BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SYIRIK DALAM ISLAM DAN KRISTEN DAN SEBAB TERJADINYA SYIRIK DALAM PERILAKU MANUSIA

(1)

A. Pengertian Syirik dalam Agama Islam

Syirik menurut arti Bahasa Arab ialah dari kata sekutu, serikat, atau perkongsian. Sedangkan menurut pengertian syara’, ialah memperserikatkan Allah dengan sesuatu makhluk ciptaan-Nya.1

Menurut Drs. Syahmina Zaini diadakan bukunya ‘nilai iman” bahwa pengertian syirik adalah sebagai berikut “syirik berarti orang yang mempersekutukan Tuhan dengan sesuatu dari sebuah tauhid.2

Sudah sangat jelas bahwa syirik merupakan perbuatan manusia yang menyimpang dari jalan Allah, di mana dia tidak merasakan kepuasaan yang betul-betul nyata dengan apa yang telah diberikan oleh Allah dengan memperserikatkan sesuatu hal atau benda selain Allah, dikarenakan bisa memberikan suatu hal yang luar biasa yang betul-betul bisa dirasakan oleh manusia.

Perbuatan syirik ini, bagaikaan khayalan yang tak berdasarkan pada bukti secara rasional. Perbuatan ini termasuk perbuatan yang sangat bathil yang sekaligus ditentang oleh Islam secara keras dan digolongkan sebagai perbuatan dosa yang paling besar dan tiada ampunan bagi pelakunya.3

Hal ini termasuk syirik Akbar, karena beritikad bahwa ada yang selain Allah yang mampu memberi bekas dan lebih terasa dalam diri manusia itu sendiri daripada bekasan yang diberikan dan lebih terasa dalam diri manusia itu sendiri daripada bekasan yang diberikan olah Allah. Misalnya manusia sudah mempercayai ada kekuatan gaib diluar kemampuan makhluk yang selain Allah dan mampu menyembuhkan sesuatu penyakit atau menolak

1

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Al Islam I, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1998), Cet. I, hlm. 53

2

Drs. Syahmani Zaini, Nilai IslamUsaha Nasional, (Surabaya: 1981), hlm. 39-40 3

Afif Sabdul Fattah Thabbarah, Dosa-dosa Menurut Al-Qur’an, (Bandung: Gema Risalah, 1993), Cet. IX, hlm. 69


(2)

sesuatu bencana, atau dengan kata lain, mencari bantuan atau melakukan upaya di luar dari yang diberikan oleh syari’at.

Perbuatan syirik akan selalu dada dalam diri manusia yang sekiranya meragukan akan kekuasaan Allah yang telah diberikan kepada manusia dan sebetulnya bahwa ke-Esaan Allah yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya sudah jelas bahwa Allah adalah segala-galanya untuk tempat meminta pertolongan. Sehingga, hanya perbuatan seperti itulah yang dapat menghancurkan dan menghilangkan keimanan dalam diri manusia kepada Allah SWT.

Sebetulnya manusia percaya akan kehadiran Allah sebagai Maha Kuasa. Namun karena sudah menjadi sifat manusia, bahwa rasa kekurangpuasaan dalam diri manusia adalah sesuatu yang harus dicegah. Bahwa dari rasa itulah sedikit muncul keinginan sesuatu terhadap selain Allah. Bisa dipastikan pula etika manusia sudah melakukan penyimpangan walaupun, sedikit, namun setelah secara terus menerus maka akan menjadi kebiasaan dan tiada rasa takut terhadap sisa yang akan diberikan dari Allah kepada manusia.

Perbuatan syirik yang manusia lakukan itu hanya karena kurangpuasnya akan keinginan belum terlaksana secara cepat dan betul-betul terasa akan kehadiran/timbal balik dalam perbuatan syirik tersebut sehingga manusia akan mudah goyah dan kurang percaya atau kurang imanya terhadap Allah dan hal itu sangat berpengaruh terhadap ibadah dalam diri manusia.

Oleh karena itu, telah dijelaskan oleh Muhammad Rasyid Ridha dalam “Tafsir Al-Manar” bahwa syirik itu bagi menjadi dua rupa :

1. Yang ada sangkut pautnya dengan soal-soal Rububiyah dan ibadah, yaitu apabila manusia meyakini, bahwa ada yang berserikat dengan Allah dalam menciptakan alam semesta ini, atau yang berserikat dengan Allah dalam menciptakan alam semesta ini, atau yang membantu pekerjaan-Nya, walau bagaimana kecilnyapun bentuk pertolongan itu. Pada itu, dia beribadah kepada selain Allah, memohon doa atau meminta syafaat dan bantuan


(3)

bukan kepada Allah, terutama pada saat-saat dia sedang menghadapi sesuatu kesulitan ataupun karena sesuatu kepentingan yang mendesak. 2. Yang ada sangkut pautnya dengan pimpinan dan dasar pegangan. Dia

mencari pegangan dan landasan yang lain dalam kehidupannya, bukan berpegang kepada wahyu Ilahi yang disampaikan kepada umat manusia dengan perantaraan Rasul-Nya.4

Begitu pula dijelaskan dalam bukunya: Yunahar Ilyas dan menjelaskan bahwa, syirik yang bersangkutan dengan Rububiyah yaitu meyakini adanya suatu makhluk (orang sakti) yang mampu menolak dari segala kemudharatan dan meraih segala kemanfaatan, atau dapat memberikan suatu keberkahan dalam diri manusia.5

Sehingga manusia hanya berfikir praktis dan simple saja, tidak mau berusaha dengan jalan yang baik, dan perbuatan syirik itu sangat mempengaruhi keimanan dan menggoyahkan kemantapan terhadap ke-Esaan Allah.

Perbuatan syirik itu sangatlah riskan dalam manusia yang kurang imannya kepada Allah. Apalagi ketika dilanda penderitaan dan kesulitan hidup. Sangatlah dimungkinkan dia mau mengambil jalan pintas yaitu perbuatan syirik.

