Bingkai pemberitaan penyergapan terorisme Ciputat: studi komparasi berita di liputan6.com dan tempo.co

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Aji Sasongko

NIM: 1110051100094

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H./2015 M.


(2)

Studi Komparasi Berita di Liputan6.com

dan Tempo.co

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.l)

Oleh

Aii

Sasoneko

NIM:

1110051100094

Di

Bawah Bimbingan

A.^""'t

Siti Nurbava. M.Si

NIP.

19790823 200912 2 A02

KONSENTRASI

JT]RNALISTIK

JURUSAN

KOMUNIKASI

DAN

PENYIARAN

ISLAM

FAKULTAS

ILMU

DAKWAH

DAN

ILMU

KOMUNIKASI

UI'.{IVERSITAS

ISLAM

NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H./2015

M.


(3)

Tempo.co). telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada29 Mei 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi

Islam (S.Kom.I) pada Konsentrasi Jumalistik.

Jakarta, 29 }i4ei 2015 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

NIP. 197104122 00003 2 001

Anggota,

199403

I

002 NIP. 19671126 199603 2 001 Pembimbing

11""

^r\

Siti Nurbalza. M.Si NrP. 19790823 200912

2

002

Hi. Musfirah Nublaily, M.A t4 200912


(4)

l.

2.

1

J"

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata

I di

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan

ini

telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

di

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 29 Mei2015

*w


(5)

Berita di Liputan6.com dan Tempo.co)

Terorisme merupakan senjata psikologis untuk menciptakan suasana tidak menentu yang dapat mengancam ideologi bangsa, seperti yang terjadi pada malam pergantian tahun di Ciputat, Tangerang Selatan. Kejadian tersebut diliput oleh banyak media. Liputan6.com dan Tempo.co merupakan media online di Indonesia, keduanya turut serta mengambil peran dalam pemberitaan terorisme Ciputat, namun peristiwa yang sama dapat dimaknai secara berbeda oleh media dan pada akhirnya menghasilkan berita yang berbeda pula.

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana Liputan6.com

dan Tempo.co dalam membingkai pemberitaan penyergapan terorisme Ciputat? Dengan melihat rumusan masalah tersebut, maka akan terlihat bagaimana perbandingan pembingkaian di kedua media tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, analisis, teks, dan dokumentasi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori konstruksi sosial atas realitas yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Bahwasannya realitas tidak muncul begitu saja, melainkan di bangun atau dikonstruksi. Untuk mengetahui bagaimana Liputan6.com dan Tempo.co

membingkai pemberitaan penyergapan teroris Ciputat penulis menggunakan model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dengan menggunakan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing, keempat struktur tersebut adalah sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.

Hasil penelitian terhadap Liputan6.com dan Tempo.co, terdapat perbedaan dalam membingkai pemberitaan penyergapan terorisme Ciputat, melalui berita yang diberitakan kepada khalayak. Pada berita penyergapan terorisme Ciputat,

Liputan6.com menekankan pemberitaan mengenai kinerja Polri pada penggerebekkan teroris Ciputat harus diapresiasi dan sudah sesuai prosedur. Pada pemberitaan ini, Liputan6.com dikuatkan dengan pernyataan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso dan Kapolri Jenderal Sutarman. Sedangkan Tempo.co

menekankan mengenai kritikan terhadap kinerja Polri pada penggerebekkan tersebut. Pada pemberitaan ini, Tempo.co dikuatkan dengan pernyataan Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hasanudin dan Pengamat Kontraterorisme Harits Abu Ulya.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Liputan6.com dan

Tempo.co mempunyai perspektif yang berbeda dalam melihat sebuah peristiwa dan memaknainya. Kedua media menyatakan netral terhadap pemberitaan teroris Ciputat, namun pada kenyataannya pemberitaan yang mereka suguhkan tidak berimbang karena terdapat unsur pro dan kontra dalam pemberitaan tersebut.


(6)

skripsi yang berjudul Bingkai Pemberitaan Penyergapan Terorisme Ciputat

(Studi Komparasi Berita di Liputan6.com dan Tempo.co). Shalawat dan salam

selalu tertuju kepada manusia pembawa berita kebenaran yakni Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penyelesaian skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terimaksih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Suparto, M.Ed.MA., selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Drs. Hj. Roudhonah, M.Ag,M. Si., selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan Dr. Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

3. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Kholis Ridho,M.Si. dan Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A.

4. Dosen Pembimbing Siti Nurbaya, M.Si., yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan arahan hingga tersusunnya skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam Rahmat dan Lindungan Allah SWT, Amin.

6. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua ku tercinta, Mariman dan Sabaniah atas kasih sayang dan didikannya selama ini, dan adik-adikku Anis Sukmawati dan Aryo Wibisono yang sangat ku sayangi.


(7)

8. Teman seperjuangan Jurnalistik C 2010 Andy Saiful Fahmi, Devi Suhailiah, Megawati Agustini, Siti Ufi Nurlutfiyah, Muhamad Nandri Prilatama, Ambar Putra Wandani, Regita Rafinna, Achamd Fauzi, Ernawati Kurniawan, Kaka Silmy Kaafah, Ahmad Syahyunas Harya, Kenwal Lamanda, Ali Rahman Mutajalli, Annisa Putri H, Isye Naisila Zulmi, Rosalia Nilam Sentika Sari, Irma Voni Parlina, Widya Mardhotillah, Meylisa Agustina, Ririn Sefrina, Nisa Chaerani Hisan, Fitrianingsih, Fakhri Hermansyah, Arsitta Aghniya Mursalati, Muhammad Irwan, Ardiansyah Pratama, Iqbal Putra, Ravi Verdian RY, Muhammad Rahimi, dan Nour Zainab.

9. Abang-abang ku Ansori, Juanda, Eko, Syarif, dan Budi yang selalu mensuport dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kawanku Alfie Lail dan Jane Ratini Putriq yang telah berkontribusi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Ciputat, 29 Mei 2015 Peneliti


(8)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Metodologi Penelitian ... 6

1. Jenis Penelitian ... 6

2. Subjek dan Objek Penelitian ... 8

3. Teknik Pengumpulan Data ... 8

4. Teknik Analisis Data ... 9

5. Teknik Penulisan ... 11

F. Tinjauan Pustaka ... 11

G. Sistematika Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORIRITIS A. Konseptualisasi Terorisme ... 15

1. Pengertian Terorisme ... 15

2. Motif Terorisme ... 18

B. Media Online ... 20

C. Konstruksi Realitas Sosial ... 23

D. Framing ... 27

1. Konsep Framing ... 27

2. Efek Framing ... 27

3. Framing Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM A. Media Online Liputan6.com ... 39

B. Media Online Tempo.co... 46

BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN DATA A. Pemberitaan tentang Penyergapan Teroris Ciputat di Media Liputan6.com ... 53


(9)

Teroris Ciputat ... 82 1. Perbandingan bingkai berita Liputan6.com edisi 3 Januari

2014 dan Tempo.co edisi 6 Januari 2014 ... 82 2. Perbandingan bingkai berita Liputan6.com edisi 6 Januari

2014 dan Tempo.co edisi 3 Januari 2014 ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 97 B. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA


(10)

A. Latar Belakang Masalah

Terorisme umumnya melakukan kegiatannya dengan sasaran secara acak, tidak dilakukan langsung kepada lawan, sehingga dengan dilakukan teror tersebut, diharapkan akan mendapatkan perhatian dari pihak yang dituju. Terorisme adalah suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan ancaman kekerasan guna menimbulkan rasa takut serta menimbulkan korban sebanyak-banyaknya secara tidak beraturan.1

Teroris merupakan ancaman nyata, mereka terpecah dalam kelompok kecil, tetapi tetap berada dalam garis komando pembuat teror yang mengancam kedamaian hidup masyarakat. Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasana tidak menentu yang dapat mengancam ideologi bangsa. Seperti yang terjadi pada malam pergantian tahun di Ciputat, Tangerang Selatan.

Saat pesta malam pergantian tahun, warga tak hanya disuguhi ramainya gemerlap kembang api di langit, tetapi juga ketegangan yang mengiringi pengepungan markas terduga teroris.

1

ZA, Maulana, Terorisme dan Konspirasi Anti Islam (Jakarta: Pustaka Al-Kutsar, 2002), h. 160.


(11)

Pada Selasa malam, 31 Desember 2013, sekitar pukul 19.00 tim Densus 88 Antiteror melakukan penggerebekan sebuah rumah kontrakan di Jalan Ki Hajar Dewantoro, Kelurahan Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan. Rumah tersebut dihuni enam orang anggota kelompok Nurul Haq, yang diduga terlibat sejumlah aksi penembakan terhadap anggota kepolisian, bom Vihara Ekayana, dan perampokan kantor cabang Bank BRI di Tangerang pada 24 Desember 2013 lalu.

Rentetan tembakan berkali-kali terdengar hingga tengah malam. Terdapat enam teroris yang tewas dalam penangkapan di Ciputat, Tangerang Selatan, salah satu diantaranya ialah Hidayat alias Dayat. Kejadian tersebut diliput oleh banyak media, termasuk media online.

