PERSEPSI IBU-IBU DI SURABAYA TERHADAP ISI SLOGAN “DUA ANAK LEBIH BAIK” DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI TELEVISI (Studi Deskriptif Persepsi Ibu-Ibu Di Surabaya Terhadap Isi Slogan “Dua Anak Lebih Baik Dalam Iklan Layanan Masyar

(1)

(Studi Deskriptif Persepsi Ibu-Ibu Di Surabaya Terhadap Isi Slogan “Dua Anak Lebih Baik Dalam Iklan Layanan Masyarakat Program Keluarga Berencana Di Televisi)

SKRIPSI

Oleh :

DWI AYU MELANI

0643010384

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2011


(2)

MASYARAKAT PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI

TELEVISI

(Studi Deskriptif Terhadap Persepsi Ibu-Ibu Terhadap Isi Slogan

“Dua Anak Lebih Baik” Dalam Iklan Layanan Masyarakat Program

Keluarga Berencana Di Televisi)

Disusun Oleh :

DWI

  

AYU

 

MELANI

  

0643010384

 

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembibing Utama

Dra. Sumardjijati, M.Si NIP. 19620323 199309 2001

Mengetahui D E K A N

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 19550718 198302 2001 


(3)

KELUARGA BERENCANA DI TELEVISI

( Studi Deskriptif Persepsi Ibu-ibu Terhadap Isi Slogan “Dua Anak Lebih Baik” Dalam Iklan Layanan Masyarakat Program Keluarga Berencana

di Televisi )

Disusun Oleh : DWI AYU MELANI

0643010384

Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi

Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur Pada Tanggal 30 September 2011

Menyetujui

Tim Penguji : Pembimbing Utama : 1. Ketua

Dra. Sumardjijati, M.Si Juwito, S.Sos, M.Si NIP. 19620323 199309 2001 NPT. 36704 9500361

2. Sekretaris

Dra. Sumardjijati, M.Si NIP. 19620323 199309 2001 3. Anggota

Ir. H. Didiek Trenggono, M.Si NIP. 1958 1225 199001 1001 Mengetahui


(4)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “PERSEPSI IBU-IBU DI SURABAYA TERHADAP ISI SLOGAN DUA ANAK LEBIH BAIK DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT PROGRAM KELUARGA BERENCANA” (Studi Deskriptif Persepsi Ibu-Ibu Di Surabaya Terhadap Isi Slogan Dua Anak Lebih Baik Dalam Iklan Layanan Masyarakat Program Keluarga Berencana Di Televisi) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Sumardjijati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Selain itu penulis juga menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berpa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, terima kasih untuk segala ilmunya.


(5)

doanya selama ini.

5. Kakakku yang selalu mendengarkan segala keluh kesahku tentang skripsi, terima kasih doanya.

6. Yani, Cece, Mbandud, Piti, Mbok, Botok, Lemu, Bob, Kent, Doyik, Uyab, Ambon, Ovi dan semua sahabat-sahabatku yang selalu menyemangati, suksess kawaann .. Perjalanan masih panjang 

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 08 Oktober 2011

Penulis


(6)

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAKSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Pengertian Persepsi ... 11

2.1.2 Jenis Persepsi ... 11

2.1.3 Komponen Persepsi ... 15

2.1.4 Karakteristik Persepsi ... 18

2.1.5 Hal-hal yang Mempengaruhi Persepsi ... 19

2.1.6 Proses Terjadinya Persepsi ... 22

2.1.7 Pengertian Iklan ... 23

2.1.8 Sasaran Periklanan ... 25

2.1.9 Tujuan Periklanan ... 25

2.1.10 Unsur-unsur Iklan ... 27

2.1.11 Daya Tarik Iklan ... 28

2.1.12 Jenis-jenis Iklan ... 30

2.1.13 Penggunaan Media Iklan ... 31


(7)

2.1.16 Ibu Rumah Tangga ... 35

2.1.17 Konsep Keluarga... 36

2.1.18 Konsep Dasar Keluarga Berencana... 37

2.1.19 Pandangan Hukum Islam Keluarga Berencana... 40

2.1.20 Teori Komunikasi Intrapersonal ... 43

2.2 Kerangka Berpikir ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

3.1 Definisi Operasional ... 48

3.2 Definisi Konseptual ... 50

3.2.1 Persepsi ... 50

3.2.2 Ibu Rumah Tangga ... 51

3.2.3 Iklan Layanan Masyarakat Program KB... 52

3.3 Informan Penelitian ... 52

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.5 Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian... 57

4.1.1 Gambaran Umum Kota Surabaya ... 57

4.1.2 Gambaran Umum Iklan Layanan Masyarakat Program KB “Dua Anak Lebih Baik”... 58

4.2 Penyajian Data ... 59

4.2.1 Informan Pertama ... 60

4.2.2 Informan Kedua ... 61

4.2.3 Informan Ketiga ... 62


(8)

4.2.6 Informan Keenam ... 66 4.3 Analisa Data ... 67

4.3.1 Persepsi Ibu-Ibu Terhadap Slogan “Dua Anak Lebih Baik” Dalam Iklan Layanan Masyarakat

program KB di Televisi... 67 4.3.2 Persepsi Ibu-Ibu Surabaya Terhadap Isi Slogan

“Dua Anak Lebih Baik” Jika Dikaitkan Dengan Profesi Sebagai Ibu Rumah Tangga ... 72 4.3.3 Persepsi Ibu-Ibu Surabaya Mengenai Pandangan

Hukum Islam Tentang Program Keluarga Berencana ... 76 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 80 5.1 Kesimpulan ... 80 5.2 Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA


(9)

LEBIH BAIK” DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI TELEVISI (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Ibu-ibu Terhadap Isi Slogan Dua Anak Lebih Baik Dalam Iklan Layanan Masyarakat Program Keluarga Berencana Di Televisi).

Sumber dari penelitian ini berdasarkan fenomena permasalahan yang terjadi mengenai jumlah akseptor pengguna KB semakin menurun setiap tahunnya. Selain itu jumlah penduduk di Surabaya yang terus meningkat dari tahun ke tahunnya. Usaha pemerintah dalam mengatasi masalah ini adalah dengan membuat pesan layanan masyarakat program Keluarga Berencana di televisi dengan slogan yang terbaru yakni Dua Anak Lebih Baik serta sosialisasi yang digencarkan oleh BKKBN selaku lembaga non-Departement yang menaungi program KB. Akan tetapi masih ada sebagian masyarakat yang mengabaikan slogan KB tersebut, terlebih lagi program KB itu sendiri.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi intrapersonal atau teori intrapribadi. Teori Komunikasi Intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri antara self dengan God. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan.

Metode yang digunakan dalam penelitian menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya. Metode ini menggambarkan serta menguraikan atas suatu kejadian sejernih mungkin tanpa adanya perlakuan-perlakuan terhadap objek yang diteliti.

Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informan sebenarnya secara pengetahuan mereka memahami isi slogan Dua Anak Lebih Baik. Sebagian informan mempersepsikan negatif dan memilih acuh terhadap isi slogan Dua Anak Lebih Baik, namun ada pula sebagian informan yang menganggap isi slogan Dua Anak Lebih Baik itu berperan penting dalam kehidupan berkeluarganya.  


(10)

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi persuasif merupakan proses komunikasi yang kompleks ketika individu atau kelompok mengungkapkan pesan baik sengaja maupun tidak sengaja melalui cara-cara verbal dan nonverbal. Selain itu komunikasi untuk mempengaruhi orang lain dengan usaha mengubah keyakinan, nilai, atau sikap mereka.

Untuk dapat mengubah keyakinan, nilai, atau sikap diperlukan pesan persuasif dimana daya tarik pesan dapat membuat suatu produk ataupun jasa menjadi menonjol. Pesan yang disampaikan harus mengatakan sesuatu yang eksklusif atau yang membedakan suatu produk maupun jasa dan tidak terdapat pada semua merk dalam kategori produk ataupun jasa yang sama. Selain itu pesan juga harus mempunyai tingkat kepercayaan akan suatu produk ataupun jasa yang dapat dibuktikan secara nyata.

Pengaruh pesan persuasif bagi dunia periklanan sangatlah besar. Karena dengan adanya iklan suatu produk maupun jasa dapat diketahui oleh masyarakat banyak dan dari iklan pula suatu perusahaan dapat membangun citra positif dimata masyarakat.

Iklan merupakan proses penyampaian pesan atas informasi kepada sebagian atau seluruh khalayak dengan menggunakan media sebagai sarananya. Menurut Wahyu Wibowo (2003:5), iklan maupun periklanan


(11)

didefinisikan sebagai kegiatan maupun kampanye melalui media massa. Iklan dianggao sebagai tekhnik penyampaian pesan yang efektif dalam menjual dan menawarkan suatu produk, karena dengan adanya iklan suatu produk maupun jasa dapat diketahui oleh masyarakat luas dan dari iklanlah suatu perusahaan dapat dikenal oleh masyarakat luas.

Oleh karena itu dalam aktivitas perpindahan informasi tentang produk yang diiklankan pada khalayak tentunya harus mengandung daya tarik setelah pemirsa atau khalayak ketahui sehingga mampu menggugah perasaan, maka untuk menampilkan kekuatan iklan tidak hanya sekedar menampilkan kekuatan iklan yang bukan hanya sekedar menampilkan pesan verbal namun juga harus menampilkan pesan nonverbal yang mengandung iklan.

Salah satu media dalam menyampaikan pesan berupa iklan televisi. Hal ini dikarenakan peranan televisi memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan media lain dalam upaya membantu proses keberhasilan penyebaran iklan, karena memperbincangkan masalah iklan televisi dalam hal ini amatlah menarik, selain memiliki sisi kreasi dan inovasi dalam hal ini mengedepankan informs, hiburan, dan pendidikan atau gabungan dari semuanya.

Iklan televisi juga mampu mempengaruhi emosi masyarakat yang bertempat tinggal tersebar dan heterogen dalam memenuhi standard dan gaya hidup pemirsanya. Dengan didukung karakteristiknya yang audio dan visual, sehingga menjadikannya sebagai medium yang intim dan personal.

