Konskuensi konsep syirik dalam Al-Qur’an: studi komperatif penafsiran Ibnu Katsir dan Sayid Kutub atas ayat-ayat tentang syirik.

KONSKUENSI KONSEP SYIRIK DALAM AL-QUR’AN
(STUDI KOMPERATIF PENAFSIRAN IBNU KATSIR DAN
SAYYID KUTB ATAS AYAT-AYAT TENTANG SYIRIK)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata
Satu (S-1) dalam Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:
HERU BADARUDIN
NIM: E03212050

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL

SURABAYA
2017

ABSTRAK


Nama : Heru Badarudin
NIM : E03212050
Judul : konskuensi Konsep Syirik Dalam Al-Qur’an (Studi Komperatif Penafsiran Ibnu
Katsir Dan Sayid Kutub Atas Ayat-Ayat Tentang Syirik)
Dosen Pembimbing: H. Mutamakkin Billa,Lc,M.Ag

Seorang mufasir memberikan penjelasan yang sederhana tentang konsep syirik
dalam tafsirnya dengan nuansa kedaerahan yang melingkupinya yang berlatar belakang
masyarakatnya tersebut. Syirik sebagai sebuah perilaku terus mengalami perubahan
bentuk dan modelnya seiring dengan perubahan dinamika kehidupan masyarakat yang
secara substansinya tidak mengalami perubahan, dengan demikian perlu diketahui
sejauh mana Ibnu Kathir Dan Sayyi Kutb menjelaskan konsep syirik melalui
penafsirannya dengan nuansa lokalitas yang dimilikinya. Karena Ibnu Kathir merupakan
nama yang masyhur kepiawaiannya dalam menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an dengan
sebuah karya Tafsir ibnu katsir sebagai tafsir khas lokal yang terkenal hingga saat ini.
Kemudian mencoba untuk dikontekskan dengan masa kekinian. Berangkat dari hal
tersebut menjadi ketertarikan tersendiri bagi penulis untuk mengkaji sejauh mana
penafsiran Ibnu Kathir dalam menafsirkan ayat-ayat tentang syirik dengan nuansa
lokalitas yang mengitarinya.
Sehingga Sayyid Kutb juga mempunuai sebuah karya Tafsir Fi Dzilalil Qur’an.

Kitab ini mempunyai metode yang unik yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan AlQur’an, tafsir ini tergolong tafsir bil ma’tsur. Selain itu kitab ini juga dijadikan bahan
rujukan oleh banyak ulama baik sebelum maupun sesudah beliau wafat. Term Dzilal
yang berarti “naungan” sebagai judul utama tafsir Sayyid Qutb, memiliki hubungan
langsung dengan kehidupannya. Sebagai catatan mengenai riwayat hidup Sayyid Qutb,
dan juga telah disinggung pada uraian yang lalu bahwa dia sejak kecilnya telah
menghafal al-qur’an, dan dengan kepakarannya dalam bidang sastra, dia memahami alqur’an secara baik dan benar dengan kepakarannya itu, serta segala kehidupannya selalu
mengacu pada ajaran al-qur’an. Oleh karena itu, Sayyid Qutb menganggap bahwa hidup
dalam naungan al-ur’an sebagai suatu kenikmatan.
Selanjutnya, bila karya Tafsir Fi Dzilalil Qur’an dicermati aspek-aspek
metodologisnya, ditemukan bahwa karya ini menggunakan metode tahlily, yakni
metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-qur’an dari seluruh

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

aspeknya secara runtut, sebagaimana yang tersusun dalam mushaf. Dalam tafsirnya,
diuraikan korelasi ayat, serta menjelaskan hubungan maksudayat-ayat tersebut satu
sama lain. Begitu pula, diuraikan latar belakang turunnya ayat (sebab nuzul), dan dalildalil yang berasal dari al-qur’an, rasul, atau sahabat, dan para tabi’in, yang disertai
dengan pemikiran rasional (ra’yu). Adapun rujukan utama Sayyid Qutb dalam mengutip

pendapat-pendapat ulama, adalah merujuk pada beberapa karya tafsir ulama yang
diklaim sebagai karya tafsir bi al-ma’tsur kemudian merujuk juga pada karya tafsir bi alra’y. dari sini dapat dipahami bahwa metode penafsiran Sayyid Qutb, juga tidak terlepas
dari penggunaan metode tafsir muqaran.
Perbedaan dan persamaan antara kedua mufasir sangat di pentingkan. Karena
dalam pembahasan tentantang syirik mufasir ada perbedaan-perbedaan dalam
menafsirkan ayat, menurut Ibnu Katsir syirik akan di ampini oleh Allah SWT, dengan
syarat jika hamba yang melakukan dosa tersebut bertaubat kepadanya. Syririk tersebut
ada dua yaitu syirik kecil dan syirik besar. Sedangkan menurut sayyid kutb masih
membendakan lagi antara syirik kecil dengan syirik besar. Syirik kecil yaitu: Syirik
zhahir (nyata), Syirik khafi (tersembunyi), semua perkataan dan perbuatan yang akan
membawa seseorang kepada kemusyrikan. Syirik kecil termasuk perbuatan dosa yang di
khawatirkan akan menghantarkan pelakunya kepada syirik besar. Tetapi masih ada
ampunan. Sedangkan syirik besar semisal: syirik do’a, syirik niat, syirik ketaatan dan
syirik mahabbah (kecintaan), masih ada ampunan tidak akan di ampuni meskipun
malakukan taubat. Mengapa demikian, agar seorang hamba tidak akan melakukan dosa
besar (syirik). Tidak akan di ampuni karena sangat melanggar ketentuan Allah SWT.
Tentu ini sebagai implementasi dari janji Allah akan kemurahannya dalam
pengampunan (al-Zumar:53). Kaitannya dengan ini, bentuk dosa bermacam-macam dari
dosa yang dianggap ringan sampai pada dosa yang berbobot besar.
Kata Kunci: Konsep Syririk, Penafsiran Ibnu Katsir dan Sayyid Kutb, Studi, Komperatif


xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM .............................................................................................

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................

ii

PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI................................................................

iii

PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................


iv

MOTTO................................................................................................................

v

PERSEMBAHAN ................................................................................................

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI.........................................................................

viii

KATA PENGANTAR .........................................................................................

x

ABSTRAK............................................................................................................


xii

DAFTAR ISI ........................................................................................................

xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................

1

B. Identifikasi masalah .................................................................................

7

C. Rumusan Masalah....................................................................................

8


D. Tujuan penelitian ....................................................................................

9

E. Kajian pustaka .........................................................................................

9

F. Metode Penelitian ...................................................................................

10

G. Sistematika Pembahasan..........................................................................

13

BAB II TEORI TENTANG DOSA SYIRIK
A. Definisi Dosa Syirik.................................................................................

