MAKAM GUS DUR DAN PERUBAHAN SOSIAL DI DESA CUKIR KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG.

(1)

MAKAM GUS DUR DAN PERUBAHAN SOSIAL DI DESA

CUKIR KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Unversitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S.Sos.) Dalam Bidang Sosiologi

Oleh :

RYAN JOHANANTO

B05210041

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

JANUARI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Ryan Johananto, 2017.

Makam Gus Dur dan Perubahan Sosial Masyarakat Desa Cukir

Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang

. Skripsi Program Studi

Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel

Surabaya.

Kata Kunci

: Makam Gus Dur, Perubahan Sosial.

Penelitian ini berbicara tentang perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat

Tebuireng, setelah adanya makam K.H Abdurrahman Wahid atau biasa akrab dipanggil Gus

Dur. Dilihat dari latar belakangnya, perkampungan yang dulunya hanyalah deretan rumah

penduduk biasa, sekarang menjadi sebuah pasar yang cukup menguntungkan. Bukan hanya

pasar saja yang berkembang, tetapi mereka juga membangun penyewaan rumah-rumah sebagai

lapak berjualan maupun penginapan dengan harga rendah hingga hotel yang tersedia tepat di

depan pondok pesantren Tebuireng.

Ada dua persoalan yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu (1) 1.

Bagaimana

bentuk perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Cukir, Kecamatan Diwek,

Kabupaten Jombang setelah Gus Dur di makamkan di sana, (2) Bagaimanakah implikasi dari

perubahan sosial yang yang terjadi pada masyarakat Desa Cukir, Kecamatan Diwek,

Kabupaten Jombang setelah Gus Dur di makamkan di sana ?.

Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam

penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif. Data diperoleh melalui metode

wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian disajikan secara

deskriptif dan dianalisis dengan teori Konstruksi Sosial Peter Ludwig Berger dan Thomas

Luckman.

Penelitian ini menunjukkan bahwa, (1) Masyarakat Tebuireng mengalami perubahan

sosial sejak adanya makam Gus Dur diwilayah tersebut. Perubahan tersebut dapat dilihat secara

signifikan pada sektor ekonomi. Banyak masyarakat yang beralih profesi sebagai pedagang dan

membuka stand-stand dagang maupun jasa. (2) danya perubahan sosial tersebut menjadikan

masyarakat semakin bergotong-royong dalam menjaga kesejahteraan bersama. Selain itu

masyarakat juga membentuk paguyuban pedagang makam Gus Dur. Sebelum adanya

paguyuban pedagang tersebut, interaksi masyarakat setempat dengan pihak pondok pesantren

dirasa kurang baik. Namun dengan adanya paguyuban pedagang tersebut membantu terjalinnya

interaksi sosial antara masyarakat dengan pihak pondok pesantren.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING. ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI. ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN. ... iv

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI. ... v

ABSTRAK. ... vi

KATA PENGANTAR. ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL. ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

A.

Latar Belakang Masalah. ... 1

B.

Rumusan Masalah. ... 5

C.

Tujuan Penelitian. ... 6

D.

Manfaat Penelitian. ... 6

E.

Definisi Konsep ... 7

F.

Metode Penelitian. ... 11

1.

Pendekatan dan Jenis Penelitian. ... 11

2.

Lokasi dan Waktu Penelitian. ... 12

3.

Subyek Penelitian. ... 12

4.

Tahap-tahap Penelitian. ... 13

5.

Teknik Pengumpulan Data. ... 15

6.

Teknik Analisis Data. ... 18

7.

Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data. ... 20

G.

Sistematika Pembahasan. ... 20

H.

Jadwal Penelitian. ... 21

BAB II KAJIAN TEORI. ... 22

A.

Kajian Pustaka. ... 22

1.

Makam Gus Dur. ... 22


(8)

B.

Kerangka Teoretik. ... 29

C.

Penelitian Terdahulu yang Relevan. ... 32

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. ... 42

A.

Deskripsi Umum Lokasi Penelitain. ... 42

1.

Deskripsi Umum Desa Cukir. ... 42

2.

Kondisi Geografis Desa Cukir. ... 43

3.

Kondisi Demografi Desa Cukir. ... 46

4.

Potensi Sumber Daya Alam. ... 46

5.

Potensi Unggulan Desa. ... 47

B.

Deskripsi Hasil Penelitian. ... 47

1.

Sejarah Wisata Religi Makam Gus Dur. ... 47

2.

Kondisi Wisata Religi Makam Gus Dur ... 49

3.

Nilai Ekonomis Kegiatan Ziarah Makam Gus Dur. ... 51

Peran Wisata Religi Makam Gus Dur Dalam Membangun Kehidupan

Sosial Ekonomi Masyarakat. ... 57

Kehidupan Sosial Ekonomi Di Wisata Religi Makam Gus Dur Pondok

Pesantren Tebuireng Jombang ... 62

C.

Temuan. ... 66

D.

Relevansi dengan Teori konstruksi Sosial Peter L.Berger dan Thomas

Luckman. ... 69

BAB IV PENUTUP. ... 74

A.

Kesimpulan. ... 74

B.

Saran. ... 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Tanah Menurut Penggunaan... 43

Tabel 2.2 Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian. ... 45


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Wawancara Dengan Ainun Remaja Setempat. . ... 59

Gambar 1.2 Wawancara Dengan Pak Waldi Penjual Buku (Pengurus Paguyuban

Pedagang Wilayah Makam Gus Dur)... 60

Gambar 1.3 Jasa Penitipan Motor Milik Bu Sulis... 61

Gambar 1.4 Pintu Gerbang Terminal dan Museum Makam Gus Dur ... 64


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan Wawancara

Lampiran 3. Surat Keterangan Ujian Proposal

Lampiran 4. Berita Acara Ujian Skripsi

Lampiran 5. Kartu Konsultasi Skripsi

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Skripsi

Lampiran 7. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 8. Biodata Peneliti


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan sosial masyarakat akan senantiasa mengalami perubahan baik perubahan yang diinginkan maupun tidak diinginkan, yang didisengaja maupun tidak disengaja. Seperti proses pertumbuhan manusia, awal mula mereka dilahirkan sebagai seorang bayi sampai proses pertumbuhan berkembang dengan baik, hingga manusia bisa tumbuh dewasa sampai akhirnya meninggal dunia, semua itu melalui proses. Proses perubahan tersebut tidak lepas dari kehidupan sosial, menyangkut lingkungan, ekonomi, norma, aturan dan lain sebagainya.

Pada saat manusia hidup dan tumbuh dewasa hingga akhirnya meninggal dunia pasti akan melibatkan kehidupan sosial di lingkungan sekitar mereka. Ketika salah satu diantara mereka meninggal dunia, pasti masyarakat disekitarnya akan turut berbela sungkawa dan ikut serta bertakziah maupun mengantarkan jenazah sampai ke tempat peristirahatan yang terakhir, atau yang biasa disebut makam atau sama halnya dengan kubur1.


(13)

2

Menurut islam2 pengertian makam yaitu tempat untuk memakamkan jenazah atau lubang dalam tanah yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan atau menguburkan orang yang telah meninggal.

Ketika seseorang meninggal dunia semua urusan duniawai akan ditinggalkan, seseorang tersebut tidak akan mengalami perubahan sosial lagi. Karena semua makhluk hidup pasti mengalami perubahan, salah satunya pasti akan meninggal dunia.

Perubahan bisa terjadi disebabkan oleh kepentingan-kepentingan yang tidak terbatas. Perubahan akan nampak ketika tatanan dan kehidupan masyarakat yang lama dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan masyarakat yang baru. Perubahan yang terjadi dapat merupakan sebuah kemajuan atau justru kemunduran.

Perubahan sosial bukanlah sebuah proses yang terjadi dengan sendirinya. Pada umumnya, ada beberapa faktor yang berkontribusi dalam munculnya perubahan sosial. Faktor tersebut dapat digolongkan pada faktor dari dalam dan faktor dari luar masyarakat3. Begitu juga dengan perubahan yang terjadi pada masyarakat Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.

Salah satu perubahan sosial terjadi di desa ini karena faktor dari luar, yakni dimakamkannya tokoh nasional yang pernah menjadi salah satu presiden RI yaitu K.H Abdurrahman Wahid, yang biasa dikenal sebagai Gus Dur. Di desa ini hampir seluruh masyarakat mengenal nama beliau.

2 Partanto Barry, Kamus Ilmiah, (Surabaya: Arloka, 2003), hal. 77 

JacobusRanjabar, Perubahan Sosial Dalam Teori Makro, (Bandung :Alfabeta, Tt), hal.


(14)

3

Selain sebagai presiden, beliau juga dikenang sampai penyusun dan perombak sistem kenegaraan. Pada masa rezim Orde Baru, demokrasi tidak berjalan dengan baik. Pemerintahan dikuasai oleh para elit dan penguasa saat itu. Ketika Gus Dur menjadi Presiden RI ke 4, demokrasi dibuka seluas-luasnya. Siapapun boleh menyuarakan aspirasi dan pendapatnya masing-masing. Perbedaan menjadi suatu hal yang wajar. Bahkan, media asing pun bebas meliput keseharian dari Gus Dur.

Gus Dur adalah sosok yang sarat akan pembaharuan. Dia berani mengukuhkan mekanisme pemikiran demokratis bagi Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Menurutnya mekanisme pemerintahan demokratis akan menjadi satu peluang yang menguntungkan umat Islam itu sendiri.4

Selain aktif di dunia politik, Gus Dur juga aktif dalam dunia pesantren di Indonesia. Beliau merupakan penceramah kondang yang sangat dihormati dan sangat dekat dengan masyarakat terutama warga Nahdlatul Ulama (NU). Kakeknya adalah pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Ketika beliau wafat pada tahun 2009 akibat berbagai komplikasi penyakit yang dideritanya sejak lama. Beliau di makamkan di pondok pesantren Tebuireng Jombang yang terletak di Desa Cukir, Kecamatan

PuputNoerFitriHasanah, 2015, Melanjutkan Kembali Perjuangan Gus Dur

diakses pada tanggal 17 September 2015 dari http://santrigusdur.com/2015/06/melanjutkan-kembali-perjuangan-gus-dur/


(15)

4

Diwek, Kabupaten Jombang.5 Kharisma Gus Dur ternyata tidak hanya terjadi ketika beliau masih hidup, tetapi sampai beliau meninggal dunia, sejak dimakamkan sampai sekarang makam beliau tidak pernah sepi dari peziarah baik dari Jombang maupun dari luar Jombang. Sehingga, suasana Desa Cukir pun menjadi berubah.

