Sejarah perkembangan kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan Jawa Timur.

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana dalam Progam Strata Satu (S-1)

Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Oleh:

Roudlotul Immaroh

NIM: A02213085

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SUNAN AMPEL SURABAYA

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Sejarah Perkembangan Kesenian Tanjidor di Desa

Lembor Brondong Lamongan ini memfokuskan pembahasannya pada hal-hal sebagai

berikut: 1. Bagaimana keberadaan Desa Lembor Brondong Lamongan?, 2. Bagaimana

kesenian tanjidor di Desa Lembor Brondong lamongan?, 3. Bagaimana Sejarah

perkembangan kesenian tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan?.

Penelitian ini disusun dengan menggunakan pendekatan etnohistori yang

bertujuan untuk mendeskripsikan secara kronologis mengenai sejarah perkembangan

kesenian tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan. Adapun metode yang

digunakan pada penelitian ini ialah metode penelitian etnografi dan metode

etnohistori. Kedua metode ini digunakan untuk meninjau kejadian di masa sekarang

dan kejadian di masa lampau terkait dengan kesenian tanjidor, sehingga dapat

diketahui secara pasti bagaimana sejarah perkembangan kesenian tersebut.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.

Desa Lembor berada di wilayah Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan yang

seluruh masyarakatnya memeluk agama Islam dan selalu menjaga kerukunan

antarsesama. Desa ini juga masuk kategori daerah pesisir wetan dalam pembagian

regional kebudayaan Jawa Islam menurut Koentjaraningrat. 2. Kesenian tanjidor di

Desa Lembor Brondong Lamongan merupakan jenis kesenian tradisonal islami yang

mengedepankan rasa kebersamaan antarpemain dan menjungjung tinggi rasa

cinta-kasih terhadap Nabi Muhammad Saw. Terlihat dalam setiap pertunjukannya yang

mengandung makna ajakan untuk beramai-ramai bersholawat kepada Nabi

Muhammad Saw sebagai bukti kecintaannya. 3. Sejarah perkembangan kesenian

tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan dimulai sejak tahun 1952-2017. Pada

setiap perkembangannya selalu ditandai dengan pergantian periode kepengurusan atau

periode angkatan. Dari sinilah terbukti bahwa manusia memiliki peran penting dalam

tumbuh-kembang suatu kesenian.


(7)

ABSTRACT

The undergratuated thesis entitled History Development of Tanjidor Art in

Lembor Village Brondong Lamongan, focuses discussion on the following matters are:

1. What is the existence of Lembor Village Brondong Lamongan ?, 2. What is

tanjidor art in Lembor Village Brondong lamongan ?, 3. What is History of artistic

development Tanjidor in Lembor Village Brondong Lamongan ?.

This research was arranged using an ethnographical approach that goals to

describe about the development history of tanjidor art in Lembor Village Brondong

Lamongan. The method used in this research is the method of ethnographic research

and etnohistori method. Both methods are used to review current events and past

events related to tanjidor art. So it can be known exactly how the history of the

development of art.

From the results of research conducted, it can be concluded, that: 1. Lembor

Village is located in Brondong sub District, Lamongan Regency which all people

embraced Islam and always keep the harmony in others. Lembor also belong to

category of wetan coast areas in the regional division of Islam Javanese culture

according Koentjaraningrat. 2. The tanjidor art in Lembor Village Brondong

Lamongan is a type of traditional Islamic arts forwarding of togetherness between

actors to adoration the Prophet Muhammad. Seen from every show the meaning of

solicitation to the listeners doing sholawat to Prophet Muhammad as a proof of his

love. 3. History of tanjidor art development in Lembor Village Brondong Lamongan

started from 1952-2017. In every development is always marked by the change of

period stewardship or period of force. From here it is evidented that humans have an

important role in the growth and development of art.


(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang ... 1

B.

Rumusan Masalah ... 12

C.

Tujuan Penelitian ... 12

D.

Kegunaan Penelitian ... 13

E.

Pendekatan dan Kerangka Teori ... 14

F.

Penelitian Terdahulu ... 17

G.

Metode Penelitian ... 19

H.

Sistematika Bahasan ... 27

BAB II KEBERADAAN DESA LEMBOR BRONDONG LAMONGAN

A.

Sejarah Berdirinya Desa Lembor Brondong Lamongan ... 30


(9)

C.

Kondisi

Sosial-Budaya

Masyarakat

Desa

Lembor

Brondong

Lamongan ... 41

BAB III KESENIAN

TANJIDOR

DI

DESA

LEMBOR

BRONDONG

LAMONGAN

A.

Asal-Usul Kesenian Tanjidor di Indonesia ... 50

B.

Latar Belakang Berdirinya Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong

Lamongan ... 59

C.

Alat Musik dan Prosesi Pertunjukan Kesenian Tanjidor di Desa Lembor

Brondong Lamongan ... 64

BAB IV SEJARAH PERKEMBANGAN KESENIAN TANJIDOR DI DESA

LEMBOR BRONDONG LAMONGAN MULAI TAHUN 1952-2017

A.

Kesenian Tanjidor Periode I Tahun 1952-1975 ... 79

B.

Kesenian Tanjidor Periode II Tahun 1985-1995 ... 84

C.

Kesenian Tanjidor Periode III Tahun 1995-2007 ... 89

D.

Kesenian Tanjidor Periode IV Tahun 2007-2017 ... 94

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan ... 97

B.

Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Indonesia sering disebut sebagai negara yang

gemah ripah loh jinawi

atau dalam bahasa Indonesianya adalah kekayaan alam yang melimpah ruah.

1

Dilihat dari aspek geografisnya, negara Indonesia terbentang dari Sabang

sampai Merauke, dan tidak sedikit pula pulau yang ada di dalamnya. Mulai

dari beberapa pulau besar seperti Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, hingga

Irian Jaya. Tidak hanya itu saja, ribuan pulau kecil juga mengiringi alam

Indonesia.

2

Maka tidak heran bila kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

sangatlah besar dan banyak ragamnya, baik itu kekayaan alam hayati maupun

non hayati. Terbukti dengan banyaknya potensi yang dihasilkan oleh alam

Indonesia,

mulai

dari

pertanian,

perkebunan,

peternakan,

hingga

pertambangan.

Selain kekayaan alam yang dimiliki oleh negara ini, ternyata Indonesia

juga mempunyai beraneka ragam etnik, suku, ras, agama, hingga seni dan

budaya. Keberagaman budaya dan seni yang dimiliki oleh negara ini,

menjadikan negara Indonesia sebagai negara yang unik dan menarik.

Kebudayaan dan kesenian yang tumbuh dan berkembang di Indonesia adalah

merupakan kebudayaan dan kesenian yang memang lahir di Indonesia atau

1Hamidistc, “Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Kerto Raharjo”

, dalam

https://hamidistc.wordpress.com/2013/01/25/gemah-ripah-loh-jinawi-toto-tentrem-kerto-raharjo/ (16 Februari 2017)

2

Adi Sudirman, Sejarah Lengkap Indonesia: Dari Era Klasik Hingga Terkini (Jogjakarta: DIVA Press, 2014), 12.


(11)

hasil akulturasi dari luar yang dibawa oleh para terdahulu. Bangsa Indonesia

memiliki ciri dan corak tersendiri terkait dengan kebudayaan dan kesenian.

Dimana pada setiap kebudayaan dan kesenian satu, berbeda dengan yang

lainnya.

Kesenian merupakan unsur dari kebudayaan yang

universal

dan

dipandang dapat meningkatkan atau menonjolkan sifat dan mutu.

3

Kesenian

berasal dari kata seni yang bermakna karya, cipta, rasa, dan karsa manusia

untuk memberi rasa nikmat atau keindahan.

4

Menurut bahasa Indonesia, seni

berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti pemujaan, permintaan atau

pencarian dengan hormat dan jujur. Seni yang berasal dari kata

art

(Latin) dan

art

(Inggris) bermakna kemahiran. Pendapat lain juga menyatakan bahwa kata

seni berasal dari bahasa Belanda yaitu

Genie

, dalam bahasa Latinnya adalah

Genius

atau jenius berati kemampuan luar biasa yang dimiliki atau dibawa

seseorang sejak lahir.

5

Menurut Ki Hajar Dewantara, seni merupakan curahan

pengalaman dan perasaan batin manusia yang diungkapkan melalui media seni

dan memiliki unsur keindahan sehingga dapat menggerakkan jiwa dan

perasaan manusia.

