ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEWAJIBAN SUAMI KEPADA ISTRI DALAM KELUARGA JAMAAAH TABLIGH : STUDI KASUS DI JALAN IKAN GURAME SURABAYA.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEWAJIBAN SUAMI KEPADA
ISTRI DALAM KELUARGA JAMAAH TABLIGH
(Studi Kasus di Jalan Ikan Gurame Surabaya)

SKRIPSI

Oleh
SITI HARISEH
NIM: C01212054

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Ahwalus Syakhsiyah
Surabaya
2016

ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Kewajiban
Suami kepada Istri dalam Keluarga Jamaah Tabligh (Studi Kasus di Jalan Ikan
Gurame Surabaya)”. Penelian ini bertujuan untuk menjawab dari pertanyaan

tentang bagaimana kewajiban suami kepada istri dalam keluarga jamaah tabligh
dan analisis hukum islam terhadap kewajiban suami kepada istri dalam keluarga
jamaah tabligh.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan jenis
penelitian lapangan (field research), yang mana peneliti terjun langsung ke
lapangan untuk menggalih tentang kewajiban suami dalam keluarga jamaah
tabligh, serta wawancara kepada para pihak diantaranya Ahmad Fathoni, Nur
Choirul Umamah, nurul Qomariyah, K.H. Samsul Hadi, Nur Jannah, Nabila.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kewajiban suami kepada istri
dalam keluarga Jamaah Tabligh adalah menjaga dan melindungi serta
memperlakukan istrinya dengan baik, memberi nafkah, memberikan
pelajaran/mendidik istri. Namun berbeda dengan teori yang diberikan, dalam
pemenuhan kadar/ukuran nafkahnya tidak sesuai sehingga menyebabkan keluarga
yang ditinggal menjadi kekurangan. Dalam hukum islam dijelaskan suami adalah
pemimpin bagi kaum wanita, suami adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap setia individu dan apa yang berhubungan dengannya dalam keluarga
tersebut dan membina keluarga yang sehat dan bertugas untuk memenuhi nafkah
keluarganya.
Disarankan dalam hal ini Islam yang identik dengan nilai-nilai demokrasi
dan solidaritasnya hendaknya dapat diterapkan dalam membina rumah tangga

oleh setiap ummat Islam, sehingga rumah tangga muslim selalu dapat dijadikan
suri tauladan oleh ummat manusia kapanpun dan dimanapun berada.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM................................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii
ABSTRAK.............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii
DAFTAR TRANSLITERASI ................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ........................................................... 9
C. Rumusan Masalah.................................................................................. 9
D. Kajian Pustaka ....................................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 11
F. Kegunaan Hasil Penelitian ..................................................................... 12

G. Definisi Operasional .............................................................................. 12
H. Metode Penelitian .................................................................................. 14
I.

Sistematika Pembahasan ........................................................................ 18

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI
ISTRI ........................................................................................................ 22
A. Pengertian Umum Tentang Hak dan Kewajiban Suami Istri ................... 22
1. Pengertian Hak dan Kewajiban .......................................................... 22
2. Dasar Hukum Hak dan Kewajiban Suami Istri................................... 22
3. Macam-macam Hak dan Kewajiban Suami Istri ................................ 25
4. Hak dan Kewajiban Suami Atas Istri ................................................. 30
5. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam UU No. 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan dan dalam KHI ................................................. 32
BAB III KEWAJIBAN SUAMI KEPADA ISTRI DALAM KELUARGA
JAMAAH TABLIGH ................................................................................... 38
A. Profil Jamaah Tabligh ............................................................................ 38
vii


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Sejarah Berdirinya Jamaah Tabligh .................................................. 38
2. Sejarah Jamaah Tabligh ke Surabaya................................................ 47
B. Kewajiban Suami Kepada Istri dalam Keluarga Jamaah Tabligh. ........... 51
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEWAJIBAN SUAMI
KEPADA ISTRI DALAM KELUARGA JAMAAH TABLIGH ......... 56
A. Analisis Dasar tentang Kewajiban Suami Kepada Istri dalam Keluarga
Jamaah Tabligh ...................................................................................... 56
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Kewajiban Suami Kepada Istri dalam
Keluarga Jamaah Tabligh ....................................................................... 60
BAB V PENUTUP................................................................................................ 70
A. Kesimpulan ........................................................................................... 70
B. Saran ..................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 73
LAMPIRAN ........................................................................................................... 75

viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada
semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhtumbuhan1. Pada pasal 1 Undang-undang nomor 1 tahun 1974 yang berbunyi
‚Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2 Pernikahan
akan berperan setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranannya
yang positif dalam mewujudkan tujuan dan pernikahan itu sendiri. 3
Perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia
untuk beranak pinak, berkembang biak, dan melestarikan hidupnya setelah
masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam
mewujudkan tujuan perkawinan. Allah SWT. berfirman dalam surat An-Nisa:
1 yang berbunyi sebagai berikut:
             
               



1

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2008), 10.
Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), 12.
3
Slamet Abidin, H. Aminudin, Fiqih Munakahat 1, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 9.