Munculnya berbagai bentuk aspek perubahan yang terjadi dimasyarakat sekitar salah satu bentuk perubahan yang mencolok adalah kondisi perekonomian masyarakat sekitar pesantren Tebuireng. Semenjak meninggalnya Gus Dur, perkampungan yang berada di sekitar makam telah mengalami banyak sekali perkembangan yang pesat. Yang dulunya hanyalah perkampungan biasa, berubah menjadi pasar yang sangat menggerakkan roda perekonomian.

Perkampungan yang dulunya hanyalah deretan rumah penduduk biasa, sekarang menjadi sebuah pasar yang cukup menguntungkan. Bukan hanya pasar saja yang berkembang, tetapi mereka juga membangun penyewaan rumah-rumah sebagai lapak berjualan maupun penginapan dengan harga rendah hingga hotel yang tersedia tepat di depan pondok pesantren Tebuireng.

Hal menarik yang dapat ditemui ialah peziarah yang memiliki keyakinan yang berbeda. Inilah yang menjadi keunikan tersendiri. Peziarah yang datang bukan hanya orang- orang biasa, akan tetapi pejabat negara dan banyak kyai pondok lain-pun ikut berziarah ke makam beliau.

5 Syamsul Hadi, Gus Dur K.H Abdurrahman Wahid, Guru Bangsa, Bapak Pluralisme, (Jombang: Zahra Book, 2014), hal. 5 


(16)

5

Bahkan, negara seperti Belanda, Thailand, dan Malaysia juga berziarah ke makam beliau.

Dapat di ketahui bahwa memang peran Gus Dur di dalam masyarakat pun memang sangat berpengaruh. Baik sebelum meninggal maupun sesudah beliau meninggal. Sebelum meninggal beliau memiliki banyak sekali peran yang memang sudah terbukti merubah banyak masyarakat dalam negeri maupun luar negeri. Adapun peran beliau setelah meninggal, yaitu status kesejahteraan warga setempat pun ikut meningkat dengan adanya kawasan perdagangan di area makam gus Dur.

Dari deskripsi tentang perubahan social ekonomi masyarakat sekitar makam Gus Dur yang berada di wilayah pondok pesantren Tebuireng tersebut, peneliti kemudian merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana sebenarnya bentuk perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Cukir. Apa implikasi dari perubahan sosial tersebut pada masyarakat Desa Cukir.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan setting penelitian diatas, peneliti merumuskan

masalah dalam dua bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang setelah Gus Dur di makamkan di sana ?


(17)

6

2. Bagaimanakah implikasi dari perubahan sosial yang yang terjadi pada masyarakat Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang setelah Gus Dur di makamkan di sana ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan peneliti ini memiliki tujuan dalam penelitiannya yakni sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bentuk perubahan sosial pada masyarakat Desa Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang setelah Gus Dur di makamkan di sana.

b. Untuk mengetahui implikasi perubahan sosial pada masyarakat Desa Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang setelah Gus Dur di makamkan di sana.

D. Manfaat Penelitian

Setelah adanya penelitian tentunya akan diperoleh manfaat atau kegunaan dari penelitian itu sendiri baik secara teoritis dan praktis. Penelitian ini akan bermanfaat secara teoritis maupun praktis.

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan kajian tentang perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat karena faktor-faktor eksternal.


(18)

7

b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memberikan kontribusi pengetahuan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin meneliti bidang kajian yang sama.

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pemimpin dan masyarakat Desa Cukir untuk bisa mengelola perubahan sosial yang terjadi pada meraka dengan baik, sehingga hal-hal negatif dari perubahan sosial tidak akan terjadi.

b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat lainnya secara umum tentang perubahan-perubahan sosial yang terjadi di Desa Cukir setelah dimakamkannya Gus Dur. c. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini bisa menambah pengetahuan,

dan pengalaman baru mengenai perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, sehingga bisa menerapkan teori-teori yang relevan dengan fenomena yang terjadi, sekaligus sebagai jalan untuk memperoleh gelar sarjana soaial di bidang Sosiologi.

E. Definisi Konsep Makam Gus Dur

Makam merupakan tempat disemayamkannya jasad seorang ketika sudah meninggal. Makam sering dikeramatkan dan dijadikan tempat mencari berkah, terutama makam tokoh keagamaan dan makam leluhur atau pemimpin yang dianggap memiliki kharisma, seperti makam Gus


(19)

8

Dur. Makam Gus Dur terletak di daerah dusun Tebuireng Desa Cukir, sekitar 10km dari pusat kota Jombang, lebih tepatnya di kawasan pendok pesantren Tebuireng.

Di pondok pesantren ini terdapat makam keluarga keturunan K.H.M. Hasyim Asy’ari. Selain K.H.M. Hasyim Asy’ari, di kompleks ini juga terdapat makam putra dan cucu Beliau yaitu K.H.A. Wahid Hasyim dan Gus Dur. Sebelum dimakamkannya Gus Dur, kompleks makam ini dikunjungi oleh kaum kerabat saja, tetapi setelah Gus Dur dimakamkan, kompleks makam ini menjadi selalu ramai dikunjungi para peziarah terutama pada hari libur. Kekaguman dan kekuatan emosional terhadap sosok Gus Dur, membuat masyarakat luar daerah Jombang maupun masyarakat Jombang sendiri mengunjungi makam Beliau. Masyarakat menjadikan makam ini sebagai salah satu destinasi wisata ziarah.

Perubahan Sosial

Setiap masyarakat manusia, selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan yang dapat mencolok maupun yang biasa, yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas. Ada juga perubahan-perubahan yang berjalan lambat, tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti pada satu titik tertentu sepanjang jaman.

Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam sebuah sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan


(20)

9

antara keadaan dalam sistem tertentu pada waktu yang berlainan. Untuk itu konsep dasar mengenai perubahan sosial menyangkut tiga hal, yaitu: petama, studi mengenai perbedaan; kedua, studi harus dilakukan pada waktu yang berbeda; dan ketiga, pengamatan pada system sosial yang sama.6 Artinya bahwa untuk dapat melakukan studi perubahan sosial, kita harus melihat adanya perbedaan atau perubahan kondisi objek yang menjadi fokus studi. Kedua, studi perubahan harus dilihat dalam konteks waktu yang berbeda, dengan kata lain kita harus melibatkan studi komparatif dalam dimensi waktu yang berbeda. Ketiga, objek yang menjadi fokus studi komparasi tersebut haruslah objek yang sama.

Selo Soemardjan dan Soelaiman berpendapat bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk kelompok-kelompok dalam masyarakat.7 Studi perubahan sosial melibatkan dimensi ruang dan waktu. Dimensi ruang menunjuk pada wilayah terjadinya perubahan sosial serta kondisi yang mellingkupinya.Dimensi ini mencakup pula konteks historis yang terjadi

pada wilayah tersebut. Dimensi waktu dalam studi perubahan meliputi konteks masa lalu (past), sekarang (present), dan masa depan (future).

Konteks waktu merupakan aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan studi perubahan sosial.

6Nanang Martono, Sosiologi Suatu Pengantar, I (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada,

2012), hal 2-3 

7Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial terjemahan Alimandan (Jakarta: Prenada,


(21)

10

Perubahan sosial adakalanya hanya terjadi pada sebagian ruang lingkup, tanpa menimbulkan akibat besar terhadap unsur lain dari system tersebut. Namun, perubahan mungkin juga mencakup keseluruhan atau sekurang-kurangnya mencakup inti aspek sistem, dan menghasilkan perubahan secara menyeluruh dan menciptakan sistem yang secara mendasar.

Dalam hal ini, perubahan sosial yang dimaksud ialah mengenai bagaimana perubahan sosial yang terjadi di masyarakat desa Cukir karena adanya makam Gus Dur, yang dulunya hanya ada pondok pesantren Tebuireng, dan sekarang ramai pengunjung karena adanya makam Gus Dur di pondok pesantren Tebuireng.

Ada berbagai bentuk aspek perubahan yang terjadi dimasyarakat Cukir tersebut, salah satu bentuk perubahan yang mencolok adalah kondisi perekonomian masyarakat sekitar pondok pesantren Tebuireng. Semenjak meninggalnya Gus Dur, perkampungan yang berada di sekitar makam telah mengalami banyak sekali perkembangan yang pesat. Wilayah tersebut dulunya hanyalah perkampungan biasa, namun saat ini berubah menjadi pasar yang dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat itu sendiri.

Perkampungan yang dulu hanyalah deretan rumah penduduk biasa, sekarang menjadi sebuah pasar yang cukup menguntungkan. Tidak hanya pasar saja yang berkembang, tetapi juga untuk penyewaan


(22)

11

rumah sebagai lapak berjualan maupun penginapan dengan harga rendah hingga hotel yang tersedia tepat di depan pondok pesantren Tebuireng.