6

Antara seni dan kesenian memiliki persamaan dan

keterkaitan tersendiri, seni adalah bagian dari kesenian, seni berada dalam

lingkup yang kecil dan kesenian itu sendiri berada dalam lingkup yang besar.

Seni mengungkapkan bermacam-macam parasaan, imajinasi, khayalan,

gambaran, naluri pikiran manusia yang semuanya berpusat pada nilai estetis di

3

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 202.

4

Joko Triprasetya, el al. Ilmu Budaya Dasar MKDM, cet 1 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), 93.

5

Diah Lathifah, Harry Sulastiana, Pendidikan Seni 1, cet 1 (Bandung: PT. Ganesa Exact, 1994), 8.

6Putrasena, “Seni dan Kesenian”, dalam http://blog.isi

-dps.ac.id/blog/seni-dan-kesenian/html (16 Februari 2017)


(12)

dalamnya. Seni lahir atas dorongan nilai keindahan yang tercurahkan terhadap

apa saja yang ada. Maka dari itu, seni mengungkapkan keluhuran dan

keindahan manusia, kelucuan, keanehan, kegembiraan, dan kekejaman.

Kesenian adalah dunia ide dan rasa yang berselimut estetika yang

manifestasinya disebut karya seni. Sedangkan mengenai bentuk dan isinya

tergantung pada jenis seninya, apakah seni tari, seni musik, seni teater, seni

rupa, seni sastra dan lain sebagainya. Seni tidak sama, tapi tidak seluruhnya

berbeda dengan sains dan teknologi, maka cipta dalam seni mengandung

pengertian keterpaduan antara kreativitas, penemuan dan motivasi yang sangat

dipengaruhi oleh rasa (emotion, feeling).

7

Selain itu seni merupakan bagian

hidup dari manusia, seni juga manifestasi dan refleksi daripada kehidupan

manusia itu sendiri.

Seni dalam Islam pun juga dianggap dapat meningkatkan derajat dan

kemulyaan manusia, bukan seni yang dapat menjerumuskan manusia dalam

kehinaan. Sebab Islam sendiri sebenarnya adalah agama yang realistis. Islam

memperhatikan tabiat dan kebutuhan manusia, baik itu yang bersifat jasmani,

rohani, akal dan perasaannya, yang semuanya itu sesuai dengan kebutuhan

manusia dalam batasan-batasan yang seimbang. Jika olah raga adalah

kebutuhan jasmani, beribadah sebagai kebutuhan rohani, ilmu pengetahuan

sebagai kebutuhan akal, maka seni merupakan kebutuhan rasa (intuisi). Oleh

karena itu, umat Islam juga tidak berbeda dengan umat lainnya yang hidup

dengan karunia akal budi dan perasaan. Sebab dengan kedua hal tersebut

setiap manusia mampu berfikir dan mersakan segala hal yang tertangkap oleh

7


(13)

panca indera, seta berkreasi dalam berbagai bentuk ciptaan dan penemuan,

baik yang non seni maupun yang bersifat seni. Dengan kata lain umat Islam

juga mempunyai hak dan posisi yang sama dengan umat lainnya dalam hal

seni dan berkesenian.

Hal ini sesuai dengan konsep ajaran Islam yang terdapat dalam

Al-Qur’an

surat An-Nahl ayat 78 yang memerintahkan manusia untuk

memanfaatkan faktor estetika yang telah dikaruniakan oleh Allah kepadanya.

Bahkan Allah SWT sendiri mengakui bagaimana peran sebuah hasil karya seni

seperti syair puisi dapat menjadikan sang penyairnya menjadi penghuni neraka

ataupun penghuni surga. Demikian pentingnya kedudukan seni serta seniman

itu sendiri dalam merubah dan menciptakan sebuah kebudayaan, hingga Allah

SWT mencantumkan nama salah satu surat dalam Al-

Qur’an dengan jenis

profesi kesenimanan, yaitu Al-Quran Surat As-

Syu’Ara yang artinya adalah

Para Penyair.

8

Selain itu masih ada lagi faktor yang menjadikan kedudukan kesenian

semakin penting bagi kehidupan manusia, khususnya umat Islam. Seperti

halnya seni sebagai media dakwah atau proses penyampaian suatu pesan religi,

seni sebagai proses untuk memenuhi panggilan kepada yang lebih

menghidupkan manusia, seni sebagai media untuk mensyukuri nikmat dan

kebesaran Allah baik yang terdapat di alam semesta maupun yang terdapat

pada kreasi manusianya, dan juga seni sebagai kegiatan penyeimbangan antara

badan dan jiwa manusia yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan.

9

Maka

8Lintas Gayo, “(Resensi Buku) Dalil

-Dalil Seni-Budaya Dalam Islam”, dalam

http://lintasgayo.co/2014/05/18/resensi-buku-dalil-dalil-seni-budaya-dalam-islam (4 Maret 2017)

9


(14)

dari sinilah dapat disimpulkan bahwa berkreasi seni adalah merupakan

jawaban positif terhadap panggilan yang lebih menghidupkan.

Seni memiliki banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia di

berbagai aspeknya. Seperti halnya:

1.

Seni dapat dipandang sebagai pesan religi atau keagamaan. Contohnya :

kaligrafi, busana muslim/muslimah, peralatan keagamaan dan lagu-lagu

kerohanian. Seni juga sering digunakan untuk sebuah upacara keagamaan,

kelahiran, kematian, pernikahan dan lain sebagainya, contohnya :

pertunjukan wayang dalam upacara keagamaan atau pernikahan.

2.

Seni sebagai media pendidikan dan pengajaran. Dapat dilihat dalam

pendidikan kesenian atau pendidikan musik, misalkan Ansambel atau

Angklung dan gamelan. Selain itu seni juga kerap digunakan dalam proses

pembelajaran misalnya pada perlatan dan perlengkapan sekolah anak,

buku bergambar dan lain sebagainya.

3.

Seni dan kesenian juga menjadi media pemersatu yang bernilai sosial dan

kerjasama. Misalnya saja dalam pagelaran musik atau teater yang

didalamnya terdapat sistem kerjasama, interaksi dan hal-hal yang bersifat

sosial lainnya. Baik itu bagi si pelaku maupun para pendukung kegiatan

tersebut.

4.

Seni dapat digunakan sebagai alat komunikasi seperti, kritik sosial,

gagasan, kebijakan, dan memperkenalkan produk kepada masyarakat. Bisa

dilihat dalam pagelaran wayang kulit, wayang orang dan seni teater

ataupun poster, drama komedi dan reklame, yang semuanya mengandung

unsur komunikasi dan penyampaian gagasan di dalamnya.


(15)

5.

Seni sebagai sarana melepas kejenuhan atau mengurangi kesedihan.

Seperti melihat pertunjukan atau turut terjun dalam suatu pertunjukan

untuk berekspresi ataupun menghibur seseorang.

6.

Seni sebagai media ekspresi seniman dalam menyajikan karyanya baik

untuk hal yang komersial maupun tidak, seperti : musik kontemporer, tari

kontemporer, dan seni rupa kontemporer. Selain itu seni bagi para seniman

juga sebagai pertunjukan yang tidak bisa dinikmati pendengar/pengunjung

lain, karena hanya bisa dinikmati oleh para seniman dan komunitasnya

saja. Kebanyakan para seniman menciptakan sebuah karya seni tanpa

memperhitungkan kegunaannya, sebab bagi mereka seni hanya digunakan

sebagai media ekspresi diri.

10

7.

Seni sebagai media perniagaan. Sebab dalam proses penciptaannya

seorang seniman memang memberikan pengecualian terhadapnya, selain

sebagai media ekspresi juga memasukan pertimbangan dalam aspek

kegunaannya, seperti : perlengkapan/peralatan rumah tangga dan lain-lain.

8.

Seni untuk kesehatan, seperti pengobatan menggunakan metode yang

dinamakan sound healing atau al-

„ilāj bi al

-

awt atau terapi suara.