2

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Artinya:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanyaAllah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada

Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.4
Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya yang hidup
bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan secara anarki tanpa aturan. Demi
menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia, Allah mengadakan
hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antara laki-laki dan
perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan rasa saling meridhai,
dengan ucapan ijab kabul sebagai lambang adanya rasa ridha-meridhai, dan
dengan dihadiri dengan para saksi yang menyaksikan bahwa pasangan lakilaki ddan perempuan itu telah saling terikat. Bentuk perkawinan ini telah
memberikan jalan yang aman pada naluri seks, memelihara keturunan dengan
baik, dan menjaga kaum perempuan agar tidak laksana rumput yang bisa
dimakan oleh binatang ternak dengan seenaknya. Pergaulan suami istri
menurut ajaran Islam diletakkan dibawah naluri keibuan dan kebapaan
sebagaimana ladang yang baik yang intinya menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
yang baik dan menghasilkan buah yang bai pula.5
Sebagai perintah agama tentu saja setiap umat Islam harus
melaksanakannya, dan sebagai perintah agama pula pernikahan haruslah
dilakukan dengan penuh pertimbangan agar dalam penataan kehidupan


4
5

Depag RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 110.
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat.., 10-11.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

keluarga dapat terpelihara dengan baik sehingga dapat tercapainya tujuan
berkeluarga yaitu dapat menciptakan keluarga yang saki>nah, mawaddah

warahmah. Sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat Ar-Rum ayat 21:
            
        
Artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih

dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.6
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah telah menetapkan jodoh dan
pasangan tiap-tiap manusia dari jenis yang sama yaitu manusia juga, laki-laki
dan perempuan. Allah selalu menciptakan rasa kasih dan rasa sayang antara
keduanya, sehingga mereka dapat hidup tenteram dan saling mencintai dalam
rumah tangga yang tenang dan damai. Pada waktu mudanya mereka
senantiasa diliputi rasa cinta dan senang antara keduanya, dan ketika sudah
tua nanti mereka diliputi rasa sayang dan senantiasa menaruh rasa kasihan.
Demikian hubungan suami istri dalam rumah tangga yang saki>nah atau
tenteram dan damai, selalu diliputi kebahagian dan kesejahteraan sepanjang
hidup mereka.7
Kehidupan keluarga, apabila diibaratkan sebagai suatu bangunan demi
terpeliharanya bangunan itu dari hantaman badai dan goncangan gempa, maka
ia harus didirikan di atas satu fondasi yang kuat dengan bahan bangunan yang
6
7

Depag RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya.., 477.
Ibid., 477-478.


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

kokoh serta jalinan perekat yang lengket. Pondasi kehidupan kekeluargaan
adalan ajaran agama, disertai dengan kesiapan fisik dan mental calon-calon
ayah dan ibu. Bagi yang belum siap fisik, mental dan keuangan, dianjurkan
untuk bersabar dan tetap memelihara kesucian diri agar tidak terjerumus
kelembah kehinaan.8
           
       
Artinya:
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orangorang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin
Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha
luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.9
Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah menyerukan kepada semua pihak
yang memikul tanggung jawab atas kesucian dan kebersihan akhlak umat, agar
mereka menikahkan laki-laki yang tidak beristri, baik duda atau jejaka dan

perempuan yang tidak bersuami baim janda atau gadis. Demikian pula
terhadap hamba sahaya laki-laki atau perempuan yang sudah patut dinikahkan,
hendaklah diberikan pula kesempatan yang serupa. Seruan ini berlaku untuk
semua para wali (wali nikah) seperti bapak, paman, dan saudara yang memikul
tanggung jawab atas keselamatan keluarganya, berlaku pula untuk orangorang yang memiliki hamba sahaya, janganlah mereka menghalangi anggota
keluarga atau budak yang dibawah kekuasaan mereka untuk nikah, asal saja

8
9

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan Anggota IKAPI, 1992), 253-254.
Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya.., 599.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

syarat-syarat untuk nikah itu sudah dipenuhi. Dengan demikian terbentuklah
keluarga yang sehat bersih dan terhormat. Dari keluarga inilah akan terbentuk
suatu umat dan pastilah umat atau bangsa itu menjadi kuat dan terhormat
pula. Oleh sebab itu Rasulullah saw bersabda:10
Dan didalam berumah tangga ada kewajiban memelihara diri dan
keluarga. Sebagaimna Firman Allah pada Surat At-Tahrim ayat 6 yang
berbunyi:
           