F. Metode Penelitian

Secara ringkas metode dapat diartikan cara, tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan dalam memecahkan masalah yang akan diteliti. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini sebagai berikut :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan dan jenis penelitian kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya pelaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.8

Pendekatan metode kualitatif, dapat memberikan gambaran kepada peneliti tentang fenomena-fenomena dan fakta-fakta sosial yang berkaitan dengan makam Gus Dur dan perubahan sosial masyarakat. Tentunya dengan menginterpretasikan

fakta-fakta yang diperoleh di lapangan dengan tepat.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,Edisi Revisi, (Bandung: PT


(23)

12

2. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi atau wilayah ini adalah desa Cukir, kecamatan Diwek, kabupaten Jombang. Desa Cukir berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu: sebelah utara berbatasan dengan desa Kwaron dan Jatirejo, di sebelah selatan berbatasan dengan desa Kayangan dan Bendet, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan desa Grogol, lalu di sebelah timur berbatasan dengan desa Keras. Luas wilayahnya adalah 1.115,09 Ha. Dengan jumlah penduduk 6.714.9

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 5 bulan dimulai pada September-Januari 2016.

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Dalam pemilihan subyek penelitian, peneliti menggunakan metode purposive sampling karena sampel diambil sesuai dengan kriteria tertentu untuk mendapatkan pemahaman secara menyeluruh tentang masalah dalam penelitian ini. Kriteria informan dalam penelitian ini didasarkan pada :

a. Mengetahui sejak awal tentang adanya makam Gus Dur yang berlokasi di pesantren Tebuireng di Desa Cukir


(24)

13

b. Masyarakat yang sudah tinggal lama di wilayah sekitar pesantren Tebuireng

c. Pekerjaan atau mata pencaharian penduduk asli di desa ini sebelum dan sesudah adanya makam Gus Dur.

Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah kepada sebagian masyarakat Desa Cukir yang terdiri dari (laki-laki, perempuan, yang berusia muda, dewasa, maupun tua), bapak Sutomo selaku Kepala Desa, bapak Waldi selaku salah satu ketua paguyuban makam Gus Dur, bapak Muzamil selaku sekertaris Desa Cukir, bapak Syaifudin selaku Security pintu masuk makam Gus Dur, bapak Jeta selaku Ketua RT di gang 5, saudari Ainun selaku remaja setempat, bapak Yudi selaku pedagang tahu yang berasal dari Kediri (pendatang), ibu Sulis selaku layanan jasa penitipan motor (ibu RT di gang 3), saudara Ridwan selaku santri pondok pesantren Tebu ireng, serta ibu Rini selaku penjual makanan (warung makan).

4. Tahap-tahap Penelitian

Pengumpulan data pada penelitian kualitatif dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap pra lapangan, peneliti berusaha memahami masalah atau fenomena yang ingin diteliti.


(25)

14

Dalam penelitian ini, masalah yang menarik menurut peneliti adalah fenomena adanya makam Gus Dur di Desa Cukir yang memberi perubahan sosial terhadap masyarakat sekitarnya. Namun fokus penelitian ini adalah bagaimana bentuk perubahan sosial terhadap masyarakat Desa Cukir dan apa implikasi dari perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Cukir.

b. Tahap Lapangan

Tahap ini merupakan tahap dari tahap sebelumnya yang merupakan proses berkelanjutan. Pada tahap ini, peneliti masuk pada proses penelitian dan mengurusi hal-hal penting yang berkaitan dengan penelitian. Pertama, peneliti harus mengurus proses perizinan. Karena ini merupakan prosedur wajib sebagai seorang peneliti. Setelah itu barulah peneliti melakukan pencarian data yang sesuai dengan fokus penelitiannya. Berbagai data baik data primer dan data sekunder peneliti peroleh dengan cara observasi serta wawancara. Sebelum melakukan penelitian secara mendalam, peneliti mengajukan perizinan penelitian ke pihak desa. Khususnya, kepada kepala desa dan juga kepada masyarakat desa yang akan menjadi informan. Setelah itu peneliti melakukan penelitian secara mendalam dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi.


(26)

15

Pada tahap ini, Peneliti telah mendapatkan data-data yang diinginkan.Data-data yang terkumpul ini kemudian dipilih sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Karena dalam proses pengumpulan data, tidak semuanya sesuai dengan fokus penelitian. Setelah data yang sesuai terkumpul peneliti melakukan analisis terhadap data di lapangan dan membandingkan-nya dengan teori yang digunakan dalam penelitian.Kemudian peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan.

d. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan adalah tahap akhir dari proses pelaksanaan penelitian. Setelah komponen-komponen terkait dengan data dan hasil analisis data serta mencapai suatu kesimpulan, peneliti mulai menulis laporan dalam konteks laporan penelitian kualitatif. Penulisan laporan disesuaikan dengan metode dalam penelitian kualitatif dengan tidak mengabaikan kebutuhan peneliti terkait dengan kelengkapan data.

Dalam penelitian ini, penuliasan laporan sudah mulai dilakukan saat berada di lapangan.Penulisan laporan ini berasal dari catatan lapangan, foto-foto maupun rekaman yang dihasilkan dari wawancara, observasi, maupun dokumentasi yang berkaitan dengan Makam Gus Dur dan Perubahan Sosial Masyarakat. Kemudian penyempurnaan laporan ini dilakukan setelah penelitian selesai.


(27)

16

5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidak suatu penelitian.10 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode: a. Observasi

Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya dan panca indera yag lainnya.11 Aktivitas manusia merupakan bentuk ekpresi dari apa yang ada di dalam dirinya yang diaplikasikan ke dalam kehidupan dan direlevansikan dengan kehidupan atau perilaku kesehariannya.

Untuk menyempurnakan aktivitas pengamatan partisipatif ini, sebelumnya peneliti telah melakukan pengamatan ke makam Gus Dur (ziarah) beberapa kali dibulan agustus. Selain itu peneliti juga mengamati kehidupan keseharian masyarakat sekitar makan Gus Dur.

b. Interview (Wawancara)

10Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University Press,

2001), hal.129. 

11BurhanBungin, MetodePenelitianSosial, (Surabaya: UniversitasAirlangga Press, 2001),


(28)

17

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada hampir semua penelitian kualitatif.12 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu : pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberi

pertanyaan atas jawaban.13

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi struktur, dimana wawancara tersebut bersifat bebas dalam arti peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara secara lengkap dengan jawabannya. Namun pedoman wawancara yang digunakan hanya garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Kemudian garis-garis besar tersebut dikembangkan sendiri oleh peneliti.

Wawancara dilakukan kepada sebagian masyarakat desa Cukir yang terdiri dari masyarakat setempat, para peziarah yang datang ke makam Gus Dur baik dari wilayah Jombang sendiri maupun dari luar Jombang. Selain itu, para pedagang yang datang dari luar wilayah Jombang dan sebagian santri pondok pesantren serta seorang satpam yang sudah lama bekerja di Tebuireng.

c. Dokumentasi

12HarisHerdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Sosial, (Jakarta:

SalembaHumanika, 2010), hal. 117. 

13Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, EdisiRevisi, (Bandung: PT


(29)

18

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subyek sendiri atau oleh orang lain tentang subyek.14 Ada dua macam bentuk dokumentasi yang dapat dijadikan bahan dalam penelitian, yaitu:15

Pertama adalah dokumen pribadi. Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. Diantara macam dokumen pribadi ialah: buku harian, surat pribadi dan otobiografi.

Kedua adalah dokumen resmi. Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, intruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangannya sendiri. Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa.

Teknik dan pengumpulan data dokumentasi adalah pengumpulan data diperoleh dari dokumen-dokumen, data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung data-data sekunder sedangkan data-data-data-data yang dikumpulkan dengan

14HarisHerdiansyah, MetodologiPenelitianKualitatifUntukIlmuSosial, (Jakarta:

SalembaHumanika, 2010), hal. 143. 

15Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif, EdisiRevisi, (Bandung: PT


(30)

19

observasi cenderung data primer atau data langsung dari pihak pertama yang tentunya memberikan informasi mendukung dalam penelitian ini. Sedangkan dokumentasi dalam penelitian ini adalah dokumen berupa foto-foto pribadi yang peneliti dapat dari hasil memfoto kegiatan-kegiatan yang ada.

Adapun kegiatan yang dapat didokumentasikan diantaranya, kegiatan para peziarah yang sedang berkunjung ke makam Gus Dur, kegiatan perekonomian yang terjadi di sekitar makam Gus Dur, interaksi yang terjadi antara warga sekitar dengan para peziarah dan santri pesantren Tebuireng.

6. Teknik Analisis Data

Kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terdiri secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan disimpulkan. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.


(31)

20

Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan secara terus menerus sampai laporan tersusun secara benar dan lengkap, reduksi data ini memilah data-data yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Data-data diperoleh melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi, yang melibatkan sebagian masyarakat desa Cukir. Karena semua data yang diperoleh kemungkinan ada yang kurang sesuai dengan fokus penelitian.

b. Penyajian Data

Alur kedua yang penting dalam kegiatan analisis dalam penelitian kualitatif adalah penyajian data, yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data ini merupakan semua informasi tentang bagaimana makam Gus Dur dan perubahan sosial masyarakat desa Cukir. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi kepada sebagian masyarakat desa Cukir. Dengan terkumpulnya semua informasi yang terkait dengan fokus penelitian, maka peneliti dapat memahami apa yang harus dilakukan selanjutnya.

c. Menarik Kesimpulan

Kegiatan analisis yang ketiga adalah menarik kesimpulan. Ketika kegiatan pengumpulan data dilakukan, seorang penganalisis


(32)

21

kualitatif mulai mencari informasi, mengamati fenomena yang terjadi, pola-pola, alur sebab akibat, dan proposisi.16

Menarik kesimpulan ini sudah dilakukan saat kegiatan pengumpulan data, dengan mencari makna dan penjelasan mengenai bagaimana makam Gus Dur dan perubahan sosial masyarakat desa Cukir. Dengan melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi kepada sebagian masyarakat desa Cukir.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data dan kebenaran data, peneliti melakukan observasi partisipasi terus menerus, mencari data yang bertentangan, memeriksa kembali catatan lapangan, dan diskusi dengan dosen pembimbing.

G. SistematikaPembahasan

Bab pertama adalah pendahuluan yang merupakan deskripsi penjelasan tentang objek penelitian, fokus penelitian, kegunaan penelitian serta alasan penelitian ini dilakukan.