Umumnya pengobatan ini sering menggunakan suara sebagai media

terapinya, berbagai macam suara digunakan baik itu berupa nyanyian,

instrumen musik ataupun suara dari para pasien itu sendiri. Alfred Tomatis,

seorang dokter perancis mengemukakan bahwa indera pendengaran adalah

indera yang paling penting diantara indera manusia lainnya. Sebab saraf

pendengaran dapat berkomunikasi dengan semua otot dalam tubuh

10

Widagdo, “Manfaat Seni”, dalam https://Guruseni.Wordpress.Com/2010/07/20/Manfaat-Seni/ (28 Februari 2017)


(16)

sehingga memunculkan keseimbangan tubuh, fleksibilitas dan kemampuan

penglihatan. Selain itu Fabien Maman, seorang peneliti sekaigus musisi

menyatakan bahwa setiap not skala musik dapat mempengaruhi medan

elektromagnetik sel dalam tubuh. Hal ini terbukti ketika ia melakukan

suatu penelitian dengan meletakkan sel-sel darah dari tubuh seseorang dan

menghadapkannya pada berbagai macam suara.

11

Berbicara tentang kesenian, tentu tidak akan lepas dari sejarah dan

perkembangannya. Di Indonesia seni ditata dalam tiga lingkungan yang

tumpang tindih dan diatur dalam zaman-zaman sejarah Indonesia secara

kronologis.

Lingkungan pertama sering disebut „Warisan’, meliputi ciptaan

-ciptaan seni dari Masa Prasejarah Indonesia dan sejarah kuno yang

dilestarikan. Seperi batu, baik bergambar maupun berbentuk (patung, lukisan

pada dinding kuburan maupun benda-benda prasejarah, peralatan rumah

tangga dan pemujaan), logam, perunggu (pedang, gendang), kayu (patung dan

peralatan rumah tangga) dan seringkali tanah liat atau bahan-bahan yang tahan

lama.

Lingkungan kedua disebut dengan „Tradisi

-

Tradisi Yang Hidup’,

meliputi seni rupa, seni tari, pertunjukan (wayang kulit, drama klasik, teater

boneka kayu, serta wayang topeng), dan lain sebagainya. Umumnya, tradisi

yang hidup ini berasal dari wilayah-wilayah Indonesia yang bukan Islam

(seperti Jawa dan Bali), yang konsepsi-konsepsi bentuk dan isinya diabadikan,

walaupun kerap diterapkan pada medium yang baru. Lingkungan ketiga

meliputi „Seni Modern’ yang kontemporer, yaitu sebuah fenomena urban yang

telah berkembang terutama di Jawa. Manifestasinya berpisah tetapi hadir

11

Ahmad Zuhdi, Terapi Qur’ani; Tinjauan Historis, Al-Qur’an-Al-Hadis Dan Sians Modern (Surabaya: Imtiyaz, 2015), 285-286.


(17)

bersama dengan bentuk-bentuk tradisi yang vital seperti halnya pada seni lukis,

patung, kesusastraan modern, panggung dan layar, serta tari.

12

Sejarah perkembangan kesenian di Indonesia, dibagi menjadi lima

periode menurut Claire Holt. Pertama ialah masa Prasejarah, dilanjut dengan

masa Hindu-Budha (awal abad ke 1-16), Islam (abad ke 7-8), Kolonial (abad

ke 16 sampai dengan 1945), kemudian masa Kemerdekaan.

13

Ada pula yang

menyatakan bahwa perkembangan seni di Indonesia terbagi menjadi beberapa

periode, diantaranya adalah zaman prasejarah atau primitif, zaman klasik,

zaman tradisional, zaman modern, dan zaman kontemporer. Seperti yang

sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa seni yang tumbuh dan berkembang di

Indonesia merupakan perpaduan antara seni asli Indonesia dengan seni yang

dibawa oleh para pendatang terdahulu. Begitu juga yang terjadi dengan seni

Islam di Indonesia, yang awalnya dibawa oleh para pedagang islam terdahulu

yang datang ke Indonesia dan lambat laun mulai berkembang serta memiliki

tempat tersendiri bagi masyarakat Indonesia.

Dalam perkembanganya, kesenian Islam yang ada di Indonesia juga

mengalami proses penyesuaian atau pencampuran dengan kesenian setempat

yang sudah ada jauh sebelum kedatangan Islam. Umumnya, kesenian Islam

Indonesia di bawa oleh para pedagang Islam yang datang ke Indonesia sejak

abad ke 7-8 M.

14

Para pedagang tersebut berasal dari Arab, Gujarat dan India,

yang kemudian membangun permukiman di sepanjang pantai Timur Sumatera

12

Claire Holt, Melacak Jejak Perkembangan Seni Di Indonesia, terj Art in Indonesia; Continuities and

Change (Bandung: Arti.line untuk MSPI (Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia), 2000), XXIX-XXX.

13

Ibid.

14Espada, “Perkembangan Seni Budaya Islam di Indonesia”, dalam

https://tenscience2history.sordpress.com/2014/05/19/Perkembangan-seni-budaya-Islam-di-Indonesia/html (15 Maret 2017)


(18)

dan Aceh. Selanjutnya berkembang dan menyebar secara bertahap melalui

kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Dan dengan hadirnya kesenian Islam di

Indonesia, menambah keragaman budaya dan seni yang dimiliki negara ini.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa kesenian

memiliki fase atau masa yang berbeda. Namun, dari fase atau masa yang

berbeda itulah menjadikan kesenian terus berkembang seiring dengan

perubahan dan perkembangan zaman. Inilah yang menjadi salah satu faktor

kenapa

dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengangkat judul „Sejarah

Perkembangan Kesenian Tanji

dor di Desa Lembor Brondong Lamongan’

.

Karena selain sebagai media untuk mengungkapkan berbagai hal yang terkait

dengan kesenian tanjidor tersebut. Penulis juga berusaha untuk memahami

suatu kesenian dengan meninjau dari sisi sejarahnya.

Kehadiran kesenian tanjidor di Indonesia sudah terbilang cukup lama,

apalagi jika melihat sejarah lahirnya kesenian ini yang dianggap sebagai

kesenian yang lahir pada masa penjajahan Hindia-Belanda di Indonesia.

Dahulu kesenian ini dimainkan oleh para budak asal Indonesia yang bekerja

sebagai pemain musik untuk pejabat-pejabat tinggi pemerintah

Hindia-Belanda. Setelah sistem perbudakan dihapuskan, mereka kembali memainkan

kesenian ini sebagai pemain musik bayaran yang lambat laut berkembang

hingga menjadi kesenian tanjidor seperti saat ini. Oleh karena itu genre

musiknyapun kerap menggunakan instrument musik Eropa. Menurut


(19)

ensiklopedi, tanjidor sendiri berarti kelompok pemusik yang memainkan

alat-alat musik berdawai.

15

Berbeda dengan pengertian tanjidor pada umumnya, kesenian tanjidor

di desa Lembor Brondong Lamongan lebih cenderung pada permainan musik

tabuh yang alat musik utamanya sejenis bedug namun lebih kecil atau sering

dikenal dengan alat musik jedor. Di desa Lembor jedor merupakan sebutan

dari alat musik sejenis gendang atau bedug yang biasanya dimainkan dengan

cara dipukul atau ditabuh dengan menggunakan alat tabuh sejenis kayu. Kata

Jedor ini, muncul sebagai wujud dari bunyi alat musik yang berbentuk

menyerupai gendang atau bedug tersebut yang ketika dipukul berbunyi

jedor-jedor

16

atau mirip seperti bunyi bedug. Hal ini juga yang membuat beberapa

kesenian dengan alat musik utamanya jedor disebut dengan kesenian tanjidor.

Seperti halnya pada kesenian jedor didesa Lembor yang dijuluki dengan „Seni

Tradisional Tanjidor Desa Lembor Brondong Lamongan’.

Keberadaan kesenian tanjidor di desa Lembor Brondong Lamongan ini

sudah terbilang cukup lama, mulai dari tahun 1952 kesenian ini muncul dan

terus berkembang hingga saat ini. Penggagas kesenian ini ialah

bapak Mu’in

,

Kaslan, Mutasam, Soen’an, dan Ma’

sum, dan diantara kelima penggagas di

atas bapak Mu’in yang pada saat itu

menjabat sebagai seorang carik sangat

berperan penting dalam proses tumbuh kembangnya kesenian tersebut. Sebab

selain sebagai salah satu pelopor kesenian tanjidor di desa Lembor Brondong

15

Beawiharta, Thomas B. Ataladjar, “Tanjidor”, dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 16 (Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1991), 82.

16Kasti’an, Wawancara


(20)

Lamongan, Carik Mu’in juga

merupakan pembuat alat musik jedor untuk

pertama kalinya.

