Bimbingan dan konseling Islam dengan positive thinking therapy dalam menangani kebencian anak pada ayahnya di Desa Sadang Kec. Taman Kab. Sidoarjo.

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN POSITIVE THINKING

THERAPY DALAM MENANGANI KEBENCIAN ANAK PADA

AYAHNYA DI DESA SADANG KEC. TAMAN KAB. SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh:

RULLITA NUR AZIZAH NIM. B03212023

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Rullita Nur Azizah (B03212023), Bimbingan dan Konseling Islam Dengan

Positive Thinking Therapy Dalam Menangani Kebencian Anak Pada Ayahnya Di Desa Sadang Kec. Taman Kab. Sidoarjo

Fokus Penelitian adalah 1) Bagaimana Proses Bimbingan Konseling Islam dengan

Positive Thinking Therapy untuk Menangani Kebencian Anak pada Ayahnya di

Desa Sadang Taman Sidoarjo?, 2) Bagaiaman Hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Positive Thinking Therapy untuk Menangani Kebencian Anak pada Ayahnya di Desa Sadang Kec. Taman Kab. Sidoarjo?

Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus dan di analisis deskriptif komperatif. Adapun pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa proses Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah identifikasi masalah, diagnosis,

prognosis, treatment, dan evalusi/follow up. Dalam pemberian treatment peneliti

positive thinking therapy untuk pertama adalah konselor memperbaiki cara berpikir konseli yang negatif kearah positif. Kedua, Mondorong konseli agar selalu berpikir positif. Ketiga, Memperbaiki perasaan-perasaan konseli yang negatif. Adapun hasil akhir dari proses konseling dalam penelitian ini cukup berhasil dengan prosentase 50% hasil tersebut dapat dilihat akhir dari adanya perubahan pada diri konseli yang mulai menyayangi ayahnya, mematuhi perintah ayah dan ibu, mau mendengar dan tidak menghindar jika ayah konseli menghampiri konseli dan mulai sedikit demi sedikit menerima keadaan ayahnya, mulai berbaur atau bergaul dengan teman laki-laki dan orang lain. Sedangkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi adalah kebencian pada diri konseli yang telah membuatnya mudah berpikiran negatif terhadap orang lain termasuk ayahnya yang dibenci dan berpikir negatif terhadap sesuatu yang membuat kehidupan konseli tidak nyaman.

Kata Kunci: Bimbingan dan Konseling Islam, Positive Thinking Therapy, dan


(7)

DAFTAR ISI

COVER (SAMPUL)

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konsep ... 7

1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 7

2. Positive Thinking Therapy ... 8

3. Kebencian ... 9

F. Metode Penelitian ... 10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 10

2. Subjek dan Tempat Penelitian ... 11

3. Jenis dan Sumber Data ... 12

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 13

5. Teknik Pengumpulan Data ... 19

6. Teknik Analisis Data ... 22

7. Teknik Keabsahan Data ... 25


(8)

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik ... 28

1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 28

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ... 28

b. Tujuan Bimbingan dan Konselin Islam ... 32

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam ... 36

d. Asas Bimbingan dan Konseling Islam ... 37

e. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam ... 40

f. Unsur Bimbingan dan Konseling Islam ... 42

g. Langkah-Langkah Bimbingan dan Konseling Islam ... 44

2. Positive Thinking Therapy ... 45

a. Pengertian Positive Thinking Therapy ... 45

b. Aspek Positive Thinking Therapy ... 51

c. Prinsip Positive Thinking Therapy ... 52

d. Ciri-Ciri Positive Thinking Therapy ... 52

e. Manfaat Positive Thinking Therapy ... 54

3. Kebencian ... 55

a. Pengertian Kebencian ... 55

b. Bentuk Kebencian ... 58

c. Ciri Kebencian ... 59

d. Dampak Kebencian ... 59

e. Emosi dan Perasaan ... 61

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 67

BAB III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 71

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 71

a. Letak Greografis ... 71

b. Kondisi Sosial dan Keagamaan ... 73

c. Kondisi Ekonomi ... 74

2. Deskripsi Konselor ... 74

3. Deskripsi Konseli ... 76

4. Deskripsi Masalah ... 80

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 82

1. Deskripsi Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Positive Thinking Therapy untuk Menangani Seorang Anak yang Membenci Ayah Kandungnya ... 82

a. Identifikasi Masalah ... 83

b. Diagnosis ... 89

c. Prognosis ... 89


(9)

e. Follow Up/Evaluasi ... 102

2. Deskripsi Hasil Bimbingan dan Konseling Islam dengan Positive Thinking Therapy untuk Menangani Kebencian Seorang Anak pada Ayahnya ... 107

BAB IV: ANALISIS DATA A. Analisis Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Positive Thinking Therapy untuk Menangani Kebencian Seorang Anak pada Ayahnya Di Desa Sadang Taman Sidoarjo ... 110

B. Analisis Hasil Bimbingan dan Konseling Islam dengan Positive Thinking Therapy untuk Menangani Kebencian Seorang Anak pada Ayahnya Di Desa Sadang Taman Sidoarjo ... 112

BAB V: PENUTUP Kesimpulan ... 116

Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119


(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kasus kekerasan terhadap pria, wanita sering menjadi topik di berbagai media. Salah satu masalah yang telah menjadi perhatian dunia

akhir – akhir ini adalah kekerasan terhadap anak, begitu banyak anak yang

menjadi korban perlakuan salah. Kekerasan yang di alami anak beragam, ada kekerasan secara fisik dan secara psikis. Seorang anak sering dialami maka akan menimbulkan luka yang mendalam pada fisik dan batinnya. Sehingga akan menimbulkan kebencian pada orang tuanya dan trauma pada anak. Dan juga akan berdampak negatif bagi kejiwaannya.

Seorang anak merupakan generasi penerus bangsa kehidupan masa kecil anak sangat berpengaruh terhadap sikap mental dan moral anak ketika

dewasa nanti.1 Anak adalah anugerah tidak ternilai yang dikaruniakan oleh

Tuhan kepada setiap pasangan manusia untuk dipelihara, dilindungi dan

dididik.2 Dalam keluarga peran kedua orang tua sangat penting dan vital.3

Karena seorang anak itu memerlukan kasih sayang dan pengertian. Dan

1

Nurul Huda, Kekerasan Terhadap Anak dan Masalah Sosial Yang Kronis, Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008, hal, 82

2

Maja Simarmata, Jurnal Proses Rehabilitasi Terhadap Anak Sebagai Korban Kekerasan Seksual, (http://ejournal.uajy.ac.id/4929/1/jurnal%20maja%20simarmata.pdf), diakses pada 13/06/2016

3

Khalid Muhammad Bahauddin, Membimbing Anak Hidup Terencana dan Teratur, (Jakarta; Gema Insani, 2003), hal, 17


(11)

2

anak itu harus dibesarkan dalam asuhan dan tanggung jawab orang tua.4

Dalam perspektif Islam, kewajiban orang tua kepada anak terdapat dalam

ayat Al –Qur‟an (Luqman; 12 – 19), di dalamnya terkandung makna bahwa

sebagai orang tua wajib mengupayakan pendidikan kepribadian. Orang tua dalam keluarga berperan sebagai guru, penuntun, pengajar, serta sebagai

pemimpin pekerjaan dan memberi contoh teladan bagi anak-anaknya.5

Seorang ibu di dalam keluarga berperan sebagai seorang istri bagi suami, mengurus keluarga, pendidik yang mampu mengatur sekaligus mengendalikan anak. Sedangkan peran seorang ayah dalam keluarga tidak hanya menjadi kepala rumah tangga dan mencari nafkah saja. Peran seorang ayah memberikan rasa nyama, pelindung keluarga, dan juga berpatipasi

dalam pendidikan anak6 untuk membentuk karakter seorang anak saat

dewasa kelak.

Seorang anak yang dibimbing oleh ayah yang peduli, perhatian dan menjaga komunikasi akan cenderung berkembang menjadi anak yang lebih

mandiri, kuat, dan memiliki pengendalian emosional yang lebih baik.7

Ketiadaan peran atau figur seorang ayah ayah dalam hidup seorang anak akan mendorong munculnya rasa tidak aman karena persepsi terhadap tidak adanya perlindungan dalam keseharian anak tersebut. Terutama anak perempuan dalam masa fase - fase remaja. Adapun firman Allah swt.