Media online merupakan sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia yang didalamnya terdapat situs web. Media online yang umum digunakan dalam praktik jurnalistik yakni berupa situs berita. Situs berita merupakan jendela informasi yang memungkinkan pengakses atau masyarakat untuk memperoleh informasi secara cepat dan ter-update.2

Dalam penelitian ini peneliti memilih Liputan6.com dan Tempo.co karena kedua media online tersebut merupakan portal berita yang update pada setiap pemberitaan di Indonesia. Liputan6.com telah menjadi suplemen bagi masyarakat

2

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 46.


(12)

Indonesia yang senantiasa haus dengan informasi secara cepat dan berkembang. Oleh karenanya Liputan6.com selalu aktif dalam menghasilkan berita-berita yang hangat dan segar. Berita-berita yang disajikan oleh Liputan6.com memang sangat selaras dengan slogannya yaitu, aktual, tajam dan terpercaya.3 Selain

Liputan6.com, peneliti juga memilih Tempo.co untuk diteliti lebih dalam.

Pada tahun 1995, Tempo.co menjadi pionir portal berita, hadir menjawab kebutuhan masyarakat agar enak dibaca dan bisa dipercaya. Sejak tahun 2008,

Tempo.co telah tampil dengan wajah baru dan sajian berita yang berkualitas. Dengan berupaya menerapkan standar tinggi jurnalisme dalam meliput peristiwa dan menuliskannya secara tajam, cerdas dan berimbang. Prinsip Tempo.co yaitu enak dibaca dan perlu, bahkan jenaka pun bisa.4

Alasan peneliti memilih kedua media ini, karena terdapat perbedaan yang signifikan pada sudut pandang media dalam pemberitaan yang dinilai peneliti sangat menarik untuk diteliti lebih dalam. Peneliti menduga perbedaan sudut pandang ini dipengaruhi oleh kepentingan masing-masing media yang berbeda-beda pula. untuk itu peneliti menganalisis bagaimana masing-masing media diatas mengkonstruksi realitas pemberitaan tersebut dengan menggunakan analisis

framing.

3

www.Liputan6.com

4


(13)

Analisis framing adalah analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Dengan cara dan teknik pada suatu peristiwa yang ditekankan dan ditonjolkan. Pembingkaian tersebut melalui proses konstruksi. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu.5

Peristiwa dipahami bukan sesuatu yang diambil untuk diberikan, melainkan wartawan dan medialah yang secara aktif membentuk realitas. Sehingga yang menjadi titik perhatian bukan apakah media memberitakan negatif atau positif, melainkan bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh media.

Menurut Peter L. Berger dan Thomas Luckman realitas berwajah ganda/ plural dan konstruksi sosial bersifat dinamis. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, pendidikan tertentu dan lingkungan sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing.

Berdasarkan asumsi dan penjelasan diatas, maka penelitian ini diberi judul

Bingkai Pemberitaan Penyergapan Teroris Ciputat (Studi Komparasi

Berita di Liputan6.com dan Tempo.co)”

5

Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. (Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Askara, 2005), h. 3.


(14)

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah diatas, dan untuk membatasi serta mempermudah penyusunan, maka penulis membatasi penelitian ini pada kasus berita mengenai penyergapan terorisme Ciputat pada dua media

online, yakni Liputan6.com dan Tempo.co pada tanggal 3 dan 6 Januari 2014. Edisi tersebut di analisis karena beritanya banyak memuat mengenai pernyataan institusi terkait, seperti Kapolri, DPR, dan pengamat.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan menjadi objek penelitian ini terangkum dalam pertanyaan, yaitu:

Bagaimana media online Liputan6.com dan Tempo.co membingkai pemberitaan tentang penyergapan terorisme Ciputat pada edisi 3 dan 6 Januari 2014?

C. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada permasalahan sebagaimana penulis rumuskan di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu untuk menemukan bagaimana bingkai berita tentang penyergapan terorisme Ciputat yang dilakukan di media online Liputan6.com dan Tempo.co edisi 3 dan 6 Januari


(15)

2014, dengan mendeskripsikan perbandingan bingkai berita tentang penyergapan teroris Ciputat antara Liputan6.com dengan Tempo.co.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dibagi dalam dua aspek, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam kajian studi komunikasi massa khususnya bidang jurnalistik, dalam melakukan analisis pembingkaian berita di media online dengan menggunakan analisis framing

model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki. b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa jurnalistik, khususnya penelitian yang terkait dengan telaah berita-berita konflik horizontal, keberimbangan, netralisasi serta mengenai bias keberpihakan dan ideologi suatu media.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang merupakan salah satu teori alternatif


(16)

untuk memperoleh gambaran isi pesan yang disampaikan dan mengetahui bagaimana media tersebut mengkonstruksi realitas, maka penelitian ini termasuk ke dalam kategori paradigma konstruktivis. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkan. Rancangan konstruktivis melihat realitas pemberitaan media sebagai aktivis konstruksi sosial.6

Paradigma konstruktivisme digunakan untuk menjelaskan suatu teori yang dapat merubah pandangan seseorang terhadap suatu realitas. Realitas tidaklah muncul begitu saja dalam bentuknya yang mentah, tetapi ia harus disaring melalui cara orang lain itu memandang setiap hal yang ada.7

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi dalam pemberitaan penyergapan terorisme Ciputat di media online dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data secara mendalam. Penelitian pun terfokus pada teks atau berita yang disajikan oleh media online.

6

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), cet. Ketiga, h. 204.

7

Stephen W Littlejohn, Theory of Human communication, 5th edition, (Calofornia: Wadswort Publishing Company, 1999), h. 15.


(17)

Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data.8

Menurut Crasswell, beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu

pertama, peneliti kualitatif lebih memerhatikan proses daripada hasil. Kedua, peneliti kualitatif lebih memerhatikan interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dan analisis data serta penelitian kualitatif harus terjun langsung kelapangan, melakukan observasi partisipasi lapangan. Keempat, peneliti kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses peneltian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.9

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan purposive sampling, yaitu untuk menetukan sampel berita yang relevan dengan tema penelitian ini hanya sebanyak empat berita yang terkait dengan pemberitaan penyergapan terorisme Ciputat, yakni dua dari Liputan6.com dan dua dari Tempo.co.

Menurut Prof. Dr. Sugiyono sampling purposif adalah teknik peentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.10 Dalam hal ini, penelitian

8

Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 56-57.

9

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2008), cet ke-3, h. 303.

10

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,


(18)

mempertimbangkan aspek kesesuaian judul dan isi berita dengan judul skripsi. Selain itu peneliti juga sangat mempertimbangkan porsi pembahasan. Tegasnya, keempat berita yang terpilih merupakan berita-berita yang fokus dan porsi pembahasannya menurut peneliti paling mempresentasikan judul skripsi. Adapun keempat sampel berita tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Tanggal Berita Judul Berita Liputan6.com

Jumat, 3 Januari 2014 6 Teroris Didor, Wakil Ketua DPR: Densus Sudah Bertaruh Nyawa.

Senin, 6 Januari 2014 6 Teroris Didor, Kapolri: Kami Tak Ingin Ada Korban Jiwa.

Tanggal Berita Judul Berita Tempo.co

Jumat, 3 Januari 2014 Tembak Terduga Teroris di Tempat, Kapolri Dikritik.

Senin, 6 Januari 2014 DPR: Pembuktian Teroris Harus ke Pengadilan.

Keempat sampel berita tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan framing model Pan dan Kosicki, untuk dilihat struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retorisnya. Penelitian ini hanya akan menggambarkan tentang bagaimana bingkai Liputan6.com, bingkai Tempo.co dan perbedaan kedua media online

tersebut dalam mengkonstruksi realitas suatu peristiwa menjadi sebuah berita, dalam hal ini berita mengenai penyergapan terorisme Ciputat.


(19)

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subyek dari penelitian ini yaitu media online Liputan.com dan Tempo.co

sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah teks pemberitaan penyergapan terorisme Ciputat di Liputan6.com dan Tempo.co edisi 3 dan 6 Januari 2014.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun data yang diambil untuk dijadikan sumber dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi Teks

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi teks, yaitu pengamatan untuk menganalisis isi berita yang terdapat pada Liputan6.com

dan Tempo.co pada edisi 3 dan 6 Januari 2014.

b. Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai.11 Secara garis besar wawancara dibagi dua, yakni wawancara tak restruktur dan wawancara restruktur. Wawancara tak restruktur sering disebut juga wawancara

11


(20)

mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka, dan wawancara etnografis. Sedangkan wawancara restruktur sering juga disebut wawancara baku, yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis) dengan pilihan-pilihan jawaban yang sudah disediakan.12

Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam untuk memperoleh data-data dengan melakukan wawancara oleh Bapak Raden Trimutia Hatta selaku redaktur news Liputan6.com, dan Bapak Burhan Sholihin selaku redaktur executive Tempo.co, dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk proses penelitian.

c. Dokumentasi

Selain melakukan observasi teks dan wawancara, peneliti juga mengumpulkan data-data melalui telaah dan mengkaji buku-buku, majalah-majalah, website, dan literatur-literatur lain yang ada relevannya dengan materi penelitian untuk selanjutnya dijadikan bahan argumentasi.