Saat ini banyak sekali bermunculan iklan-iklan layanan masyarakat yang ditujukan kepada khalayak sebagai salah satu usaha memasyarakatkan


(12)

gagasan-gagasan sosial yang isi pesannya berasal dari golongan atau instansi tertentu (pemerintah maupun kelompok), contohnya iklan Keluarga Berencana, Iklan Penyuluhan Kebersihan, Iklan Anti Narkoba.

Sosialisasi mengenai Keluarga Berencana yang menggunakan iklan layanan masyarakat di televisi merupakan salah satu program pemerintah yang dapat menunjang keberhasilan dari program Keluarga Berencana tersebut. Menurut Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Sugiri Syarif, Keluarga Berencana dapat memberikan keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga, dan masyarakat. Perencanaan ini harus dimiliki oleh setiap keluarga termasuk calon pengantin.

Salah satu iklan layanan masyarakat yang ditayangkan oleh stasiun televisi di Indonesia adalah Iklan Dua Anak Lebih Baik, dimana iklan ini ikut mendukung dalam memasyarakatkan dan mensosialisasikan program Keluarga Berencana demi terwujudnya keluarga yang berkualitas, karena program ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, serta dapat menjarangkan jarak kelahiran mengurangi resiko kematian bayi.

Keluarga Berencana (KB) merupakan program pemerintah untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Pembatasan dapat dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Jumlah


(13)

anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai dicanangkan pada akhir tahun 1970

(http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Berencana ).

Tujuan program Keluarga Berencana secara makro untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan menurunkan angka kelahiran, secara mikro mewujudkan ketahanan keluarga dan kesejahteraan masyarakat, yang diwujudkan dalam kegiatan sebagai berikut :

1. Upaya peningkatan kepedulian peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan

2. Pengaturan kelahiran

3. Pembinaan ketahanan keluarga

4. Peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera

5. Meningkatkan koordinasi dan peran serta aparatur serta masyarakat sehingga mampu mewujudkan koordinasi dalam membangun Keluarga Berencana.

6. Meningkatkan peran penyuluh dalam peningkatan capaian program.

Dari setiap individu harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang kesehatan reproduksi seperti misalnya kapan usia ideal untuk melahirkan, berapa jumlah anak, dan jumlah kelahiran yang ideal, serta bagaimana perawatan kehamilan dan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan. Pengetahuan mengurangi resiko langsung maupun tidak langsung dari resiko kematian maternal. Selain itu pasutri juga harus memiliki akses seluas-luasnya


(14)

terhadap pelayanan kontrasepsi yang berkualitas, sehingga mudah dalam merencanakan kehamilan seperti yang diinginkan. Dengan demikian program KB ini menjadi salah satu program pokok dalam meningkatkan status kesehatan dan kelangsungan hidup ibu, bayi, dan anak.

Pengaturan kelahiran memberikan keuntungan (benefit) kesehatan yang nyata, salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium. Selain itu penggunaan kondom juga dapat mencegah penularan penyakit seksual menular seperti HIV.

Meski penggunaan alat kontrasepsi mempunyai efek samping dan resiko yang terkadang merugikan kesehatan namun demikian keuntungan dari penggunaannya akan lebih besar dibandingkan tidak menggunakan kontrasepsi yang dapat menyebabkan resiko kesakitan serta kematian maternal. Program Keluarga Berencana menentukan kualitas keluarga karena program ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran, mengurangi resiko kematian bayi. Selain memberikan keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga membantu remaja dalam mengambil keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih baik dengan merencanakan proses reproduksinya.

Dalam hal ini diperlukan adanya kesiapan untuk mensosialisasikan program Keluarga Berencana dengan mengajak serta memanfaatkan semua media massa termasuk media tradisional. Peran media disini sangat membantu


(15)

sehingga BKKBN sebagai lembaga yang menaungi dan bertanggungjawab tentang pelaksanaan program Keluarga Berencana harus mendekatkan diri kepada media massa dalam membantu dalam mensosialisasikan segala macam bentuk kegiatan yang menyangkut program Keluarga Berencana tersebut. Ini merupakan salah satu kunci pokok dalam menggelorakan program kepada masyarakat luas.

Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan kualitas sumber daya manusia sulit terlaksana jika jumlah penduduk semakin tidak terkendali. Indonesia telah dapat menurunkan jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa suburnya (TFR), dari rata-rata 5,6 juta anak pada tahun 1970 menjadi rata-rata 2,6 juta anak pada tahun 2003. Ini menyebabkan laju pertumbuhan penduduk turun dari 2,3 persen per tahun menjadi 1,4 persen. Tetapi karena jumlah penduduk di Indonesia yang besar sekitar 219 juta, penduduk Indonesia setiap tahun akan bertambah sekitar 3 juta jiwa sehingga BAPPENAS memproyeksikan pada tahun 2025 penduduk Indonesia akan jauh lebih besar dari 273 juta. Ini berarti beban pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten atau kota akan sangat berat dalam penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan, lapangan kerja, dan lain-lain. Apalagi Indonesia masih menghadapi persoalan serius dengan kemiskinan sebanyak 18,2 persen atau sekitar 38,4 juta jiwa masih hidup dibawah garis kemiskinan dan indeks mutu hidup manusia Indonesia masih pada peringkat 117 dari 175 negara (diakses www.situ.kesrepro.info.com pada tanggal 18-Maret 2011).


(16)

Peserta KB dapat dijadikan sebagai penggerak dalam upaya penyelesaian masalah pengentasan kemiskinan dan memenuhi komitmen dunia dalam Millenium Development Goals. Revitalisasi gerakan KB dengan menyegarkan kembali jaringan yang lebih kokoh lagi dan tentunya terpercaya dapat membantu untuk mendongkrak popularitas program KB, sehingga akan menciptakan terbentuknya keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Pendekatan yang selama ini dikembangkan yakni pelayanan KB bagi keluarga miskin sebaliknya agar diperkuas, sehingga pesan KB bukan hanya untuk orang-orang yang mempunyai televisi saja.

Pemerintah kota Surabaya menargetkan peserta atau akseptor program Keluarga Berencana pada tahun 2011 meningkat menjadi 79 ribu orang dari tahun 2010 sebanyak 60 ribu orang. Hingga caturwulan pertama 2011 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah memenuhi 30 persen dari 7,2 juta peserta baru program KB pada tahun ini. Dari capaian itu, BKKBN optimis target 7,2 juta peserta atau akseptor baru KB pada 2011 bakal dapt mudah diraih. Namun pada kenyataannya sampai saat ini banyak sekali kendala dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana antar lain masih adanya pemahaman mengenai KB yang sempit baik dikalangan masyarakat maupun para tokoh agama dan tokoh masyarakat. Demikian pula pelayanan kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan IUD yang masih dianggap tabu karena harus membuka aurat. Selain itu kendala lain yakni masih adanya anggapan dari tokoh agama bahwa KB hanya untuk membatasi jumlah anak atau kelahiran


(17)

saja dan belum memahami manfaat KB dalam kesehatan (http://www.bkkbn.go.id/Webs/index.php/berita/detail/2789).

Kalau dulu BKKBN memiliki slogan “Dua Anak Cukup”, dengan semakin berkembangnya program ini telah dikeluarkan slogan baru yakni “Dua Anak Lebih Baik”. Dengan adanya slogan baru ini diharapkan masyarakat dapat semakin menyadari arti penting dan keberadaan anak dalam keluarga. Kalau dengan dua anak saja dalam keluarga itu sama saja memberi kesempatan keluarga dalam mengembangkan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraannya akan lebih mudah dibandingkan dengan anak banyak. Oleh karena itu semakin banyak pendekatan yang dilakukan maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang akan didapat oleh masyarakat dalam upaya mewujudkan keluarga kecil yang sejahtera serta meningkatkan kualitas hidup dengan program Keluarga Berencana.

Adapun ketertarikan peneliti memilih isi slogan Dua Anak Lebih Baik dalam iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana dikarenakan masih banyaknya pemahaman mengenai program Keluarga Berencana yang sempit dikalangan ibu-ibu terutama ibu-ibu menengah ke bawah, sehingga peneliti masih sering kali menemukan fenomena keluarga yang jumlah anaknya jauh lebih besar dari slogan program Keluarga Berencana yakni Dua Anak Lebih Baik. Penentuan ibu-ibu sebagai responden dalam penelitian ini dikarenakan dari awal hingga saat ini tekanan dalam program Keluarga Berencana ini menuju kepada kaum perempuan terutama perempuan yang sudah berumah tangga atau sering disebut dengan ibu-ibu. Selain itu solusi yang diberikan


(18)

oleh program Keluarga Berencana ini merupakan solusi pintar dan yang paling tepat bagi kaum perempuan, khususnya bagi para ibu-ibu.

(http://gatra.com/artikel.php/id=123192).

Sedangkan pemilihan kota Surabaya sebagai lokasi penelitian dikarenakan Surabaya merupakan ibukota Jawa Timur dimana terjadi banyak terjadi urbanisasi dari desa ke kota dan selain itu kota Surabaya merupakan kota metropolitan kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup padat. Provinsi Jawa Timur sangat berpotensial untuk terjadinya ledakan penduduk mengingat masih banyaknya penduduk usia produktif yang tidak bersedia mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Pasangan usia produktif yang sangat tinggi di Jawa Timur yakni usia 15-35 tahun. (http://regional.kompas.com/read/2011/03/04/16382631/KB.Gagal.Jatim.Leda kan.Penduduk).

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin mengetahui persepsi ibu-ibu di Surabaya terhadap isi slogan “Dua Anak Lebih Baik” dalam iklan layanan masyarakat program Keluarga Berencana di media Televisi.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yakni mengenai bagaimana persepsi ibu-ibu di Surabaya terhadap isi slogan “Dua Anak Lebih Baik” dalam iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana di media televisi ?


