Pengorganisasian ibu - ibu jamaah Aisyiyah dalam pengentasan masyarakat dari belenggu rentenir di Kelurahan Kalijudan Surabaya.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kalijudan sebagai salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya mempunyai 6 RW yang mayotitas penduduknya beragama islam. Kelurahan kalijudan berada di pinggiran kota Surabaya bersebelahan dengan kelurahan Ploso dan kelurahan Mulyorejo. Tiga kelurahan tersebut menjadi basis kegiatan agama dari dua organisasi islam besar yang berada di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama. Pengajian pengajian agama sangat rutin terlakana di masjid masjid yang berada di Kalijudan. Hampir setiap minggu sekali kelompok pengajian dari dua ormas tersebut aktif melaksanakan pengajian agama. Muhammadiyah sebagai organiasi islam terbesar di Kelurahan kalijudan khususnya yang sangat aktif melaksanakan kegiatan soial, agama dan pengajian agama secara rutin.
Aisyiyah sebagai salah satu organisasi otonom di Muhammadiyah adalah sebuah gerakan perempuan Muhammadiyah yang lahir hampir bersamaan dengan lahirnya organisasi Islam terbesar di Indonesia ini. Dalam sejarah, Gagasan yang mengemuka dalam gerakan kaum perempuan, mengembangkan misi relatif sama dengan gerakan pembaharuan Islam, Aisyiyah adalah salah satu contoh penting dari hal ini. Sebagai bagian kewanitaan Muhammadiyah, gerakan dan pemikiran
(2)
Aisyiyah untuk kemajuan kaum perempuan berada dalam agenda pembaharuan Muhammadiyah.1 Dalam AD/ART Muhammadiyah organisasi otonom ialah satuan organisasi di bawah Muhammadiyah yang memiliki wewenang mengatur rumah tangganya sendiri, dengan bimbingan dan pembinaan oleh Pimpinan Muhammadiyah.2 Aisyiyah sebagai organisasi islam yang bergerak di kalangan komunitas perempuan pun juga sangat aktif melaksanakan kegiatan keagamaan terkhusus pengajian rutin.
Aisyiyah didirikan berdasarkan cita cita K.H Ahmad Dahlan menggerakan perempuan islam untuk bermanfaat di kalangan kaum perempuan di Indonesia, seperti yang dikutip dari buku Gerakan Muhammadiyah Memurnikan Ajaran Islam di Indonesia. Semua kebutuhan keagamaan dari wanita dapat dipenuhi dan diusahakan oleh para wanita sendiri. Seperti mengajar agama kepada wanita lain, mendidik anak anak menulis karangan karangan yang berguna bagi wanita, memandikan mayat wanita dan segala sesuatu yang dapat memperbaiki keadaan manusia dan dapat dilaksanakan oleh wanita.3
Di Kalijudan sendiri Aisyiyah telah berdiri sejak tahun 1980 dengan kegiatan awalnya adalah pengajian pengajian agama di masjid masjid yang ada di kelurahan Kalijudan. Semakin berjalannya waktu
1Amelia Fauzia dkk,Tentang Perempuan Islam : Wacana dan Gerakan,(Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama), 2004, hal. 6.
2Pimpinan Pusat Muhammadiyah,Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Muhammadiyah,
(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah), 2010, hal. 16.
3Jeames L Peacock,Gerakan Muhammadiyah Memurnikan Ajaran Islam di Indonesia, (Jakarta:
(3)
Aisyiyah di Kalijudan semakin berkembang sampai sekarang mempunyai amal usaha yaitu Taman Kanak Kanak Asiyiyah Bustanul Athfal 47 Surabaya. Namun untuk pemberdayaan ekonomi Aiyiyah Kalijudan sangatlah kurang. Di dalam Aisyiyah bagian ekonomi harusnya mempunyai amal usaha yang biasa diberi naman Badan Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) yang bagian bagiannya meliputi :4
1. Pendidikan ketrampilan melalui pengajian. 2. Pengkoordinasian hasil usaha/produksi anggota. 3. Penjualan produksi (pemasaran).
4. Sewa menyewa dan simpan pinjam. 5. Pelatihan manajemen usaha.
Adapun di dalam Aisyiyah yang dimaksud dengan Jamaah Aisyiyah bukan pengurus Aisyiyah namun adalah jamaah atau partisipan dari Aisyiyah yaitu orang yang mengikuti kegiatan dan program Aisyiyah sekaligus shalat berjamaah di Masjid Muhammadiyah. Program Aisyiyah dalam hal ekonomi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga. Maka harusnya kelompok pengajian ibu ibu jamaah aisyiyah tidak hanya menjadi organisasi formal saja namun juga menjadi komunitas tersendiri di dalam masyarakat kelurahan Kalijudan. Pengajian pengajian yang dilaksanakan oleh aisyiyah seharusnya menjadikan para jamaahnya melakukan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi sesuatu yang dilarang oleh Allah. Namun para anggota pengajian
4Pimpinan Pusat Aisyiyah,Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan Aisyiyah(Yogyakarta : Tim
(4)
aisyiyah masih banyak yang menggunakan jasa rentenir yang ada di kelurahan Kalijudan dalam meminjam uang. Hal ini sangat bertolak belakang dari tujuan pengajian aisyiyah tersebut.
Rentenir menurut KBBI mempunyai arti orang yang mencari nafkah dengan membungakan uang; tukang riba; pelepas uang; lintah darat. Rentenir dalam prakteknya sangatlah merugikan dan membelenggu para korban Karena hutang yang harus dibayar bernilai lebih dibanding dengan hutang awal. Di Kalijudan model pinjaman uangnya adalah adanya tambahan bunga setiap hari. Mayoritas ibu ibu jamaah Aisyiyah meminjam uang di rentenir disebabkan untuk modal usaha. Ibu ibu jamaah Aisyiyah banyak yang memiliki usaha kecil atau berdagang seoerti berjualan lontong kupang, kerupuk, sayur, dll. Hal tersebut yang mendorong ibu ibu jamaah Aisyiyah untuk meminjam uang di rentenir meskipun bunga dari pinjaman tersebut hitungannya setiap hari.
Sebagai salah satu contoh kasus yang paling parah yaitu keluarga Lusiana. Lusiana wanita yang berumur 34 tahun mempunyai suami bernama budiman berumur 40 tahun tinggal di rumah sekitar 4x10m. Rumah mereka yang hanya berdinding triplek dan beratap asbes namun di dalamnya hidup pasangan suami istri dengan tiga anak laki lakinya. Anak pertama yang masih duduk di bangku SMP, anak kedua duduk di bangku SD, dan anak Gambar 1.1
(5)
terakhir yang masih balita atau berumur 3,5 tahun mempunyai kebutuhan sekolah dan kebutuhan lainnya yang sangat banyak. Contohnya seperti kebutuhan SPP sebesar Rp100.000 ditambah uang jajan sekolah Rp35.000 seharinya membuat Lusiana bekerja keras dalam mencari nafkah. Suaminya yang bekerja sebagai montir di salah satu bengkel di Kalijudan hanya mamou menghasilkan gaji sebesar Rp3.000.000 perbulannya. Lusiana yang baru saja membuka warung makan kecil pemberian dari walikota di daerah wisata mangrove sangat membutuhkan modal besar di setiap bulannya karena kebutuhan keluarga mereka yang cukup besar.
Kebutuhan pangan keluarga mereka setiap hari menghabiskan 1 Kg beras atau sekitar Rp10.000, jika dijumlah dalam hitungan bulannya menghabiskan sekitar Rp300.000. Tidak hanya itu saja lauk pauk, sayur, bumbu dan bahan masakan lainnya yang menghabiskan biaya sekitar Rp50.000 perharinya sudah termasuk makanan anaknya yang masih balita bukanlah jumlah kebutuhan yang sedikit. Lusiana terpaksa meminjam rentenir untuk modal berjualannya. Orang tua dan mertua Lusiana awalnya tidak mengetahui bahwa Lusiana meminjam uang ke rentenir, mertua Lusiana baru mengetahui hal tersebut ketika rentenir tersebut mendatangi rumahnya dan menagih dengan keras. Lusiana melakukan hal tersebut karena terpaksa dan tidak mempunyai pilihan lagi selain meminjam uang ke rentenir. Usaha berdagang kupang dan gado gado di warungnya yang baru belum menghasilkan penghasilan yang banyak karena terhitung masih baru. Pengalaman paling pahit ketika Lusiana meminjam uang
(6)
sejumlah Rp5.000.000 dengan bunga Rp1.000.000 perbulannya. Lusiana tidak mampu membayarnya hingga 5 bulan sehingga bunga yang harus dibayar Lusiana sekeluarga berjumlah Rp5.000.000 atau 100% persen dari uang yang Lusiana pinjam. Lusiana sangat menyesal dengan pilihannya tersebut, namun bagaimanapun juga Lusiana tidak memiliki pilihan lain selain meminjam uang di rentenir untuk kebutuhan sehari hari dan modal berjualannya.
Ibu ibu jamaah Asiyiyah belum sadar bahwa rentenir sangat menjerat dan dilarang agama, karena pengajian rutin Aisyiyah isinya belum ada yang diarahkan kepada permasalahan yang ada di masyarakat. Isi pengajian mayoritas perkara ibadah dan hubungan kepada Allah, jarang sekali yang membahas tentang hubungan kepada manusia. Ibu ibu jamaah Aisyiyah yang terbelenggu oleh rentenir mayoritas keuangan keluarganya tidak termanajemen dengan baik, karena tidak mampu mengatur modal untuk usaha. Selain itu juga belum ada lembaga yang membantu pinjaman tanpa bunga. Dulu Muhammadiyah pernah mempunyai program pinjaman tanpa bunga kepada masyarakat, namun kendalanya adalah ibu ibu yang meminjam uang sangat susah untuk mengembalikan uang pinjamannya karena tidak merasa ditagih dengan tegas seperti yang biasa dilakukan rentenir dalam menagih kepada ibu ibu jamaah Aisyiyah. Hal ini menjadi masalah tersendiri untuk masyarakat kalijudan karena rentenir semakin merajalela.
(7)
Dalam agama sangat jelas bahwa riba dalam proses hutang piutangnya berhukum haram. Seharusnya ibu ibu jamaah Aisyiyah yang rutin melaksanakan pengajian agama faham bahwa berhutang di rentenir sangatlah merugikan dan dilarang oleh agama. Maka harus ada perubahan social pada ibu ibu jamaah Aisyiyah yaitu terbebas dari belenggu rentenir atau bertaubat dalam bahasa agama islam.
Orang orang sangat membutuhkan peringatan yang direiakkan kepada mereka, agar mereka tersadar dari keadaan mabuk, bangun dari tidur mereka, kembali pada petunjuk Allah dan bertobat kepada-Nya. Sebelum dating suatu hari ketika tidak bermanfaat harta ataupun anak anak pada hari tersebut. Hanya ada satu orang yang akan disambut oleh Allah, yaitu orang yang dating dengan membawa hati yang bersih.5Karena meminjam uang dengan bunga/riba selain merugikan diri sendiri termasuk perbuatan dosa juga maka harus ada perubahan agar terbebas dari belenggu rentenir.
Hal tersebut yang menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti serta mendampingi ibu ibu jamaah Aisyiyah dalam mengurai keterbelengguan dan membebaskan mereka dari rentenir.
B. Rumusan Masalah
Adapun fokus untuk riset dalam pemberdayaan ini adalah Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan, Kecamatan Mulyorejo, Kota
(8)
Surabaya, yang memiliki potensi dan asset yang dapat diberdayaan untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa faktor dan latar belakang problem keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan terhadap rentenir?
2. Bagaimana strategi pengorganisasian Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan dalam mengentaskan belenggu rentenir?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor dan latar belakang problem keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan terhadap rentenir.
2. Menemukan strategi pengorganisasian Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan dalam mengentaskan belenggu rentenir?
D. Sistematika Pembahasan
Laporan penelitian ini penulis sajikan dalam beberapa bab dengan sitematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berfungsi sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian. Pada BAB ini berisikan mekanisme penelitian yaitu menguraikan secara berurutan kegiatan penelitian dari latar belakang masalah, didukung dengan rumusan masalah, tujuan penelitian untuk pemberdayaan, strategi pemecahan masalah atau strategi pemberdayaan, serta sistematika pembahasan untuk membantu mempermudah pembaca dalam memahami secara ringkas penjelasan mengenai isi BAB per BAB.
(9)
BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT
Bab ini berisi penjelasan tentang pembahasan dalam prespektif teoritis, penulis menyajikan hal hal kajian kepustakaan konseptual yang menyangkut tentang pembahasan dalam penelitian. Penulis memaparkan teori yang berkaitan dengan tema masalah yang sedang diteliti, yakni konsep masyarakat atau komunitas. Selain itu juga berisi konsep tentang konsep pemberdayaan masyarakat. BAB ini juga memaparkan penelitian terkait yang sebelumnya guna sebagai bahan pembelajaran dan bahan acuan untuk penulisan ini. Serta juga kaitannya dengan riba dalam islam. BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini disajikan untuk mengurai paradigma penelitian sosial yang bukan hanya membahas masalah sosial secara kritis dan mendalam, akan tetapi melakukan aksi berdasarkan masalah yang terjadi di lapangan secara partisipasi. BAB ini juga berisi tentang metode apa yang akan digunakan untuk melakukan pendampingan. Membahas tentang pendekatan yang digunakan, prosedur penelitian pendampingan, wilayah dan subyek pendampingan, teknik pengumpulan data, teknik validasi data, dan teknik analisa data.
