Aplikasi Kewajiban Suami Terhadap Istri Dikalangan Jama'ah Tabligh (Tinjauan atas penerapan Hak dan Kewajiban Suami Istri)

(1)

APLIKASI KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI DIKALANGAN JAMA'AH TABLIGH

(Tinjauan atas penerapan Hak dan Kewajiban Suami Istri)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

MUHAMMAD FATHINNUDDIN NIM : 1111044100073

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 April 2015


(5)

ABSTRAK

Muhammad Fathinnuddin. NIM 1111044100073. KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI DIKALANGAN JAMA'AH TABLIGH (Tinjauan atas Penerapan Hak dan Kewajiban Suami Istri). Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015 M. xi + 85 halaman + 19 lampiran.

Pada penelitian ini penulis melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan hal-hal yang diperlukan, yang berkaitan dengan Jama'ah Tabligh serta pendapat mereka mengenai kehidupan berumah tangga. Penulis melakukan penelitian dengan terjun langsung ke lapangan seperti ke masjid kebon jeruk, dan halaqoh-halaqoh yang berada dibeberapa daerah seperti diwilayah Mampang, Condet dan Pondok Labu. Selain mendapatkan keterangan langsung yang didapat oleh penulis dengan cara berdialog, penulis juga memiliki buku-buku referensi yang ditulis oleh rekan-rekan dari Jama'ah Tabligh itu sendiri mengenai pandangan dan pendapat mereka mengenai kehidupan berumah tangga berdasarkan hak dan kewajiban. Fokus penulis pada pembahasan skripsi ini sebatas kewajiban suami sebagai kepala keluarga dalam pandangan Jama'ah Tabligh, dengan metode dakwah yang dilakukan olehnya yaitu khuruj fii sabilillah.

Metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif eksploratif, adapun jenis penelitiannya yaitu penelitian lapangan (Field Research) yang di padukan dengan penelitian kepustakaan (Library Research). Penelitian dilakukan dengan cara penulis melakukan dialog dengan beberapa anggota Jama'ah Tabligh dalam cara yang berbeda-beda, ada yang bersifat resmi seperti wawancara terstruktur dan bahkan lebih banyak penulis mendapatkan data dari hasil diskusi bersama mereka dalam beberapa kesempatan ketika penulis melakukan penelitian. Kriteria dan sumber data yang digunakan yaitu pertama, data primer seperti wawancara, dan dokumentasi. Kedua, data sekunder yang diperoleh dari buku-buku dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan tema. Adapun teknik pengumpulan data diantaranya yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang terkumpul selanjutnya di analisa dengan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dasarnya prinsip yang dimiliki oleh Jama'ah Tabligh mengenai Hak dan Kewajiban Suami isteri sama seperti halnya dalam Hukum Islam dan Hukum positif yang berlaku di Indonesia. Namun, hal menarik akan terjadi ketika suami sebagai kepala keluarga melakukan dakwah yaitu khuruj fii sabilillah selama beberapa lama (3 hari, 40 hari dan 4 bulan). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, pada dasarnya kewajiban seorang suami ketika khuruj fii sabilillah seperti nafkah untuk isteri dan anak serta keperluan lainnya yang berkaitan dengan kewajiban suami sebagai kepala keluarga tidak terlalaikan karena sebelum mereka meninggalkan isteri dan anak, mereka mengadakan musyawarah terlebih dahulu kepada seluruh anggota keluarga serta menentukan bekal yang akan ditinggalkan untuk kepentingan


(6)

dengan meninggalkan isteri dan anak selama beberapa lama tidak dapat dikatakan mereka bertentangan bahkan melalaikan kewajibannya sebagai seorang suami karena sebelum mereka melakukan khuruj fii sabilillah ada beberapa proses yang harus diperhatikan dan menjadi syarat sebagai diperbolehkannya khuruj fii sabilillah.

Kata Kunci : Khuruj Fii sabilillah, Halaqoh, Tafaqud, Masjid, Hak dan kewajiban, Amir Halaqoh, mahar, nafkah.

Pembimbing : Dr. Hj. Azizah, M.A. Daftar Pustaka : Tahun 1974 s.d Tahun 2012


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh umat Islam yang setia hingga akhir zaman.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ibunda tercinta Hj. Neneng Mulyanah, S.Pd dan Ayahanda tercinta Alm. H. Tahmid yang selalu memberikan kasih sayang, bimbingan, dan doa tanpa kenal lelah. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada mereka.

Dalam persiapan dan pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Syariah. Karena itu penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Kamarusdiana, S.Ag., MH. dan Sri Hidayati, M.Ag. selaku Ketua dan sekretaris Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah.

3. Dr. Hj. Azizah, M.A. selaku pembimbing skripsi yang tak pernah lelah membimbing, mengarahkan, dan memberikan kritikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(8)

5. Seluruh dosen di Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan memberikan arahan kepada kami selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. H. Muhammad Thamrin Hasan dan Hj. Nur Habibah, S.Pd. yang selalu membantu penulis dalam segala hal tanpa rasa lelah semenjak penulis ditinggal oleh seorang ayah yang sangat penulis cintai.

7. Kepala Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas beserta staf yang telah memberikan fasilitas kepada kami dalam menelusuri literatur yang berkaitan dengan skripsi ini.

8. Seluruh anggota Jama'ah Tabligh, baik yang berada di pusat yaitu di Masjid Kebon Jeruk, maupun dihalaqoh-halaqoh daerah terlebih halaqoh Pancoran, Depok dan Condet. Khususnya kepada Ust. H. Dedi, Ust. Ayat Muhayyat Syah, Ust. Hartono, Ust. Fachrurrozi, Ust. H. Dzul, Ust. H. Indro, Ust. H. Abbas, Ust. Syubki yang banyak memberikan pengetahuan mengenai aktifitas dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh.

9. Mamah, serta kedua kakakku tercinta Syarifathunnisa dan Tiya Izzati serta adikku tersayang Khoirunnajah dan Muhammad Akmal Raudhi yang selalu mencintai, memberi semangat, harapan, arahan serta memberi dukungan baik secara materil maupun spiritual sampai terselesaikan skripsi ini dengan baik.


(9)

10.Kepada seluruh pengurus Majlis Ashsholatu'alannabiy SAW khususnya kepada pimpinan majlis Habib Hamid bin Zaid Alaththos serta seluruh keluarga besar Majlis Syababunnabawiyyah, terutama bang Ali, kak Nur dan seluruh pengurus remaja Masjid Jami' Ikhwanul Muslimin (PARAMASIKH) atas do'a dan dukungannya.

11.Keluarga besar Peradilan Agama Angkatan 2011 kelas A dan B terutama Syamsul Bahri, Muhammad Abrar Zulsabrian, Faris Jamal Trianto, Ahmad Firdaus, Robi'atul Adawiyah, Daniel Alfaruq, Nabilla Alhalabi, Muhammad Nazir, lalu ade kelas penulis serta kawan seperjuangan mulai waktu pada saat pondok pesantren, terutama Adam Haekal Radintya Hutabarat, Arief Hidayat, Muhammad Fahmi Fahrurrozi, Fauzi Yusuf AlAmin, serta seluruh rekan-rekan lainnya yang telah mendoakan penulis.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam proses membuka wawasan pengetahuan dan dapat menjadi salah satu cahaya penerang diantara ribuan cahaya pengetahuan lainnya.

Jakarta, 8 April 2015


(10)

JAMA'AH TABLIGH

(Tinjauan atas Penerapan Hak dan Kewajiban Suami Istri)

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………...8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...…...9

D. Metode Penelitian………...10

E. Review Studi Terdahulu………...12

F. Sistematika Penulisan………...13

BAB II : LANDASAN TEORI TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI DALAM RUMAH TANGGA A. Prinsip-prinsip dalam Perkawinan………...15


(11)

C. Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Hukum

Islam………...19

D. Hak dan Kewajiban suami istri dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam………23

BAB III : PROFIL JAMA'AH TABLIGH

A. Sejarah Singkat Pendiri Jama'ah Tabligh……….29 B. Tujuan Berdirinya Jama'ah Tabligh……….37 C. Aktivitas Dakwah Jama'ah Tabligh………..40

BAB IV : KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI DIKALANGAN JAMA'AH TABLIGH DAN APLIKASINYA

A. Hak dan Kewajiban suami istri menurut Jama'ah

Tabligh……...50

B. Kewajiban suami terhadap istri dikalangan Jama'ah Tabligh pada saat berdakwah (khuruj fii sabilillah)…53

C. Analisis Penulis………60

BAB V : PENUTUP


(12)

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan adalah makhluk Allah yang diciptakan-Nya berpasang-pasangan. Hubungan antara pasang-pasangan itu membuahkan keturunan, agar hidup di alam semesta ini berkesinambungan. Dengan demikian penghuni dunia ini tidak pernah sunyi dan kosong, tetapi terus berkembang dari generasi ke generasi. Perkawinan adalah merupakan sunnatullah yang dengan sengaja diciptakan oleh Allah yang antara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan lainnya. Dalam al-Qur'an Allah berfirman :

ݔ

݌ݔܕكܓ۾ م݃݇ع݆ ݍݛجݔܖ ۵ݏق݇خ ءݙش ݅ك ݍم

(

ܓ݆ا

: ۼ۵ݚܔا

٩٤

)

Artinya : "Dan segala sesuatu. Kami ciptakan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah." (Adz-Dzaariyat:49)

Allah menciptakan makhluk-Nya bukan tanpa tujuan, tetapi didalamnya terkandung rahasia yang amat dalam, supaya hidup hamba-hamba-Nya menjadi tenteram. Allah sengaja menumbuhkan rasa kasih sayang ke dalam hati masing-masing pasangan, agar terjadi keharmonisan dan ketenteraman dalam membina suatu rumah tangga.1

Adanya ikatan perkawinan diharapkan akan tercipta rasa tanggung jawab membina kehidupan rumah tangga, khususnya antara suami-istri, disamping

1

M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam (Jakarta : Prenada Media, 2003, Cet. pertama), h. 3.