Pendahuluan menjelaskan gambaran umum mengenai latar belakang peneliti mengambil tema penelitian ini, rumusan masalah, telaah pustaka, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dari tema penelitian ini, seperti apa perubahan sosial masyarakat terhadap adanya

16UlberSilalahi,MetodePenelitianSosial, (Bandung: PT RafikaAditama,


(33)

22

makam Gus Dur. Dan yang terakhir adalah metode penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif.

Bab berikutnya tentang kajian teori. Kajian teori menjelaskan tentang kajian kepustakaan, landasan teori dan penelitian lainnya yang relevan dengan penelitian. Kajian pustaka menjelaskan pengertian dari perubahan sosial masyarakat dan makam Gus Dur. Landasan teori yang dipakai untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah teori konstruksi sosial dari Peter L. Berger dan Thomas Luckman.

Bab selanjutnya berisi penyajian dan analisis data. Penyajian dan analisis data menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian. Gambaran umum objek penelitian ini meliputi keadaan geografis, demografi penduduk, sarana-prasarana desa, dan temuan-temuan yang berkaitan dengan rumusan masalah yang didapatkan selama proses penelitian.

Bab yang terakhir berupa penutup. Penutup berisi kesimpulan dan rekomendasi atau saran terhadap penelitian ini. Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah diantaranya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial masyarakat desa Cukir. Dan bab ini merupakan akhir dari laporan penelitian skripsi ini.


(34)

BAB II

Makam Gus Dur dan Perubahan Sosial Masyarakat A. Kajian Pustaka

1. Dalam kajian pustaka ini, peneliti akan menjelaskan tentang Makam Gus Dur

Ketika seseorang meninggal dunia, maka ada kewajiban yang harus dilaksanakan oleh keluarga yang ditinggalkan, yaitu pengurusan jenazah yang meninggal. Dalam islam1, pengurusan

jenazah dimulai dengan memandikan jenazah sampai bersih, mengafani jenazah dengan aturan yang telah ditetapkan, dan terakhir adalah dikuburkan dengan aturan yang juga telah ditetapakan. Tempat penguburan orang yang telah meninggal disebut kuburan atau makam.

Makam menurut kamus bahasa Indosnesia2 sama halnya dengan kubur. Menurut islam3 pengertian makam yaitu tempat untuk memakamkan jenazah atau lubang dalam tanah yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan atau menguburkan orang yang telah meninggal.

Dengan demikian pengertian makam menurut islam dan pengertian luasnya, maka merupakan tempat peristirahatan bagi

      

 Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, 2008, Tata Cara Mengurus Jenazah; Praktis dan Lengkap Sesuai Sunnah Nabi Muhammad SAW (Jakarta: QisthiPress), hal. 23 

 Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2007), hal. 257  3 Partanto Barry, Kamus Ilmiah, (Surabaya: Arloka, 2003), hal. 77 


(35)

   

orang yang telah meninggal sampai ia nanti akan dibangkitkan kembali. Dibangkitkan untuk menghadap pengadilan Allah dalam menimbang setiap amalan yang telah dilakukan semasa hidupnya didunia, baik itu amal baik maupun amal buruk. Amal baik dan buruk akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Dalam islam, terdapat aturan dalam pemakaman, diantaranya adalah lubang untuk pemakaman harus dalam dan lebar. Harus dalam agar bau dari jenazah tidak menyebar keluar dan agar tidak dirusak oleh binatang buas. Posisi jenazah harus dihadapkan ke kiblat dan dianjurkan untuk membuat lubang khusus dalam makam tersebut, boleh meninggikan kuburan sedikit dari tanah agar dapat terlihat walaupun hanya satu jengkal saja, dan boleh memberikan cirri untuk makam walaupun hanya dengan batu atau pelepah. Hanya saja kita dilarang untuk memberikan penerangan dimakam dan tidak boleh membangun kuburan atau menjadikan kuburan sebagai tempat sujud.

Dalam hal ini, makam yang dimaksud ialah makam K.H Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. Sepeninggal beliau setelah mengalami komplikasi akibat beberapa penyakit yang dideritanya. Gus Dur wafat pada tanggal 30 Desember 2009, dan kemudian beliau dimakamkan di kompleks Pondok Tebuireng, bersebelahan dengan makam kakeknya KH.Hasyim Asy’ari. Makam yang berada ditengah pondok Tebuireng ini juga terdapat


(36)

   

makam dari ayahanda Gusdur, KH.Wahid Hasyim dan mantan pengasuh pondok Tebuireng KH.Yusuf Hasyim.4 Area pemakaman

keluarga Gus Dur ini berada di komplek Pondok Tebuireng Desa Cukir Kecamatan Diwek kabupaten Jombang..

Seperti halnya aturan yang ada dalam islam tentang makam. Makam Gus Dur pun terlihat biasa layaknya makam pada umumnya, pihak keluarga dan pengurus pondok pesantren Tebuireng tidak membangun ataupun memberi penerangan yang berlebihan pada makam tersebut. Walaupun makam Gus Dur terlihat biasa saja, namun makam beliau juga menjadi salah satu tujuan bagi para peziarah yang datang ke wilayah Jombang.

Para peziarah kirim doa kepada seluruh almarhum yang dimakamkan di tempat pemakaman keluarga tersebut. Hal ini lumrah, karena di lokasi makam ada makam KH. Hasyim Asy’ari maupun KH. Wahid Hasyim yang merupakan tokoh nasional. Namun, semenjak jenazah Gus Dur dimakamkan di kompleks pondok itu, lokasi makam itu semakin dipadati peziarah. Popularitas Gus Dur sebagai mantan Ketua Umum PBNU dan mantan Presiden, turut member sumbangan pada besarnya minat masyarakat untuk berziarah. Mereka datang dari berbagai macam daerah di Indonesia. Bahkan, peziarah bukan hanya dari kalangan

      

 Badiatul Roziqin, dkk, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia (Yogyakarta: e-Nusantara, 2009), hal. 36 


(37)

   

nahdliyin, tapi juga non-muslim maupun tokoh mancanegara juga tidak segan untuk berziarah ke makamnya.

Dari pengertian tersebut diatas dapat memberikan gambaran yang cukup jelas tentang makam, khususnya makam Gus Dur. Makam bukan hanya tempat untuk memakamkan seseorang yang sudah meninggal, namun juga memberikan fungsi sebagai tempat berziarah bagi penduduk yang masih hidup, dan bagi masyarakat wilayah tersebut mempunyai fungsi tambahan yaitu merupakan salah satu fasilitas kota serta mempunyai nilai yang tinggi bagi kota, seperti destinasi wisata religi. Begitu pula dengan makam Gus Dur yang terletak di wilayah pondok pesantren Tebuireng Jombang.

2. Perubahan Sosial Masyarakat

Manusia tidak lepas dari perubahan sosial. Setiap manusia, masyarakat maupun individu pasti selalu mengalami perubahan. Perubahan sosial mengacu pada perubahan dalam tatanan sosial dalam masyarakat. Perubahan sosial termasuk perubahan dalam lingkungan, lembaga-lembaga sosial, perilaku sosial, dan hubungan sosial.

Perubahan sosial juga dapat mengacu pada gagasan kemajuan sosial atau evolusi sosial budaya. Perubahan sosial dapat berlangsung dengan cepat ataupun dengan lambat dan pada umumnya tidak disadari oleh masyarakat. Orang hanya akan


(38)

   

mengetahui perubahan sosial ketika dia membandingkan kehidupan sosial di masa lampau dengan masa kini.

Pengertian perubahan sosial menurut beberapa ahli5, diantaranya:

a. Gillin: Pengertian perubahan sosial menurut Gillin adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubhan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun dengan difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

b. Mac Iver: Menurut Mac Iver, pengertian perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (ekuilibrium) hubungan sosial.

c. Kingsley Davis: Pengertian perubahan sosial menurut Kingsley Darvis adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

d. Menurut Selo Soemardjan, perubahan adalah segala perubahan yang terjadi pada berbagai lembaga masyarakat dalam suatu lingkungan masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk di dalamnya nilai sosial, sikap, pola perilaku antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

      

 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hal. 132-133. 


(39)

   

Bentuk perubahan sosial dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk yaitu perubahan evolusi dan perubahan revolusi, perubahan direncanakan dan tidak direncanakan, dan perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil.6

a. Perubahan Evolusi dan Perubahan Revolusi

Perubahan evolusi dan perubahan revolusi adalah bentuk perubahan sosial berdasarkan lama perubahan sosial tersebut. Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam waktu yang cukup lama dan terjadi karena dorongan dan usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan hidupnya.

Sedangkan perubahan revolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam waktu yang relatif cepat dan terjadi karena ada ketidakpuasan masyarakat terhadap suatu keadaan. Keduanya sama-sama tidak ada unsur kehendak atau perencanaan sebelumnya.

b. Perubahan Direncanakan dan Tidak Direncanakan

Perubahan direncanakan dan tidak direncanakan adalah bentuk perubahan sosial berdasarkan ada tidaknya perencanaan dalam perubahan sosial tersebut. Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah

      

 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hal. 133-134. 


(40)

   

direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat.

Sedangkan perubahan yang tidak direncanakan adalah perubahan yang tidak dikehendaki dan terjadi di luar jangkauan masyarakat. Perubahan yang tidak direncanakan biasanya diakibatkan karena bencana alam atau wabah penyakit.

c. Perubahan Berpengaruh Besar dan Berpengaruh Kecil

Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil adalah bentuk perubahan sosial berdasarkan besar pengaruhnya terhadap masyarakat. Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat.

Sedangkan perubahan berpengaruh kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Perubahan berpengaruh kecil biasanya berupa mode atau tren yang tidak semua masyarakat mengikutinya.

Dalam hal ini pengertian tentang perubahan sosial masyarakat yang dimaksud ialah perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat setelah adanya makam Gus Dur. Masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah pondok pesantren Tebuireng, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.


