PENGARUH PENGGUNAAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH DITINJAU DARI METAKOGNITIF SISWA KELAS XI-IIS SMA NEGERI DI KABUPATEN PONOROGO TAHUN AJARAN 2014/2015.

PENGARUH PENGGUNAAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN
THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH DITINJAU
DARI METAKOGNITIF SISWA KELAS XI-IIS SMA NEGERI DI KABUPATEN
PONOROGO TAHUN AJARAN 2014/2015
Ismaul Fitroh, Sariyatun, Djono
Magister Program Studi Pendidikan Sejarah PASCASARJANA UNS
ismaulfitroh@gmail.com

Abstract
The purpose of this study to analyze (1) The influence diferences of the use of
group investigation and think pair share metods toward history learning achievement
(2) The influence diferences of the students high and low metakognition toward history
learning achievement (3) The influence of interaction between learning methods and
students metakognition toward history learning achievement.
The population in this study is the students of class XI Social of SMA Negeri in
Ponorogo Regency. The Samples of research was the XI Social of SMAN 1 Jetis as control
class and the XI Social of SMAN 1 Sampung as experiment class. The sampling technique
employed was Multi Stage Cluster Random Sampling. The research method use in this
study is an experimental method with 2x2 factorial design. The data obtained from the
analysis of the use of group investigation and think pair share metods, students
metakognition and history learning achievement is analyzed using two-way Anava at

signifcance level α = 0,05.
THe results of this study are: (1) There are diferences in the influence of the
use of group investigation and think pair share metods toward history learning
achievement. The result of Anava test showed Fhitung 5,024 > Ftabel 4,00. Students learning
achievement of history using group investigation method is better than student lerning
achievement of history using think pair share. Achievement of history using group
investigation obtains an average (mean=75,46) and achievement of history using think
pair share obtains an average (mean=67,67).
(2)There are
diferentces
in
the
influence
of
students
high
and
low metakognition toward history learning
achievement. The result of Anava test showed Fhitung
4,910 > Ftabel 4,00. Achievement of students learning history with high metakognition is

better
than with achievement of students learning history with low metakognition. At the
hight
metakognition obtains an average (mean=75,27) while low metakognition obtains an
average (mean=67,62). (3) There is no influence in interaction of learning methods and
students metakognition. The result of Anava test showed Fhitung 0,318 < Ftabel 4,00.
Keywords: Learning
Achievement

Method,

Student

A. PENDAHULUAN
Pembelajaran

kooperatif

adalah


jenis kerja kelompok termasuk bentukbentuk yang diarahkan oleh guru. Secara
dianggap

History

oleh

konsep yang lebih luas meliputi semua

umum pembelajaran

Metakognition,

kooperatif
lebih

diarahkan

guru menetapkan


Learning

guru,

dimana

tugas

dan

pertanyaan1

pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan
dan

informasi

yang

dirancang


membantu peserta didik
masalah
juga

yang

menyelesaikan

dimaksud.

menetapkan

untuk

bentuk

Guru
ujian


biasanya
tertentu

pada akhir tugas (Suprijono, A. 2009:55).

2

3
Dalam

secara

Investigation (GI);

kepada

dan (5) Two Stay

diberikan
merata


pembelajaran
kooperatif

Two

anggota/individu.

Make a Match; (7)

kooperatif

Listening

dapat diterapkan

Menurut

interaksi


Arends,

antar

siswa

Richard

yang

dilakukan
secara
sadar

dan

(8)

Team;


Inside-Outsid

Circle;

(9)

Point-

Counter-

Point;

(11)

The

Power

of


Two;

(2001:321-324)

(10)

ada

empat

Listening

(12)

pendekatan

Cruickshack,

pembelajaran


and

kooperatif yang

bahwa

tujuan

guru,

oleh

yaitu:

pembelajaran

Student

kooperatif adalah

Achievement

untuk

bekerja

Divisions

sama

demi

kepentingan

(1)

Team
(STAD);

Jigsaw; (3) Group
Investigation

pribadi
dan

(GI);
dan

pembelajaran

Approach. Sejalan

(1)

kelompok

heterogen;
tugas

Suprijono
juga

mengungkapkan
macam-

saling

membantu

itu

(2)

kelompok;

(3)

hal

(2009:91)

satu

bahwa

pemilihan
metode

dan

materi

yang
harus

Stanne

dan TPS termasuk

menjelaskan

kooperatif
tepat

All

bahwa

yang

digunakan

untuk pelajaran

cooperative

ilmu

learning methods

dan

sosial

had a signifcant
positive

impact

literatur

on student

(Suprijono,

achievement

2009:91).

A,
Jadi,

pemilihan metode

Group

Structural

yaitu:

catatan

selaras. Metode GI

(Semua

Karakteristik

kooperatif,

sejarah dengan

D

(2000:1)

kelompok.

dengan

pembelajaran

pembelajaran

harus
dikuasai

dalam

diajarkan

Team. Johnson,

Donal
(1999:206-207)

(6)

Bamboo Dancing;

I

sengaja.

menyatakan

an

setiap

terdapat

Stray;

Pembelajar

metode

Investigation

pembelajaran

dan

kooperatif

Share (TPS) cocok

memiliki
positif

dampak
yang

Pair

diterapkan dalam
materi

Kerajaan

signifikan

Hindu-Budha

terhadap prestasi

Indonesia

belajar siswa).

macam model

Think

(GI)

di

Menurut

sama lain dalam

pembelajaran

Suyatno (2000:51)

kelompok dengan

kooperatif

model

prinsip

meliputi:

semua

:

(1)

untuk satu, satu

Think Pair Share

untuk semua; dan

(TPS); (2) Number

(4)

Heads

penghargaan

kelompok

kooperatif
tipe

Together

(NHT); (3) Jigsaw;
(4)

pembelajaran

Group

Group
Investigation

4
terhadap
masalah

merupakan
model

dan

memecahkan

pembelajaran

masalah tersebut.

kooperatif

Pengetahuan

yang

adalah

melibatkan
kelompok
dimana

kecil
siswa

pengalaman
belajar

yang

diperoleh

siswa

baik

bekerja

langsung

menggunakan
inkuiri kooperatif,
perenca-

naan,

proyek,

secara

dan

diskusi kelompok,
dan kemudian
mempresentasika
n

maupun
tidak
langsung.
Sedangkan
dinamika
kelompok
menunjukkan
suasana
yang

penemuan
mereka

didepan

menggambarkan
sekelompok

kelas.

saling

Dalam
metode GI
terdapat

tiga

konsep

utama,

yaitu:

penelitian

berinteraksi yang
melibatkan
berbagai ide dan
pendapat

serta

saling

(enquiri),

bertukar

pengetahuan

pengalaman
(knowledge)
dan

melalaui

dinamika
(the

kelompok

dynamic

of

the

learning

group)

(Udin

Winata

S.