BAB IV : MENEROPONG KELURAHAN KALIJUDAN DAN AISYIYAH KALIJUDAN.
BAB ini berisi tentang deskripsi lokasi penelitian yang diambil, merupakan uraian mengenai letak Geografis Kekurahan Kalijudan, kependudukan, keadaan perekonomian, orientasi pendidikan masyarakat,
(10)
serta pola agama dan kebudayaan di Kelurahan Kalijudan. Sekaligus profil Jamaah Aisyiyah sebagai kelompok agama di kelurahan Kalijudan. Hal ini berfungsi untuk mendukung tema yang diangkat serta melihat gambaran umum realitas yang terjadi di dalam obyek penelitian.
BAB V : MENGGURAI BENANG KUSUT KETERBELENGGUAN IBU IBU JAMAAH AISYIYAH TERHADAP RENTENIR.
Peneliti menyajikan tentang realita dan fakta yang lebih mendalam, sebagai lanjutan dari latar belakang yang disajikan dalam BAB I. BAB ini terdapat uraian tentang kehidupan ibu ibu jamaah Aisyiyah, serta relasi kuasa antara ibu ibu jamaah Aisyiyah dengan rentenir. Hal ini sebagai analisis problem yang berpengaruh pada aksi yang akan dilakukan.
BAB VI : MENYATUKAN KEKUATAN UNTUK TERBEBAS DARI KETERBELENGGUAN.
Di dalam BAB ini menjelaskan tentang proses-proses pengorganisasian masyarakat yang telah dilakukan, mulai dari proses inkulturasi hingga refleksi kemudian juga menjelaskan proses diskusi bersama masyarakat untuk menganalisis dari temuan masalah yang ada di lapangan.
BAB VII : MEMBEBASKAN BELENGGU MENATA
KEBERLANJUTAN.
BAB ini berisi proses aksi berdasarkan perencanaan strategi program yang berkaitan dengan temuan masalah hingga muncul aksi perubahan secara partisipatif.
(11)
BAB VIII : MEMBANGUN KOMUNITAS PEREMPUAN YANG BERDAYA DENGAN SPIRIT AGAMA.
Peneliti membuat catatan refleksi atas penelitian dan pendampingan dari awal hingga akhir. Berisi tentang perubahan yang muncul setelah proses pendampingan sang sudah dilakukan. Selain itu juga menceritakan catatan peneliti pada saat penelitian mendampingi Kelompok ibu ibu jamaah Aisyiyah sebagai bagian dari aksi nyata melalui metode penelitian partisipatif.
BAB IX : PENUTUP
Pada BAB terakhir ini, peneliti membuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah, dari gambaran kehidupan masyarakat di kelurahan Kalijudan terutama Kelompok ibu ibu jamaah Aisyiyah. Pola strategi yang dilakukan untuk pengentasan dari belenggu rentenir dan juga keberhasilan dari aksi program. Selain itu, peneliti juga membuat saran kepada beberapa pihak yang dapat digunakan sebagai acuan untuk dapat diterapkan dalam pemecahan masalah keterbelengguan dari rentenir.
(12)
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S.Sos)
Oleh
Syahrul Ramadhan B72213063
Dosen Pembimbing
Dr. H. Thayib, S.Ag., M.Si 197011161999031001
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017
(13)
ii
PENGENTASAN MASYARAKAT DARI BELENGGU RENTENIR DI KELURAHAN KALIJUDAN SURABAYA
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S.Sos)
Oleh
Syahrul Ramadhan B72213063
Dosen Pembimbing
Dr. H. Thayib, S.Ag., M.Si 197011161999031001
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
JAMAAH AISYIYAH DALAM PENGENTASAN MASYARAKAT DARI BELENGGU RENTENIR DI KELURAHAN KALIJUDAN SURABAYA.
Skripsi ini membahas tentang pengorganisasian ibu ibu jamaah
Aisyiyah. Adapun fokus untuk riset dalam pemberdayaan ini adalah Ibu ibu
jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya, yang memiliki potensi dan asset yang dapat diberdayaan untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan rumusan masalah yang pertama, apa faktor dan latar belakang
problem keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan
terhadap rentenir?. Kedua, bagaimana strategi pengorganisasian Ibu ibu jamaah
Aisyiyah Kelurahan Kalijudan dalam mengentaskan belenggu rentenir?. Tujuan
dari pengorganisasian ini untuk memembebaskan ibu ibu jamaah Aisyiyah
terhadap belenggu rentenir.
Penelitian untuk pemberdayaan ini, metode yang digunakan adalah metode
Participatory Action Research(PAR). Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian
yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders)
dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung (dimana pengamalan mereka sendiri sebagai persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Hal yang mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan. Peneliti ingin membangun
kesadaran bersama ibu ibu jamaah Aisyiyah agar bergerak bersama untuk
terbebas dari belenggu rentenir.
Faktor penyebab keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah adalah pertama, tidak adanya lembaga yang bekerja sama untuk meminjami pinjaman modal usaha tanpa bunga, sehingga ibu ibu jamaah Aisyiyah tidak mempunyai pilihan lain selain meminjam ke rentenir dengan bunga 20%/bulan. Kedua, tidak adanya kelompok usaha kecil menengah dan simpan pinjam di Aisyiyah untuk wadah pengembangan usaha ibu ibu jamaah Aisyiyah. Dalam prosesnya fasilitator dan ibu ibu jamaah Aisyiyah membentuk kelompok usaha kecil menengah Pena Surya untuk membangun kesadaran bersama dan melaksanakan program. Kelompok Pena Surya menjalin kerja sama dengan Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah dalam hal pinjaman modal usaha tanpa bunga ibu ibu jamaah Aisyiyah. Hasil dari program kerja sama dengan Lazismu Kota Surabaya dan
pembentukan kelompok Pena Surya ditandai dengan ibu ibu jamah Aisyiyah
tidak lagi meminjam uang ke rentenir.
(19)
xi DAFTAR ISI
COVER DALAM ...i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN PENGUJI .iii PERSYARATAN KEASLIAN ... iv
MOTTO v PERSEMBAHAN ...vi
ABSTRAK . ...viii
KATA PENGANTAR ...ix
DAFTAR ISI ..xi
DAFTAR TABEL .. ...xiv
DAFTAR BAGAN .. ..xv
DAFTAR DIAGRAM ..xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Sistematika Pembahasan ... 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT ... 12
A. Konsep Masyarakat atau Komunitas... 12
B. Konsep Pengorganisasian Masyarakat ... 13
(20)
E. Penelitian Terkait ... 17
BAB III METODE PENELITIAN... 22
A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan... 22
B. Prosedur Penelitian Pendampingan... 23
C. Wilayah dan Subyek Pendampingan... 27
D. Teknik Pengumpulan Data... 28
BAB IV MENEROPONG KELURAHAN KALIJUDAN DAN AISYIYAH KALIJUDAN ... 34
A. Letak Geografis ... 34
B. Kependudukan... 35
C. Kondisi Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan dan Agama ... 36
D. Sejarah dan Peran Aisyiyah di Kalijudan ... 40
BAB V MENGGURAI BENANG KUSUT KETERBELENGGUAN IBU IBU JAMAAH AISYIYAH TERHADAP RENTENIR... 42
A. Potret Keluarga Miskin Ibu Ibu Jamaah Aisyiyah yang Terbelenggu oleh Rentenir di Kalijudan ... 42
B. Jerat Rentenir Terhadap Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kalijudan ... 52
C. Kondisi Kerentanan Ibu ibu Jamaah Aisyiyah... 55
BAB VI MENYATUKAN KEKUATAN UNTUK TERBEBAS DARI KETERBELENGGUAN... 62
A. Proses Awal Pengorganisasian... 62
B. Membangun Kesadaran Bersama Tentang Keterbelengguan ... 64
C. Merencanakan Aksi Bersama Masyarakat ... 70
(21)
xiii
A. Membangun Kekuatan Bersama Stakeholder ... 77
B. Membentuk Kelompok Berkelanjutan ... 82
BAB VIII MEMBANGUN KOMUNITAS PEREMPUAN YANG BERDAYA (Sebuah Catatan Refleksi)... 85
BAB IX PENUTUP ... 91
A. Kesimpulan ... 91
B. Rekomendasi ... 92
(22)
Tabel 3.1 Jadwal Pendampingan... 26 Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 37 Tabel 4.2 Sarana Pendidikan... 38 Tabel 4.3 Sarana Kesehatan ... 38 Tabel 5.1 Jadwal Harian Bu Sumirah ... 48 Tabel 5.2 Jadwal Harian Bu Lusiana ... 50 Tabel 5.3 Alur Sejarah ... 52 Tabel 5.4 Kalender Musiman... 56 Tabel 6.1 Kerangka Berfikir Pemberdayaan ... 75 Tabel 7.1 Analisa Stakeholder ... 77
(23)
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 6.1 Pohon Masalah... 71
(24)
Diagram 4.1 Data Pekerjaan Masyarakat... 36
Diagram 4.2 Data Agama Masyarakat... 39
Diagram 5.1 Diagram Venn... 54
(25)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Foto Bu Lusiana ... 4 Gambar 5.1 Foto Bu Sumirah ... 42 Gambar 5.2 Foto Bu Lutina ... 44 Gambar 5.3 Foto Bu Arlina... 45 Gambar 5.4 Foto Bu Lusiana ... 47 Gambar 6.1 Foto Ketua Aisyiyah... 62 Gambar 6.2 Foto FGD Pertama ... 65 Gambar 6.3 Foto FGD Kedua ... 67 Gambar 6.4 Foto FGD Ketiga... 70 Gambar 7.1 Foto FGD dengan Muhammadiyah Kalijudan ... 79 Gambar 7.2 Foto Aksi Pertama (Kerja sama dengan Lazismu Surabaya) .... 81 Gambar 7.3 Foto Aksi Kedua (Membentuk Kelompok Pena Surya) ... 83
(26)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kalijudan sebagai salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya mempunyai 6 RW yang mayotitas penduduknya beragama islam. Kelurahan kalijudan berada di pinggiran kota Surabaya bersebelahan dengan kelurahan Ploso dan kelurahan Mulyorejo. Tiga kelurahan tersebut menjadi basis kegiatan agama dari dua organisasi islam besar yang berada di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama. Pengajian pengajian agama sangat rutin terlakana di masjid masjid yang berada di Kalijudan. Hampir setiap minggu sekali kelompok pengajian dari dua ormas tersebut aktif melaksanakan pengajian agama. Muhammadiyah sebagai organiasi islam terbesar di Kelurahan kalijudan khususnya yang sangat aktif melaksanakan kegiatan soial, agama dan pengajian agama secara rutin.
Aisyiyah sebagai salah satu organisasi otonom di Muhammadiyah adalah sebuah gerakan perempuan Muhammadiyah yang lahir hampir bersamaan dengan lahirnya organisasi Islam terbesar di Indonesia ini. Dalam sejarah, Gagasan yang mengemuka dalam gerakan kaum perempuan, mengembangkan misi relatif sama dengan gerakan pembaharuan Islam, Aisyiyah adalah salah satu contoh penting dari hal ini. Sebagai bagian kewanitaan Muhammadiyah, gerakan dan pemikiran
(27)
Aisyiyah untuk kemajuan kaum perempuan berada dalam agenda pembaharuan Muhammadiyah.1 Dalam AD/ART Muhammadiyah organisasi otonom ialah satuan organisasi di bawah Muhammadiyah yang memiliki wewenang mengatur rumah tangganya sendiri, dengan bimbingan dan pembinaan oleh Pimpinan Muhammadiyah.2 Aisyiyah sebagai organisasi islam yang bergerak di kalangan komunitas perempuan pun juga sangat aktif melaksanakan kegiatan keagamaan terkhusus pengajian rutin.
Aisyiyah didirikan berdasarkan cita cita K.H Ahmad Dahlan menggerakan perempuan islam untuk bermanfaat di kalangan kaum perempuan di Indonesia, seperti yang dikutip dari buku Gerakan Muhammadiyah Memurnikan Ajaran Islam di Indonesia. Semua kebutuhan keagamaan dari wanita dapat dipenuhi dan diusahakan oleh para wanita sendiri. Seperti mengajar agama kepada wanita lain, mendidik anak anak menulis karangan karangan yang berguna bagi wanita, memandikan mayat wanita dan segala sesuatu yang dapat memperbaiki keadaan manusia dan dapat dilaksanakan oleh wanita.3
Di Kalijudan sendiri Aisyiyah telah berdiri sejak tahun 1980 dengan kegiatan awalnya adalah pengajian pengajian agama di masjid masjid yang ada di kelurahan Kalijudan. Semakin berjalannya waktu
1Amelia Fauzia dkk,Tentang Perempuan Islam : Wacana dan Gerakan,(Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama), 2004, hal. 6.
2Pimpinan Pusat Muhammadiyah,Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Muhammadiyah,
(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah), 2010, hal. 16.