Sebetulnya dalam akidah Islam telah dijelaskan bahwa betapapun besar suatu penderitaan dan kesulitan-kesulitan hidup yang dihadapi, maka hal itu hal dipandang suatu peristiwa yang sangat kecil. Sebab dengan ketentuan Allahlah sesuatu bisa berubah dan hanya ketentuan yang sudah ditetapkan akan bersih jiwanya dan menggerakan jiwa kepada teladan hidup yang setinggi-tinginya dan menjadi dasar pendirian yang tidak bisa goyah oleh siapapun yang menimpanya.6

Kekuatan yang lebih besar untuk menghindarkan diri dari godaan syetan adalah dengan cara beriman sepenuh hati tanpa ada

4

Hasan Basry, Tegakkan Tauhid Tumbangkan Syirik, (Surakarta: 1988), hlm. 71-72 5

Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: LPPI, 1993), Cet. II, hlm. 74 6


(4)

keraguan.sedikitpun dan tidak pernah ada kekuatan yang bisa menandingi-Nya kecuali hanya kepada Allahlah semata-mata kita menyembah.

Hanya rasa keimanan yang teguh telah tertancap dalam dada yang betu-betul yakin bahwa semua keadaan manusia Allahlah yang menentukan. Maka, dengan demikian faktor segala kemusyrikan akan hilang dan bahkan tidak akan sedikitpun timbul dalam diri manusia.

Menurut Prof. Dr. Hasbi Ash-Shiddieqy dalam bukunya Al-Islam pada dasarnya syirik itu dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

1. Syirik akbar :

Yakni mempersekutukan sesuatu makhluk dengan Allah baik mempersekutukan dalam beribadat kepada Allah, syirik ini mengeluarkan orang yang bersyirik dengannya dari agama, tidak ada ampunan daripadanya selain taubat melepaskan diri dari padanya.7

Jelaslah syirik yang mengiktiqodkan bahwa ada selain Allah yang mempunyai bekasan lebih dari yang telah diberikan Allah dengan melalui sebab-sebab yang nyata dan bahwa ada sesuatu yang mempunyai kekuatan gaib yang diluar dari Qudrat makhluk yakni seperti berobat dengan bukan obat-obat yang telah ditunduki Allah (obat-obat yang diterima akal) dan seperti mencari pertolongan dengan yang selain dari yang telah disyaratkan oleh Allah.


(5)

Jelasnya syirik Ashghor yaitu mengerjakan sesuatu bukan karena Allah dan kenyataannya yang beramal atau berbuat sesuatu untuk mendapatkan pujian maka lepaslah pahalanya

B. Syirik dalam Ajaran Kristen

Dalam bukunya Rahnip M, BA. Yesus berkata “sesungguhnya semua yang dicintai oleh seorang manusia, yang menyebabkan dia tinggalkan segala sesuatu yang lain, kecuali bahwa dia berhalanya, dengan demikian orang yang berzina mempunyai gambarannya bagi perempuan jalang itu, sitamak dan sipemabuk mempunyai gambaran untuk dagingnya sendiri, dan silaba mempunyai untuk gambarannya emas dan perak dan demikian pula tiap-tiap pendosa lainya.9

Ada suatu cerita mengenai seorang murid bertanya kepada Yesus “Guru yang manakah dosa yang paling besar?’ Yesus menjawab “Yang manakah yang paling besar keruntuhan dari suatu rumah?”

Kemudian tiap-tiap orang hening, ketika dengan jarinya menunjuk kepada pondasi dan berkata “Jika pondasi itu ambruk maka segera rumah itu rubuh-runtuh, dalam cara seperti itu perlu untuk membangunkan lagi, kecuali jika tiap-tiap bagian yang rubuh selain dari itu bisa direparasi. Jadi bahkan demikianlah aku katakan kepadamu, bahwa penyembahan berhala adalah dosa yang paling besar, karena hal itu menghilangkan sama sekali iman seorang manusia dan menghilangkan pegangan Allah, sehingga dia tidak dapat mempunyai kecintaan Rohani.

Syirik dalam ajaran Kristen yakni sebuah penyekutuan terhadap Tuhan Yesus dengan suatu yang lain, seperti penyembahan terhadap berhala. Karena hal itu dapat menghilangkan rasa keimananya terhadap Tuhan Yesus.10

Perbuatan syirik memang sudah merupakan adat istiadat dari orang-orang terdahulu (Jahiliyah). Ini bermula dari seorang-orang raja Kristiani bernama

9

Rahnip M.BA. Terj. Injil Barnabas, (Surabaya: PT. Bina Ilmu), hlm. 44 10


(6)

Baal, raja Baal mempunyai seorang ayah yang amat dicintainya kemudian ayahnya itu mati, dan untuk menghibur dirinya raja Baal memerintahkan kepada hambanya untuk dibuatkan gambaran seperti ayahnya dan meletakkan dipasar kota. Dan dia membuat ketetapan tiap orang yang mendekati arca tersebut akan selamat dan tak seorangpun akan dapat memperlakukan merugikannya.11

Permasalahan itu dijadikan adat kebiasaan yang menjelma kedalam suatu bentuk syari’at. Akhirnya berhala Baal itu berkembang melanda seluruh dunia. Dan sudah berapa banyak Allah melakukan peringatan dalam hal ini melalui Nabi Isa. AS (Yesus Kristus). Dan Yesus berkata “sebenarnya orang-orang ini menyembah aku dalam sia-sia, karena mereka menghapuskan hukumku yang telah diberikan kepada mereka oleh hamba Musa, lalu mengikuti tradisi-tradisi dari kaum tua itu (bangsa Jahiliyah).