4

Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 1992), hal, 125

5

Moh Shochib, Pola Asuh Orang Tua, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 1998), hal, 10-29

6

Singgih D Gunarsa, Psikologi Praktis Anak Remaja dan Keluarga, (Jakarta; PT BPK Gunung Mulia, 2001), hal, 31-37

7

Muhammad Noer, (http://www.muhammadnoer.com/peran-ayah-dalam kecerdasan-emosional-anak/), Diakses pada 24/05/2016


(12)

3

Dalam Al –Qur‟an Allah swt berfirman :

اَسِ لٱوىَ َ وَ ُ ٰ َْقوُلاَجِرلٱ

ٓ

وِ و

اَ ِب

و

وَ َ

و

وُ لٱ

و

وْ ُ َ ْ َْب

و

وٰىَ َ

و

وٍ ْ َْب

و

اَ ِبَا

ٓ

و

وْ ُقَن َ

و

وْيِ

و

وْ ِ ِلَٰ ْ َ

و

وُ َٰ ِ ٰلل َ

و

وٌ َٰ ِ َٰق

و

وٌ َٰ ِنَٰ

و

وِبْ َ ْ ّل

و

اَ ِب

و

وَ ِنَ

و

وُ لٱ

و

ىِ ٰلٱَا

و

وَ ُ اَ َ

و

ويَُو ُ ُ

و

ويُ ُ ِ َ

و

وُهاُرُ ْٱَا

وىِ و

ُ ْْبَْ و َََ وْ ُكَ ْ َطَ وْ ِإَ ويُ ُبِرْضٱَاوِعِجاَ َ ْلٱ

۟

و

ويِ ْ َ َ

و

وًَ ِبَ

و

و ِ

و

وَ لٱ

و

وَ اَ

و

ا ِ َ

و

وَ

ًر ِب

“Kaum laki – laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah SWT telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang ta‟at kepad Allah SWT lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah SWT telah memelihara (mereka).

Wanita – wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah

mereka dan pisahkan mereka dari tempat tidur mereka, dan pukulah mereka. Kemudian jika mereka menta‟atimu, maka janganlah kamu mencari – cari jalan untuk menyusahkannya, Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. An Nisa‟ 34)

Dari ayat di atas, bisa bahwa seorang laki-laki adalah sebagai suami bagi istrinya atau ayah bagi anak-anaknya adalah pemeran utama dalam

mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rohmah.8 Anak dan

orang tua dalam Islam terikat oleh kewajiban bersama, maka hakekatnya orang tua jangan menjadi penyebab kesengsaraan bagi anaknya dan juga sebaliknya anak jangan menjadi penyebab kesengsaraan bagi orang tuanya atau ibu dan ayahnya. Dan setiap anggota keluarga selalu berusaha menemukan komunikasi yang baik antara individu satu dengan individu yang lain.

Akan amat disayangkan jika komunikasi dan hubungan antara anak dan orang tua tidak berjalan dengan baik dan tidak berjalan dengan lancar.

8

http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/kewajiban-dan-sikap-seorang-ayah-di-keluarganya.htm, diakses pada 23/05/2016


(13)

4

Sebagaimana halnya kasus yang saya atau peneliti angkat di Desa Sadang Taman Sidoarjo, ia adalah seorang anak remaja perempuan berusia 13 tahun bernama Queena (nama samaran). Queena ini memiliki penyakit hati yaitu rasa benci atau perasaan kebencian. Penyakit hati yang dialami Queena ini muncul disebabkan perilaku dari ayah kandungnya konseli. Ayah dari Queena ini sering bentindak kasar kepada ibunya maupun pada Queena dan juga Queena merasa juga bahwa ayahnya menyuruh atau mengatur Queena semaunya sendiri.

Perilaku sang ayahnya tersebut membuat Queena merasa kecewa pada ayahnya, lalu rasa kekecewa yang dialami Queena itu berubah menjadi benci. Karena sering bertambahnya rasa kecewa, rasa benci kepada ayahnya mulai menempel pada diri Queena. Maka apa saja tindakan yang dilakukan sang ayah kepada Queena walaupun itu hal baik, berusaha bersikap baik, dan tidak ingin menyakiti Queena ataupun ibunya namun Queena selalu berfikir negatif. Queena selalu beraggapan bahwa jika sang ayahnya bertindak seperti itu ayah pasti ada maunya yang nantinya bisa berujung pada hal yang tidak diinginkan Queena atau tindakan kasar.

Kebencian yang dialami Queena ini akhirnya membuat dia selalu mudah curiga terhadap orang lain, orang-orang baru dan terutama terhadap kaum adam. Kebencian Queena terhadap ayah membuat ia suka sekali mengalihkan pembicaraan jika membahas ayahnya entah itu sedang kumpul bersama teman dan guru yang bercerita tentang ayah ataupun ditanyai orang lain walaupun hanya sekedar bertanya tentang kabar.


(14)

5

Dengan adanya kasus diatas peneliti menggunakan Positive Thinking Therapy. Peneliti menunggunakan terapi ini untuk menyelesaikan masalah

pada konseli yang memiliki pikiran negatif perasaan negatif dan rasa benci terhadap sang ayah disebabkan karena rasa sakit hati atau seringnya kekecewaan yang dialami konseli dari ayahnya. Konseli selalu berfikir negatif terhadap sang ayah yang pada akhirnya menimbulkan rasa emosional seperti benci, kecewa dan marah terhadap ayahnya yang berakibat mensulitkan konseli dalam keseharian. Terapi yang digunakan konselor untuk konseli ini juga melatih dan mendidik konseli agar dapat mengendalikan emosional, menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan menjalani hidup dengan baik untuk menata masa depan.

Dari sinilah penulis tertarik untuk meneliti anak tersebut dan atas persejutuan konseli, penulis bersedia untuk membantunya dalam membimbing dan memberikan perubahan terhadap pemikiran konseli kepada ayahnya. Dengan masalah yang ada tersebut, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul “Bimbingan Konseling Islam dengan Positive Thinking Therapy untuk Menangani Kebencian Anak pada Ayahnya di Desa Sadang Kec. Taman Kab. Sidorajo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang konteks penelitian di atas, maka peneliti memfokuskan permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Positive

Thinking Therapy untuk Menangani Kebencian Anak pada Ayahnya


(15)

6

2. Bagaimana hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Positive

Thinking Therapy untuk Menangani Kebencian Anak pada Kepada

Ayahnya di Desa Sadang Kec. Taman Kab. Sidoarjo? C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Mengetahui proses Bimbingan Konseling Islam dengan Positive

Thinking Therapy untuk Menangani Kebencian Anak Pada Ayahnya

di Desa Sadang Kec. Taman Kab. Sidoarjo

2. Mengetahui hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Positive

Thinking Therapy untuk Menangani Kebencian Anak pada Ayanya

di Desa Sadang Kec. Taman Kab. Sidoarjo D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoriis maupun praktis bagi para pembaca, antara sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat berguna bagi

pengembangan keilmuan secara ilmiah dibidang konseling islam.

b. Memperkuat teori-teori konseling, bahwa ilmu konseling

merupakan peranan penting dalam membantu memecahkan suatu masalah ataupun persoalan seseorang dalam kehidupan sehari-hari.


(16)

7

2. Manfaat Praktis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu menangani

permasalahan konseli tersebut yang memiliki masalah pada kebenciannya

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

sumber informasi dan sebagai referensi untuk menangani kasus yang sama dalam penelitian yang akan datang menggunakan Positive Thinking Therapy.

E. Definisi Konsep

Dalam pembahasan perlu peneliti membatasi dari sejumlah konsep yang diajukan dalam penelitian dengan judul “Bimbingan dan Konseling Islam dengan Positive Thinking Therapy untuk Menangani Kebencian Anak

pada Ayahnya di Desa Sadang Kec. Taman Kab. Sidoarjo” yakni penelitian

ini mempunyai definis konsep anatar lain :

1. Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, countinew, dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang

dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai –

nilai yang terkandung di dalam Alquran dan hadis Rasulullah ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan

tuntunan Alquran dan hadis.9

9

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta; AMZAH, 2010), hal, 23


(17)

8

Dalam skripsi ini dengan bimbingan dan konseling Islam nantinya konselor berusaha mengekplorasi semua permasalahn konseli, mengetahui bagaimana perasaan yang selama ini konseli rasakan, serta konselor juga diharapkan dapat membantu konseli secara Islami dalam menyelesaikan masalahnya yang dialami. Konseli merupakan seorang anak yang mempunyai masalah yakni membenci ayah kandungnya, kediaman konseli di Desa Sadang Taman Sidoarjo

2. Positive Thinking Therapy

Positive Thinking artinya berpikir positif, berpikir positif

adalah cara berpikir yang di proses secara positif yang menghasilkan “energi yang positif”, yaitu suatu energi yang akan menghasilkan pemikiran-pemikiran dan sikap-sikap yang baik yang dapat membuat manusia menjadi bersemangat, melakukan hal-hal yang benar dan

menjadi bahagia. Berpikir positifsalah satu sifat yang harus dimiliki

oleh setiap individu, karena dengan sifat ini, banyak hasil baik yang

akan diperoleh.10

Sedangkan menurut Winda Adelia “berpikir positif adalah

pikiran yang dapat membangun dan memperkuat kepribadian atau karakter”. Ini juga berarti bahwa dengan berpikir positif, seseorang bisa menjadi pribadi yang matang, serta lebih berani dalam

menghadapi tantangan.11

10

https://personalitygatotnugrohoprastomo.wordpress.com/2013/12/22/positive-thinking-pengertian-ciri-ciri-prinsip-dan-manfaat/, Diakses 15/06/2016

11

Yuan Andinny, Pengaruh Konsep Diri Dan Berpikir Positif Terhadap Prestasi Belajar Siswa, Jurnal Formatif 3(2): 126-135 ISSN: 2088-351X, hal, 130


(18)

9

Dan proses membantu konseli dengan terapi positive thinking

therapypositive thinking therapy untuk memperbaiki pemikiran dan

menghilangkan pikiran negatif konseli dengan cara melakukan hal-hal

yang disukai konseli dan postive thinking therapy juga membantu

menghilangkan perasaan – perasaan yang tidak nyaman yang ada pada

diri konseli.