3Jeames L Peacock,Gerakan Muhammadiyah Memurnikan Ajaran Islam di Indonesia, (Jakarta:
(28)
Aisyiyah di Kalijudan semakin berkembang sampai sekarang mempunyai amal usaha yaitu Taman Kanak Kanak Asiyiyah Bustanul Athfal 47 Surabaya. Namun untuk pemberdayaan ekonomi Aiyiyah Kalijudan sangatlah kurang. Di dalam Aisyiyah bagian ekonomi harusnya mempunyai amal usaha yang biasa diberi naman Badan Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) yang bagian bagiannya meliputi :4
1. Pendidikan ketrampilan melalui pengajian. 2. Pengkoordinasian hasil usaha/produksi anggota. 3. Penjualan produksi (pemasaran).
4. Sewa menyewa dan simpan pinjam. 5. Pelatihan manajemen usaha.
Adapun di dalam Aisyiyah yang dimaksud dengan Jamaah Aisyiyah bukan pengurus Aisyiyah namun adalah jamaah atau partisipan dari Aisyiyah yaitu orang yang mengikuti kegiatan dan program Aisyiyah sekaligus shalat berjamaah di Masjid Muhammadiyah. Program Aisyiyah dalam hal ekonomi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga. Maka harusnya kelompok pengajian ibu ibu jamaah aisyiyah tidak hanya menjadi organisasi formal saja namun juga menjadi komunitas tersendiri di dalam masyarakat kelurahan Kalijudan. Pengajian pengajian yang dilaksanakan oleh aisyiyah seharusnya menjadikan para jamaahnya melakukan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi sesuatu yang dilarang oleh Allah. Namun para anggota pengajian
4Pimpinan Pusat Aisyiyah,Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan Aisyiyah(Yogyakarta : Tim
(29)
aisyiyah masih banyak yang menggunakan jasa rentenir yang ada di kelurahan Kalijudan dalam meminjam uang. Hal ini sangat bertolak belakang dari tujuan pengajian aisyiyah tersebut.
Rentenir menurut KBBI mempunyai arti orang yang mencari nafkah dengan membungakan uang; tukang riba; pelepas uang; lintah darat. Rentenir dalam prakteknya sangatlah merugikan dan membelenggu para korban Karena hutang yang harus dibayar bernilai lebih dibanding dengan hutang awal. Di Kalijudan model pinjaman uangnya adalah adanya tambahan bunga setiap hari. Mayoritas ibu ibu jamaah Aisyiyah meminjam uang di rentenir disebabkan untuk modal usaha. Ibu ibu jamaah Aisyiyah banyak yang memiliki usaha kecil atau berdagang seoerti berjualan lontong kupang, kerupuk, sayur, dll. Hal tersebut yang mendorong ibu ibu jamaah Aisyiyah untuk meminjam uang di rentenir meskipun bunga dari pinjaman tersebut hitungannya setiap hari.
Sebagai salah satu contoh kasus yang paling parah yaitu keluarga Lusiana. Lusiana wanita yang berumur 34 tahun mempunyai suami bernama budiman berumur 40 tahun tinggal di rumah sekitar 4x10m. Rumah mereka yang hanya berdinding triplek dan beratap asbes namun di dalamnya hidup pasangan suami istri dengan tiga anak laki lakinya. Anak pertama yang masih duduk di bangku SMP, anak kedua duduk di bangku SD, dan anak Gambar 1.1
(30)
terakhir yang masih balita atau berumur 3,5 tahun mempunyai kebutuhan sekolah dan kebutuhan lainnya yang sangat banyak. Contohnya seperti kebutuhan SPP sebesar Rp100.000 ditambah uang jajan sekolah Rp35.000 seharinya membuat Lusiana bekerja keras dalam mencari nafkah. Suaminya yang bekerja sebagai montir di salah satu bengkel di Kalijudan hanya mamou menghasilkan gaji sebesar Rp3.000.000 perbulannya. Lusiana yang baru saja membuka warung makan kecil pemberian dari walikota di daerah wisata mangrove sangat membutuhkan modal besar di setiap bulannya karena kebutuhan keluarga mereka yang cukup besar.
Kebutuhan pangan keluarga mereka setiap hari menghabiskan 1 Kg beras atau sekitar Rp10.000, jika dijumlah dalam hitungan bulannya menghabiskan sekitar Rp300.000. Tidak hanya itu saja lauk pauk, sayur, bumbu dan bahan masakan lainnya yang menghabiskan biaya sekitar Rp50.000 perharinya sudah termasuk makanan anaknya yang masih balita bukanlah jumlah kebutuhan yang sedikit. Lusiana terpaksa meminjam rentenir untuk modal berjualannya. Orang tua dan mertua Lusiana awalnya tidak mengetahui bahwa Lusiana meminjam uang ke rentenir, mertua Lusiana baru mengetahui hal tersebut ketika rentenir tersebut mendatangi rumahnya dan menagih dengan keras. Lusiana melakukan hal tersebut karena terpaksa dan tidak mempunyai pilihan lagi selain meminjam uang ke rentenir. Usaha berdagang kupang dan gado gado di warungnya yang baru belum menghasilkan penghasilan yang banyak karena terhitung masih baru. Pengalaman paling pahit ketika Lusiana meminjam uang
(31)
sejumlah Rp5.000.000 dengan bunga Rp1.000.000 perbulannya. Lusiana tidak mampu membayarnya hingga 5 bulan sehingga bunga yang harus dibayar Lusiana sekeluarga berjumlah Rp5.000.000 atau 100% persen dari uang yang Lusiana pinjam. Lusiana sangat menyesal dengan pilihannya tersebut, namun bagaimanapun juga Lusiana tidak memiliki pilihan lain selain meminjam uang di rentenir untuk kebutuhan sehari hari dan modal berjualannya.
Ibu ibu jamaah Asiyiyah belum sadar bahwa rentenir sangat menjerat dan dilarang agama, karena pengajian rutin Aisyiyah isinya belum ada yang diarahkan kepada permasalahan yang ada di masyarakat. Isi pengajian mayoritas perkara ibadah dan hubungan kepada Allah, jarang sekali yang membahas tentang hubungan kepada manusia. Ibu ibu jamaah Aisyiyah yang terbelenggu oleh rentenir mayoritas keuangan keluarganya tidak termanajemen dengan baik, karena tidak mampu mengatur modal untuk usaha. Selain itu juga belum ada lembaga yang membantu pinjaman tanpa bunga. Dulu Muhammadiyah pernah mempunyai program pinjaman tanpa bunga kepada masyarakat, namun kendalanya adalah ibu ibu yang meminjam uang sangat susah untuk mengembalikan uang pinjamannya karena tidak merasa ditagih dengan tegas seperti yang biasa dilakukan rentenir dalam menagih kepada ibu ibu jamaah Aisyiyah. Hal ini menjadi masalah tersendiri untuk masyarakat kalijudan karena rentenir semakin merajalela.
(32)
Dalam agama sangat jelas bahwa riba dalam proses hutang piutangnya berhukum haram. Seharusnya ibu ibu jamaah Aisyiyah yang rutin melaksanakan pengajian agama faham bahwa berhutang di rentenir sangatlah merugikan dan dilarang oleh agama. Maka harus ada perubahan social pada ibu ibu jamaah Aisyiyah yaitu terbebas dari belenggu rentenir atau bertaubat dalam bahasa agama islam.
Orang orang sangat membutuhkan peringatan yang direiakkan kepada mereka, agar mereka tersadar dari keadaan mabuk, bangun dari tidur mereka, kembali pada petunjuk Allah dan bertobat kepada-Nya. Sebelum dating suatu hari ketika tidak bermanfaat harta ataupun anak anak pada hari tersebut. Hanya ada satu orang yang akan disambut oleh Allah, yaitu orang yang dating dengan membawa hati yang bersih.5Karena meminjam uang dengan bunga/riba selain merugikan diri sendiri termasuk perbuatan dosa juga maka harus ada perubahan agar terbebas dari belenggu rentenir.
Hal tersebut yang menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti serta mendampingi ibu ibu jamaah Aisyiyah dalam mengurai keterbelengguan dan membebaskan mereka dari rentenir.
B. Rumusan Masalah
Adapun fokus untuk riset dalam pemberdayaan ini adalah Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan, Kecamatan Mulyorejo, Kota
(33)
Surabaya, yang memiliki potensi dan asset yang dapat diberdayaan untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa faktor dan latar belakang problem keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan terhadap rentenir?
2. Bagaimana strategi pengorganisasian Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan dalam mengentaskan belenggu rentenir?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor dan latar belakang problem keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan terhadap rentenir.
2. Menemukan strategi pengorganisasian Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan dalam mengentaskan belenggu rentenir?
D. Sistematika Pembahasan
Laporan penelitian ini penulis sajikan dalam beberapa bab dengan sitematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berfungsi sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian. Pada BAB ini berisikan mekanisme penelitian yaitu menguraikan secara berurutan kegiatan penelitian dari latar belakang masalah, didukung dengan rumusan masalah, tujuan penelitian untuk pemberdayaan, strategi pemecahan masalah atau strategi pemberdayaan, serta sistematika pembahasan untuk membantu mempermudah pembaca dalam memahami secara ringkas penjelasan mengenai isi BAB per BAB.
(34)
BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT
Bab ini berisi penjelasan tentang pembahasan dalam prespektif teoritis, penulis menyajikan hal hal kajian kepustakaan konseptual yang menyangkut tentang pembahasan dalam penelitian. Penulis memaparkan teori yang berkaitan dengan tema masalah yang sedang diteliti, yakni konsep masyarakat atau komunitas. Selain itu juga berisi konsep tentang konsep pemberdayaan masyarakat. BAB ini juga memaparkan penelitian terkait yang sebelumnya guna sebagai bahan pembelajaran dan bahan acuan untuk penulisan ini. Serta juga kaitannya dengan riba dalam islam. BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini disajikan untuk mengurai paradigma penelitian sosial yang bukan hanya membahas masalah sosial secara kritis dan mendalam, akan tetapi melakukan aksi berdasarkan masalah yang terjadi di lapangan secara partisipasi. BAB ini juga berisi tentang metode apa yang akan digunakan untuk melakukan pendampingan. Membahas tentang pendekatan yang digunakan, prosedur penelitian pendampingan, wilayah dan subyek pendampingan, teknik pengumpulan data, teknik validasi data, dan teknik analisa data.
BAB IV : MENEROPONG KELURAHAN KALIJUDAN DAN AISYIYAH KALIJUDAN.
BAB ini berisi tentang deskripsi lokasi penelitian yang diambil, merupakan uraian mengenai letak Geografis Kekurahan Kalijudan, kependudukan, keadaan perekonomian, orientasi pendidikan masyarakat,
(35)
serta pola agama dan kebudayaan di Kelurahan Kalijudan. Sekaligus profil Jamaah Aisyiyah sebagai kelompok agama di kelurahan Kalijudan. Hal ini berfungsi untuk mendukung tema yang diangkat serta melihat gambaran umum realitas yang terjadi di dalam obyek penelitian.
BAB V : MENGGURAI BENANG KUSUT KETERBELENGGUAN IBU IBU JAMAAH AISYIYAH TERHADAP RENTENIR.
Peneliti menyajikan tentang realita dan fakta yang lebih mendalam, sebagai lanjutan dari latar belakang yang disajikan dalam BAB I. BAB ini terdapat uraian tentang kehidupan ibu ibu jamaah Aisyiyah, serta relasi kuasa antara ibu ibu jamaah Aisyiyah dengan rentenir. Hal ini sebagai analisis problem yang berpengaruh pada aksi yang akan dilakukan.
BAB VI : MENYATUKAN KEKUATAN UNTUK TERBEBAS DARI KETERBELENGGUAN.
Di dalam BAB ini menjelaskan tentang proses-proses pengorganisasian masyarakat yang telah dilakukan, mulai dari proses inkulturasi hingga refleksi kemudian juga menjelaskan proses diskusi bersama masyarakat untuk menganalisis dari temuan masalah yang ada di lapangan.
BAB VII : MEMBEBASKAN BELENGGU MENATA
KEBERLANJUTAN.
BAB ini berisi proses aksi berdasarkan perencanaan strategi program yang berkaitan dengan temuan masalah hingga muncul aksi perubahan secara partisipatif.
(36)
BAB VIII : MEMBANGUN KOMUNITAS PEREMPUAN YANG BERDAYA DENGAN SPIRIT AGAMA.
Peneliti membuat catatan refleksi atas penelitian dan pendampingan dari awal hingga akhir. Berisi tentang perubahan yang muncul setelah proses pendampingan sang sudah dilakukan. Selain itu juga menceritakan catatan peneliti pada saat penelitian mendampingi Kelompok ibu ibu jamaah Aisyiyah sebagai bagian dari aksi nyata melalui metode penelitian partisipatif.
BAB IX : PENUTUP
Pada BAB terakhir ini, peneliti membuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah, dari gambaran kehidupan masyarakat di kelurahan Kalijudan terutama Kelompok ibu ibu jamaah Aisyiyah. Pola strategi yang dilakukan untuk pengentasan dari belenggu rentenir dan juga keberhasilan dari aksi program. Selain itu, peneliti juga membuat saran kepada beberapa pihak yang dapat digunakan sebagai acuan untuk dapat diterapkan dalam pemecahan masalah keterbelengguan dari rentenir.
