08 bab 6 akuntansi pemerintah pusat

(1)

BAB

AKUNTANSI

PEMERI NTAH PUSAT

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bab ini, seharusnya Saudara bisa:

Menjelaskan ruang lingkup dan karakteristik akuntansi pemerintah pusat

Memahami proses penyusunan neraca awal Memahami siklus akuntansi pemerintah pusat Melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat

For wise words

6

5


(2)

BAB VI

AKUNTANSI PEMERI NTAH PUSAT

A. Ruang Lingkup dan Karakteristik Akunt ansi Pemerintah Pusat

Dasar hukum Akuntansi Pemerintah Pusat adalah Keputusan Menteri Keuangan Republik I ndonesia Nomor 337/ KMK.012/ 2003 tanggal 18 Juli 2003 tentang Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan ini, Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat adalah sistem terpadu yang menggabungkan prosedur manual dengan proses elektronis dalam pengambilan data, pembukuan dan pelaporan semua transaki keuangan, aset, utang dan akuitas seluruh entitas Pemerintah Pusat. Dalam Pedoman Pelaksanaan SAPP, yang menjadi satu kesatuan dengan KMK diatas, SAPP ini mempunyai beberapa tujuan yakni:

1. Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi dibawahnya melalui pencatatan, pemrosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yang diterima secara umum.

2. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntanbilitas.

3. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan.

4. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.

Karakteristik SAPP.

SAPP mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut: 1. Basis Akuntansi.

SAPP menggunakan basis kas untuk pendapatan dan belanja, yang artinya pendapatan diakui dan dicatat pada saat diterima oleh Kas Umum Negara dan belanja diakui dan dicatat pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum Negara. Sedangkan untuk pos-pos neraca, SAPP menggunakan basis akrual, yang artinya aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkuangan berpengaruh pada keuangan pemerintah, bukan pada saat kas diterima atau diabayar.

2. Sistem Pembukuan.

SAPP menggunakan sistem pembukuan berpasangan (double entry system), dimana persamaan akuntansi Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana digunakan untuk mencatat setiap transaksi. Setiap transaksi dibukukan dengan melakukan pendebetan suatu perkiraan dan secara bersamaan melakukan pengkreditan di perkiraan lainnya yang terkait.

3. Sistem Terpadu dan Terkomputerisasi.

SAPP terdiri dari beberapa sub sistem yang saling berhubungan dan merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dimana proses pembukuan dan


(3)

pelaporan sistem tersebut sudah dikomputerisasi. Seluruh transaksi yang berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara akan dibukukan dan dilaporkan dalam SAPP ini.

4. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi.

SAPP mendesentralisasi pencatatan maupun pelaporan keuangannya, dimana kegiatan-kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor instansi tingkat pusat maupun kantor instansi tingkat daerah.

5. Bagan Perkiraan Standar.

SAPP menggunakan perkiraan standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.

Kerangka Umum SAPP.

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SAP) dan Sistem Akuntansi I nstansi (SAI ). Sistem Akuntansi Pusat merupakan sistem akuntansi yang dilaksanakan oleh entitas pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Keuangan (lebih khusus lagi oleh Badan Akuntansi Keuangan Negara/ BAKUN).1 Sedangkan Sistem Akuntansi I nstansi dilaksanakan oleh kemeterian/ lembaga pengguna anggaran negara.

Sistem Akuntansi Pusat terdiri dari Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) dan Sistem Akuntansi Umum (SAU). SAKUN ditujukan untuk menghasilkan Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat, sedangkan SAU ditujukan untuk menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Pemerintah Pusat.

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat terdiri dari: 1. Laporan Realisasi Anggaran

2. Neraca

3. Laporan Arus Kas, dan

4. Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat merupakan gabungan Laporan Realisasi Anggaran dari seluruh kementerian negara/ lembaga. Laporan ini berisi perbandingan antara estimasi pendapatan (anggaran pendapatan) dan realisasi pendapatan, dan perbandingan antara apropriasi (anggaran belanja) dan realisasi belanja.

