Panduan Ekspor Udang ke Uni Eropa | APINDO Leaflet Udang opt

Informasi lebih lanjut terkait ekspor ke EU dapat memanfaatkan
layanan online yang disediakan oleh EU maupun negara-negara
EU, seperti Export Helpdesk EU (www.exporthelp.europa.eu), CBI
(www.cbi.eu), dan SIPPO (www.sippo.ch). Layanan online tersebut
menyediakan informasi yang cukup lengkap untuk melakukan ekspor
ke negara EU. Seandainya masih ada pertanyaan atau perihal yang
belum jelas, dapat menghubungi kontak yang tersedia atau bisa
juga dengan mengirimkan email.

PANDUAN

EKSPOR UDANG
KE UNI EROPA

Publikasi ini merupakan rangkuman dari Market Brief berjudul
“Langkah dan Strategi Ekspor ke Uni Eropa: Produk Udang”. Untuk
informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim ACTIVE di
active@apindo.or.id atau kunjungi website www.apindo.or.id.
Publikasi ini ditulis oleh Sehat Dinati Simamora (Junior
Economist) dan dapat dihubungi di sehat_dinati@apindo.or.id


1. KONTEKS PERDAGANGAN UDANG DI INDONESIA

U

dang merupakan salah satu komoditas sektor perikanan yang bernilai ekonomi tinggi. Jumlah
ekspor udang Indonesia masih tergolong fluktuatif, namun udang tetap menjadi salah satu
komoditas andalan ekspor perikanan Indonesia dengan pangsa pasar manca negara yang luas.
Udang mendominasi lebih dari 40 persen hasil perikanan untuk ekspor, dimana Jepang dan
Amerika Serikat menjadi negara tujuan utama ekspor.
Udang menjadi komoditas perikanan Indonesia yang banyak masuk ke pasar Uni Eropa. Uni Eropa
yang beranggotakan 28 negara merupakan pasar terbesar dunia untuk komoditas perikanan. Secara
akumulatif, produk ekspor udang Indonesia ke EU terlihat cenderung menurun sejak tahun 2007. Penurunan
ekspor ini berkaitan sangat erat dengan turunnya kualitas udang di Indonesia. Di sisi lain, peningkatan
standar negara tujuan eskpor juga diduga berkontribusi terhadap semakin menurunnya ekspor udang.
GAMBAR 1 n Perkembangan Volume Ekspor Udang Indonesia ke Uni Eropa
Tahun 2000-2012

Konten publikasi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis
dan bukan pandangan, sikap, ataupun kebijakan resmi APINDO.
Publikasi APINDO-EU ACTIVE ini merupakan salah satu dokumen

yang dipublikasikan secara luas untuk menstimulasi kritik, saran, dan
diskusi lebih lanjut.

Susunan Tim APINDO – EU ACTIVE:
Maya Safira (Project Manager)
Riandy Laksono (Lead Economist)
M. Rizqy Anandhika (Economist)
Sehat Dinati Simamora (Junior Economist)
Nuning Rahayu (Project Assistant)

CONTACT US
APINDO-EU ACTIVE Project
Gedung Permata Kuningan Lantai 10
Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C,
Guntur – Setiabudi,
Jakarta 12980 – Indonesia
Telp. +62-21 8378 0824
Fax. +62-21 8378 0823, 8378 0746
Email: active@apindo.or.id
timkajian@apindo.or.id

Website: www.apindo.or.id

Sumber: KKP (2014, diolah)
Telaah lebih lanjut mengungkapkan bahwa meskipun tren ekspor udang cenderung menurun,
ternyata Indonesia masih tergolong top-10 supplier di pasar EU. Tetap eksisnya udang
Indonesia di pasar EU yang memiliki standar tinggi mencerminkan bahwa potensi udang
di Indonesia sesungguhnya sangat luar biasa dan patut untuk dikembangkan lebih lanjut.
Terlebih lagi, terjadi tren pertumbuhan yang positif terhadap ekspor produk udang olahan
(HS 160520) Indonesia ke Uni Eropa (lihat Gambar 2). Fenomena ini jelas menarik dan patut
dijadikan motivasi untuk meningkatkan produksi dan ekspor udang Indonesia ke EU, mengingat
akan dibentuknya CEPA 1 (Comprehensive Economics Partnership Agreement) antara EU dengan
1

CEPA adalah perjanjian kemitraan ekonomi yang komprehensif antara EU dengan Indonesia, yang ditopang oleh arsitektur segitiga berupa akses
pasar, pengembangan kapasitas, dan fasilitasi perdagangan dan investasi untuk menjamin kepentingan Indonesia.

4

1


Indonesia di kemudian hari. Meskipun volume ekspor tergolong fluktuatif, namun kehadiran CEPA
diharapkan dapat membantu dan menjadi salah satu solusi bagi pengusaha Indonesia untuk
meningkatkan volume ekspor dan memperluas pangsa pasar EU dengan memanfaatkan
tarif yang lebih murah dan penyederhanaan lebih lanjut atas restriksi perdagangan di EU.

