Perbedaan Rasio Bolton Keseluruhan dan Anterior Antara Suku Tionghoa dan Suku Papua.

(1)

ABSTRAK

Analisis Bolton digunakan untuk mengukur diskrepansi ukuran gigi sebelum memulai perawatan ortodontik dengan tujuan untuk mencapai hasil perawatan yang stabil. Analisis Bolton terdiri atas rasio keseluruhan dan anterior. Rasio keseluruhan dan anterior berbeda pada suku yang berbeda.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui rasio Bolton keseluruhan dan anterior pada suku Tionghoa, (2) untuk mengetahui rasio Bolton keseluruhan dan anterior pada suku Papua, (3) untuk mengetahui perbedaan rasio Bolton keseluruhan dan anterior antara suku Tionghoa dan suku Papua.

Penelitian melibatkan 36 subjek yang terdiri atas 18 mahasiswa suku Tionghoa dan 18 mahasiswa suku Papua, berumur 18−25 tahun, gigi erupsi sempurna dan lengkap dari molar pertama kanan sampai molar pertama kiri. Mahasiswa yang pernah atau sedang mendapatkan perawatan ortodontik merupakan kriteria eksklusi. Mesiodistal molar pertama kanan sampai gigi molar pertama kiri diukur menggunakan jangka sorong digital, kemudian dilakukan perhitungan rasio keseluruhan dan anterior. Uji t tidak berpasangan untuk mengetahui perbedaan rasio keseluruhan dan anterior antara suku Tionghoa dan Papua.

Hasil penelitian yaitu: (1) rasio keseluruhan pada suku Tionghoa adalah 90,31±2,48 dan rasio anterior pada suku suku Tionghoa adalah 76,95±2,42, (2) rasio keseluruhan pada suku Papua adalah 92,43±1,47 dan rasio anterior pada suku Papua adalah 79,01±2,25, (3) Hasil uji t tidak berpasangan adalah terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara rasio keseluruhan dan rasio anterior antara suku Tionghoa dan suku Papua, dimana rasio suku keseluruhan dan rasio anterior suku Tionghoa lebih besar dibandingkan suku Papua. Kesimpulan penelitian yaitu terdapat perbedaan rasio keseluruhan dan rasio anterior antara suku Tionghoa dan suku Papua.

Kata kunci: analisis Bolton, rasio keseluruhan, rasio anterior, suku Tionghoa, suku Papua


(2)

ABSTRACT

Bolton’s analysis is used to measure tooth size discrepancy before starting orthodontic treatment, which the purpose is to achieve stability of final orthodontic treatment result. Bolton’s analysis consists of overall and anterior ratio. Overall and anterior ratio are different in different ethnic groups.

Objectives of this study were (1) to investigate Bolton’s overall and anterior ratio on Chinese, (2) to investigate Bolton’s overall and anterior ratio on Papuan, (3) to determine differences of the Bolton’s overall and anterior ratio between Chinese and Papuan.

Subject of this study were 36 students consisted of 18 Chinese and 18 Papuan,

18−25 years old and fully erupted permanent dentition from right first molar to the left first molar. Students were wearing orthodontic appliance or had having a history of orthodontic treatment were excluded from this study. The mesiodistal tooth size were measured from right first molar to left first molar using a digital caliper, then calculated the overall and anterior ratio. Independent t test was performed to compare differences of overall and anterior ratio between Chinese and Papuan.

The results of this study are: (1) overall ratio Chinese is 90,31±2,48 and anterior ratio Chinese is 76,95±2,42, (2) Overall ratio Papuan is 92,43±1,47 and anterior ratio Papuan is 79,01±2,25, (3) Independent t test shows the significantly difference (p<0,05) between Chinese and Papuan overall and anterior ratio. Overall and anterior ratio of Papuan are larger than Chinese. The conclusion of this study is overall and anterior ratio are significantly different between Chinese and Papuan.