Putra,

2001:75).

Penelitian di sini
adalah

proses

dinamika siswa
memberikan
respon

proses
saling
berargumentasi.

5

6

processes

(self-

memecahkan

regulation)

has

cara yang efektif

masalah.

been linked

untuk

memecahkan

Model

TPS

merupakan

satu

membuat

variasi

suasana
asumsi

bahwa

semua

setiap

siswa
memliki

diskusi

strategi masing-

membutuhkan

masing untuk

pengaturan untuk

mengatasi

mengendalikan

untuk
mengendalikan
kognitif

seseorang

(self-

regulation)

telah

masalahnya

dikaitkan

keseluruhan, dan

tersebut. Strategi

kecerdasan.

prosedur

yang

kelas

secara
yang

digunakan dalam

siswa

TPS

memecahkan

siswa

lebih

dengan

masalah

peserta

berfikir,

untuk

berkaitan

mengetahui

dengan

bagaimana untuk

saling membantu

metakognitif yang

(Trianto,

dimiliki

2010:81).

masing siswa.

Menurut
(2010:

81-82)

masing-

Definisi

Trianato

dan

model
pembelajaran

Dawson

(2008:3)

kooperatif

sebagai

thinking

Think Pair Share

about thinking

terdiri

3

(berfikit

pokok

utama

tentang

yaitu

Think

atas

(berpikr),

Pair

(berpasangan),

Share (berbagi).

L.

dan

dan
belajar

terbaik untuk

berfiir).

metamemori,
atau
pengetahuan

John Flavell
(1979,
dalam
Livingston,
1
9
9
7
)
m
e
n
y
a
t
a
k
a
n
b
a
h
w
a
:

Sedangkan

The
most
associated

Livingston

Metacognition, or

berfikir

the

ability

control
cognitive

term

"metacognition" is

menurut

siswa untuk lebih
dalam

yang

strategi

(1997)

kristis

belajar

mengetahui

menuntut

TPS

modalitas

dimiliki

Penerapan
metode GI

mengetahui
kemampuan

menurut

tipe

pada

didik

belajar,

Metakognitif
Teo

memfokuskan

pembelajaran,

waktu
dan

metakognitif

memori.

banyak
merespons

W

(2010:341) bahwa

konteks

dalam

J.

tentang

Dalam

dimiliki

juga
Santrock.

atau kemampuan

proses

senada

diungkapakan oeh

(metakognisi,

tentunya

Hal

efektif.

to

intelligence

masalah,

pola diskusi kelas.
Dengan

Dalam

belajar

to
one's

John

often
with
Flavell,

(1979). According
to
Flavell
(1979,

7

1987),

pengetahuan

metacognition
consists

of

tentang

both

diri

metacognitive
knowledge

and

metacognitive
experiences

(variabelvariabel
personal),

or

regulation.

pengetahuan

Metacognitive

dalam mempelajari

knowledge refers

tugas

to acquired

variabel tugas), dan

knowledge

pengetahuan dalam

about
cognitive
processes,
knowledge

that

can be used to
control

cognitive

strategi

(variabel-

variabel

startegi).

Metakognition
dibedakan
menjadi

knowledge
three

utama

divides

metacognitive
into

categories:

knowledge

of

person variables,
task variables and
strategy

Dari
penjelasan
diatas dapat
diketahui
bahwa metakognitif
dari

pengetahuan
metakognitif

yaitu
pengetahuan
tentang

kognisi

dan regulasi atau
strategi

kognisi).

Untuk memahami
lebih

lanjut
mengenai

variables.

terdiri

dua

komponen

processes. Flavell
further

)variabel-

dan

pengalaman
metakognitif.
Pengetahuan
metakognitif terdiri
dari tiga tipe yaitu:

komponen
metakognitif
dapat
dilihat
pada
bagan
berikut ini.

8

9

Knowledge
(Pengetahuan
D
e
k
l
a
r
a
t
i
f
)

o
s
e
d
u
r
a
l
)

an

Penerapan

pemecahan

pengetahua

masalah.

n

penemuan,
belajar
kooperatif,
dan

untuk

Pengetahua

tujuan

n

menyelesaik
an prosedur

tentang
keterampila

Gambar 1.1
Komponen
Metakognitif
Menurut
S
c
h
r
a
w

n seseorang,
sumber

1.1,

komponen

bagaimana

dan

menerapkan

sebagai
seorang
Siswa
dapat

sebagai

berikut :
1) Knowledge of
Cognition
a. Declarative

tentang

membuat
suatu

dan
mengapa
menggunaka
n

Siswa

pengetahua

dapat

prosedur

n

memperoleh

pembelajara

pengetahu-

n.

demonstrasi,

(1994)

Pengetahuan

memperoleh

paling

menurut Shraw &

K
o
n
d
i
s
i
o
n
a
l
)

belajar

strategi).

presentasi,

utama

c. Conditional
Knowledge
(Pengetahuan

kapan
(misalnya

pelajar.

metakognitif yang

adalah

tentang

intelektual,

melalui

kesadaran

Dennison

n

prosedur

Berdasarka
Gambar

Pengetahua

kemampuan

D
e
n
n
i
s
o
n
(Sumber: Schraw
& Dennison, 1994:
460-475)

n

atau proses.

daya

&

melalui

dan diskusi.

b. Procedural

Aplikasi

pengetahuan
deklaratif
dan

procedural
disajikan
dengan

Knowledge

kondisi

(Pengetahuan

tertentu.

P
r

2) Regulation of

Cognition

10
dibagi menjadi
5 komponen,
diantaranya :
a. Planning
(Perencanaan)
Perencanaan,
penetapan
tujuan, dan
mengalokasik
an sumber
daya
sebelum
belajar.
b. Information

a
m
a
n
P
e
m
a
n
t
a
u
a
n
)

tidak efektif.
e. Evaluation
Analisis
efektivitas
kinerja
dan strategi
setelah
pembelajara

Salah

satu

komponen
metakognitif
yang

Management

meliputi

Strategies

kemampuan

(Strategi

individu

Manajemen

dalam

Informasi)

menilai

Keterampilan

memonitor

dan urutan

diri

dan

sendiri

strategi yang
digunakan
untuk
memproses

tentang
strategi

informa- si

yang

lebih efisien

digunakan.