(37)
BAB ✂✂
KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT A. Konsep Masyarakat atau Komunitas
Istilah masyarakat diterjemahkan dari kata atau konsep✄omm☎ ✆✝✞✟y Oleh karena itu, agar istilah atau konsep masyarakat tersebut tidak rancu atau bermakna ganda, maka dalam materi ini istilah atau konsep
✄omm☎ ✆✝ ✞yditerjemahkan sebagai komunitas. 6
Komunitas ialah suatu unit atau kesatuan social yang terorganisasikan dalam kelompok kelompok dengan kepentingan bersama, baik yang bersifat fungsional dan territorial.7
Sementara itu, masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep yaitu :8 1. Masyarakat sebagai sebuah tempat bersama , yakni sebuah
wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampong di wilayah pedesaan
2. Masyarakat sebagai kepentingan bersama , yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu.
6Fredian Toni Nasdian, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia),
2014, hal. 1.
7Ibid
8Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung : PT Refika Aditama ),
(38)
Maka dalam hal ini masyarakat/komunitas ibu ibu jamaah Aisyiyah adalam masyarakat yang tergolong dalam masyarakat yang bersifat fungsional atau mempunyai kepentingan yang sama.
B. Konsep Pengorganisasian Masyarakat
Istilah pengorganisasian lebih dimaknai sebagai suatu kerangka menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus pembangunan tatanan yang lebih adil.9 Mengorganisir masyarakat
sebenarnya merupakan akibat logis dari analisis tentang apa yang terjadi, yakni ketidakadilan dan penindasan di sekitar kita. Untuk menjawabnya, tidak ada pilihan lain kecuali bahwa seoarang harus terlibat ke dalam kehidupan rakyat yang bersangkutan dengan keterlibatannya maka pengorganisasian mereka pun dapat dimulai.10
Menurut habermas, paradigma dalam ilmu sosial terbagi dalam tiga kelompok :11
1. Instrumental knowledge/positivisme ilmiah, objektif, dan rasional. Memiliki sifat yang bebas nilai dari kepentingan kepentingan subjektif sehingga antara objek dan subjek didekati secara terpisah (berjarak) yang berciri generalis, universal, dan kuantatif dengan mengabaikan pengalaman pengalaman unik yang bersifat lokalistik.
9Agus Afandi, dkk.,
☛o☞✌l ✍✎ ✏✑✒ ✓ip✎✑✔ ✏y ✕✓ ✑✒ ✔n ✖ ✗✘✗✎✏✓h (PAR), (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya), 2016, hal. 197.
10Ibid hal 198. 11Ibid hal 200.
(39)
2. Paradigm intepretatif. Dasar dalam paradigm ini adalah fenomenologi dan hermeneutic yang lebih menekankan pada minat yang besar untuk memahami. Yang dicapai hanya memahami secara sungguh sungguh, tapi tidak sampai pada upaya untuk melakukan perubahan.
3. Paradigma kritik (emancipatory knowledge). Paradigma ini lebih dipahami sebagai proses katalisasi untuk membebaskan manusia dari segenap ketidakadilan. Prinsipnya sudah tidak lagi bebas nilai, dan melihat realitas sosial menulut prespektif kesejarahan (historitas). Paradigm ini menempatkan rakyat atau manusia sebagai subyek utama yang perlu dicermati dan diperjuangkan. Dengan demikian, paradigma kritis yang bersifat transformatif memungkinkan pengorganisir masyarakat untuk membongkar dan membebaskan masyarakat dari keterbelengguan dan ketertindasan. Karena itu, paradigm kritis menjadi landasan metodologis pemecahan masalah.
Pemahaman positivistis atas ilmu ilmu sosial mengandung relevansi politis yang sama beratnya dengan klaim klaim politis lain karena pemahaman itu berfungsi dalam melanggengkan status quo masyarakat. Sebaliknya, interaksi sosial sendiri diarahkan oleh cara berpikir teknokratis dan positivistis yang pada prinsipnya adalah rasio instrumental atau rasionalitas teknologis. Ke dalam situasi ideologis itulah Teori Kritis membawa misi8 emansipatoris untuk mengarahkan
(40)
masyarakat yang lebih rasional melalui refleksi diri. Disini teori mendorong praxis hidup politis manusia.✢✣
C. Konsep Pemberdayaan
Pemberdayaan atau pemberkuasaan berasal dari kata berbahasa Inggris empowerment yang akar katanya yaitu power yang berarti kekusaan atau keberdayaan. Kekuasaan dapat membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan terlepas dari keinginan dan minat mereka. Kakuasaan selalu berkaitan dengan pengaruh dan kontrol.13
Proses pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.14
Pemberdayaan selalu merujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam:
1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka mimiliki kebebasan
2. Menjangkau sumber-sumber yang produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya
12 F Budi Hardiman,
✤ ✥i✦ ✧ ★✩✪ ✫ologi(Yogyakarta : Kanisius), 1990, hal. 31.
13Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung : PT Refika Aditama
), 2014, hal. 57.
14Fredian Toni Nasdian,
✬ ✫ng✫m✭ ✮ng✮n ✯ ✮✰y✮✥✮k✮✦ , (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia), 2014, hal. 89
(41)
juga dapat memperoleh barang-barang dan jasa yang mereka butuhkan.
3. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan merumuskan keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.15 D. ✳iba dalam Islam
Terjemahan :
275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah ayat 275)
Dalam ayat tersebut riba hukumnya haram. Haram/Muharram secara bahasa berarti m✴✵n✶✷ (yang dihalangi, dilarang). Secara istilah berarti : Sesuatu yang dilarang oleh syari secara ilzam (wajib) untuk
15Edi Suharto,Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung : PT Refika Aditama
(42)
ditinggalkan.16 Tafsir dari ayat ini, Allah menceritakan sifat orang yang menyalahgunakan kalimat menolong membantu, padahal mencari keuntungan bahkan mencekik, mwngisap darah, ialah mereka yang memakan riba . Allah menyatakan bahwa mereka yang memakan riba takkan dapat berdiri tegak dalam hidupnya di tengah masyarakat, melainkan bagaikan orang kesurupan setan, sebab takkan tenang sesudah ia mengisap darah dengan cara yang sekejam kejamnya karena selalu sasarannya orang orang yang berhajat hutang piutang.17
E. ✺✻✼✻✽i✾ia✼✿ ✻❀❁ai✾
Guna penelitian terkait sebagai bahan pembelajaran dalam pemberdayaan dan sebagai bahan acuan dalam penulisan penelitan tentang peternakan sapi perah, maka disajikan penelitian terkait yang relevan. Penelitian terkait tersebut yakni sebagai berikut :
1. Pendampingan Perempuan Dalam Melepaskan Keterbelengguan Pada
Rentenir. Upaya Pemberdayaan Perempuan Keputran Panjunan II Kelurahan Embong Kali Asin Kecamatan Genteng Surabaya .
Skripsi ini ditulis oleh Oleh Hidayatus Syibhani, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Fokus peneletian tersebut terdiri dari dua yaitu:
a. Bagaimana pola pendampingan perempuan Keputran Panjunan Gang
II dalam menghadapi belenggu rentenir?
16Ahmad S Marzuki,Ushul Fiqih(Yogyakarta : Media Hidayah), 2008, hal. 19.
17Ibnu Katsir,Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid I,(Surabaya : PT Bina Ilmu), 1987,
(43)
b. Bagaimana pola membangun partisipasi perempuan Keputran Panjunan Gang II dalam proses aksi bersama untuk perubahan sosial?
Penelitian tersebut menggunakan metode Participatory Action Research (PAR). Sedangkan tujuan dari penelitian tersebut adalah :
a. Untuk melepas keterbelengguan perempuan Kampung Keputran
Panjunan Gang II dari rentenir.
b. Untuk mengetahui pemberdayaan perempuan Keputran Panjunan Gang II, dalam proses aksi bersama untuk perubahan sosial.
Hasil dari penelitian tersebut yaitu hasil pendampingan yang telah dilakukan selama beberapa waktu di Kampung Keputran Panjunan, dapat diketahui pola pendampingan perempuan dalam menghadapi rentenir adalah dengan pola pengorganisasian masyarakat. Dalam proses pengorganisasian ini dilakukan dengan cara melakukan diskusi secara intens bersama mereka, dari pembicaraan diskusi-diskusi tersebut maka, dengan sendirinya mereka akan menemukan solusi dan perencanaan aksi untuk menangani masalah mereka.
2. Analisis Persepsi Nasabah Rentenir Tentang Qard} pada Praktik Rentenir di Desa Bandaran Kecamatan Bangkalan .
(44)
Skripsi ini ditulis oleh Oleh Yusrifal Ananta, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Fokus dari peneletian tersebut terdiri dari tiga yaitu :
a. Bagaimana praktik rentenir oleh nasabah rentenir di Desa Bandaran
Kecamatan Bangkalan ?
b. Bagaimana persepsi nasabah rentenir tentang qard} pada praktik
rentenir di Desa Bandaran Kecamatan Bangkalan?
c. Bagaimana analisis persepsi nasabah rentenir tentang qard} pada
praktik rentenir di Desa Bandaran Kecamatan Bangkalan ?
Penelitian tersebut menggunakan metode Pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, kuisoner (angket), dan observasi lapangan. Sedangkan tujuan dari penelitian tersebut adalah :
a. Untuk mengetahui persepsi nasabah rentenir tentang qard}.
b. Untuk mengetahui praktik rentenir oleh nasabah rentenir di Desa
Bandaran Kecamatan Bangkalan.
c. Untuk mengetahui analisis persepsi nasabah rentenir tentang qard}
pada praktik rentenir di Desa Bandaran Kecamatan Bangkalan.
Hasil dari penelitian tersebut adalah Persepsi nasabah rentenir di
Desa Bandaran Kecamatan Bangkalan dilandasi dari persepsi nasabah
rentenirada yang berpendapat bahwa penerapan bunga pinjaman
memperbolehkan dan ada juga berpendapat bunga pinjaman tidak
(45)
3. Implikasi Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Terhadap Sosial Ekonomi Pengusaha Mikro Di Kota Surabaya .
Fokus penelitian tersebut terdiri dari tiga yaitu :
a. Bagaimana keadaan sosial ekonomi nasabah KSPPS sebelum dan
sesudah bergabung dengan KSPPS?
b. Bagaimana efektifitas KSPPS dalam pendanaan terhadap pengusaha
mikro?
c. Bagaimana implikasi dari KSPPS terhadap sosial ekonomi
pengusaha mikro di Surabaya?
Penelitian tersebut menggunakan metode Pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, kuisoner (angket), dan observasi lapangan. Sedangkan tujuan dari penelitian tersebut adalah :
a. Mengidentifikasi keadaan sosial ekonomi nasabah KSPPS di
Surabaya.
b. Memahami dan menganalisis efektifitas KSPPS dalam pendanaan
terhadap pengusaha mikro.
c. Memahami dan menganalisis implikasi dari Koperasi Simpan Pinjam
Pembiayaan Syariah (KSPPS) terhadap sosial ekonomi pengusaha
mikro di Surabaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal adalah hal utama yang dibutuhkan para pengusaha. Selain itu, adanya peningkatan pendapatan dan perkembangan usaha sehingga
(46)
beberapa mampu mendirikan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Hal ini juga atas dasar keikut sertaan KSPPS dalam memberi dorongan semangat dan binaan untuk anggotanya.
(47)
BAB ❋ ❋❋
●E❍■DE ❏E❑E▲I❍IA❑ A. ▼◆n❖ ◆kP ◗P ❘▼◆n◆litiP❘ untuk ▼◆m❙ ◆r❖PyPP ❘
❚❯❱ ❯❲❳❨❳❩ ❱❬ ❱❨ ❬❭ ❪ ❯❫❴ ❯❵❛❩❜❩❩ ❱❳ ❱❳, ❫❯❨ ❝ ❛❯❜❩ ❱❞❛❳ ❞❬❱❩❭ ❩ ❱❩ ❛❩❲❩❡ ❫ ❯❨ ❝❛ ❯ ❢ ❣❤ ✐❥❦❥❧ ❣✐♠❤ ♥ ♦❦✐❥♠♣ qrsr❣❤ ❦t (❚✉✈). ❚❩ ❛❩ ❛❩✇❩ ❵ ❱❜❩, ❚✉✈ ❫ ❯❵❬❪ ❩❭❩ ❱ ❪❯❱❯❲❳❨❳❩ ❱ ❜❩ ❱ ❞ ❫ ❯❲❳❴❩❨❭ ❩ ❱ ✇❯①❩ ❵❩ ❩❭❨❳ ② ✇❯❫ ❬❩ ❪ ❳❡❩❭-❪❳❡❩ ❭ ❜❩ ❱ ❞ ❵❯❲ ❯③❩ ❱ (s✐❣④rt♠⑤⑥r❤s) ❛❩❲❩ ❫ ❫❯❱ ❞❭ ❩⑦❳ ❨❳ ❱❛❩❭❩ ❱ ❜❩ ❱ ❞ ✇❯❛❩ ❱❞ ❴❯❵❲❩ ❱ ❞✇❬❱ ❞ (❛❳ ❫❩ ❱❩❪❯❱❞❩ ❫❩❲❩ ❱❫ ❯❵❯❭ ❩✇❯❱❛❳ ❵❳✇❯❴ ❩ ❞❩❳❪ ❯ ❵✇❝❩❲❩ ❱) ❛❩❲❩ ❫ ❵❩ ❱❞❭ ❩ ❫ ❯❲❩❭ ❬❭ ❩ ❱ ❪ ❯❵❬❴ ❩❡❩ ❱ ❛❩ ❱ ❪ ❯❵❴ ❩❳❭❩ ❱❭❯ ❩ ❵❩❡ ❜❩ ❱❞❲ ❯❴❳❡ ❴ ❩❳❭⑧ ⑨❩❲ ❜❩ ❱ ❞ ❫ ❯❱❛❩✇❩ ❵❳ ❛❳❲❩❭❬❭❩ ❱ ❱❜❩ ❚✉✈ ❩ ❛❩❲❩❡ ❭❯❴ ❬❨ ❬❡ ❩ ❱ ❭ ❳❨❩ ❬ ❱❨ ❬❭ ❫ ❯❱❛❩❪❩❨❭ ❩ ❱ ❪❯❵❬❴❩❡ ❩ ❱ ❜❩ ❱ ❞ ❛❳❳ ❱❞❳ ❱❭ ❩ ❱⑧
⑩ ❶
❷❲ ❯❡ ❭❩ ❵ ❯❱❩ ❳❨ ❬❸ ❫ ❯❲❩❭ ❬❭ ❩ ❱ ❪❯❵❬❴❩❡❩ ❱ ❛❳❪❯❵❲ ❬❭❩ ❱ ❭ ❯❨ ❯❵❲❳❴❩❨❩ ❱ ❲❩ ❱ ❞✇❬ ❱❞ ❛❩ ❵❳ ❫❩✇❜❩ ❵❩❭ ❩❨ ❭❩ ❵ ❯❱❩ ❫❩✇❜❩ ❵❩❭ ❩❨ ❜❩ ❱ ❞❭❯❛❯❪ ❩ ❱ ❱❜❩❩❭ ❩ ❱❫❩ ❫❪ ❬❫ ❯❱❞❩❨❩✇❳ ❪ ❯❵✇❝❩❲❩ ❱❱❜❩ ✇❯①❩ ❵❩ ❫❩ ❱❛❳ ❵❳.