15


B. Klasifikasi Dosa Syirik ............................................................................

16

C. Macam-Macam Dosa Syirik ....................................................................

20

D. Kriteria Orang Yang Syirik .....................................................................

21

E. Penggunaan Kata Syirik...........................................................................

21

F. Hukum Syirik ..........................................................................................

25


G. Perilaku-Perilaku Dosa Syirik ................................................................

25

H. Akibat Negatif Perbuatan Syirik .............................................................

30

xiv

I. Kerusan dan Bahaya Melakukan Dosa Syirik ........................................

32

J. Contoh Perilaku Orang yang Berbuat Syirik ..........................................

35

K. Hikmah Menghindari Perbuatan Syirik ...................................................


35

BAB II I BEOGRAFI MUFASIR
A. Ibnu Katsir ..............................................................................................

37

B. Sayyid Kutb .............................................................................................

41

BAB IV ANALISIS DAN PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG SYIRIK
A. Penafsiran Surah An Nisa’ Ayat 48
1. Ibnu Katsir .......................................................................................

51

2. Sayyid Kutub ...................................................................................


54

3. Assbabun Nuzul Ayat .......................................................................

59

4. Munasabah ......................................................................................

59

5. Perbedaan dan Persamaan ...............................................................

60

B. Penafsiran Surah Luqman Ayat 13
1. Ibnu Katsir .......................................................................................

62

2. Sayyid Kutub ...................................................................................

64

3. Assbabun Nuzul Ayat .......................................................................

65

4. Munasabah ......................................................................................

65

5. Perbedaan dan Persamaan ...............................................................

66

C. Penafsiran Surah Al-An A’am Ayat 88
1. Ibnu Katsir .......................................................................................

67

2. Sayyid Kutub ...................................................................................

69

3. Munasabah ......................................................................................

70

4. Perbedaan dan Persamaan ...............................................................

70

D. Penafsiran Surah Al-An A’am Ayat 151
1. Ibnu Kaksir ......................................................................................

71

2. Sayyid Kutub ...................................................................................

75

xv

3. Munasabah ......................................................................................

85

4. Perbedaan dan Persamaan ...............................................................

87

E. Alasan Memakai Ayat-Ayat Tentang Syirik ..........................................

89

F. Membandingkan Kedua Tokoh Mufasir ................................................

90

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................

92

B. Saran .......................................................................................................

93

DAFTAR PUSTAKA

xvi

 

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama yang mempunyai kitab suci menjadi pegangan bagi
seluruh pemeluknya. Dalam pembagian agama menurut bentuk sumbernya, Islam
dikategorikan sebagai agama teks, dalam arti bahwa asas-asas umum yang menjadi
landasan berdirinya agama tersebut bahkan juga doktrin-doktrinnya didasarkan pada
dua teks yang otoritatif yakni Al-Qur’an dan hadis.1
Kedudukan hadis sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an tidaklah
dapat dipungkiri bagi umat Islam. Karena dengan adanya hadis dan sunnah itulah
ajaran Islam menjadi jelas, rinci dan spesifik. Dan Islam menjadi satu-satunya yang
dapat menyelamatkan dunia dari kejahatan. Sebab, hanya agama Islam yang
memiliki solusi rinci terhadap semua permasalahan manusia pada kehidupan
masyarakat.2
Secara khusus Al-Qur’an mengatur kehidupan muslim, baik yang
berhubungan dengan vertical dan horizontal. Sesuai dengan fitrah Islam itu sendiri
sebagai rahmat bagi segenap semesta harus memberikan manfaat terhadap orang
lain. Al-Qur’an dengan jelas ketika membahas masalah tauhid atau keesaan Allah,
karena itu menjadi pondasi dari kepercayaan untuk melakukan ibadah. Muslim yang
imannya kuat, akan melakukan sesuatu karena Allah dan selalu kembali pada yang
Maha Kuasa tanpa menuhankan selain-Nya. 3
                                                            
1
Siti Ruhaini Dzuhayati dkk., Rekonstruksi Metodologis Wacana Kesetaraan
Gender (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 169. 
2
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis (Surabaya: al-Muna, 2010), iii. 
3
Abul ‘Ala Maududi, Jilbab: Wanita dalam Masyarakat Islam, ter. Mufid Ridlo
(Bandung: Marja, 2005), 32.  


2
 

Keyakinan Muslim harus selalu membenarkan terhadap adanya Allah yang
satu, seseorang yang tidak mengetahui hanya ada satu tuhan, Allah satu pencipta,
pengatur dan pemelihara alam semesta dan tidak sesuatupun menyamai-Nya,
manusia tersebut akan jauh dan salah memilih Tuhan. Maka dari itu, pemahaman
tentang ketuhanan harus menjadi awal keseriusan untuk menjalani perintah agama.4
Berbeda jika melihat pada sejarah tentang revolusi kepercayaan manusia,
yang percaya kepada kekuatan diluar dirinya, bisa ditemukan dari sejarah kehidupan
primitif yang memiliki keyakinan atas fenomena alam. Pohon-pohon, sungai,
gunung- binatang dan lainnya diasumsi mempunyai kekuatan luar biasa dan terdapat
roh suci yang patut dijadikan dewa. Ritualpun dilakukan untuk menumpahkan
kepercayaannya untuk mendapat perlindungan pada dewa atas semua kejadian dalam
hidupnya. Kepercayaan terhadap dewa-dewa berkembang dengan memberikan titel
dan pangkat pada setiap satu dewa yang karakternya berdeda-beda. Dewa itu
memilki kemauan dan keinginan, melalui tokoh-tokoh kepercayaannya mulailah
disusun hikayat-hikayat atau mitos-mitos tentang dewa, tentang upacara dan doa-doa
dalam mengabdi pada dewa tersebut.5
Bangsa Arab dulu sebelum datangnya Islam memiliki kepercayaan kepada
Tuhan yang menguasai alam semesta ini, dan mengatur seluruh alam dengan
kekuasaannya. Keyakinan ini terus diwarisi sejak diprakarsai oleh Nabi Ibrahim
yang telah memberantas kemusyrikan.6

                                                            
4
Abul ‘Ala Maududi, Dasar-dasar Aqidah Islam, ter. Mufid Ridlo (Jakarta: Media
Dakwah, 1996), 30. 
5
Ibid.,30 
6
Ibid.,31 
 
 

3
 

Ketundukan orang arab jahiliyah pada kepercayaan mereka sampai kepada
Nabi Muhammad diutus, tak pelak jika seorang pemuka agama sebelum Islam
mempercayai akan datang seorang Nabi yang akan memberikan pencerahan terhadap
kehidupan masyarakat arab dan menjadi utusan pamungkas. Namun, ironisnya
kepercayaan mereka telah bercampur aduk dengan prilaku menyimpang yakni
kemusyrikan dan tahayul. Menyembah kepada selain Allah menjadi marak seperti
menyembah berhala, matahari, bulan, batu, air dan sebagainya.7 Sebagaimana Allah
berfirman:

∩⊇⊇∠∪ #Y‰ƒÌ¨Β $YΖ≈sÜø‹x© ωÎ) šχθããô‰tƒ βÎ)uρ $ZW≈tΡÎ) HωÎ) ÿ⎯ÏμÏΡρߊ ⎯ÏΒ šχθããô‰tƒ βÎ)
Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan
(dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah
syaitan yang durhaka.8
Kemusyrikan yang terjadi pada bangsa Arab sebenarnya tidak serta merta,
melainkan melalui beberapa tahap, yakni meyakini keyakinan yang ada pada diri
mereka merupakan pengantar pada Tuhan yang maha kuasa. Berhala yang disembah
diyakini sebagai anak-anak tuhan, bintang-bintang dan tumbuhan sebagai anasir
yang dapat memberikan pengaruh terhadap alam semesta ini.9
Tentu bukti sejarah tentang kehidupan bangsa Arab dulu memang benar dan
terjadi, tapi ironisnya sekarang realitas prilaku syirik masih bisa dijumpai dalam
Masyarakat Indonesia yang note bene populasi penduduknya beragama Islam
                                                            
7
t han ialah wanita-wanita. patung-patung berhala yang disembah
Asal makna Ina>
Arab Jahiliyah itu biasanya diberi nama dengan Nama-nama perempuan sebagai Laata, Al
Uzza dan Manah. dapat juga berarti di sini orang-orang mati, benda-benda yang tidak
berjenis dan benda-benda yang lemah. Lihat Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya
(Jakarta: Departemen Agama, 2001), 175. 
8
Al-Qur’an dan Terjemahannya, An Nisaa’: 117. 
9
Muhammad Solihan, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Tri Bakti, 1990), 45-46. 
 
 

4
 

dengan bentuk syirik yang lebih variatif. Walaupun mereka sudah rajin melakukan
ibadah mahdah seperti shalat dan puasa, tapi tak jarang orang yang masih terlenalena dengan keindahan dunia, sehingga terjurumus dalam jurang kemusyrikan
dengan menduakan tuhannya pada urusan dunia. Ini merupakan perilaku yang harus
dihindari bahkan tidak boleh ada dalam keyakinan umat Islam untuk menjaga
keorisinilan atau kaffah dalam beragama.10
Konsekwensi dari perilaku syirik yang terjadi pada mereka, Allah dengan
tegas melarang mereka bahkan mengancam dengan tidak mengampuni dosa-dosa
syirik mereka. Hal ini tertuang dalam beberapa ayat antara lain:

«!$$Î/ õ8Îô³ç„ ⎯tΒuρ 4 â™!$t±o„ ⎯yϑÏ9 y7Ï9≡sŒ tβρߊ $tΒ ãÏøótƒuρ ⎯ÏμÎ/ x8uô³ç„ βr& ãÏøótƒ Ÿω ©!$# ¨βÎ)
∩⊆∇∪ $¸ϑŠÏàtã $¸ϑøOÎ) #“utIøù$# ωs)sù
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar. 11

õ8Îô³ç„ ⎯tΒuρ 4 â™!$t±o„ ⎯yϑÏ9 šÏ9≡sŒ šχρߊ $tΒ ãÏøótƒuρ ⎯ÏμÎ/ x8uô³ç„ βr& ãÏøótƒ Ÿω ©!$# ¨βÎ)
∩⊇⊇∉∪ #´‰‹Ïèt/ Kξ≈n=|Ê ¨≅|Ê ô‰s)sù «!$$Î/
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan
Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya
ia telah tersesat sejauh-jauhnya12.

                                                            
10
Muhammad Solihan, Sejarah Kebudayaan Islam...,56 
11
Al-Qur’an dan Terjemahannya, An Nisaa’: 48. 
12
Al-Qur’an dan Terjemahannya, An Nisaa’: 116. 
 
 

5
 

Syirik adalah satu-satunya dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah
sebagaimana dalam ayat diatas, karena syirik merupakan suatu bentuk pengingkaran
tertinggi pada akidah13.
Dosa selain syirik akan diampuni oleh Allah tetapi hamba yang melakukan
harus minta ampunan. Ini merupakan ancaman berat yang harus diperhatikan lebih
ekstra oleh manusia, agar tidak terjerumus dalam jurang kesyirikan. Karena, praktek
syirik tidak bisa dipungkiri banyak ditemukan dalam kehidupan Muslim, mulai dari
syirik yang mengindikasikan ringan seperti riya’, pada syirik yang lebih berat
dengan menyekutukan Allah dengan selain-Nya.14
Perbedaan penafsiran terhadap ayat yang menjelaskan tentang ampunan dosa
syirik ini mempunyai daya tarik tersendiri untuk dibahas lebih dalam, walaupun pada
prinsinya dalam ayat 48 surat al-Nisa’ Allah dengan jelas tidak mengampuni dosa
syirik. Setiap dosa yang dilakukan oleh manusia akan mendapatkan ampunan dari
Allah, ketika dengan ikhlas dalam melakukan taubat nasuha dan bermaksud tidak
akan mengulangi dosa tersebut. Tentu ini sebagai implementasi dari janji Allah akan
kemurahannya dalam pengampunan (al-Zumar:53). Kaitannya dengan ini, bentuk
dosa bermacam-macam dari dosa yang dianggap ringan sampai pada dosa yang
berbobot besar.15
Berbicara dosa besar akan mengarah pada dosa yang bernama syirik, yakni
menyekutukan atau menyamakan Allah dengan yang makluk-Nya. Ini yang dalam
al-Nisa’:48 dijelaskan akan dahsyatnya dosa syirik bagi sesorang sehingga Allah
                                                            
13
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 445.  
14
Mansur Said, Bahaya Syirik dalam Islam (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996), 9. 
15
Ibid., 
 
 

6
 

tidak akan mengampuni dosa tersebut. Dan Allah akan mengampuni dosa-dosa
lainnya bagi orang yang di kehendaki-Nya.16
Menyangkut ampunan Allah terhadap dosa syirik itu pendapat

mufassir

berbeda-beda setidaknya ada tiga macam, pertama, mufassir yang mengatakan
bahwa dosa syirik itu diampuni oleh Allah SWT jika melakukan taubat dengan
sungguh-sungguh yakni