Neraca Pemerintah Pusat merupakan hasil penggabungan hasil neraca instansi yang merupakan output dari Sistem Akuntansi I nstansi dan Sistem Akuntansi Kas Umum Negara.

Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat merupakan gabungan laporan arus kas dari seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan di daerah (dalam hal ini Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara).

1

BAKUN merupakan organisasi dibawah Departemen Keuangan yang salah satu tugasnya adalah mengelola Sistem Akuntansi Pemerintahan. Setelah dilakukan reorganisasi Departemen Keuangan, tugas tersebut beralih ke instansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Depkeu.


(4)

Sistem Akuntansi I nstansi.

Sesuai dengan peraturan prundangan, setiap kementerian negara/ lembaga wajib menyelenggarakan Sistem Akuntansi I nstansi untuk menghasilkan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Sistem Akuntansi I nstansi terdiri dari:

1. Sistem Akuntansi Kantor/ Proyek yang dilaksanakan oleh Unit Akuntansi pada Kantor / Proyek yang bersangkutan

2. Sistem Akuntansi Wilayah yang dilaksanakan oleh Unit Auntansi pada kantor wilayah instansi yang bersangkutan

3. Sistem Akuntansi Eselon I yang dilaksanakan oleh Unit Akuntansi pada Eselon I Departemen yang membawahinya.

4. Sistem Akuntansi Kantor Pusat I nstansi yang dilaksanakan oleh Unit Akuntansi Kantor Pusat I nstansi (tingkat kementerian negara / lembaga yang bersangkutan).

B. Penyusunan Neraca Aw al

Penyusunan laporan keuangan pemerintah harus mengacu pada standar akuntansi pemerintah. Sampai dengan saat ini (Juni 2005), Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang menurut peraturan perundangan merupakan badan penyusun standar (Standard Setting Body) akuntansi pemerintahan telah menyusun suatu Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan telah pula mendapat pertimbangan Badan Pemeriksa Keuangan. Materi Standar Akuntansi Pemerintahan tersebut secara lengkap diuraikan dalam Bab 4 dan 5.

Dengan akan diberlakukannya Standar Akuntansi Pemerintahan pada semua entitas pemerintah tersebut, berbagai kemungkinan permasalahan dapat timbul. Salah satu permasalahan yang cukup signifikan adalah masalah penyusunan neraca awal suatu entitas, karena neraca awal merupakan titik tolak dan akan menjadi dasar dimulainya pencatatan transaksi akuntansi pada periode berikutnya. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan telah mempublikasikan Buletin Teknis Penyusunan Neraca awal sebagai arahan atau pedoman untuk mengatasi masalah-masalah akuntansi maupun pelaporan keuangan yang timbul.

Beberapa kemungkinan permasalahan dan pedoman dari KSAP adalah sebagai berikut:

Kas.

Sumber data kas, realitanya, tersebar dan masing-masing berada dibawah tanggung jawab yang berbeda. Dalam jangka panjang, peraturan perundangan mengamanatkan bahwa pengelolaan kas pemerintah haruslah menganut sistem rekening tunggal untuk bendahara (treasury single account) dan pengelolaannya dilakukan oleh bendahara umum negara, dalam hal ini Menteri Keuangan untuk pemerintah pusat.

Kas yang penguasaannya menjadi dan tanggung jawab bendahara umum negara atau kuasa bendahara bendahara kas umum negara terdiri dari:

1. Kas di Bank I ndonesia. 2. Kas di KPPN


(5)

3. Kas di Bendahara Umum Negara atau kuasanya (dalam hal ini bendahara penerimaan, bendahara pengeluaran, atau saldo kas lainnya yang diterima oleh kementerian negara/ lembaga karena penyelenggaraan pemerintahan.). Untuk menentukan nilai saldo awal di Bank I ndonesia dan Kas di KPPN, pemerintah dapat menggunakan saldo rekening koran pemerintah pada Bank I ndonesia atau bank umum/ persepsi yang dikeluarkan bank yang bersangkutan pada tanggal neraca. Hanya, jumlah tersebut perlu dikurangi terlebih dahulu dengan nilai yang bukan hak pemerintah, misalnya tagihan pihak ketiga yang merupakan titipan kepada pemerintah seperti rekening Askes, Taspen dan Taperum.