          
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.11
Ayat enam diatas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus
bermula dari rumah. Ayat diatas walau secara redaksional tertuju kepada
kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat
ini tertuju kepada perempuan dan lelaki (Ibu dan Ayah) sebagaimana ayatayat yang serupa (misalnya ayat yang memeritahkan berpuasa) yang juga
tertuju kepada lelaki dan perempuan. Ini berarti kedua orang tua bertanggung
jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana
masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya. Ayah atau ibu sendiri

10
11

Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya.., 599.
Ibid., 203.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

tidak cukup untuk menciptakan satu rumah tangga yang diliputi oleh nilainilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis. 12
Ada beberapa tanggung-jawab dan fungsi seorang suami: pertama,
menyadari bahwa istrinya sebagai amanat dari Allah SWT yang harus
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dalam segala sesuatu yang menjadi
kewajibannya. Kedua, menafkahi istri dan keluarga. Selain itu, suami juga
harus menjaga keluarganya dari bencana dan bahaya. Ketiga, menjadi
pemimpin dalam beribadah kepada Allah SWT. keempat, menjadi kepala
rumah tangga dan pemimpin keluarga yang adil, bijaksana dan lemah lembut.

Kelima, selalu bersabar bila melihat sesuatu yang tisdak disukai dari istrinya
dan berusaha untuk membimbingnya ke arah yang lebih baik. Keenan, suami
adalah pemimpin, pelindung dan pembimbing dalam keluarga, seperti
tercantum dalam QS. An-Nisa Ayat 34:
            
           
         
         
Artinya:
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena
Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah
yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,
oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang
kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan
12

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 318-319.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha besar.13
Dari ayat diatas dapat kita peroleh kepastian bahwa Islam menganjurkan
pernikahan. Islam memandang pernikahan mempunyai nilai keagamaan
sebagai ibadah kepada Allah swt, mengikuti sunnah Nabi, guna menjaga
keselamatan hidup keagamaan yang bersangkutan. Dari segi lain, pernikahan
dipandang mempunyai nilai kemanusiaan, untuk memenuhi naluri hidupnya,
guna melangsungkan kehidupan jenis, mewujudkan ketentraman hidupnya,
dan melangsungkan kehidupan jenis, mewujudkan ketentraman hidupnya, dan
menumbuhkan serta menumpuk rasa kasih sayang dalam hidup bermasyarakat.
Oleh karenanya, sengaja hidup membujang tidak dapat dibenarkan.14
Jika akad nikah telah sah dan berlaku, maka ia akan menimbulkan akibat
hukum, dan dengan demikian akan menimbulkan pula hak serta kewajiban
selaku suami istri dalam keluarga.
Masing-masing suami istri jika menjalankan kewajibannya dan
memperhatikan tanggugjawabnya, akan terwujudkan ketentraman dan
ketenangan hati, sehingga sempurnalah kebahagian suami-istri tersebut.15
Didalam sunnah diterangkan bahwa pembagian aktifitas rumah tangga antara
suami-istri adalah tuntutan fitrah. Islam adalah agama fitrah. Allah swt
memuliakan suami yang memiliki kekuatan fisik dan akal. Dengan dua

13

Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya.., 161.
Ahmad Azhar Bayir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2004), 13.
15
As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, alih bahasa Moh. Thalib, cet. Ke-13 (Bandung: Al-Ma’arif,
1997),VII:51.

14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

keutamaan itu, ia lebih mampu berusaha, menjaga dan mempertahankan
keluarga khususnya, serta umat dan negara pada umumnya. Karena itu, Allah
swt mewajibkan nafkah keluarga padanya. Dengan itu pula, kaum laki-laki
memimpin kaum wanita. Laki-laki mengurusi kepemimpinan umum dan
khusus. Dimana tidak ada tatanan umum dan khusus yang mengelolanya.16
Menurut fitrah, laki-laki wajib menanggung semua urusan di luar rumah. Ini
berlaku pada semua umat peradaban. Sedangkan wanita, menurut fitrahnya
bertugas untuk mengandung anak, menyusuinya, mengasuhnya dan mendidik
mereka, selain mengurusi perkara-perkara rumah tangga, wanita menguasai
semua urusan internal rumah.17 Demikian pendapat as-Sayyid Muhammad
Ridha.
Adapun tanggung-jawab dan fungsi seorang istri, meliputi: pertama,
menyadari dirinya adalah bagian dari amanat yang diserahkan Allah SWT
pada suaminya. Kedua, pembina seklaigus ibu rumah tangga yang
bertanggung-jawab atas harta benda milik suami dan pendidik atas anakanaknya. Keempat, berusaha menjadi istri yang salehah, yang mengetahui
kewajiban terhadap Tuhannya dan suaminya. Kelima,

selalu berusaha

menyenangkan bila dilihat suaminya, selalu menuruti kehendak suaminya
selama tidak bertentangan dengan perintah Allah SWT dan tidak
menyelewengkan dirinya serta hartanya ke jalan yang tidak disukai suaminya.
Gambaran dari tugas dan tanggung-jawab suami-istri, tidak lain untuk saling