3. Kebencian

Kebencian adalah sebuah ketidaksukaan yang berlangsung lama dan kuat. Sebab dari kebencian adalah seseorang menganggu dengan apa yang dia lakukan. Munculnya kebencian berawal dari rasa

sakit hati, kecewa, kemudian marah (kemarahan).12

Peneliti berfokus pada seorang anak perempuan yang memiliki masalah yakni membenci ayah kandungnya dikarenakan sering dikecewa dengan sikap atau perilaku ayahnya terhadap ibu dan si konseli, membuat dalam kesehariannya si konseli merasa terganggu dan tidak nyaman.

Kebencian biasanya bertahan cukup lama. Kebencian bisa disebabkan oleh bermacam sebab. Bisa karena pengalaman buruk sebelumnya dengan orang, kelompok atau obyek yang dibencinya. Bisa juga karena pengaruh dari orang atau fihak lain. Dan benci itu melelahkan, kebencian menimbulkan peningkatan kegiatan syaraf di dalam otak. Penelitian dengan scanning otak, orang yang diberi

12

Paul Ekmal, Membaca Emosi Orang, (Jogyakarta; DIVA Press Group, 2007), hal,184-187


(19)

10

gambar obyek yang dibencinya dari situlah orang tersebut dapat

menunjukkan pola peningkatan kegiatan dalam otaknya.13

F. Metode Penelitian

Metode penelitia merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu.14Adapun langkah-langkah dalam

metode penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif dugunakan untuk meneliti pada kondisi

obyek yang alamiah.15 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subyek penelitian misalnya pikiran, perasaan, perilaku, persepsi,

motifasi, tindakan, dll., secara holistic dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.16 Jadi

dengan pendekatan kualitatif ini peneliti melakukan penelitian dengan apa adanya dalam memperoleh data tentang kebencian seorang anak pada ayahnya tanpa memanipulasi situasi dan kondisi di lapangan, ini dilakukan untuk memahami fenomena tentang permasalahan yang dialami oleh konseli tersebut, mulai dari bersikap benci, dampak dari

13

Ris Sukarma, http://www.kompasiana.com/rissukarma/kebencian-membuta-dan-yang-membutakan_54ff2762a333110e4550fb98. Diakses 24/04/2016

14

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung; Alfabeta,2011). Hal, 2

15

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. hal. 9

16

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), hal, 6


(20)

11

benci, sampai dengan apa saja yang melatar belakangi rasa kebencian tersebut.

Data-data yang didapatkan adalah data kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari konseli, maupun informan serta perilaku konseli yang dapat diamati, sehingga dapat diketahui serta dipahami secara rinci, mendalam dan

menyeluruh tentang permasalahan yang dialami oleh klien.17

Jenis penilitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian berbasis kasus ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan kasus untuk menjelaskan suatu fenomena dan mengaitkannya dengan teori tertentu.18

Penulis ingin melakukan penelitian dengan cara mempelajari individu secara rinci dan mendalam selama kurun waktu tertentu untuk membantunya mengatasi masalah yang dialaminya.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Sasaran dalam penelitian adalah seorang anak yang bernama Queenara (nama samaran) yang mengalami masalah yakni membenci ayah kandungnya. Karakteristik dari sasaran penelitian, yaitu anak remaja perempuan sebagai seorang pelajar yang berusia 13 tahun. Dia anak dari keluarga yang sederhana yang hidupnya apa adanya. Sudah dijelaskan dilatar belakang masalah, konseli ini memiliki penyakit hati yakni benci. Penyakit hati yang dialami konseli bermula dari konseli

17

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), hal, 4

18

Burhan Bungin. Analisis Data Penelitian Kualitatif. (Jakarta; PT. Grafindo Persada, 2003). hal. 20


(21)

12

merasa kecewa dan marah pada sang ayah kandungnya yang bersikap kasar kepada Queen dan kepadanya ibunya dan konseli mudah merasa iri terhadap teman-temannya yang memiliki sesosok ayah sayang kepada anaknya yang tidak dimiliki konseli pada diri ayah konseli. Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Sadang Kec. Taman Kab. Sidoarjo. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti sudah mengetahui dengan konseli dikarenakan konseli merupakan tetangga dari peneliti. Alasan dipilihnya lokasi ini karena adanya permasalah yang anggap perlu ditangani dan memerlukan bantuan. Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat penuh, dimana penelitian mengamati stabilitas emosional dari konseli selama penelitian berlangsung.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka.

Adapun jenis data pada penelitian ini adalah :

a. Data Primer

Yaitu data yang diambil dari sumber pertama di lapangan. Dalam data primer dapat diperoleh keterangan kegiatan keseharian, perilaku, latar belakang masalah konseli, pandangan konseli tentang keadaan yang telah dialami, dampak-dampak yang terjadi dari masalah yang dialami konseli, pelaksanaan proses konseling, serta hasil


(22)

13

akhir pelaksanaan konseling. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari lapangan, yaitu informasi dari konseli langsung yakni seorang anak yang benci kepada ayah kandunya (Queena).

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari bahan

kepustakaan. Data ini digunakan untuk melengkapi data

primer.19 Data diperoleh yakni mengenai gambaran

lokasi penelitian, kondisi keluarga klien, lingkungan klien, kondisi ekonomi klien, dan kehidupan keseharian klien. Sumber data sekunder adalah sember data yang diperoleh dari orang lain guna melengkapi data yang diperoleh dari sumber data primer. Sumber ini penulis peroleh dari data informan seperti keluarga, kerabat, tetangga, dan teman klien.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahapan,yakni sebagai berikut:

a. Tahap Pra Lapangan

Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan

19

Joko Subagyo. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. (Jakarta; PT. Rineka Cipta, 2004). hal. 88


(23)

14

yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan

dan pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini.20

1) Menyusun rancangan penelitian

Peneliti membuat susunan pola penelitian saat melakukan penelitian, adapun susunan tersebut adalah:

Pertama, yang peneliti lakukan adalah menggali

informasi sebanyak – banyaknya dari konseli maupun

informan (ibu, tetangga, guru dan teman-teman konseli), hal ini dilakukan dalam upaya mengidentifikasi kasus agar mengetahui dan mengenali permasalahan yang dialami oleh konseli lebih mendalam. Dari identifikasi masalah

inilah dapat diketahui gejala – gejala yang nampak serta

faktor – faktor apa saja yang melatar belakangi konseli

mengalami permasalahan.

Kedua, setelah sudah diketahui gejala dan faktor yang melatar belakangi masalah, selanjutnya peneliti atau konselor menetapkan permasalahan yang dialami oleh konseli.

Ketiga, setelah diketahui masalah yang sebenarnya, selanjutnya menetapkan jenis bantuan yang akan diberikan, sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh klien. setelah sudah ditetapkan bantuan selanjutnya yakni

20


(24)

15

pemberian bantuan kepada klien dengan menggunakan positive thinking therapy.

Keempat, setelah pemeberian bantuan dilakukan dengan beberapa sesi, maka selanjutnya yakni melihat hasil dari pemeberian bantuan dengan positive thinking therapy tersebut melalui wawancara dari klien sendiri serta informan (ibu, tetangga, teman-teman, atauun guru-guru klien), untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pemberian terapi tersebut.

2) Memilih lapangan penelitian

Peneliti mulai memilih lapangan yang akan diteliti. Dengan mempertimbangkan teori yang sesuai dengan yang ada di lapangan. Sehingga dapat peneliti pilih lapangan yang sesuai yakni di Desa Sadang Taman Sidoarjo.

3) Mengurus perizinan

Peneliti mengurus surat perizinan dalam

pelaksanaan penelitian dari pihak jurusan, setelah peneliti menerima surat izin dari jurusan, selanjutnya peneliti meminta No.surat keluar di bagian Akademik. Akhirnya, surat izin penelitian diberikan kepada pihak Kelurahan Desa Sadang Taman Sidoarjo yang nantinya dijadikan peneliti melakukan penelitian.


(25)

16

4) Menjajaki dan memilih lapangan

Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari keputusan atau mengetahui melalui orang dalam situasi atau kondisi daerah tempat penelitian

dilakukan.21 Dalam hal ini peneliti akan menjajaki

lapangan dengan mencari informasi di tempat peneliti melakukan penelitian.

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam hal ini, peneliti memilih ibu, tetangga dan teman-teman dari klien untuk dijadikan informan, ini dilakukan untuk membantu agar secepatnya memperoleh banyak informasi mengenai situasi dan kondisi yang ada di lapangan.

6) Menyiapkan perlengkapan

Peneliti menyiapkan alat-alat untuk keperluan penelitian seperti bulphoint, kertas, pensil, map, klip, kamera, dan lain-lain. Untuk membantu melengkapi proses memperoleh informasi.