4. Teknik Analisis Data

Dalam pemberitaan penyergapan terorisme Ciputat di Liputan6.com

dan Tempo.co, peneliti menggunakan teknik analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang memfokuskan pada

12

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 180


(21)

konseptualisasi teks media ke dalam dimensi yang bersifat empiris dan operasional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana media tersebut mengkonstruksi realitas sosial dengan cara membingkai pemberitaan terorisme Ciputat.

Terdapat empat struktur model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, diantaranya yaitu: struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, struktur retoris.

5. Teknik Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Qualit And Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta tahun 2007.

F. Tinjauan Pustaka

Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi di Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, terdapat skripsi yang menggunakan analisis yang sama, yaitu analisis framing , Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki namun berbeda subjek dan objek penelitiannya. Peneliti juga meninjau beberapa skripsi yang sangat berguna sebagai bahan refrensi. Adapun beberapa kajian pustaka tersebut adalah:


(22)

1. Skripsi karya Desy Mauliza, Mahasiswi Kosentrasi Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang lulus tahun 2013 dengan judul “Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Terbuka Pemilukada DKI 2012 Pada Harian

Seputar Indonesia dan Republika”. Skripsi ini berisi mengenai analisis pemberitaan tentang kampanye terbuka Pemilukada DKI 2012 pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan Jokowi Widodo-Basuki Tjahaja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konstruksi atau cara pengemasan berita yang dimuat pada surat kabar Republika dan Sindo. Penelitian ini menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki yang memfokuskan pada empat struktur, yaitu: Sintaksis (syntactical structures), Struktur naskah (script structures), Struktur tematik (thematic structures), dan Struktur teoritis (rethoric structures).

2. Skripsi karya Ramadhaniati Marchelina, Mahasiswi Kosentrasi Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang lulus tahun 2013 dengan judul

“Analisis Framing Pemberitaan Hary Tanoesoedibjo Di Harian Media Indonesia Dan Seputar Indonesia”. Skripsi ini berisi mengenai mundurnya Hary Tanosoebdibjo dari kepengurusan partai NasDem. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Harian Media Indonesia dan Seputar Indonesia mengemas berita mundurnrya Hary Tanosoebdibjo dari partai NasDem. Penelitian ini menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki yang memfokuskan konsep teks media ke dalam dimensi yang bersifat empiris dan operasional berupa struktur Sintaksis


(23)

(syntactical structures), Struktur naskah (script structures), Struktur tematik (thematic structures), dan Struktur teoritis (rethoric structures).

G. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan. Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah,

batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

BAB II Pada bab ini menerangkan tentang konseptualisasi terorisme,

media online, terori konstruksi sosial, dan analisis framing.

BAB III Pada bab ini memamparkan mengenai gambaran keberadaan

dan kelahiran media online disertai dengan struktur organisasi dan tujuan pendirian kedua media online tersebut.

BAB IV Padabab ini menjelaskan tentang temuan dan analisis yang di

framing oleh framingLiputan6.com dan Tempo.co mengenai pemberitaan terorisme Ciputat pada edisi 3 dan 6 Januari 2014.

BAB V Padabab ini adalah bab terakhir yang berisikan mengenai

kesimpulan dan saran penulis atas penelitian yang telah dilakukan.


(24)

A. Konseptualisasi Terorisme

1. Pengertian Terorisme

Istilah terorisme dan teror berawal dari revolusi Francis. Terorisme didefinisikan Suplemen Dictionaire d’Academie Francaise pada tahun 1978 sebagai system, regime de la terreur. Sebelumnya kamus bahasa Francis yang diterbitkan pada tahun 1796 menyatakan, kelompok Jacobin menggunakan istilah terorisme dalam pengertian positif ketika menyebut tindakan-tindakan teror mereka, tapi sejak masa Thermidor kesembilan, kata teroris menjadi istilah pejoratif yang sering dikaitkan dengan dunia kriminal. Selanjutnya kata terorisme digunakan untuk menunjuk hampir seluruh bentuk aksi kekerasan.13

Terorisme berasal dari kata terrere atau terror (latin) yang artinya membuat rasa takut yang mencekam, keadaan yang menakutkan, dan kegentaran. Teror sebagai kata benda yang mengandung arti sebuah ketakutan yang amat sangat, serta kemampuan untuk menimbulkan ketakutan. Dalam bentuk kata kerja

13

M. Hilaly Basya, Amerika Perangi Teroris Bukan Islam (Jakarta: Center for moderate moslem, 2004), h. 33.


(25)

transitif, terrorize artinya mengancam atau memaksa dengan teror atau dengan ancaman teror (to intimidate or coerce by terror or by threats of terror).14

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, teror merupakan perbuatan orang-orang atau lembaga (pemerintahan dsb) yang sewenang-wenang (kejam, dsb). Sedangkan terorisme merupakan praktik-praktik tindakan teror, penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai suatu tujuan terutama tujuan politik.

Sedangkan menurut suatu forum diskusi (brain storming) antara para akademis, professional, pakar, pengamat politik, dan diplomat tertentu, bahwa terorisme dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan sekelompok orang (ekstremis, suku bangsa) sebagai jalan terakhir untuk memperoleh keadilan, yang tidak dapat dicapai mereka melalui saluran resmi atau jalur hukum.

Terorisme menurut para ahli, Walter Reich menyatakan bahwa terorisme adalah a strategy of violence designed to promote desired outcomes by instilling fear in the public at large (suatu strategi kekerasan yang dirancang untuk meningkatkan hasil-hasil yang diinginkan, dengan cara menanamkan kekuatan di kalangan masyarakat umum).15

14

Budi Gunawan, Terorisme: Mitos dan Konspirasi (Jakarta: Forum Media Utama, 2006), h.1.

15


(26)

E.V. Walter memandang terorisme sebagai proses teror yang mempunyai tiga unsur. Pertama, tindakan atau ancaman kekerasan. Kedua, reaksi emosional terhadap ketakutan yang amat sangat dari pihak korban atau calon korban. Ketgia, rasa ketakutan yang muncul kemudian.

Menurut buku Beyond terrorism, terorisme didefinisikn sebagai kekuatan atau kekerasan tidak sah melawan orang atau properti untuk mengintimidasi atau menekan suatu pemerintahan, masyarakat sipil, atau bagian-bagiannya, untuk memaksakan tujuan sosial atau politik.16

Terorisme merupakan suatu tindakan yang dapat mengancam masyarakat luas dengan kekuatan-kekuatannya. Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasana tidak menentu yang umumnya dilakukan dengan sasaran secara acak atau tidak langsung kepada lawan, sehingga dengan dilakukan teror tersebut diharapkan mendapat perhatian dari pihak yang dituju.

Terorisme bisa dilakukan karena berbagai motivasi, seperti dilakukan karena alasan agama, mempunyai ideologi, untuk memperjuangkan kemerdekaan, dan untuk membebaskan diri dari ketidakadilan, serta adanya kepentingan. Pemahaman masyarakat luas mengnai Terorisme sering kali dikaitkan dengan Islam.

16


(27)

Dalam pengertian Islam itu sendiri tidak menggunakan kekerasan atau paksaan, hal tersebut dapat dilihat dalah surat Al-Baqarah: 256

















































“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa ingkar kepada thaghut (setan, baik dalam bentuk ijin maupun manusia) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Pendengar lagi Maha Mengetahui”.

Dapat dilihat dari paparan surat Al-Baqarah ayat 256, bahwa Islam tidak mengajarkan kekerasan atau paksaan justru Islam mengajarkan kebebasan dalam memeluk agamanya masing-masing. Jika orang dipaksa atau diancam agar masuk Islam, maka orang itu tidak bisa dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan yang dilakukannya, karena ia melakukannya lantaran dipaksa. Oleh karena itu Allah SWT membebaskan kepada umat manusia untuk memilih Islam atau kafir.

Apabila terorisme dilihat dari konteks pidana, maka dalam syariat Islam hal ini termasuk bagian kecil dari kejahatan hudud hirabah, yaitu perbuatan yang


(28)

menimbulkan kekacauan di masyarakat sehingga mengganggu ketentraman umum.

Tindakan teror yang dilakukan orang kafir maupun orang Islam yang melakukan kerusakan di bumi akan mendapatkan hukuman yang setimpal di akhirat kelak, karena Syariat Islam sengaja diciptakan Allah SWT untuk melahirkan kesejahteraan bersama seluruh penghuni bumi, termasuk binatang dan tumbuh-tumbuhan. Islam sebagai syariat memiliki tujuan maqashidusy-

syari’ah yang artinya untuk melindungi agama, jiwa, akal, ketururnan dan harta. Oleh karena itu, pelaku terorisme harus ditindak secara tegas.17

2. Motif Terorisme

Kecenderungan terjadinya terorisme adalah akibat adanya tekanan sosial atau tekanan lain yang berkaitan dengan berbagai kepentingan. Namun demikian tidak jarang bahwa terjadinya terorisme itu juga diakibatkan oleh adanya bentuk-bentuk penyimpangan perilaku dari para pelakunya.