16

As-Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, Risalah Hak dan Kewajiban Wnita, alih bahasa Isnando
(Jakarta: Pustaka Qalami, 2004),53.
17

Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

membantu dan menyempurnakan atas segala kekurangan dari kedua belah
pihak agar dapat mewujudkan keluarga saki>nah.18
Untuk masa sekarang ini telah banyak kelompok-kelompok atau jama’ah
muslim yang memfokuskan diri bekerja disektor dakwah dan salah satunya
yang cukup besar menamakan dirinya dengan Jama’ah Tabligh. Jama’ah
Tabligh adalah jamaah Islamiah yang dakwahnya berpijak pada penyampaian
tentang keutamaan-keutamaan ajaran Islam kepada tiap orang yang dapat
dijangkau oleh jama’ah ini.
Jama’ah yang didirikan oleh Syeh Muhammad Ilyas an-Kandahlawi ini
adalah jama’ah yang sering berpindah-pindah mencari ilmu dan menyebarkan
dakwah. Jama’ah tabligh ini menempuh dakwahnya dengan metodekhuru>j fi>

sab>ililla>h (keluar untuk berdakwah), di mana 4 bulan untuk seumur hidup, 40
hari pada tiap tahun, tiga hari setiap bulan, atau 2 kali berkeliling pada tiap
minggunya. Yang pertama dengan menetap pada suatu daerah dan yang kedua
dengan berpindah-pindah dari suatu daerah ke daerah yang lain.19 Ketika
dalam masa berdakwah meninggalkan istri dan anak, kewajiban sebagai
seorang suami terhadap istri dan anak harus tetap terpenuhi karena setiap
anggota keluarga telah memiliki hak dan kewajiban masing-masing.
Jama’ah Tabligh dalam berdakwahnya dengan meninggalkan keluarga
dan semua kesibukan yang sifatnya duniawi. Dan berupaya untuk
mewujudkan ajaran islam secara konsisten sesuai dengan ajaran dan yang
18

Uus Uswatussholihah, Komunika Jurnal Dakwah dan Komunikasi, No. 1, Vol, 6 (Januari-juni,
2012), 69-70.
19
An Nadhr M Ishaq Shahab, Khuruj Fisabilillah; Sarana Tarbiyah Ummat untuk Membentuk
Sifat imaniyah, (Bandung: Al Islah Press, 2012), 23.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

dilakukan oleh Nabi saw pada masa itu. Sehingga terkadang apa yang
dilakukan oleh anggota Jama’ah Tabligh tidak sesuai lagi dengan zamannya
terutama masalah yang berhubungan dengan keseimbangan hak dan kewajiban
di dalam rumah tangga.20
Dengan melihat latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan
kajian dengan merumuskan judul sebagai berikut ‚Analisis Hukum Islam
Terhadap Kewajiban Suami kepada Istri dalam Keluarga Jamaah tabligh
(Studi Kasus Di Jalan Ikan Gurame Surabaya)‛.

B. Identifikasi Masalah Dan Batasan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diidentifikasikan permasalahn yang
akan timbul antara lain:
1.

Kewajiban seorang suami kepada istri dalam keluarga jamaah tabligh

2.

Analisis hukum Islam terhadap kewajiban suami kepada istri dalam
keluarga jamaah tabligh

3.

Mengutamakan dakwah dari pada keluarga.

4.

Tidak menafkahi secara batin kepada istri.

5.

Tidak melakukan tanggung-jawab sebagai seorang suami.
Pokok masalah pelaksanaan diatas meliputi berbagai aspek bahasan

yang masih bersifat umum sehingga dapat terjadi berbagai macam masalah
dan pemikiran yang berkaitan dengan itu, sebagai tindak lanjut agar lebih
praktis dan khusus diperlukan batasan masalah yang meliputi:
20

An Nadhr M Ishaq Shahab, Khuruj Fisabilillah; Sarana Tarbiyah Ummat untuk Membentuk

Sifat imaniyah.., 35.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

1. Kewajiban suami kepada istri dalam keluarga jamaa tabligh
2. Analisis Hukum Islam terhadap kewajiban suami kepada istri dalam
keluarga jamaah tabligh

C. Rumusan Masalah
1.

Bagaimana kewajiban suami kepada istri dalam keluarga jamaah tabligh?

2.