Syirik dalam Injil juga merupakan suatu perbuatan dosa yang tak terampuni, hak ini menimbulkan suatu keresahan di dalam hati orang-orang yang berfikir, mereka mungkin telah melakukan dosa ini. Meskipun Injil menawarkan pengampunan yang berdasarkan kasih dan karunia bagi orang yang bertaubat dari dosa-dosanya, tetapi rupanya ada batasan untuk kejahatan yang satu ini.

Syirik menurut Injil ada 2 macam diantaranya :

1. Menyekutukan Yesus dengan suatu yang lain, dengan suatu penyembahan berhala yang di atas namakan Yesus tapi dalam artian penyembahan itu untuk kekuatan lain yang ada pada berhala itu dan ditujukan untuk mendapatkan berkah.

2. Syirik yang berkenaan dengan penghujatan terhadap roh Kudus, Yesus mengatakan bahwa dosa semacam ini tidak dapat diampuni baik pada masa ini maupun pada masa yang akan datang.

“Sebab itu aku berkata kepadamu, segala dosa dan hujat manusia akan diampuni apabila seseorang mengucapkan sesuatu menentang anak manusia, dia akan diampuni, tetapi jika dia menentang roh

11


(7)

Kudus, ia tidak bisa diampuni, didunia ini tidak dan didunia yang akan datangpun tidak (Matius 12 : 31-32).12

Seringkali dosa yang tidak dapat diampuni selalu dikaitkan dengan ketidakpercayaan seseorang kepada Kristus secara terus menerus sehingga pada akhirnya. Kematian, merupakan batas kesempatan bagi manusia untuk bertobat dari dosa dan menerima Kristus, oleh karena itu, apabila seseorang tetap tidak bertobat dan tidak menerima Kristus sampai kepada akhir hidupnya maka pengharapan untuk pengampunannya telah berakhir.

Apabila orang Kristen mengandalkan kekuatannya sendiri maka dia dapat melakukan dosa yang tidak dapat diampuni ini, tetapi umat Kristen yakin bahwa Allah dengan pemeliharaan yang berdasarkan kasih karunianya tetap akan menjaga orang-orang Kudus untuk tidak jatuh pada dosa yang semacam itu. 13

Orang Kristen yang tulus dan merasa takut telah melakukan dosa itu, menunjukkan bahwa dia sebenarnya tidak melakukan dosa itu. Orang yang melakukan dosa semacam ini hatinya sangat keras dan tetap tinggal dalam dosa mereka dan tidak merasa bersalah pada waktu melakukannya.

Sebenarnya di dalam kebudayaan di mana orang-orang tidak mau mengetahui kedaulatan Allah (Yesus) di dalam hidup orang-orang tetap dengan terlalu jauh atau keterlaluan pada waktu menghujat Allah. Meskipun nama Kristus telah dipakai seenaknya dan Injil dilecehkan dengan humor-humor dan komentar-komentar yang tidak pantas, orang-orang tetap tidak berani untuk mengaitkan Yesus dengan setan.

C. Sebaba-sebab yang Mendorong Terjadinya Syirik dalam Agama Islam dan Kristen

Praktek syirik ini dilakukan oleh manusia karena termotivasi dari keajaiban-keajaiban yang laur biasa yang tidak mungkin dilakukan tanpa

12

R.C. Sproui, Dosa Yang Tidak Dapat Diampuni, (Semenari: Al Ktab Asia Tenggara, Departemen Literatur Saat, 1997), hlm. 203

13


(8)

bantuan dari makhluk lain yang mempunyai daya atau kekuatan yang luar biasa. Sehingga mampu memperoleh keberhasilan dalam jangka pendek.

Orang yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu tidak perlu bersusah payah dalam berusaha. Karena dalam praktek syirik ini hanya diperlukan dengan persetujuan kontrak antara manusia dan syetan, sehingga manusia tidak perlu bersusah payah untuk berusaha.

Perbuatan syirik ini sudah jelas dilandasi oleh ahwa nafsu yang sampai kapanpun tidak akan pernah merasa puas. Segala perbuatan yang berbau syirikpun dilakukanya dan dikarenakan pula bahwa manusia memandang lebih cepat keberhasilanya dalam mencapai suatu maksud atau tujuan yang dicita-citakan, tanpa meminta kepada Allah.

Mereka tidak memperdulikan apa yang telah diajarkan oleh Allah bahwa siapa berani menyekutukan-Nya kepada sesuatupun maka dia sudah dianggap syirik.

Oleh karena itu segala apa yang telah diciptakan oleh Allah itu adalah sebagai pelengkap dan tidak untuk disembah atau dimintai pertolongan. Maka perlulah manusia ketahui bahwa hanya sebuah keimanan seseoranglah yang bisa mengantarkan ke jalan yang lurus.

Sebagaimana akar tunjang iman ialah keyakinan hati (tashdiq al-gaib). Maka dari itu jika akar tunjang ini tidak ada, maka pastilah pohon iman menjadi rubah. Maksudnya ialah tanpa keyakinan hati, maka seluruh pekerjaan menjadi tidak bernilai. Demikian pendapat Ahlus Sunnah.14

Sedangkan memelihara diri dari azab akhirat ialah dengan beriman yang saleh, bertauhid, yang khalis, amal saleh dan menjauhkan semua hal yang berlawanan dengan yang tersebut ini. Ringkasnya, yang menjadi sebab tertimpa azab dunia ialah karena menyimpang dari Sunnah Allah dan yang menjadi penyebab siksa akhirat ialah penyimpang dari Dinullah dan syari’atnya.15

14

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Al Islam….Op Cit., hlm. 52 15


(9)

Perbuatan syirik yang dilakukan oleh manusia biasanya mereka yang tidak bertawakkal kepada Allah sepenuhnya. Karena disitulah syetan akan selalu menghinggapi perasaan manusia dan sampai kapanpun manusia tidak akan tenang terhadap suatu keadaan dalam kehidupan sehari-hari dan syaitan yang terkutuk itu telah mengajarkan kepada manusia mengenai ilmu sihir, agar menjadi syirik dan tidak berpegang teguh kepada tali agama Allah.16

Sehingga kisah di atas mengenai syirik dalam Islam dan Kristen gambaran bahwa ilmu syirik itu sebetulnya hanya sebagai pelajaran kepada manusia bahwa kekuasaan Tuhan tiada satupun makhluk yang dapat menandingi-Nya.