(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimanakah persepsi dari ibu-ibu di Surabaya terhadap isi slogan “Dua Anak Lebih Baik” dalam iklan layanan masyarakat program Keluarga Berencana di media televisi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan guna baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Kegunaan teoritis yakni untuk dapat menambah wacana serta memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi sebagai bahan masukan maupun referensi untuk penelitian selanjutnya. 2. Kegunaan praktis yakni untuk dapat memberikan masukan pada Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional sebagai lembaga Non Departement Indonesia sebagai lembaga yang menaungi serta melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Keluarga Berencana agar dapat mendukung keberhasilan dari program Keluarga Berencana.


(20)

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh gambaran mengenai sesuatu melalui pemilihan, pengolahan, dan pengertian informasi tentang sesuatu tersebut. Tindakan seseorang akan sesuatu hal banyak dipengaruhi oleh hal tersebut.

Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2001:167) mendefinisikan persepsi adalah suatu proses internal yang memungkinkan kita untuk memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi merupakan inti dari komunikasi. Persepsi disebut inti dari komunikasi karena jika persepsi kita tidak akurat maka tidak akan memungkinkan berkomunikasi secara efektif. Persepsilah yang menentukan kita memiliki suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya ataupun kelompok identitas. Berikut ini beberapa pengertian persepsi yang didefinisikan oleh beberapa pakar komunikasi untuk memperjelas pengertian persepsi, antara lain :


(21)

John R. Wenburgdan William W. Wilmot

“Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organism memberikan makna”. Rudolf R. Verdeber

“Persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi”. J. Cohen

“Persepsi didefinisikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representative objek eksternal.Persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada diluar sana”.

Brian Fellows

“Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organism menerima dan menganalisis informasi”.

Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodaken

“Persepsi adalah proses mental yang digunakan untuk mengenali rangsangan”.

Joseph A. DeVito

“Persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita”.

(Mulyana, 2001:167-168)

Pengertian-pengertian persepsi diatas pada dasarnya telah disimpulkan oleh Mulyana dengan baik, seperti yang telah dituliskan sebelumnya. Dari pengertian-pengertian persepsi diatas juga diketahui bahwa persepsi merupakan inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran atau interpretasi inti dari persepsi yang identik dengan penyandian balik


(22)

(decoding)dalam proses komunikasi. Liliweri dalam Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya (2003:137) menyatakan bahwa persepsi yang dimiliki seseorang adalah frame of reference seseorang yang menjadi saringan untuk menyaring pesan yang dikirim dan disandi balik. Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat maka tidak akan tercipta pula komunikasi yang efektif. Persepsilah yang menentukan seseorang memilih suatu pesan danm mengabaikan pesan yang lain. Dapat disimpulkan secara sederhanabahwa untuk membentuk persepsi, setiap individu melakukan proses memilih, mengorganisasikan, serta menginterpretasikan sebagai stimuli yang diterimanya mengenai suatu hal, yang selanjutnya mengungkapkan pandangan, pendapat, ataupun tanggapan mengenai hal tersebut.

Penilaian masyarakat terhadap suatu merk produk ataupun jasa layanan dapat bersifat positif maupun negatif. Hal ini tergantung pada individu masyarakat dalam mempersiapkan jasa pelayanan ataupun produk yang ditawarkan dibandingkan dengan harapan konsumen yang seharusnya mereka dapat. Bila dalam kenyataan sama dengan yang diharapkan maka masyarakat akan memberikan nilai yang positif, sebaliknya apabila pada kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang masyarakat dapat maka nilai negatiflah yang akan timbul sebagai persepsi.


(23)

2.1.2 Jenis Persepsi

Menurut Dedy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2001:171), pada dasarnya persepsi manusia terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Persepsi terhadap objek lingkungan fisik

Persepsi tiap orang dalam menilai suatu objek atau lingkungan fisik tidak selalu sama. Terkadang dalam mempersepsikan lingkungan fisik, seseorang dapat melakukan kekeliruan, sebab terkadang indera seseorang menipu diri orang tersebut. Hal tersebut disebabkan karena: a. Kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang, seperti keadaan

cuacayang membuat fatamorgana, pembiasan cahaya seperti dalam peristiwa ketika seseorang melihat bahwa tongkat yang dimasukkan ke dalanm air terlihat bengkok padahal sebenarnya tongkat tersebut lurus. Hal inilah yang disebut dengan ilusi.

b. Latar belakang pengalaman yang berbeda antara seseorang dengan orang lain.

c. Budaya yang berbeda.

d. Suasana psikologis yang berbeda juga membuat perbedaan persepsi sesorang dengan orang lain dalam mempersepsi suatu objek.

2. Persepsi terhadap manusia atau persepsi sosial

Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian yang dialami seseorang dalam lingkungan orang tersebut.


(24)

Menurut Brehm dan Kassin, persepsi sosial adalah penilaian-penilaian yang terjadi dalam upaya manusia memahami orang lain. Persepsi sosial dikatakan lebih sulit dan kompleks disebabkan karena :

a. Manusia bersikap dinamis oleh karena itu persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu, dan lebih cepat dari pada persepsi terhadap objek.

b. Persepsi sosial tidak hanya menanggapi sifat-sifat yang tampakdari luar namun juga sifat-sifat atau alas an-alasan internalnya.

c. Persepsi sosial bersifat interaktif karena pada saat seseorang mempersepsi orang lain, orang lain tersebut tidak diam saja melainkan ikut mempersepsi orang tersebut. (Mulyana, 2001:176)

2.1.3 Komponen Persepsi

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa inti dari komunikasi adalah persepsi, sedangkan inti dari persepsi adalah interpretasi atau penafsiran.Berikut ini diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan persepsi selain dari penafsiran itu sendiri. Hal-hal yang berhubungan dengan persepsi atau komponen dari persepsi antara lain :

1. Penginderaan (sensasi)

Penginderaan dapat ditangkap melalui alat-alat indera kita antara lain : a. Mata sebagai indera penglihatan menyampaikan pesan nonverbal

ke otak untuk diinterpretasikan. Otak menerima kira-kira dua pertiga pesan melalui rangsangan visual sehingga dapat dikatakan penglihatan sebagai indera yang paling penting.


(25)

b. Telinga sebagai indera pendengaran juga menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk ditafsirkan dan suara ini dapat diterima dari semua arah.

c. Hidung sebagai indera penciuman. d. Kulit sebagai indera peraba.

e. Lidah sebagai indera pengecap maupun perasa.

f. Hidung, kulit, serta lidah juga memiliki peranan penting dalam persepsi dan komunikasi.

2. Atensi

Dalam proses persepsi, atensi sangat tidak terelakkan sebab sebelum seseorang merespon atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun, orang tersebut terlebih dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Dalam hal ini rangsangan yang menarik perhatian seseorang akan dianggap lebih penting oleh orang tersebut, dari pada rangsangan yang tidak menarik perhatiannya. Rangsangan yang tidak menarik perhatiaan seseorang akan cenderung diabaikan oleh orang tersebut.

3. Interpretasi

Interpretasi pesan yang siperoleh seseorang melalui salah satu atau lebih indera orang tersebut merupakan tahap terpenting dalam proses persepsi. Namun tidak semua pesan atau rangsangan yang ditangkap oleh indera seseorang akan diinterpretasi semuanya oleh orang tersebut, karena berbagai alasan antara lain : tidak sesuai dengan


(26)

kepentingannya, keterbatasan kemampuan panca indera dalam menangkap rangsangan yang terlampau banyak dalam satu waktu yang sama, dan tidak semua rangsangan memiliki daya tarik yang sama bagi orang tersebut. (Mulyana, 2001:168-170)

Tubbs dan Moss dalam Human Communication (2003:39-40) mengatakan bahwa komponen persepsi terdiri dari seleksi atau selektif, organisasi dan penafsiran. Persepsi adalah suatu proses aktif dimana setiap orang memperhatikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan semua pengalamannya secara selektif. Pemilihan stimuli tersebut bergantung pada minat, motivasi, keinginan, dan harapan. Manusia cenderung mengorganisasikan stimuli secara efektif, berarti bahwa stimuli diurutkan dan disajikan dalam sebuah gambaran yang menyeluruh, lengkap dan dapat diindera. Stimuli dipersepsi dan diorganisasi secara selektif, selanjutnya stimuli ditafsirkan secara selektif pula. Artinya stimuli diberi makna secara unik oleh orang yang menerimanya sesuai masa lalu, asumsi perilaku, suasana hati, dan harapan orang tersebut. Oleh Mulyana (2001:169) dikatakan bahwa tiga tahap atau komponen persepsi baik sensasi, atensi, dan interpretasi atau seleksi (mencakup sensasi dan dan atensi), organisasi dan intrerpretasi pada dasarnya adalah sama.


(27)

2.1.4 Karakter Persepsi

Menurut Busch dan Houston (1985) yang dikuti oleh Ujang Sumarwan (2000:113), karakteristik persepsi dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Bersifat selektif

Manusia mempunyai keterbatasan dalam hal kapasitas atau kemampuan mereka dalam proses semua informasi dari lingkungan. Seseorang pasti berhadapan dengan sub kumpulan yang terbatas dari objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang banyak sekali dalam lingkungan mereka. Masyarakat cenderung memperhatikan aspek lingkungan yang berhubungan dengan urusan pribadi mereka.Mereka mengesampingkan urusan-urusan lain yang tidak berkaitan dengan urusan pribadi mereka.

2. Teroganisir dan teratur

Suatu perangsang atau pendorong tidak bisa dianggap terisolasi dari perangsang lain. Rangsangan-rangsangan dikelompokkan ke dalam suatu pola atau informasi yang membentuk keseluruhan.Jadi ketika seseorang memperhatikan sesuatu, perangsang harus berusaha untuk mengatur.Stimulus adalah apa yang dirasakan dan arti yang terdapat didalamnya adalah fungsi dari perangsang atau pendorong itu sendiri. 3. Subyektif

Persepsi merupakan fungsi faktor pribadi hal-hal yang berasal dari sifat penikmat atau perasa, kebutuhan, nilai-nilai, motif, pengalaman, masa


(28)

lalu, pola piker, dan kepribadian seseorang dalam individu memainkan suatu peran dalam persepsi.