21


(26)

17

7) Persoalan Etika Penelitian

Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan

nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut.22 Dalam hal ini

peneliti berusaha menyesuaikan diri dengan klien maupun keluarga klien, agar etika dalam penelitian terlaksana dengan baik.

b. Tahap Persiapan Lapangan

Tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk memasuki lapangan dan persiapan yang harus dipersiapkan adalah jadwal yang mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Kemudian ikut berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan. Adapun jadwal yang mencakup waktu dan kegiatan dalam melakukan penelitian yakni sebagai berikut :

Tabel 1.1

Jadwal Penelitian

No Waktu Kegiatan

1 20 Juni 2016 Mengurus perizinan

2 27 Juli 2016 Penyerahan surat izin penelitian

3 22 dan 23 Juni 2016 Mengamati fenomena yang ada di lapangan 4 18 – 20 Juli 2016 Mencari data lapangan

Proses Konseling

5 24, 25, 26, 27 Juni 2016

Menggali data mengenai klien, dari klien, ibu klien, tetangga, guru klien dan teman-teman klien (Identifikasi Masalah)

6 28 Juni 2016 Mendiagnosa masalah serta merencanakan

bantuan yang akan diberikan pada klien 7 Juni s/d Juli 2016 Melakukan konseling dengan memberikan

terapi positive thinking kepada klien 8 16 - 20 Juli 2016 Evaluasi dan Follow Up konseling

9 12 – 20 Juli 2016 Observasi untuk mengevaluasi tindakan klien setelah konseling

22


(27)

18

c. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan dilakukan peneliti untuk memahami latar penelitian terlebih dahulu serta mempersiapkan

diri baik fisik maupun mental.23 Pertama yang dilakukan peneliti

di lapangan adalah mencari data lapangan yakni memasuki lapangan untuk mengamati fenomena yang ada di lapangan agar memperoleh banyak informasi tentang kondisi lingkungan sebelum menjalin keakraban dengan klien atau informan lainnya. Selanjutnya yakni peneliti melakukan penggalian data

mengenai lokasi penelitian dari lingkungan dan tema – teman

dan dokumentasi. Setelah itu, dilakukan penggalian data mengenai permasalahan konseli dari informan maupun konseli sendiri dalam waktu beberapa hari dan terus menerus dilakukan oleh peneliti sampai ditemukan gejala dan faktor yang melatar belakangi agar permasalahan dapat diketahui. Selanjutnya menetapkan permasalahan klien, bahwa klien mengalami masalah dalam dirinya yakni kebencian pada ayahnya peneliti

merencanakan bantuan yang akan diberikan untuk

mengatasinya. Proses konseling dilakukan setelah permasalahan sudah diketahui dengan melaksanakan bantuan yang sudah direncanakan sebelumnya, dalam hal ini dilakukan bimbingan

dan konseling Islam dengan positive thinking therapy untuk

mengubah perasaan benci kepada ayahnya dan memperbaiki

23


(28)

19

pikiran negatif yang dialami oleh klien yakni seorang anak berusia 13 tahun. Setelah dilakukannya proses konseling selanjutnya dilakukan kembali penggalian data dari informan maupun konseli untuk mengetahui hasil dari proses konseling, ini dilakukan secara terus menerus melalui wawancara dan observasi sampai ditemukan data yang valid.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, ini dikarenakan tujuan utama teknik dari penelitian adalah mendapat data. Adapun tehnik pengumpulan data yang peneliti gunakan sebagai berikut :

1) Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena social dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Observasi digunakan untuk melihat atau

mengamati perubahan sosial yang tumbuh dan

berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian atas perubahan tersebut. observer bertugas melihat obyek dan kepekaan mengungkap serta membaca permasalahan


(29)

20

memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak

diperlukan.24

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan umtuk mengamati konseli meliputi : kondisi konseli baik kondisi sebelum, saat proses konseling maupun sesudah mendapat konseling, kegiatan konseli, dan proses konseling yang dilakukan. Selain itu untuk mengetahui deskripsi lokasi penelitian.

2) Wawancara

Wawancara merupakan satu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data dengan dialog tanya jawab secara

lisan baik langsung maupun tidak langsung.25 Melibatkan

seseorang yang ingin memperole informasi dari seseorang

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

berdasarkan tujuan tertentu.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mendalam pada diri konseli yang meliputi identitas diri, kondisi keluarga, lingkungan dan

ekonomi, serta permasalahan yang dialami.26

24

Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hal, 63

25

I Djumhur dan Moh. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung : CV. Ilmu, 1975), hal, 50

26

Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal, 180


(30)

21

3) Dokumentasi

Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang

artinya barang–barang tertulis. Teknik pengumpulan data

dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang

diperoleh melalui dokumen–dokumen. Dalam

melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki

dan mepersiapkan benda–benda tertulis seperti buku–

buku, dokumen, notulen, catatan harian, dan lain-lainnya. Data yang di peroleh melalui metode ini adalah data berupa gambaran umum tentang lokasi penelitian, yang meliputi dokumentasi tempat tinggal konseli, identitas konseli, masalah konseli, serta data lain yang menjadi data pendukung seperti foto dan arsip-arsip lain.

Lebih jelasnya, untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses teknik pengumpulan data dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :

Tabel 1.2

Jenis Data,Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

No. Jenis Data Sumber Data TPD

1 Data primer

a) Kondisi klien sebelum proses konseling b) Keadaan klien ketika proses konseling c) Kondisi klien setelah selesai proses

konseling

Klien

O

Data Sekunder

a) Kondisi keluarga klien

b) Kondisi di lingkungan disekitar rumah klien

Ibu, Tetangga, dan

Teman-Teman Klien


(31)

22

Data sekunder

a) Luas wilayah penelitian b) Jumlah penduduk c) Batas wilayah

d) Lokasi tempat penelitian

Lokasi penelitian

2 Data primer

a) Identitas diri klien

1) Tempat tanggal lahir klien 2) Usia klien

3) Pendidikan klien b) Latar belakang masalah klien c) Permasalahan yang dialami klien d) Proses konseling yang dilakukan e) Kondisi klien saat mengalami

permasalahan

Klien

W

Data sekunder

a) Kondisi keluarga klien

b) Kondisi disekitar lingkungan klien c) Keseharian yang dilakukan klien d) Kondisi Ekonomi

Keluarga klien (hanya

ibu klien)

Data sekunder

a) Latar belakang desa

Pihak yang berwenang

3 Data Sekunder

a) Luas wilayah penelitian b) Jumlah penduduk c) Batas wilayah

d) Lokasi tempat penelitian

Pihak yang berwenang

D

Keterangan :

TPD : Teknik Pengumpulan Data

O : Observasi

W : Wawancara

D : Dokumentasi

6. Tehnik Analisa Data

Mengingat penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat studi kasus, maka penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan metode kualitatif adalah cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilakunya yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh. Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang


(32)

23

merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.27

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Analisis data ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus. Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu :

(a) Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari pola dan temanya. Reduksi data dilakukan secara kontinyu, dalam mereduksi data setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Reduksi data memerlukan kecerdasan dan keluasan wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi tersebut, maka wawasan peneliti akan berkembang sehingga dapat mereduksi data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan. Dalam penelitian ini, data yang hasilkan terlebih dahulu dikelompokkan sesuai dengan temanya yang kemudian dipilih mana data digunakan dalam laporan penelitian dan mana data yang tidak digunakan.

27


(33)

24

(b) Penyajian Data

Data display berarti mendisplay data yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dsb. Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif. Ini dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.28 Dalam penelitian

ini, setelah data direduksi maka selanjutnya data tersebut diolah dalam bentuk narasi sehingga mudah untuk dilakukan analisis terkait dengan permasalahan yang di lapangan.

Adanya tehnik tersebut maka penulis memakai teknik

komparasi, teknik komparasi adalah tehnik yang

membandingkan sebelum dilakukannya terapi dan sesudah dilakukannya terapi, maka penulis akan mengetahui berhasil atau tidak terapi tersebut.

(c) Verifikasi

Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti ada di lapangan. Kesimpulan

28

Ismail Nawawi, Metode Penelitia Kualitatif:Teori dan Aplikasi Interdisipliner untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/Ekonomi Islam , Agama, Manajemen, dan Ilmu Sosial lainnya,(Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), hal, 258


(34)

25

penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada yang berupa deskripsi atau gambaran yang

sebelumnya belum jelas menjadi jelas.29

7. Tehnik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan tingkat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Data yang valid adalah data yang tidak terdapat perbedaan antara data yang dilaporkan peneliti dengan kenyataan yang terjadi pada objek di lapangan. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi

bersifat jamak dan tergantung pada konstruksi manusia.30

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan valid terhadap data yang telah terkumpul, maka penulis menggunakan teknik triangulation, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Sebagai perbandingan triangulasi ini digunakan dengan cara membandingkan dan mengecek derajat baik kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode penelitian, hal ini bisa membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen yang berkaitan, atau juga membandingkan hasil wawancara dari 2-3

29

Ismail Nawawi, Metode Penelitia Kualitatif, hal, 259

30


(35)

26

informan yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama yang menunjukkan keabsahan sebuah hasil penilitian adalah, valid, reliabel dan obyektif.