Volume Ekspor (dalam kg)

GAMBAR 2 n Tren Ekspor Udang (HS Code 030613 dan 030623) Indonesia ke EU
Tahun 2007-2012 (dalam kg)

20.000.000
18.000.000
16.000.000
14.000.000
12.000.000
10.000.000
8.000.000
6.000.000
4.000.000
2.000.000

0

030613
160520

2007

2008 2009

2010

2011

2012

Tahun
Sumber: WITS (2014, diolah)
Dalam perdagangan yang telah dilakukan, negara-negara importir memberikan batasan dan aturan
yang pada dasarnya untuk melindungi konsumen dari setiap komoditas yang akan diimpor. Uni
Eropa sebagai salah satu importir terbesar dunia untuk produk udang memiliki aturan dan

batasan yang jauh lebih kompleks, jika dibandingkan Jepang dan Amerika Serikat. Uni Eropa
menetapkan aturan yang sangat ketat untuk produk pangan guna menjaga kesehatan konsumen.

Volume Ekspor (dalam kg)

GAMBAR 3 n Tren Ekspor Udang (HS Code 160520) Indonesia ke EU
Tahun 2007-2012 (dalam kg)

45.000
40.000
35.000
30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
0

2. REGULASI DAN STANDARD DI UNI EROPA UNTUK EKSPOR UDANG


P
a.
b.
c.
d.

roduk perikanan harus memenuhi syarat kesehatan dan keamanan sebelum memasuki
pasar Uni Eropa. Sebagai contoh, udang hanya dapat diekspor ke Uni Eropa jika memenuhi
syarat berikut:

Berasal dari negara yang sudah terdaftar
Ditangkap dari kapal yang terdaftar atau berasal dari produksi budidaya yang tersertifikasi
Menyertakan sertifikasi sehat (health certification)
Berhasil melalui inspeksi di perbatasan EU sebelum memasuki pasar EU

Bagaimana eksportir dapat memenuhi seluruh persyaratan tersebut? Pertama, negara asal
sudah terdaftar di list negara-negara yang dapat melakukan ekspor produk perikanan ke Uni
Eropa. List ini didasarkan penilaian EU Food dan Veterinary terhadap kemampuan suatu negara
dalam memenuhi standar EU, termasuk shrimps. Udang hanya dapat diimpor oleh EU jika diekspor,

diperoleh, atau dipersiapkan dari tempat-tempat (toko pendingin, pabrik pengolahan, pabrik atau
kapal freezer) yang telah diakui, sehingga tempat-tempat tersebut harus diperiksa dan disetujui
oleh pemerintah (Kementerian Kelautan dan Perikanan, Perdagangan, Kesehatan, dan lain-lain).
Udang membutuhkan sertifikat sehat (health certification) sebagai bentuk konfirmasi bahwa udang
tersebut telah memenuhi standar EU. Ketika produk sudah tiba di EU, petugas dokter hewan akan
mengecek udang, mulai dari pengecekan dokumen, identitas, cek fisik, dan sertifikat sehat (health
certification) di perbatasan inspeksi. Jika hasil dari inspeksi ini disetujui, maka udang dapat masuk
ke pasar EU. Daftar negara dan establishments yang disetujui, juga contoh-contoh sertifikat, tersedia
di Export Helpdesk EU.
Untuk menjamin produk pangan yang dijual di pasar EU aman dan tidak terkontaminasi bahan
yang mengancam kesehatan konsumen, produk impor harus memenuhi standar keamanan EU.
Untuk produk perikanan, ada beberapa ketentuan seperti batas maksimum kandungan logam
berat (led, cadmium, mercury), dioxins dan jenis dioxin polychorinated biphenyls (PCBs) dan polycylic
aromatic hydrocarbons (PAHs). Untuk udang tambak/budidaya, terdapat ketentuan residu obatobatan hewani. EU telah menetapkan agar setiap negara melaporkan rencana pengawasan residu
tahunan ke EU untuk disetujui sehingga dapat melakukan ekspor produk ke pasar EU. Informasi
lebih lanjut terkait rencana pengawasan residu tersedi di Export Helpdesk EU.
Untuk mencegah, menghalangi, dan menghilangkan praktek ilegal, penangkapan yang tidak
dilaporkan dan tidak diatur, produk perikanan laut yang masuk ke EU harus menyertakan sertifikat
tangkap untuk membuktikan bahwa produk ikan tersebut mematuhi peraturan konservasi
internasional. Sertifikat ini harus didaftar ke EU beberapa hari sebelum produk udang sampai di

perbatasan EU. Sebelumnya, sertifikat ini harus divalidasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Negara-negara eksportir ikan diharuskan menerapkan sistem yang menjamin bahwa kapal penangkap
ikan di negaranya melaksanakan ketentuan konservasi international dan secara rutin mengadakan
pengecekan bahwa sistem yang diberlakukan berjalan dengan baik. Guna memastikan sistem
berjalan dengan baik dan memungkinkan produk ikan yang masuk ke EU dapat dilacak, kapal ikan
non-EU harus berlabuh di pelabuhan-pelabuhan yang telah ditentukan oleh EU. Daftar pelabuhan
dapat dilihat di Export Helpdesk.
Peraturan pelabelan EU juga tidak kalah ketatnya. EU menetapkan ketentuan untuk menjamin
bahwa konsumen menerima informasi penting mengenai produk, khususnya saat hendak membeli
produk. Oleh karena itu, untuk membantu konsumen, produsen wajib mencantumkan informasi
yang lengkap pada label produk.

2007

2008

2009

2010


2011

2012

Tahun
Sumber: WITS (2014, diolah)

2

3