Sedangkan untuk mendapatkan saldo Kas di Bendahara Umum Negara atau kuasanya dapat dilakukan dengan inventarisasi fisik kas per tanggal neraca dan melakukan rekonsiliasi dengan catatan yang ada di bendahara sehingga dapat diketahui sisa uang yang menjadi tanggung jawab bendahara.

C. Siklus Akuntansi Pemerintah Pusat

Siklus akuntansi Pemerintah Pusat akan terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1. Penyusunan Neraca Awal.

Tahapan ini merupakan tahapan paling awal dan merupakan dasar dimulainya transaksi. Sesuai dengan Bulletin Teknis Neraca Awal dari Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, hasil akhir tahap ini adalah Neraca yang berisikan informasi aktiva, pasiva dan ekuitas dana. Urian-uraian tentang penyusunan Neraca Awal telah dijelaskan dalam bagian sebelumnya dalam bab ini.

2. Pencatatan APBN yang telah disahkan.

APBN berisi rencana keuangan unit Pemerintah Pusat untuk satu tahun anggaran yang terdiri dari pos pendapatan, belanja dan pembiayaan. Dengan demikian, tahapan ini akan terdiri pencatatan atau penjurnalan atas pos-pos pendapatan, pencatatan atas pos belanja dan pencatatan pos-pos pembiayaan, baik penerimaannya maupun pengeluarannya. Sub sistem yang terlibat dalam tahapan ini adalah Sistem Akuntansi Kas Umum Negara dari Sistem Akuntansi Pusat. Akun-akun yang terlibat diantaranya adalah Estimasi Pendapatan, Apropriasi Belanja, Surplus/ Defisit, Estimasi Penerimaan Pembiayaan, Estimasi Pengeluaran Pembiayaan, dan Pembiayaan Netto. Sedangkan, jumlahnya merupakan jumlah total untuk keseluruhan APBN.

3. Pencatatan DI PA

Setelah APBN disahkan, maka unit Pemerintah Pusat – melalui Departemen Keuangan – mengalokasikan pos-pos yang terdapat pada APBN kepada unit-unit pengguna anggaran dalam bentuk DI PA (Daftar I sian Pelaksanaan Anggaran). DI PA tersebut oleh Sistem Akuntansi Pusat akan dicatat dalam sub sistem Sistem Akuntansi Umum dan oleh instansi pengguna anggaran akan dicatat dalam Sistem Akuntansi I nstansi. Akun-akun yang terlibat diantaranya Estimasi Pendapatan yang


(6)

dialokasikan, Allotment Belanja, Estimasi Penerimaan Pembiayaan yang dialokasikan, Appropriasi Pengeluaran Pembiayaan, dan piutang/ utang Kas Umum Negara.

4. Pencatatan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan

Dalam tahun berjalan, masing-masing instansi pengguna anggaran akan melaksanakan kegiatan kepemerintahannya yang mengakibatkan adanya realisasi anggaran dalam bentuk kas masuk, kas keluar atau perubahan-peruabahan nilai bersih ekuitas. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara akan terlibat jika transaksi yang terjadi berkaitan dengan Kas Umum Negara, Sistem Akuntansi Umum akan terlibat jika transkai yang terjadi merupakan transaksi yang merubah nilai kekayaan bersih, dan Sistem Akuntansi I nstansi akan terlibat jika transaksi yang terjadi merupakan transaksi yang merubah nilai kekayaan bersih instansi yang bersangkutan. Tahapan ini mempunyai variasi transaksi yang sangat beragam, karena tahap ini meliputi realisasi atas seluruh pos yang ada dalam anggaran. Sehingga, akun-akun yang terlibat akan sangat banyak, tergantung kejadian akuntansinya.