8. Sistematika Pembahsan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan keadaan beberapa bab yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini membahas tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian, antara lain : Pendekatan dan Jenis Penelitian, subjek Penelitian, Tahap-tahap Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Tehnik Pengumpulan Data, Tehnik Analisis Data, Tehnik Keabsahan Data, dan terakhir yang termasuk dalam pendahuluan adalah Sitematika Pembahasan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini membahas tentang Kajian Teoritik dan Penelitian Terdahulu Yang Relevan. Dalam Kajian Teoritik menejelaskan beberapa reverensi untuk menelaah objek kajian yang di kaji, pembahasan meliputi : Bimbingan dan Konseling Islam (Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam, Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam, Fungsi Bimbingan Konseling dan Islam, Asas Bimbingan dan Konseling Islam, Prinsip Bimbingan Konseling dan Islam, Unsusr Bimbingan Konseling dan Islam, dan Langkah-Langkah


(36)

27

Bimbingan dan Konseling Islam). Positive Thinking Therapy (pengertian positive thinking therapy, aspek positive thinking therapy,

prinsip positive thinking therapy, ciri – ciri positive thinking therapy,

dan Manfaat Positive Thinking Therapy). Kebencian (pengertian

kebencian, ciri – ciri kebenci, dan dampak kebencian).

BAB III Penyajian Data

Bab tiga membahas tentang gambaran umum pada subjek penelitian, yakni salah satu anak dari Desa Sadang yang memiliki masalah membenci ayah kandungnya.

BAB IV Analisa Data

Bab empat membahas tentang Bimbigan dan Konseling Islam Dengan Positive Thinking Therapy Untuk Menangani Seorang Anak Benci Kepada Ayahnya.

BAB V Penutup

Bab lima membahas tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(37)

28 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Secara etimologi kata Bimbingan merupakan terjemahan

dari bahasa inggris “guidance” adalah kata dalam bentuk

mashdar (kata benda) yang berasal dari kata kerja “to gude”

artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang lain

ke jalan benar. Jadi kata “guidance” berarti pemberian

petunjuk, pemberian bimbingan, atau tuntunan kepada orang

lain yang membutuhkan.1

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan (process of helping) kepada individu agar mampu memahami dan menerima

diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal maupun sosial).2

Menurut para ahli, Jones, Staffire, dan Stewart mengartikan Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada

1

Samsul Munir Amin. Bimbingan dan Konseling Islam. (Jakarta; amzah, 2010). hal, 3.

2

Nidya Damayanti. Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseli. (Yogyakarta; araska, 2012). hal, 9.


(38)

29

individu dalam mebuat pilihan-pilihan dan penyesuiaian-penyesuian yang bijak. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hal

orang lain.3 Sedangkan menurut para ahli yang lain I. Djamhur

dan Moh. Surya berpendapat bahwa Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis kepada individu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian, individu tersebut memiliki kemampuan untuk pemahaman diri (self understanding), kemampuan untuk

penerimaan diri (sefl acceptance), kemampuan untuk

pengarahan diri (self direction), dan kempuan untuk kesadaran diri (self realization) sesuai dengan potensi atau kempuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga,

sekolah, dan masyarakat.4

Jadi dapat disumpulkan Bimbingan adalah proses pemberian bantuan untuk individu dapat memahami dan menerima dirinya dan lingkungannya agar mampu mebuat pilihan-pilihan yang bijak untuk memecahkan suatu masalah.

Istilah Konseling berasal dari kata “counseling” adalah

kata dalam bentuk mashdar dari “to counseli” secara etimologis

3

Priyatno. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. (Jakarta; rineka cipta, 2015). hal, 95

4


(39)

30

berarti “to give advice” atau memberikan saran dan nasihat.5 Konseling adalah sebagai pemberian nasehat, atau pemberian anjuran untuk melakukan sesuatu atau mengadakan pembicaraan

dengan bertukar pikiran tentang sesuatu.6

Menurut para ahli Milton E. Hahn mengatakan bahwa Konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan seorang dengan seorang yaitu individu yang mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas profesional yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk

membantu agar klien mampu memecahkan kesulitannya.7

Sedangkan menurut Pietrofesa, Leonard, dan Hoose

mendefinisikan Konseling adalah suatu adanya seseorang yang dipersiapkan secara profesional membantu orang lain untuk memahami diri pembuatan keputusan dan pemecahan masalah dipertemuan “dari-hati-ke-hati” antara manusia yang hasilnya

sangan bergantung pada kualitas hubungan.8

Jadi dapat disimpulkan Konseling adalah pemberian nasehat dan saran dari seorang yang profesional dalam membantu orang lain (klien) yang mengalami masalah tak dapat diatasi, pemberian saran dan nasehat dari orang profesional

5

Samsul Munir Amin. Bimbingan dan Konseling Islam. hal, 10.

6

Shahudi Siradj. Pengantar Bimbingan dan Konseling. (Surabaya; pt. revka petra media, 2012). hal, 16

7

Sofyan S. Willis. Konseling Individual Teori dan Praktek. (Bandung; cv. alvabeta, 2013). hal, 18

8

Andi Mappieare. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. (Jakarta; rajawali pers, 2012). hal, 16-17


(40)

31

kepada orang lain (konseli) agar mampu untuk membuat keputusan dan dapat memecahkan masalah.

Adapun arti dari Bimbingan dan Konseling Islam secara etimologis merupakan sebuah akronim dari istilah yang berasal dari bahasa inggris dan bahasa arab. Istilah Bimbingan Konseling berasal dari bahasa inggris guidance and counselling.

Kata guidance itu sendiri berasal dari kata kerja to guide yang

secara bahasa berarti menunjukkan, membimbing atau menuntun orang lain ke jalan yang benar. Secara harfiah,

guide” juga bisa berarti mengarahkan-to direct, memandu-to

pilot, mengelolah-to manage, menyetir-to steer.9

Menurut para ahli Mustahidin mengartikan Bimbingan dan Konseling Islam adalah sebagai suatu aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu atau konseli yang minta bimbingan yang mengalami penyimpangan perkembangan fitrah beragama, dengan mengembangkan potensi akal pikiran kepribadiannya, keimanannya dan

keyakinan yang dialaminya, sehingga klien dapat

menanggulangi problematika hidup secara mandiri yang

berpandangan pada al-Qur‟an dan Sunah Rasul SAW, demi

tercapainya kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.10

Sedangkan pendapat para hali lain menurut Drs. H.M. Arifin,

9 Aswadi. Iyadah dan Ta’ziyah. (Surabaya; Dakwah Digital Press, 2009). hal, 8 10

Hasyim Hasanah. Konseling Religi Jurnal Bimbingan Konseling Islam. Vol 2, No 2, (Julli-Desember, 2011). hal, 10


(41)

32

M.Ed., Bimbingan dan Konseling Islam adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena imbul kesadaran dan penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya sesuatu cahaya harapan

kebahagian hidup masa sekarang dan masa depannya.11

Jadi dapat disumpulkan Bimbingan dan Konseling Islam adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar tidak mengalami penyimpangan perkembangan fitrah beragama. Dan orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena imbul kesadaran dan penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga timbul pada diri pribadinya kebahagian hidup masa sekarang dan masa depannya.

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Sejalan dengan perkembangnya konsepsi bimbingan dan konseling maka tujuan bimbingan dan konseling pun mengalami perubahan, dari yang sederhana sampai ke yang lebih komprehensif. Perkembangan itu dari waktu kewaktu dilihat

11


(42)

33

dari kutipan berikut : untuk membantu individu membuat

pilihan – pilihan, penyesuain penyesuian dan interpretasi –

interpretasi dalam hubungannya denga situasi – situasi tertentu.

Untuk mempekuat fungsi – fungsi pendidikan. Untuk membantu

orang – orang menjadi insan yang berguna, tidak hanya sekedar

mengikuti kegiatan – kegiatan yang berguna saja.12

Secara garis berasa atau secara umum, tujuan bimbingan

dan konseling Islam itu dapat dirumuskan sebagai “membantu

individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar

mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat”.

Bimbingan dan konseling sifatnya hanya merupakan

“bantuan”, hal yang sudah diketahui dari pengertian atau

definisinya. Individu yang dimaksudkan di sini adalah orang yang dibimbing atau diberi konseling, baik orang perorangan maupun kelompok. “mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya” berarti mewujudkan diri sesuai dengan hakikatnya sebagai manusia untuk menjadi manusia yang selaras perkembangan unsur dirinya dan pelaksanaan fungsi atau kedudukannya sebagai makhluk Allah “makhluk relegius”, mahkluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk bebudaya.

12


(43)

34

Dalam perjalanan hidupnya, karena ada berbagai faktor seperti telah disebutkan pada uraian mengenai latar belakang perlunya bimbingan dan konseling islam, manusia bisa tidak seperti yang dikehendaki, yakni menjadi manusia seutuhnya. Dengan kata lain yang bersangkutan berhadapan dengan masalah, yaitu menghadapi adanya kesenjangan antara yang seharusnya denga yang senyatanya. Orang yang menghadapi

masalah, lebih – lebih jika berat, maka yang bersangkutan tidak

mersa bahagia. Bimbingan dan konseling Islam berusaha membantu individu agar bisa hidup bahagia, bukan saja di dunia, melainkan juga di akhirat. Karena itu, tujuan akhir bimbingan dan konseling Islam adalah kebahagian hidup manusia di dunia dan akhirat.

Bimbingan dan konseling Islam berusaha “membantu

mencegah” jangan sampai individu meghadapi atau menemui

masalah. Dengan kata lain membantu individu mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. Bantuan pencegahan masalah ini merupakan salah satu fungsi bimbingan.