(misalnya,

d. Debugging

pengorgani-

Salah

sasian,

komponen

menguraikan,

satu

metakognitif
yang

meringkas,

meliputi

selektif

kemampuan

focus)

individu

c.
Comprehension
Monitoring
(
P
e
m
a
h

dalam
mengoreksi
dan
mengganti
strategi yang

n dilakukan.

11

12
Hasil

motorik.

dimilikinya

Semenatara

dalam
penelitian

proses

Rahman
&
John

pendidikan

dalam

itu

sistem

pembelajaran

pendidikan

(Anderson &

nasional rumusan

(2006:30)

tujuan pendidikan
menggunakan

Krathwohl,

menggunakan

bahwa kesadaran

2001).

klasifikasi prestasi
Pencapaian

siswa mempunyai
hubungan

akademik

positif

yang

dengan
pencapaian

dimaksud

adalah

prestasi

belajar

siswa
akademik.

yang

menurut

Dengan demikian
pengembangan
kesadaran

Nana

nan
Sudjana

(2004:220)
didefinisikan

metakognitif
sangat
penting
dalam

dimiliki
siswa

termasuk

setelah

pembelajaran

menerima

sejarah.

pengalaman

Pengetahuan

belajarnya.

metakognitif
dapat dilihat

(1992:43),

ketika

membagi prestasi
belajar dalam

dengan
kemampuan
kognitifnya
sendiri
dan
melakukan
pemantauan
terhadap
yang

kognitif

belajar

yang

meliputi

Benyamin Bloom,

ranah

kognitif,

yang

meliputi

afektif

dan

ranah

kognitif,

psikomotorik.

afektif

dan

Aspek

psikomotorik.
Ketiga

yang mencakup
keterampilan-

ranah

keterampilan

menjadi

intelektual,

dalam

diatas
objek
penilaian

prestasi

belajar.

dan

Ranah kognitif

pengetahuan.

merupakan ranah

Aspek afektif yang

yang

menekankan pada

banyak

sikap,

oleh para guru di

nilai,

paling
dipakai

perasaan

sekolah,

emosi.

berkaitan dengan

Aspek

kemampuan siswa

psikomotorik

dalam

karena

mengusai

isi
berhubungan

materi

dengan

pelajaran. Prestasi

kategori,

keterampilan

belajar siswa

yaitu:

motorik,

dipengaruhi

(1)

manipulasi benda
atau

verbal;

(2)

intelektual;

ketrampilan

oleh
banyak

faktor.

Menurut

koordinasi syaraf.
(3)

kognitif;

sikap;

kegiatan

yang memerlukan

ketrampilan

(4)

kognitif

menurut

lima

informasi

strategi

klasifikasi prestasi

Benyamin Bloom,

dan

Gagne

sadar

menurut

informasi

pembelajaran

siswa

belajar

kemampuankemampuan yang

rumusan

tujuan pendidikan

menunjukkan
metakognitif

nasional

(5)

Semenatara

Suryabrata

itu

(2007:233) dalam

sistem

dalam

Slameto (2003:54)
faktor-

faktor

13
yang

ini

mempengaruhi

siswa jenuh dan

prestasi

menganggap

belajar

dapat

dibagi

menjadi

dua

bagian,

yaitu

membuat

pelajaran

sejarah

itu

tidak

menyenangkan.

faktor internal dan

Untuk

faktor

eksternal.

meningkatkan

Faktor

internal

meliputi:
Faktor

(1)
fisologis

atau

jasmaniah
dan (2)

faktor

kualitas

pembelajaran,
guru
hendaknya
menggunakan
metodeyang
tepat

psikologis:
intelegensi,
sikap,
motivasi
Pada

membantu

dalam

proses

belajar- mengajar.
pembelajaran

di Kabupaten
Ponorogo

dengan

menggunakan

Menengah Atas

metode

GI dan

TPS
yang

menerapkan
2013.

Berdasarkan
observasi awal,
guru-guru
masih
menggunakan
metode
konvensional
guru
juga
menekankan
pada pola siswa
dapat

dapat

sejarah

Sekolah

kurikulum

agar

Oleh karena itu,

dan metakognitif.

dan

dalam

menjawab

pertanyaan
dengan tepat. Hal

diharapkan
dapat
mendorong
metakognitif
siswadalam
mempelajari

14

15
sejarah, sehingga siswa dapat

Sampel adalah sampel adalah sebagian

memahami materi sejarah dengan baik.

atau wakil

Berdasarkan latar

belakang

populasi

diteliti

yang

Arikunto

(2010:174).

dan landasan teori, maka rumusan

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa

masalah dari penelitian ini yaitu mengenai

Kelas XI IIS SMA Negeri Jetis, kelas XI IIS

1) perbedaan pengaruh

SMA Negeri Badegan dan kelas XI IIS SMA

penggunaan

Group Investigation (GI) dan

Negeri Sampung. Dipilih Kelas XI IIS karena

metode pembelajaran Think Pair Sahre

kelas XI IIS merupakan kelas penjurusan

(TPS) terhadap prestasi belajar

yang

metode

2)

Perbedaan pengaruh

metakognitif
terhadap

sejarah.

tinggi

prestasi

Perbedaan

dan

interaksi

sejarah

rendah

belajar

siswa

sejarah.

3)

antara

metode pembelajaran

lebih

banyak

menerima

materi

dengan

kelas

dibandingkan

jurusan MIA.
Tenik

pengumpulan

data

menggunakan angket dan tes
dan

metakognitif

siswa

terhadap prestasi belajar sejarah.

belajar

sejarah.

menggunakan

Teknik

prestasi

analisis

UjiPrasyarat

data

Analisis

Variansi, Uji Keseimbangan, Uji Hipotesis
dan uji lanjut komparasi ganda.

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Kabupaten

Ponorogo

yang

menerapkan

kurikulum

2013

dengan

sudah

menggunakan

metode penelitian kuantitatif eksperimen
semu.
dalam

Desain

penelitian

ini

Eksperimen

menggunakan

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perbedaan

prestasi

belajar

sejarah

ditinjau dari metode pembelajaran
Berdasarkan hasil
dengan
jalan

analisis

menggunakan

uji

hipotesis

anava

dua

desain
faktorial 2x2.
Teknik pengambilan sampel
dalam
penelitian

diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,024. Hasil

ini menggunakan
Multistage

perhitungan

kemudian

dikonsultasikan

dengan taraf signifikansi α = 0,05,
sehingga

Cluster Random Sampling. Multistage
yaitu
anggota sampel ditentukan secara
bertahap

diperoleh

sesuai dengan teknik-teknik sampel
yang

demikian diperoleh Fhitung > Ftabel atau 5,024 >

digunakan (Sugiyono, 2013:14). Cluster

Ftabel

sebesar

anggota

4,00.

populasi

Dengan

dengan

sampling adalah prosedur sampling yang

menggunakan acak tanpa memperhatikan

ideal ketika peneliti merasa tidak mungkin

strata (tingkatan) dalam anggota popolasi

mengumplkan daftar semua elemen yang

tersebut

membentuk populasi (Creswell, 2010:218).