(14)

terjalinnya hubungan kekeluargaan antara kedua belah pihak. Namun, tidak selamanya kehidupan dan pergaulan antara suami-istri berjalan dengan mulus. Gelombang serta badai rumah tangga adakalanya menimpa mereka.2

Diantara tujuan dan hikmah perkawinan adalah agar terciptanya suatu keluarga atau rumah tangga yang harmonis, penuh kedamaian, serta terjalin rasa kasih sayang antara suami-istri. Untuk membangun rumah tangga ideal tersebut, harus melalui ikatan perkawinan yang sah sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajaran Islam. Hanya dengan cara demikian, konsekuensi adanya hak dan kewajiban serta rasa tanggung jawab antara pasangan suami-istri dapat muncul dalam membina dan membangun keluarga yang sejahtera dan bahagia.3

Nikah mempunyai kontribusi didalam membentuk pribadi untuk berperilaku disiplin seperti disiplin dalam membagi waktu dan pekerjaan. Karena, dengan unsur kedisiplinan ini, seseorang dapat mengatur urusan-urusan rumah tangganya sebagaimana ia disiplin dalam mengatur urusan di luar rumah tangga. Tentu saja masing-masing pihak berdisiplin dan bertanggung jawab berdasarkan hak dan kewajiban masing-masing. Terwujudnya kehidupan yang tenang dan tenteram, dengan adanya cinta dan kasih sayang di antara sesama. Di samping itu, secara sosial juga akan dapat mewujudkan ketenangan dan ketenteraman sosial karena masyarakat dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan maksiat.4

2

Hasanuddin AF, Perkawinan dalam perspektif Alquran (Jakarta : Nusantara Damai Pres, 2011) h. 3

3

Hasanuddin AF, Perkawinan dalam perspektif AlQuran, h. 13

4

Asrorun Ni'am, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga (Jakarta : elSAS, 2008), h. 43


(15)

3

Pernikahan dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang luhur dan sakral, bermakna ibadah kepada Allah, mengikuti sunnah Rasulullah dan dilaksanakan atas dasar ke ikhlasan, tanggung jawab dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum yang harus diindahkan. Ketentuan umum mengenai syarat sah pernikahan menurut ajaran Islam adalah : adanya calon mempelai wanita dan pria, adanya dua orang saksi, wali, ijab Kabul, serta mahar atau mas kawin.5

Hidup berumah tangga merupakan tuntutan fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Keluarga atau rumah tangga muslim adalah lembaga terpenting dalam kehidupan kaum muslimin umumnya dan amal islam khususnya. Ini semua disebabkan karena peran besar yang dimainkan oleh keluarga, yaitu mencetak dan menumbuhkan generasi masa depan, pilar penyangga bangunan umat dan perisai penyelamat bagi negara.6

Jika hukum keluarga memiliki kedudukan atau fungsi mengatur hubungan timbal-balik (internal) antara sesama anggota keluarga dalam sebuah keluarga tertentu, maka fungsi hukum keluarga Islam dalam keluarga muslim adalah sebagai pengatur mekanisme (hubungan) timbal balik antara sesama anggota keluarga. Adapun tujuan dari pensyariatan hukum keluarga Islam bagi keluarga muslim secara ringkas ialah untuk mewujudkan kehidupan keluarga muslim yang sakinah, yakni keluarga muslim yang bahagia dan sejahtera. Tentu sejahtera dalam konteksnya yang sangat luas mengingat ruang-lingkup hukum keluarga itu sendiri tidak hanya identik dengan hukum perkawinan dan hal-hal lain yang

5

Asrorun Ni'am, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, h. 47

6


(16)

bertalian dengannya, akan tetapi juga mencakup perihal kewarisan dan wasiat di samping perwalian dan pengampuan / pengawasan.7

Tanpa mengetahui hukum keluarga Islam secara benar dan baik, hampir mustahil sebuah keluarga terutama keluarga muslim akan mampu mewujudkan impian atau tepatnya idaman yang didambakannya, yakni keluarga sakinah

(sejahtera) yang dibangun atas dasar hubungan mawaddah dan rahmah. Satu hal yang mutlak penting diingatkan di sini ialah bila keluarga muslim dengan para anggotanya benar-benar mengetahui dan sekaligus mengamalkan hukum keluarga Islam secara benar dan baik, niscaya keluarga yang bersangkutan akan menjadi keluarga yang benar-benar sakinah. Hanya keluarga-keluarga sakinah inilah sesungguhnya yang akan dapat membangun sebuah bangunan masyarakat, bangsa, dan negara yang tangguh dan kuat. Keluarga sakinah itu tentu akan dapat dibangun dengan baik manakala setiap anggota keluarga benar-benar mengetahui dengan baik keberadaan hukum keluarga dalam hal ini hukum keluarga Islam bagi keluarga Muslim.8

Islam telah memberikan proporsi tugas dan fungsi masing-masing anggota keluarga yang harmonis, diliputi suasana iman, takwa, dan bahagia. Suami sebagai kepala keluarga, pemimpin keluarga dan wajib memberikan nafkah pada istri dan anaknya. Sementara itu sebagai se orang istri memiliki tugas utama sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Sebagai anak bertugas untuk berbuat

7

Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2004, Cet.pertama), h.31-32

8


(17)

5

baik, patuh, dan taat kepada orang tua selagi orang tua memberikan perintah dan nasihat yang baik.

Pranata sosial seperti pembagian peran, hak, dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan sebagaimana diisyaratkan dalam al-Qur'an, merupakan salah satu sarana yang dapat dilakukan guna mencapai tujuan itu. Namun, tidak berarti sarana lain yang hidup di dalam masyarakat tidak dapat dimanfaatkan. Sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syari'ah dibenarkan untuk dipertahankan.9

Ajaran Islam menentukan kedudukan suami sebagai pemimpin keluarga yang akan memimpin dan mengendalikan bahtera rumah tangganya. Opini dunia sampai sekarang cenderung menetapkan sang suami sebagai kepala keluarga adalah bersumber pada ajaran agama. Disamping kedudukan suami, Islam mengatur pula kedudukan isteri dan anak-anak serta anggota keluarga lainnya, hak dan kewajiban sampai kepada hadhanah, hak waris dan nasab termasuk kedudukan anak angkat dan sebagainya. Berbagai ayat dan hadits menunjukkan bagaimana suami dan istri harus menjaga keutuhan rumah tangga serta selalu mengontrol jalannya kehidupan keluarga dengan penuh kasih sayang, sabar dan penuh tanggung jawab.10

Keberhasilan pernikahan tidak tercapai kecuali jika kedua belah pihak memerhatikan hak pihak lain. Tentu saja hal tersebut banyak, antara lain adalah

9

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an (Jakarta : PARAMADINA, 2001, cet. Kedua), h. 21.

10

Modul Pembinaan Keluarga Sakinah, (Jakarta : Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, 2000 ), h.166


(18)

bahwa suami bagaikan pemerintah/penggembala dan dalam kedudukannya seperti itu dia berkewajiban untuk memerhatikan hak dan kepentingan rakyatnya (istrinya). Istri pun berkewajiban untuk mendengar dan mengikutinya, tetapi disisi lain perempuan mempunyai hak terhadap suaminya untuk mencari yang terbaik11. Fungsi dan kewajiban masing-masing jenis kelamin, serta latar belakang perbedaan, disinggung oleh Q.S. An-Nisa ayat 34 yang berbunyi :

݄۵جܕ݆ا

݌ݕماﱠݕق

ݗ݇ع

ء۵سݏ݆ا

۵݋۸

݅ﱠّف

ݑﱠ݆݇ا

مݓّع۸

ݗ݇ع

ضع۸

۵݋۸ݔ

اݕقفݎأ

ݍم

مݓ݆اݕمأ

ۼ۵ح݆۵ﱠّ݆۵ف

ۼ۵ۿݎ۵ق

ۼ۵ظف۵ح

۷ݛغ݆݇

۵݋۸

ظفح

ݑﱠ݆݇ا

ݙ۾ا݆اݔ

݌ݕف۵܏۾

ݎ

ﱠݍݒܖݕش

ﱠݍݒݕظعف

ﱠݍݒݔܕجݒاݔ

ݙف

عج۵ّ݋݆ا

ﱠݍݒݕ۸ܕضاݔ

݌ۯف

م݃ݏعطأ

اف

اݕغ۹۾

ﱠݍݓݛ݇ع

اݛ۹س

ﱠ݌ۮ

ݑﱠ݆݇ا

݌۵ك

۵ًݛ݇ع

اܕݛ۹ك

) .

۵سݏ݆ا

: ء

٩

)

Artinya:"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Maka perempuan-perempuan yang salehah, adalah mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi, jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar".

Dikalangan masyarakat Islam banyak metode dakwah yang dilakukan oleh para Da'i, salah satunya adalah dakwah yang dilakukan oleh kalangan yang bernama Jama'ah Tabligh (JT). Hal yang sangat menarik dari metode dakwah yang dilakukan oleh para anggota Jama'ah Tabligh (JT) yang mayoritas para anggotanya adalah suami (kepala rumah tangga) ialah apabila sedang melakukan dakwah atau yang biasa disebut dengan tabligh mereka mempunyai metode yang biasa mereka sebut dengan khuruj fii sabilillah. Khuruj adalah meluangkan waktu

11

Muhammad Quraish Shihab, Tafsir AlMisbah pesan kesan dan keserasian alQur'an, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), h.512.


(19)

7

untuk secara total berdakwah, yang biasanya dari masjid ke masjid dan dipimpin oleh seorang Amir12.Dalam melakukan hal tersebut para anggota Jama'ah Tabligh (JT) keluar meninggalkan keluarganya untuk melakukan tabligh dengan mengandalkan biaya sendiri dan meluangkan waktunya ke berbagai penjuru desa, kota bahkan mancanegara dalam jangka waktu tertentu antara 3-40 hari, 4-7 bulan bahkan satu tahun. Ketika dalam masa berdakwah meninggalkan istri dan anak kewajiban sebagai seorang suami terhadap istri dan anak harus tetap dipenuhi karena setiap anggota keluarga telah memiliki hak dan kewajibannya masing-masing.

Sesuatu hal sangat penting dan menarik yang harus diketahui bagi masing-masing pasangan suami maupun istri, baik itu tanggung jawab, hak-hak mereka sebagai kepala keluarga maupun sebagai ibu rumah tangga, agar antara suami istri serta anak dan anggota keluarga lainnya saling menghargai dan mengerti hak dan kewajiban masing-masing, sehingga terciptanya Sakinah di dalam kehidupan berumah tangga, khususnya di kalangan keluarga Jama'ah Tabligh. untuk itu penulis mengambil judul "APLIKASI KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI DIKALANGAN JAMA'AH TABLIGH (Tinjauan atas Penerapan Hak dan Kewajiban Suami Istri)".

12

Khusniati Rofiah, Dakwah Jama'ah Tabligh & eksistensinya di mata masyarakat, (Ponorogo : Ponorogo Press, 2010), h.78.