Sudah banyak orang yang memandang sejumlah praktek kesesatan yang dimasukkan ke dalam kesyirikan dan mereka memandang bahwa hal itu adalah haram. Mereka itu tidak merasakan bahwa kesesatan dalam suatu kesyirikan mengantarkan mereka dalam kekafiran.17

Begitu pula ketika manusia membuat suatu kesyirikan. Sebetulnya perbuatan tersebut sudah jauh menyimpang dari apa yang diajarkan oleh hukum Islam. Karena syirik sekarang ini lain bahasanya, baik dari tulisan maupun cara-caranya yang diharamkan dalam Islam adalah yang di dalam bahasanya tidak dapat dipahami oleh Islam (kejawen) atau yang sifatnya minta pertolongan bukan semata-mata karena Allah melainkan makhluk ciptaan-Nya yang mempunyai kemampuan untuk menolak maupun memberikan ketentraman batin.

Demikian juga bahwa manusia tidak diperbolehkan tunduk terhadap mereka (makhluk) yang dianggap sebagai pengobatan atau pertolongan dalam diri manusia seperti menuangkan timah atau yang lainnya di atas kepala. Walupun dia dengan perasaan ridha terhadap dukun

16

Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Usman Az-Dzahabi, Dosa-dosa Besar, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), hlm. 17

17


(10)

yang kita mintai tolong. Sebetulnya itu sama halnya menyenangi ajarkan syetan dan melanggar perintah Allah.18

Perbuatan menyimpang adalah perbuatan yang jelas-jelas dilandasi dari hawa nafsu dan tidak dengan dasar iman yang teguh. Seseorang sudah jelas mengetahui apa yang telah diajarkan atau diperintahkan oleh Allah dalam nash Al-Qur’an untuk menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Namun seseorang melihat dengan mata yang salah, hanya karena dhahir yang menarik tidak sifatnya hanya sementara dan menjadi dampak negatif dari perbuatan menyimpang dari jalan Allah.

Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari, sudah diajarkan mengenai ketakwaan yang benarlah yang menjadi motor penggerak untuk mengajak berbuat baik (amar ma’ruf) dan mencegah berbuat jahat. (nahi mungkar). Seandainya setiap orang yang menjadi anggota sesuatu masyarakat memiliki keutamaan (fadlilah) takwa, maka pasti mereka akan menjadi umat yang terbaik.19

Dari pembahasan di atas jelas sekali bahwa sikap agama kepada sihir tidaklah positif. Sihir adalah ilmu yang merugikan, malah membahayakan sehingga mengamalkannya dikaitkan dengan sikap menolak kebenaran atau kekafiran. Karena itulah sihir disebut sebagai fitrah dan dua tokoh yang membawanya dulu yaitu Haaruut dan Ma’ruut, disebut sebagai fitnah, ujian bagi manusia.20

Pengertian iman adalah mengakui adanya Allah SWT dan membenarkan apa yang telah diterima Rasulullah dari Allah SWT. Dalam hal ini tidak diperkenankan bagi seorang yang mengaku beriman namun hanya percaya kepada sebagian apa yang diperintahkan Allah atau mengingkari sebagiannya. Maka, siapa saja yang berlaku demikian ia telah

18

Majdi Muhammad Asy-Syahawi, Memanggil, Roh dan Menaklukan Jin, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999), Cet. III, hlm. 117

19

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Al Islam…Op Cit., hlm. 57 20


(11)

melakukan kekafiran, sebab sama sekali tidak ada pertalian antara iman dan kafir.21

Oleh sebab itu bagi setiap orang beriman harus menjaga dirinya sendiri, isterinya, anak-anaknya dan keluarganya, agar supaya jangan sampai terjatuh kelembah syirik. Paham syirik ini harus dihapus dan dikeluarkan dari dalam hati, karena sedikitpun paham syirik itu ada, maka dalam kehidupan sehari-hari tentu saja selalu dianggap perasaan bingung dan tidak mempunyai kemantapan mengenai kekuasaan Allah yang telah diberikan kepada manusia berupa alam dan seisinya.

Walaupun dalam diri manusia itu betul-betul mempercayai keberadaan Tuhan, namun paham seperti itulah yang bisa menghilangkan dan mengikis habis keimanan seseorang.

Islam menjelaskan pula bahwa, orang musryik itu tidak boleh jadi pemimpin, tidak boleh diperintah oleh musryik, tidak boleh berkawan, tidak boleh duduk dengan orang musryik. Malah mayat mereka tidak boleh disembahyangkan terhadap mereka yang musryik ini, setaip orang beriman harus bersikap tegas dalam segi akidah.

Kalau dalam segi muamalah pergaulan sehari-hari, seperti hubungan perdagangan di pasar-pasar, atau sama-sama jadi buruh dalam pabrik, atau sama-sama jadi pegawai di kantor-kantor pemerintah, maka hal ini tidak menjadi masalah. Ketidakbolehan hanya dalam segi akidah.

Karena akidah merupakan suatu landasan keimanan seseorang dan ketaatan kepada apa yang telah Allah berikan yaitu berupa perintah dan larangan. Sehingga Allah sangat murka kepada orang musryik sehingga apa saja yang mereka kerjakan oleh Allah tidak akan diberi pahala.