2007:241).

Random

Sampling

pengambilan sampel

adalah
dari

cara

(Riduwan

dan

Akdon

16
4,00. Hasil analisis data prestasi belajar
sejarah juga menunjukkan bahwa rata-rata
prestasi belajar sejarah pada kelas yang
memakai

metode

group

investigation memperoleh nilai
lebih baik (mean = 75,46) dibandingkan
dengan

nilai

rata-rata

sejarah

prestasi

yang

belajar

diajarkan

menggunakan metode think pair share
(mean = 67,67). Hasil ini berarti sesuai
dengan
terdapat

hipotesis

petama

yakni

perbedaan

maupun

penyelesaian

prestasi

belajar

sejarah

ditinjau

dari

metode

pembelajaran.
Penerimaan

masalah

multi

aspek.

cara

Dalam

untuk

metode TPS siswa

melakukan

kurang

dalam

Pernyataan

investigasi. Lebih

ketika

mengkaji

diatas sesuai

lanjut

suatu

masalah,

dengan

hipotesis pertama

Winata

bahwa

(2001:75)

Udin

menurut

S.

Putra,

lagi,

Soedjadi

(1999:

Hal

ini

terkait

dengan

162)

pelaksanan

TPS

memaparkan

yang terdiri

dari

bahwa

bahwa,

tiga

signifikan antara

"dalam

model

pengguna

metode GI

ada

yang

menyatakan

perbedaan
pengaruh

yang

terdapat

metode

tiga

belajar
“investiga

si”

tahapan

yaitu think, pair,
dan

share.

Trianato

(2010:
Adanya

group

konsep

sebenarnya

81-82).

investigation dan

utama,

dapat

pengkajian

think

pair

share

terhadap prestasi

yaitu: penelitian
(enquiri),

belajar

pengetahuan

sejarah

(knowledge)
kelompok

bahwa

dynamic

metode

group
efektif

pada

hasil

prestasi

yang

(the

“pemecahan
masalah”

the

antara

metode group

dengan

investigation

metode

think pair

share.

Hal

ini

dikarenakan

sejarah

group

metode

investigation

yang

Arend

(1997:

dalam metode

berkaitan
studi

untuk

group
investigation
siswa

menganalisis,
mensistesis
informasi
sehubungan
dengan

menurut

121) dikarenakan

hal-hal

dengan

belajar

120-

berhubungan
dengan

terhadap
prestasi

kurang mendalam

belajar

Terjadinya
pengaruh

yang

dan

of

dibandingkan

masalah
juga

learning group)".

investigation lebih

sebagai
model

dinamika
menunjukkan

dipandang

lebih

atau

berdampak

diperoleh

ketika

menggunakan
metode

TPS

ini.

model
“penemuan”.
Tetapi

Dalam praktiknya

model

penggunaan

belajar
“investigasi”
memiliki
kemungkinan
besar berhadapan
dengan masalah
yang divergen
serta
alternatif
perluasan
masalahnya.

kaitannya dengan
penelitian

ini

Group

metode

Investigation
siswa

dibagi

dalam

kelompok

kecil, yang terdiri
dari

4-5

siswa

dalam
kelompoknya
yang

selanjutnya

dilanjutkan

banyak dilibatkan

dengan

sejak

mempresentasika

perencanaan baik

n hasil diskusinya.

dalam

Dalam

menentukan topik

kelompok

setiap
yang

terdiri

dari

4-5

gerak

pikiran

orang siswa akan

siswa

hanya

lebih

banyak

terbatas

bertukar

pikiran

satu

denan

teman

saja yang

sekelompoknya.

temannya

menyebabkan
pengkajian

Lain
halnya

pada

masalah

dengan
yang

penggunaan

kurang

mendalam.

metode Think Pair

karena

Share,

metode

siswa

awalnya

itu,

pembelajaran

memecahkan

Group

sendiri
setiap

Investigation
menghasilkan

masalahnya

prestasi

(think), kemudian

yang

siswa

secara

belajar
lebih baik

dari

berpasangan
(setiap

pada
metode

pasang

terdiri dari

pembelajaran

2

Think

metode

siswa)

Pair Share, yang.

mendiskusikan

Hal
permasalahannya
(pair),
selanjutnya

ini

sesuai

dengan penelitian
Ningsih,
Hartati

siswa

Sri
(2013)

yang menyatakan
bahwa

menyampaikan

yang

hasil
diskusinya

prestasi
diperoleh

menggunakan

(share).

metode

Dalam
tahap
berpasangan

ini

siswa hanya bisa
bertukar

pikiran

dengan

teman

pasangannya
saja,

Oleh

hal

membuat

ini
ruang

Group Investigation lebih baik dari

metakognitif menjadi 4 kelompok, yakni:

pada metode Think Pair Share.

1)

2. Perbedaan

prestasi

belajar

sejarah

ditinjau dari metakognitif siswa

jalan

diperoleh

sedangkan
F

tabel

nilai

4,910,

4,00; sehingga hitung
F
> Ftabel
berada

obs

didaerah kritis, maka keputusan uji H0
ditolak

dan H1

disimpulkan
antara

diterima.