Karena berbagai fakor, individu bisa juga terpaksa menghadapi masalah, dan kerap kali pula individu tidak mampu memecahkan masalah sendiri, maka bimbingan berusaha membantu memecahka masalah yang dihadapinya. Bantuan pemecahan masalah ini merupakan salah satu fungsi bimbingan


(44)

35

juga, khususnya merupakn fungsi konseling sebagai bagian sekaligus teknik bimbingan.

Manakala konseli yang dibimbing telah bisa

menyelesaikan masalah yang di hadapiny, bimbingan dan konseling Islam masih tetap membantunya, yakni dengan membantu individu dari mengalami kembali menghadapi masalah tersebut sekaligus dengan membantu mengembangkan

segi – segi positif yang dimiliki dan mungkin dimiliki individu.

Dengan demikian, secara singkat, tujuan bimbingan dan konseling Islam itu dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Tujuan Umum :

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seituhnya agar mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.

2) Tujuan Khusus :

(a) Membantu individu agar tidak mengahadapi

masalah;

(b) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang

dihadapnya;

(c) Mebantu individu memelihara dan mengembangkan

situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga


(45)

36

tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan

orang lain.13

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Secara garis besar fungsi pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi sifat dan hubungan indifidu dengan lingkungannya, dilihat dari segi sifatnya, pelayanan bimbingna dan konseling berfungsi sebagai pencegahan, pengembangan, dan perbaikan, jika dilihat dari segi lingkungannya pelayanan bimbingan dan konseling berfungsi

sebagai penyaluran dan penyesuaian.14

Dilihat dari segi sifat dan lingkungan, pelayanan bimbingna dan konseling berfungsi sebagai berikut :

1) Fungsi Pemahaman

Menghasilkan pemahaman bagi konseli dari segi psikologis baik fisik maupun intelegensi, lingkungan, serta berbagai informasi yang dibutuhkan seperti karier, keluarga, maupun agama.

2) Fungsi Pencegahan

13

Aunur Rahim Faqih. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. (Yogyakarta; UII Press, 2004). hal, 35-37.

14


(46)

37

Membantu individu agar dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah kejiwaan. Upaya ini meliputi penegmbangan strategi dan program yang dapat digunakan mengantisipasi resiko hidup yang tidak perlu terjadi.

3) Fungsi Remedial (rehabilitative)

Konseling banyak memberikan penekanan pada fungsi remedial karena sanagat dipengaruhi psikologi klinik dan psikiatri. Focus peranan remedial adalah: peneyesuaian diri, penyembuhan masalah psikologis yang dihadapi dan mengembalikan kesehatan mental serta mengatasi gangguan mental.

4) Fungsi Edukatif (pengembangan atau developmental)

Berfokus pada membantu meningkatkan

ketrampilan dalam kehidupan, mengidentifikasi dan mencegah masalah hidup serta meningkatkan kemampuan

menghadapi transisi dalam kehidupan.15

d. Asas Bimbingan dan Konseling Islam

Telah disebutkan di muka bahwa bimbingan dan

konseling islam itu berlandaskan terutama pada Al –Qur‟an dan

hadis atau sunnah Nabi, ditambah dengan berbagai landasan

15


(47)

38

filosofis dan landasan keimana. Berdasarkan landasan landasan

tersebut dijabarkan asas – asas pelaksanaan bimbingan dan

konseling islam, sebagai berikut :

1) Asas Kerahasian

Segala sesuatu yang dibicarakan klien pada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain. Asas kerahasian ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi bimbingan dapat kepercayaan dari semua pihak, terutama penerima bimbingan klien sehingga mereka akan mau memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya.

2) Asas Kesukarelaan

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak si terbimbing atau klien, maupun dari pihak konselor. Klien diharapkan sukarela tampa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa,

menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta

mengungkapkan segenap fakta, data seluk-beluk

berkenaan dengan masalahnya itu kepada konselor dan konselor juga hendaknya dapat memberikan bantuan


(48)

39

dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain konselor

memberikan bantuan dengan ikhlas.16

3) Asas Keahlian

Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya merupakan tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesional konselor harus terwujud, baik dalam penyelanggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

4) Asas Ahli Tangan Kasus

Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan klien dapat mengalihtangankan kepada pihak yang lebih ahli. Konselor dapat menerima hli tangan kasus dari orang

tua, guru-guru lainnya, atau ahli tangan yang lain.17

5) Asas saling menghargai dan menghormati

Dalam bimbingan dan konseling Islam, kedudukan pembimbing atau konselor denga yang dibimbing pada

16

Prayitno. Bimbingan dan Konseling. hal, 115-116

17


(49)

40

dasarnya sama atau sedarajat perbedaanya terletak pada fungsinya saja, yakni pihak yang satu memberikan bantuan dan yang satunya menerima bantuan. Hubungan yang terjalin antara pihak yang dibimbing merupakan hubungan yang saling menghormati sesuai dengan

kedudukan masing – masing sebagai mahkluk Allah.18

e. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam

Terdapat beberpa prinsip dasar yang dipandang sebagai landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip ini berasal dari konsep filosofi tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :

1) Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu

Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja amaupun dewasa. Dalam hal ini pedekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersfat preventif dan pengembangan dari pada kuratif.

2) Bimbingan bersifat individualisasi

18 Asawadi. IYADAH dan TA’ZIYAH Perspektif Bimbingan Konseling Islam. (Surabaya;


(50)

41

Setiap individu bersifat unik (beda satu sama lain)

dan melalui bimbingan, individu dibantu ntuk

memaksimalkan keunikannya tersebut.

3) Bimbingan menekankan hal yang positif

Selama ini, bimbingan sering dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi, namun sebenarnya bimbingan merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri.

4) Bimbingan merupakan usaha bersama

Bimbingan bukan hanya tugas konselor tapi juga tugas guru dan kepala sekolah, jika dalam layanan bimbingan di sekolah, namun pada umumnya yang berperan tidak hanya konselor tapi juga klien dan pihak lain yang terkait.

5) Pengambilan keputusan merupakan hal esensial dalam

bimbingan.

Bimbingan diarahkan untuk membantu klien agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasehat kepada klien, dan semua itu sangat penting dalam mengambil keputusan. Kehidupan klien


(51)

42

diarahkan oleh tujuannya dan bimbingan memfasilitasi klien untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat.

Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus

dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah

menegmbangkan kemampuan klien untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

6) Bimbingan berlangsung dalam berbagai adegan

kehidupan.

Pemberian layanan bimbingan tidak hanya

berlangsung di sekolah, tetapi juga dilingkungan keluarga, perusahaan, industry, lembaga pemerintahan/swasta dan

masyarakat pada umumnya.19

f. Unsur Bimbingan dan Konseling Islam

1) Konselor

Konselor adalah orang yang sedia dengan sepenuh hati membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya

19

Samsul Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2008), Hal, 18


(52)

43

berdasarkan pada ketrampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.20

Adapun syarat yang harus dimiliki oleh konselor adalah, yang pertama beriman dan bertaqwa kepada Allah

SWT. Kedua sifat kepribadian yang baik, jujur,

bertanggung jawab, sabar, ramah dan kreatif. Dan ketiga

mempunyai kemampuan, ketrampilan dan keahlian (professional) serta berwawasan luas dalam bidang

konseling.21

2) Konseli

Konseli adalah seseorang klien konselor yang mengalami kesulitan atau masalah, baik kesulitan jasmani atau rohani di dalam kehidupannya dan tidak dapat mengatasinya sendiri, sehingga memerlukan bantuan orang lain agar bisa mengatasi kesulitan yang dihadapi. Untuk itu persyaratan bagi seorang konseli antara lain :

(a) Konseli harus bermotivasi kuat untuk mencari

penyelesaian atas masalah yang dihadapi.

20

Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM PRESS, 2008), hal. 55.

21

Syamsu Yusuf, Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Remaja Rosdkarya, 2006), hal. 80.


(53)

44

(b) Keinsyafan akan tanggung jawab yang dipikul

oleh konseli sendiri daalm mencari penyelesaian masalah dan melaksanakan apa yang diputuskan pada akhir konseling.

(c) Keberanian dan kemampuan untuk

menyelesaikan masalahnya.22

3) Masalah

Bimbingan konseling berkaitan dengan masalah yang dialami individu yang akan dihadapi dan telah

dialami oleh individu, seperti yang pertama pernikahan

dan keluarga, kedua pendidikan, ketiga sosial, keempat

kemasyarakatan, kelima pekerjaan atau jabatan, dan

keenam keagamaan.23

g. Langkah-Langkah Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam memberikan bimbingan dan konseling, langkah-langkah yang akan dilakukan oleh konselor adalah sebagai berikut:

1) Identifikasi kasus yaitu langkah pengumplan data dari

berbagai sumber yang bertujuan untuk mengetahui kasus dan gejala-gejala yang nampak yang diperoleh melalui interview, observasi, dan analisis data. Pada langkah ini

22

W.S, Winkle, Bimbingan dan Penyuluhan di Institute Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 1991), hal. 309.

23

Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,


(54)

45

konselor mencatat semua kasus yang perlu mendapat bimbingan dan kemudian memilih kasus mana yang harus ditangani terlebih dahulu.