(41)

   

B. Kerangka Teoretik

Teori merupakan seperangkat pernyataan atau proposisi yang berhubungan secara logis, yang menerangkan fenomena tertentu.7

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Konstruksi Sosial.8 Tokoh besar dalam teori ini ialah Peter Ludwig Berger dan

Thomas Luckman.

Peneliti memilih pemikiran Peter L. Berger dan Thomas Lukman mengenai konstruksi sosial yang mempunyai tiga moment diaklektis yang simultan (sekaligus), yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi serta masalah legitimasi yang berdimensi kognitif dan normatif, inilah yang dinamakan realitas/kenyataan sosial.

Menurut peneliti, pemikiran Berger dan Luckman tentang konstruksi sosial dianggap lebih cocok dan relevan dibandingkan dengan teori lainnya. Pemikiran Berger dan Luckman peneliti anggap sangat relevan membantu peneliti dalam mengkaji serta menganalisis fenomena sosial yang terjadi di masyarakat sesuai teori yang ada. Dalam hal ini khususnya, menjawab rumusan masalah dari penelitian yang berjudul “Makam Gus Dur dan Perubahan Sosial Masyarakat”.

Peter Ludwig Berger, dilahirkan di Trieste, Italia pada 17 Maret 1929, dan tumbuh dewasa di Wina. Setelah perang dunia ke-2 berakhir, Berger berimigrasi ke Amerika Serikat dan akhirnya dikenal       

7 Robert H Lauler, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 35. 

 I.B Wirawan, Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma; Fakta Sosial, Definisi Sosial, & Perilaku Sosial, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 106. 


(42)

   

sebagai ahli sosiologi pengetahuan. Sekitar tahun 1962, hasil kerja sama dengan Thomas Luckman, Peter Berger berhasil menulis buku berjudul Social Construction of Reality; A Treatise in The Sociology of Knowledge, yang banyak didinspirasi oleh filsafat dan biologi. Di dalam buku tersebut, Berger dan Luckman dengan jelas menunjukkan peran sentral sosiologi pengetahuan sebagai instrumen penting dalam membangun teori sosiologi ke depan.

Teori konstruksi sosial Berger merupakan teori sosiologi kontemporer yang berpijak pada sosiologi pengetahuan. Teori ini menyatakan bahwa kenyataan di bangun secara sosial. Konstruksi sosial berpandangan bahwa nilai, ideologi dan institusi sosial merupakan buatan manusia. Konstruksi sosial juga merupakan pernyataan keyakinan dan juga sudut pandang bahwa kandungan dari kesadaran itu di ajarkan oleh kebudayaan dan masyarakat.

Seperti yang di ungkapkan oleh Berger bahwa realitas memiliki dimensi subyektif dan dimensi obyektif. Menurutnya manusialah yang menciptakan realitas sosial yang obyektif melalui proses eksternalisasi. Sebagaimana ia mempengaruhinya melalui proses internalisasi

. Memahami dunia sosial yang sudah di objektivasikan dan menghadapinya sebagai suatu fakta di luar kesadaran, belum dapat dikatakan sebagai suatu internalisasi. Proses internalisasi lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran


(43)

   

sedemikian sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial.

Macam-macam unsur dari dunia yang diobjektivasikan akan ditangkap sebagai gejala realitas di luar kesadarannya sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi manusia menjadi hasil masyarakat. Bagi Berger masyarakat adalah suatu fenomena dialektis yang artinya masyarakat merupakan produk manusia yang akan selalu memberi timbal balik pada produsennya.

Proses dialektis itu terdiri dari eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi.9

a. Eksternalisasi adalah pencurahan kedirian manusia secara terus menerus ke dalam dunia berupa aktivitas fisik maupun mental. Manusia menciptakan dunianya, seperti menciptakan bahasa, dimana manusia melalui bahasa melakukan interaksi dengan menciptakan simbol-simbol.

b. Obyektivasi dimana produk-produk yang di hasilkan dari aktivitas manusia menjadi sebuah fakta di luar diri manusia. Fakta ini bersifat ekternal terhadap produsennya sendiri dan mempunyai suatu eksistensi tersendiri. Sekali fakta ini tercipta maka tidak dapat begitu saja di abaikan oleh manusia.

      

9 Bagong Suyanto dan Khusna Amal, Anatomi dan Perkembangan Teori Sosial, (Yogyakarta: Aditya Media Publishing, 2010), hal. 144. 


(44)

   

c. Internalisasi adalah penyerapan atau pengambilan kembali realitas atau fakta yang sudah terbentuk sebelumnya kedalam diri manusia atau kedalam kesadaran subyektif manusia.

Dunia kehidupan sehari-hari tidak hanya nyata tetapi juga bermakna secara subyektif. Dunia kehidupan sehari-hari berasal dari pikiran dan tindakan manusia. Dan di pelihara sebagai yang nyata dalam pikiran dan tindakan. Menurut Berger kenyataan hidup sehari-hari sebagai kenyataan yang tertib dan tertata yang di pakai sebagai sarana objektivasi yang membuat tatanan menjadi bermakana.

Dan jika menginginkan suatu perubahan akan ada konsekuensinya. Seperti yang dinyatakan oleh Berger bahwa pengalaman terpenting orang-orang berlangsung dalam situasi tatap muka, sebagai proses interaksi sosial. Interaksi tersebut bersifat subyektif sekaligus obyektif. Subyektif bagi yang berbicara dan obyektif bagi yang mendengarnya, begitu juga sebaliknya.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berjudul “Fenomena Barakah (Studi Konstruksi Masyarakat Dalam Memaknai Ziarah di Makam KH. Abdurrahman Wahid Tebuireng Jombang Jawa Timur); Perspektif


(45)

   

Fenomenologis”, karya Suis10 menjadi rujukan pertaman dalam penelitian ini.

Tujuan penelitian adalah untuk menelaah kegiatan para Peziarah di Makam K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Tebuireng Jombang, kaitannya dengan pemahaman mereka atas ngalap barakah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan tentang keyakinan bahwa nilai-nilai keberkahan ada dalam makam Gus Dur sehingga patut dijadikan obyek ziarah. Namun, keyakinan ini juga berbeda-beda sesuai dengan latar belakangnya. Kalangan Santri memaknai barakah sebagai ziyadatul al-amal untuk mendekatkan diri kepada Allah, sehingga barakah dikalangan santri disebut sebagai barakah al-kalamiyah.

Sedangkan kalangan awam menaknai barakah sebagai sebagai wasilah untuk medapatkan keuntungan praktis, sehingga barakah ini dapat disebut sebagai barakah al‘amliyah, barakah ini terbagi berdasarkan tipologi orang awam yaitu latar belakang petani, pedagang, kalangan pelajar atau siswa dan kalangan non

      

10 Suis, Fenomena Barakah (Studi Konstruksi Masyarakat Dalam Memaknai Ziarah di Makam KH. Abdurrahman Wahid Tebuireng Jombang Jawa Timur); Perspektif Fenomenologis, Disertasi, Program Studi Ke-Islaman Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, tahun 2013. 


(46)

   

muslim. Kalangan petani berharap barakah agar cocok tanamnya tumbuh subur dan mendapatkan keuntungan berlimpah, pada konteks ini barakah disebut barakah al-mazra’iyah. Kalangan pedagang berharap barakah agar dagangannya laris dan mendapatkan keuntungan berlimpah, pada konteks ini barakah disebut barakah al-tijariyah, dan di kalangan pelajar atau siswa berharap barakah dapat ujiannya berjalan lancar dan mendapatkan nilai maksimal yang mengantarkan dirinya lulus, pada konteks ini barakah disebut barakah al-najahiyah.

Kalangan non muslim menziarah makam Gus Dur untuk menghormati pribadinya semasa hidupnya, pada konteks ini barakah disebut barakah al-takrimiyah.Dikalangan politisi barakah dilihat dari dua latar belakang berbeda yaitu politisi dari kalangan Tradisional dan politisi dari kalangan non-tradisional. Dari kalangan tradisional pemaknaan barakah tidak jauh berbeda dengan kalangan santri, namun terdapat sisipan pencitraan didalam ziarahnya, pada konteks ini barakah disebut sebagai barakah al-kalamiyahdan barakah al-martabatiyahatau wasilatu al-taswir. Sedangkan kalangan non-tradisional barakah dengan menziarahi makam Gus Dur hanya dimaknai sebagai pencitraan belaka, pada konteks ini barakah disebut sebagai barakah al-martabatiyahatau wasilatu al-taswir

Penelitian Suis berbeda dengan penelitian kali ini, karena dalam penelitian saya lebih fokus pada adanya makam Gus Dur serta


(47)

   

terjadinya perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat sekitar pondok pesantren Tebuireng. Serta mencari tahu bagaimana hubungan interaksi sosial antara masyarakat sekitar dengan pihak pondok pesantren terkait perubahan tersebut, setelah adanya makam Gus Dur.

Penelitian yang berjudul “Peran Wisata Religi Makam Gus Dur Dalam Membangun Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Sekitar Pondok Pesantren Tebuireng Jombang”, Oleh Sela Kholidiani11, menjadi rujukan kedua dalam penelitian ini. Sela

menjelaskan latar belakang kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar Pondok Pesantren Tebuireng tidak dapat dipisahkan dari peran wisata religi makam Gus Dur yang dimana sejak Gus Dur dimakamkan di area pondok menjadikan perekonomian dan kondisi sosial masyarakat berkembang pesat.

Jenis pendekatan yang digunakan kualitatif, menggunakan teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, studi documenter dan triangulasi. Tujuan penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan peran wisata religi makam Gus Dur dalam membangun kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar Pondok Pesantren Tebuireng. Serta menganalisis kehidupan sosial ekonomi

      

11 Sela Kholidiani, Peran Wisata Religi Makam Gus Dur Dalam Membangun

Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Sekitar Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Skripsi, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, tahun 2016.  