Saudara-saudara kita yang masih syirik harus dibimbing, didekati dan dipergauli dengan lembah lembut, dengan penuh rasa kasih sayang. Dengan perlaha-lahan kita bimbing tanganya dan dibawa ketempat yang betul. Sehingga dengan penuh kesadaran mereka itu mengakui akan

21


(12)

Esa-an Tuhan. Terhadap mereka itu mengakui bermuka manis dan bersikap lemah lembut.

Kalau perlu sekali-kali kita berkunjung ke rumahnya dan diajak mereka itu berbincang-bincang. Kalau mereka membutuhkan bantuan dan pertolongan kita, maka tolonglah dia. Anggaplah kita ini sebagai guru mereka..22

Kekufuran semacam ini terbukti dengan membohongkan Rasul, Nabi Muhammad SAW dan segala apa yang dibawanya. Kekufuran semacam ini adalah kekufuran iblis, yang dikutuk Allah SWT karena Iblis sebetulnya tidak menginginkan perintah Allah dan tidak mengingkarinya (tidak melawannya dengan keingkaran), tetapi menerimanya dengan iba (keengganan menaati/melaksanakan) dan diterima dengan penuh kesombongan.

Perilaku seperti itu orang yang meyakini bahwa tidak ada agama yang diterima Allh selain Islam, tetapi dia meninggalkannya dan tidak mau mengikutinya, dia malah memilih agama atau paham, idealisme lainnya yang diciptakan manusia dan menjadi keuntungan dalam diri manusia itu sendiri.

Kufur semacam inipun dibuktikan dengan berpaling dari apa yang dibawa Rasulullah SAW. Dia tidak membenarkannya, tetapi juga tidak membohongkannya. Dia hanya berpaling, sehingga termasuk orang yang menganiaya (zalim) pada dirinya atau termasuk orang-orang yang berdosa (durjana).

Orang yang meragukan (tidak secara pasti membenarkan atau membohongkan) apa yang dibawa Rasulullah SAW termasuk orang kafir. Sebab tidak meyakini (meragukan) kebenaran risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW.23

Islam memberikan konsepsi ibadah berkaitan erat dengan pandangan mendasar, bahwa landasan kehidupan yang baik adalah

22

Halimuddin, Kembali…Op Cit., hlm. 4 23

Abdullah Al Wazat, Pokok-pokok Keimanan, (Bandung : Trigenda Karya, 1994), Cet. I, hlm. 249-250


(13)

keyakinan dan pemikiran yang benar, kesucian jiwa, serta tindakan yang baik.

Lewat keyakinan akan ke-Esa-an Tuhan (at-Tauhid), Islam menghimbau akal budi manusia agar menjauhkan diri dari penyembahan kepada berhala serta berbagai bentuk perbudakan iman lainya. Dalam upaya membersihkan iman dari berbagai cemaran syirik tersebut Islam amat keras sikapnya. Kendati terhadap hal-hal yang paling halus bentuknya sekalipun.

Oleh sebab itu, tujuan beribadah dalam Islam adalah mensucikan jiwa manusia dan kehidupan sehari-hari dari cemaran dosa dan hal-hal yang keji (fahsyaa dan mungkar). Hal tersebut sudah diatur sedemikian rupa agar dapat memenuhi tujuan permurnian tersebut, yang apabila dilaksanakan dengan sepenuh ketulusan hati dan kesadaran memang akan dapat menjaga keluhuran jiwa yang sejati.

Seorang beriman yang memiliki kekuatan baik, dan amat akrab dengan-Nya, ketimbang seorang yang walau beriman namun lemah. Pendek kata, bahwa penyucian niat merupakan syarat agar segala tindakan sehari-hari kita dapat diterima oleh-Nya sebagai persembahan dan pengabdian.

Sebuah kalimat syahadat yang berbunyi “asyhadu alla ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammadan Rasul Allah”. Kalimah “la ila ha illalah” yang sungguh-sungguh tentang ke-Esaan Allah. Bagian pertama mengandung pengingkaran mutlak tentang kemungkinan adanya Tuhan-tuhan atau Ilah-ilah, Dewa-dewa lain dalam segala bentuknya selain Allah. Kalimah ini membebaskan manusia dari pemujaan terhadap dewa-dewa atau pribadi-pribadi yang muncul pada suatu ketika dalam masyarakat yang biasanya menjelma dalam bentuk kultus individu (pendewaan seseorang).

Semua pujaan hanya ditujukan kepada yang satu yaitu Allah, pencipta alam semsta yang unique (unicum) sifatnya, seperti yang telah dijelaskan dalam uraian tentang tauhid di muka. Bagi orang yang beriman,


(14)

kalimah itu dengan sendirinya menimbulkan kesadaran akan harga dirinya sebagai manusia, dengan menutup segala kemungkinan untuk menyombongkan diri, merasa lebih dari orang lain.

Ikrar selanjutnya ialah pengakuan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ikrar ini, orang mengaku bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah. Mengenai ini, ajaran Islam hanya memberikan tenpat yang sewajaranya saja kepada Rasul Allah itu. Seorang manusia biasa yang dipilih Allah untuk menjadi utusan-Nya guna memberikan contoh pada umat manusia agar seluruh hidup dan kehidupan kerasulannya diikuti terutama oleh umat manusia.

Setiap orang wajib mengucapkan kalimah syahadat, sekurang-kurangnya sekali seumur hidup. Pandangan dari sudut hukum Islam, kedua kalimah syahadat itu merupakan perjanjian (factum) yang dibuat manusia yang mengucapkannya dengan Allah, dengan konsekuensi.