5. Penyusunan Neraca Percobaan

Kemudian, pada akhir periode – biasanya tahunan, tapi bisa juga bulanan jika diperlukan, suatu Neraca Percobaan disusun, yang merupakan pencerminan keseluruhan transaksi selama periode yang bersangkutan. Data Neraca Percobaan ini berisi informasi yang lengkap mengenai satu entitas akuntansi, dimana akun-akun yang ada akan dipilah sedemikian rupa sehingga dapat disusun laporan keuangan pokok unit Pemerintah Pusat.

6. Pembuatan Jurnal Penyesuaian

Seperti halnya akuntansi komersial, didalam akuntansi Pemerintah Pusat, ada kemungkinan diadakan penyesuaian-penyesuaian yang menyangkut hak atau kewajiban keuangan untuk periode yang bersangkutan. Penyesuaian yang paling sering muncul berkaitan dengan masalah accrued dan deffered, selain penyesuaian yang menyangkut koreksi kesalahan yang mungkin timbul.

7. Pembuatan Jurnal Penutup

Jurnal penutup diperlukan dalam rangka memilah akun-akun mana yang akan muncul di Laporan Realisasi Anggaran (akun nominal) dan akun-akun mana yang akan muncul di neraca (akun riil). Akun nominal meliputi akun-akun yang dikenal dalam akuntansi komersial, juga akun-akun yang berkaitan dengan anggaran (budgetary accounts). Seluruh akun nominal akan ditutup di akhir periode akuntansi melalui jurnal penutup akhir tahun sehingga seluruh akun nominal akan muncul di laporan realisasi anggaran, yang merupakan laporan yang berisi informasi keuangan satu periode akuntansi. Akun riil tidak dilakukan penutupan di akhir tahuan, sehingga akun riil seluruhnya akan dilaporkan dalam laporan Neraca, yang merupakan laporan yang berisi informasi atas aktiva, pasiva dan ekuitas pada tanggal tertentu.

8. Penyusunan Laporan Keuangan

Berdasarkan proses tersebut diatas, akhirnya dapat disusun suatu laporan keuangan lengkap yang terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi anggaran dan Laporan Arus Kas. Keseluruhan tahapan tersebut saling berkaitan yang membentuk suatu


(7)

sistem yang alurnya sangat jelas, dimana pencatatan transaksi akan mengakibatkan perubahan atas rekening-rekening yang berkaitan sedemikian rupa sehingga prosesnya menjadi sangat teratur.

D. I lustrasi Transaksi

Dimisalkan bahwa, sejak tahun 20X1, pemerintah pusat Republik I ndonesia memulai menerapkan standar akuntansi pemerintahan di lingkungannya. Persiapan-persiapan untuk menyusun laporan keuangan telah dilakukan, termasuk persiapan untuk menyusun neraca awal tahun. Dari langkah persiapan tersebut, dihasilkan data sebagai berikut:

No URAI AN JUMLAH

(Rupiah)

1 Kas di Bendahara Pembayar 20.000.000

2 Kas di Bendahara Penerima 560.000.000

3 Kas di Bank I ndonesia 340.000.000

4 Piutang 75.000.000

5 Persediaan 15.000.000

6 Tanah 60.000.000

7 Peralatan dan Mesin 350.000.000

8 Gedung dan Bangunan 240.000.000

9 Jalan, I rigasi, dan Jaringan 600.000.000

10 I nvestasi Jangka Pendek 50.000.000

11 I nvestasi Jangka Panjang 130.000.000

12 Kewajiban Jangka Pendek – Bagian Lancar Hutang LN 210.000.000

13 Kewajiban Jangka Panjang – Hutang LN 950.000.000

Langkah berikutnya yang harus dilakukan oleh unit pemerintah pusat adalah menyusun neraca awal. Jurnal-jurnal yang perlu disusun untuk kepentingan itu adalah:

Atas kas yang tersedia, setelah dilakukan kas opname atau rekonsiliasi bank, dilakukan penjurnalan sebagai berikut: (untuk penyederhanaan, angka yang tercantum dalam jurnal dalam ribuan rupiah)