Jika dilihat dari cara yang digunakan dalam meneror, terdapat teror fisik dengan menggunakan alat-alat tertentu dengan sasaran jasmani melalui pembunuhan, penganiayaan, dan sejenisnya. Selain itu terdapat juga peneroran melalui mental seseorang dengan cara meneror mental tanpa harus menyakiti

17

ZA, Maulani, Terorisme dan Konspirasi Anti Islam (Jakarta: Pustaka Al-Kutsar, 2002), h. 167.


(29)

jasmani korban. Namun jika dipelajari dari berbagai kejadian terorisme yang sebelumnya, motif dari sasaran terorisme dapat diuraikan secara umum, seperti:18

a. Budaya kekerasan yang tumbuh di sebuah negara dapat menjadi salah satu motif munculnya aksi tindakan terorisme di suatu negara.

b. Aksi terorisme dapat ditujukan untuk mengintimidasi atau memengaruhi kebijakan pemerintah / negara.

c. Aksi-aksi terorisme dipicu oleh hal-hal yang bersifat politis maupun nonpolilitis.

d. Terorisme menjadi semakin meluas secara intensif jika tidak adanya upaya dari pemerintah untuk benar-benar melawan terorisme.

e. Aksi terorisme dilakukan dengan melakukan tindakan yang tidak menghormati hukum internasional dan etika internasional.

f. Tujuan jangka pendek aksi terorisme adalah menarik perhatian media massa dan untuk menarik perhatian publik.

g. Persiapan atau perencanaan dan aksi teror biasanya teroganisir dengan baik dan memiliki jaringan multinasional.

h. Para teroris tidak pernah mempedulikan, apakah yang menjadi korban warga sipil atau bukan, yang penting tujuannya dilaksanakan agar dapat menciptakan perasaan tidak aman maupun gangguan psikologis masyarakat.

18

Budi Gunawan, Terorisme: Mitos dan Konspirasi (Jakarta: Forum Media Utama, 2006), h. 8-10.


(30)

i. Sasaran yang menjadi objek aksi terorisme adalah tempat-tempat yang dapat menimbulkan perhatian terbesar. Ini bisa merupakan tempat sipil, seperti perkantoran, rumah sakit, mall, sekolah, tempat ibadah, rumah makan/ cafe, dan fasilitas umum.

B. Media Online

Di era informasi seperti saat ini internet memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Dari serangkaian teknologi baru yang memusingkan, internet muncul di pertengahan 1990-an sebagai mendium massa baru yang amat kuat, dan yang dimaksud dengan internet adalah jaringan kabel, telepon, dan satelit yang menghubungkan komputer.19

Internet dalam era informasi telah menempatkan dirinya sebagai salah satu pusat informasi yang dapat diakses dari berbagai tempat tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Internet disebut sebagai pusat informasi bebas hambatan karena dapat menghubungkan satu situs informasi ke situs informasi lainnya dalam waktu yang singkat.

Internet adalah suatu sistem komunikasi yang terkit dengn pertahanan keamanan yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Manfaat sistem komunikasi

19


(31)

yang berjejaring ini dengan cepat ditangkap oleh peneliti dan pendidik secara umum.20

Internet memiliki sifat interaktif, artinya internet mempunyai kapasitas untuk memampukan orang berkomunikasi, bukan sekedar menerima pesan belaka melainkan mereka bisa melakukan secara realtime. Dengan adanya internet saat ini, berkomunikasi dengan siapa pun di dunia ini yang berbeda secara geografis maupun waktu tanpa ada pemisahan jarak. Waktu ini lah yang dinamakan media online.

Media online merupakan media yang saat ini banyak digunakan masyarakat luas untuk memperoleh berita secara cepat dan praktis, karena kini perusahaan media sudah memiliki situs online, seperti Liputan 6 dengan situs onlinenya Liputan6.com, dan koran Tempo atau majalah Tempo dengan situs onlinenya Tempo.co.

Bentuk yang paling baru dari jurnalisme adalah jurnalisme online. Jurnlisme online memiliki kelebihan-kelebihan yang menawarkan peluang untuk menyampaikan berita jauh lebih besar ketimbang bentuk jurnalisme konvensional seperti surat kabar. Jurnalisme online merupakan proses penyampaian informasi dengan menggunakan media internet (website).

20

Werner J. Severin & james W. Tnkrd, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan Dalam Media Massa, (Jakarta: Prenda Media Group, 2004), h. 457.


(32)

Adapun perbedaan antara media online dengan media cetak dan elektronik yaitu:21 Pertama, pada media online berita-berita yang disampaiakan jauh lebih cepat, bahkan setiap beberapa menit dapat di-update. Peristiwa-peristiwa besar yang baru saja terjadi sudah dapat diketahui dengn membaca media online, masyarakat tidak harus menunggu esok hari lewat koran atau pekan depan lewat majalah. Faktor inilah yang diperoleh lewat media cetak.

Kedua, dalam media online sangat mudah untuk mengakses berita-berita yang disajikan, tidak hanya dapat dilakukan lewat komputer atau leptop yang dipasang internet, tetapi lewat ponsel atau HP pun bisa sehingga sangat mudah dan praktis. Pembaca juga bisa berbagai cerita-cerita penting dari media online

itu kepada banyak orang yang tidak bisa dilakukan di media cetak maupun elektronik.

Ketiga, pembaca media online dapat memeberikan tanggapan atau komentar secara langsung terhadap berita-berita yang disukai atau tidak disukainya dengan mengetik pada kolom komentar yang telah disediakan. Pembaca dapat mengekspresikan pikiran dan unek-uneknya.

21


(33)

Media siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan Undang-undang pers dan standar perusahaan pers yang ditetapkan dewan pers.22

Di media siber, wartawan bisa bekerja dengan praktis, ketika ada suatu peristiwa, beritanya bisa langsung di unggah (upload) ke media online. Format yang dipublikasikan pun beragam, mulai dari teks, audio, sampai pada audio-visual.

Berdasarkan penjelasan diatas, dengan adanya media online yang sangat canggih karena dapat menembus ruang dan waktu, kini masyarakat luas dapat memperoleh berita dengan mudah dan cepat tanpa harus menunggu pemberitaan di media cetak esok hari atau menunggu sekilas info setiap jamnya.

C. Kontruksi Realitas Sosial

Konsep konstruksi sosial atas realitas pertama kali diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Menurut Berger, realitas tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan, melainkan ia dibentuk dan dikonstruksi. Pemahaman ini menegaskan bahwa realitas berwajah ganda atau plural. Setiap orang bisa membangun konstruksi yang berbeda terhadap suatu peristiwa dengn pengalaman, pendidikan tertentu, pergaulan atau

22


(34)

sosial sehingga akan menafsirkan realitas sosial dengn konstruksinya masing-masing.23

Menururt Berger dan Luckman konstruksi atas realitas sosial merupakan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.

Dalam penjelasan paradigma konstruktivis, realitas sosial merupakan konstruksi sosial yang diciptakan individu dengan bersifat nisbi yang berlaku sesuai konteks spesifik oleh pelaku sosial dalam penjelasan paradigma konstruktivis. Berbeda dengan paradigma sosial yang menjelaskan bahwa realitas itu hasil dari kreatifitas manusia pada dunia sosial melalui kekuatan konstruksi sosial.

Berger dan Luckman memulai penjelasan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas, yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.

23


(35)

Berger dan Luckman menjelaskan bahwa realitas sosial terdiri dari tiga macam, yaitu realitas subjektif, realitas objektif dan realitas simbolik. Realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia objektif yang berada diluar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbolik merupakan ekspresi simbolik dari realitas objektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas objektif dan simbolik ke dalam individu melalui proses internalisasi.24

Pada dasarnya konstruksi sosial berlangsung dengan sarat kepentingan-kepentingan sosial. Konsep, sadaran umum, wacana publik merupakan hasil konstruksi sosial yang berkembang di masyarakat dalam pengetahuan yang bersifat keseharian.

Pendekatan konstruksi sosial atas realitas terjadi secara simultan melalui tiga proses sosial yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses ini terjadi antara individu satu dengan yang lainnya di dalam masyarakat.25

Eksternalisasi yaitu usaha pengekspresian manusia yang dicurahkan kedalam kegiatan mental maupun fisik dikehidupan manusia. Individu akan mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada dan ini sudah menjadi sifat dasar dari individu.

24

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif , h.5.

25

Burhan Bungin, Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat,


(36)

Objektivasi yaitu hasil dari usaha individu dalam melakukan objektivasi terhadap produk sosial. Objektivasi biasa terjadi melalui penyebaran opini sebuah produk sosial dengan tanpa harus bertatap muka antar individu dan pencipta produk sosial. Dengan kata lain, objektivasi bisa terjadi melalui penyebaran opini sebuah produk sosial yang berkembang di masyarakat melalui opini masyarakat tentang produk sosial, dan tanpa harus tatap muka antar individu dan pencipta produk sosial itu.