(20)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak menimbulkan masalah baru serta pelebaran secara meluas, maka penulis membatasi pembahasan ini pada masalah kewajiban suami sebagai kepala keluarga terhadap istri dikalangan Jama'ah Tabligh (JT) ketika suami pergi berdakwah meninggalkan istri, sehingga dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian hanya kepada suami yang sedang melakukan program dakwahnya yaitu khuruj fii sabililah, dan penulis meneliti Jama'ah Tabligh yang berada di Masjid Kebon Jeruk (Jl. Hayam Wuruk No. 85, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat) dan halaqoh masjid Jami' Baiturrohim, Mampang.

2. Perumusan Masalah

Metode dakwah yang dilakukan oleh anggota Jama'ah Tabligh (JT) adalah metode dakwah yang disebut dengan Khuruj fii sabilillah dalam melaksanakan dakwahnya tersebut Jama'ah Tabligh (JT) keluar dari rumah meninggalkan istri, anak dan anggota keluarga lainnya selama beberapa hari. Mulai dari 3-40 hari, 4-7 bulan bahkan satu tahun mereka meninggalkan istri, anak dan anggota keluarga lainnya untuk pergi ber dakwah yang mereka sebut dengan khuruj fii sabilillah. Padahal menurut Hukum Islam dan UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan serta di dalam Kompilasi Hukum Islam, seorang istri memiliki hak dari suami dan menjadi kewajiban yang harus dipenuhi suami terhadap istrinya


(21)

9

Dari rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitiannya adalah :

1. Bagaimana seorang suami memenuhi kewajibannya sebagai kepala keluarga ketika sedang khuruj fii sabilillah di kalangan Jama'ah Tabligh ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun hasil yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah terjawabnya semua permasalahan yang dirumuskan, yaitu :

1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban suami istri dalam Hukum Islam, Hukum positif (UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam) serta menurut pandangan Jama'ah Tabligh

2. Untuk mengetahui kewajiban seorang suami sebagai kepala keluarga dalam memenuhi nafkah terhadap hak isteri dan anak ketika sedang meninggalkan mereka untuk melakukan tabligh,

yaitu khuruj fii sabilillahi

3. Untuk mengetahui peran suami dikalangan Jama'ah Tabligh dalam menjalankan peranannya sebagai kepala keluarga

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hak dan kewajiban suami istri dalam Hukum Islam, hukum positif (UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang


(22)

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam) serta menurut pandangan Jama'ah Tabligh.

2. Mengenal lebih dalam mengenai dakwah dan pembinaan keluarga hingga terciptanya keluarga yang harmonis dikalangan Jama'ah Tabligh (JT)

3. Mengetahui kewajiban seorang suami untuk memenuhi hak-hak anggota keluarganya, ketika di tinggal khuruj fii sabilillah

dikalangan Jama'ah Tabligh D. Metode Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini penulis melakukan dua jenis penelitian, yaitu penelitian pustaka (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research).

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Karakter khusus penelitian kualitatif berupaya mengungkap keunikan individu, kelompok, masyarakat atau organisasi tertentu dalam kehidupannya sehari-hari13. Dari segi tujuan dalam penelitian ini termasuk dalam metode penelitian yang bersifat deskriptif.14

13

Basrowi dan Suwandi, Memahami penelitian kualitatif, h.23

14

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS, 2007), h.67.


(23)

11

2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber data, yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden. Adapun untuk memperoleh data dalam penulisan ini adalah dengan cara melakukan wawancara.15 Penulis melakukan wawancara secara mendalam kepada, Ust. H. Dzul (Pimp. Halaqoh masjid Baiturrahim), Bpk. H. Indro (anggota), Bpk. Fachrulrozi, Bpk. H. Dedi, Ust. Ayat Muhayyat Syah.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari, buku-buku, hasil penelitian, jurnal-jurnal, tulisan-tulisan dari internet, dan lainnya yang berkenaan dengan Jama'ah Tabligh (JT) serta Peraturan Perkawinan di Indonesia mengenai hak dan kewajiban suami istri.

3. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik menganalisa data, penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu suatu teknik analisis data

15


(24)

dimana penulis menjabarkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara/interview.

4. Teknik penulisan

Dalam hal teknis penulisan, penulis mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.

E. Review Studi Terdahulu

Dari beberapa skripsi yang terdapat di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menemukan data yang berhubungan dengan penelitian yang sedang ditulis, antara lain :

Penulis yang bernama Ariandy Setiady dengan judul "Hak-hak wanita sebagai istri,ibu dan anak dalam keluarga di Indonesia Perspektif hukum Islam dan HAM" Tahun 2010 dibawah bimbingan Bapak Dr. H. Afifi Abbas, MA. Hanya membahas mengenai hak-hak seorang wanita sebagai istri, ibu serta anak dan tidak membahas kewajiban seorang suami serta tidak secara khusus membicarakan hak dan kewajiban suami istri dalam berumah tangga.

Penulis yang bernama Umar Hasan Harahap dengan judul skripsi " Konsep Keluarga Sakinah Menurut Jama'ah Tabligh Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat (Telaah Kritis Perspektif Hukum Islam) " Tahun 2013


(25)

13

di bawah bimbingan Bapak Dr. Muhammad Ali Wafa, MA. Penulis meng analisis konsep keluarga sakinah dikalangan Jama'ah Tabligh (JT) dalam perspektif Hukum Islam, belum membahas mengenai kewajiban seorang suami di keluarga anggota Jama'ah Tabligh terhadap hak-hak istri dan anggota keluarga lainnya ketika sedang berdakwah.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penulisan ini, penulis membagi pembahasan dalam lima bab, yaitu :

Bab Pertama, Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu dan sistematika penulisan.

Bab kedua, Merupakan landasan teori yang mencakup prinsip-prinsip dalam perkawinan, pengertian hak dan kewajiban suami istri, hak dan kewajiban suami istri dalam Hukum Islam, serta hak dan kewajiban suami istri dalam UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Bab ketiga, Merupakan Eksistensi Jama'ah Tabligh (JT) yang terdiri dari sejarah singkat pendiri jama'ah tabligh, tujuan berdirinya, aktivitas dakwah jama'ah tabligh, dan pandangan jama'ah tabligh mengenai hak dan kewajiban suami istri dalam keluarga.


(26)

Bab keempat, merupakan pembahasan mengenai kewajiban suami terhadap istridikalangan jama'ah tabligh serta peran suami sebagai kepala keluarga ketika sedang khuruj fii sabilillah dan analisis penulis.

Bab kelima, merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, terdiri atas kesimpulan dan saran-saran.


(27)

15 BAB II

LANDASAN TEORI TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

A. Prinsip-Prinsip dalam Perkawinan

Pernikahan dapat menjaga kehormatan diri sendiri dan pasangan agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang diharamkan. Juga berfungsi untuk menjaga komunitas manusia dari kepunahan, dengan terus melahirkan dan mempunyai keturunan. Demikian juga, pernikahan berguna untuk menjaga kesinambungan garis keturunan, menciptakan keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat, dan menciptakan sikap bahu-membahu diantara sesama. Sebagaimana telah diketahui bahwasanya pernikahan merupakan bentuk bahu-membahu antara suami-istri untuk mengemban beban kehidupan. Juga merupakan sebuah akad kasih sayang dan tolong-menolong diantara golongan, dan penguat hubungan antar keluarga. Dengan pernikahan itulah berbagai kemaslahatan masyarakat dapat diraih dengan sempurna16.

Keluarga adalah unit sosial dasar, dan perkawinan adalah lembaga Islam yang fundamental. Perkawinan dan pembentukkan keluarga adalah tanggung jawab serius dan tunduk kepada peraturan yang spesifik. Oleh karena itu maka perencanaannya adalah layak17.

16

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 40.

17


(28)

Prinsip-prinsip hukum perkawinan yang bersumber dari Qur'an dan al-Hadits, yang kemudian dituangkan dalam garis-garis hukum melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam Tahun 1991 mengandung 7 asas atau kaidah hukum, yaitu sebagai berikut18 :

1. Asas membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.

Suami dan istri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan material.

2. Asas keabsahan perkawinan didasarkan pada hukum agama dan kepercayaan bagi pihak yang melaksanakan perkawinan, dan harus dicatat oleh petugas yang berwenang.

3. Asas monogami terbuka.

Artinya, jika suami tidak mampu berlaku adil terhadap hak-hak istri bila lebih dari seorang maka cukup seorang istri saja.

4. Asas calon suami dan calon istri telah matang jiwaraganya dapat melangsungkan perkawinan, agar mewujudkan tujuan perkawinan secara baik dan mendapat keturunan yang baik dan sehat, sehingga tidak berpikir kepada perceraian.

5. Asas mempersulit terjadinya perceraian.

6. Asas keseimbangan hak dan kewajiban antara suami dan istri, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat.

18

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006 Cet. Pertama), h. 7.


(29)

17

Oleh karena itu, segala sesuatu dalam keluarga dapat dimusyawarahkan dan diputuskan bersama oleh suami istri.

7. Asas pencatatan perkawinan. Pencatatan perkawinan mempermudah mengetahui manusia yang sudah menikah atau melakukan ikatan perkawinan.

Beberapa prinsip perkawinan menurut agama Islam yang perlu diperhatikan agar perkawinan itu benar-benar berarti dalam hidup manusia melaksanakan tugasnya mengabdi kepada Tuhan. Diantara prinsip-prinsip perkawinan adalah memenuhi dan melaksanakan perintah agama, kerelaan dan persetujuan dan suami sebagai penanggung jawab umum dalam rumah tangga.19

B. Pengertian Hak dan Kewajiban Suami Istri

Hak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu20. Sedangkan, kewajiban diartikan dengan sesuatu yang harus dilaksanakan; keharusan21. Hak-hak suami terhadap istrinya yang diwajibkan oleh Islam memungkinkan perempuan melaksanakan tanggung jawabnya yang pokok dalam rumah dan masyarakat. Memberi kemampuan bagi laki-laki untuk membangun rumahnya dan keluarganya22.

19

Abdurrahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h. 32.

20

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 474.

21

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1553.

22

Ali Yusuf, Fiqh Keluarga pedoman berkeluarga dalam Islam, (Jakarta : AMZAH, 2010), h. 144.


(30)

Hak adalah kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu. Misalnya, ia hendak mempertahankan haknya, maka berdasarkan ini dapat juga dikatakan hak itu adalah sesuatu yang harus diterima. Pada pokoknya hak itu dapat pula dibedakan antara hak mutlak atau hak absolut dan hak nisbi atau hak relatif. Hak mutlak adalah hak memberikan wewenang kepada seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Sedangkan hak nisbi (hak relatif) adalah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang tertentu atau beberapa orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa orang lain tertentu memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu23.