Sebagai muslim yang mengucapkan perjanjian atau kalimah syahadat itu berjanji kepada Allah bahwa selama hayatnya dikandung badan ia akan mengikuti ketetapan-ketetapan Allah yang sekarang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah (suri teladan) Rasulullah yang kini terdapat dalam kitab-kitab hadits dan sejarah hidup beliau.24

Karena bagaimanapun kalimah syhadat yang disertai dengan keiamnan dan kelurusan hati, maka itulah sebagai jalan yang lrus dan sebagai pengingat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Sehingga dengan kalimah syahadatpun manusia tersembuhkan dalam dirinya dari penyakit syirik yaitu persekutuan manusia terhadap makhluk atau ciptaan Allah. manusia dimungkinkan juga telah banyak melakukan syirik tapi tidak merasa dalam dirinya dalam perlakuan syirik.

Tapi sudah jelas ketika manusia melakukan suatu kontrak terhadap makhluk Allah yang mempunyai kekuatan yang luar bisa sehingga bisa

24

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2000), Cet. III, hlm. 248-249


(15)

mengantarkan manusia kepada sesuatu yang diinginkannya dengan jangka yang sangat cepat. Maka itulah yang dinamakan perbuatan syirik, karena sesuatu dilakukan dengan cara menyimpang dari ajaran Allah yaitu dengan cara mempersekutukan Allah dan meminta pertolongan kepada makhluknya.

Sedangkan dalam Islam mengajarkan bahwa manusia ketika dalam suasana atau kondisi apapun, walaupun dalam keadaan yang susah sekalipun, tetaplah berpegang teguh dalam ajaran dan selalu meminta pertolongan Allah.

Oleh sebab itu, amatlah mungkin bagi seseorang untuk terus mengembangkan kemampuan spiritualitasnya, kendati hal tersebut dilakukannya sembari menikmati kehidupan duniawi. Alasannya, bahwa seluruh hal tersebut dilaksanakan dengan keadaan hati yang selalu berupaya mendekatkan diri kepada-Nya, seraya berupaya untuk selalu merasa apa yang dilakukannya merupakan persembahan bagi-Nya. Hal semacam ini tentu akan menjaga penyerahan diri, kepatuhan dan persembahan pada-Nya.25

Pernyataan seperti inilah, bahwa manusia sebagai hamba seharusnya menghambakan dirinya dari segala perbuatannya ditujukan hanya kepada sang khalilklah dan tiada sedikitpun dalam hatinya untuk mempersekutukan-Nya. Demikian, manusia harus betul-betul berpegang teguh terhadap Al-Qur’an dan Hadits sebagai landasan yang kuat dalam kehidupan sehari-hari.

Tentunya manusia paling tidak terhindar dari sesuatu yang akan menjerumuskan dirinya ke dalam perbuatan syirik. Setimpal pula ketika manusia di dalam hatinya tersimpan suatu niat yang baik dan lurus karena Allah, maka akan mendapat pula suatu balasannya dan begitu pula sedikitnya.

25

Khursid Ahmad, dkk., Prinsip-prinsip Pokok Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1998), Cet. I, hlm. 48-49


(16)

Ketika manusia berjalan tanpa memperdulikan Al-Qur’an sebagai dasar atau pondasi dan sampai melakukan perbuatan yang bersifat mempersekutukan Allah dan jelas-jelas perbuatan buruk, maka balasan buruk atau adzablah yang akan dia terima. Maka sudah menjadi gambaran bahwa manusia memang serba serakah dan tiada batas untuk memenuhi keinginan atau nafsunya.

Seseorang akan mendapat sesuai dengan motifnya dan sesuai dengan suara nuraninya, ini adalah sama dengan ajaran Allah yang telah disyariatkan kepada umat-umat yang terdahulu.

Orang yang menghendaki suatu amalan atau perbuatannya itu akan mendapatkan balasannya di dunia. Maka akan disegerakan balasannya dan tidak akan dikurangi sedikitpun bagiannya di dunia, tetapi diakhirat mereka akan mendapatkan siksaan yang amat pedih, disebabkan tujuan dalam hidupnya hanyalah untuk sebuah kepentingan dunia semata.26

Oleh karena itu hanya kita berdoa dan meminta kepada Allah serta diirngi rasa yakin yang sedalam-dalamnya bahwa tidak ada sesuatu yang dapat menghasilkan yang lebih baik, cepat atau seperti halnya meminta kesembuhan pada diri seseorang dengan cara yang tidak dibenarkan dalam ajaran Islam melainkan hanya Allah.27

Hal ini menunjukkan manusia di samping harus berusaha juga harus betul-betul diimbangi dengan keimanan yang kuat kepada Allah. Sehingga dengan demikian hal-hal atau perbuatan syirik yang telah terkemuka di atas, maka akan jauh dalam dirinya dan selalu mendapatkan hidayah oleh-Nya.

Sehingga sudah jelas, manusia menanam kebaikan maka kebaikanlah yang akan mereka dapat dan keburukan yang mereka tanam, maka keburukanlah yang mereka peroleh dari perbuatannya.

26

Ahmad Izzuddin Al-Bayanuni, Kafir dan Indikasinya, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1989), hlm. 14

27


(1)

melakukan kekafiran, sebab sama sekali tidak ada pertalian antara iman dan kafir.21

Oleh sebab itu bagi setiap orang beriman harus menjaga dirinya sendiri, isterinya, anak-anaknya dan keluarganya, agar supaya jangan sampai terjatuh kelembah syirik. Paham syirik ini harus dihapus dan dikeluarkan dari dalam hati, karena sedikitpun paham syirik itu ada, maka dalam kehidupan sehari-hari tentu saja selalu dianggap perasaan bingung dan tidak mempunyai kemantapan mengenai kekuasaan Allah yang telah diberikan kepada manusia berupa alam dan seisinya.

Walaupun dalam diri manusia itu betul-betul mempercayai keberadaan Tuhan, namun paham seperti itulah yang bisa menghilangkan dan mengikis habis keimanan seseorang.