Jadi

dapat

belajar

metakognitif

tinggi

dan

metakognitif rendah. Pada metakognitif
memperoleh

rata-rata

(mean=75,27), sedangkan

pada

metakognitif

mengatakan

bahwa

knowlege

is

knowledge about cognition in general as
well as

awareness

ofand

knowledge about one's own
cognition". (pengetahuan
metakoknitif

adalah

pengetahuan mengenai

kognisi

secara umum serta kesadaran
pengetahuan

tentang

kognisinya

sendiri). Berdasarkan pernyataan tersebut,
dapat

diartikan
adalah

bahwa

metakognitif

kesadaran

berfikir

tentang apa yang diketahui dan apa yang
tidak

diketahui.

pembelajaran,
bagaimana

untuk

Dalam
siswa
belajar,

pada

ramalan,

dasarnya

konteks
mengetahui
mengetahui

kemampuan dan modalitas belajar

atau

proses

menilai,

dan

metakognitif cenderung merupakan
suatu
kemampuan dimana individu berdiri di luar
kepalanya dan mencoba untuk
memahami
dimiliki

dan

mengetahui strategi belajar terbaik untuk
belajar efektif.
Flavell (1979) dalam Journal

Research
20011:

in

Educational

yang

ditulis

menyampaikan

pengelompokan

dkk

"metakognitive

actions.

membuat sintesis atau menganalisis.
Tetapi

Bacikanli

memperoleh rata-rata (mean=67,62).

dan

perbandingan,

1311-1332

rendah

W.Airaisan,
(2001:55)

or

kognitif

yang

prestasi

Peter

dengan

bahwa terdapat
perbedaan

tinggi

2)

tidak

F hitung

atau 4,910 > 4,00. Karena
F

strategies

4)

Metakognitif
sama

dua

knowledge,

metacognitive experience, 3) tasks and
goal,

Berdasarkan hasil analisis
variansi

metacofnitive

Of

Psycology
oleh

Cem,

secara

pasti

proses kognitif yang dilakukannya dengan
melibatkan komponen-komponen perencanaa(functional
(self-

planning),

monitoring),

pengontrolan

dan

evaluasi

(self-

evaluation).
Menurut Susilo (2008) manfaat dari
metakognitif adalah siswa lebih mandiri
dalam belajar.

Susilo

(2009),

Marzano

(1998), dan Eggen dan Kauchak (1996)
menyatakan

bahwa

metakognitif

menekankan pemantauan
tanggung

dan

jawab

diri

sehingga siswa dapat mengatur
untuk
memantau,

siswa,
dirinya

merencanakan,
dan

mengevaluasi

tujuan pembelajarannya. Siswa
yang

memiliki

metakognitif

tinggi secara otomatis menjadi pebelajar
madiri.
menyatakan,

Susanti

(2004)

kemampuan

metakognitif

mampu memberdayakan siswa

menjadi

pebelajar madiri, jujur, berani mengakaui
kesalahan

dan

dapat

prestasi belajarnya.

meningkatkan

Imel

(2002)

menyatakan, kemampuan
metakognitif

dapat

mempengaruhi keberhasilan siswa.
Metakognisi penting dalam belajar dan
merupakan

penentu

penting

dalam

keberhasilan akademik (dunning, jhonson,
Ehrlinger, dan Kruger, 2003) siswa yang
memiliki

metakognisi

yang

tinggi

memperlihatkan

keberhasilan

akademik

yang bagus pula dibandingkan dengan

Berdasarkan hasil analisis
variansi
dua jalan, uji hipotesis ketiga diperoleh

siswa yang memiliki
rendah,

metakognisi yang

perbedaan-perbedaan individual

tetap ada dalam metakognisi dan siswa
yang memiliki metakognisi yang rendah
cenderung “tidak
demikian,
siswa
metakognisi
yang rendah
pelatihan

kompeten” namun
yang
memiliki

bisa ditingkatkan melalui

metakognitif

dan

keberhasilan

akademik

senada juga

diungkapkan

juga

mereka.

Hal

(Gartmann, Freiberg.1998;
Kramarski

et.

al.,

2002)

mengungkapkan jika siswa yang memiliki
kemampuan rendah jika belajar dengan
proses

metakognitif

lebih mampu

ternyata

menjadi

memecahkan

permasalahan standar

dibanding

siswa yang sama yang tidak
dengan

belajar

pengajaran

metakognitif.
Hasil penelitian Rahman &

John

(2006:30) menunjukkan bahwa kesadaran
metakognitif siswa mempunyai hubungan
positif

dengan

pencapaian

akademik.
pengembangan

Dengan

kesadaran

sangat
pembelajaran
pembelajaran

metakognitif

penting

dalam

termasuk
sejarah.

metakognitif dapat dilihat

Pengetahuan
ketika

sadar
kemampuan

demikian

siswa
dengan

kognitifnya

sendiri

dan

melakukan pemantauan terhadap kognitif
yang

dimilikinya

pembelajaran

dalam

(Anderson &

proses
Krathwohl,

2001)
.
3. Tidak
antara

terdapat

pengaruh

penggunaan

interaksi
metode

nilai Fhitung 0,318, sedangkan Ftabel 4,00,
sehingga Fhitung < Ftabel atau 0,318 < 4,00.
Hal
pembelajaran
dan
metakognitif
terhadap prestasi belajar sejarah

ini

berarti

interaksi

tidak

antara

terdapat

pengaruh

penggunaan

pembelajaran dengan

metode

kategori

metakognitif (tinggi,rendah)
terhadap prestasi

belajar

sejarah siswa. Jadi

dapat

disimpulkan

bahwa hipotesis

penelitian

yang

ketiga diterima.
Untuk memperoleh prestasi belajar
yang baik, banyak sekali faktor yang perlu
diperhatikan.
(2007:233)

Menurut
dalam

Suryabrata

Slameto

(2003:54)

faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi: (1) Faktor fisologis
atau jasmaniah dan

(2)

faktor

psikologis: intelegensi,
sikap,

motivasidan

metakognitif.
(1)

Faktor

kesehatan

yang

fisiologis,
prima,

seperti

tidak

dalam

keadaan lelah dan capek, tidak dalam
keadaan cacat jasmani dan sebagainya.
Hal tersebut dapat mempengaruhi
peserta

didik

dalam menerima

materi pelajaran. Keletihan fisik pada siswa
berpengaruh
prestasi

belajarnya.

Syah,
keletihan

juga

siswa

dalam

Menurut

Muhibbin

(2013:171)

dapat

dikategorikan

menjadi tiga macam faktor yaitu:
1) Keletihan indra siswa
Keletihan indera dalam hal ini, lebih
mudah

dihilangkan

dengan

cara istirahat yang

cukup,

tidur dengan nyenyak, dsb.

2) Keletihan fisik
siswa

sulit.