Kewajiban berasal dari kata wajib ditambah awalan ke dan akhiran an yang berarti sesuatu yang wajib diamalkan atau dilakukan. Misalnya, jangan melalikan kewajibanmu. Bicara tentang kewajiban, semua manusia yang hidup didunia ini tidak terlepas dari padanya, dan setiap kewajiban itu menimbulkan tanggung jawab, yang dimaksud disini adalah hal-hal yang wajib dilaksanakan dan yang merupakan tanggung jawab suami isteri24. Dapat disimpulkan dari pengertian hak dan kewajiban diatas, bahwa hak adalah sesuatu yang harus diterima sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan dengan baik. Begitulah kehidupan antara suami isteri dalam setiap rumah tangga, apabila dua hal itu tidak seimbang niscaya akan timbullah percekcokkan dan perselisihan dalam rumah tangga. Sebaliknya, jika antara hak dan kewajiban itu seimbang atau sejalan, terwujudlah keserasian dan keharmonisan dalam rumah tangga, rasa kebahagiaan

23

Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1989), h. 7.

24


(31)

19

semakin terasa dan kasih sayang akan terjalin dengan baik. Anak menghormati orang tuanya, orang tua sayang kepada anaknya, suami menghargai isterinya dan isteri pun menghormati suami dan seterusnya25.

Perkawinan adalah perbuatan hukum yang mengikat antara seorang pria dengan seorang wanita (suami dan istri) yang mengandung nilai ibadah kepada Allah disatu pihak dan dipihak lainnya mengandung aspek keperdataan yang menimbulkan hak dan kewajiban antara suami istri. Oleh karena itu, antara hak dan kewajiban merupakan hubungan timbal balik antara suami dengan isrinya26.

Akad nikah yang telah berlangsung dan sah memenuhi syarat rukunnya, maka akan menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, akan menimbulkan pula hak dan kewajiban selaku suami isteri dalam keluarga. Jika suami isteri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-masing, maka akan terwujudlah ketenteraman dan ketenangan hati, sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntutan agama, yaitu sakinah, mawaddah wa rahmah27.

C. Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Hukum Islam28 a. Hak isteri

1. Hak mengenai harta, yaitu mahar atau maskawin dan nafkah. 2. Hak mendapatkan perlakuan yang baik dari suami.

25

Sidi Nazar Bakry, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 37.

26

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 51.

27

Abdurrahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h. 155.

28

Direktorat Jenderal Bimbingan masyarakat Islam dan urusan haji, modul pembinaan keluarga sakinah, h. 143


(32)

Firman Allah SWT :

۵م ضع۹۸ اݕ۹ݒܓۿ݆ ݍݒݕّ݇ع۾ اݔ ۵ݒܕك ء۵سݏ݆ا اݕثܕ۾ ݌أ م݆݃ ݅حݚ ا اݕݏمآ ݍݚܓ݆ا ۵ݓݚأ ۵ݚ

)

٤:ءٓ۵سݏ݆ا( اܕݛثك اܕݛخ اۮ ݍݒݕ݋ۿݛ۾آ

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kalian mempusakai wanita dengan jalan paksa. Janganlah kalian menghalangi mereka kawin dan menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kalian berikan kepada mereka, kecuali jika mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Bergaullah kalian dengan mereka secara patut. Kemudian jika kalian tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak". (QS an-Nisa’ [4]: 19).

3. Agar suami menjaga dan memelihara isterinya. Maksudnya ialah menjaga kehormatan isteri, tidak menyia-nyiakannya, agar selalu melaksanakan perintah Allah dan menghentikan segala larangan-Nya.

Firman Allah SWT :

ۻ݃ئام

۵ݓݛ݇ع ۺܔ۵جح݆اݔ س۵ﱠݏ

݆ا ۵ݒܐݕقݔ اܔ۵ݎ م݃ݛ݇ݒأݔ م݃سفݎأ اݕق اݕݏمآ ݍݚܓﱠ݆ا ۵ݓُݚأ ۵ݚ

ݒܕمأ ۵م ݑﱠ݆݇ا ݌ݕّعݚ ا ܐاܑش ظ۵݇غ

: مݚܕحۿ݆ا ( ݌ݔܕمۭݚ ۵م ݌ݕ݇عفݚݔ م

٦

)

Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan". (QS. At-Tahrim [66] : 6)

b. Hak Suami

Ketaatan isteri kepada suami dalam melaksanakan urusan rumah tangga termasuk di dalamnya memelihara dan mendidik anak, selama


(33)

21

suami menjalankan ketentuan ketentuan Allah yang berhubungan dengan kehidupan suami-isteri.

c. Hak bersama suami-isteri

Hak-hak bersama di antara kedua suami-isteri adalah :

1. Halalnya pergaulan sebagai suami-isteri dan kesempatan saling menikmati atas dasar kerjasama dan saling memerlukan.

2. Sucinya hubungan perbesanan.

Dalam hal ini isteri haram bagi laki-laki dalam pihak kelurga suami, sebagaimana suami haram bagi perempuan pihak keluarga isteri.

3. Berlaku hak pusaka-mempusakai.

Apabila salah seorang di antara suami-isteri meninggal maka salah satu berhak mewarisi, walaupun keduanya belum bercampur. 4. Perlakuan dan pergaulan yang terbaik.

Menjadi kewajiban suami-isteri untuk saling berlaku dan bergaul dengan baik, sehingga suasananya menjadi tentram, rukun dan penuh dengan kedamaian.

d. Kewajiban isteri

1. Hormat dan patuh kepada suami dalam batas-batas yang ditentukan oleh norma agama dan susila.

2. Mengatur dan mengurus rumah tangga, menjaga keselamatan dan mewujudkan kesejahteraan keluarga.


(34)

4. Memelihara dan menjaga kehormatan serta melindungi harta benda keluarga.

5. Menerima dan menghormati pemberian suami serta mencukupkan nafkah yang diberikannya dengan baik, hemat dan bijaksana. e. Kewajiban suami

1. Memelihara, memimpin dan membimbing keluarga lahir batin, serta menjaga dan bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraannya.

2. Memberi nafkah sesuai dengan kemampuan serta mengusahakan keperluan keluarga terutama sandang, pangan dan papan.

3. Membantu tugas-tugas isteri terutama dalam hal memelihara dan mendidik anak dengan penuh rasa tanggung jawab.

4. Memberi kebebasan berpikir dan bertindak kepada isteri sesuai dengan ajaran agama, dan tidak mempersulit apalagi membuat isteri menderita lahir batin yang dapat mendorong isteri berbuat salah.

5. Dapat mengatasi keadaan, mencari penyelesaian dengan bijaksana dan tidak berbuat sewenang-wenang.

f. Kewajiban Bersama suami-isteri

1. Saling menghormati orang tua dan keluarga kedua belah pihak. 2. Memupuk rasa cinta dan kasih sayang.


(35)

23

Masing-masing harus dapat menyesuaikan diri, seia sekata, percaya-mempercayai serta selalu bermusyawarah untuk kepentingan bersama.

3. Hormat-menghormati, sopan-santun, penuh pengertian serta bergaul dengan baik.

4. Matang dalam berbuat dan berpikir serta tidak bersikap emosional dalam persoalan yang dihadapi.

5. Memelihara kepercayaan dan tidak saling membuka rahasia pribadi.

6. Sabar dan rela atas kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan masing-masing.

D. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam UU. NO. 1 TAHUN 1974 Tentang Perkawinan dan dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam)

1. Kewajiban-kewajiban suami a. UU. No. 1 Tahun 1974

Pasal 34 ayat (1).

Suami wajib melindungi istrinya dan memberi segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. b. Kompilasi Hukum Islam

Pasal 80.

(1.)Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama.


(36)

(2.)Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

(3.)Suami wajib memberikan pendidikkan agama kepada istrinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.

(4.)Sesuai dengan penghasilannya, suami menanggung : a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri;

b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak;

c. Biaya pendidikkan bagi anak.

(5.)Kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada ayat (4) huruf a dan b diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya.

(6.)Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b. (7.)Kewajiban suami sebagaimana yang dimaksud ayat (5) gugur

apabila istri nusyuz.

Pasal 82.

(1.)Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban memberi tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing istri secara berimbang menurut besar kecilnya jumlah


(37)

25

keluarga yang ditanggung masing-masing istri, kecuali jika ada perjanjian perkawinan.

(2.)Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan istrinya dalam satu tempat kediaman.

2. Kewajiban-Kewajiban istri a. UU. No. 1 Tahun 1974.

Pasal 34 ayat (2).

Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. b. Kompilasi Hukum Islam.

Pasal 83.

(1.)Kewajiban utama seorang istri ialah berbakti lahir dan batin kepada suami didalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam.

(2.)Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan sebaik-baiknya.

Pasal 84.

(1.) Istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang sah.

(2.)Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya.


(38)

(3.)Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) diatas berlaku kembali sesudah istri tidak nusyuz.

(4.)Ketentuan ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus didasarkan atas bukti yang sah.

3. Kewajiban dan hak suami istri a. UU. No. 1 Tahun 1974.

Pasal 30.

Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Pasal 31.

(1.)Hak dan kedudukkan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukkan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.

(2.)Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

(3.)Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga.

Pasal 32.

(1.)Suami istri mempunyai tempat kediaman yang tetap.

(2.)Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan oleh suami istri bersama.


(39)

27

Suami istri wajib saling cinta mencintai hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lainnya.

b. Kompilasi Hukum Islam Pasal 77.

(1.)Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.

(2.)Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.

(3.)Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikkan agamanya.

(4.)Suami istri wajib memelihara kehormatannya.

(5.)Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.

Pasal 78.

(1.)Suami istri harus mempunyai tempat tinggal yang tetap.

(2.)Rumah kediaman yang dimaksud ayat (1), ditentukan oleh suami istri bersama.


(40)

(1.)Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga.

(2.)Hak dan kedudukkan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukkan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.

(3.)Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.


(41)

29 BAB III

PROFIL JAMA'AH TABLIGH

A. Sejarah Singkat Pendiri Jama'ah Tabligh

Pendiri Jama'ah Tabligh (JT) adalah Muhammad Ilyas al-Kandahlawy lahir pada tahun 1303 H (1886) di desa Kandahlah dikawasan Muzhafar Nagar, Utar Pradesh, India. Ayahnya bernama Syaikh Ismail dan ibunya bernama Shafiyah al-Hafidzah. Keluarga Maulana Muhammad Ilyas terkenal sebagai gudang ilmu agama dan memiliki sifat wara'. Saudaranya antara lain Maulana Muhammad yang tertua, dan Maulana Muhammad Yahya. Sementara Maulana Muhammad Ilyas adalah anak ketiga dari tiga bersaudara29.

