam penyelenggaraan sidang keliling terpadu dari PIHAK KESATU.

(3) dst (dapat disesuaikan).

Pasal 7

(1) PIHAK KESATU mempunyai kewajiban melengkapi seluruh berkas permohonan yang dipersyaratkan

oleh PIHAK KEDUA sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(2) PIHAK KEDUA mempunyai kewajiban melaksanakan pemeriksaan berkas permohonan dan

melaksanakan persidangan;

(3) Pihak KESATU dan PIHAK KEDUA membentuk tim (pokja) berdasarkan Surat Keputusan (SK)

masing-masing instansi yang ditandatangani pimpinannya.

BAB VI

PEMBIAYAAN

Pasal 9

Segala biaya yang timbul akibat dari pelaksanaan sidang keliling terpadu ini dibebankan kepada ____

(disesuaikan dengan hasil kesepakatan).

BAB VII

JANGKA WAKTU PROSES PELAYANAN DAN PENERBITAN DOKUMEN

Pasal 9

(1) Jangka waktu pengurusan dan penyelesaian dokumen diselesaikan oleh PIHAK KESATU dan PIHAK

KEDUA, sejak diterimanya berkas permohonan secara lengkap dan memenuhi persyaratan proses

pelaksanaan sidang di selenggarajan PIHAK KEDUA dengan program one day service (pelayanan

satu hari);


(6)

(2) Pihak PERTAMA segera menerbitkan dokumen sesudah menerima penetapan pengadilan atau paling

lama tiga hari kerja setelah menerima salinan penetapan.

(3) Dst (sesuai hasil kesepakatan).

BAB VIII

JANGKA WAKTU PERJANJIAN KERJASAMA

Pasal 10

Jangka waktu perjanjian kerjasama ini berlaku untuk jangka waktu _____ tahun/bulan/hari sejak ditanda

tangani dan dapat dievaluasi setiap akhir _____ tahun/bulan.

BAB IX

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 11

Hal-hal yang belum cukup diatur dan/atau perubahan dalam perjanjian kerjasama ini akan diatur dalam

perjanjian kerjasama tambahan (addendum) dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari

perjanjian kerjasama ini.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 12

(1) Perjanjian Kerjasama ini mengikat PARA PIHAK sejak ditandatangani.

(2) Perjanjian Kerja sama ini dibuat oleh PARA PIHAK dengan sebenar-benarnya dan ditandatangani

pada hari, tanggal, bulan , dan tahun sebagaimana tesebut diatas, dalam rangkap 4 (empat), 2 (dua)

diantaranya bermaterai cukup dan 2 (dua) tanpa materai, mempunyai kekuatan hukum yang sama.

Demikian Perjanjian Kerjasama ini ditandatangani oleh PARA PIHAK, masing-masing dalam keadaan

sehat dilandasi itikad baik dan tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun.

PIHAK KEDUA

PIHAK KESATU


Dokumen yang terkait

Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi BadanPenanaman Modal Kota Medan (Studi Pada Pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan)

0 124 257

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket

0 59 102

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Studi Tentang Pengosongan Kolom Agama Pada Kartu Tanda Penduduk Aliran Kepercayaan “Parmalim” Di Kota Medan)

8 91 141

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga Ditinjau Dari Prespektif Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kabupaten Kutai Timur)

2 168 113

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warnet (Tinjauan Kebijakan Sosial Untuk Mencegah dan Mengatasi Perilaku Menyimpang Pengguna Warnet)

5 93 159

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket

3 76 102

Peraturan Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu di Pengadilan

0 0 34

PETUNJUK PELAKSANAAN PETUNJUK TEKNIS UJIAN DINAS ELEKTRONIK (E-EXAM) MAHKAMAH AGUNG RI

0 0 29