2) Diagnosis yaitu langkah untuk menetapkan masalah

beserta latar belakangnya. Hal yang dilakukan adalah mengumpulkan data dan mengadakan studi kasus dengan berbagai teknik pengumpulan data. Setelah data terkumpul maka ditetapkan masalah yang sedang dihadapi.

3) Prognosis yaitu langkahh untuk menetapkan bantuan dan

terapi apa yang akan digunakan dalam membantu menangani masalah klien.

4) Terapi (treatmen) yaitu langkah pelaksanaan bimbingan

atau bantuan pada klien. Langkah ini konselor dan klien melakukan proses terapi guna meringankan beban masalah klien, terutama dalam pengambilan keputusan.

5) Evaluasi dan Follow-Up yaitu langkah untuk menilai atau

mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan terapi yang telah diberikan. Dalam langkah ini hendaknya dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih

lama.24

2. Positive Thinking Therapy

a. Pengertian Positive Thinking Therapy

24

I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Malang: CV Ilmu, 1975), hal. 104-106.


(55)

46

Positive Thinking atau bila diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia yaitu positive adalah positif dan thinking

adalah berfikir, positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai

dengan harapan25 sedangkan berpikir dapat diartikan sebagai

aktivitas kerja akal seseorang untuk menghasilkan pemikiran.26

Berpikir positif ialah menggunakan kinerja otak untuk memikirkan hal-hal yang positif. Hal positif seperti setiap pemikiran, ide, sikap, tindakan atau perbuatan yang mampu mengarahkan dan mendekatkan diri kepada fitrah kemanusiaan yang suci.27

Menurut ElFiky dalam buku Terapi Berpikir Positif menerangkan Berpikir positif adalah suatu sumber kekuatan dan sumber kebebasan. Disebut sumber kekuatan karena ia membantu memikirkan solusi sampai mendapatkannya. Dengan begitu bertambahlah kepercayaan, kemahiran, dan kekuatan. Disebut kebebasan karena dengannya akan terasa bebas dari penderitaan dan kungkungan pikiran negatif serta pengaruhnya pada fisik.28

Dari berbagai pengertian tentang positive thinking atau

berpikir positif yang telah dikemukakan di atas dapat

25

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Depok; PT Rajagrafindo Persadda, 2013), hal, 119

26

Fika Rachmawati, Hubungan Anatara Berfikir Positif Dengan Efikasi Diri Akademik Pada Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Skripsi, (Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2015), hal, 23

27

Muhaimin al-Qudsy, Agar Ujian dan Cobaan berubah Kenikmatan, (Jogjakarta; DivaPress, 2013), hal, 173

28


(56)

47

disimpulkan, suatu aktivitas kerja akal seseorang untuk menghasilkan pemikiran yang positif seperti ide, sikap, tindakan atau perbuatan bermanfaat dan baik agar sesuai dengan harapan yang diinginkan dan mendapatkan suatu sumber kekuatan dan sumber kebebasan dari positive thinking atau berpikir positif.

Sedangkan therapy atau bila diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia yaitu terapi29, secara Etomologis terapi

menurut bahasa Arab sepadan dengan kata Syafa- Yasyfi-

Syifaan yang berarti pengobatan, mengobati, menyembuhkan.

Menurut Hamdani Bakran kata therapy (dalam bahasa

Inggris) bermakna pengobatan dan penyembuhan, sedangkan

dalam bahsa Arab kata terapi sepadan dengan ءافثتسإا yang

berasal dari ءافس - ىفشي – ىفش Yang artinya menyembuhkan.

Seperti yang telah digunakan Muhammad Abdul Azis al

Khalidiy dalam kitabnya “Al Istisyfa’bil Qur’an” (نآرقلابءاشتسإا).

Kemudian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terapi berarti usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Didalam Kamus Ilmu-ilmu Sosial juga ditemui kata therapy yang berarti perlakuan atau cara-cara menyembuhkan penyakit yang diderita oleh seorang Individu. Sedangkan dalam Kamus Lengkap

29

Hohn M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), hal, 586


(57)

48

Psikologi kata therapy berarti suatu perlakukan dan pengobatan

yang ditunjukan kepada penyembuhan suatu kondisi patologis.30

Setelah diperoleh pemahaman tentang berbagai

pengertian seperti telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa positive thinking therapy atau terapi berpikir positif adalah suatu perlakuan dan pengobatan yang ditunjukan kepada penyembuhan kondisi kinerja akal seseorang, agar aktivitas kerja akal seseorang tersebut mudah menghasilkan pemikiran positif dan mendapatkan manfaat dalam kehidupan.

Di dalam Al-Qur’an terdapat sebuah ayat yang

membahas tentang terapi berpikir positif didasarkan pada firman Allah yang melarang hamba-Nya untuk berpikir buruk dan berprasangka buruk dalam Surat Ali Imran ayat 139, yakni :

وَي ِ ِ ْ ُ وْ ُ ْ ُ وْ ِ وَ ْ َ ْ َْا وُ ُ ْْ َ َاو ُ َ ْ َ و َ َا و ُ ِ َ و َ َا

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula)

kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling

tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.(Q.S.

Ali Imran, 3 : 139)

Ayat tersebut turun ketika umat Islam mengalami kekalahan pada perang uhud. Waktu itu pasukan Islam dikalahkan oleh tentara Quraisy yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Umat Islam ketakutan. Oleh sebab itu Allah kemudian menjanjikan sebuah kemenangan pada berikutnya, sejauh

30


(58)

49

mereka tak merasa rendah diri, berkecil hati, tidak memandang negatif pada kemampuan diri sendiri, apalagi kelompok. Dari ayat tersebut dapat diambil penjelasan bahwa seseorang harus berpikir positif dalam kondisi apapun, bahkan ketika dalam ancaman kematian sekalipun, sudah seharusnya dimiliki oleh setiap diri manusia.

Mengenai hal ini, Rasulullah Muhammad saw bersabda

dalam haditsnya bahwa “Aku (Allah) sesuai prasangka hamba-Ku kepada-hamba-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon

kepada-Ku” (HR.Muslim). Dengan berpikir positif akan

memunculkan: optimis, harapan positif, berbaik sangka (khusnudzan), mengambil hikmah (pelajaran) dari setiap peristiwa. Keadaankeadaan optimis, berbaik sangka dan mengambil hikmah tersebut sebagai bentukbentuk respon terhadap berbagai keadaan baik keadaan yang menyenangkan (baik) maupun yang tidak menyenangkan (buruk). Dengan demikian, individu yang berpikir positif akan segera menyudahi perasaan-perasaan kecewa, menyesal, diganti dengan upaya berbenah diri dengan menyadari posisi, peran, dan tanggung jawabnya sesuai dengan pilihan hidup dan keberadaannya di

tengah lingkungannya.31

31

Yuliyatun. Aplikasi Terapi Berpikir Positif Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. hal, 3-4


(59)

50

Pada dasarnya manusia dibekali sebuah pemikiran yang luar biasa, tinggal tergantung dari manusia tersebutlah untuk menggunkanannya apakah akan berfikir positif atau sebaliknya. Manusia mempunyai potensi untuk melakukah hal tersebut dan hal itupun bisa terjadi karena ada faktor yang mendukungnya baik dari internal maupun eksternal. Untuk membuat individu tersebut selalu berpikir positif terhadap sesuatu hal itu tidaklah mudah karena harus ada tindakan yang dilakukan oleh individu

tersebut untuk mencapainya. Hakekat konseli positive thinking

therapy berfokus pada kondisi konseli terhadap sebuah

pandangannya atau bagaimana cara panadang konseli terhadap sesuatu yang akan berdampak kepada tujuan konseli

kedepannya. Melalui positive thinking therapy konseli mampu

menghadapi kenyataan dan siap menghadapinya dengan perencanaan yang mantap untuk mencapai tujuannya.

Ubaedy mengatakan bahwa berpikir positif memiliki beberapa karakteristik, diantaranya yang pertama tidak berhenti berusaha, orang yang berpikir positif jika mengalami suatu kegagalan atau keterpurukan orang tersebut akan berusaha untuk bangkit lagi dan mencoba hingga mencapai kesuksesan atau tujuan sesuai dengan yang diinginkan. Kedua sabar, orang yang berpikir positif selalu sabar dalam mengharapkan hasil sesuai


(60)

51

berpikir positif selalu optimis pada kemampuan yang dimiliki oleh dirinya sendiri. Orang yang optimis dapat mencapai

keberhasilan yang diharapkannya.32

Oleh karena itu dalam proses konseling, konselor dan konseli berusaha untuk menemukan variabel-variabel tersebut dan bersama-sama membahasnya. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam positive thinking therapy ini adalah :

1) Memperbaiki cara berfikir konseli yang negatif,

2) Memperbaiki perasaan-perasaan yang negatif, dan

3) Mendorong konseli agar selalu bisa berpikir positif.

b. Aspek Positive Thinking Therapy

Albrecht menyatakan bahwa dalam berfikir positif

tercakup aspek – aspek sebagai berikut :

1) Harapan yang positif, melakukan sesuatu dengan lebih memusatkan perhatian pada kesuksesan, optimisme, pemecahan masalah dan menjauhkan diri dari perasaan takut akan kegagalan.