❚✉✈ ❫ ❯❫❳❲❳❭ ❳ ❨❳ ❞❩ ❭❩❨❩ ❜❩❱❞ ✇❯❲❩❲ ❬ ❴ ❯❵❡ ❬❴ ❬ ❱❞❩ ❱ ✇❩❨ ❬ ✇❩ ❫❩ ❲❩❳ ❱❸ ❜❩❳❨ ❬ ❪ ❯ ❵❨❳✇❳❪❩✇❳, ❵❳✇❯❨ ❛❩ ❱ ❩❭✇❳. ❹❯❫❬❩ ❵❳✇❯❨ ❡ ❩ ❵❬✇ ❛❳❳ ❫❪ ❲ ❯❫❯❱❨❩✇❳❭ ❩ ❱ ❛❩❲❩ ❫ ❩❭✇❳. ✈❳✇❯❨ ❴❯❵❴ ❩✇❳✇ ❚✉✈ ❛❳ ❵❩ ❱①❩ ❱❞ ❬ ❱❨ ❬❭ ❫ ❯❱❞❭ ❩⑦❳ ✇❯✇❬❩❨ ❬ ❛❩❲❩ ❫ ❵❩ ❱❞❭ ❩ ❫❯❵ ❬❴ ❩❡ ❛❩ ❱ ❫❯❲ ❩❭ ❬❭❩ ❱❪❯❵❴ ❩❳❭❩ ❱❨ ❯❵❡ ❩ ❛❩❪❱❜❩. ⑨❩❲ ❳❨ ❬✇❯❵❳ ❱ ❞❭❩❲❳ ❫ ❬❱① ❬❲ ❛❩ ❵❳ ✇❳❨ ❬❩✇❳ ❜❩ ❱ ❞ ❨❳ ❛❩❭ ❫❯❫❬❩❭ ❩ ❱ ❜❩ ❱❞ ❭ ❯❫ ❬❛❳❩ ❱ ❫ ❯❱❛ ❝❵ ❝❱ ❞ ❭❯❳ ❱❞❳ ❱❩ ❱ ❬❱❨ ❬❭ ❫❯❵ ❬❴ ❩❡ ❭ ❯❪ ❩ ❛❩ ✇❳❨ ❬❩✇❳ ❜❩ ❱❞ ❲ ❯❴❳❡ ❴❩❳❭⑧
⑩ ❺
❻❯❲❩❭❬❭ ❩ ❱ ❵❳✇❯❨ ❜❩ ❱ ❞ ❴ ❩❳❭ ❡ ❩ ❵❬✇ ❛❳❴ ❩ ❱❞❬ ❱ ❛❯❱ ❞❩ ❱ ❪ ❩ ❵❨❳✇❳❪❩✇❳ ❴❯❵✇❩ ❫❩ ❫❩✇❜❩ ❵❩❭ ❩❨
❼❽
❾❿ ➀➁❾ ➂➃ ➄➅➆ ➇➅➈➈.,➉➊ ➋➌ ➍➎➏➐➑ ➒ ➓➒ ➔➏➑ ➊ ➐→➣ ➓➑ ➒ ➊ ↔↕ ➙➛➙➏➐ ➓➜(➝❾ ➞), (➟ ➀➠➃ ➡➃ ➢➃ ➤➥➝ ➝ ➦➧➨➩➟➀ ➄➃ ➄ ❾ ➫➭➯➲➟ ➀➠➃ ➡➃ ➢➃), ➳ ➵➸ ➺, ➻➃➲ ➼➽➸.
❼➾
(48)
➘➴➷ ➬➮ ➱✃❐ ➷ ✃❒ ❮✃❰ ✃➘✃Ï ➮➱ Ð Ñ ❒ ➱❒➱➘ ✃❐ ❒➴ Ò ✃Ó ✃➱ ❒ ➬ÒÔ➴ ➘Õ ❒➴➮✃❐Ó ➘ ✃❐ Ð ➴ ❐➴ Ö➱Ï➱ ×✃❐❮✃ ❒➴ Ò ✃Ó✃➱ Ð➴ ❐➮ ✃➷ Ð ➱❐Ó ➷ ✃❒ ❮✃❰✃➘✃Ï ❮✃❐Ó ✃➘✃❐ ➷➴ Ö✃➘ ➬➘ ✃❐ ❒➴ Ò ➬✃× Ð ➴❰ ➬ Ò✃×✃❐Ø
B. PÙosÚÛur ÜÚnÚlitiÝÞÜÚnÛ Ýßpinà ÝÞ
á ✃➮ ✃ Ð ➴ ❐➴ Ö➱Ï➱✃❐ ➱❐➱, Ö✃ ❐➮✃❒✃❐ ➮ ✃Ö ✃➷ â✃❰✃ ➘➴❰ Ô ✃ áãä ➷ ➴❰ ➬Ð✃➘✃❐ Ó✃Ó ✃❒ ✃❐ ❮✃❐Ó ➮ ✃Ï✃❐Ó ➮✃❰ ➱ ➷ ✃❒ ❮✃❰✃➘✃Ï. åÖ➴×➘ ✃❰➴❐✃❐ ❮✃, Ð➴ ❐➮ ✃➷ Ð ➱❐Ó ✃❐ ➱❐➱ ➷ ➴➷Ð➬❐ ❮✃➱Ö✃❐Ó ➘ ✃×✃Ï✃➬Ð❰ Ñ ❒➴➮➬❰ ❒➴ Ò✃Ó ✃➱Ò➴❰➱➘ ➬Ïæ
çè
éØ á➴➷➴ Ï✃✃❐ ✃ê✃Ö (á❰➴ Ö➴➷ ➱❐✃❰❮ ë✃ÐÐ➱❐Ó), ❮✃ ➱Ï➬ Ð ➴➷ ➴ Ï✃✃❐ ✃ê✃Ö ❒➴ Ò✃Ó ✃➱ ✃Ö✃Ï ➬ ❐Ï➬ ➘ ➷➴ ❐Ó➴ Ï✃×➬ ➱ ➘➴×➱➮➬Ð✃❐ ➱Ò➬- ➱Ò➬ Ô ✃➷✃✃× ✃➱❒ ❮➱❮✃×Õ Ð❰ Ñ ÒÖ➴➷ ➘➴ Ï➴❰ Ò➴ Ö➴ ❐ÓÓ ➬ ✃❐ Ï➴❰×✃➮✃Ð ❰➴ ❐ Ï➴ ❐ ➱❰, ➮✃❐ ❒Ï❰✃Ï➴Ó ➱ Ð➴➷Ò➴❰➮✃❮✃ ✃❐ ❮✃❐Ó Ð➴❰❐✃× ➮➱Ö✃➘➬ ➘ ✃❐ Ñ Ö➴× Ð➱×✃➘ Ö✃➱❐ Ï➴❰×✃➮✃Ð Ð ❰ Ñ ÒÖ➴➷ ➘➴ Ï➴❰ Ò➴ Ö➴ ❐ÓÓ➬✃❐ Ï➴❰ ❒➴ Ò➬ Ï.
ìØ ë➴➷ Ò ✃❐Ó ➬❐ ×➬ Ò➬ ❐Ó✃❐ ➘➴➷ ✃❐ ➬❒ ➱✃✃❐Ø á➴ ❐➴ Ö➱Ï➱ ➷ ➴ Ö✃➘➬ ➘✃❐ ➱❐ ➘➬ ÖÏ➬❰✃❒➱ ➮ ✃❐ ➷ ➴➷ Ò ✃❐Ó➬❐ ➘➴Ð➴❰â✃❮✃ ✃❐ (Ï❰ ➬❒ Ï Ò➬ ➱Ö➮ ➱❐Ó) ➮➴ ❐Ó ✃❐ ➷✃❒ ❮✃❰ ✃➘ ✃Ï, ❒➴×➱❐Ó Ó ✃ Ï➴❰Ô ✃Ö➱❐ ×➬Ò ➬❐Ó ✃❐ ❮✃❐Ó ❒➴ Ï✃❰ ✃ ➮ ✃❐ ❒ ✃Ö➱❐Ó ➷ ➴ ❐➮➬➘ ➬❐Ó. í➴❰✃ê✃Ö ➮ ✃❰➱ ➱❐➘ ➬ÖÏ➬❰ ✃❒ ➱ ➮➴ ❐Ó ✃❐ ➘➴Ð✃Ö✃ ➘➴ Ö➬❰ ✃×✃❐ Õ ✃Ð ✃❰ ✃Ï ➘➴ Ö➬❰ ✃×✃❐Õ ➮ ✃❐ ê✃❰Ó ✃ ➮➱ ❒➴ ➘ ➱Ï✃❰ Ï➴➷Ð✃Ï Ï➱❐Ó Ó ✃Ö. î➴➷ ➬➮ ➱✃❐ Õ Ð ➴ ❐➴ Ö➱Ï➱ ➷➴➷Ò✃❐Ó ➬ ❐ ➘➴Ð ➴❰ â✃ ❮✃✃❐➮➴ ❐Ó ✃❐➷ ➴ Ö✃➘➬ ➘✃❐➘➬ ❐Ô ➬ ❐Ó ✃❐➘➴î➴ ÖÑ➷ Ð Ñ ➘Ð ➴ ❐Ó✃Ô ➱✃❐➱Ò ➬ ï➱Ò ➬Ô ✃➷ ✃✃×✃➱❒ ❮➱❮✃×➮➱➘➴ Ö➬❰ ✃×✃❐î ✃Ö➱Ô ➬➮✃❐Ø
ðØ á➴ ❐➴ ❐ Ï➬✃❐ ✃Ó ➴ ❐➮✃ ❰ ➱❒➴ Ï ➬❐ Ï➬➘ Ð➴❰➬Ò ✃×✃❐ ❒ Ñ❒ ➱✃Ö. í➴❰❒✃➷✃ î➴ ÖÑ➷ÐÑ➘ Ð➴ ❐Ó ✃Ô ➱✃❐ ➱Ò ➬ ï ➱Ò ➬ Ô ✃➷✃✃× ✃➱❒ ❮➱ ❮✃× ➮ ➱ ➘➴ Ö➬❰ ✃×✃❐ î ✃Ö➱Ô ➬➮ ✃❐ Õ Ð➴ ❐➴ Ö➱Ï➱ ➷➴ ❐Ó ✃Ó ➴ ❐➮✃➘✃❐ Ð ❰ ÑÓ❰ ✃➷ ❰➱❒➴ Ï ➷ ➴ Ö✃Ö➬➱ Ï➴ ➘ ❐➱➘ á ✃❰ Ï➱❒ ➱Ð✃ÏÑ❰ ❮ ä ➬❰ ✃Ö
ñò
(49)
✁✁ ✂✄☎✆ ✄✝ (✞✟ ) ✠✡ ☛✠☞ ✌✍ ✌✄ ✎✄ ✌☎ ✁✍ ✂✆ ✏✄✝✄✡ ☞✍ ☛✍✂✑ ✍✝✍✡ ✒ ✒✠✄✡ ☛✍✂ ✎✄✓✄✁✂✍✡☛✍✡☎✂.