Islam menjelaskan pula bahwa, orang musryik itu tidak boleh jadi pemimpin, tidak boleh diperintah oleh musryik, tidak boleh berkawan, tidak boleh duduk dengan orang musryik. Malah mayat mereka tidak boleh disembahyangkan terhadap mereka yang musryik ini, setaip orang beriman harus bersikap tegas dalam segi akidah.

Kalau dalam segi muamalah pergaulan sehari-hari, seperti hubungan perdagangan di pasar-pasar, atau sama-sama jadi buruh dalam pabrik, atau sama-sama jadi pegawai di kantor-kantor pemerintah, maka hal ini tidak menjadi masalah. Ketidakbolehan hanya dalam segi akidah.

Karena akidah merupakan suatu landasan keimanan seseorang dan ketaatan kepada apa yang telah Allah berikan yaitu berupa perintah dan larangan. Sehingga Allah sangat murka kepada orang musryik sehingga apa saja yang mereka kerjakan oleh Allah tidak akan diberi pahala.

Saudara-saudara kita yang masih syirik harus dibimbing, didekati dan dipergauli dengan lembah lembut, dengan penuh rasa kasih sayang. Dengan perlaha-lahan kita bimbing tanganya dan dibawa ketempat yang betul. Sehingga dengan penuh kesadaran mereka itu mengakui akan

21


(2)

Esa-an Tuhan. Terhadap mereka itu mengakui bermuka manis dan bersikap lemah lembut.

Kalau perlu sekali-kali kita berkunjung ke rumahnya dan diajak mereka itu berbincang-bincang. Kalau mereka membutuhkan bantuan dan pertolongan kita, maka tolonglah dia. Anggaplah kita ini sebagai guru mereka..22

Kekufuran semacam ini terbukti dengan membohongkan Rasul, Nabi Muhammad SAW dan segala apa yang dibawanya. Kekufuran semacam ini adalah kekufuran iblis, yang dikutuk Allah SWT karena Iblis sebetulnya tidak menginginkan perintah Allah dan tidak mengingkarinya (tidak melawannya dengan keingkaran), tetapi menerimanya dengan iba (keengganan menaati/melaksanakan) dan diterima dengan penuh kesombongan.

Perilaku seperti itu orang yang meyakini bahwa tidak ada agama yang diterima Allh selain Islam, tetapi dia meninggalkannya dan tidak mau mengikutinya, dia malah memilih agama atau paham, idealisme lainnya yang diciptakan manusia dan menjadi keuntungan dalam diri manusia itu sendiri.

Kufur semacam inipun dibuktikan dengan berpaling dari apa yang dibawa Rasulullah SAW. Dia tidak membenarkannya, tetapi juga tidak membohongkannya. Dia hanya berpaling, sehingga termasuk orang yang menganiaya (zalim) pada dirinya atau termasuk orang-orang yang berdosa (durjana).

Orang yang meragukan (tidak secara pasti membenarkan atau membohongkan) apa yang dibawa Rasulullah SAW termasuk orang kafir. Sebab tidak meyakini (meragukan) kebenaran risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW.23

Islam memberikan konsepsi ibadah berkaitan erat dengan pandangan mendasar, bahwa landasan kehidupan yang baik adalah

22

Halimuddin, Kembali…Op Cit., hlm. 4

23

Abdullah Al Wazat, Pokok-pokok Keimanan, (Bandung : Trigenda Karya, 1994), Cet. I, hlm. 249-250


(3)

keyakinan dan pemikiran yang benar, kesucian jiwa, serta tindakan yang baik.

Lewat keyakinan akan ke-Esa-an Tuhan (at-Tauhid), Islam menghimbau akal budi manusia agar menjauhkan diri dari penyembahan kepada berhala serta berbagai bentuk perbudakan iman lainya. Dalam upaya membersihkan iman dari berbagai cemaran syirik tersebut Islam amat keras sikapnya. Kendati terhadap hal-hal yang paling halus bentuknya sekalipun.

Oleh sebab itu, tujuan beribadah dalam Islam adalah mensucikan jiwa manusia dan kehidupan sehari-hari dari cemaran dosa dan hal-hal yang keji (fahsyaa dan mungkar). Hal tersebut sudah diatur sedemikian rupa agar dapat memenuhi tujuan permurnian tersebut, yang apabila dilaksanakan dengan sepenuh ketulusan hati dan kesadaran memang akan dapat menjaga keluhuran jiwa yang sejati.

Seorang beriman yang memiliki kekuatan baik, dan amat akrab dengan-Nya, ketimbang seorang yang walau beriman namun lemah. Pendek kata, bahwa penyucian niat merupakan syarat agar segala tindakan sehari-hari kita dapat diterima oleh-Nya sebagai persembahan dan pengabdian.

Sebuah kalimat syahadat yang berbunyi “asyhadu alla ilaaha illa

Allah wa asyhadu anna Muhammadan Rasul Allah”. Kalimah “la ila ha

illalah” yang sungguh-sungguh tentang ke-Esaan Allah. Bagian pertama mengandung pengingkaran mutlak tentang kemungkinan adanya Tuhan-tuhan atau Ilah-ilah, Dewa-dewa lain dalam segala bentuknya selain Allah. Kalimah ini membebaskan manusia dari pemujaan terhadap dewa-dewa atau pribadi-pribadi yang muncul pada suatu ketika dalam masyarakat yang biasanya menjelma dalam bentuk kultus individu (pendewaan seseorang).

Semua pujaan hanya ditujukan kepada yang satu yaitu Allah, pencipta alam semsta yang unique (unicum) sifatnya, seperti yang telah dijelaskan dalam uraian tentang tauhid di muka. Bagi orang yang beriman,


(4)

kalimah itu dengan sendirinya menimbulkan kesadaran akan harga dirinya sebagai manusia, dengan menutup segala kemungkinan untuk menyombongkan diri, merasa lebih dari orang lain.