2.1.5 Hal-hal Yang Mempengaruhi Persepsi

Mulyana dalam Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2001:176) mengatakan bahwa setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Berikut ini beberapa prinsip penting mengenai persepsi terutama yang berkaitan dengan persepsi sosial, yang dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip ini mempengaruhi persepsi yang dilakukan manusia antara lain :

1. Persepsi berdasarkan pengalaman

Pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas (sosial) yang telah dipelajari sebelumnya.Menurut Gudy Kunst dan Kim dalam Mulyana (2001:158) bahwa persepsi manusia terhadap seseorang, objek atau kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman dan pembelajaran masa lalu mereka bergkaitan dengan orang, objek atau kejadian yang serupa. Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu objek jelas akan membuat seseorang akan menafsirkan objek tersebut berdasarkan dugaan semata atau pengalaman yang mirip. Hal tersebut membuat seseorang terbiasa merespon suatu objek dengan cara tertentu, sehingga seseorang sering gagal mempersepsikan perbedaan yang sama dalam suatu objek lain yang mirip. Manusia cenderung


(29)

memperlakukan objek tersebut seperti sebelumnya, padahal terdapat rincian lain dalam objek tersebut.

2. Persepsi bersifat selektif

Jika setiap saat seseorang diserbu dengan jutaan rangsangan indrawi dan diharuskan menafsirkan rangsangan tersebut semuanya, pastilah seseorang tersebut tidak mampu melakukannya, sebab adanya keterbatasan kemampuan indrawi setiap orang dalam menangkap rangsangan disekitarnya. Faktor utama yang mempengaruhi selektifitas adalah atensi, dimana atensi ini sendiri dipengaruhi oeh beberapa faktor antara lain

a. Faktor internal seperti :

1. Faktor biologis antara lain rasa lapar dan haus, yang berhubungan dengan kebutuhan.

2. Faktor fisiologis yaitu bentuk fisik yang tampak.

3. Faktor sosial seperti : gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, peranan, status sosial, pengalaman, masa lalu dan kebiasaan.

b. Faktor psikologis seperti kemauan, keinginan, motivasi, emosi dan harapan.

Faktor eksternal adalah atribut-atribut objek yang dipersepsi seperti gerakan, kontras, kebaruan dan perulangan.


(30)

3. Persepsi bersifat dugaan

Sama seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena seseorang tidak mungkin memperoleh rincian yang jelas melalui kelima inderanya. Proses persepsi yang bersifat dugaan ini memungkinkan seseorang menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkapdari sudut pandang manapun. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan informasi yang diperoleh melalui alat-alat indera yang dimiliki manusia, menyebabkan terjadinya ruang kosong sehingga perlu menciptakan persepsi yang bersifat dugaan agar dapat menyediakan informasi yang lengkap bagi ruang kosong tersebut.

4. Persepsi bersifat evaluatif

Tidak pernah ada persepsi yang seratus persen objektif, setiap orang perlu melakukan interpretasi berdasarkan masa lalu dan kepentingannya ketika melakukan interpretasi pesan, seseorang harus melakukan evaluasi pesan berdasarkan pengalaman terdahulu yang pernah dialaminya, begitu pula setelah melakukan interpretasi pesan, seseorang akan tetap melakukan evaluasi berdasarkan pengalaman yang pernah dialami terdahulu untuk mencocokan apakah kejadiannya sama. Dengan demikian persepsi bersifat pribadi dan subjektif.

5. Persepsi bersifat kontekstual

Setiap rangsangan dari luar harus diorganisasikan.Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2001:191) menyatakan


(31)

bahwa dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi seseorang, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat.Dalam mengorganisasikan suatu objek, seseorang biasanya meletakan dalam suatu konteks tertentu dengan prinsip-prinsip :

a. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelangkapan.

b. Kecenderungan seseorang dalam mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian berdasarkan latar belakangnya.

2.1.6 Proses Terjadinya Persepsi

Proses persepsi secara umum terbagi dalam empat tahap yaitu : 1. Perhatian dan Seleksi (Attention and Selection)

Pemilihan secara selektif hanya memberikan kesempatan pada proporsi yang kecil dari seluruh informasi yang ada. Proses seleksi ini berasal dari proses yang terkontrol, yaitu individu secara sadar memutuskan informasi mana yang akan diperhatikan dan mana yang diabaikan.

2. Organisasi (Organization)

Pada tahap ini seluruh informasi yang telah masuk seleksi pada tahap sebelumnya akan diorganisasikan. Adapun cara untuk mengorganisasi informasi secara efisien adalah schema. Schema adalah kerangka kognitif yang menggambarkan pengetahuan yang diorganisasi dengan pemberian konsep atau stimulus yang dibangun


(32)

3. Interpretasi (Interpretation)

Setelah perhatian digambarkan pada stimulus tertentu dan informasi telah diorganisasi maka individu akan mencoba untuk memperoleh jawaban tentang makna dari informasi tersebut. Tahap ini sangat dipengaruhi oleh causal attribution, yaitu sebuah percobaan untuk menjelaskan mengapa sesuatu terjadi seperti itu.

4. Pencarian kembali (Retrieval)

Informasi yang telah disimpan dalm memori harus dicari kembali bila informasi tersebut digunakan. Individu akan lebih mudah mendapatkan kembali informasi yang telah tersimpan bila telah terskema dan teroganisir.

Jadi proses persepsi diawali dengan perhatian dan seleksi terhadap informasi yang ada, kemudian informasi yang telah terseleksi tersebut diorganisir, setelah itu mulailah tahap interpretasi yaitu individu mencoba memahami makna informasi tersebut. Ketika individu membutuhkan informasi tersebut, maka dilakukan tahap pencarian kembali.(Schermerhorn, 1994:153-155).

2.1.7 Pengertian Iklan

Dengan tingkat kepadatan penduduk di kota yang semakin besar, berimplikasi bagi semakin sulitnya komunikasi interpersonal dan secar tidak langung peran komunikasi massa sebagai sarana penyampaian pesan atau informasi tentang program keluarga berencana. Sebagai salah satu sarana penyebaran informasi mengenai program keluarga berencana,


(33)

media massa dalam hal ini menggunakan iklan televisi lebih tepatnya adalah iklan layanan masyarakat. Kegiatan periklanan sebagai komunikasi mencakup beberapa aspek, meskipun unsur pembeda terutama iklan dengan sales promotion dan public relation adalah bentuk relasinya.Rhenald Kasali mendefinisikan iklan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk atau jasa yang ditujukan kepada khalayak masyarakat melalui suatu media. (Kasali, 1992:9)

Institut periklanan di Inggris mendefinisikan iklan sebagai pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang berpotensial atas produk barang maupun jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya (Jefkins, 1997:5). Dari definisi diatas jelas bahwa iklan merupakan salah satu bentuk penyampaian pesan yang bersifat persuasive atau mempengaruhi dalam pengertian mempengaruhi konsumen atau calon pembeli potensial untuk melakukan apa yang diinginkan oleh produsen atau pengiklan.

Iklan juga dapat disebut proses komunikasi karena dalam iklan mencakup unsure komunikator yaitu pengiklan, pesan yaitu isi dari iklan itu sendiri, media yaitu alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan (media massa atau media elektronik), komunikan yaitu masyarakat luas (pemirsa iklan), efek yaitu hasil dari iklan yang telah disampaikan dilihat dari perbahan ada segi kognitif (pengatahuan), segi afektif (perasaan), dan segi behavior (tindakan) dalam terwujudnya yaitu membeli atau menggunakan produk atau jasa yang diiklankan tersebut.


(34)

2.1.8 Sasaran Periklanan

Sasaran periklanan adalh tugas komunikasi khusus yang akan dicapai pada suatu audience sasaran khusus dalam suatu kurun waktu tertentu. Sasaran periklanan dapat diklasifikasiikan sebagai berikut :

1. Periklanan Informatif

Banyak digunakan dalam memperkenalkan suatu kategori produk baru, menjelaskan kegunaan produk baru tersebut, memperbaiki kesan yang keliru, membangun citra perusahaan.

2. Periklanan Persuasif

Menjadi lebih penting apalagi persaingan merk semakin meningkat. Beberapa iklan persuas if telah menjadi iklan perbandingan yang membandingkan suatu merk secara langsung dengan satu atau lebih merk lain.

3. Periklanan Mengingatkan

Mempertahankan ingatan pelanggan terhadap suatu produk atau merk tertentu. (Kotler, 1996:148)

2.1.9 Tujuan Periklanan

Pada dasarnya tujuan periklanan adalah mengubah atau mempengaruhi sikap-sikap khalayak, dalam hal ini terutama sikap-sikap konsumen (Jefkins, 1995:17).Tujuan periklanan (advertising objectives) adalah tujuan-tujuan yang diupayakan untuk dicapai oleh periklanan, namun tujuan-tujuan tersebut menjadi fondasi bagi seluruh keputusan periklanan yang ditetapkan.


(35)

Iklan didesain untuk mencapai beberapa tujuan, yakni : membuat pasar sasaran menyadari (aware) akan suatu merk baru, memfasilitasi pemahaman konsumen tentang berbagai atribut dan manfaat merk yang diiklankan dibandingkan merk-merk pesaing, meningkatkan sikap-sikap dengan mempengaruhi niatan untuk membeli, menarik sasaran agar mencoba produk dan mendorong perilaku pembelian ulang. (Shimp, 2003:368)

Sedangkan menurut Sutisna tujuan utama periklanan tebagi menjadi tiga, yakni :

1. Menginformasikan

Dalam hal ini iklan cenderung menonjolkan aspek manfaat produk dan hal-hal penting lainnya mengenai produk.Pesan iklan ini biasanya untuk peluncuran produk.