Keywords: Bolton’s analysis, overall ratio, anterior ratio, Papuan, Chinese


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Pembelajaran ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Akademik ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

1.5 Kerangka Pemikiran ... 5

1.6 Hipotesis Penelitian ... 8

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diagnosis dan Perawatan Ortodontik ... 9

2.2 Prosedur Diagnostik ... 11

2.3 Model Studi Ortodontik ... 12


(4)

2.4 Penggunaan Model Studi ... 12

2.5 Analisis Model ... 13

2.6 Analisis Wayne A. Bolton... 14

2.7 Prosedur Melakukan Analisis Bolton... 16

2.8 Faktor yang Mempengaruhi Variasi Ukuran Gigi ... 18

2.8.1 Faktor Genetik dan Lingkungan ... 18

2.8.2 Faktor Ras dan Jenis Kelamin ... 20

2.9 Suku Tionghoa ... 21

2.10 Suku Papua ... 23

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan ... 25

3.1.1 Alat Penelitian ... 25

3.1.2 Bahan Penelitian... 25

3.2 Metode Penelitian... 26

3.3 Subjek Penelitian ... 26

3.3.1 Populasi Penelitian ... 26

3.3.2 Sampel Penelitian ... 26

3.4 Variabel Penelitian ... 28

3.4.1 Variabel Independen ... 28

3.4.2 Variabel Dependen ... 28

3.4.3 Variabel Pengganggu ... 28

3.5 Definisi Operasional... 29

3.6 Prosedur Penelitian... 32

3.6.1 Cara Penelitian ... 32

3.6.2 Alur Penelitian ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 34


(5)

4.1.1 Hasil Penelitian Ukuran Mesiodistal Gigi pada Suku

Tionghoa dan Papua ... 34

4.1.2 Hasil Penelitian Rasio Bolton Anterior dan Keseluruhan pada Suku Tionghoa dan Papua ... 35

4.2 Hasil Uji Statistik ... 36

4.2.1 Hasil Uji Normalitas Data ... 36

4.2.2 Hasil Uji Perbandingan Rasio Bolton Anterior antara Suku Tionghoa dan Papua ... 37

4.2.3 Hasil Uji Perbandingan Rasio Bolton Keseluruhan antara Suku Tionghoa dan Papua ... 37

4.3 Pembahasan ... 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ... 47

RIWAYAT HIDUP ... 61


(6)

DAFTAR TABEL

No Halaman

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 21

Tabel 4.1 Rerata Ukuran Mesiodistal Gigi pada Suku Tionghoa dan Papua ... 34

Tabel 4.2 Rasio Bolton Anterior pada Suku Tionghoa dan Papua(%) ... 35

Tabel 4.3 Rasio Bolton Keseluruhan pada Suku Tionghoa dan Papua(%) ... 36

Tabel 4.4 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov ... 36

Tabel 4.5 Hasil Uji T Tidak Berpasangan(Independent T Test) Rasio Bolton Anterior pada Suku Tionghoa dan Papua(%) ... 37

Tabel 4.6 Hasil Uji T Tidak Berpasangan (Independent T Test) Rasio Bolton Keseluruhan pada Suku Tionghoa dan Papua(%) ... 38


(7)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

Gambar 2.1 Skema Diagnosa dan Rencana Perawatan ... 10 Gambar 2.2 Tiga Bidang Orientasi Model Studi ... 13 Gambar 2.3 Pengukuran Lebar Mesiodistal Gigi Menggunakan

Jangka Sorong ... 17 Gambar 3.1 Pengukuran lebar mesiodistal gigi ... 29 Gambar 3.2 Ukuran mesiodistal gigi-geligi untuk menentukan rasio

keseluruhan ... 30 Gambar 3.3 Ukuran lebar mesiodistal gigi-geligi untuk menentukan

rasio anterior ... 31 Gambar 3.4 Skema Alur Penelitian ... 33


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ... 47

Lampiran 2 Angket Penelitian ... 48

Lampiran 3 Lembar Pengukuran ... 52

Lampiran 4 Gambar Alat dan Bahan Penelitian ... 53

Lampiran 5 Data Penelitian ... 54

Lampiran 6 Perhitungan Statistik ... 58


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Oklusi adalah berkontaknya permukaan oklusal gigi geligi rahang atas dengan permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang bawah menutup.1 Oklusi ideal adalah konsep hipotetik atau teotrikal berdasarkan anatomi gigi, dimana maksila dan mandibula memiliki ukuran yang tepat terhadap satu sama lain dan gigi dalam hubungan tiga bidang ruang.2 Oklusi yang ideal penting untuk menghindari disfungsi temporomandibular, kerusakaan periodontal, dan ketidakstabilan oklusal jangka panjang.3