Keletihan fisik

Penyebab

siswa

timbulnya
dengan

indera

siswa,

yakni

cara

yang

partisipasi

optimum

pendidikan

sedangkan
keletihan

siswa menilai

mental

keletihan

budaya,
terhadap

berkesinambu
ngan

akademik

ini

belajarnya
sendiri hanya

diakibatkan

berdasarkan

menghilangka

karena

ketentuan

nnya

relative

kecemasan

yang ia bikin

lebih

mudah,

siswa

sendiri

terhadap

imposed).

salah

(self-

(2)
satunya

dampak yang

dengan cara
mengkonsum
si

makanan

dan minuman
yang

ditimbulkan

psikologis

oleh keletihan

meliputi

itu sendiri,

intelegensi, minat,

kecemasan

bakat

siswa

bergizi,

menciptakan

terhadap

pola

makan

standar

yang

teratur,

pada
pelajaran

n

yang

yang tegang.
3) Keletihan
mental siswa
mental

metakognitif
Faktor

eksternal
meliputi:

(1)

faktor lingkungan
keluaga:
sosial

dianggap

ekonomi keluarga,

terlalu
tinggi,

Keletihan

dan

siswa.
nilai

merelaksasika
otot-otot

Faktor

siswa

pendidikan orang
tua,

perhatian

orang

tua

ini dipandang

kecemasan

suasana

sebagai faktor

siswa

lingkungan

utama

berada

penyebab

keadaan yang

(2)

adanya

ketat

lingkungan

kejenuhan

menuntut

sekolah;

dalam belajar,

kerja

dan

sehingga cara

yang berat,

mengatasi
keletihannya
pun
cukup

ketika
pada
dan
intelek

kecemasan
akan
konsep

dan

anggota keluarga,
faktor
sarana

prasarana,

metode mengajar,
(3)

faktor

lingkungan
masyarakat;
sosial

Untuk

mengerjakan

memperoleh
prestasi

prestasi

dikarenakan

belajar

banyak

yang baik, banyak

faktor

sekali faktor yang

juga
mempengaruhi
nilai

diantaranya

prestasi

perlu

faktor

mereka

diperhatikan.

intern

siswa

dan

Menurut

tersebut
memiliki

ekstern.

mempengaruhi

(2007:233) dalam

dalam

penelitian

(2003:54)

adanya

faktor-

faktor

yang

mempengaruhi
prestasi

kesehatan
siswa

dua

bagian,

yaitu

faktor internal dan
faktor

eksternal.

Faktor

internal

meliputi:

(1)

Faktor

fisologis
jasmaniah
dan

(2)

faktor

proses

Selain

faktor

jasmani juga ada
faktor
motifasi

yang

didalamnya
memuat
Setiap

siswa

dan

metakognitif yang

memiliki

berbeda-beda, hal
ini

penelitian ini tidak

mempengaruhi

adanya

interaksi

siswa

antara

metode

ketika

yang

lain

proses

pembelajaran dan

pembelajaran

metakognitif

berlangsung.
Tidak hanya itu,
ketidak

sejarah

penelitian

pada lingkungan
yang

jujuran

siswa ketika

Dalam

penelitian
adanya

kendala
kebutuhan

buku

siswa

terkait

kuriulum

2013

kurang
mencukupi

sikap,

terhadap

dalam

ini

pembelajaran.

siswa.

siswa

mempengaruhi

mendukung.

maupun
dalam

juga

kurang

intelegensi,

Dalam

ekstern

prestasi

metakognitif

metakognitif.

Faktor

sekolah

tes

psikologis:

motivasi

rendah.

ini, hal ini terhihat

mengikuti

dibagi

menjadi

menurun
ketika

belajar

dapat

metakognitif

ini adalah

Slameto

prestasi

ketika

Faktor intern yang

Suryabrata

atau

tes

kebutuhan
siswa.
Tidak
hanya
itu,

penempatan jam

terjadinya

proses

pembelajaran

lupa

belum

sejarah pada jam
terakhir dan jam
setelah

pelajaran

dan

faktor
yang

juga

informasi

besar

terjadi

menyebabkan

adalah

faktor

terganggunya

tersebut

di

otak

(interference/

menyumbangkan

sebagai „keluar‟.
Terjadinya
proses lupa

hasil

pada

juga

turut
prestasi

belajar

yang

siswa

menyebabkan

kurang

siswa tidak dapat

memuaskan.

mengingat materi

Penelitian

yang

telah

ini

dipelajari

sejalan

sebelumnya. Lupa

dengan beberapa

berkaitan dengan

hasil

fase

penelitian

penggalian

sebelumnya, yaitu

dan fase prestasi

Muhiddin

(2012).

yang

Tidak

adanya

otak.

ada

di
Lupa

hubungan antara

menunjukkan

keterampilan

kesulitan

metakognitif

menggali

dan

prestasi

ini

informasi

oleh

diperhatikan,

hal,

diantaranya

diolah,

dan

dimasukkan

mengingat

dalam

ingatan

kembali informasi

jangka

panjang

yang

(Winkel,2005).

dalam ingatan
siswa.
hal

yang

dapat
menyebabkan
siswa tidak dapat
mengingat
yang

2008).

Gangguan

terjadi

kegiatan

belajar

juga

dapat

berpengaruh
siswa

yang

(Nasution,

dipelajari

2011).
Proses

sebelumnya
hilang

karena
tersebut

penggalian
informasi
(postes

dan
tes

prestasi)

bercampur
dengan
baru

dan

agak

mirip.

Hal

ini

dapat

dipahami
karena
dalam
proses

yang

diterima

siswa

seseorang.

setelah

informasi

yang

pada

lewat

terhadap ingatan

baru

lupa

yang

ketika

banyak

terjadinya

Salah

2005;

beberapa
faktor

telah
yakni

Waktu

pembelajaran

menyebabkan

apa

dipelajarinya ada
dua,

ke

Ada
Hal-

Slavin,

proses

lupa dapat terjadi.

informasi

kegagalan

tersimpan

sehingga

inhibition)
(Winkel,

yang

sebelumnya

infomasi

yang

telah

informasi

retroactive

untuk

dapat disebabkan
beberapa

kemungkinan

kemungkinan

gangguan

raga,

tersebut

diolahnya

atau disebut

olah

baru

materi

dilakukanpada
akhir

materi

dengan
keseluruhan
materi.
Sehingga,
terdapat

jarak

waktu yang cukup
lama sebelum
proses
penggalian

setelah.

informasi

Informasi-

dilakukan. Selama

informasi

jarak

waktu

tersebut,

selain

adanya
satu

informasi

baru,

Pair

juga

Share.
Metode

dimungkinkan

pembelajaran

adanya
kegiatan

Group

yang

mengganggu

Investigation

sehingga proses

menghasilkan

penggalian

prestasi belajar

menjadi gagal.

sejarah

lebih

baik

D.
SI
M
P
U
L
A
N
D
A
N
S
A
R
A
N

dibandingkan
dengan motode
pembelajaran

Think

Pair

Share.
2.