Bagaimana analisis Hukum Islam terhadap kewajiban suami kepada istri
dalam keluarga jamaah tabligh

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat penelitian
serupa sehingga dapat menimbulkan penelitian yang berulang. Topik utama
yang dijadikan objek penelitian dalam karya tulis ilmiah adalah keluarga
sakinah.
Pembahasan tentang keluarga sakinah banyak yang dikaji oleh
beberapa penulis, diantaranya:
1. Skripsi yang disusun oleh Abdullah Murtafi’ yang berjudul ‚Pengaruh
Istri Berpenghasilan Terhadap Pengambilan Keputusan Keluarga
(Analisa

Konsep

Keluarga

Sakinah

Di

Kelurahan

Kemasan

Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo)‛. Kesimpulan dari skripsi ini
istri yang berpenghasilan mempunyai peran yang dominan dalam
pengambilan keputusan keluarga, baik dalam menentukan menu
sehari-hari sampai pada masalah pendidikan anak. Di dalam konsep

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

keluarga saki>nah salah satu indikasinya adalah adanya sifat
demokratis dalam keluarga.21
2. Skripsi yang di susun oleh Anis Rohmatun Ulya yang berjudul ‚Hak
dan Kewajiban Suami terhadap Istri dalam Al-Quran Perspektif M.
Quraish Shihab dan M. Ali Ash Shobuni‛. Kesimpulan dari skripsi ini
bahwa antara M. Qurais Shihab dan M. Ali Ash Shihab berbeda
pendapat dalam memaparkan hak dan kewajiban suami terhadap istri.
M. Qurais Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat alquran selalu
menggunakan

pendekatan

dari

segi

kebahasaan

sehingga

penafsirannya yang muncul lebih diwarnai penjelasan dengan meneliti
perkara baik dari segi asal kata maupun bentuknya. Sedangkan Ali ash
Shobuni dalam

menafsirkan ayat-ayat

alquran lebih banyak

menghubungkan antara satu ayat dengan ayat yang lain dan tafsirnya
lebih cenderung mengikuti Tafsir Ibnu Katsir, jadi kelihatannya
seperti terjemahannya saja, sehingga kurang dapat dimengerti
bagaimana karakter penafsirannya yang sesungguhnya.22
3. Skripsi yang disusun oleh Kurniatullah Silaturrahmi yang berjudul
‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Putusan PA Sampang No.
114/pdt.G/2010/PA.Spg Tentang Hak dan Kewajiban Suami dalam
Cerai Talak‛. Kesimpulan dari Skripsi ini suami belum dapat

21

Abdullah Murtafi’, ‚Pengaruh Istri Berpenghasilan Terhadap Pengambilan Keputusan Keluarga
(Analisa Konsep Keluarga Sakinah Di Kelurahan Kemasan Kecamatan Krian Kabupaten
Sidoarjo)‛ (Skripsi-- IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2002), 67.
22
Anis Rohmatun Ulya, ‚Hak dan Kewajiban Suami Terhadap Istri Dalam Al-Quran Perspektif
M. Quraish Shihab dan M. Ali Ash Shobuni‛ (Skripsi—UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015), 128.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

memenuhi kewajibannya kepada istrinya secara utuh, apabila si istri
tidal melakukan kewajibannya sebagai istri tidak dapat dipersalahkan
sepenuhnya, sementara suami yang juga tidak melaksanakan
kewajiban dan hanya menuntut haknya tidak dipersalahkan sehingga
dalam perkara ini hakim memutuskan mengabulkan nafkah iddah,
nafkah madiyah istri dan nafkah anak akan tetapi hakim menolak
nafkah madiyah anak karena di dalam perkara tersebut istri tidak
dianggap nusyuz sehingga layak mendapatkan haknya dalam gugatan
rekonvensinya.23
4. Skripsi yang disusun oleh Yahya Afriandi yang berjudul ‚Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami Istri
Dalam Keluarga TKI Tahun 2005-2008 (Studi Di Desa Khiyang
Kecamatan Binong Kabupaten Subag Jawa Barat)‛. Kesimpulan dari
skripsi ini adalah keberlangsungan hak dan kewajiban suami istri
dalam keluarga TKI yang sifatnya interaksi secara langsung antara
suami istri tentunya tidak dapat dijalankan, karena adanya jarak jauh
antara suami yang berada di rumah (Indonesia) sedangkan istri berada
di luar negeri (Saudi Arabia, Abu Dhabi dan Taiwan). Akan tetapi
keberlangsungan kehidupan dapat dijalankan dengan adanya sosok
nenek/mertua yang ikut membantu keluarga TKI. Istri bekerja di luar
rumah dengan izin suami dalam islam memang dibolehkan, karena

23

Kurniatullah Silaturrahmi, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Putusan PA Sampang No.
114/pdt.G/2010/PA.Spg Tentang Hak dan Kewajiban Suami dalam Cerai Talak‛, (Skripsi—UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2015), 78.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

keadaan tertentu yang menuntut istri bekerja. Begitu juga dengan istri
bekerja sebagai TKW, Islam membolehkan selama istri yang bekerja
sebagai TKW mendapatkan izin dari suaminya, akan tetapi kebolehan
tersebut dapat berubah manakala adanya kemudlaratan yang
disebabkan oleh istri bekerja sebagai TKW, yaitu adanya ancaman
keharmonisan keluarga dan kurang diperhatikannya anak.24

E. Tujuan Penelitian
Pembahasan-pembahasan dalam penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana kewajiban suami kepada istri dalam
keluarga jamaah tabligh.
2. Untuk mengetahui bagaimana analisis Hukum Islam terhadap
kewajiban suami kepada istri dalam keluarga jamaah tabligh.