2) Afirmasi diri, memusatkan perhatian pada kekuatan diri, melihat diri secara positif. Dalam hal ini individu

32

Bernadet Dwi Atmi Nugrahaningsih, Berpikir Positif Pada Siswa Smk, (Skripsi;Prodi Bimbingan dan Konseling Jur Ilmu Pnedidikan Fak Keguruan dan Ilmu Pneidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta), Hal, 9


(1)

117

yang terjadi pada konseli. Konseli bisa menerima saran dan arahan dari konselor dan konseli mampu memperbaiki sikap-sikap yang kurang baik membenci ayahnya, hanya membuat konseli rugi untuk masa depannya. Perlahan-lahan merubah kebiasaan konseli kurang baik, konseli juga mulai belajar untuk tidak mudah berpikir buruk dan jelek kesemua orang terutama kepada ayahnya.

B. SARAN

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu penulis berharap pada peneliti selanjutnya untuk lebih menyempurnakan hasil penelitian yang tentunya menunjuk pada hasil penelitian yang sudah ada dengan tujuan agar peneliti yang dihasilkan nantinya dapat menjadi lebih baik.

Sudi kiranya untuk memberi saran-saran, untuk konseli hendaknya dalam menghadapi keadaan apapun untuk bisa lebih berfikir yang jernih. Karena sesuatu masalah apapun, apabila dihadapi dengan marah dan emosi atau bahkan sampai menimbulkan rasa benci atau dendam tidak akan menghasilkan keadaan yang lebih baik. Untuk konselor jangan ada kata berhenti, konselor juga masih berperan mebantu dan memantau konseli. Tetap selalu memberi motifasi kepada konseli dan juga tidak ada kata putus asa bagi konselor melakukan sesuatu hal-hal yang baru. Konselorpun jangan berpangku tangan setelah konseling selesai, dengan harapan bahwa keberhasilan yang diperoleh tidak hanya pada saat proses konseling masih berjalan saja.


(2)

118

Bagi Peneliti Selanjutnya, apabila dalam penelitian ini mempunyai banyak kekurangan mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya. Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi kitasemuanya khusunya dibidang bimbingan dan konseling islam.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. 2004. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru

Al-Qudsy, Muhaimin. 2013. Agar Ujian dan Cobaan berubah Kenikmatan. Jogjakarta : Diva Press

______Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta : Amzah Andinny, Yuan. Pengaruh Konsep Diri Dan Berpikir Positif Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Formatif 3(2): 126-135 ISSN: 2088-351X

Asawadi. 2009. Iyadah dan Ta’ziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam. Surabaya : Dakwah Digital Press

Bahauddin, Khalid Muhammad. 2003. Membimbing Anak Hidup Terencana dan Teratur. Jakarta : Gema Insani

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Grafindo Persada

D Gunarsa, Singgih. 2001. Psikologi Praktis Anak Remaja dan Keluarga. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia

Damayanti, Nidya. 2012. Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseli. Yogyakarta : Araska

Djumhur, I dan Moh Suryo, M. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung : CV. Ilmu

Ekman, Paul. 2008. Membaca Emosi Orang. Jogyjakarta : Think Diva Press Group

______El- Fiky, Ibrahim. 2009. Terapi Berpikir Positif. Jakarta : Zaman

Faqih, Aunur Rahim. 2004. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta : UII Press

Hamzah, MS. 2012. Terapi Berfikir Positif Dengan Al Qur’an Untuk Merai Sukses Duani Dan Akhirat. Yogyakarta : Araska

Hasanah, Hasyim. 2011. Konseling Religi Jurnal Bimbingan Konseling Islam. Vol 2, No 2. Juli-Desember

Huda, Nurul. 2008. Kekerasan Terhadap Anak dan Masalah Sosial Yang Kronis. Pena Justisia Volume VII No.14


(4)

120

J. Meleong, Lexy. 2014. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Kementerian Agama RI. 2013. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Jakarta : CV. Aneka Ilmu

Lailiyah, Lathifah Nur. 2015. Psikologi Kepribadian dalam Keperawatan. Program Studi Ilmu Keperawatan Univ : Jember

______Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang : UMM Press

M. Echols, Hohn. dan Hassan Shadily. 1996. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

M. Jamaluddin A.A. 1975. Psikologi Agama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Mappieare, Andi. 2012. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Rajawali Pers

Moeljono, Djokosantoso Moeljono. 2009. More About Beyond Leadership 12 Konsep Kepemimpinan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Muchlis. 2015. Terapi Berfikir Positif Dengan Al-Qur’an Dan Al Hadist. Yogyakarta : Araska

Muhammad, Muhammad Syayid. 2007. Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa. Jakarta : Gema Insani

Mulyana, Deddy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Munadi, Imam Munadi. 2007. Super Muslim: Menjadikan Anda Selalu dalam Posisi Terbaik dan Terunggul. Jakarta : Hikmah

Musnamar, Thohari. 1992. Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta : UII Press

Nawawi, Ismail. 2012. Metode Penelitia Kualitatif :Teori dan Aplikasi Interdisipliner untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/Ekonomi Islam , Agama, Manajemen, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta : CV. Dwiputra Pustaka Jaya

Oxley, Harold. 1993. PR Public Relations-Prinsip, Persiapan dan Pengembangan. Jakarta : Gunung Mulia

Pangkalan Ide. 2010. Whole Brain Training For Social Intelligent-Menggunakan Seluruh Otak Supaya Lepas dari Kesepian dan Pola Piki Primitif. Jakarta : PT Elx Media Koputindo

Priyatno. 2015. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta


(5)

121

Quthb, Muhammad. 1988. Sistem Pendidikan Islam. Bandung : PT. Alma’arif ______Rini, Ira Puspito. 2011. Terapi Berperasaan Positif. Jogjakarta : Bangkit

S Willis, Sofyan. 2013. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung:CV. Alvabeta

______Safaria, Triantoro. 2012. Manajemen Emosi. Jakarta : PT. Bumi Aksara Salahudin, Anas. 2012. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV. Pustaka Setia

______Santoso, Agus. Terapi Islam. Surabaya : Jaudar Press

Shaleh, Abdul Rahman. 2009. Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam

______Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta : PT Rineka Cipta

Siradj, Shahudi. 2012. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Surabaya: PT. Revka Petra Media

______Soekanto, Soerjono. 1986. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta:UI Press ______Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT Rineka Cipta

Subagyo, Joko. 2004. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

______Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar. Depok : PT Raja Grafindo Persadda Utami, Sri. 2015. Manajemen Psikologi dalam Investasi Saham; Kajian Fenomenologi dalam Sentuhan Behaviorel Finance. Yogyakarta : CV Andi Offset ______Vital, Joe. 2008. The Key. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Wijaya, Cahyo Satria. 2011. Think Positive Feel Positive & Get Positive Life. Yogyakarta : Second Hope

______Wijaya, Yuana. 1988. Psikologi Bimbingan. Bandung : PT. Eresco

Winkle, W.S. 1992. Bimbingan dan Penyuluhan di Institute Pendidikan. Jakarta : Grafindo

Yuliyatun. Aplikasi Terapi Berpikir Positif Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa


(6)

122

Yusuf, Samsul Yusuf. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Remaja Rosdakarya

Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Remaja Rosdkarya


Dokumen yang terkait

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR DALAM MENGATASI SEORANG REMAJA PECANDU JUDI BALAP MOTOR DI TAMAN PENDIDIKAN AL QUR`AN MIFTAHUL HUDA DESA TROPODO KEC. WARU KAB. SIDOARJO.

0 1 103

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BEHAVIOUR DALAM MENGATASI KEBENCIAN SEORANG ANAK KEPADA AYAHNYA DI PERUMAHAN PONDOK JEGU TROSOBO SIDUOARJO.

0 2 92

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENANGANI KETERASINGAN SEORANG LESBI DI SEMOLOWARU SURABAYA.

0 4 112

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENANGANI SIKAP FEMINISME PADA SEORANG PEMUDA DI DESA BALONGMASIN KECAMATAN PUNGGINNG MOJOKERTO.

0 0 110

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI KEBENCIAN ANAK PADA AYAH DI WONOCOLO SURABAYA.

0 2 109

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK MODELLING MELALUI SIKAP PEDULI DALAM MENANGANI PERILAKU AGRESIF ANAK DI DESA KETEGAN TANGGULANGIN - SIDOARJO.

0 0 146

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI KECEMASAN PADA PEMUDA YANG GAGAL TES TNI-AL DI DESA SAMBIBULU TAMAN SIDOARJO.

0 0 104

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN FAMILY THERAPY DALAM MENANGANI KESENJANGAN KOMUNIKASI ANTARA ANAK DENGAN AYAH DI DESA BOHAR KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO : STUDI KASUS KESENJANGAN KOMUNIKASI ANTARA ANAK DENGAN AYAH YANG MENIKAH LAGI.

0 0 110

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR DALAM MENANGANI KASUS SEORANG ANAK USIA SD YANG KECANDUAN GAME ONLINE DI DESA TEBEL GEDANGAN SIDOARJO.

1 9 122

BAB II LANDASAN TEORI PENERAPAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM OLEH BP4 DALAM MENANGANI KASUS PERCERAIAN A. Deskripsi Teori 1. Bimbingan dan Konseling Islam - PENERAPAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM OLEH BP4 KECAMATAN MEJOBO DALAM MENANGANI KASUS PERCERAIAN DI KEC

0 0 36