Kesenian tanjidor mulai hadir di Desa Lembor Brondong Lamongan

berawal dari rasa keingintahuan sebagian masyarakat desa tentang kesenian

pencak silat yang pada pertunjukannya sering ditampilkan bebarengan dengan

kesenian tanjidor. Di samping itu tidak adanya kesenian yang dimiliki oleh

desa Lembor saat itu, membuat

Carik Mu’in mengajak warga desa untuk

belajar dan berguru tentang kesenian tersebut di daerah Ujung Pangkah Gresik.

Pada saat itu Ujung Pangkah merupakan daerah yang terkenal dengan

kesenian jedor serta kepiawaiannya dalam memainkan kesenian ini.

17

Meski

belajar dari daerah tersebut, tetap saja hal itu tidak membuat kesenian tanjidor

yang ada di desa Lembor menjadi sama persis dengan kesenian tanjidor yang

ada di Ujung Pangkah Gresik. Terbukti dengan adanya penambahan tokoh

Weden

atau

Gendruwon

18

yang disajikan pada saat pertujukan kesenian

tanjidor saja (perayaan Agustusan).

19

Sama halnya dengan kesenian tanjidor di desa-desa lain, tanjidor di

desa ini juga menggunakan beberapa alat musik pendukung lainnya seperti

gendang, rebana, kadang juga dikolaborasikan dengan gong dan gamelan.

Biasanya kesenian ini kerap ditampilkan saat perayaan Agustusan, nikahan,

khitanan dan perayaan-perayaan lainnya. Para pemain kesenian ini akan

memainkan berbagai pertunjukan yang disesuaikan dengan kondisi acaranya.

17

Kaslan, Wawancara, Lembor, 28 Februari 2017.

18

Weden atau Gendruwon : sebutan untuk seorang tokoh yang ada pada kesenian jedor yang berasal dari kata Wedi (bahasa Indonesia : takut) atau Genderuwo : makhluk ghoib yang biasanya menakut-nakuti manusia dan berwujud buruk rupa (dalam cerita rakyat). Suraji, Wawancara, Lembor, 26 Januari 2017.

19


(21)

Semisal saja pada acara nikahan atau khitanan, umumnya kesenian tanjidor

akan diundang guna memeriahkan acara tersebut dengan membawakan iringan

musik beserta sholawat dan tembang Jawa yang berisi petuah ataupun

pengetahuan.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat ditarik beberapa rumusan

masalah agar penelitian ini lebih mengarah dan akurat, adapun beberapa

permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1.

Bagaimana keberadaan desa Lembor Brondong Lamongan?

2.

Bagaimana kesenian tanjidor di desa Lembor Brondong Lamongan?

3.

Bagaimana sejarah perkembangan kesenian tanjidor di desa Lembor

Brondong Lamongan?

C.

Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini tentunya peneliti mempunyai maksud dan tujuan

yang diharapkan, adapun tujuan penelian ini adalah sebagai berikut:

1.

Untuk mengetahui keberadaan desa Lembor Brondong Lamongan.

2.

Untuk mengetahui kesenian tanjidor di desa Lembor Brondong Lamongan.

3.

Untuk mengetahui sejarah perkembangan kesenian tanjidor di desa


(22)

D.

Kegunaan Penelitian

Dari setiap hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat

memberikan manfaat dan kegunaan yang baik di masa mendatang. Baik itu

bagi objek yang diteliti, ataupun pelaku penelitian khususnya, maupun juga

bagi seluruh kompenen yang bersangkutan. Adapun manfaat dan kegunaan

yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Sisi keilmuan akademik

a.

Diharapkan agar hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi

intelektual muda dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya

tentang sejarah kesenian Islam dalam bentuk yang lebih baik lagi.

b.

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi perbandingan bagi

pihak yang ingin mengkaji atau meneliti serta mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya tentang sejarah kesenian.

c.

Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memperkuat teori yang

berkaitan dengan ilmu pengetahuan khususnya dibidang sejarah

kesenian.

d.

Diharapkan pula dapat menjadi sumber pengetahuan di bidang sejarah

kesenian.

e.

Serta, sebagai bahan dokumen untuk penelitian lebih lanjut, dan untuk

menambah literatur bahan pustaka khususnya di perpustakaan UIN

Sunan Ampel Surabaya. Tidak lupa juga sebagai kelengkapan dalam

persyaratan untuk memperoleh gelar S-1 di Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya.


(23)

a.

Diharapkan agar penelitian ini dapat disumbangkan sebagai sarana

untuk memajukan dan membangun Indonesia semakin baik di

kedepannya, khususnya di bidang kesenian.

b.

Dapat menjadi masukan bagi masyarakat yang mencintai kesenian,

khususnya kesenian Islam Indonesia.

E.

Pendekatan dan Kerangka Teori

Dalam suatu penelitian sejarah, pendekatan merupakan tahapan yang

harus dilakukan atau di masukkan dalam penelitian. Sebab dengan

menggunakan pendekatan, penelitian sejarah dapat menjelaskan berbagai hal

dari berbagai segi. Baik dari segi mana suatu kajian sejarah akan dilakukan,

ataupun dari segi yang lainnya. Deskripsi dan rekonstruksi yang diperoleh

akan banyak ditentukan oleh jenis pendekatan yang digunakan. Oleh karena

itu ilmu sejarah banyak menggunakan berbagai bidang dalam disiplin ilmu

untuk menunjang studi dan penelitiannya. Dalam ilmu sejarah hal ini sudah

diperkenalkan sejak awal dan disebut sebagai ilmu bantu sejarah.

20

Begitu juga dengan kerangka teori yang sangat dibutuhkan dalam

penelitian sejarah. Sebab dalam penelitian sejarah tidak bisa lepas dari

penggunaan suatu teori sebagai kerangka berfikir dan analisis guna membedah

fenomena di dalamnya. Hal ini bertujuan supaya kerangka teori dapat menjadi

panduan atau rambu agar pemikiran yang dicurahkan dalam suatu penelitian

sejarah memiliki tujuan yang jelas dan terarah, serta tidak menyimpang dan

melebar ke dalam ranah yang tidak jelas. Teori adalah kreasi intelektual, yang

20Bina Syifa, “Pendekatan Metode Penelitian Sejarah”, dalam


(24)

menjelaskan beberapa fakta yang telah diteliti dan diambil prinsip umumnya.

Menurut Poerwadarminta, teori adalah asas-asas dan hukum-hukum umum

yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan.

21

Dalam penulisan skripsi yang berjudul „Sejarah Perkembangan

Kesenian Tanji

dor di Desa Lembor Brondong Lamongan’

ini, penulis

menggunakan

pendekatan

etnohistori

sebagai

alat

bantu

dalam

mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan sejarah perkembangan

kesenian tersebut. Pendekatan etnohistori berawal dari ide yang

mengintegrasikan antara pendekatan etnografi (dalam antropologi) dan

pendekatan historiografi (dalam ilmu sejarah). Dimana dalam penggabungan

dua pendekatan tersebut menghsilkan satu pendekatan baru yang disebut

dengan pendekatan etnohistori.

22

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk

meninjau sejarah peradaban manusia dari segi yang berbeda.

Perbedaan pendekatan etnohistori dengan pendekatan lainnya jelas

terlihat pada penyajian hasil penelitiannya. Pada penelitian yang menggunakan

pendekatan etnohistori lebih bersifat mengumpulkan sekaligus menciptakan

data melalui pembacaan terhadap beberapa sumber yang berkaitan langsung

dengan objek yang diteliti. Sumber-sumber tersebut bisa berupa cerita rakyat,

tradisi lokal, sejarah lisan, musik, karya sastra, bahasa, material arkeologi,

dokumen atau arsip, biografi, buku harian, hasil wawancara, serta

sumber-sumber lain yang dapat membantu. Dengan menggunakan beberapa sumber-sumber

diatas sebagai media pengumpulan data, diharapkan agar para sejarawan dan

21

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), 1054.

22Ahmad Nashih Luthfi, et al., “Etnohistori”, dalam


(25)

antropolog dapat menafsirkan dengan jelas dan pasti, tanpa ada unsur

kepemihakan terkait dengan hasil penelitiannya.

23

Pada penelitian sejarah yang menggunakan pendekatan etnohistori juga

menawarkan jenis-jenis teori sejarah yang berbeda dari biasanya. Sebab pada

penelitian yang menggunakan pendekatan ini, percaya bahwa peristiwa sejarah

ditentukan oleh budaya, dan perubahan budaya juga ditentukan oleh sejarah.

Artinya keduanya saling berkaitan antara satu sama lainnya, yang pada

akhirnya membentuk sebuah proses transformasi.