F. Kegunaan Penelitian
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat sekurangkurangnya dalam 2 hal sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Sebagai

tamabahan

pemikiran,

wawasan

keilmuan

dan

memperkaya pengalaman mahasiswa dalam pengembangan dan

24

Yahya Arfiandi, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami Istri
Dalam Keluarga TKI Tahun 2005-2008 (Studi di Desa Khiyang Kecamatan Binong Kabupaten
Subag Jawa Barat)‛, (Skripsi—UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008), 86.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

penerapan ilmu hukum keluarga Islam khususnya didalam bidang
perkawinan.
b. Bagi fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Surabaya, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
menambah referensi ilmiah dan pustaka bagi peneliti selanjutnya.
2. Secara Praktis, yakni dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya
melakukan kewajiban suami terhadap istri, khususnya dalam
membinan keluarga yang baik, penuh cinta kasih menurut islam.

G. Definisi Operasional
Untuk memudahkan dan menghindari dari kesalahpahaman serta
kekeliruan dalam memahami judul skripsi yang telah penulis ajukan yakni
‚Analisis Hukum Islam Terhadap Kewajiban Suami Kepada Istri dalam
Keluarga

Jamaah Tabligh‛,

maka penulis memandang perlu

untuk

mendefinisikan dan mengemukakan secara jelas dan terperinci maksud dari
judul tersebut diatas guna menghindari kerancuhan, sebagai spesifikasi
masalah akan tampak lebih jelas:
Hukum Islam:

Hukum

Islam

disini

adalah

ketentuan

berdasarkan Al-Qur’an, Hadist, Fiqh para ulama
serta

ketentuan-ketentuan

yang

terkandung

dalam KHI.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Kewajiban Suami: seseuatu yang harus dilakukan oleh seseorang
oleh karena kedudukannya. Kewajiban timbul
karena hak yang melekat pada subyek hukum.
Jamaah Tabligh:

Jamaah Islamiah yang dakwahnya berpijak pada
penyampaian

tentang

keutamaan-keutamaan

ajaran Islam kepada tiap orang yang dapat
dijangkau oleh jama’ah ini.

H. Metode Penelitian
Metode sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan,25agar sebuah karya ilmiah (dari sebuah
penelitian) dapat mencapai apa yang diharapkan dengan tepat dan terarah
dengan menggunakan metode ilmiah. Adapun metode yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan untuk mendapatkan pemecahan masalah
dalam rumusan masalah skripsi ini. Dihimpun beberapa data,
diantaranya:
a. Pemikiran jama’ah tabligh tentang keluarga sakinah
b. Konsep keluarga sakinah
2. Sumber data

25

Moh,Nadzir, Metode Penelitian, (Jakarta: Graha Indonesia, 1998), 51

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Peneliti ini merupakan penelitian lapangan, sumber yang
digunakan yaitu sumber data primer dan sekunder, terdiri dari:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang bersifat
utama dan penting yang memungkinkan untuk mendapatkan
sejumlah informasi yang diperlukan dan berkaitan dengan
penelitian.26 Sumber data primer di skripsi ini data yang diperoleh
langsung dari informan dan responden, yang terdiri dari:
1) Ahmad Fathoni
2) Nur Choirul Umamah
3) Nurul Qomariyah
4) K.H. Samsul Hadi
5) Nur Jannah
6) Nabila
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bukubuku, artikel, karya ilmiah yang mempunyai hubungan dengan
penelitian, terdiri dari:
1) Abd. Rohman Ghazali, Fiqh Munakahat.
2) Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan.
3) M. Quraish shihab, Membumikan Al-Qur’an.
4) Baso Mufti Alwi, Perkawinan Dalam Islam
26

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo,1997), 116

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

5) Hammudah Abd Al’Ati, Keluarga Islam
6) Slamet Abidin, Aminudin, Fiqih Munakahat 1
7) Mohd, Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam
8) Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam
9) Al-Qur’an dan Hadits.
10) Dan lain-lain
c. Obyek Penelitian
Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah keluarga dari
kelompok jama’ah tabligh.
3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dalam
kelompok jama’ah tabligh. Adapun proses memperoleh data dalam
penelitian ini sebagai berikut:
a. Wawancara
Dalam penelitian ini juga digunakan teknik wawancara.
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya

jawab sehingga

dapat

dikontruksikan makna dalam suatu topic tertentu.27 Wawancara
kepada kelompok jama’ah tabligh yang digunakan sebagai alat
pengumpulan data dengan melalui tanya jawab, diantaranya
adalah:
1) Ahmad Fathoni
27