Penjurnalan Saldo Aw al Kas

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Kas di Bendahara Pembayar ……… Uang Muka dari Kas Umum Negara ………

20.000

20.000 Kas di Bendahara Penerima ………

Pendapatan yang Ditangguhkan ……..………

560.000

560.000

Sistem Akuntansi I nstansi (SAI ) I nstansi A

Kas di Bendahara Pembayar ……… Uang Muka dari Kas Umum Negara ………

15.000


(8)

Kas di Bendahara Penerima ……… Pendapatan Ditangguhkan ………

450.000

450.000

I nstansi B

Kas di Bendahara Pembayar ……… Uang Muka dari Kas Umum Negara ………

5,000

5.000 Kas di Bendahara Penerima ………

Pendapatan Ditangguhkan ………

110.000

110.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Kas di Bendahara Pembayar ……… Saldo Anggaran Lebih ………..………

20,000

20.000 Kas di Bank I ndonesia ………

Saldo Anggaran Lebih ………..………

340,000

340.000

Penjurnalan Saldo Aw al Piutang

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Piutang ………..……… Cadangan Piutang ……….………

75.000

75.000

Sistem Akuntansi I nstansi (SAI ) I nstansi A

Piutang ………..……… Cadangan Piutang ……….………

60.000

60.000

I nstansi B

Piutang ………..……… Cadangan Piutang ……….………

15.000

15.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Tidak ada jurnal

Penjurnalan Saldo Aw al Persediaan

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Persediaan ………..……… Cadangan Persediaan ……….………

15.000


(9)

Sistem Akuntansi I nstansi (SAI ) I nstansi A

Persediaan ………..……… Cadangan Persediaan ……….………

10.000

10.000

I nstansi B

Persediaan ………..……… Cadangan Persediaan ……….………

5.000

5.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Tidak ada jurnal

Penjurnalan Saldo Aw al Aktiva Tetap

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Tanah

Peralatan & Mesin Gedung & Bangunan Jalan, I rigasi & Jaringan

Diinvestasikan dalam Aset Tetap ………….………

60.000 350.000 240.000 600.000

1.250.00 0

Sistem Akuntansi I nstansi (SAI ) I nstansi A

Tanah

Peralatan & Mesin Gedung & Bangunan Jalan, I rigasi & Jaringan

Diinvestasikan dalam Aset Tetap ………….………

40.000 250.000 150.000 420.000

870.000

I nstansi B

Tanah

Peralatan & Mesin Gedung & Bangunan Jalan, I rigasi & Jaringan

Diinvestasikan dalam Aset Tetap ………….………

20.000 100.000 90.000 180.000

320.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)


(10)

Penjurnalan Saldo Aw al I nvestasi

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

I nvestasi Jangka Pendek

Diinvestasikan dalam I nvestasi Jangka Pendek

50.000

50.000 I nvestasi Jangka Panjang

Diinvestasikan dalam I nvestasi Jangka Panjang

130.000

130.000

Sistem Akuntansi I nstansi (SAI ) I nstansi A

I nvestasi Jangka Pendek

Diinvestasikan dalam I nvestasi Jangka Pendek

40.000

40.000 I nvestasi Jangka Panjang

Diinvestasikan dalam I nvestasi Jangka Panjang

100.000

100.000

I nstansi B

I nvestasi Jangka Pendek

Diinvestasikan dalam I nvestasi Jangka Pendek

10.000

10.000 I nvestasi Jangka Panjang

Diinvestasikan dalam I nvestasi Jangka Panjang

30.000

30.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Tidak ada jurnal

Penjurnalan Saldo Aw al Hutang

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Pendek Kewajiban Jangka Pendek

210.000

210.000 Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Panjnag

Kewajiban Jangka Panjang

950.000

950.000

Sistem Akuntansi I nstansi (SAI ) I nstansi A

Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Pendek Kewajiban Jangka Pendek

150.000

150.000 Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Panjnag

Kewajiban Jangka Panjang

750.000


(11)

I nstansi B

Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Pendek Kewajiban Jangka Pendek