✔✕ ✞✍ ✌✍ ☛✄✄✡ ✁✄ ✂ ☛☎✆ ☎✁✄ ☛☎ ✖ (✞✄✂ ☛☎ ✗☎✁ ✄ ☛✏✂ ✘ ✌✄✁✁ ☎✡✒). ✙✍✂✆ ✄ ✌✄ ✚✍✝✏ ✌✁✏☞ ✁✍✡✒✄✛☎✄✡ ☎✑✠ ✥ ☎✑✠ ✛✄ ✌✄✄ ✎ ✄☎✆ ✘☎ ✘✄ ✎ ✌✍✝ ✄ ☞✠ ☞✄✡ ✁✍ ✌✍ ☛✄✄✡ ✜☎✝✄✘✄✎✢ ✌✄ ✠✁ ✠✡✁✍✂ ✆✏ ✄✝✄✡✘✄✡✒✓☎✄✝✄ ✌☎☞✍✝✏ ✌✁✏☞✕ ✞✍ ✌✍ ☛✄✄✡✁✄✂ ☎✆☎✁ ✄ ☛☎ ✖✑✍✝ ✠ ✌ ✁✄✓✄ ✁✍✡ ✍✡ ☛✠✄✡ ☎✡☛☎ ✌✄✆ ✄✝✄ ✎ ✡ ✄ ✌✠✡ ✎✄✡ ✘✄ ✎✄✆☎✝ ☛✍ ✌ ✠✄✡-☛✍ ✌ ✠✄✡ ✁✍✂✌✄✆ ✄✝✄ ✎✄✡✘✄✡ ✒✄✓✄.
✣✕ ✤✍✂ ✠ ✌✠✆ ☞✄✡ ✌✄✆ ✄✝✄ ✎ ☞✍ ✌✄✡✠✆ ☎✄✄✡✕ ✚✍✝✏✌✁ ✏ ☞ ✌✍✂ ✠ ✌✠✆ ☞✄✡ ✌✄✆ ✄✝✄ ✎ ✌✍✡✓✄✆ ✄✂ ✎✄✛✄ ☛ ✎☎✓✠✁ ☞✍ ✌✄✡ ✠✆☎✄✄✡ ✘✄✡✒ ✓☎✄✝✄ ✌☎✡ ✘✄. ✦✍✑ ✄ ✒✄☎ ✌✄✡✄ ✓✄✝✄ ✌ ✁ ✍✂✆ ✏✄✝✄✡ ✓☎ ✚✍✝ ✏ ✌✁ ✏ ☞ ✁ ✍✡ ✒✄✛☎✄✡ ☎✑ ✠ ✥ ☎✑ ✠ ✛✄ ✌✄✄ ✎ ✄☎✆ ✘☎✘✄ ✎ ✓✄✝✄ ✌✎✄✝ ✁✍✡✒✏ ✂ ✒✄✡☎✆ ✄✆ ☎✄✡ ☎✑ ✠ ✥☎✑✠ ✛✄ ✌✄✄ ✎ ☎✆ ✘☎✘✄ ✎ ✠✡☛✠☞☛✍ ✂✑✍✑ ✄✆ ✓✄✂ ☎✑✍✝✍✡✒✒ ✠✂ ✍✡ ☛✍✡ ☎✂.
✧✕ ✤✍✡ ✘ ✠✆ ✠✡ ✆ ☛✂✄ ☛✍ ✒☎ ✒✍✂✄☞✄✡✢ ✘✄☎ ☛✠ ✚✍✝✁✌✁✏☞ ✁ ✍✡✒✄✛☎✄✡ ☎✑ ✠ ✥ ☎✑ ✠ ✛✄ ✌✄✄ ✎ ☎✆ ✘☎ ✘✄ ✎ ✑ ✍✂✆ ✄ ✌✄ ✁✍✡ ✍✝☎ ☛☎ ✌✍✡ ✘ ✠✆ ✠✡ ✆ ☛✂ ✄ ☛✍ ✒☎ ✒✍✂✄ ☞✄✡ ✠✡ ☛✠ ☞ ✌✍ ✌✍ ✗✄ ✎☞✄✡ ✁ ✍✂ ✌✄✆✄✝✄✎✄✡ ☞✍ ✌✄✡✠✆ ☎✄✄✡ ✘✄✡✒ ☛✍✝✄ ✎ ✓☎✂ ✠✌ ✠✆ ☞✄✡ ✑✍✂ ✆✄ ✌✄. ★✏ ☞ ✠✆ ✓✄✂☎ ✁ ✍✡✓✄ ✌✁☎✡ ✒✄✡ ☎✡ ☎ ✄✓✄✝✄ ✎ ☛✍✂✑ ✍✑✄✆ ✡ ✘✄ ☎✑✠ ✥ ☎✑ ✠ ✛✄ ✌✄✄ ✎ ☎✆ ✘☎✘✄✎☛✍✂✎✄✓✄✁✑✍✝✍✡✒✒ ✠✂ ✍✡ ☛✍✡ ☎✂✓☎ ☞✍✝ ✠✂ ✄ ✎✄✡✚✄✝☎✛✠✓✄✡✕ ✩✕ ✞✍✡ ✒✏ ✂ ✒✄✡☎✆ ✄✆ ☎✄✡ ✌✄✆ ✘✄✂✄ ☞✄ ☛, ☞✍✝✏ ✌✁✏☞ ✓☎✓✄ ✌✁ ☎✡ ✒☎ ✏✝✍ ✎ ✁ ✍✡✍✝☎ ☛☎
✌✍ ✌✑✄✡✒✠✡ ✁✂✄ ✡✄ ☛✄-✁✂ ✄✡✄ ☛✄ ✆✏ ✆ ☎✄✝. ✪✄✝✄ ✌ ✎✄✝ ☎✡☎ ✌✍ ✌✍✂✝ ✠☞✄✡ ✌✄ ☞✆☎ ✌✄✝ ☞☎✡ ✍✂✛✄ ✘✄ ✡ ✒ ✑ ☎✄✆ ✄ ✓☎✝✄ ☞ ✠☞✄✡ ✫-✬ ✑✠✝✄✡ ✆✍ ☞✄✝☎. ✞✍✡ ✒✏ ✂ ✒✄✡☎✆ ✄✆ ☎✄✡ ✘✄✡✒ ✓☎ ✌✄ ☞✆ ✠✓ ✄✓✄✝✄ ✎ ✌✍✝✄ ☞ ✠☞✄✡ ✁ ✍✡✓✄ ✌✁ ☎✡✒✄✡ ✠✡☛✠☞✌✍✝✄ ☞ ✠☞✄✡✁✍✂ ✠✑ ✄ ✎✄✡✑ ✍✂✆ ✄ ✌✄.
(50)
✯✰ ✱✲✳✴✵ ✶✴ ✷✴✸✴✵ ✴✸ ✹ ✺ ✻✲✷ ✼ ✽✴✾✴✵ ✿ ❀✴✸ ✵ ✺ ✴✸ ✹ ✺ ❁ ✲✳✴✸✼ ✸✴✵ ✻ ✲✷✼✽✴✾ ✴✵ ✽✲✷✹✴❁ ✴ ❂✴✳ ✴❁ ❁ ✲❁ ✶✴✾✸ ✴✵ ❁ ✴ ✹✴✳✴✾ ✸ ✲❃✲✷ ✽✲✳✲✵❄ ❄✼ ✴✵ ❃✲✷ ✾✴❂✴✻ ✷✲✵❃✲✵✺✷. ❅✲✳✴ ✺✵ ✺❃✼ ✿ ❁ ✲✳✴✸✼ ✸✴✵ ✻ ✷ ❆ ✹✲ ✹ ✻✲❁✽✲✳ ✴❇✴✷ ✴✵ ❂✺ ❈✲✳ ❆❁ ✻ ❆✸ ✻✲✵❄✴❇ ✺✴✵ ✺✽✼ ❉ ✺✽✼ ❇✴❁✴✴✾ ❊✺✹ ❀✺❀✴✾ ❂✴✵ ✵✴✵❃✺✵❀✴ ✴✸✴✵ ❁✼ ✵ ✶✼ ✳ ✻✲❁✺❁✻✺✵ ✳ ❆✸✴✳ ✼✵❃✼✸ ❁ ✲✳✴✸✼ ✸✴✵ ✻ ✲✷✼ ✽✴✾ ✴✵ ❂✺ ❁ ✴ ✹ ❀✴✷✴✸ ✴❃ ❃✲✷✼❃✴❁✴ ❁✴ ✹ ❀✴✷ ✴✸✴❃❈✲✳✼✷✴✾ ✴✵❈✴✳ ✺❇✼❂✴✵✰
❋✰ ✱✲❁ ✽✴✵❄✼✵ ✻✼✹✴❃-✻✼✹✴❃ ✽✲✳✴❇✴✷ ❁ ✴ ✹ ❀✴✷✴✸ ✴❃, ●✼ ✹✴❃ ✽✲✳✴❇✴✷ ❁✲✷✼ ✻ ✴✸✴✵ ❁✲❂✺✴ ✸ ❆❁✼ ✵ ✺✸ ✴ ✹ ✺, ✷ ✺ ✹✲❃, ❂✺✹✸✼✹ ✺, ❂✴✵ ✹✲❄✴✳✴ ✴ ✹✻ ✲✸ ✼ ✵❃✼ ✸ ❁✲✷✲✵✶✴✵ ✴✸✴✵ ✿ ❁ ✲✵❄❆✷❄✴✵ ✺✹ ✺✷ ❂✴✵ ❁✲❁ ✲ ✶✴✾✸ ✴✵ ✻ ✷ ❆ ✽✳✲❁ ✹ ❆✹ ✺✴✳. ❍✴✳ ✺✵ ✺ ✸✴✷✲✵ ✴ ❃✲✷✽✴✵❄✼ ✵✵❀✴ ✻✼✹✴❃-✻ ✼ ✹✴❃ ✽✲✳✴❇✴✷ ❁ ✲✷✼ ✻✴✸ ✴✵ ✹✴✳✴✾ ✹✴❃✼ ✽✼ ✸❃✺ ❁ ✼✵✶✼✳✵❀✴ ✻✷ ✴✵✴❃✴ ✽✴✷✼ ✹✲ ✽✴❄✴ ✺ ✴ ■✴ ✳ ✻✲ ✷✼ ✽✴✾✴✵ ❂✴✳✴❁ ✸ ❆❁✼ ✵ ✺❃✴ ✹ ❁ ✴ ✹ ❀✴✷✴✸ ✴❃. ❏✲✷ ✹✴❁✴ ❁ ✴ ✹ ❀✴✷ ✴✸✴❃ ✻ ✼ ✹✴❃ ❉✻✼✹✴❃ ✽✲✳✴❇✴✷ ❂✺■✼ ❇✼❂✸✴✵ ❂✴✳✴❁ ✸ ❆❁✼ ✵ ✺❃✴ ✹-✸ ❆❁✼✵✺❃✴ ✹ ✸✲✳ ❆❁✻❆✸ ✹✲ ✹✼✴ ✺ ❂✲✵❄✴✵ ✷✴❄✴❁ ✻❆❃✲✵✹ ✺ ❂✴✵ ✸✲ ✽✼❃✼ ✾✴✵ ❁ ✴ ✹ ❀✴✷✴✸ ✴❃. ❅✲✻✲✷❃✺ ✸ ✲✳ ❆❁ ✻ ❆✸ ✽✲✳✴❇✴✷ ✻✲✷ ✲❁ ✻✼ ✴✵ ✻✲❃✴✵ ✺, ✸✲✳ ❆❁✻❆✸ ✻ ✲✷✲❁ ✻✼ ✴✵ ✻ ✲✵❄✷✴❇ ✺✵ ✿ ✸✲✳ ❆❁✻❆✸ ❃✴✵✺, ✸✲✳ ❆❁✻❆✸✻ ✲❁✼❂✴, ❂✴✵ ✹✲ ✽✴❄✴ ✺✵❀✴. ❈✲✳ ❆❁ ✻ ❆✸❃✺❂✴✸✾✴✷ ✼ ✹❂✴✳✴❁✹✸✴✳✴ ✽✲ ✹✴✷, ❃✲❃✴✻ ✺ ❀✴✵❄✻ ✲✵❃✺✵❄✴❂✴✳✴✾✸ ✲✳ ❆❁ ✻ ❆✸❁ ✲❁ ✺✳✺✸✺✴✵❄❄❆❃✴❃✲❃✴✻❂✴✵ ✸✲❄✺✴❃✴✵ ✽✲✳✴❇✴✷ ✽✲✷❇✴✳✴✵ ❂✲✵❄✴✵ ✷✼❃✺✵ ❂✴✵ ❃✲✷✲ ✴✳ ✺✹✺✷ ❂✴✳✴❁ ✸ ✲❄✺✴❃✴✵ ❀✴✵❄ ❃✲✷ ✻✷ ❆❄✴❁, ❃✲✷✲✵✶✴✵✴, ❂✴✵ ❃✲✷✲ ❑✴✳✼✴ ✹ ✺. ▲✲✵❄✴✵ ❂✲❁✺✸ ✺✴✵ ✸✲✳ ❆❁✻❆✸ ✽✲✳✴❇✴✷ ❁✲✷ ✼✻ ✴✸✴✵ ❁ ❆❃❆✷ ✻✲✵❄❄✲✷✴✸ ❁✴ ✹ ❀✴ ✷✴✸ ✴❃ ✼✵❃✼✸ ❁✲✳✴✸ ✼✸ ✴✵✴✸✹ ✺✻✲ ✷✼ ✽✴✾✴ ✵✰
▼◆✰ ❖✲P✳✲✸ ✹ ✺ (◗✲ ❆✷✺❃✺✹✴ ✹ ✺●✲✷ ✼ ✽✴✾✴✵ ❅ ❆✹ ✺✴✳), ✻✲✵ ✲✳ ✺❃✺ ✽✲✷✹✴❁ ✴ ✸ ✲✳ ❆❁ ✻ ❆✸ ❂✺ ❂✴❁ ✻ ✺✵❄✺ ❆✳✲✾ ❂❆✹✲✵ ✻ ✲❁ ✽ ✺❁ ✽ ✺✵❄ ❁✲✷✼ ❁✼✹✸✴✵ ❃✲ ❆✷✺❃✺✹✴ ✹ ✺ ✻ ✲✷✼✽✴✾ ✴✵
(51)
❚ ❯❚ ❱❲❳. ❨❩❬❭❲❚ ❲❬ ❪❲ ❫ ❲ ❴❲❚ ❵❲❚ ❱❳ ❬❱❚ ❩ ❴, ❛❬ ❯❚ ❩❚ ❛❩❜ ❝❩❳❲❞❲❬❲ ❫ ❜ ❲❚ ❡❲❬ ❲❪❲ ❴ ❭❲ ❫ ❛❬ ❯❢❬ ❲❜-❛❬❯❢❬ ❲❜ ❲❪❚ ❱ ❡❲ ❫❢ ❚❣❭ ❲ ❵ ❴❩❬❳❲❪ ❚❲ ❫❲. ❤❩ ❫❩❳❱ ❴❱ ❭ ❲ ❫ ❪❩❳ ❯❜ ❛ ❯❪ ❜ ❩❬❩✐❳❩❪ ❚❱❪ ❲ ❫ ❚ ❩❜❣❲ ❛❬ ❯❚ ❩❚ ❭ ❲❬❱ ❵❲❚ ❱❳ ❡❲ ❫❢ ❭❱ ❛❩❬ ❯❳❩ ❵❫ ❡❲ ❭❲❬ ❱❲❥❲❳❚ ❲❜ ❛❲❱❲❪❵❱❬.