Hamka, al-Zamakhsyari, al-Alusi, Abu Bakar Jabir al-

Jazairi, Muhammad Nawawi al-Jawi, Abdullah bin Ahmad bin Mahmud al-Nasafi,
Imam Hambal. Karena taubat merupakan pintu manusia untuk menjadi fitrah atau
kembali pada yang suci, sehingga bisa menghapus dosa-dosa yang telah
dilakukannya.17
Kedua, mufassir yang menerangkan bahwa dosa syirik tidak diampuni, hal
ini pendapat dari M.Rasyid Ridha, Jalaluddin al-Syuyuthi dan al-Mahali. Dalam hal
ini, syirik diyakini merupakan sebuah pelanggaran utama yang dilakukan oleh
pelaku dalam konsep rule beragama, dalam sebuah organisasi saja ada peraturan
yang tidak diampuni kesalahannya karena menyalahi hal-hal yang prinsip dari
organisasi tersebut. Sama sebagaimana dalam Islam bahwa orang melakukan syirik
telah melakukan pelanggaran luar biasa karena menyangkut pondasi dari Islam.18
Ketiga, pendapat yang menjelaskan bahwa jika meninggal dunia dalam
keadaan syirik maka tidak diampuni dosannya dan kekal dineraka, menurut Ibnu
Katsir, Sayyid Quthb, Tanthawi Jauhari dan Shihabuddin Abi Abbas bin Yusuf bin
                                                            
16
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…,445 
17
Hamka, Tafsir al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2006) dan Muhammad bin
h}i Labi>
d Likashaf Ma’na Alqura>
n al-Maji>
d (Beirut: Dar alUmar Nawawi al-Jawi, Mara>
Kubub al-Ilmiyah, 1997) 
18
Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir Jalalain ter.
Bahrun Abu Bakar (Bandung : PT. Sinar Baru Algesindo, 2001). 
 
 

7
 

Muhammad bin Ibrahim. Orang yang mati dalam keadaan syirik kepada Allah, maka
dia akan dijauhkan dari surga. Karena dia tidak lagi meyakini akan kekuasaan Allah
dalam kehidupannya.19
Dari berbagai pendapat diatas tentu menimbulkan pertanyaan tentang
perbedaan pendapat itu, tentu mereka semua mempunyai alasan yang mumpuni
untuk dijadikan argumen dalam memahami dosa syirik dalam an-Nisa’ : 48 tersebut.
Argumen-argumen itu, tentu untuk menjelaskan tentang bahaya dari dosa syirik agar
ditinggalkan oleh umat Islam seluruhnya. Karena, dosa syirik memang merupakan
penyakit fundamental dalam beragama.20
Kamantapan akidah menjadi dasar penting bagi muslim dalam beragama, jika
akidahnya sudah rusak bisa dipastikan perilaku sehari-hari tidak akan sesuai dengan
perintah syariah. Menyekutukan Allah merupakan dosa yang besar ketimbang dosadosa lain sehingga Allah tidak mengampuninnya. Menjadi menarik untuk
mengetahui bobot dari dosa syirik agar manusia menjauhi dan menghindarinya.21

B. Identifikasi Masalah
Syirik dalam kehidupan beragama merupakan masalah yang fundamental,
karena berhubungan langsung dengan keyakinan dan ketauhidan seseorang.
Sehingga, banyak sekali ayat Alquran yang membahas secara spesifik tentang syirik
dengan ancaman-ancaman yang akan diterima oleh pelakunya, salah satunya dalam
                                                            
19
Al-Imam Abu Fida’ Isma’il Ibnu Katsir al-Dimasyqi, Tafsir Alquran al-‘Adim, ter.
Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001)  
20
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Dzilalil Quran dibawah Naungan Alquran, ter. As’ad
Yasin dkk. (Jakarta : Gema Insani Press, 2001) 
21
Shihabuddin Abi Abbas bin Yusuf bin Muhammad bin Ibrahim, al-Durru alMasun Fi Ulumi al-Kitab al-Maknun (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1994). 
 
 

8
 

surat al-Nisa’:48. Dalam ayat ini dengan jelas kutukan Allah terhadap pelaku dosa
syirik dengan tidak mengampuni dosanya, dan mengampuni dosa selain syirik.
Dalam ayat ini menyisakan pertanyaan mendasar tentang betapa besar dosa
syirik itu, sehigga tidak diampuni oleh Allah. Sesuatu yang melatarbelakangi dari
ketidak-berampunan dosa syirik tentu menjadi masalah menarik, agar dapat
memberikan pemahaman atas larangan ini. serta masuknya syirik dalam kategori
dosa besar sebagaimana penutup dari ayat tersebut. Dan akibat dari pelaku dosa
syirik terhadap kehidupannya baik psikis ataupun sosial. Karena syirik berhubungan
dengan keyakinan yang ada dalam hati setiap manusia.
Taubat sebagai jalan manusia untuk meminta ampunan kepada Allah, jika
dihadapkan dengan dosa syirik mungkinkah Allah akan mengampuninnya. Ini
menjadi pendapat kontroversial dikalangan mufassir. Menjadi menarik untuk
mengetahui argumen mufassir dalam masalah ini.
Dari beberapa masalah diatas tentu menjadi penting untuk menspesifikkan
pembahasan terhadap dosa syirik dalam al-quran, yakni tentang argumen mufassir
diampuni atau tidaknya dosa syirik oleh Allah SWT dan dampak terhadap
pelakunya.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka dapat diperoleh rumusan masalah yang akan dibahas
sebagai berikut:
1. Bagaimana penafsiran Ibnu Katsir dan Sayyid Kutb atas ayat-ayat tentang
syirik?
2. Apa persamaan dan perbedaan penafsiran Ibnu Katsir dan Sayyid Kutb atas
ayat-ayat tentang syirik?
 
 

9
 

D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penafsiran Ibnu Katsir dan Sayyid Kutb atas ayat-ayat
tentang syirik.
2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan penafsiran Sayyid Kutb dan
M.Rasyid Rida atas ayat-ayat tentang syirik.