Maulana Muhammad Ilyas pertama kali belajar agama pada kakeknya Syeikh Muhammad Yahya, beliau adalah seorang guru agama pada madrasah di kota kelahirannya. Kakeknya ini adalah seorang penganut madzhab Hanafi dan teman dari seorang 'ulama, sekaligus penulis Islam terkenal, Syeikh Abul Hasan Al-Hasani An-Nadwi yang menjabat sebagai seorang direktur pada lembaga Dar Al-'Ulum di Lucknow, India. Sedangkan ayahnya, yaitu Syeikh Muhammad Isma'il adalah seorang ruhaniawan besar yang suka menjalani hidup dengan ber 'uzlah,

berkhalwat dan beribadah, membaca al-Qur'an dan melayani para musafir

29

Wahbah dan Hafizh Hamzah, Ulama membina tamadun manusia, (Kuala Lumpur : Progressive publishing House SDN.BHD, 2007), h. 78


(42)

yang datang dan pergi serta mengajarkan al-Qur'an dan ilmu-ilmu agama30.

Syaikh Muhammad Isma'il selalu mengamalkan doa ma'tsur dari Hadits untuk waktu dan keadaan yang berlainan. Perangainya menyukai kedamaian dan keselamatan serta bergaul dengan manusia dengan penuh kasih sayang dan kelembutan, tidak seorang pun meragukan dirinya. Bahkan beliau menjadi tumpuan kepercayaan para ulama sehingga mampu membimbing berbagai tingkat kaum Muslimin yang terhalang oleh perselisihan diantara mereka.

Ibunda Muhammad Ilyas, yaitu Shafiyah al-Hafidzah adalah seorang hafidzah al-Qur'an. Istri kedua dari syaikh Muhammad Isma'il ini selalu mengkhatamkan al-Qur'an, bahkan sambil bekerja pun mulutnya senantiasa bergerak membaca ayat-ayat al-Qur'an yang sedang ia hafal.

Maulana Muhammad Ilyas sendiri mulai mengenal pendidikan pada sekolah Ibtidaiyah (dasar). Sejak saat itulah ia mulai menghafal al-Qur'an, hal ini disebabkan pula oleh tradisi yang ada dalam keluarga Syaikh Muhammad Isma'il yang kebanyakkan dari mereka adalah hafidz al-Qur'an. Sehingga diriwayatkan bahwa dalam shalat berjama'ah separuh shaf bagian depan semuanya adalah hafidz terkecuali muazzin saja. Sejak kecil telah tampak ruh dan semangat agama dalam dirinya, dia memiliki kerisauan terhadap umat, agama dan dakwah. Sehingga 'Allamah

30

Khusniati Rofi'ah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 44


(43)

31

Syaikh Mahmud Hasan yang dikenal sebagai Syaikhul Hind (guru besar ilmu hadits pada madrasah Darul Ulum) mengatakan, " Sesungguhnya apabila aku melihat Maulana Ilyas aku teringat akan kisah perjuangan para sahabat"31.

Pada suatu ketika saudara tengahnya, yakni Maulana Muhammad Yahya pergi belajar kepada seorang alim besar dan pembaharu yang ternama yakni Syaikh Rasyid Ahmad al-Gangohi, di desa Gangoh, kawasan Saranpur, Utar Pradesh, India. Maulana Muhammad Yahya belajar membersihkan diri dan menyerap ilmu dengan bimbingan Syaikh Rasyid. Hal ini pula yang membuat Maulana Muhammad Ilyas tertarik untuk belajar pada syaikh Rasyid sebagaimana kakaknya.

Maulana Muhammad Ilyas memutuskan untuk belajar agama menyertai kakaknya di Gangoh. Akan tetapi selama tinggal dan belajar disana, Maulana Ilyas selalu menderita sakit. Sakit ini ditanggungnya selama bertahun-tahun lamanya, tabib Ustadz Mahmud Ahmad putra dari Syaikh Gangohi sendiri telah memberikan pengobatan dan perawatan kepadanya32.

Sakit yang dideritanya menyebabkan kegiatan belajarnya menurun, akan tetapi dia tidak berputus asa. Banyak yang menyarankan agar ia berhenti belajar untuk sementara waktu, ia menjawab,"Apa gunanya aku

31

Khusniati Rofi'ah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 45

32

Khusniati Rofi'ah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 46


(44)

hidup jika dalam kebodohan". Dengan izin Allah SWT., Maulana pun menyelesaikan pelajaran Hadits Syarif, Jami'at Tirmidzi dan Shahih Bukhari. Kemudian dalam tempo waktu empat bulan dia sudah menyelesaikan Kutubussittah. Tubuhnya yang kurus dan sering terjangkit penyakit semakin membuatnya bersemangat dalam menuntut ilmu, begitu pula kerisauannya yang bertambah besar terhadap keadaan umat yang jauh dari syariat Islam.

Ketika Syaikh Gangohi wafat pada tahun 1323H, Muhammad Ilyas baru berumur dua puluh lima tahun dan merasa sangat kehilangan guru yang sangat dihormati. Hal ini membuatnya semakin taat beribadah pada Allah. Dia menjadi pendiam dan hanya mengerjakan ibadah, dzikir, dan banyak mengerjakan amal-amal infiradi. Maulana Muhammad Zakaria menuliskan : " Pada waktu aku mengaji sebuah kitab kepada Muhammad Ilyas, aku datang padanya dengan kitab pelajaranku dan aku menunjukkan tempat pelajaran dengan jari kepadanya. Tetapi apabila aku salah dalam membaca, maka dia akan memberi isyarat kepadaku dengan jarinya agar menutup kitab dan menghentikan pelajaran. Hal ini ia maksudkan agar aku mempelajari kembali kitab tersebut, kemudian datang lagi pada hari berikutnya"33.

Maulana Muhammad Ilyas akhirnya berkenalan dengan Syaikh Khalid Ahmad ash-Sharanpuri penulis kitab Bajhul Majhud fi Hilli Alfazhi Abi

33

Khusniati Rofi'ah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 47


(45)

33

Dawud dan akhirnya Muhammad Ilyas berguru kepadanya. Semakin bertambah ilmu yang dimiliki, membuat Muhammad Ilyas semakin Tawadhu'. Ketawadhu'annya pada usia muda menyebabkan Muhammad Ilyas dihormati dikalangan para 'ulama dan masyaikh. Syaikh Yahya, kakak kandung Muhammad Ilyas sendiri tidak pernah memperlakukannya sebagai anak kecil, bahkan Syaikh Yahya sangat menaruh hormat kepadanya.

Pada suatu ketika di Kandahla ada sebuah pertemuan yang dihadiri oleh ulama-ulama besar, di antaranya terdapat nama Syaikh Abdurrahman ar-Raipuri, Syaikh Khalil Ahmad ash-Sharanpuri dan Syaikh Asyraf Ali at-Tanwi. Waktu itu tiba waktu Ashar, mereka meminta Maulana Ilyas untuk mengimami shalat tersebut. Ustadz Badrul Hasan salah seorang diantara keluarga besar tersebut berkata, "alangkah panjang dan beratnya kereta api ini, namun alangkah ringan lokomotifnya", kemudian salah seorang diantara hadirin menjawab, "tetapi lokomotif yang kuat itu justru karena ringannya".

Wafatnya Maulana Muhammad Yahya, pada 9 Agustus 1925, yaitu kakak Muhammad Ilyas, beliau mengalami goncangan yang luar biasa. Dua tahun setelah itu, menyusul kakaknya yang tertua, Maulana Muhammad. Maulana Muhammad meninggal di masjid Nawab Wali, Qassab Pura dan dimakamkan di Nizamuddin. Kematian Maulana Muhammad ini mendapat perhatian dari masyarakat sekitarnya. Seribu orang menziarahi jenazahnya. Setelah itu, masyarakat meminta kepada


(46)

Maulana Ilyas untuk menggantikan kakaknya di Nizamuddin padahal pada waktu itu dia sedang menjadi salah seorang pengajar di Madrasah Mazhohirul 'Ulum. Masyarakat bahkan menjanjikan dana bulanan kepada madrasah dengan syarat agar dapat diamalkan seumur hidupnya34.

Pada akhirnya, setelah mendapat ijin dari Maulana Khalil Ahmad dengan pertimbangan jika tinggalnya di Nizamuddin membawa manfaat maka Maulana Ilyas akan diberi kesempatan untuk berhenti mengajar. Ia pun akhirnya pergi ke Nizamuddin, ke madrasah warisan ayahnya yang kosong akibat lama tidak dihuni. Dengan semangat mengajar yang tinggi dia pun akhirnya membuka kembali madrasah tersebut.

Semangat yang tinggi untuk memajukan agama, Maulana Ilyas kemudian mendirikan maktab di Mewat, tetapi kondisi geografis yang agraris menyebabkan masyarakatnya lebih menyukai anak-anak mereka pergi ke kebun atau ke sawah dari pada kemadrasah atau maktab untuk belajar agama, membaca atau menulis. Dengan demikian Maulana Ilyas dengan terpaksa meminta orang Mewat untuk menyiapkan anak-anak mereka belajar dengan pembiayaan yang ditanggung oleh Maulana sendiri. Besarnya pengorbanan Maulana untuk memajukan pendidikan agama bagi masyaraka. Mewat tidak mendapatkan perhatian. Bahkan mereka enggan menuntut ilmu, mereka lebih senang hidup dalam kondisi yang sudah mereka jalani selama bertahun-tahun turun temurun.

34

Khusniati Rofi'ah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 48


(47)

35

Pada hari terakhir dalam sejarah hidupnya, Maulana mengirim utusan kepada Syaikhul Hadits Maulana Zakariya, Maulana Abdul Qodir Raipuri, dan Maulana Zafar Ahmad, bahwa ia akan mengamanahkan kepercayaan sebagai Amir Jama'ah kepada sahabat-sahabatnya seperti Hafidz Maqhul Hasan, Qozi Dawud, Mulvi Ihtisamul Hasan, Mulvi Muhammad Yusuf, Mulvi In'amul Hasan dan Mulvi Sayyid Raza Hasan. Pada saat itu terpilihlah Mulvi Muhammad Yusuf sebagai pengganti Maulana Muhammad Ilyas dalam mempin usaha dakwah dan tabligh35.