24

Kemudian penerapan pendekatan etnohistori dalam penelian ini ialah

bertujuan untuk mengungkapkan atau mendeskripsikan secara kronologis

mengenai sejarah perkembangan kesenian tanjidor di Desa Lembor Brondong

Lamongan. Mulai dari latar belakang berdirinya, faktor-faktor yang

mempengaruhi proses berdirinya, serta hal-hal yang berkaitan dengan sejarah

kesenian tersebut, hingga perkembangannya sampai saat ini.

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

continuity and change

. Menurut Nur Syam, teori

continuity and change

adalah

teori yang mencoba melihat fenomena gerakan yang terjadi sebagai sebuah

kesinambungan dan perubahan terutama dalam sejarah Islam.

25

Dalam praktek

penelitian mengenai sejarah perkembangan kesenian tanjidor di Desa Lembor

Brondong Lamongan, teori kesinambungan dan perubahan yang digunakan

dapat dijadikan sebagai kerangka berfikir untuk memahami suatu kejadian

yang mempengaruhi perkembangan kesenian tersebut. Selain itu, teori ini juga

23

Ibid.

24

Ibid.

25


(26)

diharapkan mampu mengarahkan pembahasan yang ada pada penelitian ini.

Karena dalam penelitian ini penulis berusaha mengungkapkan kejadian yang

saling berkaitan antara masyarakat dengan kesenian tanjidor di desa Lembor

Brondong Lamongan. Kemudian dari keterkaitan itulah yang akan menjadikan

suatu perubahan bagi kesenian tersebut ataupun bagi masayarakat setempat.

Salah satu contoh bukti adanya kesinambungan dan perubahan yang

terjadi antara masyarakat Desa Lembor dengan kesenian tanjidor di Desa

Lembor ialah adanya perubahan ataupun penambahan pada prosesi

pertunjukan kesenian tanjidor, baik berupa alat musik, ataupun proses

penyajian dalam pertunjukannya. Hal ini disebabkan karena terjadinya

hubungan antara manusia yang sebagai pelaku kesenian dengan kesenian

tanjidor itu sendiri. Kemudian bagi kehidupan masyarakatnya sendiri ialah,

berubahnya perilaku hidup ataupun prilaku sosial baik personal maupun

kelompok menjadi pribadi yang memiliki jiwa sosial tinggi. Namun selain itu

masih ada hal yang tetap sama dalam diri masyarakat Desa Lembor, yaitu

masih tertanamnya rasa cinta terhadap Nabi Muhammad Saw.

F.

Penelitian Terdahulu

Kesenian Tanjidor merupakan suatu kajian yang menarik untuk

dibahas dalam penelitian sejarah Islam, sebab dalam kesenian ini juga

terkandung unsur-unsur Islam yang mendidik. Seperti halnya dengan

penelitian yang

judul “Sejarah Perkembangan Kesenian

Tanjidor di Desa

Lemb

or Brondong Lamongan” yang mencoba untuk menjelaskan dan

memaparkan betapa menariknya kesenian tersebut baik ditinjau dari segi


(27)

sejarah, pengetahuan kesenian maupun pengetahuan Islam. Adapun beberapa

penelitian terdahulu yang terkait dengan kesenian diatas adalah sebagai

berikut:

1.

Kesenian Jaran Jenggo di Desa Solokuro Kabupaten Lamongan. Ditulis

oleh Ismawati, Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2014. Dalam

skripsi ini membahas tentang sejarah dan hal-hal yang terkait dengan

kesenian jaran jenggo.

2.

Sejarah Pertunjukan Wayang Kulit; Studi Tentang Fungsi Seni dalam

Penyebaran Islam di Jawa Timur. Ditulis oleh Abdul Zaim, Sejarah

Peradaban Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel tahun 2011.

Dalam skripsi ini membahas tentang seni pertunjukan wayang kulit terkait

dengan fungsi seni dalam penyebaran Islam di Jawa Timur.

3.

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Kesenian Wayang Kulit di Desa

Karangrejo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan. Ditulis oleh

Istiqomah, Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2006. Dalam

skripsi tersebut membahas bagaimana sejarah pertumbuhan dan

perkembagan kesenian wayang kulit tersebut.

4.

Perkembangan Kesenian Tari Muang Sangkal di Kabupaten Sumenep

(Studi Tentang Nilai-nilai Islam dalam Seni Tari). Ditulis oleh Suhaira,

Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas

Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2007. Didalamnya membahas


(28)

tentang perkembangan kesenian tari tersebut serta nialai-nilai Islam yang

terkandung dalam seni tari tersebut.

5.

Periodisasi Sejarah Seni di Indonesia yang ditulis oleh Claire Holt dalam

bukunya Melacak Jejak Perkembangan Seni Di Indonesia, terj Art in

Indonesia; Continuities and Change, 2000.

6.

Tanjidor Sebagai Kebudayaan Orang Portugis yang menetap di Indonesia

ditulis oleh Paramita R. Abdurachman Bunga dalam bukunya Angin

Portugis Di Nusantara; Jejak-Jejak Kebudayaan Portugis Di Indonesia,

2008.

G.

Metode Penelitian

Pada penelitian seajarah kualitaif ini, penulis menggunakan metode

etnografi dan etnohistori untuk membantu kelangsungan penelitian. Kedua

metode ini digunakan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan

kesenian tanjidor baik di masa lalu maupun dimasa sekarang. Sehingga

penulis dapat dengan mudah menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

Sejarah Perkembangan Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong

Lamongan ini. Metode pertama yang digunakan dalam penelitian ini ialah

metode etnografi yaitu suatu aturan dan prinsip-prinsip yang sistematis dalam

mengumpulkan sumber-sumber secara efektif, dengan tujuan untuk

memahami makna tindakan dari kejadian yang sedang menimpa suatu

kelompok. Biasanya dalam metode ini menggunakan media observasi dan

wawancara dalam proses pengumpulan data atau sumbernya.

26

26


(29)

Sedangkan metode kedua ialah metode etnohistori. Etnohistori sendiri

ialah studi mengenai kebudayaan baru yang sudah lewat berdasarkan

cerita-cerita yang ditinggalkan oleh para penjelajah benua, misionaris, serta

pedagang, dengan menganalisis dokumen-dokumen seperti yang berhubungan

dengan arsip dan lain-lain.

27

Metode ini merupakan penggabungan antara

metode etnografi (dalam ilmu antropologi) dengan metode historiografi

(dalam ilmu sejarah). Di mana dalam metode etnografi sendiri lebih mengarah

pada penelitian terkait dengan kehidupan suatu masyarakat atau dengan kata

lain penelitian tentang pola kebudayaan manusia. Berbeda dengan metode

histeriografi atau metode histori merupakan metode atau tahapan-tahapan

penelitian yang dilakukan untuk merekonstruksi kejadian atau peristiwa di

masa lampau melalui jejak-jejak yang ditinggalkan, jejak-jejak tersebut sering

disebut dengan sumber sejarah. Dalam penelitian sejarah, metode ini

digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian yang sistematis dan objektif

dengan mengumpulkan, menilai, memeriksa dan mensintesiskan bukti sejarah

untuk menetapkan fakta dan mencapai kesimpulan yang dapat dipertahankan

(seringkali dalam hubungan hipotesis tertentu).

Adapun terkait dengan penelitian ini, maka penerapan dari kedua

metode tersebut adalah sebagai berikut:

1.

Metode etnografi, digunakan untuk meninjau secara langsung kejadian

yang sedang terjadi pada kesenian tanjidor di Desa Lembor Brondong

Lamongan saat ini. Dengan demikian maka penulis dapat mendeskripsikan

bagaimana perkembangan kesenian tersebut dengan mudah. Karena dalam

27


(30)

jenis penelitian ini lebih metinik beratkan pada kondisi atau kejadian yang

sedang terjadi di lingkungan masyarakat atau lapangan penelitian. Oleh

sebab itu untuk menyelesaikan dan memperoleh data terkait dengan

penelitian tersebut penulis menggunakan dua tahapan atau langkah yang

biasa digunakan dalam penelitian etnografi. Adapun kedua langkah

tersebut ialah:

a.

Observasi atau pengamatan, merupakan proses pencarian data atau

sumber yang diperoleh melalui pengamatan inderawi. Dalam hal ini

proses pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat semua

gejala-gejala, fenomena atau kejadian pada objek penelitian secara

langsung dilapangan.