E. Kajian Pustaka
Dalam penulisan proposal ini, penulis menemukan beberapa penelitian yang
menyangkut masalah syirik, mulai dari sifatnya teoritis sampai pada tataran praktis
yakni penelitian lapangan. Ini menarik untuk mengurai kembali penelitian
sebelumnya, setidaknya ada tiga skripsi yang sangat berhubungan dengan masalah
yang diangkat penulis, diantaranya:
1. ‘Studi tentang Syirik menurut Alquran’, Siti Amina, Skripsi, Tafsir Hadis
Fakultas Ushuluddin, 1998. yang menjelaskan tentang syirik secara teori
menurut Alquran bersumber dari berbagai ayat-ayat secara spesifik dengan
menafsirkan secara global, sehingga mampu memberikan pengertian jelas
tentang syirik. Dan juga menyinggung terkait nilai dari dosa syirik itu sendiri.
Dan juga pembahasannya secara tematik dengan mengumpulkan beberapa ayat
yang berhubungan dengan syirik kemudian ditafsirkan untuk mengambil intisari
dari perayat.
2. ‘Syirik dan Pengaruhnya serta Penanggulangannya menurut Alquran’, Urifah,
Skripi, Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin, 1996. yang menjelaskan tentang
syirik melalui setidaknya tiga aspek, pertama, terkait hal-hal yang menyebabkan
 
 

10
 

timbulnya perilaku syirik itu sendiri. Kedua, pengaruh syirik dalam kehidupan
manusia sesuai dengan ayat Alquran. Ketiga, membahas cara atau langkahlangkah yang harus ditempuh untuk menjauhi syirik ini menurut tuntunan dalam
ayat-ayat Alquran.
3. ‘Tauhid dan Syirik menurut Muhammad bin Abdul Wahab Perpsektif Teolog
Sunni’, Bambang Darmanto, Skripsi,

Akidah Filsafat Fakultas Ushuluddin,

2007. yang menjelaskan tentang pemikiran seorang tokoh tentang Tauhid dan
syirik sesuai dengan paham teologi keislamannya yang nota bene sangat keras
dalam memberantas kesyirikan.
Oleh karena itu, penelitian sebelumnya yang secara spesifik membahas
tentang ampunan Allah terhadap pelaku dosa syirik dalam surat al-Nisa’:48 dan
pendapat mufassir tentang alasan diampuni dan tidaknya dosa tersebut serta dampak
terhadap pelakunya, masih belum ditemukan. Dengan kata lain, ini menjadi indikator
dari keaslian skripsi yang dibuat sesuai dengan judul tersebut.

F. Metode Penelitian
Sebuah penelitian ilmiah wajib adanya metode tertentu untuk menjelaskan
objek yang menjadi kajian, agar mendapatkan hasil yang tepat sesuai rumusan
masalahnya. Hal ini juga dimaksudkan untuk membatasi gerak dan batasan dalam
pembahasan ini agar tepat sasaran. Secara terperinci metode penitilian yang
digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Model Penelitian

 
 

11
 

Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif, sebuah metode
penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, perspektif ke dalam dan
interpretatif.
Inkuiri naturalistik adalah pertanyaan awal yang muncul terkait persoalan
tentang permasalahan yang diteliti. Perspektif ke dalam adalah sebuah kaidah
dalam menemukan kesimpulan khusus yang semulanya didapatkan dari
pembahasan umum. Sedang interpretatif adalah penterjemahan atau penafsiran
yang dilakukan dalam mengartikan maksud dari suatu kalimat, ayat, atau
pertanyaan. Yakni ayat tentang syirik dalam surat al-Nisa’:48 secara gamblang
sesuai dengan pemahaman syirik pada umumnya yang ditafsirkan oleh mufassir,
untuk mendapatkan pemahaman yang komplit atau tidak parsial. Karena
penelitian terus-menerus mengalami reformulasi, ketika data-data baru
ditemukan22.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Dalam
penelitian kepustakaan, pengumpulan data-datanya diolah melelui penggalian
dan penelusuran terhadap kitab-kitab, buku-buku, dan catatan lainnya yang
memiliki hubungan dan dapat mendukung penelitian.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah (muqoron) yaitu membandingkan ayat-ayat
Al-Qur’an yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi, yang memiliki redaksi
yang berbeda bagi masalah atau kasus yang sama atau diduga sama. Serta
                                                            
22
Jalaludin Rahmad, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1984), 26. 
 
 

12
 

membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran ayat-ayat AlQur’an.

Untuk memperoleh pembahasan tentang dosa syirik dalam Alquran,
menggunakan metode-metode penelitian sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini adalah dengan
menggunakan metode dokumentasi. Mencari data mengenai hal-hal atau variabel
berupa catatan, buku, kitab, dan lain sebagainya. Melalui metode dokumentasi,
diperoleh data yang berkaitan dengan penelitian berdasarkan konsep-konsep
kerangka penulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisa data memakai pendekatan metode
deskriptif-analitis. Penelitian yang bersifat analitis memaparkan data-data yang
diperoleh dari kepustakaan.23
Dengan metode ini akan dideskripsikan mengenai perihal dosa syirik dalam
pengampunan Allah seperit dalam surat al-Nisa’:48. Selanjutnya, setelah
pendeskripsian tersebut, dianalisis dengan melibatkan penafsiran beberapa
mufassir.
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu
sumber data primer (sumber data pokok) dan sumber data sekunder (sumber data
pendukung).
                                                            
23
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 274. 
 
 

13
 

a. Sumber data primer
Sumber primer yang dimaksud adalah rujukan utama yang dipakai
adalah:
1) Tafsir Ibnu Katsir karya Ibnu Katsir
2) Tafsir Fi Dilali Alquran karya Sayyid Quthb

b. Sumber data sekunder
Dan sumber data yang sekunder yakni menjadi penunjang untuk
kevalidan dan keluasan pembahasan agar memberikan pemahaman yang
lebih lebar. Sumber data ini diantaranya:
1) Tafsir al-Kassyaf karya az-Zamakhsyari
2) Tafsir al-Azhar karya Hamka
3) Tafsir al-Manar karya M.Rasyid Rida
4) Tafsir al-Maraghi karya al-Maraghi
5) Tegakkan Tauhid Tumbangkan Syirik karya Muhammad bin Abdul
Wahab

G. Sistematika Pembahasan
Bab pertama adalah pendahuluan yang merupakan pertanggung jawaban
metodologis penelitian, terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi dan
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
penegasan judul, telaah pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika
pembahasan.

 
 

14
 

Bab Dua, ialah landasan teori yang akan digunakan sebagai batu pijakan
dalam penelitian ini, antara lain berisikan tentang: penjelasan tentang Pengertian
syirik, Macam-Macam Syirik, Penggunaan Kata Syirik, Hukum Syirik, Akibat
Perbuatan Syirik, Hikmah Menghindari Perbuatan Syirik.
Bab Tiga, beografi mufasir: Ibnu Kathir dan Sayyid Kutb
Bab Empat, ialah data dan analisis. Pertama, penafsiransayid kutb dan
yang Kedua ialah penafsiran Ibnu Katsir terhadap Orang yang mati dalam
keadaan syirik kepada Allah, maka dia akan dijauhkan dari surga. Karena dia
tidak lagi meyakini akan kekuasaan Allah dalam kehidupannya.
Bab Lima, adalah kesimpulan dan saran tafsir ibnu katsir dan sayid
kutub merupakan akhir pembahasan dari skripsi ini.