Terdapat
perbedaan
pengaruh
antara

Berdasarka
n

metakognitif

hasil
analisis

dan pembahasan
hasil

penelitian

ini,

maka

dapat disimpulkan
bahwa

penelitian

ini

siswa
tinggi
dan
metakognitif
siswa

sesuai
dengan
hipotesis
yang
diajukan

sebagai berikut:
1.

Terdapat
perbedaan

rendah
terhadap
prestasi belajar
sejarah.
Prestasi belajar
yang diperoleh
peserta

didik

dengan
pengaruh

metakognitif

penggunaan

tinggi

metode

Group

Investigation
dan

Think

akan

lebih baik dari

pada

bervariatif

prestasi
belajar

memiliki

sejarah

metakognitif

yang

rendah

pada

diperoleh
dengan

penerapan

metakognitif

metode

rendah.
3. Tidak terdapat

dan

dalam

dapat

pembelajar

menimbulk
an

Group

mengemba

memiliki

interaksi antara

prestasi

metode

lebih

pembelajaran

dibandingkan

dan

Menyediak

dengan

metakognitif

an

yang

siswa terhadap

metakognitif

prestasi belajar

prasarana

rendah

sejarah.

yang

penerapan

yang

memiliki

metakognitif
tinggi

pada

penerapan

metakogniti
yang
baik
siswa

memiliki

metode

pada

Think

Group

Berdasarka
n
kesimpulan
dan

memiliki

diajukan

prestasi

yang

beberapa saran

baik

sebagai berikut.

dengan

siswa

yang memiliki
metakognitif
tinggi
pada
penerapan
metode

Pair

dan

lengkap
agar
proses
pembelajar
dapat

inovatif dan

(1) Bagi Sekolah
a. Mendorong
guru-guru

kreatif,
terutama
sarana dan
prasarana

yang

untuk
menerapka

menunjang

n

penggunaa
n

Think

metode-

metode-

Share.

metode

metode

Sedangkan
siswa
yang

sarana

lebih

Investigation

dibandingkan

b.

an

penelitian di
atas dapat

lebih

f siswa.

Pair Share.

implikasi

metode

bagi

ngkan

pengaruh

Siswa

(2) Bagi Siswa
Sebaiknya

serta

Investigation

an sejarah.

pembelajar
an
lebih

yang

yang
bervariatif

siswa
mengkomunkasikan
kesulitan
yang dialami
secara

kooperatif

kajian yang
satunya

kepada

lebih

mengemba

mendalam

ngkan

dengan
guru

metode

lagi

menggunakan

agar

pembelajar
an

tentang

yang

memperoleh
pemecahan
masalah yang
optimal. Selain
itu

siswa

diharapkan
selalu
berusaha
untuk
menumbuhkan

metode

Group
untuk

lebih

metode

inovatif

pembelajar

dengan

an

Investigation

lain

memperhat

Group

ikan

prestasi

Investigatio

variabel-

belajar

n

variabel

menunjang
dan

bebas

metode
siswa.

Think

Pair

lainnya

dan

Agar

Share

yang dapat

mengembangk

guru

dengan

mempenga

metakogniti

ruhi

an
metakognitif
yang

telah

dimiliki

siswa

agar
mendorong
dalam
pencapaian
prestasi
belajar

yang

diharapkan.

dapat

f

menerapkan

terhadap

metode

prestasi

dengan

tepat

guru

Para

guru

diharapkan
memilih
metode
tepat

yang
dalam

melaksanakan
proses
pembelajaran,
salah

belajar

sejarah

sejarah.

Dapat

Harapan

banyak

melakukan

peneliti

referensi

penelitian

dari apa

mengenai

lebih lanjut

penggunaan

dengan

metode(3) Bagi Guru

prestasi

belajar
b.

memerlukan

siswa

metode

itu

dengan

tepat

am

juga

dan

atau

memperdal

dapat

memperlua

melakukan

s

diskusi dengan
sesama

guru

penelitian
ini

sejarah.
(4) Bagi Peneliti
Lain
a.

Dapat
melakukan

yaitu
dengan

g

yang

to

Research Design.

ajaran

Teach,

Pendek

Kooper

diteliti

Fifth

atan

atif

dapat

Edition.

Jigsaw

memberika
n

manfaat

Singap

if,

ore:

kuantit

dan

atif,
GrowBook

n
sumbangan
pemikiran
bagi
pendidikan

Co.
Arikunto,
Suharsi
mi.

umumnya
dan peneliti
pada
khususnya.

2010.

Pembel
ajaran
Sejarah
.
Yogyak
arta:
Penerbi
t
Ombak

Prosed
ur
Peneliti
an
Suatu
Pendek
atan
Praktik.
Jakarta:

2001.

Learnin

Metako

yogyak

gnisi,

arta:

Berpikir

Pustaka
Pelajar.

Principl
of

Instruct
Design.
4

th

aman
Konsep
dan

Retensi
Mahasi
swa

Orlando

pada

. USA.

Perkuli

Muhiddin,P.

ahan
Biologi

2012.

Cipta.

uh

1999.
The
Art of
teachin
g . New

Pemah

Edition.

Pengar

Cruickshack.
Donal. R. Brainet
& Metcalf.

Kritis,

,

ional

rineka

York:
Arends, Richard. I.

ap
Mixed.

e

REFERENSI
Agung S. L
danSri
Wahyuni.
2013.
Perenc
anaan

Terhad

Gagne, R.M. 1992.

pada

puan
mik

dan

Hill

memberika

Kemam
Akade

Mc
dapat

dan

Kualitat

Dasar
di
FMIPA

Integra

Univers

si

itas

Proble
m
Based
Learnin

Negeri
Makass
ar.

McGraw-Hill

g (PBL)

Colege. Cruswell.

dengan

Diserta

Jhon. W. 2010.

Pembel

si

tidak

Nana

diterbitk
an.
Malang:
Universi
tas

mentas

Negeri
Malang.

Kooper

Sudjana.
2004.

Penilai
an

i Model
diterbit

Pembel

kan.

ajaran

Surakar

atif

ta:

Tipe

Univers

Group

itas

Investi

Sebelas

gation

Hasil
Proses
Belajar
Mengaj
ar.
Bandun
g:

tidak

PT.

Remaja
Rosdak

(GI)
dan

Maret.
Ridwan dan Akon.
2007.

Think

Rumus

Pair

dan

Sahare

Daftar

(TPS)

dalam

Pada
Materi

Statisti
ka.

arya.
Nasution, S. 2011.