28

Dalam prakteknya, penulis melakukan

observasi atau pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui

kejadian, fenomena atau gejala yang ada sehingga dapat

mempengaruhi perkembangan kesenian tanjidor di desa Lembor

Brondong Lamongan.

b.

Wawancara, merupakan proses pencarian sumber atau data yang

diperoleh dari pitutur lisan, tanya jawab atau interview kepada

responden secara langsung atau tatap muka.

29

Terkait dengan hal ini,

biasanya para peneliti kerap melakukan stenografi, rekaman audio,

rekaman video, atau catatan tertulis sebagai media pengumpulan data.

Dalam prakteknya penulis melakukan wawancara terhadap pelaku

kesenian, baik salah satu tokoh penggagas kesenian tanjidor sendiri

28

Rendy Wirajuniarta, “Metode Etnografi”, dalam

http://rendywirajuniarta.blogspot.co.id/2010/06/metode-etnografi_15.html (12 April 2017)

29


(31)

atau para pemain kesenian saat ini. Selain itu penulis juga melakukan

wawancara terhadap masyarakat setempat sebagai salah satu media

untuk menguatkan data terkait dengan sejarah perkembangan kesenian

tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan.

2.

Metode etnohistori, digunakan untuk meninjau kejadian atau kondisi

kesenian tanjidor di masa lampau guna mengungkapkan sejarah kesenian

tanjidor di desa Lembor Brondong Lamongan melalui jejak-jejak

peninggalan dan sumber-sumber sejarah yang bersangkutan. Pada jenis

penelitian ini sumber-sumber yang biasanya digunakan seperti sumber

benda, sumber lisan dan sumber tulisan. Adapun langkah-langkah untuk

memperoleh sumber-sumber tersebut penulis menggunakan tahapan atau

langkah-langkah yang biasa digunakan dalam penelitian sejarah,

30

seperti:

a.

Heuristik (pengumpulan data atau sumber)

Suatu proses yang dilakukan oleh para peneliti untuk

mengumpulkan sumber-sumber, data-data, atau jejak sejarah. Karena

dalam penelitian sejarah, sumber merupakan hal yang paling utama

yang akan menentukan bagaimana aktualitas masa lalu manusia bisa

dipahami oleh orang lain.

31

Dalam pencarian sumber dan pengumpulan

data, penulis memperoleh sumber primer dan skunder melalui

berberapa proses atau cara, seperti melakukan studi kepustakaan,

dokumenter, dan dokumentasi.

30

Hasan Utsman, Metode Penelitian Sejarah, terj Minhaj Al-Bahtsi Al-Tarikhi (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana Dan Sarana PTA/IAIN, 1986), 16.

31


(32)

1)

Studi Kepustakaan merupakan suatu proses pencariaan data atau

sumber yang diperoleh dari dokumen atau hasil penelitian

terdahulu dan berbagai buku-buku atau karya tulis ilmiah yang

berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

32

Dalam

prakteknya penulis melakukan pencarian data atau sumber dari

beberapa buku atau karya tulis yang terkait dengan kesenian

tanjidor.

2)

Dokumenter adalah proses pencarian sumber yang didapat dari

hasil laporan tertulis suatu peristiwa yang isinya terdiri dari

berbagai penjelasan dan pemikiran mengenai peristiwa tersebut

yang sengaja ditulis sebagai data atau bukti tertulis. Dokumen

dalam arti umum juga menunjukkan semua manuskrip yang

mengandung data sejarah tidak terbatas pada tulisan di atas kertas

saja, tetapi juga berupa tulisan-tulisan resmi atau semi resmi seperti

beberapa keputusan; perjanjian; persetujuan; korespondensi politik;

tulisan-tulisan yang menyinggung masalah ekonomi, adat

kebiasaan norma-norma dan tradisi rakyat; arsip dan lain

sebagainya.

33

Dalam prakteknya penulis menggunakan surat

keputusan dari pemerintah setempat, yang menyatakan bahwa seni

tradisional tanjidor desa Lembor Brondong Lamongan telah diakui

oleh pemerintah kota setempat sebagai kesenian milik desa Lembor.

32

James Danandjaja, Antropologi Psikologi; Teori, Metode dan Sejarah Perkembangannya, cet 2. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1994), 102.

33


(33)

Bahkan sudah dibentuk sistem kepengurusan kesenian tanjidor di

desa Lembor Brondong Lamongan.

3)

Dokumentasi adalah proses pencarian sumber yang didapat dari

pengumpulan informasi dalam bidang pengetahuan yang terkait

dengan pembahasan dalam suatu penelitian. Dalam hal ini, sumber

atau data dapat dikumpulkan dalam bentuk foto atau gambar,

kutipan koran atau bahan referensi yang lain. Di sini penulis

menggunakan media gambar atau foto saat prosesi pertunjukan

kesenian tanjidor desa Lembor Brondong Lamongan untuk

membantu medeskripsikan bagaimana prosesi pertunjukan tersebut

berlangsung.

Kemudian di antara sumber atau data yang didapat dari

penilitian di atas adalah sebagai berikut:

a)

Sumber Primer adalah sumber yang berkaitan langsung dengan

peristiwa yang akan diteliti dan waktu pembuatannyapun tidak jauh

dari waktu peristiwa itu terjadi.

34

Ada juga yang menyatakan

bahwa sumber primer adalah sumber yang diperoleh dari seorang

saksi yang melihat dengan mata kepalanya sendiri atau saksi

dengan bantuan panca indera lain seperti alat mekanis yang hadir

pada peristiwa yang sedang diceritakannya.

35

Dalam penelitian ini

sumber primer yang diperoleh berupa keterangan atau penjelasan

34

Andri Pradinata, “Metode Penelitian Sejarah (Metode Sejarah)”, dalam

http://andripradinata.blogspot.co.id/2013/02/metode-penelitian-sejarah-metode-sejarah.html (15 Maret 2017)

35

Gooyaabi Templates, “Perbedaan Sumber Primer dan Sumber Sekunder Dalam Sejarah” dalam https://arismunandar150797.blogspot.co.id/2015/12/perbedaan-sumber-primer-dan-sumber.html (15 Maret 2017)


(34)

dari salah satu pelopor kesenian tanjidor di desa Lembor Brondong

Lamongan. Selain itu juga ada sumber benda berupa alat musik

kesenian tanjidor seperti jedor dan gendang yang merupakan alat

musik pertama dan masih digunakan hingga sekarang.

b)

Sumber Skunder adalah sumber yang diperoleh dari orang kedua

seperti pendengar cerita dari saksi peristiwa tanpa melihat langsung

kejadiannya atau sumber-sumber lain yang berhubungan namun

pembuatannya jauh dari waktu terjadinya peristiwa.

36

Dalam

penelitian ini sumber skunder yang di dapat berupa surat keputusan

dari pemerintah dan keterangan atau penjelasan dari para pemain

kesenian tanjidor di desa Lembor Brondong Lamongan saat ini.

Ditambah dengan beberapa sumber tertulis berupa buku-buku yang

berkaitan dengan kesenian tanjidor.

b.

Kritik Sumber atau Verifikasi

Suatu kegiatan meneliti atau menilai sumber-sumber yang

didapat untuk memperoleh kejelasan apakah sumber tersebut kredibel

(valid/terbukti) atau tidak, dan apakah sumber tersebut autentik (asli)

atau tidak. Pada metode sejarah, proses ini terbagi menjadi dua

klasifikasi, yaitu kritik intern dan kritik ektern. Kritik intern adalah

suatu upaya yang dilakukan oleh sejarawan untuk melihat apakah

sumber tersebut cukup kredibel atau tidak, sedangkan kritik ektern

adalah suatu upaya yang dilakukan oleh sejarawan untuk melihat

36


(35)

apakah sumber yang didapatkan autentik atau tidak.

37

Dalam hal ini,

peneliti berusaha melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap

keaslian serta kebenaran sumber-sumber yang didapat terkait dengan

pembahasan skripsi berjudul Sejarah Perkembangan Kesenian Tanjidor

di Desa Lembor Brondong Lamongan.

c.

Interpretasi atau Penafsiran

Upaya sejarawan untuk melihat kembali sumber-sumber yang

didapat, apakah sumber tersebut saling berhubungan antara satu

dengan yang lainnya. Dengan demikian sejarawan dapat memberikan

penafsiran atau pandangan teoritis terhadap peristiwa sejarah.