 
 

BAB II
TEORI TENTANG DOSA SYIRIK

A. Definisi Dosa Syirik
Syirik berasal dari kata syarika, yasroku, syirkon. Syarika artinya bercampur,
bergabung atau mempersekutukan. Sedangkan menurut terminologi syirik adalah
perbuatan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain.1
Syirik dalam asma-asmanya atau sifat-sifatnya adalah pendustaan terhadap
Allah dan kedustaan kepada-Nya. Karenanya, syirik jenis ini dikategorikan kufur.
Jika dalam ibadah kepada Allah terdapat unsur ibadah kepada selain-Nya, ibadah
tersebut dianggap kekufuran dan pendustaan kepada-Nya. Allah berfirman sebagai
berikut:2

ُ ‫ﺐﺶ ﺴ ﺴ ﺐﺶ ُﺴ ﺒﻮﺴﺸ ﺶﺰُﺰ ﺒ ﺸ ﺴ ﺶ‬

‫ُ أﺴ ﺴُﻬﺴﺶﺪ ﺒ ﺐﺶ ﺴ ﺴ ﺐﺶ ُﺴ ﻮﺴ وﺒﺴﺸ ﺶ ﺴﺔُ ﺴ وأُوُﻮ ﺒ ﺸ ﺶ ﺸ ﺶ ﺴﺎ ﺶً ﺎ ﺶﺎﺶﺸ ﺸ ﺶ‬

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S.Ali Imran:18).3

Saikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, syirik ada dua macam, pertama syirik
dalam rububiyyah, yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur alam
semesta. kedua, syirik dalam uluhiyah, yaitu beribadah (berdo’a) kepada selain
Allah baik dalam bentuk do’a ibadah maupun doa masalah.
Umumnya yang dilakukan manusia adalah menyekutukan dalam uluhiyah
Allah, yaitu dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seprti berdo’a

1

Margiono, akidah akhlak, (Jakarta:Yudhistira,2011), hlm. 33
Roli Abdul Rahman, Menjaga Akidah dan Akhlak, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri,2009), hlm. 32
3
Alquran dan Terjemahannya, Al-Imran: 18.
2

15

16

kepada selain Allah di samping berdoa kepada Allah, atau memalingkan suatu
bentuk ibadah seperti menyembelih kurban, bernadzar, berdo’a, dan sebagainya
kepada selain Allah.4
Kemudian datang pula persoalan tauhid di dalam bentuk nasihat LuqmanulHakim kepada anaknya:

‫ﺸك ﺴ ُ ﺸ ﺲ ﺴ ﺶ ﺲ‬
‫ُ ﺸ ﺮﺸﺶك ﺶﺎ ﺶ ﺐﺶن ﺒ ﱢﺮﺴ‬

‫ﺴﺎل ُﺸﺴ ُﺎن ﺸ ﺶ ﺴ ُﺴوﻮ ﺴ ﺶ ُ ُ ﺴ ﺎ ـ ﺴُﲏ‬
‫ﺐﺶﺛ ﺴ‬
‫ﺴو ﺸ‬

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah)
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang
besar".

Barang siapa menyembah dan berdo’a kepada selain Allah berarti ia
meletakan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikan kepada yang tidak
berhak, dan itu merupakan kedzaliman yang palig besar. Sebaiknya kita kalau
melakukan do’a hanyalah kepada Allah saja, agar tidak terjerumus ke dalam
kesesatan.5

B. Klasifikasi Dosa Syirik
Di lihat dari sifat dan tingkat sanksinya syirik dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Syirik Besar (asy-syirku al-akbar), adalah menjadikan bagi Allah sekutu
(niddan) dia berdoa kepada hanya seperti berdoa kepada Allah. Ia takut, harap,
dan cinta kepadanya seperti ibadah kepada Allah. 6
Syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain
Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah atau mendekatkan diri kepadanya
4

Roli Abdul Rahman, Menjaga Akidah dan Akhlak, (solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri,2009), hlm. 33
5
Ibid.,34
6
Margiono, Akidah Akhlak, (Jakarta:Yudhistira,2011), hlm. 34

17

dengan menyembelih kurban atau bernadzar untuk selain Allah, baik untuk
kuburan, jin atau syaitan, dan lainnya. Atau seseorang takut kepada orang mati
yang akan membahayakan dirinya, atau mengharapkan sesuatu kepada selain
Allah yang tidak kuasa memberikan manfaat ataupun madarat, atau seseorang
yang meminta sesuatu kepada selain Allah, menghilangkan kesulitan dan selain
itu dari berbagai macam bentuk ibadah yang tidak boleh di lakukan melainkan
di tujukan kepada Allah saja. Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari
agama islam dan menjadikannya kekal di dalam neraka, jika ia meninggal
dalam kadaan musyrik dan belum bertaubat darinya.7
Syirik besar ada yang zahirun jaliyun (tampak nyata), seperti
menyembah berhala, matahari bulan, bintang, malaikat dan benda-benda
tertentu, Syirik besar inilah yang dosanya tidak akan diampuni oleh Allah,
kecuali dia bertobat sebelum meninggal.8
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, sebagaimana firman Allah
berikut ini:

‫ُون ﺛﺴ ﺶ ﺴ ﺶﺴ ﺸ ﺴ ﺴ ﺎﺌ ُ ﺴﺴ ﺸو ُ ﺸ ﺮﺸﺶك ﺶﺎ ﺶ ﺴ ـﺶﺴﺪ ﺒﺸﺴـ ـ ﺴ ﺮى ﺐﺶﲦﺸًﺎ ﺴ ﺶ ً ﺎ‬
‫ـ ﺴ ﺸﺶُ ﺮُأ ﺸﺴﺴن ﺴﺮك ﺶ ﺴ و ـ ﺴ ﺸﺶُ ﺮﺴ ﺎ د ﺴ‬

‫ﺐﺶن ﺒ ﺴ‬

Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh
ia telah berbuat dosa yang besar. (Q.S. an-Nisa’:48).9
Dan ada yang batinun khafiyun (tersembunyi), seperti doa kepada orang
sudah meninggal, meminta pertolongan kepadanya

7

Roli Abdul Rahman, Menjaga Akidah dan Akhlak, …..35
ibid.,36
9
Margiono, akidah akhlak,….36

8

untuk dikabulkan

18

permintaannya, minta disembuhkan dari penyakit, atau dihindarkan dari
bahaya.10
Macam-macam syirik besar diantaranya:11
a. Syirik do’a, yaitu di samping ia berdo’a kepada Allah, ia juga berdoa
kepada selain-Nya.
b. Syirik niat, keinginan dan tujuan, yaitu menunjukan suatu bentuk ibadah
untuk selain Allah.
c. Syirik ketaatan, yaitu mentaati selain Allah dalam hal maksiat kepada
Allah.
d. Syirik mahabbah (kecintaan), yaitu menyamakan Allah dengan hal
selainnya selain-Nya dalam hal kecintaan.
2. Syirik Kecil (asy-syirku al-asgar), adalah semua perkataan dan perbuatan yang
akan membawa seseorang kepada kemusyrikan. Syirik kecil termasuk
perbuatan dosa yang di khawatirkan akan menghantarkan pelakunya kepada
syirik besar .12
Syirik ashghar ada dua macam:
a. Syirik zhahir (nyata), yaitu syirik kecil dalam bentuk ucapanan perbuatan.
Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan selain nama Allah,
Rassulullah s.a.w. bersabda: “barang siapa bersumpah dengan selain nama
Allah maka ia telah berbuat kufur atau syirik”, syirik dan kufur yang di
maksud di sini adalah syirik dan kufur kecil. 13