Perawatan ortodontik merupakan perawatan yang dilakukan untuk mengoreksi posisi gigi, maloklusi, serta meningkatkan estetik. Prinsip perawatan ortodontik yaitu memperbaiki penampilan dentofasial, mengoreksi fungsi oklusal gigi dan memperbaiki oklusi yang dapat mengganggu kesehatan gigi serta periodonsium.4 Suatu rencana perawatan dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat. Analisis model studi merupakan salah satu prosedur penting diagnostik dan rencana perawatan ortodontik. 5

Analisis model studi merupakan penilaian tiga dimensi dari lengkung gigi maksila dan mandibula dan hubungan oklusal.5 Ukuran lebar mesiodistal gigi maksila terhadap gigi mandibula mempengaruhi hasil perawatan ortodontik dengan oklusi, overbite dan overjet yang optimal. Gigi maksila dan mandibula harus memiliki ukuran yang proporsional dan ukuran gigi penting untuk


(10)

2

memperkirakan oklusi setelah perawatan.6 Jika gigi atas yang lebih besar dikombinasikan dengan gigi bawah yang kecil, maka tidak bisa mencapai oklusi yang ideal. Sekitar 5% dari populasi memiliki beberapa derajat disproporsi ukuran gigi.6,7 Disproporsi ukuran gigi disebut sebagai diskrepansi ukuran gigi.8

Dr. Wayne A. Bolton pada tahun 1952 membuat sebuah data normatif yang secara luas diterima yang disebut sebagai “Analisis Bolton” dan penggunaanya paling luas dalam mengukur diskrepansi ukuran gigi.6 Analisis Bolton dapat digunakan untuk menentukan lebar mesiodistal maksila terhadap gigi mandibula. Lebar mesiodistal gigi yang seimbang antara gigi rahang atas dan bawah dibutuhkan untuk mencapai fungsi dan estetik terbaik dan interdigitasi oklusal yang optimal setelah perawatan ortodontik.9,10 Hubungan yang tidak harmonis antara lebar mesiodistal gigi maksila dan gigi mandibula akan mempersulit koordinasi antar lengkung rahang dan akan mempengaruhi hasil akhir dan stabilitas perawatan ortodontik.8

Analisis Bolton digunakan untuk menentukan ketidaksesuaian ukuran mesiodistal gigi rahang atas dan bawah atau yang dikenal dengan diskrepansi ukuran gigi.7 Rasio Bolton meliputi rasio anterior dan rasio keseluruhan. Rasio keseluruhan yaitu persentase yang diperoleh dengan membagi jumlah lebar mesiodistal dua belas gigi mandibula dengan jumlah lebar mesiodistal dua belas gigi maksila. Rasio keseluruhan yang ideal menurut Bolton yaitu 91,3±1,96. Rasio anterior yaitu persentase yang diperoleh dengan membagi jumlah lebar mesiodistal enam gigi anterior mandibula dengan enam gigi anterior maksila. Persentase rasio anterior yang ideal menurut Bolton yaitu 77,2±1,65.11,12 Bolton


(11)

3

mengatakan bahwa ukuran gigi dan rasio ukuran gigi berbeda pada kelompok ras yang berbeda dengan urutan dari yang terbesar yaitu Negroid, Mongoloid kemudian Kaukasoid.13