Internalisasi yaitu proses dimana individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya. Dengan demikian, internalisasi dalam arti umum merupakan dasar bagi pemahaman mengenai sesama saya, yaitu pemahaman individu dengan orang lain serta pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial.26

Bagi kaum konstruksionis realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang dari seorang wartawan. Realistas bisa berbeda-beda tergantung pada konsepsi yang dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan yang berbeda. Dalam internalisasi wartawan itu dilanda oleh realitas, kemudian realitas diamati dan diserap dalam kesadaran wartawan. Selanjutnya proses eksternalisasi wartawan terjun untuk memaknai realitas.

26


(37)

Media adalah agen konstruksi. Dalam pandangan positivis media dilihat sebagai saluran, dengan kata lain pesan disebarkan dari komunikator ke khalayak. Pandangan seperti ini media bukan sebagai agen, malainkan hanya sebuah saluran. Sebaliknya dalam pandangan konstruksionis media bukan sekedar saluran yang bebas, ia juga sebagai konstruk realitas dengan sebuah pandangan, bias dan pemihakannya.27

Oleh karena itu, berita di media dalam sebuah konstruksi dapat bersifat bebas dan berpihak seperti dalam pandangan konstruksionis, sekaligus berita juga dapat menjadi sebuah saluran yang memberikan suatu pesan kepada khlayak atau penerima berita.

D. Framing

1. Konsep Framing

Gagasan framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Awalnya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual yang mengorganisi pandangan politik, kebijakan, dan wacana, yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas.28

Analisis framing merupakan suatu gambaran analisis untuk mengetahui bagaimana realitas terjadinya sebuah peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja yang dibingkai oleh media. Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu

27

Eriyanto, Analisis Framing (Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media), h. 22-23.

28


(38)

pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut.

2. Efek Framing

Salah satu efek framing yang mendasar adalah realitas sosial yang kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan yang disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan, dan memenuhi logika tertentu. Maksudnya adalah suatu peristiwa yang terjadi yang belum dipahami, akan diberitakan oleh media massa menjadi sesuatu yang mudah dipahami, sehingga membuat peristiwa yang rumit, menjadi sesuatu yang sederhana.

Kemudian menonjolkan aspek tertentu dan mengaburkan aspek lain. Framing pda umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas. Dalam penulisan sering disebut sebagai fokus. Berita secara sadar atau tidak diarahkan pada aspek tertentu. Akibatnya ada aspek lain yang tidak mendapatkan perhatian yang memadai.

Selanjutnya menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi lain. Maksudnya dengan terlalu menonjolkan peristiwa yang terlihat, sehingga melupakan makna dari sebuah peristiwa terjadi.

Menampilkan aktor tertentu dan menyembuyikan aktor lain. Berita seringkali juga memfokuskan pemberitaan pada aktor tertentu. Ini tentu saja tidak salah. Tetapi efek yang segera terlihat adalah memfokuskan pada satu pihak atau


(39)

aktor tertentu menyebabkn aktor lain yang mungkin releva dan penting dalam pemberitaan menjadi tersembunyi.29

3. Framing Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki

Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya.

Framing disini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik/ khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari suatu isu atau peristiwa tersbut menjadi lebih penting dalam memengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.

Kedua, konsepsi sosiologis. Pandangan sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame disini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya.30

Bagi Pan dan Kosicki, framing pada dasarnya melibatkan kedua konsepsi tersebut. Dalam media, framing karenanya dipahami sebagai perangkat kognisi yang digunakan dalam informasi untuk membuat kode, menafsirkan, dan menyimpannya untuk dikomunikasikan dengan khalayak yang kesemuanya

29

Eriyanto, Analisis Framing (Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media), h. 166-168.

30


(40)

dihubungkan dengan konvensi, rutinitas, dan praktik kerja profesional wartawan.31

Suatu peristiwa diproduksi dan dibuat oleh wartawan dengan penafsirannya sendiri sesuai dengan realitas yang akan dibuat oleh wartawan itu. Tetapi bukan hanya wartwan yang menafsirkan realitas suatu peristiwa. Setidaknya ada tiga pihak yang saling berhubungan, yatu: wartwan, sumber, dan khalayak. Masing-masing pihak menafsirkan realitas suatu peristiwa dengan pemikiran mereka sendiri, dan berusaha menjadi yang paling dominan dan menonjol.

Dalam mengkonstruksi realitas, wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi yang ada dalam pemikirannya semata, karena proses konstruksi itu juga melibatkan nilai sosial yang melekat dalam diri wartawan. Nilai-nilai sosial yang tertanam mememngaruhi bagaimana relitas dipahami. Selanjutnya ketika menulis dan mengkonstruksi berita wartawan bukanlah berhadapan dengan publik yang kosong, melainkan untuk untuk dipahami oleh masyarakat luas yang membaca. Kemudian proses konstruksi ditentukan oleh proses proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan profesional standar wartawan.32

Model framing Pan dan Kosicki berpandangan bahwa frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat

31

Eriyanto, Analisis Framing (Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media), h. 253.

32


(41)

dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita ke dalam teks secara keseluruhan.

Meurut Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka “Framing Analysis: An Approach to News Discours” mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat

framing: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global.33

Tabel 2.1

Framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

STRUKTUR PERANGKAT

FRAMING

UNIT YANG DIAMATI SINTAKSIS

Cara wartawan menyusun fakta

1. Skema Berita Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup.

SKRIP

Cara wartawan mengisahkan fakta

2. Kelengkapan Berita 5W+1H

TEMATIK Cara wartawan menulis fakta

3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk Kalimat 6. Kata Ganti

Paragraf, proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat.

33


(42)

RETORIS Cara wartawan menekankan fakta

7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora

Kata, idiom,

gambar/foto, grafik.

Sintaksis merupakan cara wartawan menyusun fakta dari opini, kutipan, dan pengamatan atas peristiwa yang terjadi kedalam bentuk umum berita. Sintaksis merupakan susunan kata atau frase dalam suatu kalimat yang menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita (headline, lead, latar informasi, sumber, penutup) dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Bentuk sintaksis yang paling populer adalah struktur piramida terbalik yang dimulai dari judul headline, lead, episode, latar, dan penutup.

Headline merupakan aspek sintaksis dan wacana berita dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi dengan menunjukkan kecenderungan berita, karena pembaca cenderung lebih mengingat headline yang dipakai dibandingkan bagian berita.34 Headline digunakan untuk menunjukkan bagaimna wartawan mengkonstruksi suatu isu, seringkali dengan menekankan makna tertentu lewat pemakaian tanda tanya untuk menunjukkan sebuah perubahan dan tanda kutip untuk menunjukkan adanya jarak perbedaan.

34


(43)

Perangkat yang lain yang sering digunakan yaitu lead, yang memberikan sudut pandang dari berita dan menunjukkan perspektif tertentu dari suatu peristiwa yang diberitakan agar menarik minat khalayak (penonton, pendengar, pembaca) untuk mengikuti berita itu, dan juga dimaksudkan untuk membuat jalan supaya alur berita menjadi lancar dan untuk menekankan arti berita.35

Latar merupakan bagian berita yang dapat memengaruhi makna yang ingin ditampilkan wartawan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat sebenarnya muncul dengan maksud memenaruhi dan memeberikan kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Latar juga merupakan elemen yang dapat membongkar maksud yang ingin disampaikan oleh wartawan.36

Kemudian pengutipan sumber berita. Bagian ini dimaksudkan untuk membangun objektivitas terhadap berita agar tidak terjadi pemihakan dan menjadi prinsip keseimbangan. Pengutipan sumber ini menjadi perangkat framing atas tiga hal. Pertama, mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan yang dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik. Kedua, menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang

35

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, Desember 2005), h. 97.

36


(44)

berwenang. Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang dihubungkan dengan kutipan atau pandangan mayoritas sehingga pandangan tersebut tampak sebagai menyimpang.37

Skrip merupakan cara wartawan mengisahkan fakta dengan cara bercerita atau bertutur dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita. Skrip merupakan strategi dalam menyusun bagian-bagian peristiwa dengan urutan tertentu untuk memberikan tekanan pada bagian mana yang didahulukan sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi yang penting. Bentuk umum dari skrip adalah 5W + 1H (who, what, when, where, why, dan how).

Tematik merupakan cara wartawan menulis fakta dengan cara mengungkapkan definisinya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Bagi Pan dan Kosicki, tematik merupakan berita yang mirip dengan sebuah pengujian hipotesis, yaitu peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan, karena semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis yang dibuat.38

Ada beberapa elemen yng dapat diamati dari perangkat tematik ini, antara lain, koherensi: pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau kalimat. Dua buah kalimat atau fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan

37

Eriyanto, Analisis Framing (Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media), h. 259.