60.000

60.000 Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Panjnag

Kewajiban Jangka Panjang

200.000

200.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Pendek Kewajiban Jangka Pendek

210.000

210.000 Tidak ada Jurnal

Dengan demikian, dari jurnal-jurnal diatas, maka dapat disusun neraca awal pemerintah pusat sebagai berikut:

NERACA

PEMERI NTAH PUSAT PER 1 JANUARI 20x1

APBN YANG DI SAHKAN

Dimisalkan bahwa APBN yang disetujui oleh DPR adalah:

No Keterangan APBN

(dalam Rp) 1 Pendapatan :

- Pendapatan Pajak - Pendapatan Retribusi

1.650.000.000 700.000.000

Jumlah Pendapatan 2.350.000.000

2 Belanja :

- Belanja Pegawai - Belanja Barang dan Jasa

Belanja Modal :

- Belanja Gedung & Bangunan - Belanja Jalan, I rigasi dan Jaringan

600.000.000 950.000.000 400.000.000 450.000.000

Jumlah Belanja 2.450.000.000

3 Surplus/ Defisit Tahun Berjalan (50.000.000)

4 Pembiayaan :

Penerimaan Pembiayaan :

- Penggunaan SiLPA - Pinjaman Luar Negeri

10.000.000 60.000.000

Jumlah Penerimaan Pembiayaan 70.000.000

Pengeluaran Pembiayaan :

- Pembayaran Pokok Pinjaman LN 20.000.000

Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 20.000.000

5 Pembiayaan Netto 50.000.000


(12)

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Estimasi Pendapatan Pajak Surplus/ Defisit

1.650.00

0 1.650.00 0 Estimasi Pendapatan Retribusi

Surplus/ Defisit

700.000

700.000 Surplus/ Defisit

Apropriasi Belanja Pegawai Apropriasi Belanja Barang & Jasa

1.550.00

0 600.000 950.000 Surplus/ Defisit

Apropriasi Belanja Gedung & Bangunan Apropriasi Belanja Jalan, I rigasi & Jaringan

850.000

400.000 450.000

Sistem Akuntansi I nstansi (SAI ) I nstansi A

Estimasi Pendapatan Pajak Surplus/ Defisit

1.000.00

0 1.000.00 0 Estimasi Pendapatan Retribusi

Surplus/ Defisit

500.000

500.000 Surplus/ Defisit

Apropriasi Belanja Pegawai Apropriasi Belanja Barang & Jasa

1.000.00

0 350.000 650.000 Surplus/ Defisit

Apropriasi Belanja Gedung & Bangunan Apropriasi Belanja Jalan, I rigasi & Jaringan

650.000

250.000 350.000

I nstansi B

Estimasi Pendapatan Pajak Surplus/ Defisit

650.000

650.000 Estimasi Pendapatan Retribusi

Surplus/ Defisit

200.000

200.000 Surplus/ Defisit

Apropriasi Belanja Pegawai Apropriasi Belanja Barang & Jasa

550.000

250.000 300.000 Surplus/ Defisit

Apropriasi Belanja Gedung & Bangunan Apropriasi Belanja Jalan, I rigasi & Jaringan

200.000

150.000 100.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)


(1)

sistem yang alurnya sangat jelas, dimana pencatatan transaksi akan mengakibatkan

perubahan atas rekening-rekening yang berkaitan sedemikian rupa sehingga

prosesnya menjadi sangat teratur.

D. I lustrasi Transaksi

Dimisalkan bahwa, sejak tahun 20X1, pemerintah pusat Republik I ndonesia memulai

menerapkan standar akuntansi pemerintahan di lingkungannya. Persiapan-persiapan

untuk menyusun laporan keuangan telah dilakukan, termasuk persiapan untuk

menyusun neraca awal tahun. Dari langkah persiapan tersebut, dihasilkan data

sebagai berikut:

No URAI AN JUMLAH

(Rupiah)