Indonesia adalah salah satu negara dengan masyarakat yang majemuk yang memiliki keanekaragaman kelompok etnik atau suku bangsa. Suku yang termasuk ras Negroid di Indonesia yaitu suku Papua. Suku yang termasuk ras Mongoloid di Indonesia yaitu suku Tionghoa. Populasi suku Tionghoa di Indonesia merupakan yang terbesar diantara negara Asia Tenggara kemudian diikuti oleh Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, Burma, Vietnam, Cambodia, Laos, dan Brunei.14 Total populasi Tionghoa di Indonesia pada tahun 2006 berkontribusi 3,4% dari total populasi Indonesia yaitu 7.670.000 jiwa.15 Ralph Linton mengatakan bahwa suku Tionghoa termasuk dalam subras Asiatic Mongoloid.16

Suku Papua adalah suku yang tinggal di Pulau Papua yang satu rumpun dengan penduduk asli Benua Australia (Aborigin). Papua merupakan provinsi paling timur Indonesia. Suku Papua bukan termasuk ras Mongoloid melainkan subras Negroid Melanesia yang memiliki ciri fisik rambut kriting, kulit hitam dan hidung mancung.17

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menemukan kemungkinan perbedaan rasio Bolton pada ras yang berbeda.13 Berdasarkan latar belakang ini, penulis tertarik untuk membuat penelitian yang berjudul perbedaan rasio anterior dan keseluruhan (analisis Bolton) antara suku Tionghoa dan suku Papua.


(12)

4

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi masalah dari penelitian yaitu apakah terdapat perbedaan rasio Bolton keseluruhan dan anterior antara suku Tionghoa dan suku Papua.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui rasio Bolton keseluruhan dan anterior pada masyarakat suku Tionghoa berusia 18−25 tahun.

2) Mengetahui rasio Bolton keseluruhan dan anterior pada masyarakat suku Papua berusia 18−25 tahun.

3) Mengetahui perbedaan rasio Bolton keseluruhan dan anterior antara masyarakat suku Tionghoa dan Papua berusia 18−25 tahun.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

1) Sebagai bahan referensi ilmu pengetahuan di bidang ortodontik tentang rasio Bolton keseluruhan dan anterior pada masyarakat suku Tionghoa dan Papua. 2) Sebagai bahan referensi ilmu pengetahuan di bidang antropologi tentang


(13)

5

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Sebagai sumber informasi dalam menyusun rencana perawatan dengan mempertimbangkan diskrepansi ukuran gigi.

1.5 Kerangka Pemikiran

Ortodontik berasal dari bahasa Yunani yaitu ortos yang berarti tepat atau benar dan odontos yang berarti gigi. Ortodontik adalah ilmu yang mempelajari tentang pertumbuhan dan perkembangan dari alat-alat mastikasi, termasuk pencegahan dan perawatan ketidakteraturan dan maloklusi gigi.18

Oklusi merupakan suatu keadaan dimana gigi atas dan bawah berinterkuspasi satu sama lain dalam setiap posisi dan pergerakan mandibula. Maloklusi merupakan deviasi dari oklusi yang ideal yang menyebabkan ketidakpuasan estetik. Maloklusi menyiratkan ketidakseimbangan ukuran dan posisi gigi, tulang wajah, dan jaringan lunak (bibir, leher, dan lidah).19

Kesuksesan perawatan ortodontik bergantung pada diagnosis dan rencana perawatan yang komprehensif. Diagnosis pasien ortodontik membutuhkan informasi dari pemeriksaan klinis, radiografi dan analisis model studi. Analisis model studi merupakan penilaian tiga dimensi dari lengkung gigi maksila dan mandibula dan hubungan oklusal.5,20

Analisis ukuran gigi menurut Bolton dilakukan dengan mengukur lebar mesiodistal gigi geligi maksila terhadap gigi geligi mandibula. Persentase rasio


(14)

6

Bolton anterior didapatkan dengan membagi jumlah lebar mesiodistal enam gigi anterior (kaninus kanan sampai kaninus kiri) mandibula dengan jumlah enam gigi anterior maksila (kaninus kanan sampai kaninus kiri). Persentase rasio Bolton keseluruhan didapatkan dengan membagi jumlah lebar mesiodistal 12 gigi mandibula (molar pertama kanan sampai molar pertama kiri) dengan jumlah lebar mesiodistal 12 gigi maksila (molar pertama kanan sampai molar pertama kiri). Bolton mengatakan bahwa rasio anterior yang ideal yaitu 77,2%±1,65 dan rasio keseluruhan yang ideal yaitu 91,3% SD 1,91%. Peneliti lain mendefinisikan nilai diskrepansi jika lebih dari 2 SD rerata Bolton.21 Pasien dengan diskrepansi ukuran gigi membutuhkan pengurangan (seperti pengurangan interdental) atau penambahan (seperti composite buildups atau porcelain veneer) dari struktur gigi untuk membuat atau menutup ruang pada lengkung yang berlawanan.7,13