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfa Beta, 2008), 72

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

2) Nur Choirul Umamah
3) Nurul Qomariyah
4) K.H. Samsul Hadi
5) Nur Jannah
6) Nabila
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen, atau menyelidiki bendabenda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan,
catatan harian. Data-data yang dikumpulkan dengan metode ini
cenderung mengumpulkan data sekunder.28
c. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.
Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan.29 Adapun observasi yang dilakukan penulis yaitu
dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada kelompok
jama’ah tabligh.
4. Teknik analisis data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yaitu data
yang dihasilkan dari penelitian lebih berkenan dengan interpretasi

28

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006), 158.
29
Ibid., 145.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

terhadap data yang ditemukan di lapangan,30 sehingga teknis analisis
data yang digunakan adalah deskriptif. Analisis deskriptif adalah
menggambarkan dan menguraikan secara menyeluruh mengenai objek
yang diteliti. Dalam mendeskripsikan data yang telah diperoleh,
penulis menggunakan pola pikir deduktif, yakni memaparkan datadata kasus yang didapatkan kemudian menjadi kesimpulan yang
dipadukan dengan kewajiban suami kepada istri dalam keluarga
jamaah tabligh.31

I. Sistematika Pembahasan
Untuk dapat memberikan gambaran secara umum dan mempermudah
pembahasan dalam menyusun skripsi ini, maka diperlukan suatu sistematika
pembahasan.
Bab Pertama Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian,

kegunaan penelitian,

definisi operasional,

metode

penelitian, dan yang terakhir sistematika pembahasan.
Bab Kedua Tinjauan Umum tentang hak dan kewajiban suami terhadap
istri yang berisi pengertian umum hak dan kewajiban, dasar hukum hak dan
kewajiban, macam-macam hak dan kewajiban.
Bab Ketiga Data Penelitian yang berisi tentang pemenuhan kewajiban
suami terhadap istri dalam keluarga jamaah tabligh yang meliputi profil
30
31

Lexi J. Moeloeng, Penelitian Kualitatif, (Bandung: Osdakarya, 2002), 164.
Mardakis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),21.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

jamaah tabligh, dan kewajiban suami terhadap istri dalam keluarga jamaah
tabligh.
Bab Keempat Analisis Hukum Islam terhadap kewajiban suami kepada
istri dalam keluarga jamaah tabligh.
Bab Kelima Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

A. Pengertian Umum Tentang Hak dan Kewajiban Suami Istri
1. Pengertian Hak dan Kewajiban
Hak adalah sesuatu yang dapat dimiliki dan dikuasai sedangkan
kewajiban adalah sesuatu yang harus diberikan, baik berupa benda baik
berupa benda maupun berupa perbuatan.1
Apabila akad nikah telah berlangsung dan sah memenuhi syarat
maka menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian akan menimbulkan
hak serta kewajibannya suami istri dalam keluarga, yang meliputi: hak
suami istri secara bersama, hak suami atas istri dan istri atas suami.2
2. Dasar Hukum Hak dan Kewajiban Suami Istri
Menurut hukum Islam , suami dan istri dalam membina rumah
tangga haru berlaku dengan cara yang baik (ma’ruf) sebagaimana firman
Allah
              
            
         

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan
Ibnu mas’ud, Fiqh Madzhab Syafi’i, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), 312.
Slamet Abidin, Fiqh Munakahat1, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), 157.

1
2

22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

mereka Karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang
Telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata. dan bergaullah dengan mereka secara
patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.3
Maksud dari ayat diatas, para suami agar bergaul dengan istri
dengan baik. Jangan kikir dalam memberi nafkah, jangan sampai
memarahinya dengan kemarahan yang melewati batas atau memukulnya
atau selalu bermuka muram terhadap mereka. Seandainya suami
membenci istri dikarenakan istri itu mempunyai cacat pada tubuhnya atau
terdapat sifat-sifat yang tidak disenangi atau kebencian serius kepada
istrinya timbul karena hatinya telah terpaut kepada perempuan lain, maka
hendaklah suami bersabar, jangan terburu-buru menceraikan mereka.
Mudah-mudahan yang dibenci oleh suami itu justru yang akan
mendatangkan kebaikan dan kebahagian kepada mereka.4
Selanjutnya dikatakan pula dalam Alquran bahwa (pria adalah
pemimpin bagi wanita) dan wanita (istri) itu mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Tetapi suami
mempunyai satu tingkatan kelebihan dari istrinya.
Selain itu juga Allah dalam ayat Alquran surat al-Baqarah/2:228.
              