❦ ❦❧♠❩❳❣❲❚ ❪ ❲ ❫ ❚ ❪ ❲❳❲ ❢❩❬❲❪ ❲ ❫ ❭ ❲ ❫ ❭❣❪❣❫❢❲ ❫♥ ❡❲❪❫❱ ❡❲ ❫❢ ❚ ❩❜❣❳❲ ❵❲ ❫ ❡❲ ❴❱ ❫❢❪ ❲ ❴ ♦❩❳ ❯❜❛❯❪ ❛❩ ❫❢❲❞❱❲ ❫❱ ❝❣ ♣ ❱ ❝❣ ❞❲❜❲❲ ❵ q❚ ❱ ❡❱ ❡❲ ❵ ♥ ❞❱❪❲ ❝❩❬ ❵❲❚ ❱❳ ❜❲❪ ❲ ❭ ❱❳❣❲❚ ❪❲ ❫ ❭ ❲❬❱ rW hingga ke Kelurahan bahkan tingkat kecamatan agar Kelurahan Kalijudan ini bisa menjadi Kelurahan percontohan pemberdayaan perempuan untuk kelurahan lain.
Adapun jadwal pendampingan dapat dijelaskan dalam tabel berikut : Tabel 3.1 N o Nama Kegiatan Pelaksanaan (Mingguan)
Mei Juni Juli
1 Pemetaan awal (Preliminari Mapping) x x 2 Penentuan agenda riset untuk perubahan sosial x x 3 Pemetaan partisipatif x x
(52)
(Participatory Mapping) 4 Merumuskan
masalah kemanusiaan
x x x
5 Menyusun strategi gerakan
x x x
6 Pengorganisir an masyarakat
x x x
7 Melancarkan aksi
perubahan
x x x
8 Membangun pusat-pusat belajar masyarakat
x x x
9 Refleksi x x x
10 Meluaskan skala gerakan dukungan
x x x
C. ✉✈l✇① ✇②③ ✇n ④u⑤y⑥k ⑦⑥n③ ✇⑧pin⑨ ✇⑩
Wilayah pendampingan yang menjadi tempat pendampingan adalah di Kelurahan Kalijudan Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya.
(53)
Alasan memilih wilayah tersebut karena kelurahan Kalijudan merupakan letak Kelompok ibu ibu jamaah Aisyiyah yang terbelenggu oleh rentenir. Subyek pendampingan dalam penelitian ini adalah peneliti dan juga ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan. Jumlah anggota dari Kelompok yang menjadi subyek penelitian pendampingan ada 30 orang.
D. ❸e❹❺i❹ Pe❺gu❻pul❼❺ D❼❽ ❼
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah mengguanakan metode PRA (Participatory Rural Apraisal). Secara umum PRA adalah sebuah metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk, dan bersama masyarakat. Hal ini untuk mengetahui, menganalisa, dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui multi-disiplin dan keahlian untuk menyusun informasi dan pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Pendekatan PRA merupakan teknik untuk merangsang partisipasi masyarakat peserta program dalam berbagai kegiatan, mulai dari tahap analisa sosial, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hingga perluasan program. RPA sangat membantu dalam memahami dan menghargai keadaan dan kehidupan di lokasi atau wilayah secara lebih mendalam.21
Guna memperoleh data yang sesuai dengan lapangan maka pendamping dengan masyarakat akan melakukan sebuah analisis bersama. Adapun yang dilakukan nantinya adalah:
21
(54)
1. Wawancara semi terstruktur
Wawancara semi terstruktur adalah penggalian informasi berupa tanya jawab yang sistematis tentang pokok-pokok tertentu. Pelaksanaan tanya-jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Wawancara biasanya berjalan lama dan seringkali dilanjutkan pada kesempatan berikutnya.22Wawancara semi terstruktur sejatinya ialah wawancara yang bersifat informal, diskusi yang santai mengenai topik yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Mapping (pemetaan)
Mapping atau pemetaan wilayah untuk menggali informasi yang meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambarkan kondisi daerah sekitar kelurahan secara umum dan menyeluruh. Meliputi data geografis, luas wilayah kelurahan, luas wilayah pemukiman, dan luas wilayah pekarangan bersama-sama dengan masyarakat.
3. Focus Group Discussion (FGD)
Melakukan analisa data melalui beberapa teknik yang ada di atas maka pendamping bersama dengan masyarakat melakukan sebuah diskusi bersama untuk memperoleh data yang valid, sekaligus sebagai proses inkulturasi dan pengorganisiran. FGD yang akan dilaukan, partisipan atau informan tidak sebatas berdiskusi dalam posisi duduk, melainkan bisa berdiskusi dalam dinamika tertentu dengan menggunakan alat kerja tertentu.
22Lexy J Moleong,
➄ ➅➆➇ ➈➇ ➉➇ ➊ ➋➌ ➅➍ ➅➉ ➋➆ ➋➎ ➍➏➐➎➉ ➋➆➎➆➋ ➑➒(Bandung: Remaja Rosdakarya), 1989 hal. 191 .
(55)
4. Survey belanja rumah tangga
Survey belanja rumah tangga atau SRT yakni meneliti anggaran belanja rumah para keluarga. Berapa penghasilannya dan berapa pengeluarannya serta berapa perbandingannya antara biaya yang keluar untuk konsumsi dengan biaya kebutuhan sehari-hari lainnya.
5. Teknik Validasi Data
Menurut H.B Sutopo menyatakan validitas merupakan data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya.23 Prinsip metodologi PRA untuk mengcross check data yang diperoleh dapat melalui triangulasi. Triangulasi adalah suatu sistem crosscheck dalam pelaksanaan teknik PRA agar memperoleh informasi yang akurat. Hal yang perlu diketahui mengenai triangulasi, yaitu:24
a. Triangulasi komposisi TIM
Tim dalam PRA terdiri dari berbagai multidisiplin. Pengertian dari multidisiplin adalah mencakup berbagai orang yang berbeda-beda serta melibatkan masyarakat tanpa memandang kelas atau gender sehingga semua ikut terlibat.
b. Triangulasi alat dan teknik
Pelaksanaan di lapangan selain dilakukan observasi langsung terhadap lokasi atau wilayah, juga perlu melakukan interview dan diskusi dengan masyarakat setempat dalam
23H. B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Surakarta: UNS Press) 2002, hal. 77. 24
(56)
memperoleh informasi. Bentuk dari hasil tersebut dapat berupa tulisan maupun diagram.
c. Triangulasi keragaman sumber informasi
Informasi yang dicari termasuk kejadian-kejadian penting serta mengetahui proses keberlangsungannya sedangkan informasi dapat pula diperoleh dari masyarakat atau dengan melihat kejadian langsung ke tempat atau lokasi.
6. Teknik Analisa Data
Memperoleh data yang sesuai dengan dilapangan, maka Peneliti melakukan analisis masalah bersama dengan subyek pendampingan yakni anggota dari Kelompok jamaah Aisyiyah. Hal tersebut digunakan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh kelompok. Adapun teknik analisis data yang dilakukan yakni:
a. Trend and Change (Bagan Perubahan dan Kecenderungan) Besarnya perubahan hal-hal yang diamati, dapat diperoleh gambaran adanya kecenderungan umum perubahan yang akan berlanjut di masa depan. Misalnya, kepemilikan usaha, hutang, dan kebutuhan mendesak, dan jumlah pendapatan tiap bulan dari hasil kerja dan usaha.
b. Kalender Musim
Kalender harian digunakan untuk mengetahui kegiatan utama, masalah, dan kesempatan dalam siklus tahunan yang dituangkan dalam bentuk diagram. Kalender musiman ini untuk
(57)
menunjukkan kebutuhan mendesak maupun terencana di tiap tahun, musim pendidikan pada tiap tahun, penghasilan dan pemasukan tiap musiam.
c. Kalender Harian
Kalender harian akan melihat pola pembagian watu atau kegiatan sebuah keluarga dalam waktu sehari-hari. Kalender harian ini dapat melihat pola kehidupan masyarakat seperti waktu bekerja, waktu melakukan pekerjaan rumah tangga, waktu istir jahat, dan lainnya.
d. Penelusuran Sejarah
Penelusuran sejarah atau timeline adalah teknik penelusuran alur sejarah suatu masyarakat dengan menggali kejadian penting yang pernah dialami pada alur waktu tertentu. Hal ini dapat menelusuri sejarah keberadaan rentenir dan kebiasaan berhutang ke rentenir sehingga dapat diketahui perkembangannya dari masa ke masa.
e. Diagram Venn
Diagram venn ini akan dapat melihat keterkaitan antara satu lembaga dengan lembaga lainnya, semisal antara jamaah Aisyiyah dengan aparat kelurahan, dengan Pengurus Ranting Aisyiyah dan dengan dinas tertentu yang masih berkaitan agar masyarakat paham akan pihak yang terkait juga peran kerjanya.
(58)
f. Diagram Alur
Diagram alur akan menggambarkan arus dan hubungan antara semua pihak yang terlibat sehingga membentuk sistem. Hal ini akan melihat alur dalam peminjaman uang ke rentenir sehinga mengetahui alur keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah oleh rentenir.
g. Analisis Pohon Masalah dan Pohon Harapan
Teknik untuk menganalisis dari akar permasalahan yang akan dipecahkan bersama masyarakat dan sekaligus program apa yang akan dilalui, pohon harapan adalah impian ke depan dari hasil kebalikan dari pohon masalah.
(59)
BAB IV
MENEROPONG KELURAHAN KALIJUDAN DAN AISYIYAH KALIJUDAN
A. Letak Geografis
Kelurahan Kalijudan merupakan salah satu Kelurahan yang terletak dalam wilayah Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya. Dengan latar belakang sejarah, penamaan kalijudan berasal dari dua suku kata yaitu kali
yang berarti sungai atau lebih tepatnya got berukuran besar dan pandan yaitu salah satu dari tumbuhan yang berwarna hujau dan beraroma harum biasanya untuk campuran santan. Kalijudan yang dari depan sampai belakang kelurahan diikuti oleh kali dan banyak tumbuhan pandannya
sehingga disebut dengan Kalijudan.25 Dari pusat kota dibutuhkan sekitar 20 menit dengan jarak 6 km saja untuk bias sampai ke Kelurahan Kalijudan. Kelurahan Kalijudan mempunyai luas 131,354 Hektare dan mempunyai batas daerah sebagai berikut :
Sebelah Utara :Kelurahan Gading, Kecamatan Tambaksari
Sebelah Timur :Kelurahan Dukuh Sutorejo, Kecamatan
Mulyorejo
Sebelah Selatan :Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Mulyorejo
Sebelah Barat :Kelurahan Ploso, Kecamatan Tambaksari
(60)
Sedangakan RW yang ada di Kelurahan Kalijudan ada 8 RW dan 36 RT dengan pembagian sebagai berikut:
RW 1: 4 RT
RW 2: 64 RT
RW 3: 8 RT
RW 4: 3 RT
RW 5 : 4 RT
RW 6 : 5 RT
RW 7 : 5 RT
RW 8 : 3 RT
Dari data diatas menunjukkan bahwa Kelurahan Kalijudan adalah Kelurahan yang besar luas wilayahnya. Tidak hanya besar wilayahnya namun juga pembagian wilayah yang banyak terlihat dari jumlah RW dan RT yang ada di Kelurahan Kalijudan
B. Kependudukan
Kelurahan Kalijudan dengan luas wilayahnya yang besar mempunyai jumlah penduduk yang tidak sedikit yaitu 13.918 orang dengan rincian laki laki berjumlah 7006 orang dan perempuan berjumlah 6912 orang dengan 3.689 KK yang ada di Kalijudan. Jika jumlah penduduk kita bagi dengan luas wilayah Kelurahan Kalijudan maka hasilnya 9,44 /penduduk. Dan jika jumlah KK kita bagi dengan luas wilayah
(61)
Kelurahan Kalijudan maka hasilnya 35,61 /KK. Dari data tersebut terlihat sekali bahwa Kelurahan Kalijudan tergolong Kelurahan yang padat.