Pada sekitar bulan Juli 1944 Maulana menderita penyakit yang cukup akut. Dia hanya bisa berbaring ditempat tidur dengan ditemani para pembantu dan muridnya. Akhirnya, pada tanggal 13 Juli 1944, Maulana telah siap untuk menempuh perjalanannya yang terakhir. Ia bertanya kepada salah seorang yang hadir, "Apakah besok hari Kamis?", yang disekelilingnya menjawab, "Benar!". Kemudian ia berkata lagi, "Periksalah pakaianku, apakah ada najisnya atau tidak?". Orang-orang yang berada di sekelilingnya berkata bahwa pakaian yang dikenakannya masih dalam keadaan suci. Lantas Muhammad Ilyas turun dari dipan untuk berwudlu dan mengerjakan shalat Isya' dengan berjama'ah. Maulana berpesan kepada orang-orang agar memperbanyak dzikir dan doa pada malam itu: Dia berkata, "Yang ada disekelilingku ini pada hari ini

35

Khusniati Rofi'ah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 52


(48)

hendaklah menjadi orang-orang yang dapat membedakan antara perbuatan setan dan perbuatan malaikat Allah"36.

Pada pukul 24.00 Maulana pingsan dan sangat gelisah, dokter segera dipanggil dan obat pun segera diberikan, kata-kata Allahu Akbar terus terdengar dari mulutnya. Ketika malam telah menjelang pagi, dia mencari putranya yang bernama Maulana Muhammad Yusuf dan Maulana Ikromul Hasan. Ketika dipertemukan dia berkata, "Kemarilah kalian, aku ingin memeluk, tidak ada lagi waktu setelah ini, sesungguhnya aku akan pergi". Akhirnya Maulana menghembuskan nafas terakhirnya, dia pulang ke rahmatullah sebelum adzan Subuh.

Dia tidak banyak meninggalkan karya-karya tulisan tentang kerisauannya akan keadaan umat. Buah pikirannya dituangkan dalam lembar-lembar kertas surat yang dihimpun oleh Maulana Manzoor Nu'mani dengan judul Aur Un Ki Deeni Dawat yang ditujukan kepada para ulama dan seluruh umat Islam yang mengambil usaha dakwah dalam Jama'ah Tabligh. Karyanya yang paling nyata adalah bahwa ia telah meninggalkan ide-ide bagi umat Islam hari ini dan metode kerja dakwah yang telah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Jama'ah Tabligh adalah sebuah nama yang diberikan oleh masyarakat, bukan nama yang diberikan oleh pendirinya Syekh Maulana Muhammad Ilyas. Karena setiap hari berjama'ah dan bertabligh maka muncullah istilah ini. Sebagaimana setiap

36

Khusniati Rofi'ah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 53


(49)

37

hari menjual ikan maka si penjualnya dipanggil 'tukang ikan' dan sebagainya37. Akan tetapi, yang dikatakan jama'ah tabligh adalah orang yang terlibat dalam kerja secara tertib, yang istiqomah keluar dijalan Allah SWT minimal 40 hari setiap tahun38.

B. Tujuan Berdirinya Jama'ah Tabligh

Syekh Maulana Muhammad Ilyas melihat bahwa kebodohan, kegelapan dan sekularisme yang melanda negerinya sangat berpengaruh terhadap madrasah-madrasah. Para murid tidak mampu menjunjung nilai-nilai agama sebagaimana mestinya, sehingga gelombang kebodohan semakin melanda bagaikan gelombang lautan yang melaju deras sampai ratusan mil membawa mereka hanyut. Namun tetap saja masyarakat masih belum memiliki spirit keagamaan. Interest mereka tidak terlalu besar untuk mengirimkan anak-anak mereka belajar ilmu di madrasah. Faktor utama dari semua ini adalah ketidaktahuan mereka terhadap pentingnya ilmu agama, mereka pun kurang menghargai para alumnus madrasah yang telah memberikan penerangan dan dakwah. Orang Mewat tidak bersedia mendengarkan apalagi mengikutinya. Kesimpulannya bahwa madrasah – madrasah yang ada itu tidak mampu mengubah warna dan gaya hidup masyarakat. Kondisi Mewat yang sangat miskin pengetahuan itu semakin menambah kerisauan Maulana Ilyas akan keadaan umat Islam terutama masyarakat Mewat. Kunjungan-kunjungan diadakan bahkan

37

Husen Usman Kambayang, Usaha da'wah & tabligh Terapi rohani paling menakjubkan, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2009), h. 4

38


(50)

madrasah banyak didirikan, tetapi hal itu belum bisa menjadi solusi terbaik untuk mengatasi problem yang dihadapi masyarakat Mewat. Kondisi buruk yang terus berlarut ini akhirnya menjadi inspirasi bagi Muhammad Ilyas untuk mengirimkan delegasi Jama'ah Dakwah ke Mewat. Pada tahun 1351 H/1931 M. Maulana menunaikan haji yang ketiga ke tanah suci Makkah. Kesempatan tersebut ia pergunakan untuk menemui tokoh-tokoh India yang ada di Arab guna mempromosikan usaha dakwah, dengan harapan agar usaha ini dapat terus dijalankan di tanah Arab39.

Keinginannya yang besar menyebabkan ia berkesempatan menemui Sultan Ibnu Sa'ud yang menjadi raja tanah Arab untuk mempromosikan usaha dakwah yang dibawanya. Selama berada di Makkah, Jama'ah ini melakukan banyak aktifitas pergerakan secara intensif, setiap hari sejak pagi sampai petang, usaha dakwah terus dilakukan untuk mengajak masyarakat mentaati perintah Allah dan menegakkan dakwah.

Setelah pulang dari haji tersebut, Maulana mengadakan dua kunjungan ke Mewat, masing-masing disertai jama'ah dengan jumlah yang cukup besar, minimal berjumlah seratus orang. Bahkan di beberapa tempat, jumlah itu justru semakin membengkak. Kunjungan pertama dilakukan selama satu bulan dan kunjungan kedua dilakukan hanya beberapa hari saja. Dalam kunjungan tersebut dia selalu membentuk jama'ah-jama'ah yang dikirim ke kampung-kampung untuk berjaulah (berkeliling dari rumah ke rumah) guna menyampaikan pentingnya agama.

39


(51)

39

Dalam hati Muhammad memiliki konfidensi penuh bahwa kebodohan, kelalaian serta hilangnya semangat agama dan jiwa keislaman itulah yang menjadi sumber kerusakan. Adapun satu-satunya jalan untuk memberantas virus tersebut adalah dengan membujuk masyarakat Mewat agar keluar dari kampung halamannya guna memperbaiki diri dan memperdalam agama, serta melatih disiplin dalam hal positif sehingga tumbuh kesadaran untuk mencintai agama lebih daripada dunia dan mementingkan amal dari mal (harta).

Dari Mewat inilah secara berangsur-angsur usaha tabligh meluas ke Delhi, United Province, Punjab, Khurja, Aligarh, Agra, Bulandshar, Meerut, Panipat, Sonepat, Karnal, Rohtak dan daerah lainnya. Begitu juga di Bandar-bandar pelabuhan banyak jama'ah yang tinggal dan terus bergerak menuju tempat-tempat yang ditargetkan seperti halnya daerah Asia Barat. Setelah Jama'ah ini terbentuk, mereka tak lelah memperluas sayap dakwah dengan membentuk beberapa jaringan disejumlah negara. Jama'ah ini memiliki misi ganda yaitu ishlah diri (peningkatan kualitas individu) dan mendakwahkan kebesaran Allah SWT. Kepada seluruh umat manusia.

Perkembangan Jama'ah cukup fantastis. Setiap hari banyak jama'ah yang dikirim ke daerah-daerah yang menjadi target operasi dakwah. Selain itu, masing-masing anggota jama'ah ada yang kemudian membentuk rombongan baru. Dengan usaha tersebut, Jama'ah Tabligh ingin mempererat tali silaturrahim antara kaum Muslimin dengan muslim yang


(52)

lainnya. Gerakkan Jama'ah tidak hanya tersebar di India tetapi sedikit demi sedikit telah menyebar ke berbagai negara.

Muhammad Ilyas tanpa henti terus memberi motivasi dan arahan untuk menggerakkan mesin dakwah ini agar sampai ke seluruh alam. Ketika usianya sudah menjelang senja, Maulana terus bersemangat hingga tubuhnya yang kurus tidak mampu lagi untuk digerakkan ketika ia menderita sakit.

Syekh Maulana Muhammad Ilyas pernah mengatakan bahwa " Asas Tabligh kita adalah kasih sayang. Oleh sebab itu, kerja ini harus dilakukan dengan lembut dan kasih sayang. Jika para da'i bertabligh diiringi dengan kerisauan atas kemunduran kaum muslimin dalam agama, sungguh kita akan berhasil dalam menunaikan kewajiban ini40.

C. Aktivitas Dakwah Jama'ah Tabligh

Markas internasional pusat tabligh adalah Nizamuddin, India. Kemudian setiap negara juga mempunyai markas pusat nasional, dari markas pusat dibagi markas-markas regional/daerah yang dipimpin oleh seorang Shura. Kemudian dibagi lagi menjadi ratusan markas kecil yang disebut Halaqah, Halaqah adalah kumpulan Mahalla (Masjid-masjid yang tidak jauh dari Halaqah, dan masjid tersebut aktif di setiap kegiatan-kegiatan yang berada di halaqah)41. Kegiatan di Halaqah adalah

40

Abdurrahman Ahmad Assirbuny, Malfuzhat tiga hadratji, (Depok: Pustaka Nabawi, 2012), h. 23.

41


(53)

41

musyawarah mingguan, dan sebulan sekali mereka khuruj selama tiga hari.

Khuruj adalah meluangkan waktu untuk secara total berdakwah, yang biasanya dari masjid ke masjid dan dipimpin oleh seorang Amir. Orang yang khuruj tidak boleh meninggalkan masjid tanpa seizin Amir khuruj. Tapi para karyawan diperbolehkan tetap bekerja, dan langsung mengikuti kegiatan sepulang kerja. Orang yang telah khuruj kemudian disebut Karkun, Karkun adalah pekerja, dalam konteks ini yang dimaksud dengan pekerja adalah mereka yang bekerja mendakwahkan agama dan tanpa adanya suatu baiat42.