              

3
4

Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya.., 133.
Ibid., 135.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

              

Artinya:
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu)
tiga kali quru'. tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada
Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya
dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki
ishlah. dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami,
mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.5
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa perempuan itu mempunyai hak
yang seimbang dengan laki-laki dan laki-laki mempunyai kelebihan satu
tingkat dari istrinya, adalah menjadi dalil bahwa dalam amal kebajikan
mencapai kemajuan dalam segala aspek kehidupan, lebih-lebih dalam
lapangan ilmu pengetahuan, perempuan dan laki-laki sama-sama
mempunyai hak dan kewajiban. Meskipun demikian hak dan kewajiban
itu disesuaikan dengan fitrahnya baik fisik maupun mental. Umpamanya
seorang istri mempunyai kewajiban mengurus rumah tangga, menjaga
kebersihan dan rahasia rumah tangga dan lain-lain. Sedang suami sebagai
kepala keluarga bekerja dan berusaha untuk mencari nafkah yang halal
guna membelanjai istri dan anak-anak. Dalam keluarga/rumah tangga,
suami dan istri adalah mitra sejajar, saling tolong menolong dan bantu
membantu dalam mewujudkan rumah tangga sakinah yang diridhai Allah
swt. Perbedaan yang ada adalah untuk saling melengkapi dan kerjasama,

5

Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya.., 335-336

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

bukan sebagai sesuatu yang bertentangan dalam membina rumah tangga
bahagia.6
Dari ayat diatas dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa kaum
laki-laki deperintahkan untuk bergaul dengan istrinya dengan cara yang
paling baik. Kemudian hal itu yang perlu diperhatikan adalah para wanita
memiliki hak yang seimbang dengan hak dan kewajibannya dengan cara
yang ma’ruf.7
3. Macam-macam Hak dan Kewajiban Suami Istri
Hak terdiri dari dari dua macam yaitu Hak Allah dan Hak Adam.8
Yang dimaksud dengan Hak Allah adalah segala seseuatu yang di
kehendaki

dengannya

untuk

meletakkan

diri

kepada

Allah,

mengagungkannya, menegakkan syiar agama Nya. Sedangkan hak Adam
(Hamba) adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan
manusia.
Apabila suatu akad nikah terjadi (perjanjian perkawinan), maka
seorang laki-laki yang menjadi suami memperoleh berbagai hak dalam
keluarga, demikian juga seorang perempuan yang menjadi istri dalam
perkawinan memperoleh berbagai hak pula. Desamping itu mereka pun
memikul kewajiban-kewajiban sebagai akibat dari mengikatkan diri
dalam perkawinan itu.9
6

Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya.., 337-338
Khoiruddin Nasution, Islam: Tentang Relasi Suami dan Istri, (Yogyakarta: Academia dan
Tazzafa, 2004), 241.
8
Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Ilmu Ushul Fiqh, alih bahasa Noer Iskandar
al Barsany, Moh. Tolchah Mansoer, Ed, cet VII (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 340.
9
Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 1999), 63.
7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Terkait hak dan kewajiban suami istri terdapat dua hak, yaitu
kewajiban yang bersifat materiil dan kewajiban yang bersifat inmateriil.
Bersifat materiil berarti kewajiban zhahir atau yang merupakan harta
benda, termasuk mahar dan nafkah. Sedangkan kewajiban yang bersifat
inmateriil adalah kewajiban bathin seorang suami terhadap istri, seperti
memimpin istri dan anak-anaknya, serta bergaul dengan istrinya dengan
cara baik.10
Dalam islam, untuk menentukan suatu hukum terhadap sesuatu
masalah harus berlandaskan atas nash Alquran dan sunnah Nabi. Kedua
sumber ini harus dirujuk secara primer untuk mendapatkan predikat absah
sebagai suatu hukum Islam. Dalam Alquran tidak semua permasalahan
manusia bisa diketemukan ketentuannya, namun pada biasanya, dalam
menyikapi masalah cabang (furu’iyah) yang tidak ada penjelasan rincinya,
Alquran hanya memberikan ketentua secara umum.11
Ketentuan umum yang ada dalam Alquran tersebut adakalanya
mendapatkan penjelasan dari Alquran senduri, adakalanya mendapatkan
penjelasan dari sunnah Nabi sebagai fungsi penjelas. Namun adakalanya
tidak ada penjelasan dari dua sumber primer tersebut. Masalah hak dan
kewajiban suami relatif menapatkan bnayak penjelasan hak yang berupa
prinsip-prinsip maupun detail penjelasannya.
Hak dan kewajiban suami istri dalam rumah tangga ditegaskan
dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 228:
10
11

Mahmudah ‘Abd Al’ Ati, Keluarga Muslim, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984), 223.
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

             