10

Roli Abdul Rahman, Menjaga Akidah dan Akhlak ,… 34
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunah Wal Jama’ah,… 177
12
Roli Abdul rahman, Menjaga Akidah dan Akhlak,….. 35
13
Ibid., 35
11

19

Adapun contoh syirik dalam perbuatan yaitu seperti memakai
gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal
marabahaya. Seperti menggantungkan jimat (tamimah) karena takut dari
‘ain (mata jahat) atau lainnya. Jika seseorang meyakini bahwa kalung,
benang atau jimat itu sebagai penyerta untuk menolak marabahaya dan
menghilangkannya, maka perbuatan ini adalah syirik ashghar. Karena Allah
tidak menjadikan sebab-sebab (hilangnuya marabahaya) dengan hal-hal
tersebut. Adapun jika ia berkeyakinan bahwa dngan memakai gelang,
kalung atau yang lainnya dapat menolak atau mengusir marabahaya, maka
perbuatan ini adalah syirik akbar (syirik besar) karena ia menggantungkan
diri kepada selain Allah.14
b. Syirik khafi (tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seprti
riya’ (ingin dipuji orang) dan sum’ah (ingin di dengar orang, dan lainnya,
seperti melakukan suatu amal tertentu untuk mendekatkan diri kepada
Allah, tetapi ia ingin mendapatkan pujian manusia, misalnya dengan
memperbagus shalatnya (karna di lihat orang) atau bershadaqah agar
dipuji.15
Jadi, syirik kecil adalah semua perkataan atau perbuatan yang akan
membawa seseorang kepada kemusyrikan. Jika orang yang melakukan
syirik kecil meninggal sebelum bertobat dan diakhirat ternyata Allah tidak
berkenan mengampuninya, ia akan masuk neraka.16

14

Roli Abdul rahman, Menjaga Akidah dan Akhlak,….. 36
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunah Wal Jama’ah,….172
16
Margiono, Akidah Akhlak, (Jakarta:Yudhistira,2011). 33
15

20

C. Macam-Macam Syirik
Berdasarkan klasifikasi secara umum, syirik dibagi menjadi 4 jenis yaitu
sebagai berikut: 17
1. Syirkul ‘ilm, inilah syirik yang umumnya terjadi pada ilmuan. Mereka
mengagungkan

ilmu

sebagai

segalanya.

Mereka

tidak

mempercayai

pengetahuan yang diwahyukan Allah. Sebagai contoh , mereka mengatakan
bahwa manusia berasal dari kera, mereka juga percaya bahwa ilmu
pengetahuan akhirnya akan dapat menemukan formula agar manusia tidak
perlu mengalami kematian.
2. Syirkut-tasyaruf, syirik jenis ini pada prinsipnya disadari atau tidak oleh
pelakunya menentang bahwa Allah Maha Kuasa dan segala kendali atas
penghidupan manusia berada di tangan-Nya. Mereka percaya adanya perantara
itu mempunyai kekuasaan. Contohnya, kepercayaan bahwa Nabi Isa a.s anak
Tuhan, percaya pada dukun, tukang sihir atau sejenisnya.
3. Syirkul-‘Ibadah, ini adalah syirik yang menuhankan pikiran,ide-ide, dan
fantasi. Mereka hanya percaya pada fakta-fakta konkret yang berasal pada
pengalaman lahiriyah. Misalnya seorang ateis memuja ide pengingkaran
terhadap Tuhan dalam berbagai bentuk kegiatan.
4. Syirkul-addah, ini adalah percaya pada tahayul. Sebagai contoh, percaya bahwa
angka 13 itu adalah angka sial sehingga tidak mau menggunakan angka
tersebut, menghubungkan kucing hitam dengan kejahatan.
Syik itu tidak boleh dilakukan karena menimbulkan dosa yang tidak akan di
ampuni oleh Allah. Maka kita harus menjauh dari pada kita rugi selama hidup.
17

Margiono, Akidah Akhlak,.,36

21

D. Kriteria Orang Yang Syirik
Perbuatan syirik bukan hanya sikap seseorang yang mengagung-agungkan
sesuatu dari kalangan sesama makhluk sesama manusia (kultus), tetapi syirik juga
meliputi sikap mengagung-agungkan diri sendiri, kemudian menindas harkat dan
martabat sesama manusia, seperti tingkah diktator dan tiran. Keduaya adalah sikap
melawan kebenaran Allah, yaitu kebenaran mutlak dan berlawanan dengan jalan
hidup yang benar, yaitu jalan hidup yang menuju ridho Allah Yang Maha Benar.18
Dia sama sekali tidak dalam kegagalan atau keperkasaan, melainkan dalam
kehinaan yang lebih mendasar karena dia diperhamba oleh nafsunya sendiri untuk
berkuasa dan menguasai orang lain. Sebagaimana kisah Fir’aun yang kemudian
mengalami hukum Tuhan yang tragis dan dramatis. Dia baru insaf setelah
malapetaka menimpa, tetapi sudah terlambat. Firman Allah:

ُ ‫ﺴﺎل ﺴآ ﺸ‬
‫ﺴﺪوﺒ ﺴ ﺛﺴﺒﺐﺶ أﺴﺸﺴدﺴﺜ ُ ﺒ ﺸ ﺴﺴﺮُﺨ ﺴ‬
ً‫ُﻮد ُ ـ ﺴ ﺸ ً ﺎﺴ وﺸ‬
ُ ‫ﺴﺴﺎﺴو ﺴﺶﺸﺎوز ﺶﺴﲏ ﺐﺶﺸﺴ ﺒﺮ ﺶ ﺴ ﺒ ﺸ ﺴ ﺸﺴ ﺮ ﺴﺄﺴﺸﺴـُـﺸﻬ ﺶﺸ ﺸﺮﺴﻮُنﺴ ُو‬
‫ﺶي ﺴآ ﺴ ﺸ ﺶ ـ ﺴ ُﻮ ﺐﺶﺸﺴ ﺮﺒ ﺶ ﺴ ﺴ وأﺴ ﺴﺎ ﺶﺴ ﺒُﺸ ﺸ ﺶﺶ ﺴﲔ‬
‫ﺐﺶ ﺴ ﺴ ﺐﺶ ﺒ ﺬ‬
Artinya:
“Dan Kami memungkinkan Bani Israel melintasi laut, lalu mereka
diikuti oleh Firaun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan
menindas (mereka); hingga bila Firaun itu telah hampir tenggelam berkatalah
dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai
oleh Bani Israel, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah)”. (Q.S. Yunus/10:90).