(48)

   

di wisata religi makam Gus Dur Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa, dalam membangun kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang pada sektor wirausaha terhadap potensi peziarah yang terus berdatangan ke makam Gus Dur untuk berziarah, sehingga masyarakat mempunyai peluang besar untuk berwirausaha dengan membuka stand-stand dagang yang berada di wilayah makam Gus Dur.

Kehidupan sosial ekonomi di sekitar Pondok Pesantren Tebuireng Jombang meningkat, hal ini dapat dilihat semakain banyaknya masyarakat sekitar yang membuka bermacam-macam usaha barang maupun jasa dan kehidupan sosial ekonomi mereka pun ikut terbangun dengan adanya interaksi sosial antara pedagang dengan pedagang lainnya serta pedagang dengan pembeli.

Penelitian Sela hampir sama dengan penelitian kali, namun penelitian Sela lebih fokus pada kegiatan sosial ekonomi yang ada di makam Gus Dur wialayah sekitar Pondok Pesantren Tebuireng. Sedangkan penelitian saya, tujuan penelitiannnya pada perubahan sosial yang ada di di makam Gus Dur beserta masyarakat sekitarnya.

Penelitian yang berjudul “Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Putat Jaya Pasca Penutupan Lokalisasi Dolly Di


(49)

   

Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan Surabaya”, karya Cahyo Andrianto12, menjadi rujukan ketiga dalam penelitian ini. Cahyo

menjelaskan tentang bagaimana perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Putat Jaya paska penutupan lokalisasi Dolly di Kelurahan Putat Jaya kecamatan Sawahan Surabaya. Namun dari satu rumusan masalah tersebut terdapat sebuah sub pembahasan didalamnya, antara lain pembahasan mengenai konflik yang terjadi antara pemerintah yang memiliki kebijakan dengan masyarakat yang dulunya berketergantungan dengan adanya lokalisasi Dolly.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian tentang perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Putat Jaya Pasca penutupan Lokalisasi Dolly sangat terlihat. Adapun perubahan sosial dapat diamati sebagai berikut:

1. Dalam bidang kesehatan, pascapenutupan Dollymasyarakat sangat memperhatikan kesehatannya karena takut terkena penyakit HIV / AID.

2. Dalam bidang kebersihan, pasca penutupan Dolly masyarakat lebih kompak dalam membersihkan lingkungan, sehingga kawasan ini terlihat lebih bersih pasca penutupan Dolly.

      

 Cahyo Andrianto, Perubahan Soaial dan Ekonomi Masyarakat Putat Jaya Pasca Penutupan Lokalisasi Dolly Di Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan Surabaya, Skripsi, Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya, tahun 2015. 


(50)

   

3. Pola pikir masyarakatpun lebih baik yang dapat dilihat dari adanya kegiatan pengajian.

4. Pada bidang budaya, masyarakat mengalami gaya berpakaian yang sopan sudah tidak lagi adanya berpakaian minim.

5. Sistem kemasyarakatan masyarakat putat jaya juga terlihat dari menurunya jumlah penduduk sehingga peraturan / norma kampung berubah.

6. Dalam bidang keagamaan masyarakat mengalami perubahan kearah yang lebih baik, sehingga terlihat ketika saat sholat jama’ah masjid mengalami peningkatan jama’ah.

7. Kegiatan prostitusi di kawasan ini mengalami sebuah perubahan menuju e-prostitusi. Yang menawarkan wanita / PSK memalui handphone sang makelar.

Sedangkan perubahan sosial ekonomi, dapat dilihat dari:

1. Perubahan dari segi mata pencaharian, banyak masyarakat yang gulung tikar atas usaha yang telah dirintisnya selama berpuluh tahun tersebut.

2. Berkurangnya pendapatan dari masyarakat yang masih tetap berdagang di kawasan ini, dan juga berkurangnya pemasukan ke kas RT dan RW.


(51)

   

3. Wisma-wisma dikawasan ini dialih fungsikan menjadi tempat usaha mandiri yang lebih halal dan tidak emlanggar norma-norma dalam masyarakat.

Penelitian Cahyo memang berbeda dengan penelitian kali ini, namun mempunyai persamaan yakni sama-sama meneliti perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat setempat. Penelitian Cahyo memfokuskan tujuan penelitian terhadap perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Putat Jaya pasca penutupan lokalisasi Dolly serta adanya konflik yang terjadi dalam perubahan tersebut. Sedangkan penelitian saya bertujuan untuk menegtahui perubahan sosial yang terjadi di wilayah makam Gus Dur dan sekitarnya.

Perbedaan antara ketiga penelitian diatas:

1. Penelitian pertama, penelitian sebelumnya dengan penelitian kali ini sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif, dengan metode wawancara dan observasi serta dokumentasi. Namun perbedaannya adalah, jika dalam penelitian sebelumnya peneliti lebih memfokuskan penelitiannya pada fenomena barakah masyarakat dalam memaknai ziarah ke makam Gus Dur. Sedangkan penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui makam Gus Dur dan perubahan sosial masyarakat sekitar Pondok Pesantren Tebuireng Desa Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.


(52)

   

2. Penelitian kedua, sama halnya dengan penelitian yang pertama. penelitian sebelumnya dengan penelitian kali ini sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi serta dokumentasi. Penelitian sebelumnya lebih menekankan pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang ada di sekitar Pondok Pesantren Tebuieng saja, setelah danya makam Gus Dur. Sedangkan penelitian kali ini tidak hanya fokus pada sosial ekonominya saja namun juga pada perubahan sosial lainnya, misalnya interaksi sosial antar warga setempat dengan para pedagang atau para peziarah, pihak pesantren dengan para pedagang, serta pendidikan di wilayah tersebut.

3. Penelitian ketiga, penelitian sebelumnya juga sama dengan penlitian kali ini, yakni sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian sebelumnya dengan penelitian kali ini sama-sama bertujuan untuk mengetahui perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Perbedaannya, jika dalam penelitian sebelumnya memfokuskan pada perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Putat Jaya pasca penutupan lokalisasi Dolly serta adanya konflik yang terjadi dalam perubahan tersebut yang terletak di Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan Surabaya. Sedangkan penelitian kali ini peneliti memfokuskan perubahan sosial yang terjadi pada


(53)

   

masyarakat sekitar makam Gus Dur setelah adanya makam tersebut yang berada di wilayah Pondok Pesantren Tebuireng Desa Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.


(54)

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wisata religi makam Gus Dur dan sekitarnya yang berada di kawasan Pondok Pesantren Tebuireng yang terletak di wilayah administratif Desa Cukir. Secara umum karakteristik wilayah Desa Cukir dapat dilihat dari aspek fisik yang meliputi letak, luas, topologi dan kondisi iklim.1

2. Kondisi Geografi Desa Cukir

a. Letak

Kawasan Pondok Pesantren Tebuireng yang terletak di wilayah administratif Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, berada pada kilometer 8 dari kota Jombang ke arah selatan. Desa Cukir terletak ±3,20 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Diwek, dan terletak 10 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Jombang. Secara administrasi batas-batas desa Cukir adalah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Desa Kwaron, disebelah selatan berbatasan dengan Desa Kayangan, kemudian disebelah barat berbatasan dengan

      

1 Rencana Pembangunan Jangkan Menengah (RPJM) Desa Cukir Kecamatan Diwek


(55)

   

Desa Grogol dan Desa Bendet, dan disebelah timur berbatasan dengan Desa Keras.

Desa Cukir terdiri dari 4 dusun 12 RW (Rukun Warga) dari 27 RT. (Rukun Tetangga)

b. Luas

Luas wilayah desa Cukir adalah 339,6350 Ha. Menurut jenis penggunaan tanahnya, luasan tersebut terinci sebagai berikut :

Tabel 2.1 Luas tanah menurut penggunaan

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha)

1 2 3 4 5 6 7 Sawah Tegal/ladang Pemukiman Pekarangan Perkebunan Tanah Kas Desa Fasilitas Umum 91,5100 2,9100 83,5600 35,5000 35,5000 13,7700 76,8850 Dari jenis penggunaan tanah di Desa Cukir sebagian besar wilayahnya adalah tanah pertanian atau sawah. Ada beberapa komoditi yang banyak diusahakan oleh para petani di Desa Cukir yang dianggap sesuai dengan kondisi lahan yang ada, diantaranya yang mendominasi adalah tanaman padi dan tebu, selain itu para petani juga menanam alpokat sebagai jenis komodisi yang lain.

3. Kondisi Demografi Desa Cukir

Sumber daya manusia yang tersedia bisa dilihat dari data jumlah penduduk, baik menurut golongan umur, tingkat pendidikan maupun mata


(56)

   

pencaharian. Jumlah penduduk di Desa Cukir pada tahun 2015 adalah sebanyak 8,451 orang, yang terdiri dari laki-laki 4.288 orang dan perempuan 4.613 orang.

a. Penduduk menurut golongan umur

Data ini bermanfaat untuk mengetahui laju pertumbuhan penduduk dan mengetahui jumlah angkatan kerja yang ada. Dari 3.095 jumalah penduduk, tercatat 1647 laki-laki dan 1368 perempuan.

Data penduduk menurut golongan umur di desa Cukir golongan usia balita 0 bln - 4 thn terdapat + 283 jiwa, usia anak-anak mulai 5 thn - 15 thn terdapat 881 jiwa, usia remaja mulai 16 thn-21 thn terdapat + 821 jiwa, usia dewasa mulai 22 thn - 59 thn terdapat + 737 jiwa, dan usia tua/manula usia 60 thn keatas terdapat + 123 jiwa.

b. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia. Prows pembangunan desa akan berjalan dengan lancar apabila masyarakat memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi.

Dan jumlah penduduk 3.095 jiwa, tercatat.35 jiwa pendidikan play group/TK/RA, 258 jiwa pendidikan SD, lalu 247 jiwa pendidikan SLTP, selanjutnya 204 jiwa berpendidikan SMA/sederajat, kemudian 38 jiwa yang berpendidikan perguruan tinggi, 16 jiwa yang buta huruf, dan 2.307 jiwa penduduk belum bersekolah (balita) dan yang tidak bersekolah (dewasa/manula).