Berbag

Trigono

Bandun

metri

g:

ai
Pendek
atan
Dalam
Proses

Alfabet
a.

Ditinjau
Dari

Santrock, J.W.
2010. Psikologi
Pendidikan.
Jakarta:
Kencana
Pernada
Media

Kecerd
asan

Belajar

Group

Mengaj
Logika

ar.
Jakarta:
PT.

Ningsih,

Slameto.

2003.

Matem

Belajar

atika

dan

Siswa

Faktor-

Kelas

faktor

X

yang

SMA

Bumi

DI

Mempe

Aksara.

Kabupa

ngaruhi

ten

nya.

Hartati

Sukoha

Jakarta:

(2013).

rjo.

Rineka

Eksperi

Tesis

Cipta.

Sri

Slavin. R.E

Mengaj
ar

2005.

Matem
atika.

Cooper

Depdik

ative

bud.

Learnin

Jakarta

g Teori:
Riset
dan
Praktik.
Bandun
g: Nusa
Media.
Soedjadi.

1999.

Kiat

Pendidi
kan
Matem
atika
di

Indone
sia.
Jakarta
:

Depdik
nas.
Suherm
an,
E.
(1992).
Strategi
Belajar

:
Proyek
Peningk
atan
Guru.

pembel
Susantini,

ajaran

2013.

E.

pada

Inovatif

2004.

Metode

Mempe

kurikul

.

um

rbaiki

Sidoarj

Kualita

Peneliti

s

an

Proses

Pendidi

Masme

Belajar

kan

dia

o:

Geneti

Buana

ka

Pendek

Pustaka

atan

.

melalui
Strateg

Kuantit

i

atif,

Metako

if

gnitif

R&D.

dan

g:

Pembel
ajaran

atif

Jakarta:
a

Rosdak
arya.
Trianto,

2010.

Perdan
a Media
Group.
Udin,

S.
Winata.
2001.

Mensis
ain

2009.

pada

(KTSP).

ke-18.

a.

Agung.

kan

Kencan

Remaja

Kooper

Pendidi

Cet

Alfabet
Suprijono,

Satuan

Bandun
g:

Bandun

dan

Tingkat

Syah, Muhibbin.
2013. Psikologi
Pendidikan.

Kualitat

Modelmodel

Cooper

Model

Pembel

ative

Pembel

ajaran

Learnin

ajaran

Inovatif

g: Teori

Inovatif

.

&

-

Jakarta:

Apliasi

Progres

PAU-

tidak

Paikem

if:

PPAI

diterbit

.

Konsep

Univers

kan.

Yogyak

Malang

arta:

:

Pustaka

univers

Pelajar.

Siswa
SMU.
Diserta
si

itas

Sugiyono.

ya

Suyatno.

2009.

itas

Landas

Indones

an,

ia.

dan

Negeri

Menjel

implem

Malang

ajah

entasin

Winkel. W.S.
2005. Psikologi
Pengajaran.
Yogyak
arta:

Media
Abadi.

Journal

Cem

Balcikanli.
2011.

Metako

Mathe

Resear
ch

own

in

etence.

Educati
onal

gnitive
Awaren

psychol
ogy.

ess

The

their

of

Jurnal :

matics

incomp

Current
Directio
ns

in

ISS:

Invento

Psychol

1
6
9
6
2
0
9
5
.

ry
for
Teache
rs

(MAIT).

ogical
Science
12, 3.
Gartmann, Shirley
and
Freiber
g,

V
o
l

Electro
nic

Melissa
. (1998)

9

or

.

Volum
e
6
N
u
m
b
e
r
1
.
Kramarski, Bracha
et

al.

(2002).
The
Effects
of

N
o
2
5
.

Metaco

Metaco

gnition

gnitive

and
Mathe
matical

Dunning,

Educat

D.,

Proble

Jhonson

m

,

Solving

K.,

Ehrling

:

er,

Helping

J.,

Instruct
ion

on

Solving
Mathe
matical
Authent
ic
Tasks.

dan

Student

Kruger,

Educati

s to Ask

J. 2003.

onal

The

Why

Right

Studies

Questio

in

ns

Mathe

people
fail

to

recogni
ze

matics .
.

Vol. 49,

No. 2
Susilo, H. 2009.
Upaya
Pembelajaran
Guru

.
Improvi
ng

IPA/Biol

Prospec

ogi

tive
Biology

Masa
Depan

Taeche
r

yang
Cerdas

Prepar
ation

dan
Profesi
onal.
Pidato
Penguk
uhan
Guru
Besar
dalam

in
Indones
ia.
Procedi
ng

of

Bidang
Pendidi

The

kan

Redesi

Biologi

gning

pada

Pedago

Fakulta

gy:

s

Culture

Matem

,

atika

Knowle

dan

dge,

Ilmu

and

Penget

Unders

ahuan

tanding
,

Alam
Univers
itas
Negeri
Malang,
Malang,
30 Juli.

Singap
ore, 2830 Mei.

Schraw. G and Dennision R.

S. 1994.

Assesing
Metacognitive
Aweraness.

Contemporary

Education

Psychology.
Johnson, D and Stanne. 2000.
Cooperative

Learning

Methods: A

Meta-

analysis.

University

of

Minnesota.
Teo L. Dawson. 2008. Metacognition and

Learning in Adulthood. Develop
Mental Testing Serice LLC.
Rahman, S. dan John. A.P. Hubungan

antara Kesadaran Metakognisi,
Motivasi,

dan

Pencapaian
Pelajar

Akademik

University.

Jurnal

Pendidikan
.
Internet:
Aderson. L.

W& Krtwol

Taxonomy
Teaching,

D.R. 2001. A

For
and

Learning,
Assessing:

a

revision Bloom is Taxonomy of
Education Objectives. (Online),
diakses pada 7 Juni 2014.
Eggen, P.D & Kauchak. 1996. Strategies
for Teachers.
Ellyn

Boston:
and Bacon.

diakses pada 7 Juni 2014
Imel, S. 2002. Metacognitive Skill for
Adult Learning.

ERIC

Educational
Resources Information

Center

Trends and Issues Alert No. 39,
(online),
(http://www.cete.org/acve/docs/tia
000107.pdf, diakses 10 Juni 2014).
Livingston . J.A. 1997. Metacognition: an
Overview (online), diakses pada 6

us-wpeirce/MCCCTR/metac-htm,
diakses 6 Juni 2014.

Juni 2014.
Marzano, R. 1998. Metacognition. (Online),
(http://www.acedemig.pg.ccmd.