38


(45)

koherensi. Koherensi dapat dengan mudah diamati melalui kata hubung (kongjunsi) yang digunakan untuk menghubungkan fakta. Ada beberapa macam koherensi petama, koherensi sebab-akibat. Proposisi atau kalimat satu dipandang, akibat atau sebab dari proposisi lain. Kedua, koherensi pejelas. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lain.39

Kemudian dari segi detail. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik, sebaliknya ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit kalau hal itu merugikan kedudukannya.

Elemen berikutnya dalam tematik adalah bentuk kalimat. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Logika kausalitas ini kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya.40

39

Eriyanto, Analisis Framing (Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media), h. 263.

40


(46)

Kemudian kata ganti. Elemen kata ganti merupkan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana.

Retoris merupakan cara wartawan menekankan fakta dengan cara menggunakan pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai agar memberi penekanan pada arti tertentu. Retoris digunakan untuk membuat citra sesuai fakta dan meniningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita.41

Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan, yang terpenting adalah leksikon, pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peritiwa. Selain melalui kata, penekanan pesan dalam berita juga dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis. Dalam wacana berita, unsur grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dan dibandingkan dengan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar yang termasuk didalmnya seperti caption, grafik, gambar atau foto untuk mendukung arti penting suatu pesan.

41


(47)

Keempat struktur tersebut merupakan kiblat bagi wartawan untuk memahami suatu peristiwa yang di amati dari bagaimana menyusun fakta, mengisahkan fakta, menulis fakta, dan menekankan fakta suatu peristiwa kedalam bentuk umum berita, agar meyakinkan khalayak pembaca bahwa berita yang ditulis adalah benar.


(48)

PT Kreatif Media Karya berdiri pada tanggal 02 Januari 2012, yang produknya adalah Liputan6.com, merupakan situs online portal berita. Awalnya Liputan6.com merupakan divisi dari SCTV yaitu, Liputan 6 SCTV

dahulu dikenal dengan nama Liputan 6 Sore yang memulai siarannya sejak tahun 1994.42

Guna memberikan kemudahan bagi seluruh masyarakat dalam mengakses informasi, berita dan peristiwa terkini, maka Liputan 6 SCTV

telah membentuk satu portal/ situs khusus berita versi online yang dapat diunduh (di-download) oleh seluruh pengguna internet melalui

www.liputan6.com. Portal berita ini berisikan berbagai topik dan informasi berupa artikel, berita, agenda acara, dan weblog seperti news, video, bola,

health dan lain sebagainya.

Liputan6.com bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat akan informasi dan berita, melalui kemudahan dalam mengakses acara Liputan 6 SCTV yang dapat ditonton secara langsung melalui vidio streaming Liputan6.com. Fasilitas ini kami sediakan bagi pemirsa SCTV yang tidak memiliki waktu luang menonton acara berita SCTV

42


(49)

tidak berbeda dengan program berita yang ditayangkan di stasiun televisi.43

Dengan berkembangnya teknologi dan kebutuhan informasi dari masyarakat Liputan6.com berharap dapat memberikan dan menyajikan berita secara cepat, aktual, tajam, dan terpercaya sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam menerima informasi.

43


(50)

Struktur Organisasi Liputan6.com44

Status Existing Vacant Total

FTE 72 2 74

CTE 51 7 58

Total 123 9 132

44

Dokumen resmi Liputan6.com

Organization Structure Content

Editor in Chief M. Teguh (FTE)

Deputy Editor in Chief Iwan T (FTE)

News Lifestyle + Business Entertainment + Digital National Internation al Lipsus Sport Business Lifestyle Tekno Health Automotiv e Comdev Showbiz Multimedia Digital Videograph Narasi foto Info grafis Editor video SW/VO Motion graphic Editorial Secretary Siti N (FTE) Resha (CTE)


(51)

Tempo.co adalah situs berita tepercaya karena kemampuan memilih dan memperkaya informasi yang disukai publik. Sejak dirombak dua tahun lalu, berita-berita eksklusif politik dan ekonomi, yang selama ini menjadi kekuatan majalah dan koran Tempo, hadir sebagai pilar utama Tempo.co. Berita-berita metropolitan, gaya hidup, olahraga, dan travel juga diulas dengan gaya bahasa khas Tempo.co, enak dibaca dan perlu. Foto-foto dan infografis melengkapi kehadiran Tempo.co sebagai rujukan utama bagi masyarakat yang ingin mengetahui isu terhangat.45

Kinerja 2013, membuat kepercayaan publik terhadap Tempo.co

menjadikan situs ini atau portal berita dengan pertumbuhan jumlah pengunjung yang signifikan. Pada 2013, pengunjung mencapai 24 juta per bulan, melonjak 140 persen dibanding pada tahun sebelumnya. Jumlah halaman yang dibuka (page perview) juga meningkat dari 50 juta per bulan pada 2012 menjadi 99,5 juta per bulan pada 2013. Tempo.co tercatat sebagai situs berita pertama yang mengungkap kasus suap yang melibatkan mantan hakim konstitusi Akil Mochtar serta korupsi Gubernur Banten Atut Chosiyah dan adiknya, Chaeri Wardana.

Rencana kerja 2014 Tempo.co akan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas berita. Lebih dalam, lebih eksklusif, serta lebih lengkap. Dari sisi jumlah berita, produksi 300 berita per hari pada 2013 menjadi 500 berita per hari pada 2014. Jumlah pengunjung diperkirakan meningkat 100 persen, sehingga

45


(52)

yang dinamis karena hangatnya suhu politik akibat pemilu legislatif dan pemilihan presiden, juga panasnya perebutan gelar piala.

Tempo.co mempunyai visi menjadi acuan dalam usaha meningkatkan kebebasan publik untuk berpikir dan berpendapat serta membangun peradaban yang menghargai kecerdasan dan perbedaan. Sedangkan Misi Tempo.co

yaitu:46

1. Menghasilkan produk multimedia yang independen dan bebas dari segala tekanan dengan menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda.

2. Menghasilkan produk multimedia bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik.

3. Menjadi tempat kerja yang sehat dan menyejahterakan serta mencerminkan keragaman Indonesia.

4. Memiliki proses kerja yang menghargai dan member nilai tambah kepada semua pemangku kepentingan.

5. Menjadi lahan kegiatan yang memperkaya khazanah artistik, intelektual dan dunia bisnis melalui peningkatan ide-ide baru, bahasa, dan tampilan visual yang baik.

6. Menjadi pemimpin pasar dalam bisnis multimedia dan pendukungnya.

46


(53)

Struktur Organisasi Tempo.co47

Struktur Organisasi PT Tempo Inti Media Tbk

47

Dokumen resmi Tempo.co

Dewan Komisaris

Direktur Utama PDAT Departemen Produksi Unit Audit Internal Corporate Secretary

Biro Sitem Informasi Manajemen

Departemen Keuangan

Departemen Pemasaran

Departemen SDM & Umum Majalah Tempo Divisi Penjualan Divisi Perencanaan dan Evaluasi

Divisi SDM & Umum

Koran Tempo Divisi

Penjualan Sirkulasi

Divisi Pengelolaan Keuangan

Tempo.co Divisi Kreatif Pemasaran

Tempo

English Divisi Bisnis Digital Divisi Pengembangan dan Komunikasi Pemasaran


(54)

A. Pemberitaan Tentang Penyergapan Teroris Ciputat di Media online Liputan6.com

Dengan hadirnya beberapa pemberitaan mengenai penyergapan terorisme Ciputat pada media Liputan6.com edisi 3 dan 6 Januari 2014, yang berdasarkan pada seputar teks berita penyergapan terorisme Ciputat, maka selanjutnya peneliti melakukan analisis dengan menggunakan metode analisis

framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yang mempunyai empat struktur framing, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Bahwa setiap masing-masing media mempunyai pandangan yang berbeda dalam membingkai berita dan berita mana yang lebih ditonjolkan dan mana yang tidak diberitakan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

a. Analisis berita Liputan6.com edisi Jumat 3 Januari 2014 (6 Teroris

Didor, Wakil Ketua DPR: Densus Sudah Bertaruh Nyawa) Tabel 4.2

Analisis Sintaksis Berita 1

Struktur Unit Teks Keterangan

Sintaksis Headline 6 Teroris Didor, Wakil Ketua DPR: Densus Sudah Bertaruh Nyawa.

Judul

Lead Jakarta- Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso mengatakan penggerebekan terduga teroris di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, tak sempurna. Hal itu terbukti dari tidak adanya terduga


(55)

peluru anggota Densus 88 Antiteror Polri.

Latar Priyo Budi Santoso menyebut meski penggerebekan terduga teroris di Ciputat tidak sempurna, namun kinerja Polri harus di apresiasi.

Paragraf 3

Kutipan “Kalau polisi telah melakukan langkah yang baku dan sudah bersabar dari sekian jam dengan negoisasi, langkah-langkah polisi tetap diapresiasi. Harus kita buka peluang mengapresiasi jajaran Densus yang bertaruh nyawanya untuk melumpuhkan bentuk-bentuk teror”.

“Saya sudah mendapatkan

langsung dari pimpinan Polri. Itu sudah dilakukan sesuai prosedur untuk menyerah baik-baik dan diproses hukum. Polisi sudah melakukan sesuai prosedur dan polisi harus melumpuhkan”.