(57)

   

Banyak sedikitnya penduduk miskin merupakan salah satu indikator kesejahteraan suatu masyarakat, namun ini juga bukan merupakan suatu hal yang mutlak. Berdasarkan klasifikasi BKKBN di desa Cukir terdapat 171 keluarga yang tergolong prasejahtra, 192 keluarga kategori sejahtera I, sejahtera II sebanyak 197 keluarga, 291 keluarga kategori sejahtera III dan 33 keluarga kategori sejahtera III +. d. Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di desa Cukir sebagian besar masih di sektor pertanian. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian memegang peranan penting dalam bidang ekonomi masyarakat. Data mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 2.2 Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk

1 Petani 116

2 Buruh Tani 33

3 Pegawai Negeri 99

4 Pedagang Barang klontong 345

5 Angkutan 34

6 TNI/POLRI 14

7 Guru Swata 168

8 Pedagang Keliling 147

9 Pensiunan 68

10 Karyawan perusahaan swasta 1,218

11 Buruh harian lepas 25

12 Buruh usaha jasa transportasi 47 13 Pemilik usaha warung makanan dan restoran 129

14 Sopir 17

15 Karyawan honorer 3

16 Lain-lain 5848

Sumber Data : Data Potensi Sosial Ekonomi Desa/Kelurahan RPJM Desa Tahun 2011-20152

      

2Rencana Pembangunan Jangkan Menengah (RPJM) Desa Cukir Kecamatan Diwek


(58)

   

4. Potensi Sumber Daya Alam

Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan. Topografi desa Cukir adalah wilayah datar. Iklim adalah nilai rata-rata dari keadaan alam di udara pada suatu tempat dalam waktu yang cukup lama. Iklim merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Sebagai contoh dalarn bidang pertanian, iklim mempunyai pengaruh yang cukup besar, misalnya untuk penentuan masa tanam. Desa Cukir secara umum beriklim tropis dengan ketinggian ±25 m dpi, serta suhu berkisar antara 26°- 32° Celcius. Curah hujan di desa Cukir dinilai cukup baik. Hal ini terbukti dari turunya hujan tiap tahun di masa tanam. Walaupun tidak dapat dipungkiri juga ketika musim kemarau tiba, para petani di Cukir memilih mengeluarkan biaya sendiri untuk mengairi sawahnya.

5. Potensi Unggulan Desa

Desa Cukir merupakan salah satu desa yang memiliki letak cukup strategis. Demikian juga dengan kondisi tanah yang sebagian relatif datar dan subur dapat menunjang produktivitas pertanian.

Transportasi antar daerah di desa Cukir juga relatif lancar dengan demikian keberadaan desa Cukir dapat dijangkau oleh angkutan umum sehingga mobilitas warga Cukir cukup tinggi. Hal tersebut sangat memudahkan aktivitas masyarakat desa Cukir karena dapat menjangkau sumber-sumber kegiatan ekonomi.


(59)

   

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Profil Gus Dur

Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 bulan ke-8 kalender islam tahun 1940 di Denanyar Jombang Jawa Timur, dari pasangan KH. Wahid Hasyim dan Solichah. Beliau lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. “Addakhil” berarti “sang penakluk”. Kata “Addakhil” tidak cukup dikenal dan diganti nama “Wahid”, dan kemudian dikenal dengan panggilan Gus Dur. “Gus” adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kyai yang berarti Abang atau Mas.

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Gus Dur lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas muslim Jawa Timur. Kakek dari Ayahnya adalah, KH. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama’ (NU), sementara kakek dari pihak ibu KH. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, KH. Wahid Hasyim terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi mentri agama tahun 1949. Ibunya, Ny HJ. Sholichah adalah pitri pendiri pondok pesantren Denanyar Jombang Jawa Timur.

a. Pendidikan Gus Dur

1966-1970 : Universitas Baghdad, Irak, Fakultas Adab jurusan Sastra Arab

1964-1966 : Al-Azhar University, Kairo, Mesir, Fakultas Syariah ( Kulliah al-Syariah )


(60)

   

1959-1963 : Pesantren Tambak Beras Jombang Jawa Timur Indonesia 1957-1959 : Pesantren Tegal Rejo, Magelang Jawa Tengah

Indonesia b. Pengalaman Jabatan

1999-2001 : Presiden Republik Indonesia

1989-1993 : Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI 1987-1992 : Ketua Majelis Ulama’ Indonesia

1984-2000 : Ketua Dewan Tanfidz PBNU

1980-1984 : Katib Awwal PBNU

1974-1980 : Sekertaris Umum Pesantren Tebuireng

1972-1974 : Dekan dan Dosen Fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Asyari

2. Sejarah Makam Gus Dur

KH. Abdurrahman Wahid yang sering dikenal dengan sebutan nama Gusdur, mantan presiden ke empat Republik Indonesia yang juga kyai yang sangat disegani di Indonesia. Tokoh pemuka agama Indonesia dan juga pejuang Nahdlatul Ulama' (NU) ini banyak menorehkan kiprah yang sangat bagus untuk politik Indonesia semasanya.3

Wejangan-wejangannya (nasehat) yang ditujukan untuk semua kalangan ini juga banyak yang menyentuh hati. Begitu pula peran

      

Badiatul Roziqin, dkk, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia (Yogyakarta: e-Nusantara, 2009), hal. 34 


(61)

   

pentingnya dalam keagaman, tentu sangat pantaslah jika beliau patut dihormati oleh setiap kalangan, khususnya para santri Pondok Tebuireng.

Gusdur wafat pada tanggal 30 Desember 2009, dan kemudian beliau dimakamkan di kompleks Pondok Tebuireng, bersebelahan dengan makam kakeknya KH. Hasyim Asy’ari. Makam yang berada di tengah pondok Tebuireng ini juga terdapat makam dari ayahanda Gusdur, KH. Wahid hasyim dan mantan pengasuh pondok Tebuireng KH. Yusuf Hasyim.4

Hampir setiap hari ribuan orang silih berganti berziarah di area makam Gusdur. Kebanyakan para peziarah adalah rombongan Wali Songo yang datang beberapa bus sekaligus. Namun banyak pula peziarah yang datang sebagai rombongan-rombongan kecil. Untuk ziarah sendiri kapan saja bisa, kecuali pada waktu maghrib sampai setelah isya karena memang pihak pondok Tebuireng mempunyai aturan yang mana para santrinya juga ada kegiatan dalam lingkup pondok.

Di sekitar kawasan makam Gus Dur disediakan stand-stand yang menjual oleh-oleh yang bertemakan Gus Dur seperti buku, tasbih, makanan khas Jombang ataupun yang lainnya. Menurut Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf atau Gus Ipul nantinya di kawasan pemakaman ini akan dijadikan sebagai taman wisata religi Kabupaten Jombang, yang mana Gus Dur telah diangkat sebagai pahlawan nasional.

      

4 Syamsul Hadi, Gus Dur KH. Abrurrahman Wahid Guru Bangsa, Bapak


(62)

   

Berikut hasil wawancara dengan Pak Syaifuddin selaku security pintu masuk makam Gus Dur terkait dengan peran wisata religi makam Gus Dur untuk kegiatan sosial ekonomi,

“Mengenai perubahan yang terjadi disini mas, saya rasa cukup signifikan ya..terutama disektor usaha (ekonomi). Karena bisa kita lihat sendiri bahwa sejak adanya makam Gus Dur rata-rata masyarakat sini beralih profesi sebagai wirausahawan bahkan tidak sedikit juga pendatang dari luar daerah Jombang yang ikut berjualan disini.”5

Selain pak Syaifuddin, ada pula pernyataan yang diungkapkan oleh pak Waldi selaku penjual buku di depan pintu masuk makam Gus Dur, pak Waldi mengatakan:

“Mengenai perubahan yang terjadi disini mas, saya rasa cukup signifikan ya..terutama disektor usaha (ekonomi). Karena bisa kita lihat sendiri bahwa sejak adanya makam Gus Dur rata-rata masyarakat sini beralih profesi sebagai wirausahawan bahkan tidak sedikit juga pendatang dari luar daerah Jombang yang ikut berjualan disini.”6

Tidak bisa dipungkiri jika dengan keberadaan Pondok Pesantren Tebuireng ini memang berkah tersendiri bagi masyarakat sekitar untuk membangun kehidupan sosial ekonomi mereka. Terlebih lagi setelah Presiden keempat Indonesia yaitu KH. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur dimakamkan di area Pondok Pesantren Tebuireng. Selain dapat membangun kehidupan ekonomi masyarakat berupa berjualan barang dan jasa, masyarakat sekitar juga dapat membangun kehidupan

      

Wawancara dengan pak Syaifuddin, tanggal 4 Desember 2016


(63)

   

sosialnya dengan saling berinteraksi dengan sesama pedagang, pembeli dan pihak pondok pesantren.

3. Kondisi Makam Gus Dur

Cukir adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Sebuah jalan raya yang menghubungkan Jombang-Batu/Malang sekaligus juga merupakan penghubung Jombang-Pare tepat membelah desa ini di tengah-tengah membujur dari arah utara-selatan menjadikan desa ini "hampir" tidak pernah tidur. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Kwaron dan Jatirejo. Sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kayangan dan Bendet. Desa Grogol membatasi desa ini di sebelah timur dan Desa Keras. Kepadatan penduduk terkonsentrasi di sepanjang ruas jalan raya, sedangkan wilayah yang agak jauh dari jalan raya lebih banyak digunakan untuk lahan pertanian terutama padi dan tebu.

Ditambah dengan beberapa tempat bersejarah membuat desa ini lebih ramai jika dibandingkan dengan desa-desa lain di Kecamatan Diwek. Wilayah yang paling ramai adalah wilayah Dusun Tebuireng karena di sini terdapat beberapa pondok pesantren, di antaranya yang paling terkenal adalah Pondok Pesantren Tebuireng yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asy'ari.