Metode dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh ini dengan cara

khuruj fii sabilillah berlandaskan ketika mimpi pendiri Jama'ah Tabligh itu sendiri, yaitu Syekh Maulana Ilyas, beliau bermimpi mengenai tafsir Q.S. Ali Imron ayat 110 yang berbunyi:

مۿݏك

ܕݛخ

ۻﱠمأ

۽جܕخأ

س۵ﱠݏ݆݇

݌ݔܕمأ۾

فݔܕع݋݆۵۸

݌ݕݓݏ۾ݔ

ݍع

ܕ݃ݏ݋݆ا

݌ݕݏمۭ۾ݔ

ݑﱠ݆݇۵۸

ݕ݆ݔ

ݍمآ

݅ݒأ

۶۵ۿ݆݃ا

݌۵݆݃

اܕݛخ

مݓ݆

مݓݏم

݌ݕݏمۭ݋݆ا

مݒܕثكأݔ

݌ݕقس۵ف݆ا

(

)

Artinya: "Kamu adalah umat yang terbaik yang ditampilkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh berbuat yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."

42


(54)

Dalam ayat diatas terdapat kalimat ukhrijat, yang kemudian ditafsirkan dengan makna keluar untuk mengadakan perjalanan, dan keluar itulah yang dimaksud dengan dakwah43.

Sewaktu khuruj, kegiatan diisi dengan ta'lim (membaca hadits atau kisah sahabat, biasanya dari kitab Fadhail Amal karya Maulana Zakaria), jaulah (mengunjungi rumah-rumah disekitar masjid tempat khuruj dengan tujuan mengajak kembali pada Islam yang kaffah), bayan, mudzakarah (menghafal) 6 sifat sahabat, karkuzari (memberi laporan harian pada amir), dan musyawarah. Selama khuruj, mereka tidur di masjid44.

Sebelum melakukan khuruj, dilakukan pembinaan keluarga, terutama ibu-ibu dan wanita diadakan ta'lim ibu-ibu yang namanya masturat, artinya: tertutup atau terhijab. Dalam pembinaan itu, wanita atau ibu-ibu dilatih mandiri. Sehingga ketika ditinggal khuruj, mereka sudah bisa berperan sebagai kepala rumah tangga di rumah.

Aktivitas Markas Regional adalah sama, khuruj, namun biasanya hanya menangani khuruj dalam jangka waktu 40 hari atau 4 bulan saja. Selain itu mereka juga mengadakan malam Ijtima' (berkumpul), dimana dalam Ijtima' akan diisi dengan Bayan (ceramah agama) oleh para ulama atau tamu dari luar negri yang sedang khuruj disana, dan juga ta'lim wa ta'alum.

43

Khusniati Rofiah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 82

44

Hasil wawancara dengan Ust. Ayat Muhayyat Syah dikediaman beliau, 22 Februari 2015


(55)

43

Setahun sekali, digelar ijtima' umum dimarkas nasional pusat, yang biasanya dihadiri oleh puluhan ribu Karkun dari seluruh pelosok daerah. Bagi Karkun yang mampu, mereka diharapkan untuk khuruj ke poros markas pusat (India-Pakistan-Bangladesh/IPB) untuk melihat suasana keagamaan yang kuat yang mempertebal iman mereka.

Khuruj fii sabilillahi, seperti usaha pertanian; keluar tiga hari, empat puluh hari, empat bulan atau setahun ibarat petani yang mengolah sawah. Jika petani tidak mengikuti cara dan tata tertib pertanian, maka tidak akan menghasilkan padi. Mengolah sawah lebih lama daripada memanen hasil. Mengolahnya memakan waktu tiga sampai empat bulan dan memanennya cukup sehari.

Tujuan dari usaha dakwah bukan sekedar meningkatkan kuantitas (jumlah) pekerja sawah, tetapi bagaimana meningkatkan sifat para pekerja dakwah itu sendiri dengan cara :

a. Meningkatkan ketakwaaan dan keyakinannya kepada Allah SWT, b. Meningkatkan kecintaannya kepada umat,

c. Meningkatkan kesabarannya dalam menjalankan usaha dakwah.

Perbedaan Dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh dengan harokah lainnya adalah45 :

1. Dakwah mereka mendatangi manusia dengan berjalan kaki / 'alal aqdam.

45


(56)

2. Modal dakwah mereka adalah harta dan diri.

3. Dakwah mereka kepada akar bukan ranting yakni kepada Iman bukan Fiqih.

4. Dakwah Jama'ah Tabligh tak ikut suasana dan keadaan. 5. Dakwah Jama'ah Tabligh dimulai dari keutamaan amal.

6. Sasaran dakwah mereka adalah orang bodoh, orang miskin, orang berdosa (Preman, koruptor dsb).

7. Dakwah Jama'ah Tabligh tak terkesan dengan kekuasaan. 8. Dakwah Jama'ah Tabligh tak terkesan dengan harta. 9. Dakwah mereka tak berpolitik.

10.Dakwah mereka tak minta upah.

Dalam dakwah jama'ah tabligh selalu diajarkan Mudzakarah enam sifat (Kebenaran mutlak yang berasal dari Allah SWT, yaitu al-Qur'an dalam enam sifat). Menurut jama'ah tabligh pada saat ini ummat Islam belum ada kemampuan untuk mengamalkan agama secara sempurna. Tetapi para sahabat Nabi SAW. Dahulu mampu mengamalkan agama secara sempurna karena pada diri mereka terdapat sifat-sifat yang mulia, diantaranya enam sifat. Pada zaman ini, apabila umat Islam memiliki enam sifat tersebut, niscaya mereka akan mampu mengamalkan agama secara sempurna. Enam sifat tersebut yaitu 46:

46

Diambil dari artikel yang diberikan dari salah satu jama'ah tabligh ketika penulis melakukan penelitian lapangan di masjid Kebon Jeruk Pada hari Kamis, 29 Januari 2015


(57)

45

1. Yakin kepada kalimah thayyibah, Laa Ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah.

Artinya : Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah SWT.

Maksudnya : Mengeluarkan keyakinan kepada makhluk dari hati kita dan memasukkan keyakinan hanya kepada Allah ke dalam hati kita.

2. Shalat khusyu' wal khudhu'.

Artinya : Shalat yang diiringi konsentrasi batin dan merendahkan diri dihadapan Allah serta dilakukan dengan cara Rasulullah.

Maksudnya : Membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah yang ada dalam shalat kedalam kehidupan sehari-hari. 3. Ilmu ma'a dzikir.

Artinya : Segala petunjuk yang datang dari Allah SWT. Melalui baginda Rasulullah SAW. Mengingat Allah sebagaimana agungnya Allah SWT.

Maksudnya : Mengamalkan perintah-perintah Allah SWT. Setiap saat dan setiap keadaan serta melakukannya dengan cara Rasulullah SAW.

4. Ikramul muslimin.


(58)

Maksudnya : Menunaikan hak-hak saudara muslim tanpa menuntut hak-hak kita dari mereka.

5. Tashhiihun Niyyah

Artinya : Memperbaiki atau membetulkan niat.

Maksudnya : Membersihkan niat kita dalam setiap amal dari niat-niat lain kecuali hanya untuk mencari keridhaan Allah SWT.

6. Da'wah wa al-Tabligh

Artinya : Mengajak dan menyampaikan.

Maksudnya : Untuk memperbaiki diri, agar kita dapat mempergunakan harta, diri, dan waktu sesuai dengan perintah Allah. Untuk menghidupkan agama secara sempurna pada diri kita sendiri dan pada diri seluruh manusia diseluruh alam.

Hal yang paling mendasar dari gerakan Jama'ah Tabligh adalah mereka selalu mengajak kepada :

a. Memakmurkan Masjid

Gerakkan ini tidak berambisi dalam masalah politik tetapi mengajak manusia untuk taat pada Allah SWT dan menghidupkan sunnah Rasulullah SAW dengan menjadikan masjid sebagai basis dakwah. Tak heran di Indonesia yang banyak masjid tetapi sepi dari umat dengan kedatangan jamaah ini menjadi makmur dan banyak amalan sunnah yang hidup.


(59)

47

b. Menghidupkan Amalan Silaturrahmi

Bukan hanya orang Indonesia yang berdakwah melalui gerakkan Jama'ah Tabligh tetapi orang luarpun juga masuk ke Indonesia karena persaudaraan Islam tidak dibatasi kedaerahan. Jama'ah Tabligh selalu mengajak untuk membangun persaudaraan dan silaturrahmi tanpa memandang ras dan kedaerahan/negara. Disaat ini orang bersilaturrahmi didasarkan kepentingan tertentu saja. Dengan adanya gerakkan Jama'ah Tabligh yang mengajak untuk silaturrahmi antar sesama muslim seluruh dunia. Gerakkan ini disambut baik oleh masyarakat Indonesia. Bahkan banyak kalangan tradisional yang ikut dalam gerakkan Jama'ah Tabligh.

Dua hal diatas adalah landasan pokok gerakkan Jama'ah Tabligh, dan didalam mereka mengajak umat untuk taat pada Allah dan Rasul Nya mereka lakukan dengan akhlak mulia dan santun.

Jama'ah Tabligh dalam setiap kesempatan berdakwah dari masjid ke masjid dibekali dengan asal-usul dakwah sebanyak 28, yaitu :

A. 4 Hal yang harus diperbanyak47 : 1. Dakwah ila Allah

2. Ta'lim wa Ta'allum

47

Hasil wawancara dengan Ust. Ayat Muhayyat Syah dikediaman beliau, 22 Februari 2015


(60)

3. Zikir ibadah 4. Khidmat

B. 4 Hal yang harus dikurangi : 1. Masa makan dan minum 2. Masa tidur dan istirahat

3. Bicara sia-sia ( Harta, Tahta dan Wanita ) 4. Keluar dari masjid

C. 4 Hal yang harus dijaga :

1. Taat pada amir, selama amir taat kepada Allah dan Rasul

2. Kehormatan masjid

3. Sabar dan Tahammul (Tahan uji)

4. Amalan Ijtima'i, yaitu berpindah masjid, musyawarah safar, berjama'ah, ta'lim, bayan (Ceramah), tidur, makan dan jaulah (keliling) serta menyempurnakan amalan infirodi

D. 4 Hal yang harus ditinggalkan48 :

1. Mengharap kepada makhluk, mengharap hanya kepada Allah SWT

2. Meminta kepada makhluk

3. Ghosob (memakai barang milik orang lain tanpa izin dari pemilik)

48


(61)

49

4. Sifat mubadzir dan boros

E. 4 Hal yang tidak boleh disentuh/dibicarakan : 1. Politik praktis dalam dan luar negri 2. Masalah khilafiyah (perbedaan) 3. Aib diri sendiri maupun orang lain 4. Pangkat derma dan jabatan (status sosial) F. 4 Hal yang harus didekati :