E. Penggunaan Kata Syirik
Jika anda mendapat istilah syirik dalam buku aqidah maka maksudnya bisa
berarti syirik akbar atau syirik ashghar. Maka anda jangan menghina orang-orang
yang mendakwahkan tauhid bahwa mereka selalu menghukumi segala sesuatu

18

Abul ‘Ala Maududi, Dasar-dasar Aqidah Islam, ter. Mufid Ridlo (Jakarta:
Media Dakwah, 1996), 30

ُ ‫أﺴ‬

22

dengan syirik. Fahamilah setiap ungkapan pada tempatnya yang tepat.
Oleh karena itu anda perlu mengetahui bahwa syirik dalam pengertian syar’i
digunakan untuk tiga makna:19
1. Menyakini ada sekutu bagi Allah SWT dalam kekuasaan, rububiyah, mencipta,
memberi rizqi dan mengatur alam. Siapa yang meyakini bahwa ada orang yang
mengatur alam ini dan mengatur seluruh urusannya, maka ia telah
menyekutukan Allah SWT dalam rububiyah dan telah kafir kepada Allah SWT.
Dalil-dalil (argumen-argumen) yang menunjukkan bathilnya keyakinan akan
adanya dzat lain selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa yang memiliki hak
rububiyah sangat banyak dan begitu jelas, baik dalil yang bisa kita saksikan
dari alam ini maupun dalil sam’i (Al-Qur`an dan As Sunnah).20
2. Meyakini adanya zat selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa yang bisa
memberikan manfaat atau madlarat, dzat ini merupakan perantara antara Allah
Subhaanahu Wa Ta'aalaa dan makhluk, maka sebahagian jenis ibadah ditujukan
padanya. Inilah yang dinamakan syirik dalam uluhiyyah. Syirik inilah yang
banyak dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy.21
3. Mempertimbangkan (dapat perhatian, pujian dan lain-lain) dari selain Allah
SWT dalam perkataan maupun perbuatan. Adapun mempertimbangkan
perhatian atau pujian dalam perbuatan seperti riya yang dilakukan oleh orang
yang rajin ibadah, misalnya ketika shalat, ia panjangkan berdiri, ruku’ dan
sujudnya kemudian ia tampakkan kekhusyu’annya di hadapan orang banyak,
19

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 445.
20
Mansur Said, Bahaya Syirik dalam Islam (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996), 9
21
Jalaludin Rahmad, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1984), 26.

23

ketika ia puasa, ia tampakkan bahwa dirinya sedang puasa, misalnya dengan
mengatakan: Apa anda tidak tahu bahwa hari ini Senin (atau Kamis)? Apa anda
tidak puasa ? Atau ia katakan: Hari ini saya undang anda untuk berbuka puasa
bersama? Demikian pula haji dan jihad. Ia pergi haji dan jihad tetapi tujuannya
riya`. 22
Riya’nya orang-orang yang cinta dunia seperti orang yang angkuh dan
sombong ketika berjalan, memalingkan mukanya atau menggerakkan
kendaraannya dengan gerakan khusus.23
Riya’ dengan teman atau orang yang berkunjung ke rumahnya, seperti
orang yang memaksakan diri meminta seorang ‘alim atau seorang yang dikenal
ahli ibadah untuk datang ke rumahnya agar dikatakan bahwa fulan telah
mengunjungi rumahnya, atau sebaliknya ia kunjungi mereka (orang-orang
‘alim dan ahli ibadah) agar dikatakan bahwa kami te lah mengunjungi fulan
atau kami telah bertemu dengan ‘alim fulan dan yang lainnya.24
Sedang riya dengan perkata yang dilakukan oleh orang-orang ahli agama
seperti orang yang memberikan nasehat di majlis-majlis, kemudian ia
menghafal hadits-hadits dan atsar-atsar khusus untuk acara-acara tertentu agar
bisa berbicara dan debat dengan orang-orang, sehingga tampak di hadapan
mereka bahwa ia memiliki pengetahuan tentang hal-hal tersebut, tampak di
hadapan mereka bahwa ia memiliki ilmu yang kuat dan perhatian yang besar
terhadap keadaan ulama-ulama salaf, tetapi ketika kita lihat di rumahnya

22

Jalaludin Rahmad, Metode Penelitian Komunikasi ….,27
Ibid.,29
24
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), 2.
23

24

bersama keluarganya, ia adalah orang jauh dari keadaan tersebut. Contoh lain
adalah menggerak-gerakkan kedua bibir untuk berdzikir di hadapan orang
banyak dan menampakkan kemarahan terhadap kemunkaran di hadapan orang,
tetapi ketika ia berada di rumah ia tidak mengingkari atau lalai melakukan hal
tersebut. 25
Semua perbuatan ini mengurangi kesempurnaan tauhid dan ikhlas.
Sangat banyak dalil-dalil yang menunjukkan tercelanya perbuatan ini,
diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Sa’id al Khudri,
ia

berkata:

Rasulullah

shallallaahu

'alaihi

wa

sallam

bersabda:

“Maukah kalian saya beritahu tentang perbuatan yang bagi saya itu lebih saya
takuti daripada Al Masih Ad Dajjal? Kami katakan: Ya,” Ia berkata:
“Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Syirik khafiyy (yang
tersembunyi) yaitu seseorang mengerjakan shalat kemudian ia perbaiki
shalatnya karena ia mengetahui ada orang yang melihatnya.” (Menurut Syaikh
Al Albani rahimahullah hadits ini hasan. Shahih Sunan Ibni Majah 2/310
Hadits No 3389). 26
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
Siapa

yang

memperdengarkan

amalnya

maka

Allah

SWT

akan

memperdengarkan (aibnya) dan siapa yang riya` maka Allah Subhaanahu Wa
Ta'aalaa akan akan menampakkan (aibnya pada hari Qiamat).27

25

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,….. 3
Ibid,.5
27
Ibid,.6
26

25

F. Hukum Syirik
Syirik adalah larangan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa yang paling besar.
Allah SWT berfirman dalam surat An Nisaa` ayat 36:

‫ﺴ وﺒﺸ ُُﺪوﺒ ﺒ ﺴ ﺴ و ﺴ ُ ﺸ ﺶُﺮﻮﺒ ﺶ ﺴ ﺸ‬
Artinya: Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun.28
Syirik juga merupakan perbuatan haram yang pertama (harus ditinggalkan).
Al