Di dalam pesantren terdapat kompleks makam keluarga keturunan K.H. Hasyim Asy'ari. Selain K.H. Hasyim Asy'ari, di kompleks ini juga


(64)

   

terdapat makam putra dan cucu beliau yaitu K.H. Wahid Hasyim dan K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Kompleks makam ini selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah terutama pada hari libur. Selain pesantren Tebuireng, di desa ini (masih merupakan wilayah Dusun Tebuireng) juga terdapat sebuah pabrik gula warisan zaman Belanda yang sekarang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara X (Persero) Tbk. bernama Pabrik Gula Tjoekir.

Fasilitas pendidikan di desa ini bisa dibilang cukup maju jika dibandingkan dengan desa-desa sekecamatan Diwek bahkan untuk tingkat sekabupaten Jombang sekalipun. Dari tingkat TK sampai perguruan tinggi semuanya ada di desa ini, baik untuk pendidikan umum maupun keagamaan. Sedangkan untuk fasilitas kesehatan, di desa ini telah berdiri puskesmas yang pelayanan kesehatannya mendekati standar rumah sakit karena selain terdapat perawat dan dokter umum juga terdapat pula beberapa dokter spesialis.

Perdagangan di sekitar makam Gus Dur memiliki sistem perdagangan yang baik karena perdagangan sudah diatur oleh warga dan memiliki paguyuban-paguyuban untuk mengatur penjual di sekitar makam Gus Dur, ada empat paguyuban yang mengatur perdagangan di sekitar warga yang meliputi listrik, toko-toko penjualan, kebersihan dan keamanan. Perdagangan di sekitar makam Gus Dur juga tidak luput dari pengaruh pondok pesantren karena nilainilai atau tradisi di dalam podok pesantren sangat berpengaruh, seperti bersikap sopan kepada pembeli,


(65)

   

mendahulukan kenyamanan pembeli, tidak mengambil keuntungan yang berlebih dalam pekerjaan, pedagang selalu memperhatikan kesejahteraan bersama untuk membangun kehidupan sosial ekonomi.

4. Nilai Ekonomis Kegiatan Ziarah Makam Gus Dur

Masyarakat Tebuireng dan sekitar dalam memanfaatkan ekonomi terkait dengan adanya kegiatan ziarah makam Gus Dur. Ada dua jenis usaha yang dijalankan oleh para pelaku usaha di sekitar makam Gus Dur: 1. Usaha Jasa

Untuk usaha jasa, dari identifikasi penulis telah menemukan sembilan jenis usaha jasa, yaitu :

a. Jasa Parkir kendaraan besar

Dari hasil penelusuran, pada awal-awal meninggalnya Gus Dur ada banyak jasa tempat parkir baik kendaraan roda 2 maupun kendaraan besar yang dikelola masyarakat, namun sudah ada tempat parkir khusus yang telah dibangun di selatan lokasi makam Gus Dur, tapi masih ada beberapa jasa parkir kendaraan besar yang dikelola oleh masyarakat setempat.

b. Jasa Penitipan Sepeda.

Walaupun sudah disedikan tempat parkir sepeda untuk para peziarah diselatan selatan makam Gus Dur namun masih ada beberapa tempat parkir sepeda milik masyarakat setempat di antaranya:


(1)

   

serta bagi orang lain yang berkunjung atau berziarah ke makam Gus Dur. Karena perubahan tersebut bernilai positif demi memajukan kehidupan sosial serta ekonomi terutaman bagi masyarakat Tebuireng itu sendiri.


(2)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disampaikan di atas dapat disimpulkan:

1. Dalam interaksi sosial diantara pedagang, masyarakat membentuk paguyuban untuk mengatur sektor perekonomian masyarakat kawasan makam Gus Dur. Masyarakat sadar dalam kehidupan sosial mereka tidak hanya mencari keuntungan saja tapi membentuk sebuah paguyuban yang mana paguyuban tersebut mengatur jalannya perekonomian desa. Paguyuban tersebut menerapkan peraturan berupa pembayaran retribusi kebersihan, listrik, penyewaan stand dan lain lain. Hal ini dilakukan untuk membuat para peziarah nyaman dalam berziarah ke makam Gus Dur dan kebutuhan para peziarah terpenuhi. Jika peziarah nyaman dalam berziarah, maka peziarah akan nyaman berziarah ke makam Gus Dur dan hal ini membuat makam Gus Dur ramai oleh peziarah, yang akan meningkatkan penghasilan para pedagang di kawasan makam Gus Dur.

2. Peran wisata religi makam Gus Dur yang ada di area Pondok Pesantren Tebuireng Jombang selain untuk berziarah bagi para peziarah dari berbagai daerah juga dimanfaatkan sebagai lahan usaha bagi masyarakat sekitar dengan berjualan untuk membangun kehidupan sosial ekonomi


(3)

   

masyarakat. Kegiatan masyarakat sekitar dalam membangun kehidupan sosial ekonomi tidak hanya sebatas membangun tempat usaha perekonomian saja akan tetapi masyarakat juga membentuk paguyuban untuk mengatur kegiatan perekonomian. Paguyuban-paguyuban di kawasan makam Gus Dur Kabupaten Jombang membuat peraturan yang berfungsi untuk menjalankan perekonomian masyarakat yang berbudaya Islami, melihat lingkungan sekitarnya adalah Pondok Pesantren Tebuireng.

B. Saran

Setelah mengamati dan menganalisa data yang berhasil diperoleh penulis serta dari hasil kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan saran-saran kepada semua pihak yang berada di lingkungan wisata religi makam Gus Dur Pondok Pesantren Tebuireng Jombang khususnya para pedagang sebagai berikut:

Terkait dengan keberadaan wisata religi makam Gus Dur di area Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, sebaiknya pihak pondok ikut serta dalam menjadi anggota paguyuban pedagang dengan menugaskan santrinya terjun langsung dalam hal perekonomian agar santri mengetahui lebih dalam kegiatan sosial ekonomi di area wisata religi makam Gus Dur.

Untuk para pedagang di kawasan wisata religi makam Gus Dur agar lebih meningkatkan kualitas perdagangan mereka, dari segi barang yang dijual seperti baju, makanan dan oleh-oleh khas Jombang untuk ditingkatkan kualitasnya tetapi harga juga ramah di kantong para peziarah. Dari segi


(4)

   

pelayanan yang dilakukan para pedagang sudah cukup baik bagi para peziarah yang datang ke makam Gus Dur, karena penjual disini sangat ramah dengan para peziarah, mengingat warga Jombang adalah warga yang ramah dan tempat mereka berjualan pun ada di sekitar pondok Tebuireng yang menjunjung tinggi toleransi antar sesama.

Bagi perubahan sosial masyarakat, khususnya masayarakat Tebuireng. Dapat dijadikan wacana tambahan tentang perubahan sosial yang lebih baik lagi, lebih meningkatkan kualitas serta menciptakan perubahan yang lebih baik lagi selain sektor ekonomi.

Bagi peneliti lainnya, dapat dijadikan sebagai rujukan maupun kajian lanjutan yang berkaitan dengan permasalahan yang sama sehingga dapat menyempurnakan hasil penelitian yang sudah peneliti tulis tentang makam Gus Dur dan perubahan sosial masyarakat.

Bagi peneliti sendiri, dapa menambah ilmu serta pengetahuan tentang makam Gus Dur serta perubahan sosial masyarakat yang direlevansikan dengan teori-teri sosial yang sesuai dengan fenomena tersebut, yaitu Konstruksi Sosial.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Desy Anwar, 2007,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amelia Partanto Barry, 2003, Kamus Ilmiah, Surabaya: Arloka

JacobusRanjabar, 2003, Perubahan Sosial Dalam Teori Makro, Bandung :Alfabeta Syamsul Hadi, 2014, Gus Dur K.H Abdurrahman Wahid, Guru Bangsa, Bapak

Pluralisme, Jombang: Zahra Book

Nanang Martono, 2012, Sosiologi Suatu Pengantar, I Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Piotr Sztompka, 2007, Sosiologi Perubahan Sosial terjemahan Alimandan, Jakarta: Prenada

Lexy J. Moleong, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif,Edisi Revisi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Haris Herdiansyah, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, 2008, Tata Cara Mengurus Jenazah; Praktis dan Lengkap Sesuai Sunnah Nabi Muhammad SAW, Jakarta: QisthiPress

Desy Anwar, 2007, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amelia Partanto Barry, 2003, Kamus Ilmiah, Surabaya: Arloka

Badiatul Roziqin, dkk, 2009, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, Yogyakarta: e-Nusantara

Soerjono Soekanto, 2012, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Robert H Lauler, 1993, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Rineka Cipta


(6)

I.B Wirawan, 2012, Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma; Fakta Sosial, Definisi Sosial, & Perilaku Sosial, Jakarta: Kencana Bagong Suyanto dan Khusna Amal, 2010, Anatomi dan Perkembangan Teori

Sosial, Yogyakarta: Aditya Media Publishing

Suis, Fenomena Barakah, 2013, Studi Konstruksi Masyarakat Dalam Memaknai Ziarah di Makam KH. Abdurrahman Wahid Tebuireng Jombang Jawa Timur; Perspektif Fenomenologis, Disertasi, Program Studi Ke-Islaman Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya

Sela Kholidiani, 2016, Peran Wisata Religi Makam Gus Dur Dalam Membangun Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Sekitar Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Skripsi, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Cahyo Andrianto, 2015 Perubahan Soaial dan Ekonomi Masyarakat Putat Jaya Pasca Penutupan Lokalisasi Dolly Di Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan Surabaya, Skripsi, Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya

Data Renvana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang tahun 2011-2015

Puput Noer Fitri Hasanah, 2015, Melanjutkan Kembali Perjuangan Gus Dur diakses pada tanggal 17 September 2015 dari