“Idealnya kedepan persuasif, jadi

bisa menangkap hidup-hidup, dari segi polisi hukumnya itu merugikan. Sebetulnya tangkap hidup-hidup agar bisa menulusuri rangkaian jaringannya”.

“Biarkan pihak kepolisian sendiri yang mengevaluasi, tapi jangan mencegah untuk kita mengapresiasi kinerjanya dalam menumpas terorisme”.

Paragraf 3

Paragraf 5

Paragraf 7

Paragraf 9

Sumber Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso

Lead Pernyataan Politisi Partai Golkar ini

mengapresiasi kinerja Polri yang sudah berhasil melumpuhkan salah


(56)

Priyo yakin, apa yang sudah dilakukan pihak kepolisian ketika harus menembak mati keenam terduga teroris tersebut, sudah menjalankan semua prosedur. Dia berujar, memang idealnya dalam menangani kasus apa pun, termasuk terorisme, polisi lebih mengedepankan langkah-langkah persuasif. Karena polisi juga sebenernya mempunyai kepentingan untuk menangkap hidup-hidup terduga teroris tersebut untuk mengurai jaringannya.

Paragraf 4

Paragraf 6

Penutup Terkait penangkapan terduga teroris yang dilakukan polisi selalu menembak mati sasarannya, Priyo mengimbau kepada semua pihak untuk memberi kepercayaan kepada kepolisian.

Paragraf 8

Dilihat dari struktur sintaksis, Liputan6.com mengangkat berita mengenai kasus terorisme Ciputat dengan judul “6 Teroris Didor, Wakil

Ketua DPR: Densus Sudah Bertaruh Nyawa”. Judul berita Liputan.com

menggambarkan kalau tindakan polisi itu sudah benar karena berisiko berat. Pada lead berita, Liputan6.com menjelaskan mengenai penggerebekan teroris Ciputat yang tak sempurna, karena tidak adanya teroris yang ditangkap hidup-hidup.

Dalam teks berita, Liputan6.com hanya mewawancarai Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso. Beliau berpandangan walaupun penggerebekkan


(57)

harus tetap diapresiasi dan semua pihak dihimbau untuk memberi kepercayaan kepada polisi.

Dari kutipan terlihat pernyataan Priyo Budi Santoso mengapresiasi tindakan polisi yang sudah sesuai prosedur terhadap penggerbekkan teroris. Meski menyayangkan tidak ada terosis yang hidup, dan itu menurutnya sebuah kerugian bagi polisi, bila polisi menangkap hidup-hidup teroris, polisi dapat menelusuri rangkaian jaringan teroris.

Tabel 4.3 Analisis Skrip Berita

Struktur Unit Teks

Skrip What Priyo Budi Santoso mengatakan penggerebekan

terduga teroris tak sempurna, namun kinerja Polri harus tetap di apresiasi karena telah berhasil melumpuhkan salah satu jaringan teroris di Indonesia.

Where Di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. When 31 Desember 2013

Who Densus 88 Antiteror Polri

Why Polisi telah melakukan langkah yang baku dan sudah bersabar dari sekian jam untuk bernegoisasi dengan terduga teroris.

How Pihak kepolisian sudah melakukan sesuai prosedur agar para terduga untuk menyerah baik-baik dan diproses hukum. Namun akhirnya polisi harus melumpuhkannya.

Dari struktur skrip, kelengkapan 5W+1H dijelaskan oleh


(58)

Tangerang Selatan. Dalam pernyataan Priyo Budi Santoso langkah Densus 88 Antiteror sudah sesuai dengan prosedur dan harus di apresiasi.

Tabel 4.4

Analisis Tematik Berita

Struktur Unit Teks Keterangan

Tematik Detail Politisi Partai Golkar ini tetap

mengapresiasi kinerja polisi yang berhasil melumpuhkan salah satu jaringan teroris di Indonesia.

Paragraf 5

Koherensi Penjelas

Hal itu terbukti dari tidak adanya terduga teroris yang bisa ditangkap hidup-hidup. Namun begitu, politisi Partai Golkar ini tetap mengapresiasi keinerja Polri yang sudah berhasil melumpuhkan salah satu jaringan teroris di Indonesia.

Kalau polisi telah melakukan langkah yang baku dan sudah bersabar dari sekian jam dengan negoisasi, langkah-langkah polisi tetap diapresiasi. Harus kita buka peluang mengapresiasi jajaran Densus yang bertaruh nyawanya untuk melumpuhkan bentuk-bentuk terror.

Priyo yakin, apa yang sudah dilakukan pihak kepolisian ketika harus menembak mati keenam terduga teroris tersebut, sudah menjalankan semua prosedur.

Paragraf 1

Paragraf 2

Paragraf 3


(59)

prosedur untuk menyerah baik-baik dan diproses hukum. Polisi sudah melakukan sesuai prosedur dan polisi harus melumpuhkan.

Terkait penangkapan terduga teroris yang dilakukan polisi selalu menembak mati sasarannya, Priyo menghimbau kepada semua pihak untuk member kepercayaan kepada polisi.

Biarkan pihak kepolisian sendiri yang menevaluasi, tapi jangan mencegah untuk kita mengapresiasi kinerjanya dalam menumpas terorisme.

Paragraf 8

Paragraf 9

Koherensi Sebab-akibat

Karena polisi juga sebenernya

mempunyai kepentingan untuk menangkap hidup-hidup terduga teroris tersebut untuk mengurai jaringannya.

Paragraf 6

Koherensi Pembeda

-

Dari struktur tematik, Liputan6.com menyusun berita ini ke dalam 9 paragraf. Terdapat dua tema dalam teks berita, pertama, Priyo Budi Santoso mengatakan penggerebekkan terduga teroris di Ciputat tidak sempurna.

Liputan6.com meletakkan tema ini pada lead berita. Tema kedua, Priyo Budi Santoso yakin pihak kepolisian menembak mati keenam terduga teroris sudah sesuai prosedur. Liputan6.com meletakkan tema ini pada paragraf ke 4.


(60)

paragraf 1, 2, 3, 4, 5, 8, dan 9 yang ditandai dengan adanya penggunaan kata

dan, yang, untuk. Kemudian koherensi sebab-akibat pada paragraf 6 yang

ditandai dengan adanya penggunaan kata karena. Pada koherensi pembeda tidak terlihat dalam teks berita ini.

Tabel 4.5

Analisis Retoris Berita 1

Struktur Unit Teks

Retoris Leksikon Penggerebekan, tewas, melumpuhkan, persuasive,

mengurai jaringan, rangkaian jaringan.

Bold 6 Teroris Didor, Wakil Ketua DPR: Densus Sudah bertaruh Nyawa.

Italic -

Underline -

Kapital DPR

Foto Densus 88 Antiteror Polri

Pada berita ini terdapat kalimat leksikon, yaitu penggerebekkan, tewas, melumpuhkan, dan persuasif. Kemudian ditemukan kalimat yang hurufnya dicetak tebal (bold), yaitu 6 Teroris Didor, Wakil Ketua DPR: Densus Sudah bertaruh Nyawa. Kalimat tersebut sengaja dicetak tebal karena merupakan judul berita. Sementara itu untuk unit italic (dicetak miring) dan underline

(garis bawah) tidak terlihat dalam teks berita ini. Selanjutnya penggunaan huruf kapital terdapat pada kalimat DPR. Pemberitaan terorisme di Ciputat ini dilengkapi dengan foto Densus 88 Antiteror Polri dan bukan foto narasumber yakni Priyo Budi Santoso.


(61)

Frame: 6 Teroris Didor, Wakil Ketua DPR: Densus Sudah Bertaruh Nyawa

Elemen Strategis Penulisan

Skematik Liputan6.com menuliskan berita mengenai pernyataan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso yang mengatakan bahwa penggerebekan terduga teroris di Ciputat tidak sempurna, namun kinerja polri harus di apresiasi.

Skrip Liputan6.com menekankan mengenai penggerebekkan terduga teroris harus diapresiasi. Karena sebelumnya polisi telah melakukan negoisasi namun langkah tersebut tidak dihiraukan oleh terduga teroris dan polisi terpaksa melumpuhkannya.

Tematik 1) Priyo Budi Santoso menyebut penggerebekan terduga teroris di Ciputat tidak sempurna.

2) Priyo Budi Santoso yakin pihak kepolisian menembak mati keenam terduga teroris sudah sesuai prosedur.

Retoris Penggerebekkan tersebut menewaskan semua terduga teroris, namun hal itu tetap di apresiasi. Ini terlihat dari judul, lead dan penempatan isu penggerebekkan itu sesuai prosedur di tiga paragraf dari sembilan paragraf.

b. Analisis Berita Liputan6.com edisi Senin 6 Januari 2014 (6 Teroris Didor,

Kapolri: Kami Tak Ingin Ada Korban Jiwa) Tabel 4.7

Analisis Sintaksis Berita 2

Struktur Unit Teks Keterangan

Sintaksis Headline 6 Teroris Didor, Kapolri: Kami

Tak Ingin Ada Korban Jiwa

Judul Lead Jakarta- 6 Terduga teroris

ditembak mati saat digerebek Densus 88 Antiteror Polri di jalan H Dewantoro Gang H Hasan, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Kapolri Jenderal Pol sutarman


(62)

sesuai prosedur.