C. Kondisi Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan dan Agama
Data Ekonomi dari profil kelurahan dijelaskan dengan diagram : Diagram 4.1
Sumber : diolah dari data kelurahan Kalijudan
Dari data diagram diatas menunjukkan bahwa presentasi paling banyak adalah belum bekerja. Rata rata belum bekerja karena masih pelajar dan mahasiswa, namun ada juga yang pengangguran. Selain itu, dari data tersebut dijelaskan bahwa pedagang atau wirausaha di Kalijudan sangatlah banyak. Sekitar 6 persen atau 807 orang di Kalijudan bermata pencaharian sebagai pedagang. Kelompok inilah yang sangat rawan terbelenggu oleh rentenir karena membutuhkan modal untuk mengawali berdagang.
3569; 26%
807; 6%
249; 2% 55; 0%
96; 1% 35; 0%
9107; 65%
PEKERJAAN
BELUM KERJA
PEDAGANG
PNS
MILITER
GURU DAN DOSEN
DOKTER DAN KESEHATAN
(62)
Selanjutnya adalah data pendidikan terakhir masyarakat dan sarana pendidikan yang ada di kalijudan dengan rincian :
Tabel 4.1 P
E N D I D
I K A N
SD 3288
SMP 2442
SMA 3793
AKADEMI 310
DIPLOMA 0
S1 1166
S2 16
Tidak Sekolah 2903
Sumber : diolah dari data kelurahan Kalijudan
Dari data diatas menunjukkan bahwa penduduk Kalijudan mayoritas lulusan SMA, meskipun banyak juga yang hanya lulusan SD. Namun juga sudah banyak yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi dengan jumlah 1.166 orang, tidak hanya S1 namun s2 juga sudah ada berjumlah 16 orang. Namun yang miris yaitu jumlah penduduk yang tidak sekolah yaitu 2.903 orang. Hal ini mempengaruhi pengetahuan dan kesadaran penduduk dalam menghadapi belenggu rentenir.
(63)
Tabel 4.2
No Sarana Pendidikan Negeri Swasta
1 Kelompok Bermain 2 0
2 Taman Kanak kanak 5 2
3 Sekolad Dasar 2 0
4 SMP/SLTP 0 1
5 SMA/SLTA 0 2
6 Imstitut/ Perguruan Tinggi/
Universitas
0 1
Sumber : diolah dari data kelurahan Kalijudan
Dari data diatas menunjukkan bahwa sarana pendidikan di Kalijudan sangatlah memadai dan lengkap mulai dari kelompok bermain sampai perguruan tinggi. Meskipun sarana pendidikan tersebut tidak semua dibawah oleh pemerintah namun juga ada yang dikelola oleh swasta. Akses menuju sarana pendidikan tersebut juga mudah karena jalan raya dan jalan kampong yang sudah beraspal.
Adapun sarana kesehatan yang ada di kalijudan yaitu : Tabel 4.3
Sarana Kesehatan
Apotik 1
Posyandu 13
Puskesmas 1
(64)
Dari data di atas menunjukkan bahwa sarana kesehatan di kalijudan sangatlah memadai. Dengan adanya took obat/apotek memudahkan masyarakat dalam membeli obat. Dan dengan adanya Posyandu berjumlah 13 unit dengan per RW memiliki satu posyandu bahkan lebih memudahkan masyarakat dalam memeriksa kesehatan anak dan bayi. Puskesmas kalijudan sangat memadai juga dalam fasilitas dan pelayanannya, hal ini memudahkan masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan di Kalijudan.
Selanjutnya adalah data pemeluk agama di Kalijudan dijelaskan dengan diagram :
Diagram 4.2
Sumber : diolah dari data kelurahan Kalijudan
Dari data diatas jelas sekali bahwa mayoritas penduduk Kalijudan beragama islam dengan presentase 79% dari jumlah penduduk, hal ini menunjukkan bahwa islam menjadi agama mayoritas di Kalijudan. Tidak hanya itu saja, banyaknya sarana ibadah agama islam dengan jumlah masjid
10721; 77% 1925; 14%
750; 5% 432; 3%
96; 1%
AGAMA
ISLAM
PROTESTAN
KHATOLIK
BUDHA
(1)
➹➘
Pena Surya akan membangun relasi sosial baru yang memberdayakan ibu ibu jamaah Aisyiyah yang dulunya terbelenggu oleh rentenir. Sehingga ibu ibu jamaah Aisyiyah mempunyai kuasa (berdaya) menentukan pilihan dan tindakan mereka sendiri, inilah yang dinakaman dengan proses Pemberdayaan. Proses pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.47
Proses pengelolaan pembangunan oleh masyarakat sendiri dan tindakan bersama untuk peningkatan kehidupan bersama yang merupakan rutinitas kemudian akan diakui keberadaanya, dirasakan manfaatnya dan ditempatkan sebagai bagian dari pola tindakan bersama. Maka proses dan mekanisme tersebut akan tetap berlangsung dalam kehidupan masyarakat, terlepas ada atau tidak ada stimulasi eksternal. Dengan demikian yang terjadi bukan ketergantungan, melainkan keberlanjutan pembangunan.48
Spirit agama dalam jamaah Ibu ibu Aisyiyah harus dimobilisasi untuk perubahan sosial dan membebaskan diri dari keterbelengguan masyarakat. Meskipun Marx mengatakan agama itu candu bagi masyarakat. Harus dipahami bahwa pernyataan ini bukan semata-mata menyalahkan agama, seperti yang disangka banyak orang. Marx menganggap agama sebagai candu dalam pengertian bahwa selain tidak 47Fredian Toni Nasdian,Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia), 2014, hal. 89
(2)
➴➷
membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat, agama justru digunakan untuk melanggengkan kemapanan. Jika agama ingin dijadikan sebagai alat perubahan, maka harus menjadi senjata yang ampuh bagi kelompok masyarakat yang dieksploitasi. Agama tradisional, jika diformulasikan dalam teologi pembebasan, dapat memainkan peran yang sentral sebagai praksis yang revolusioner, disbanding agama yang hanya berupa upacara-upacara ritual yang tidak bermakna. Agama dalam bentuk yang tradisional hanyalah sebuah ilusi, namun jika ditampilkan dalam bentuk yang membebaskan dapat menjadi kekuatan yang mengagumkan.49
Begitupun Islam menurut Syari ati bukanlah agama yang hanya memperhatikan aspek spiritual dan moral atau hubungan individual dengan penciptaanya, tetapi lebih merupakan sebuah ideologi emansipasi dan pembebasan.50 Maka Agama haruslah menjadi spirit dan alat pembebasan manusia dari keterbelengguan dan ketertindasan di muka bumi. Hal tersebut adalah tanggung jawab manusia yang beragama sekaligus manifestasi manusia sebagai khalifah di muka bumi. Karena Amanah Allah ditawarkan kepada bumi, kepada langit dan kepada gunung
gunung, tetapi semua menolak. Hanya manusialah yang menerima.51
49A Ali Engineer,Islam dan Teologi Pembebasan(Yogyakarta : Pustaka Pelajar), 2009, hal. 3. 50Eko Supriyadi,Sosialisme Islam : Pemikiran Ali Syariati,(Yogyakarta : Rausyanfikr), 2003, hal. 144.
(3)
➬➮
BAB ➱ ✃
❐❒ ❮❰Ï ❰❐
A. ÐÑÒ ÓÔÕÖ×Ø Ù
Keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah disebabkan oleh kebutuhan mereka untuk modal usaha berjualan. Modal usaha yang dibutuhkan ketika awal bulan yang menyebabkan ibu ibu jamaah Aisyiyah membutuhkan pinjaman. Karena tidak ada pilihan lain maka ibu ibu jamaah Aisyiyah meminjam kepada rentenir dengan bunga 20%/bulan.
Dari penjelasan tersebut fasilitator mengorganisir ibu ibu jamaah Aisyiyah untuk membangun kesadaran bersama tentang keterbelengguan mereka terhadap rentenir. Pemgorganisasian tersebut dilakukan melalui pertemuan dengan diskusi diskusi kecil atau ÚÛÜÝ Þ ßàÛ Ý á âãÞ ÜÝ ÞÞ ãÛ ä
secara intens. Diskusi diskusi tersebut mengarah pada perumusan masalah, perencanaan, dan pelaksanaan program yang direncanakan bersama.
Adapun perencanaan program dan pelaksanaannya ada dua. Pertama, bekerja sama dengan Lazismu Surabaya untuk memberikan pinjaman tanpa bunga. Dan kedua, membentuk kelompok usaha kecil menengah bernama Pena Surya untuk wadah simpan pinjam dan keberlanjutan pemberdayaan ibu ibu jamaah Aisyiyah setelah terbebas dari belenggu rentenir karena sudah bekerja sama dengan lembaga peminjaman uang tanpa bunga.
(4)
åæ
Setelah terebentuk kelompok usaha kecil menengah Pena Surya dan bekerja sama dengan Lazismu terkait pinjaman modal tanpa bunga, ibu ibu jamaah Aisyiyah sudah terbebas dan tidak meminjam lagi di rentenir. Meskipun pinjaman modal dari Lazismu hanya Rp1.000.000 namun ibu ibu jamaah Aisyiyah sudah sangat merasa terbantu karena tidak ada beban bunga dalam pinjaman tersebut. Usaha ibu ibu jamaah Aisyiyah terus berjalan tanpa berfikir membayar beban bunga dari hutang modal usaha.
B. çèé ê ëè ì í îïð
Strategi penyelesaian masalah keterbelengguan terhadap rentenir seharusnya didahului dengan pemetaan dan penelitian terlebih dahulu. Agar program penyelesaianya tepat sasaran dan berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan bersama sama masyarakat agar terbangun kesadaran bersama. Pendekatan dengan menggunakan ñòóôõ öõ ÷ òô øó ù úûôõ øü ýþ öþòóû ÿ (PAR) ini bisa digunakan karena pendekatan yang melibatkan partisipasi masyarakat secara penuh dari awal perumusalan masalah, perencanaan program sampai pelaksanaan program penyeleasaian masalah. Sehingga program yang akan dilakukan lebih efektif, mengenai sasaran dan berkelanjutan.
Dengan terbentuknya kelompok usaha kecil menengah usaha ibu ibu jamaah Aisyiyah bernama Pena Surya maka selanjutnya harus tetap dijalin kerja sama dengan stakeholder yang ada seperti Muhammadiyah, Aisyiyah, Dinas Koperasi, dan pihak lain yang berhubungan dengan berkembangnya usaha ibu ibu Jamaah Aisyiyah.
(5)
✁
✂✄☎✆ ✄✝✞✟✠✆✄✡ ✄
☛☛☞✌✍✎ ✏ ✌✎ ✑✑✒✓ Islam dan Teologi Pembebasan✔✕✖ ✏ ✗✘✙ ✘✒✚✘✛✜✢ ✣ ✚✘✙✘
✜ ✑☞✘✤✘✒✥✓✦✧✧ ★ ✩
☛✏✢✣ ☛✪✘✎✫✌✓ ✫✙✙ ✩✓ Modul Participatory Action Research ✔✜ ☛✬✥✓
✔ ✭✢✒✘✮ ✘✗✘✛✯✜✜✰✱✲✳✭✢✎✘✎☛✴✵ ✑☞✭✢ ✒✘✮ ✘✗✘ ✥✓✦✧ ✶ ✷ ✩
☛✸✴ ✘✫✭✰ ✘✒zuki,Ushul Fiqih(Yogyakarta : Media Hidayah), 2008.
Ali Syariati,Paradigma Kaum Tertindas(Jakarta : Al Huda), 2001.
Amelia Fauzia dkk,Tentang Perempuan Islam : Wacana dan Gerakan,
(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama), 2004.
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung
: PT Refika Aditama ), 2014.
Eko Supriyadi,Sosialisme Islam : Pemikiran Ali Syariati,(Yogyakarta : Rausyanfikr), 2003.
F Budi Hardiman,Kritik Ideologi(Yogyakarta : Kanisius), 1990, hal. 31.
Fredian Toni Nasdian, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia), 2014.
H. B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Surakarta: UNS Press) 2002.
Ibnu Katsir,Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid I,(Surabaya : PT Bina Ilmu), 1987.
Islamil Adam Patel,Perempuan, Feminisme, Dan Islam(Bogor : Tharizul
(6)
✹✺
Jeames L Peacock,Gerakan Muhammadiyah Memurnikan Ajaran Islam di
Indonesia, (Jakarta : Cipta Kreatif), 2016.
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya), 1989.
Masnour Fakih dkk, Pendidikan Popolar, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar) 2002.
Pimpinan Pusat Aisyiyah, Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan
Aisyiyah (Yogyakarta : Tim seksie khusus penerbitan dan publikasi
Pimpinan Pusat Aisyiyah).
Soetomo,Pemberdayaan Masyarakat(Yogyakarta : Pustaka PElajar),
2011.
Sukarno, Sarinah, (Panitia Penerbit Buku Buku Karangan Presiden
Sukarno) 1963.