Ikrar selanjutnya ialah pengakuan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ikrar ini, orang mengaku bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah. Mengenai ini, ajaran Islam hanya memberikan tenpat yang sewajaranya saja kepada Rasul Allah itu. Seorang manusia biasa yang dipilih Allah untuk menjadi utusan-Nya guna memberikan contoh pada umat manusia agar seluruh hidup dan kehidupan kerasulannya diikuti terutama oleh umat manusia.

Setiap orang wajib mengucapkan kalimah syahadat, sekurang-kurangnya sekali seumur hidup. Pandangan dari sudut hukum Islam, kedua kalimah syahadat itu merupakan perjanjian (factum) yang dibuat manusia yang mengucapkannya dengan Allah, dengan konsekuensi.

Sebagai muslim yang mengucapkan perjanjian atau kalimah syahadat itu berjanji kepada Allah bahwa selama hayatnya dikandung badan ia akan mengikuti ketetapan-ketetapan Allah yang sekarang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah (suri teladan) Rasulullah yang kini terdapat dalam kitab-kitab hadits dan sejarah hidup beliau.24

Karena bagaimanapun kalimah syhadat yang disertai dengan keiamnan dan kelurusan hati, maka itulah sebagai jalan yang lrus dan sebagai pengingat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Sehingga dengan kalimah syahadatpun manusia tersembuhkan dalam dirinya dari penyakit syirik yaitu persekutuan manusia terhadap makhluk atau ciptaan Allah. manusia dimungkinkan juga telah banyak melakukan syirik tapi tidak merasa dalam dirinya dalam perlakuan syirik.

Tapi sudah jelas ketika manusia melakukan suatu kontrak terhadap makhluk Allah yang mempunyai kekuatan yang luar bisa sehingga bisa

24

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2000), Cet. III, hlm. 248-249


(5)

mengantarkan manusia kepada sesuatu yang diinginkannya dengan jangka yang sangat cepat. Maka itulah yang dinamakan perbuatan syirik, karena sesuatu dilakukan dengan cara menyimpang dari ajaran Allah yaitu dengan cara mempersekutukan Allah dan meminta pertolongan kepada makhluknya.

Sedangkan dalam Islam mengajarkan bahwa manusia ketika dalam suasana atau kondisi apapun, walaupun dalam keadaan yang susah sekalipun, tetaplah berpegang teguh dalam ajaran dan selalu meminta pertolongan Allah.

Oleh sebab itu, amatlah mungkin bagi seseorang untuk terus mengembangkan kemampuan spiritualitasnya, kendati hal tersebut dilakukannya sembari menikmati kehidupan duniawi. Alasannya, bahwa seluruh hal tersebut dilaksanakan dengan keadaan hati yang selalu berupaya mendekatkan diri kepada-Nya, seraya berupaya untuk selalu merasa apa yang dilakukannya merupakan persembahan bagi-Nya. Hal semacam ini tentu akan menjaga penyerahan diri, kepatuhan dan persembahan pada-Nya.25

Pernyataan seperti inilah, bahwa manusia sebagai hamba seharusnya menghambakan dirinya dari segala perbuatannya ditujukan hanya kepada sang khalilklah dan tiada sedikitpun dalam hatinya untuk mempersekutukan-Nya. Demikian, manusia harus betul-betul berpegang teguh terhadap Al-Qur’an dan Hadits sebagai landasan yang kuat dalam kehidupan sehari-hari.

Tentunya manusia paling tidak terhindar dari sesuatu yang akan menjerumuskan dirinya ke dalam perbuatan syirik. Setimpal pula ketika manusia di dalam hatinya tersimpan suatu niat yang baik dan lurus karena Allah, maka akan mendapat pula suatu balasannya dan begitu pula sedikitnya.

25

Khursid Ahmad, dkk., Prinsip-prinsip Pokok Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1998), Cet. I, hlm. 48-49


(6)

Ketika manusia berjalan tanpa memperdulikan Al-Qur’an sebagai dasar atau pondasi dan sampai melakukan perbuatan yang bersifat mempersekutukan Allah dan jelas-jelas perbuatan buruk, maka balasan buruk atau adzablah yang akan dia terima. Maka sudah menjadi gambaran bahwa manusia memang serba serakah dan tiada batas untuk memenuhi keinginan atau nafsunya.

Seseorang akan mendapat sesuai dengan motifnya dan sesuai dengan suara nuraninya, ini adalah sama dengan ajaran Allah yang telah disyariatkan kepada umat-umat yang terdahulu.

Orang yang menghendaki suatu amalan atau perbuatannya itu akan mendapatkan balasannya di dunia. Maka akan disegerakan balasannya dan tidak akan dikurangi sedikitpun bagiannya di dunia, tetapi diakhirat mereka akan mendapatkan siksaan yang amat pedih, disebabkan tujuan dalam hidupnya hanyalah untuk sebuah kepentingan dunia semata.26

Oleh karena itu hanya kita berdoa dan meminta kepada Allah serta diirngi rasa yakin yang sedalam-dalamnya bahwa tidak ada sesuatu yang dapat menghasilkan yang lebih baik, cepat atau seperti halnya meminta kesembuhan pada diri seseorang dengan cara yang tidak dibenarkan dalam ajaran Islam melainkan hanya Allah.27

Hal ini menunjukkan manusia di samping harus berusaha juga harus betul-betul diimbangi dengan keimanan yang kuat kepada Allah. Sehingga dengan demikian hal-hal atau perbuatan syirik yang telah terkemuka di atas, maka akan jauh dalam dirinya dan selalu mendapatkan hidayah oleh-Nya.

Sehingga sudah jelas, manusia menanam kebaikan maka kebaikanlah yang akan mereka dapat dan keburukan yang mereka tanam, maka keburukanlah yang mereka peroleh dari perbuatannya.

26

Ahmad Izzuddin Al-Bayanuni, Kafir dan Indikasinya, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1989), hlm. 14

27