Beberapa studi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ukuran gigi pada ras dan jenis kelamin yang berbeda. Rata-rata ukuran gigi secara umum tidak sama pada populasi yang berbeda. Ukuran gigi laki-laki dan perempuan dari suatu populasi dapat lebih besar dibandingkan populasi lain dan ketika dibandingkan dalam suatu populasi didapatkan gigi perempuan lebih kecil. Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki memiliki ukuran gigi lebih besar secara signifikan jika dibandingkan dengan perempuan.22,23

Ukuran gigi berbeda pada beberapa kelompok ras. Tiga ras pokok yang tersebar luas di dunia yaitu Mongoloid, Kaukasoid, dan Negroid. Konsep ras tersebut merupakan konsep yang abstrak karena batas antara ras yang tidak tegas dan banyak ciri fisik yang timpa-menimpa.24,25


(15)

7

Suku Tionghoa termasuk dalam subras Asiatic Mongoloid. Suku Tionghoa di Indonesia adalah warga negara Indonesia yang masih sangat dipengaruhi oleh budaya Cina, berbicara dalam bahasa Cina maupun mereka yang tidak tahu Cina sama sekali kecuali nama Cina tetapi masih mengenali asal keturunan Cina. Ras Mongoloid umumnya mempunyai kepala brachycephalic dengan dahi yang lebih lebar, wajah lebar dan datar dengan hidung sedang atau lebar.16,26,27

Suku Papua tidak termasuk ras Mongoloid melainkan termasuk ras Negroid Melanesia. Kata Papua sendiri berasal dari bahasa melayu yang berarti rambut keriting, sebuah gambaran yang mengacu pada penampilan fisik suku asli. Kelompok suku asli di Papua terdiri atas 255 suku, dengan bahasa yang masing-masing berbeda.28

Altemus mengatakan bahwa pada setiap ras terdapat variasi dalam ukuran gigi. Lavelle menemukan bahwa ras Negroid memiliki rasio keseluruhan dan rasio anterior yang lebih besar dibandingkan Kaukasoid dan Mongoloid. Rasio keseluruhan pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Hal tersebut didukung oleh penelitian Merz et al pada tahun 1991 yang menemukan bahwa lebar mesiodistal kaninus,premolar dan molar pada subjek kulit hitam secara signifikan lebih besar dibandingkan gigi pada subjek kulit putih.9


(16)

8

1.6 Hipotesis Statistik

Ho = Tidak terdapat perbedaan rasio Bolton keseluruhan dan anterior antara suku Tionghoa dan Papua

H1 = Terdapat perbedaan rasio Bolton keseluruhan dan anterior antara antara suku Tionghoa dan Papua

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Skill Lab Ortodontik Universitas Kristen Maranatha di Kota Bandung Oktober 2015 hingga Januari 2016.


(17)

43 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil uji t tidak berpasangan yaitu terdapat perbedaan (p<0,05) rasio Bolton keseluruhan dan anterior antara suku Tionghoa dan suku Papua. Rasio Bolton keseluruhan dan anterior suku Papua lebih besar dibandingkan suku Tionghoa.

5.2 Saran

1. Penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan rasio Bolton anterior dan keseluruhan berdasarkan maloklusi dan jenis kelamin perlu dilakukan.

2. Penelitian lebih lanjut terhadap suku lain di Indonesia perlu dilakukan dan diharapkan dapat bermanfaat dalam menyusun rencana perawatan dengan mempertimbangkan analisis Bolton.