1 Kas di Bendahara Pembayar 20.000.000

2 Kas di Bendahara Penerima 560.000.000

3 Kas di Bank I ndonesia 340.000.000

4 Piutang 75.000.000

5 Persediaan 15.000.000

6 Tanah 60.000.000

7 Peralatan dan Mesin 350.000.000

8 Gedung dan Bangunan 240.000.000

9 Jalan, I rigasi, dan Jaringan 600.000.000

10 I nvestasi Jangka Pendek 50.000.000

11 I nvestasi Jangka Panjang 130.000.000

12 Kewajiban Jangka Pendek – Bagian Lancar Hutang LN 210.000.000 13 Kewajiban Jangka Panjang – Hutang LN 950.000.000

Langkah berikutnya yang harus dilakukan oleh unit pemerintah pusat adalah

menyusun neraca awal. Jurnal-jurnal yang perlu disusun untuk kepentingan itu

adalah:

Atas kas yang tersedia, setelah dilakukan kas opname atau rekonsiliasi bank,

dilakukan penjurnalan sebagai berikut: (untuk penyederhanaan, angka yang

tercantum dalam jurnal dalam ribuan rupiah)

Penjurnalan Saldo Aw al Kas

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Kas di Bendahara Pembayar ……… Uang Muka dari Kas Umum Negara ………

20.000

20.000 Kas di Bendahara Penerima ………

Pendapatan yang Ditangguhkan ……..………

560.000

560.000

Sistem Akuntansi I nstansi (SAI )

I nstansi A

Kas di Bendahara Pembayar ……… Uang Muka dari Kas Umum Negara ………

15.000


(2)

Kas di Bendahara Penerima ……… Pendapatan Ditangguhkan ………

450.000

450.000

I nstansi B

Kas di Bendahara Pembayar ……… Uang Muka dari Kas Umum Negara ………

5,000

5.000 Kas di Bendahara Penerima ………

Pendapatan Ditangguhkan ………

110.000

110.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Kas di Bendahara Pembayar ……… Saldo Anggaran Lebih ………..………

20,000

20.000 Kas di Bank I ndonesia ………

Saldo Anggaran Lebih ………..………

340,000

340.000

Penjurnalan Saldo Aw al Piutang

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Piutang ………..……… Cadangan Piutang ……….………

75.000

75.000

Sistem Akuntansi I nstansi (SAI )

I nstansi A

Piutang ………..……… Cadangan Piutang ……….………

60.000

60.000

I nstansi B

Piutang ………..……… Cadangan Piutang ……….………

15.000

15.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Tidak ada jurnal

Penjurnalan Saldo Aw al Persediaan

Sistem Akuntansi Umum (SAU)


(3)

Sistem Akuntansi I nstansi (SAI )

I nstansi A

Persediaan ………..……… Cadangan Persediaan ……….………

10.000

10.000

I nstansi B

Persediaan ………..……… Cadangan Persediaan ……….………

5.000

5.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Tidak ada jurnal

Penjurnalan Saldo Aw al Aktiva Tetap

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Tanah

Peralatan & Mesin Gedung & Bangunan Jalan, I rigasi & Jaringan

Diinvestasikan dalam Aset Tetap ………….………

60.000 350.000 240.000 600.000

1.250.00 0

Sistem Akuntansi I nstansi (SAI )

I nstansi A

Tanah

Peralatan & Mesin Gedung & Bangunan Jalan, I rigasi & Jaringan

Diinvestasikan dalam Aset Tetap ………….………

40.000 250.000 150.000 420.000

870.000

I nstansi B

Tanah

Peralatan & Mesin Gedung & Bangunan Jalan, I rigasi & Jaringan

Diinvestasikan dalam Aset Tetap ………….………

20.000 100.000 90.000 180.000

320.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Tidak ada jurnal


(4)

Penjurnalan Saldo Aw al I nvestasi

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

I nvestasi Jangka Pendek

Diinvestasikan dalam I nvestasi Jangka Pendek

50.000

50.000 I nvestasi Jangka Panjang

Diinvestasikan dalam I nvestasi Jangka Panjang

130.000

130.000

Sistem Akuntansi I nstansi (SAI )