2. Membujuk

Periklanan bersifat membujuk, berperan penting bagi produk dengan tingkat persaingan tinggi.Oleh karena itu pesan-pesan dalam iklan ini berusaha membandingkan kelebihan produk yang ditawarkan dengan produk lainnya yang sejenis.

3. Mengingatkan

Iklan bersifat mengingatkan sangat penting terutama lainnya bagi produk-produk yang dibeli dengan keterlibatan rendah. (Sutisna, 2002:227)


(36)

2.1.10 Unsur-unsur Iklan

Dalam beriklan juga harus diperhatikan unsure-unsur yang terkandung didalamnya untuk memberikan kesan yang berbeda terhadap pesan yang disampaikan. Unsur-unsur dari iklan menurut Boove dalam Liliweri (1992:28) yang dirinci sebagai berikut :

1. To Inform

Adalah menerangkan sesuatu hal yang diketahui oleh para pemasang iklan (misalnya suatu produk tertentu) kepada mereka (khalayak) yang dipandang membutuhkannya.

2. Nonpersonal

Sifat unsur ini adalah bukan antar pribadi yang menggunakan media sebagai penyalur pesan, bukan penjualan dengan transaksi antar personal bertatap muka.Inilah yang membedakannya dengan sales promotion.

3. Media massa

Karena bersifat nonpersonal maka sudah tentu menggunakan media lain yaitu media massa. Media massa terdiri dari media cetak dan media elektronik sesuai dengan penggunaannya memanfaatkan waktu dan ruang.

4. Persuasif

Iklan bersifat komunikasi persuasif yang isinya menganjurkan, merangsang, membujuk para pembeli, pemakai untuk membeli sesuatu produk atau terus memakai produk yang ditawarkan.


(37)

5. Sponsor

Adalah pihak yang menanggung pembayaran terhadap ruang dan waktu melalui media massa untuk keperluan produk-produknya tersebut.

6. Tujuan

Tujuan iklan bersifat individual melalui surat-menyurat pos dan kelompok-kelompok, khalayak sasaran media massa.

2.1.11 Daya Tarik Iklan 1. Daya Tarik Pesan

Suatu iklan yang baik memperhatikan struktur pesan, gaya pesan, dan

appeals pesan yang terkandung didalamnya.

a. Struktur pesan iklan adalah cara menampilkan pesan dalam bentuk suatu kesimpulan apakah itu tersirat ataupun tersurat dalam kandungan isinya.

b. Gaya pesan adalah cara pemilihan pesan iklan dengan memperhatikan unsure urutan argumentasi (mana argumentasi yang lebih dahulu, argumentasi yang disenangi, dan argumentasi yang tidak disenangi).

c. Appeals, pesan yang mengacu pada motif-motif psikologis yang terkandung seperti pesan yang harus rasional, emosional, daya tarik akan ganjaran tertentu. (Liliweri, 1992:75).


(38)

2. Daya Tarik Fisik Pesan

Penampilan fisik pesan dalam sebuah iklan harus pula diperhatikan.Misalnya dengan gambar atau ilustrasi yang menjadi latar belakang pesan-pesan iklan.

3. Daya Tarik Kuantitas

Mengacu pada frekuensi dan jumlah dalam penyampaian seberapa sering iklan itu disampaikan dalam suatu waktu tertentu.

4. Daya Tarik Kualitas

Mengacu pada intensitas, gerak, perubahan, serta kualitas pesan. 5. Daya Tarik Nilai

Nilai merupakan karakteristik daya tarik yang diwakili dari berbagai iklan yang ditampilkan. Hanya dengan nilai pula standar suatu iklan ditentukan apakah ia mempengaruhi individu dalam memilih alternatif iklan mana yang diikuti dan mana yang tidak perlu diikuti. Semuanya sangat bergantung pada struktur nilai yang dimiliki oleh setiap orang yang tidak sama ditampilkan oleh setiap media massa.

a. Nilai Estetika

Penampilan iklan yang menonjolkan keindahan, kecantikan, kemegahan.

b. Nilai Kemanusiaan


(39)

c. Nilai Intelektual

Iklan yang mengandung nilai untuk membangkitkan kognisi seseorang.Misalnya hasrat ingin tahu, perkembangan pengetahuan yang baru tentang sesuatu hal dan masalah.

d. Nilai Keagamaan

Iklan yang merangsang tumbuhnya spiritual keagamaan.

2.1.12 Jenis-jenis Iklan

Tidak ada standar baku mengenai penggolongan iklan. Iklan sering kali diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan ataupun jenis.Penggolongan iklan bisa dilakukan berdasarkan segmentasi. Secara teoritis umumnya iklan terdiri atas dua jenis yaitu :

1. Iklan Komersil

Merupakan iklan yang bertujuan mendukung kampanye pemasaran suatu produk maupun jasa.Sedangkan menurut Bitner, iklan standar didefinisikan sebagai iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media dengan tujuan untuk merangsang motif dan minat para pembeli ataupun para penggunanya. (Bitner dalam Liliweri, 1992:31) 2. Iklan Non Komersial

Merupakan bagian dari kampanye social marketing yang bertujuan “menjual” gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat (publish service). Iklan jenis ini biasanya disebut iklan


(40)

undangan, tender, orang hilang, lowongan kerja, duka cita, dan sebagainya.

3. Iklan Coorporate

Iklan yang bertujuan membangun citra (image) suatu perusahaan yang pada akhirnya tentu diharapkan juga membangun citra positif produk-produk atau jasa yang diproduk-produksi oleh perusahaan tersebut.

Sedangkan Renald Kasali dalam bukunya manajemen periklanan menjelaskan jenis-jenis iklan menjadi tujuh kategori pokok, yaitu :

1. Iklan Konsumen

2. Iklan Bisnis ke Bisnis atau Iklan Antar Bisnis 3. Iklan Perdagangan

4. Iklan Eceran 5. Iklan Kenangan 6. Iklan Langsung

7. Iklan Lowongan Kerja

2.1.13 Penggunaan Media Iklan

Dalam beriklan penggunaan media harus dipertimbangkan. Pemilihan media iklan harus didasarkan pada tujuan penyampaian pesa, yaitu :

1. Pemasar harus menentukan sikap target audience yang akan dituju, misalnya berdasarkan kelompok geografis, seperti umur, pendidikan , dan lain-lain.


(41)

2. Pemasar perlu melihat kapan iklan ditayangkan atau disampaikan kepada target audience.

3. Durasi tayangan iklan.

Sebagai sarana penyampaian pesan, media memegang peranan penting dalam periklanan karena dengan adanya media pesan-pesan mengenai barang dan jasa yang disampaikan oleh produsen melalui iklan dapat diterima oleh audience sasaran. (Setiadi, 2003:254)

Media yang biasa digunakan oleh produsen untuk beriklan adalah media massa, hal ini dikarenakan produksi massal barang dan jasa menuntut adanya suatu tingkat konsumsi yang bersifat massal dan prosesnya mau tidak mau harus melibatkan berbagai kegiatan periklanan melalui media massa yang diarahkan ke pasar-pasar yang bersifat massal.(Jefkins, 1995:3)

Media yang digunakan oleh produsen untuk media beriklan antara lain :

1. Televisi 2. Radio 3. Surat Kabar 4. Majalah 5. Iklan Outdoor

Kelima media tersebut dikenal sebagai media iklan utama karena sebagian besar pengeluaran periklanan dibelanjakan untuk kelima media ini. (Shimp, 2003:505)


(42)

2.1.14 Iklan Layanan Masyarakat Pada Media Televisi

Dengan tingkat kepadatan penduduk di kota yang semakin besar, berimplikasi bagi semakin sulitnya berkomunikasi secara interpersonal, dan secara tidak langsung peran komunikasi massa sebagai sarana penyampaian informasi mengenai program keluarga berencana. Sebagai salah satu penyebaran informasi mengenai program keluarga berencana melalui media massa dipergunakan iklan layanan masyarakat di televise.

Iklan pada media televisi memiliki keunggilan tersendiri yaitu lebih berkesan, realistis, karena sifatnya yang audio visual. Televisi sebagai sarana periklanan sangatlah kreatif dan luwes (bagi pemasang iklan), dan pesan apapun dapat diterapkan dalam karakteristik televise, selain itu dari sisi prestise yang tidak dimilliki oleh media lain.

Dari keunggulan iklan pada media televisi yang telah disebutkan diatas menjadikan alasan bagi peneliti bahwa pemilihan dengan menggunakan media televisi dapat memberikan jangkauan tujuan iklan layanan masyarakat “Program Keluarga Berencana” kepada khalayak sasaran.

2.1.15 Iklan Layanan Masyarakat Program Keluarga Berencana

Iklan layanan masyarkat “Program Keluarga Berencana” ditelevisi mempunyai tujuan untuk menghimbau kepada ibu rumah tangga serta pasangan suami istri mengenai pentingnya program keluarga berencana. Karena pada dasarnya program pemerintah ini dapat memberikan keuntungan bagi pasangan suami istri, dikarenakan program keluarga


(43)

berencana membantu mewujudkan keluarga yang berkualitas karena program ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran, mengurangi resiko kematian bayi. Selain itu program Keluarga Berencana juga memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat serta membantu remaja dalam pengambilan keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih baik dengan merencanakan proses reproduksinya.

Keluarga Berencana merupakan program pemerintah dalam membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan cara membatasi kelahiran. Dengan kata lain Keluarga Berencana adalah program perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrsepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Jumlah anak yang dianggap ideal adalah dua.Gerakan ini mulai dicangkan pada ahir tahun 1970.

Peserta Keluarga Berencana dapat dijadikan sebagi penggerak dalam upaya penyelesaian masalah pengentasan kemiskinan dan memenuhi komitmen dunia dalam Millenium Development Goals.Revatalisasi gerakan Keluarga Berencana dengan menyegarkan kembali jaringan yang lebih kokoh lagi dan tentunya terpercaya dapat membantu mendongkrak popularitas program Keluarga Berencana dan bisa segera terwujud cita-cita bahwa seluruh keluarga mengikuti program in, sehingga akan menciptakan terbentuknya keluarga kecil yang bahagia


(44)

dan sejahtera. Pendekatan yang selama ini dikembangkan yakni pelayanan KB bagi keluarga miskin sebaiknya agar diperluas, sehingga pesan KB dapat diterima oleh khalayak masyarakat.