(18)

43

DAFTAR PUSTAKA

1. Dewanto H. Aspek-aspek Epidemiologi Maloklusi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1993. p. 22−28.

2. Ireland AJ, McDonald F. Diagnosis of the Orthodontic Patient. New York: Oxford University Press; 1998. p. 9−12.

3. Moyers RE. Handbook of Orthodontics. 4th ed. London Year Book Medical Publisher; 1988. p. 233,441.

4. Harry DR, Sandy J. A Clinical Guide to Orthodontics. British Dental Journal. 2003;195: 433.

5. Jonas I, Rakosi T, Graber TM. Color Atlas of Dental Medicine Orthodontic

Diagnosis. New York: Thieme Medical Publisher; 1993. p. 207−224.

6. Bashir U, Kundi IU, Zahid S, Shaheed S, Usman K. Bolton Tooth Size Analysis of Pakistanis of 13 to 20 Years in Islambad City. Pakistan Oral and

Dental Journal; 2012: 32(3): 421−423.

7. Fields HW, Proffit WR, Sarver DM. Contemporary Orthodontics. 4th ed. Canada: Elsevier Health Sciences; 2006. p. 121−122, 170.

8. Mamun M, Hyder ML, Hossain MZ. Tooth Size Discrepancies among Different Malocclusions in a Bangladeshi Orthodontic population. Bangladesh Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics; 2012: 2: 8−9.

9. T Endo, Abe R, Kuroki H, Oka K, Shimooka S. Tooth Size Discrepancies among Different Malocclusions in a Japanese Orthodontic Population. Angle

Orthodontist; 2008: 78(6): 994−998.

10. Begum N, Rahman MA, Farzana F, Alam MK. Analysis of Tooth Size Discrepancy (Bolton Ratio) among Orthodontic Patients at Combined Military Hospital (CMH), Dhaka. International Medical Journal; 2014: 21(1): 38−40.

11. Olszowska JJ, Szulc BW, Stepien P. Overall and Anterior Bolton Ratio in Class I, II, and III Orthodontic. European Journal of Orthodontics; 2009: 32(2010): 313−318.

12. Singh G. Textbook of Orthodontics. 2th ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2007. p. 3,77−93.


(19)

44

13. Sari Z, Uysal T, Basciftci FA, Memili B. Intermaxillary Tooth Size Discrepancy and Malocclusion : Is There a Relation?. Angle Orthodontist. 2005;75:208−213.

14. Liu H. The Chinese Overseas. USA: Routledge; 2006. p. 3−10. 15. Overseas Compatriot Affairs Commission Republic of Cina. Perkiraan

Statistik Jumlah Penduduk Tionghoa-Indonesia Tahun 2006. 2007 [cited 08 Oktober 2015].Available from:

http://www.ocac.gov.tw/download.asp?tag=P&file=DownFile/File_9894.pdf &no=9894.

16. Novisari SU. Perbedaan Deprivasi Relatif Fraternal antara Etnis Cina dan Etnis Jawa. Talenta Psikologi; 2013: 2: 63−82.

17. Yambeyapdi E. Papua Barat dalam Perundingan. Jurnal Sejarah Pemikiran,

Rekonstruksi, Persepsi; 2004: 6: 70−75.

18. Leighton BC, Gardiner JH, Luffingham JK. Orthodontics for Dental

Students. 4th ed. Delhi: Oxford University Press; 1998. p. 1−2.

19. Rahimah AK, Hassan T. Occlusion, Malocclusion and Method of Masurements - an Overview. Archives of Orofacial Sciences. 2007; 2: 3−9. 20. Nouri M, Tehranchi A, Massudi R, Katchooi, Rahimi H. Diagnostic Value of

Manual and Computerized Methods of Dental Casts Analysis. Journal of

Dentistry, Tehran University of Medical Science; 2009: 6(2) :85−90.

21. Desai H, Jhala VJ, Dal MS, Patel N, Patel K. Bolton's Ratios for Indian

Population, Can We Follow The Ideal Standards Blindly?. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences; 2014: 13(7): 65-67.

22. Yamaki M, Al-Gunaid T, Saito I. Mesiodistal Tooth Width and Tooth Size Discrepancies Yemeni Arabians : a Pilot Study. Journal Orthodontics

Science; 2012: 1(2): 40−45.