38

Dalam

hal ini, peneliti berusaha membandingkan sumber-sumber yang

didapatkan dari penelitian, terkait pembahasan skripsi berjudul Sejarah

Perkembangan Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong

Lamongan, kemudian menafsirkannya menjadi satu kesatuan yang

harmonis dan masuk akal.

d.

Historiografi

Merupakan tahap terakhir dari kegiatan penelitian sejarah untuk

menyusun atau menuliskan kembali sejarah yang ada, dengan cara

merangkai

fakta-fakta

dari

hasil

penelitian,

kemudian

menginterpretasikannya dalam sebuah pemikiran yang masuk akal.

39

Dalam hal ini, peneliti berusaha menuliskan kembali sejarah yang ada

dengan bantuan sumber-sumber yang diperoleh dari penelitian, baik itu

37

Utsman, Metode Penelitian Sejarah, terj Minhaj Al-Bahtsi Al-Tarikhi, 79.

38

Ibid., 159-162.

39


(36)

sumber tertulis, pustaka, wawancara maupun hal-hal yang terkait

dengan pembahasan skripsi berjudul Sejarah Perkembangan Kesenian

Tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan.

H.

Sistematika Bahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis

membagi sistematika bahasannya menjadi lima bab pembahasan. Di antaranya

adalah : bab pertama, pendahuluan; bab kedua, pembahasan mengenai

keberadaan Desa yang diteliti; bab ketiga, pembahasan mengenai Kesenian

Tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan. Sedangkan pada bab keempat,

pembahasan mengenai Sejarah Perkembangan Kesenian Tanjidor di Desa

Lembor Brondong Lamongan Tahun mulai dari berdirinya kesenian tersebut

hingga sekarang ini. Kemudian di bab terakhir atau kelima merupakan

penutup atau kesimpulan dari skripsi ini. Adapun untuk memperjelas

sistematika bahasan dalam skripsi ini akan dijabarkan sebagai berikut.

Pada bab pertama, menjelaskan tentang pendahuluan sebagai pembuka

sebelum membahas lebih dalam lagi mengenai kesenian tanjidor di Desa

Lembor Brondong Lamongan. Adapun poin-poin yang ada pada bab ini ialah

Latar Belakang Masalah sebagai pijakan dalam penulisan skripsi ini,

kemudian dilanjutkan dengan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Kegunaan Penelitian, Pendekatan dan Kerangka Teori, Penelitian Terdahulu,

Metode Penelitian, dan Sistematika Bahasan.

Pada bab kedua, penulis akan membahas mengenai keberadaan lokasi

penelitian yaitu desa Lembor Brondong Lamongan. Penulis sengaja


(37)

memasukkan pembahasan ini pada bab kedua, supaya dalam pembahasan ini

sedikit banyak dapat memberikan gambaran terkait dengan kondisi sosial dan

budaya di desa tersebut, sehingga di desa tersebut masih terdapat kesenian

yang sudah cukup jarang adanya. Diantara pembahasan yang masuk dalam

bab ini adalah tentang Sejarah Berdirinya Desa Lembor Brondong Lamongan,

Letak Geografis Desa Lembor Brondong Lamongan, dan Kondisi

Sosial-Budaya Masyarakat Desa Lembor Brondong Lamongan.

Pada bab ketiga, penulis akan membahas tentang Kesenian Tanjidor di

Desa Lembor Brondong Lamongan. Diantara pembahasan yang masuk dalam

bab ini ialah Asal-Usul Kesenian Tanjidor di Indonesia sebagai pembuka

tentang kesenian tanjidor yang sudah berkembang hingga ke Desa Lembor

Brondong Lamongan. Kemudian pada sub bab selanjutnya akan di khususkan

dalam Latar Belakang Berdirinya Kesenian Tanjidor di Desa Lembor

Brondong Lamongan. Dilanjutkan tentang pembahasan mengenai Alat Musik

dan Prosesi Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan.

Selanjutnya, pada bab keempat penulis akan menjelaskan tentang

Sejarah Perkembangan Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong

Lamongan mulai tahun 1952, sebagai tahun berdirinya kesenian tersebut

hingga sekarang tahun 2017. Pembahasan dalam bab ini dibagi menjadi empat

kategori yang disesuaikan dengan periode kepengurusan kesenian tanjidor di

Desa Lembor Brondong Lamongan. Adapun pembagiannya adalah sebagai

berikut, Kesenian Tanjidor Tahun 1952-1975 sebagai periode pertamanya,

dilanjut periode kedua Kesenian Tanjidor Tahun 1985-1995 setelah

mengalami fakum beberapa tahun. Kemudian belangsung pada periode ketiga


(38)

Kesenian Tanjidor Tahun 1995-2007, dan masih berlanjut hingga beberapa

tahun terakhir ini yang sudah merupakan periode ke empat Kesenian Tanjidor

antara tahun 2007-2017.

Kemudian di bab terkhir yaitu bab kelima merupakan bagian akhir

sekaligus menjadi penutup dari penulisan skripsi ini. Setelah pembahasan

selesai, maka skripsi ini akan ditutup dengan kesimpulan dari keseluruhan

pembahasan serta saran bila dibutuhkan.


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan pada bab-bab yang telah diuraikan sebelumnya, terkait

dengan pembahasan dalam skripsi yang berjudul

“Sejarah Perkembangan

Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan

, maka penulis dapat

memberi kesimpulan sebagai berikut:

1.

Keberadaan Desa Lembor Brondong Lamongan yang masuk kategori daerah

pesisir wetan dalam pembagian regional kebudayaan Jawa menurut

Koentjaraningrat, menjadikan sebagian besar masyarakatnya mempunyai sifat

terbuka serta jiwa sosial-kekerabatan yang tinggi. Hal ini telah tergambar

dengan rapi dalam simbol-simbol yang ada pada lambang Desa Lembor

Brondong Lamongan.

2.

Kesenian tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan merupakan jenis

kesenian tradisional Islami yang mengedepankan rasa kebersamaan

antarpemain dan menjungjung tinggi rasa cinta-kasih terhadap Nabi

Muhammad Saw. Selain itu, kesenian ini juga merupakan jenis seni

pertunjukan yang memadukan tiga unsur seni sekaligus dalam prosesi

pertunjukannya, yaitu seni musik, seni gerak, dan seni suara.

3.

Sejarah perkembangan kesenian tanjidor di Desa Lembor Brondong

Lamongan dimulai sejak tahun 1952-2017 sekarang ini. Pada setiap

perkembangannya selalu ditandai dengan pergantian periode kepengurusan


(2)

atau periode angkatan yang secara langsung menjadi bukti bahwa manusia

memiliki peran penting dalam tumbuh-kembang suatu kesenian.

B.

Saran

Sebagai akhir dari bab ini akan disampaikan saran atau rekomendasi yang

diajukan untuk:

1.

Mahasiswa dan para akademisi khususnya pada jurusan Sejarah Peradaban

Islam. Bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul Sejarah Perkembangan

Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan ini agar dikaji lebih

dalam lagi, demi tercapainya kebenaran yang lebih sempurna. Kemudian dapat

menjadi acuan bagi para mahasiswa dan akademisi untuk mengembangkan

potensi Indonesia khususnya dalam bidang kesenian tradisional, terlebih pada

kesenian tradisional islami. Sebab pengetahuan tentang Islam tidak hanya

terpaut dalam buku pelajaran saja. Mengingat pentingnya melestarikan

kesenian tradisional yang semakin hari semakin ditinggalkan oleh sebagian

besar masyarakat Indonesia.

2.

Bagi para pemain atau pelaku kesenian supaya tetap teguh dan kuat dalam

mengangkat dunia kesenian Indonesia dan melestarikannya, khususnya

kesenian tradisional Islami seperti kesenian tanjidor.

3.

Bagi masyarakat luas, masih banyak kesenian-kesenian tradisional yang

terabaikan dibalik perkembangan zaman. Oleh karena itu sangat penting bagi

masyarakat luas untuk tetap menjaga dan melestarikan salah satu aset berharga

yang dimiliki oleh Indonesia yaitu kesenian tradisional, terlebih lagi pada

kesenian tradisional islami.


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdurrahman, Paramita R.

Bunga Angin Portugis di Nusantara; Jejak-Jejak

Kebudayaan Portugis di Indonesia. Jakarta: LIPI Press, 2008.

Alwi, Hasan. et al.,

Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi Ketiga. Jakarta: Balai

Pustaka, 2000.

Anshori, Endang Saefuddin. Wawasan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993.

Danandjaja,

James.