2.1.16 Ibu Rumah Tangga

Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan atau penerima merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaaannya secara terpencar dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki konyak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai jenis-jenis kelamin, usia, agama, ideology, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan lain sebagainya. (Effendy, 1993:25)

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi. Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik minatnya dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam empat hal, yakni :pertama, heterogen (keanekaragaman) yakni pemirsa televisi adalah massa, sejumlah orang sangat banyak yang sifatnya heterogen dan terpencar di berbagai tempat. Selain itu pemirsa televisi dapat dibedakan pula menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, taraf kehidupan, dan kebudayaan.Kedua, kepribadian yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa makna isi saat itu. Ketiga, aktif yakni pemirsa


(45)

sifatnya aktif.Mereka aktif seperti apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi.Mereka berfikir aktif dan melakukan interpretasi.Mereka bertanya-tanya pasa dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi benar atau tidak.Keempat, selektif yakni pemirsanya bersifat selektif, dia memilih program televisi yang disukainya. (Effendy, 1992:84)

Berdasarkan pengelompokan tersebut maka sejumlah acara diperuntukan bagi kelompok tertentu sebagai sasaran (target group), disamping khalayak keseluruhan sebagai sasaran ataupun khalayak sasaran

(target audience). Dalam penelitian ini yang menjadi target audience adalah ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga yang dimaksudkan disini adalah wanita yang sudah menikah atau berkeluarga dan menyaksikan tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana “Dua Anak Cukup” ditelevisi.Selain itu juga dikarenakan tekanan dalam program ini selalu tertuju kepada perempuan.

2.1.17 Konsep Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan-ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang berbagi tempat tinggal atau berdekatan satu dengan lainnya, memiliki ikatan emosi, terlibat dalam posisi sosial, peran dan tugas-tugas yang saling berhubungan, serta adanya


(46)

Friedman, 1998 dalam Allender & Spradley, 2001). Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1994 Bab I ayat 1 keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan dua orang anaknya.Keluarga dibentuk berdasarkan status perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami-istri atau suami-suami-istri dan anaknya atau ayah denfan anaknya atau ibu dengan anaknya. Dalam perkembangannya keluarga memiliki pengertian yang sangat luas, termasuk keluarga berencana. Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga, peningkatan kesejahteraan, untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. (Diakses dari internet http://rajawana.com/artikel/ pendidikan-umum/391-konsep-keluarga.html).

2.1.18 Konsep Dasar Keluarga Berencana

Kelurga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Keluarga Berencana menurut WHO (Word Health Organization) Expert Committee 1970 adalah tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang memang diinginkan,mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam


(47)

hubungannya dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, Hanafi, 2004:26).Sasaran dari program Keluarga Berencana itu sendiri adalah pasangan usiasubur dengan paritos pus muda dan paritos rendah, generasi muda dan puma pus, pelaksana dan pengelola KB. Dan sasaran wilayah dari program KB adalah wilayah dengan laju pertumbuhan pendudiuk tinggi dan wilayah khusus seperti centra industri, pemukiman padat, daerah kumuh, daerah pantai dan daerah terpencil.

Lebih dari dua dekade lalu, Indonesia memang mencatat prestasi fenomenal dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana. Boleh dikatakan, awareness terhadap program KB saat itu sedemikian tinggi sehingga setiap penduduk dipastikan mengenal program pemerintah yang satu ini. BKKBN, posyandu, logo lingkaran biru, dan semua atribut KB populer di tengah masyarakat. Menurut Dr. Sugiri Syarief, MPA, kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), keberhasilan KB saat itu didorong oleh pemerintah yang semi otoriter. Saat itu, semua perintah Pak Harto harus diikuti. Bahkan KB dimasukkan dalam kriteria sukses pembangunan. Namun gelombang demokratisasi rupanya harus menyentuh dan mengikis hampir semua hal termasuk program KB—dan membuatnya tidak bertahan sekeras karang. Sebab seperti kita tahu, pemerintahan berkembang menjadi desentralisasi setelah kejatuhan Orde Baru di akhir 1990-an, sehingga setiap kebijakan pemerintah harus berhadapan dengan opsi otonomi daerah. Saat inilah, ada semacam unconvenient truth yang


(48)

mengancam masa depan program KB sebagaimana diakui oleh Sugiri. Sejak kewenanangan program KB diserahkan ke Pemerintah Daerah, komitmen politis dan operasional dari berbagai pihak, memudar dan mengendur. Hal ini membawa implikasi yang tidak menyenangkan. KB perlahan menipis popularitasnya ditambah dengan stigma yang mengkonfrontasikan KB dengan perspektif ajaran agama tertentu.

Para penggagas program KB di masa lalu yang saat ini masih mempunyai banyak pengaruh. Dengan adanya reformasi di negeri ini, BKKBN telah berulang kali ganti pucuk pimpinan sehingga berpengaruh terhadap kelangsungan program KB itu sendiri dan terkesan bahwa program KB tidak berkesinambungan dan ada sebagian masyarakat yang menilai bahwa program KB sudah tidak terdengar lagi. Berbagai jaringan kemitraan yang selama ini dibangun oleh para pendahulu sedikit demi sedikit rontok berantakan. Yang tidak kalah penting adalah perlunya ikembangkan suasana yang makin marak dalam bentuk partisipasi dan memberikan suatupenghargaan atas partisipasi tersebut, disertai dengan aksi pemeliharaan dan pengembangan peserta KB danpembangunan keluarga. Penghargaan itu sangat penting bagi kelangsungan kesertaan program di masa-masa mendatang. Langkah yang ditempuh BKKBN selama ini sudahsangat baik, dan memberikan penghargaan kepada mereka yang ikut serta dalam programKB dengan sangat konsisten. Penghargaan KB Lestari bisa dijadikan contoh bagi lingkungan dan mendorong keluarga di sekitarnya untuk ikut bergabung dalam program KB.


(49)

Pendekatan yang selama ini dikembangkan yaitu pelayanan KB bagi keluarga miskin sebaiknya agar diperluas sehingga terkesan KB bukan hanya untukorang miskin saja. Kalau dulu BKKBN memiliki slogan ”Dua Anak Cukup”, dengan berkembangnya program saat ini telah dikeluarkan slogan baru yaitu ”Dua Anak Lebih Baik”. Semoga dengan adanya slogan baru ini, masyarakat semakin menyadari arti penting keberadaan anak dalam keluarga.Kalau dengan dua anak saja dalamkeluarga, itu berarti kesempatan keluargauntuk mengembangkan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraannya akan lebih mudah dibanding dengan anak banyak.

2.1.19 Pandangan Hukum Islam Tentang Keluarga Berencana

KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. Selain itu, Kb juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam.

Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencan (KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara


(50)

atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga. Dengan demikian KB disini mempunyai arti sama dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al nasl (pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam arti pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang. Pemandulan dan aborsi yang dilarang oleh Islam disini adalah tindakan pemandulan atau aborsi yang tidak didasari medis yang syari`i. Adapun aborsi yang dilakukan atas dasar indikasi medis, seperti aborsi untuk menyelamatkan jiwa ibu atau karena analisa medis melihat kelainan dalam kehamilan, dibolehkan bahkan diharuskan. Begitu pula dengan pemandulan, jika dilakukan dalam keadaan darurat karena alasan medis, seperti pemandulan pada wanita yang terancam jiwanya jika ia hamil atau melahirkan maka hukumnya mubah.

Kebolehan KB dalam batas pengertian diatas sudah banyak difatwakan, baik oleh individu ulama maupun lembaga-lembaga ke Islaman tingkat nasional dan internasional, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebolehan KB dengan pengertian /batasan ini sudah hampir menjadi Ijma`Ulama. MUI (Majelis Ulama Indonesia) juga telah mengeluarkan fatwa serupa dalam Musyawarah Nasional Ulama tentang Kependudukan, Kesehatan dan Pembangunan tahun 1983. Betapapun secara teoritis sudah banyak fatwa ulama yang membolehkan KB dalam


(51)

arti tanzim al-nasl, tetapi kita harus tetap memperhatikan jenis dan cara kerja alat atau metode kontrasepsi yang akan digunakan untuk ber-KB.

Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat dipasang sendiri olrh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan.

Alat atau metode kontrasepsi yang tersedia saat ini telah memenuhi kriteria-kriteria tersebut diatas, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa KB secara substansial tidak bertentangan dengan ajaran Islam bahkan merupakan salah satu bentuk implementasi semangat ajaran Islam dalam rangka mewujudkan sebuah kemashlahatan, yaitu menciptakan keluarga yang tangguh, mawardah, sakinah dan penuh rahmah. Selain itu, kebolehan (mubah) hukum ber-KB, dengan ketentuan-ketentuan seperti dijelaskan diatas, sudah menjadi kesepakatan para ulama dalam forum-forum ke Islaman, baik pada tingkat nasional maupun Internasional (ijma’al-majami).


(52)

2.1.20 Teori Komunikasi Intrapersonal

Didalam dirinya, manusia mengalami komunikasi dengan dirinya yang disebut dengan komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal pada hakikatnya adalah jenis komunikasi ditinjau dari segi tatanannya (Effendy, 2003:53). Tatanan disini adalah proses komunikasi ditinjau dari segi jumlah komunikan yang terlibat didalamnya. Secara umum tatanan komunikasi terbagi menjadi tiga, komunikasi pribadi (personal communication), komunikasi kelompok (group communication), dan komunikasi massa (mass communication). Komunikasi intrapribadi atau komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri antara self dengan God. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi


(53)

adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.

Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves). Berikut ini beberapa elemen-elemen mengenai konsep diri antara lain :

1. Konsep Diri

Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial. Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam persepsi kita mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki-laiki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dan sebagainya) atau dapat juga mengacu pada kemampuan tertentu (pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar). Konsep diri sangat erat kaitannya dengan pengetahuan. Apabila pengetahuan seseorang itu baik/tinggi maka, konsep diri seseorang itu baik pula. Sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu rendah maka, konsep diri seseorang itu tidak baik pula.


(54)

2. Karakteristik sosial

Karakteristik sosial adalah sifat-sifat yang kita tamplikan dalam hubungan kita dengan orang lain (ramah atau ketus, ekstrovert dan introvert  banyak bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak pedulian,). Hal ini memengaruhi peran sosial kita, yaitu segala sesuatu yang mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam masyarakat tertentu.

3. Peran sosial

Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri, maka kita mendefinisikan hubungan sosial kita dengan orang lain, seperti: ayah, istri, atau guru. Peran sosial ini juga dapat terkait dengan budaya, etnik, atau agama. Meskipun pembahasan kita mengenai 'diri' sejauh ini mengacu pada diri sebagai identitas tunggal, namun sebenarnya masing-masing dari kita memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (mutiple selves).

4. Identitas diri yang berbeda

Identitas berbeda atau multiple selves adalah seseorang kala ia melakukan berbagai aktivitas, kepentingan, dan hubungan sosial. Ketika kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi, kita memiliki dua diri dalam konsep diri kita.

 Pertama persepsi mengenai diri kita, dan persepsi kita tentang persepsi orang lain terhadap kita.


(55)

 Identitas berbeda juga bisa dilihat kala kita memandang 'diri ideal' kita, yaitu saat bagian kala konsep diri memperlihatkan siapa diri kita 'sebenarnya' dan bagian lain memperlihatkan kita ingin 'menjadi apa' (idealisasi diri).

2.2 Kerangka Berpikir

Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam memaknai sesuatu peristiwa atau objek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang berbeda-beda setiap individu tersebut dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi, dalam hal ini pesan disampaikan dalam bentuk iklan yakni berupa iklan layanan masyarakat program Keluarga Berencana “Dua Anak Lebih Baik”. Iklan ini mempunyai tujuan untuk menghimbau kepada setiap pasangan suami istri terutama kepada ibu-ibu mengenai pentingnya program Keluarga Berencana. Melalu slogan Dua Anak Lebih Baik diharapkan setiap keluarga dapat menciptakan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1994 Bab I ayat 1 keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan dua orang anaknya.

Didalam dirinya, manusia mengalami komunikasi dengan dirinya yang disebut dengan komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal pada hakikatnya adalah jenis komunikasi ditinjau dari segi tatanannya. Secara umum tatanan komunikasi terbagi menjadi tiga, komunikasi pribadi (personal communication), komunikasi kelompok (group communication),


(56)

dan komunikasi massa (mass communication). Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti tentang persepsi ibu-ibu di Surabaya terhadap isi slogan Dua Anak Lebih Baik dalam iklan layanan masyarakat program Keluarga Berencana di televisi yang akan diteliti melalui indikator penyampaian pesan melalui iklan tersebut, sosialisasi mengenai program KB serta fasilitas dari program KB tersebut. Individu dari masyarakat yang memiliki pengetahuan atau wawasan yang tinggi adalah individu yang pandai, sehingga akan lebih perhatian dalam memahami iklan layanan masyarakat program Keluarga Berencana “Dua Anak Lebih Baik”. Dengan demikian dapat diharapkan bahwa semakin tinggi pengetahuan maupun wawasan individu dalam masyarakat maka akan semakin baik dalam mempersepsikan iklan layanan masyarakat program KB, sehingga dapat mewujudkan tujuan utama dari program KB, yakni dua anak lebih baik.

Dengan adanya upaya peningkatan kualitas KB yang diberikan oleh BKKBN serta sosialisasi-sosialisasi melalui iklan layanan masyarakat program KB “Dua Anak Lebih Baik” yang muncul di televisi maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang persepsi ibu-ibu di Surabaya terhadap isi slogan “Dua Anak Lebih Baik” dalam iklan layanan masyarakat program Keluarga Berencana di televisi.


(57)

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional

Yang dimaksud definisi operasional disini adalah suatu pembatasan atau perincian prosedur yang memungkinkan penjelasan atau tidaknya realitas tertentu sebagaimana yang digambarkan menurut konsepnya. Pada penelitian ini , peneliti menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Metode ini menggambarkan serta menguraikan atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa adanya perlakuan perlakuan terhadap objek yang diteliti.

Metode kualitatif kebanyakan digunakan untuk meneliti dokumen yang berupa teks, gambar, symbol, dan sebagainya untuk memahami realita maupun budaya dari suatu konteks sosial tertentu. Metode kualitatif ini merujuk pada metode analisis dokumen untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah, dan menganalisis dokumen untuk memahami makna signifikasi.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yakni pendekatan yang tidak menggunakan statistik maupun angka-angka tertentu. Hasil dari penelitian kualitatif ini tidak dapat digeneralisasikan, sifatnya universal. Jadi hanya dapat berlaku pada situasi dan keadaan yang sesuai dengan situasi dan keadaan dimana penelitian yang serupa dilakukan.


(58)

Menurut Rakhmat (2004:24), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk beberapa hal, diantaranya adalah :

1. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

2. Membuat perbandingan maupun evaluasi.

3. Mengumpulkan informasi actual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada.

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

Dengan demikian dapat dioperasionalkan bahwa persepsi ibu-ibu di Surabaya terhadap isi slogan “Dua Anak Lebih Baik” dalam iklan layanan masyarakat program Keluarga Berencana dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Budaya

Adanya faktor-faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atas semua rangsangan. Agama, ideology, tingkat intelektualitas, tingkat ekonomi, pekerjaan sebagai faktor-faktor internal jelas mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu realitas. Dengan demikian persepsi itu terikat oleh budaya, bagaimana kita memaknai suatu pesan, obyek, atau lingkungan bergantung pada sistem nilai yang kita anut.


(59)

2. Pengalaman

Pola-pola perilaku manusia berdasrkan persepsi mereka mengenai realitas (sosial) yang telah dipelajari. Persepsi manusia terhadap seseorang, obyek, atau kejadian dan reaksi mereka tterhadap seseorang, obyek, atau kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman dan pembelajaran masa lalu mereka berkaitan dengan orang, obyek, atau kejadian serupa. Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu obyek jelas akan membuat seseorang menafsirkan obyek tersebut berdasarkan dugaan semata, atau pengalaman yang mirip.

3. Nilai

Nilai biasanya bersumber dari iso filosofis yang lebih besar yang merupakan bagian dari lingkungan budayanya, karena itu nilai bersifat stabil dan sulit berubah. (Mulyana, 2001:176)

3.2 Definsi Konseptual 3.2.1 Persepsi

Persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap sesuatu benda maupun sesuatu kejadian yang dialami. Setiap orangpun mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai subjek maupun objek yang mereka hadapi. Sehingga peneliti ini berusaha memahami tentang bagaimana persepsi ibu-ibu di Surabaya terhadap isi slogan “Dua Anak Lebih Baik” dalam iklan layanan masyarakat program Keluarga Berencana di media televisi.


(60)

3.2.2 Ibu Rumah Tangga

Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan atau penerima merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator yang bersifat heterogen. Dalam keberadaannya yang secara terpencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai jenis kelamin, usia, agama, ideology, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan lain sebagainya. (Effendy, 1993:25)

Sejumlah acara diperuntukkan bagi kelompok tertentu sebagai sasaran (target group), disamping khalayak keseluruhan sebagai sasaran ataupun khalayak sasaran (target audience). Dalam penelitian ini yang menjadi target audience adalah ibu-ibu. Ibu-ibu yang dimaksudkan disini adalah ibu rumah tangga atau wanita yang sudah menikah atau berkeluarga dan pernah menyaksikan tayangan iklan layanan masyarakat program Keluarga Berencana “Dua Anak Lebih Baik” di televisi. Mengapa target audience jatuh kepada ibu-ibu dikarenakan tekanan dalam program ini selalu tertuju kepada kaum perempuan.


(61)

3.2.3 Iklan Layanan Masyarakat Program Keluarga Berencana

Iklan layanan masyarakat program Keluarga Berencana di televise memiliki tujuan untuk menghimbau kepada ibu-ibu rumah tangga serta pasangan suami istri mengenai pentingnya program Keluarga Berencana (KB). Karena pada dasarnya program pemerintah ini dapat memberikan keuntungan bagi pasangan suami istri, dikarenakan program Keluarga Berencana membantu mewujudkan keluarga kecil, sejahtera, serta yang berkualitas. Selain itu KB juga dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, menjarangkan kelahiran, mengurangi resiko kematian bayi. Dengan kata lain Keluarga Berencana adalah program perencanaan jumlah keluarga.

3.3 Informan Penelitian

Berkenaan dengan tujuan penelitian kualitatif maka dalam prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan key informant atas situasi sosial tertentu yang sarat akan informasi sesuai dengan fokus penelitian (Bungin, 2003:53). Sedangkan informasi kunci (key informant) itu sendiri adalah orang-orang yang pengetahuannya luas dan mendalam tentang komunitasnya (orang luar yang lama bekerja dengan satu komunitasnya) dapat memberikan data yang berharga atau informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian (Suyanto, 2006:189).


(62)

Dalam penelitian ini besarnya sampel yang harus diambil baru dapat diketahui ataupun didapatkan setelah atau dalam melakukan penelitian. Hal ini disebabkan karena teknik sampling dalam penelitian kualitatif jelas berbeda dengan penelitian nonkualitatif. Pada penelitian nonkualitatif sampel dipilih terlebih dahulu dari suatu populasi yang ditentukan terlebih dahulu sehingga dapat digunakan untuk membuat suatu generalisasi pada akhirnya. Sampel benar-benar mewakili ciri-ciri suatu populasi karena sampel ditarik dari suatu populasi dan sampel tersebut memiliki ciri-ciri dan karakter yang sama dengan populasi. Namun demikian peneliti berusaha akan menjaring sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian dari berbagai sumber. Peneliti akan mencari variasi informasi sebanyak-banyaknya dari informan. Informan disini memiliki ciri-ciri antara lain : 1. Informan dipilih secara berurutan. Tujuan memperoleh variasi

sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan informan dilakukan jika informan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis.