Latar Kapolri Jenderal Pol Sutarman

mengatakan dalam

penggerebekan tersebut polisi sudah melakukan sesuai prosedur.

Lead

Kutipan “Tewasnya teroris di Ciputat tidak kita kehendaki bersama. Polri juga tidak menghendaki adanya korban jiwa, baik yang ada di pelaku terorisme maupun anggota Polri. Kami sudah melakukan semua langkah sesuai prosedur”. “Dalam penyergapan teroris itu yang tahu persis saya. Karena mulai dari tahap awal saya di situ. Tapi kan orang itu tahunya dari apa yang dia dengar dan baca dari media. Sehingga dia bisa saja menilai dari berbagai aspek”.

“Makanya kita memerlukan waktu lama itu adalah melakukan negoisasi agar mereka menyerah”.

“Maka dilakukan tindakan

-tindakan penegakan hukum”. “Mereka ini adalah DPO kita setelah kita melakukan olah TKP di Cirendeu, Ciputat, Pondok Aren dan depan KPK”.

Paragraf 2

Paragraf 4

Paragraf 6

Paragraf 8

Paragraf 10


(63)

Dlihat dari struktur sintaksis, Liputan6.com mengangkat berita

mengenai kasus terorisme Ciputat dengan judul “6 Teroris Didor, Kapolri:

Kami Tak Ingin Ada Korban Jiwa”. Judul berita Liputan.com menunjukkan pandangannya dengan menggambarkan bahwa tindakan polisi itu sudah benar.

Pada lead berita, Liputan6.com menjelaskan mengenai penggerebekkan teroris Ciputat sesuai prosedur. Dari kutipan terlihat pernyataan Kapolri Jenderal Sutarman yang menyatakan tidak menghendaki adanya korban jiwa baik yang ada di pelaku terorisme ataupun anggota Polri. Dari penutup teks, memberikan informasi bahwa keenam teroris Ciputat telah dikebumikan.

terduga teroris sudah sesuai prosedur.

Sutarman mengatakan, jika negoisasi persuasif dan para terduga teroris mengikutinya, tidak akan ada baku tembak yang menyebabkan korban jiwa.

Paragraf 7

Penutup Keenam terduga teroris telah dimakamkan. Satu di antaranya dkebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Kampung Leuwianyar, Kelurahan Sukamanah, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. 5 Lainnya dimakamkan di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur.


(1)

Pemberitaan di Tempo.co edisi 6 Januari 2014

DPR: Pembuktikan Teoris Harus ke Pengadilan

Tubagus Hasanudin. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Tubagus Hasanudin menyebut penggerebekan teroris di Ciputat, Tangerang Selatan, pada malam tahun baru lalu sarat akan kepentingan politis. Politikus PDI Perjuangan itu menganggap penggerebekan itu hanya untuk membuktikan pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebelumnya bahwa banyak teror pada 2014.

"Hanya untuk membuktikan kepada publik bahwa teroris itu ada, dibunuhlah semua itu," kata Tubagus, Senin, 6 Januari 2014. Padahal, kata dia, jika di antara enam terduga teroris yang hidup, akan lebih baik untuk Kepolisian dalam menelusuri jaringan teroris. Tubagus menyebut bisa saja enam orang tersebut adalah penjahat murni.

Menurut dia, senjata dan amunisi yang ditemukan sulit untuk dibuktikan milik mereka. "Pembuktiannya bagaimana? Polisi bisa saja menyebut senjata dan amunisi adalah milik teroris," kata dia sembari menambahkan tugas polisi bukan seperti militer di peperangan. "Harus ada pembuktian di pengadilan, tidak bisa membunuh begitu saja," kata Tubagus. "Karena itu, harus ada banyak strategi untuk menangkap teroris hidup-hidup."


(2)

jaringan Abu Omar di Gang Haji Hasan RT 04/RW 07, Kelurahan Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, sejak Selasa malam, 31 Desember 2013. Setelah baku tembak sekitar 10 jam, akhirnya enam orang teroris tewas. Jenazah mereka sekarang berada di Rumah Sakit Raden Said Sukanto atau RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Mereka yang tewas adalah Daeng alias Dayat, Nurul Haq alias Dirman, Ozi alias Tomo, Rizal alias Hendi, Edo alias Ando, dan Amril. Kelompok ini diduga terlibat sejumlah aksi penembakan terhadap anggota kepolisian, bom Vihara Ekayana, dan perampokan kantor cabang Bank BRI di Tangerang pada 24 Desember 2013 lalu.


(3)

Pemberitaan di Tempo.co edisi 3 Januari 2014

Pengamat: Penggerebekan Teroris Ciputat Janggal

Anggota Tim puslabfor serta inafis Polri melakukan olah TKP di rumah kontrakan terduga teroris yang digerebek semalam di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, (1/1). TEMPO/Marifka Wahyu

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat kontra-terorisme Harits Abu Ulya menyebutkan ada dua kejanggalan dalam penggerebekan teroris di Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu, 1 Januari 2014. Pertama, Harits meragukan ada baku tembak. "Ini tidak jelas. Karena kesaksian warga yang hadir berbeda dengan keterangan aparat," ujar Harits, Kamis, 2 Januari 2014. "Kata warga sekitar, tidak ada baku tembak. Mereka langsung

dilumpuhkan.”

Harits curiga praktek pelumpuhan secara tiba-tiba ini adalah modus yang diulang. Seperti yang terjadi beberapa bulan lalu, ketika seorang terduga teroris dieksekusi

tanpa diinterogasi. “Padahal, aparat belum tahu mereka siapa,” katanya.

Dia juga meragukan ada polisi yang tertembak peluru teroris. Sebab, jika ditelisik, tidak ada proyektil atau selongsong peluru di area penggerebekan. Ia menduga polisi

hanya menggunakan peluru hampa. “Itu kalau jurnalis mau teliti, apa ada proyektil


(4)

Penum Rianto, dia sudah tertangkap September lalu," ujar Harits. "Tapi sekarang ikut dalam rombongan Ciputat."

Seperti diberitakan, Densus 88 menggerebek teroris di rumah kontrakan di Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu dinihari. Dalam penggerebekan ini, lima terduga teroris meninggal di tempat kejadian dan satu lagi tewas saat mengendarai motor di ujung gang saat penggerebekan berlangsung.

Hasil identifikasi yang dilakukan polisi menyebutkan bahwa enam terduga teroris ini sebagai Daeng alias Dayat Hidayat, Nurul Haq alias Dirman, Oji alias Tomo, Rizal alias Teguh alis Sabar, Hendi, dan Edo alias Amril. Kelompok ini diduga merupakan pelaku penembakan polisi di Cirendeu, Ciputat, Pondok Aren, dan di depan gedung Komisi pemberantasan Korupsi.


(5)

Pemberitaan di Tempo.co edisi 6 Januari 2014

Komnas HAM Datangi 'Sarang' Teroris Ciputat

Petugas RS Polri bersama keluarga dan kerabat memasukkan peti jenazah salah seorang terduga teroris yang meninggal dalam baku tembak dengan Detasemen Khusus Antiteror 88 di Ciputat ke dalam mobil jenazah di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta, (4/1). TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Tangerang Selatan - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mendatangi lokasi penangkapan terduga teroris di Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, pada Sabtu, 4 Januari 2014. Kedatangan Komnas HAM untuk menyelidiki kemungkinan adanya pelanggaran hak asasi manusia dalam penangkapan yang dilakukan tim Densus 88 Antiteror.

"Ini masih awal sekali. Kami masih mengumpulkan data-data dan informasi terkait dengan peristiwa kemarin," ujar Ketua Komnas HAM, Siti Noor Laila. Dalam peninjauan itu, Laila didampingi oleh anggota Komnas Ham, Nur Kholis.

Menurut Laila, Komnas HAM adalah lembaga negara yang memiliki kewenangan untuk menyelidiki dugaan pelanggaran HAM. Karena itu, Komnas HAM nanti juga akan menemui Kapolri dan Komandan Densus 88. "Kami tidak bisa menilai dari statement saja. Kami harus mengolah TKP-nya dan memeriksa dokumen-dokumen.''


(6)

penggunaan senjata api. "Dari sanalah kami melihat prosedurnya sudah dijalankan di lapangan atau tidak," katanya.

Nur Kholis menambahkan, Komnas HAM mendukung penuh langkah kepolisian untuk memberantas terorisme di Indonesia. Namun, langkah yang diambil polisi tetap harus mengikuti aturan yang berlaku. Adanya pelanggaran HAM dalam penggerebekan terduga teroris di Ciputat, kata Nur Kholis, baru sebatas asumsi. "Sekarang kami belum bisa memastikan apakah ada pelanggaran HAM atau tidak," katanya. "Nanti kalau sudah ada hasil, akan kami sampaikan kepada publik."