Antropologi

Psikologi;

Teori,

Metode

dan

Sejarah

Perkembangannya, cet 2. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.

Beawiharta, Thomas B. Ataladjar.

Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 16. Jakarta:

PT Cipta Adi Pustaka, 1991.

Haviland, William A. Antropologi. Edisi ke 4. Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 1999.

Holt, Claire.

Melacak Jejak Perkembangan Seni Di Indonesia, terj

Continuities and

Change. Bandung: Arti.line untuk MSPI (Masyarakat Seni Pertunjukan

Indonesia), 2000.

Koentjaraningrat. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka, 1984.

______________. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Lathifah, Diah. Harry Sulastiana,

Pendidikan Seni 1, cet 1. Bandung: PT. Ganesa

Exact, 1994.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976.

Pringgodigdo, et al., Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius, 1991.

Qodratillah, Meity Taqdir., et al.

Kamus Bahasa Indonesa untuk Pelajar. Jakarta:

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2011.

Spradley, James P. Metode Etnografi, cet 1. Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya, 1997.

Sudirman, Adi. Sejarah Lengkap Indonesia: Dari Era Klasik Hingga Terkini.

Jogjakarta: DIVA Press, 2014.

Syam, Nur. Madzhab-Madzhab Antropologi. Yogyakarta: LKIS, 2007.

Triprasetya, Joko. et al. Ilmu Budaya Dasar MKDM, cet 1. Jakarta: PT. Rineka Cipta,

1991.


(4)

Utsman, Hasan. Metode Penelitian Sejarah, terj Minhaj Al-Bahtsi Al-Tarikhi. Jakarta:

Proyek Pembinaan Prasarana Dan Sarana PTA/IAIN, 1986.

Zuhdi, Ahmad.

Terapi Qur’ani; Tinjauan Historis, Al

-

Qur’an

-Al-Hadis Dan Sians

Modern. Surabaya: Imtiyaz, 2015.

Internet

Abu Ahmad Zainal Abidin. Barzanji, Kitab Induk Peringatan Maulid Nabi

Muhammad Saw., dalam

https://almanhaj.or.id/2583-barzanji-kitab-induk-peringatan-maulid-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html (06 Juni 2017).

Ahmad Nashih Luthfi, et al. Etnohistori, dalam http://etnohistori.org/tentang (06 Juni

2017).

Ali Samiun. Pengertian Organisasi, Tujuan dan Fungsinya, dalam

http://www.informasiahli.com/2015/08/pengertian-organisasi-tujuan-dan-fungsinya.html (10 Juni 2017).

Andri Pradinata. Metode Penelitian Sejarah (Metode Sejarah), dalam

http://andripradinata.blogspot.co.id/2013/02/metode-penelitian-sejarah-metode-sejarah.html (15 Maret 2017).

Bina Syifa. Pendekatan Metode Penelitian Sejarah, dalam

http://www.binasyifa.com/209/87/25/pendekatan-metode-penelitian-sejarah.htm (5 Maret 2017).

Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. Ensiklopodi

Jakarta, dalam

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3135/tanjidor (14 Mei 2017).

Espada. Perkembangan Seni Budaya Islam di Indonesia, dalam

https://tenscience2history.sordpress.com/2014/05/19/Perkembangan-seni-budaya-Islam-di-Indonesia/html (15 Maret 2017).

Google Translate. Terjemahan, dalam https://translate.google.com/gembar-gembor

(03 Mei 2017).

Gooyaabi Templates. Perbedaan Sumber Primer dan Sumber Sekunder Dalam

Sejarah dalam

https://arismunandar150797.blogspot.co.id/2015/12/perbedaan-sumber-primer-dan-sumber.html (15 Maret 2017).

Hamidistc. Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Kerto Raharjo, dalam

https://hamidistc.wordpress.com/2013/01/25/gemah-ripah-loh-jinawi-toto-tentrem-kerto-raharjo/ (16 Februari 2017).

Irfan Azmi Silalahi. Kelebihan Pencak Silat Terletak di Ketangkasannya, dalam

http://medan.tribunnews.com/2011/10/02/kelebihan-pencak-silat-terletak-di-ketangkasannya/ (15 April 2017).


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

KPDE Lamongan. Data Profil Desa Lembor Kecamatan Brondong Kabupaten

Lamongan, dalam

http://lamongankab.go.id/portal/home/berita/item/12158-lembor.html (13 April 2017).

Lintas Gayo. (Resensi Buku) Dalil-Dalil Seni-Budaya Dalam Islam, dalam

http://lintasgayo.co/2014/05/18/resensi-buku-dalil-dalil-seni-budaya-dalam-islam (4 Maret 2017).

Michael HB Raditya. Sumber Daya Arkeologi Pada Kesenian Kuntulan, dalam

http://kajiseni.blogspot.co.id/2012/10/sumber-daya-arkeologis-pada-kesenian.html (06 Juni 2017).

Musa Ismail. Anjuran Menghormati Guru, dalam

http://www.riaupos.co/4866-opini-anjuran-menghormati-guru-dalam-islam.htm (14 Mei 2017).

Nani Wahyuni. Definisi Perkembangan dan Perubahan, dalam

http://www.kompasiana.com/nani_wahyuni/definisi-perkembangan (14 Mei

2017).

Putrasena. Seni dan Kesenian, dalam

http://blog.isi-dps.ac.id/blog/seni-dan-kesenian/html. (16 Februari 2017).

Rendy Wirajuniarta. Metode Etnografi, dalam

http://rendywirajuniarta.blogspot.co.id/2010/06/metode-etnografi_15.html (12

April 2017).

Risma Amalia. Pertunjukan Musik, dalam

https://rismaamalia48.blogspot.com/2016/08/Pertunjukan-Musik.hatml (28

April 2017).

Sugeng. Fungsi Alat, dalam

http://Fungsi-Rebana-Alat-Musik-Tradisional_Fungsi-Alat.htm (10 Juni 2017).

Widagdo, Manfaat Seni, dalam

https://Guruseni.Wordpress.Com/2010/07/20/Manfaat-Seni/ (28 Februari

2017).

Wikipedia. Budaya, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya (08 Juni 2017).

________. Desa, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Desa (13 April 2017).

________. Jalan Raya Pos atau Jalan Daendels, dalam

https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Raya_Pos (13 April 2017).

________. Lembor Brondong Lamongan, dalam

https://id.wikipedia.org/wiki/Lembor,_Brondong,_Lamongan (13 April 2017)

________. Pencak Kuntulan, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Kuntulan (11 Mei

2017).

________. Pengertian Desa, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Desa (13 April

2017).


(6)

________. Seni Pertunjukan, dalam

https://id.wikipedia.org/wiki/Seni-Pertunjukan/html (27 April 2017).

Wawancara

Ansor, Warga Pembudidaya Ikan Air Tawar, Wawancara, Lembor, 25 Maret 2017.

Hardi, Pemain Kesenian Tanjidor sekaligus Sekretaris Pengurus Kesenian Tanjidor,

Wawancara, Lembor, 26 Januari 2017.

Kaslan, Salah satu pelopor Kesenian Tanjidor, Wawancara, Lembor, 18 Februari 2017.

Kasti’an, Pemain atau Penabuh Alat Musik Jedor, Wawancara, Lembor, 27 Februari

2017.

Masdar, Mantan Pemain Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan,

Wawancara, Lembor, 27 Januari 2017.

Mohammad Naim, Kepala Desa Lembor, Wawancara, Lembor, 24 Maret 2017.

Suraji, Ketua kesenian tradisional tanjidor Lembor, Wawancara, Lembor, 26 Januari

2017.

Supandi, Koordinator/Pembina sekaligus Vokalis kesenian tanjidor Desa Lembor,

Wawancara, Lembor, 15 Mei 2017.

Suwarmi, Warga (Sesepuh) Desa Lembor, Wawancara, Lembor, 14 April 2017.

Taufiq, Warga Pedagang Bibit dan Pupuk Tanaman, Wawancara, Lembor, 18 April

2017.

Dokumen dan Arsip

Dokumen Desa,

Data Statistik Pnduduk Desa Lembor Tahun 2016. (Lembor, 28

Maret 2017).

Dokumen Desa, Profil Desa Lembor Tahun 2016. (Lembor, 28 Maret 2017).

Dokumen Desa,

Surat Keputusan Pembentukan Kepengurusan Kesenian Tanjidor

Desa Lembor tahun 2016-2019. (Lembor, 28 Maret 2017).