1. Ahli dakwah/muballigh 2. Orang alim, dan santrinya 3. Ahli dzikir

4. Mushonnif/pengarang kitab G. 4 Hal yang harus dijauhi :

1. Meremehkan dan mengkritik 2. Membanding-bandingkan 3. Merendahkan orang lain


(62)

50 BAB IV

KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI DIKALANGAN JAMA'AH TABLIGH DAN APLIKASINYA

A. HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI MENURUT JAMA'AH

TABLIGH a. Hak Isteri49

1. Mengingatkan suami dalam hal ketaatan

2. Mendorong dan membantu suami dalam mengamalkan dan memperjuangkan agama

b. Hak Suami50

1. Isteri menjaga ketaatan pada suami 2. Isteri menjaga kehormatan dirinya 3. Isteri menjaga harta suaminya

4. Istri menjaga lisan terhadap suami (tidak menyakiti suami dengan perkataannya)

c. Kewajiban isteri51

1. Isteri harus taat kepada suaminya dalam semua aspek yang menyenangkannya walaupun harus meringkas amalan-amalan agama yang sunnat

49

Ust. Musthafa Sayani, Kemuliaan wanita salihah, (Bandung : Pustaka Ramadhan, 2007), h. 91

50

Ust. Musthafa Sayani, Kemuliaan wanita salihah, h. 90

51

Alimuddin Tuwu, Bimbingan nikah & membina rumah tangga menurut alQuran Sunnah Terj. Kitaabun Nikah, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2008), h. 104


(63)

51

2. Isteri harus menjaga auratnya dari sentuhan orang-orang asing (yang bukan mahram)

3. Seorang istri tidak boleh membelanjakan sesuatu yang mungkin tidak bernilai bagi suami

4. Isteri tidak boleh meninggalkan rumah sebelum minta izin kepada suami, ataupun tidak boleh mengunjungi rumah-rumah tetangga kalau suaminya tidak membolehkannya, atau tidak boleh memasukkan orang-orang yang tidak disukai oleh suaminya kedalam rumahnya

5. Isteri harus berusaha untuk mencari keridhaan suaminya, ini adalah rahasia kesuksesan kehidupan rumah tangga karena keridhaan Allah SWT. Terletak pada keridhaan suami, baru bisa mendapatkan surga

6. Mencintai suami dan menghargai teman-teman suami

7. Isteri harus berterima kasih kepada suaminya. Suami adalah dermawan kepada isterinya

8. Isteri harus merasa gembira melayani suami walaupun mengorbankan kesenangannya sendiri

9. Isteri harus memperhatikan rumah suaminya dan orang-orang yang ada dalam rumahnya


(1)

mengajak para warga yang beragama Islam untuk sholat berjama'ah di masjid. Ketika libur tiba saya pergi ke India menggunakan tabungan sendiri dari hasil uang jajan yang telah dikumpulkan untuk melihat suasana keagaman yang begitu sangat terasa disana.

3. Siapa sajakah yang menjadi fokus dakwah Jama'ah Tabligh ? Para kaum muslimin yang berdekatan dengan masjid namun terkadang masih lalai untuk melakukan sholat berjama'ah dimasjid.

4. Berapa lama biasanya Jama'ah Tabligh keluar untuk berdakwah ?

Khuruj fii sabilillah untuk berdakwah selama 3 hari dalam sebulan, 40 hari dalam setahun, dan 4 bulan dalam seumur hidup.

5. Apakah tujuan dari metode dakwah yang dilakukan oleh anggota Jama'ah Tabligh ? Memperkuat keimanan para pengikut Jama'ah Tabligh kepada Allah SWT, menghidupkan amalan-amalan sunnah serta menjadikan dakwah sebagai maksud hidup.

6. Apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban suami istri menurut anda ? Hak adalah sesuatu yang harus didapatkan oleh seseorang ketika kewajibannya telah dipenuhi, sedang yang dimaksud dengan kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang ketika ingin hak-haknya dipenuhi. Dalam kehidupan berumah tangga hak dan kewajiban suami istri harus seimbang.

7. Apakah yang anda pahami mengenai hak seorang istri dalam kehidupan berumah tangga ? Mendapatkan nafkah dari suami, mendapatkan


(2)

pendidikkan dari suami serta mendapatkan perlakuan yang baik dari suami.

8. Apakah yang anda pahami mengenai kewajiban seorang suami dalam kehidupan berumah tangga ? Memberikan nafkah, memberikan pendidikan agama bagi anggota keluarga, serta memberikan perlakuan yang baik kepada anggota keluarga.

9. Bagaimanakah pemenuhan kewajiban seorang suami terhadap anggota keluarganya ketika suami meninggalkan istri dan keluarga pada saat berdakwah ? Pada saat sebelum berdakwah diadakan terlebih dahulu musyawarah keluarga yaitu antara suami dengan isteri, suami akan memberitahukan kepada isteri bahwa dirinya akan melakukan program dakwah selama beberapa hari, setelah dimusyawarahkan selanjutnya suami dan isteri akan melakukan kalkulasi terhadap besaran biaya keperluan hidup selama isteri dan anak ditinggal, semisal mereka ditinggal selama 3 hari, setiap hari membutuhkan biaya untuk keperluan sebesar 150.000. maka biaya tersebut tinggal dikalikan dengan 3 hari.

10.Apakah ketika sebelum berdakwah ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Jama'ah Tabligh untuk kehidupan sehari-hari anggota keluarganya ? Ada, itu tadi yaitu musyawarah keluarga setelah itu dilanjutkan dengan melaporkan atau mengabarkan kepada tim tafaqud yang berada di Halaqoh bahwa seseorang sudah siap melakukan khuruj fii sabilillah dan oleh tim Tafaqud itu baru diputuskan seseorang dapat


(3)

dikategorikan bisa khuruj atau tidak setelah dilihat telah memenuhi kewajibannya sebagai kepala keluarga ataukah belum.

11.Hal-hal apa sajakah menurut anda yang sangat penting dilakukan oleh seorang suami sebagai kepala keluarga terhadap anggota keluarga ? Mendidik anak serta isteri agar menjadi rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah.

12.Langkah apa saja yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh dalam membimbing dan mendidik istri serta anak dalam keluarga ? Menghidupkan amalan-amalan sunnah didalam rumah, memberikan ilmu pendidikkan agama kepada isteri dan anak, serta mengamalkan ilmu-ilmu yang telah didapatkan ketika melakukan khuruj fii sabilillah.


(4)

Hari/Tanggal : Minggu, 12 April 2015 Informan : Bpk. Fachrulrozi

Tempat : Kediaman Bpk. Fachrulrozi Waktu : 16.00-17.00

PERTANYAAN UNTUK JAMA'AH TABLIGH

1. Bagaimanakah metode dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh ? Metode dakwah yang dilakukan adalah dengan cara khuruj fii sabilillah. 2. Sejak kapan anda bergabung bersama Jama'ah Tabligh ? Sejak duduk

dibangku kuliah, pada saat itu diajak untuk ikut khuruj fii sabilillah oleh teman satu organisasi.

3. Siapa sajakah yang menjadi fokus dakwah Jama'ah Tabligh ?

Fokus dakwah Jama'ah Tabligh adalah kaum muslimin agar selalu mengingat Allah dan menghidupakan sunnah-sunnah Rasulullah SAW. 4. Berapa lama biasanya Jama'ah Tabligh keluar untuk berdakwah ?

Keluar untuk berdakwah selama 3 hari dalam sebulan, 40 hari dalam setahun, dan 4 bulan dalam seumur hidup.

5. Apakah tujuan dari metode dakwah yang dilakukan oleh anggota Jama'ah Tabligh ? Untuk mempertebal keimanan kita kepada Allah SWT khususnya untuk diri sendiri, serta memperbaiki diri agar menjadi lebih baik dan li I'la I Kalimatillah.

6. Apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban suami istri menurut anda ? Hak isteri adalah sesuatu yang harus dipenuhi oleh seorang suami kepada isteri, sedang kewajiban isteri adalah sesuatu yang harus dipenuhi oleh


(5)

seorang isteri untuk memenuhi hak-hak suaminya. Begitupun dengan hak dan kewajiban seorang suami.

7. Apakah yang anda pahami mengenai hak seorang istri dalam kehidupan berumah tangga ? Mendapatkan nafkah lahir bathin dari suami, medapatkan perlakuan yang baik dari suami, dan memberikan semangat berdakwah yang kuat untuk suami.

8. Apakah yang anda pahami mengenai kewajiban seorang suami dalam kehidupan berumah tangga ? Sesuatu yang sudah menjadi tanggung jawab dan harus dipenuhi oleh seorang suami.

9. Bagaimanakah pemenuhan kewajiban seorang suami terhadap anggota keluarganya ketika suami meninggalkan istri dan keluarga pada saat berdakwah ? Pemenuhan kewajiban sebagai seorang suami kepada anggota keluarga pada dasarnya sudah dibicarakan terlebih dahulu oleh suami kepada isteri dan anggota keluarga lainnya pada saat sang suami ingin pergi berdakwah, pada saat itu diadakan musyawarah mengenai hal-hal yang menyangkut kebutuhan hidup seperti nafkah dan lain sebagainya, semua itu dikalkulasikan dalam kurun waktu sesuai dengan lamanya sang suami meninggalkan isteri dan anak untuk berdakwah.

10.Apakah ketika sebelum berdakwah ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Jama'ah Tabligh untuk kehidupan sehari-hari anggota keluarganya ? Tentu, syaratnya adalah diadakan musyawarah kepada keluarga terlebih dahulu dan melaporkan diri kepada tim tafaqud yang berada di Halaqoh untuk didata dan ditanyakan mengenai pemenuhan


(6)

kebutuhan hidup bagi anggota keluarga, seperti meninggalkan bekal bagi kebutuhan hidup anggota keluarga sesuai dengan lamanya suami meninggalkan isteri dan anak.

11.Hal-hal apa sajakah menurut anda yang sangat penting dilakukan oleh seorang suami sebagai kepala keluarga terhadap anggota keluarga ? Mendidik isteri dan anak serta menjadikan rumah tangga sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW sehingga terciptanya keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.

12.Langkah apa saja yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh dalam membimbing dan mendidik istri serta anak dalam keluarga ? Menjadikan keluarga sebagai pondasi agama terlebih dahulu, khususnya orang tua sebagai madrasah/ pendidik utama, dan mengamalkan segala sesuatu yang telah didapatkan ketika khuruj fii sabilillah dalam kehidupan sehari-hari.