2. Penyesuaian berkelanjutan dari informan

Pada mulanya setiap informan dapat sama kegunaannya. Namun sesudah semakin banyak informasi yang masuk maka akan terlihat bahwa informan semakin dipilih atas dasar fokus perhatian.

3. Penelitian informan berakhir jika terjadi perulangan

Menentukan jumlah informan oleh pertimbangan-pertimbangan informasi yang dilakukan. Apabila maksudnya untuk memperluas informasi yang dapat dijaring, maka pemilihan informan dapat diakhiri. Maksudnya


(63)

disini adalah jika mulai terjadi pengulangan informasi, maka pemilihan informan dapat atau harus dihentikan.

Informan dalam penelitian ini dibatasi pada ibu-ibu dengan usia 25-40 tahun yang pernah melihat iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” dalam program Keluarga Berencana ditelevisi. Dengan pertimbangan bahwa usia ibu-ibu sebagai usia dimana kematangan seorang wanita dalam berkeluarga. Dan diusia tersebut, ibu-ibu memiliki hasrat ingin tahu dan daya tarik yang sangat tinggi dalam memperoleh informasi mengenai program Keluarga Berencana.

Dalam penelitian kualitatif tidak dipersoalkan dengan jumlah sample yang dipergunakan karena bilamana dalam proses pengumpulan data sudah tidak ditemukan lagi variasi informasi maka tidak perlu lagi mencari informan baru dan proses pencarian informasi dianggap selesai. (Bungin, 2003:53)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data antara lain : 1. Pengamatan (Observation)

Merupakan kegiatan yang setiap saat kita lakukan. Dengan perlengkapan panca indera yang kita miliki, kita sering mengamati objek-objek yang ada disekitar kita. Kegiatan observasi ini merupakan salah satu kegiatan yang kita lakukan untuk memahami lingkungan. Observasi disini diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung suatu objek untuk


(64)

melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut. (Kriyantono, 2007:106)

2. Wawancara Mendalam (Depth Interview)

Merupakan percakapan antara peneliti dengan seseorang yang berharap mendapatkan informasi. Dan informan adalah seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu obyek. Wawancara mendalam adalah suatu cara lansung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi yang tinggi secara intensif. Selanjutnya dibedakan antara responden (orang yang akan diwawancarai hanya sekali), dengan informan (orang yang ingin peneliti ketahui atau pahami dan yang akan diwawancarai beberapa kali). (Kriyantono, 2007:96)

3. Studi Literatur

Teknik pengumpulan data dengan mencari data penunjang dengan mengolah buku-buku dan sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Melalui pendekatan metodologi ini akan menjangkau secara komperhensif dengan tujuan tanpa mengurangi akurasi metodologi yang diinginkan.


(65)

Pada tahap analasis data, penelitian dilakukan bersamaan dengan proses pengambilan data. Analisis data penelitian berupa proses pengkajian hasil wawancara, pengamatan, dokumen yang telah terkumpul.

 


(1)

  79

Sedangkan informan keempat mengaku tidak setuju atas hukum Islam yang difatwakan mengenai program Keluarga Berencana. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan Ibu Artiningsih :

“Buat saya KB itu tidak masuk akal, apalagi slogannya. Karena menolak anak itu sama halnya dengan menolak rezeki yang telah diberikan oleh Allah SWT. Anak kalo menurut saya adalah rezeki mbak.”

(Wawncara : 17 Juli pukul 18.01 WIB)

Pada informan kelima Ibu Sentot, peneliti mendapatkan jawaban yang hampir sama dengan informan sebelumnya. Berikutr adalah kutipan wawancara dengan Ibu Sentot :

“Fatwa yang ada sih buat saya gak berarti apa-apa mbak. Biasa saja saya menanggapi fatwa tersebut. Membatasi jumlah anak sama saja menolak rejeki dari Allah, dan saya lebih memilih mengambil sikap tidak setuju.”

(Wawancara : 19 Juli pukul 14.05 WIB)

Dan informan terakhir adalah Ibu Yuni. Beliau mengutarakan persepsinya mengenai hukum Islam atas program Keluarga Berencana sebagai berikut :

“Maksud dari KB kan bagus mbak, yakni menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. Jadi sesuai dengan yang difatwakan, menurut saya KB itu sifatnya halal-halal saja.”


(2)

80 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil kegiatan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa isi slogan Dua Anak Lebih Baik dalam iklan layanan masyarakat program Keluarga Berencana di televisi mendapatkan respon yang positif oleh sebagian ibu-ibu di Surabaya. Namun ada sebagian informan yang kurang setuju dengan isi slogan Dua Anak Lebih Baik dalam iklan layanan masyarakat program Keluarga Berencana karena pada dasarnya pengetahuan mereka mengenai program Keluarga Berencana sangatlah minim. Dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda, pendapat yang mereka kemukakan sangatlah berdasar. Bagi mereka, isi slogan Dua Anak Lebih Baik itu sangat bertentangan dengan pemahaman yang mereka. Apalagi bagi informan keempat dan kelima yang merupakan seorang pendatang dari desa, jumlah anak merekapun lebih dari dua sehingga isi slogan Dua Anak Lebih Baik sangatlah tidak berpengaruh. Mereka berpegang teguh bahwa anak itu merupakan rejeki dari Allah SWT. Jadi seberapapun jumlah anaknya, mereka terima. Buat mereka, banyak anak itu banyak rejeki. Namun bagi informan pertama, kedua, ketiga dan keenam isi slogan Dua Anak Lebih Baik itu sudah cukup baik. Mereka setuju dengan isi slogan tersebut, karena menurut mereka keluarga yang bahagia dan sejahtera itu merupakan keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak.


(3)

  81

Jadi dengan membatasi jumlah anak serta menjarangkan usia kelahiran merupakan solusi menuju keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Dan Dua Anak Lebih Baik juga sudah mewakili dari tujuan program KB yang sebenarnya.

Keberadaan Badan Koodinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai lembaga non department yang menaungi program Keluarga Berencana di Indonesia juga sudah berupaya untuk mensosialisasikan program pemerintah ini dengan sebaik-baiknya. Hampir sebagian besar informan setuju dengan adanya BKKBN sebagai lembaga yang menaungi program KB, namun sebagian lagi tetap berpendapat tidak setuju karena pada dasarnya mereka menentang tujuan dari Keluarga Berencana. Jadi seolah-olah mereka menganggap BKKBN itu tidak memiliki fungsi apa-apa.

Sehingga dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa isi slogan Dua Anak Lebih Baik dalam iklan layanan masyarakat program Keluarga Berencana sudah cukup mendapat respon yang baik dari sebagian Ibu-ibu di Surabaya. Karena dari sudut pandang mereka, isi slogan Dua Anak Lebih Baik itu merupakan cerminan dalam membentuk keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak. Menurut mereka sllogan Dua Anak Lebih Baik Akan menciptakan suasana keluarga yang bahagia dan sejahtera.


(4)

  82

5.2 Saran

Sebagai salah satu slogan yang digelorakan oleh BKKBN, Dua Anak Lebih Baik itu merupakan solusi yang cukup tepat untuk mewakili tujuan dari program Keluarga Berencana. Diharapkan pemerintah tetap menyegarkan kembali program-program dari KB itu sendiri bukan hanya slogannya saja yang sudah mengalami pergantian.

Selain untuk membatasi jumlah anak, Keluarga Berencana juga akan membantu mengurangi jumlah kematian ibu serta membantu remaja dalam mengambil keputusan berumah tangga. Dan bagi pemerintahan, dapat membantu untuk mengurangi jumlah penduduk yang cukup padat saat ini, sehingga akan mengurangi jumlah kemiskinan di Indonesia.

Selain itu sosialisasi mengenai program Keluarga Berencana juga perlu ditingkatkan, terutama untuk lapisan masyarakat menengah kebawah. Sosialisasi yang merata akan menambah pengetahuan bagi masyarakat agar terus menggunakan program KB serta menerapkan tujuan utama dari program KB dalam kehidupan berumah tangga bagi masing-masing individu.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Buntan, 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Mulyana, Deddy, 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.

Effendy, Onong Uchjana, 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti

………...…. 1993. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra AdityaBhakti

……….…. 1992. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Penerbit PT. Remaja Risdakarya.

Jefkins, Frank, 1995. Periklanan, Jakarta : Elex Media Komputindo.

Kasali, Renald, 1995. Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya, Jakarta : PT. Pustaka Utama Grafiti.

Kuswandi, Wawan, 1996, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, Jakarta : PT. Rieneka Cipta

Kotler, 1996. Dasar-dasar Pemasaran, Jakarta : PT. Intermedia

Liliweri, Alo, 1992. Dasar-dasar Komunikasi Periklanan, Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti. Mc Quail, Dennis, 1987, Teori Komunikasi Massa (Suatu Pengantar), Jakarta :

Erlangga

Moleong, Lexy, J, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti. Rakhmat, Djalaludidin, 2002. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung :       PT. Remaja

Rosdakarya

Setiadi, Nugroho, J, 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran, Bogor : Ghalia Indonesia.

Shimp, Terence, 2003. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sendjaja, Sasa Djuarsa, 1999, Pengantar Komunikasi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka


(6)

Sutisna, 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Non Buku :

http://id.wikipedia.org./wiki/ Keluarga_Berencana

www.situs.kesrepro.info.com 

http://www.bkkbn.go.id/Webs /index.php/berita/ detail/2789 

http://gatra.com/artikel.php? id=123192 

http://regional.kompas.com/read/2011/03/04/16382631/KB.Gagal.Jatim. Ledakan.Penduduk