I nstansi A

I nvestasi Jangka Pendek

Diinvestasikan dalam I nvestasi Jangka Pendek

40.000

40.000 I nvestasi Jangka Panjang

Diinvestasikan dalam I nvestasi Jangka Panjang

100.000

100.000

I nstansi B

I nvestasi Jangka Pendek

Diinvestasikan dalam I nvestasi Jangka Pendek

10.000

10.000 I nvestasi Jangka Panjang

Diinvestasikan dalam I nvestasi Jangka Panjang

30.000

30.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Tidak ada jurnal

Penjurnalan Saldo Aw al Hutang

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Pendek Kewajiban Jangka Pendek

210.000

210.000 Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Panjnag

Kewajiban Jangka Panjang

950.000

950.000

Sistem Akuntansi I nstansi (SAI )

I nstansi A

Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Pendek Kewajiban Jangka Pendek

150.000

150.000 Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Panjnag 750.000


(5)

I nstansi B

Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Pendek Kewajiban Jangka Pendek

60.000

60.000 Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Panjnag

Kewajiban Jangka Panjang

200.000

200.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Pendek Kewajiban Jangka Pendek

210.000

210.000 Tidak ada Jurnal

Dengan demikian, dari jurnal-jurnal diatas, maka dapat disusun neraca awal

pemerintah pusat sebagai berikut:

NERACA

PEMERI NTAH PUSAT

PER 1 JANUARI 20x1

APBN YANG DI SAHKAN

Dimisalkan bahwa APBN yang disetujui oleh DPR adalah:

No Keterangan APBN

(dalam Rp) 1 Pendapatan :

- Pendapatan Pajak - Pendapatan Retribusi

1.650.000.000 700.000.000 Jumlah Pendapatan 2.350.000.000 2 Belanja :

- Belanja Pegawai - Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal :

- Belanja Gedung & Bangunan - Belanja Jalan, I rigasi dan Jaringan

600.000.000 950.000.000 400.000.000 450.000.000

Jumlah Belanja 2.450.000.000

3 Surplus/ Defisit Tahun Berjalan (50.000.000) 4 Pembiayaan :

Penerimaan Pembiayaan : - Penggunaan SiLPA - Pinjaman Luar Negeri

10.000.000 60.000.000 Jumlah Penerimaan Pembiayaan 70.000.000 Pengeluaran Pembiayaan :

- Pembayaran Pokok Pinjaman LN 20.000.000 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 20.000.000

5 Pembiayaan Netto 50.000.000


(6)

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Estimasi Pendapatan Pajak

Surplus/ Defisit

1.650.00

0 1.650.00 0 Estimasi Pendapatan Retribusi

Surplus/ Defisit

700.000

700.000 Surplus/ Defisit

Apropriasi Belanja Pegawai Apropriasi Belanja Barang & Jasa

1.550.00

0 600.000 950.000 Surplus/ Defisit

Apropriasi Belanja Gedung & Bangunan Apropriasi Belanja Jalan, I rigasi & Jaringan

850.000

400.000 450.000

Sistem Akuntansi I nstansi (SAI )

I nstansi A

Estimasi Pendapatan Pajak Surplus/ Defisit

1.000.00

0 1.000.00 0 Estimasi Pendapatan Retribusi

Surplus/ Defisit

500.000

500.000 Surplus/ Defisit

Apropriasi Belanja Pegawai Apropriasi Belanja Barang & Jasa

1.000.00

0 350.000 650.000 Surplus/ Defisit

Apropriasi Belanja Gedung & Bangunan Apropriasi Belanja Jalan, I rigasi & Jaringan

650.000

250.000 350.000

I nstansi B

Estimasi Pendapatan Pajak Surplus/ Defisit

650.000

650.000 Estimasi Pendapatan Retribusi

Surplus/ Defisit

200.000

200.000 Surplus/ Defisit

Apropriasi Belanja Pegawai Apropriasi Belanja Barang & Jasa

550.000

250.000 300.000 Surplus/ Defisit

Apropriasi Belanja Gedung & Bangunan Apropriasi Belanja Jalan, I rigasi & Jaringan

200.000

150.000 100.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)