23. Patterson RE. Bolton Analysis Comparison Among Different Occlusions in a

Black Population: Saint Louis University; 2010. p. 9−21, 37, 48.

24. Ariningsih FN. Variasi Biologis Populasi Manusia di Pulau Jawa: Analisis Kraniometris. Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik.


(20)

45

25. Souki M, Araujo E. Bolton Anterior Tooth Size Discrepancies among Different Malocclusion Groups. Angle Orthodontist; 2003;73.

26. Tjong DH, Syaifullah. Variasi Kefalometri pada Beberapa Suku di Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas; 2013: 2(2): 130-137.

27. Mead D, Lim H. Chinese in Indonesia: A Background Study. [serial online].2011. Available from: http://www.sil.org/silesr/2011/silesr2011-028.pdf.

28. Somantri L. Mengenal Suku Bangsa di Pegunungan Tengah Papua.

Prosiding Seminar Papua Sudah; 19 November 2008; Bandung: FPIPS

Universitas Pendidikan Indonesia.

29. Afify AR, Sulaimani FFH. Bolton Analysis in Different Classes of Malocclusion in a Saudi Arabian Sample. Egyptian Dental Journal; 2006: 52: 1119−1125.

30. Goyal A, Singh S. Mesiodistal Crown Dimensions of the Permanent Dentition in North Indian Children. Journal Indian Social Pedodontic

Prevention Dental; 2006: 192−196.

31. Laviana, A. Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting Bagi Diagnosis

Ortodontik. Bandung: FKG Universitas Padjajaran; 2009. p. 12.

32. Gulabivala K, Ling Y. Endodontics. 4th ed. London: Elsevier; 2014. p. 6−8. 33. Fajar HN, Hamilah DK, Bambang ST. Antropologi untuk Mahasiswa

Kedokteran Gigi. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti; 2005. p. 5−7,42−49 34. Lundstrom A. The Importance of Genetic And Non-Genetic Factors in The

Facial Skeleton Studied in 100 Pairs of Twins. European Orthodontic Society

Report Congress.1948. p. 92−107.

35. Alhaija ESJ, Al Khateeb S. Tooth Size Discrepancies and Arch Parameters among Different Malocclusions an Jordanian Sample. Angle Orthodontist. 2006; 76(3): 459−465.

36. Taubadel VC. Global Mandibular Variation Reflects Differences in Agricultural and Hunter-Gatherer Subsistence Strategies. Proceedings of the

National Academy of Sciences; 2011: 108(49): 19551−19546.

37. Oktay H, Baydas B, Dagsuyu M. The Effect of Heritability on Bolton Tooth Size Discrepancy. European Journal of Orthodontics; 2005: 27: 98−102.


(21)

46

38. Manjunatha BS. Textbook of Dental Anatomy and Oral Physiology. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2013. p. 175−177.

39. Muqbil I. Analysis of Bolton's Tooth Size Discrepancy for a reffered UK

population. Birmingham: University of Birmingham 1988. p. 4, 39.

40. Darini R. Nasionalisme Etnis Tionghoa di Indonesia. [cited 15 November 2015]. Available from:

http://eprints.uny.ac.id/2998/3/NASIONALISME_ETNIS_TIONGHOA.pdf. 41. Sandy B. Pusdiklat Kebudayaan Cina di Yogyakarta. Universitas Atma Jaya

Yogyakarta. 2009. Available from:

http://ejournal.uajy.ac.id/2956/3/2TA11585.pdf.

42. Syaputra H, Na'im A. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa

Sehari-hari Penduduk Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2010. p. 9.

43. Blumfeld J. Racial Identification in the Skull and Teeth. The University of

Western Ontario. Journal of Anthropology; 2011: 8(1): 20−30.

44. Sugiarti E. Perbandingan Indeks Bolton Antara Suku Jawa dan Cina

Berdasarkan Jenis Kelamin. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2013.

45. Iptika A. Keterkaitan Kebiasaan dan Kepercayaan Mengunyah Sirih Pinang

dengan Kesehatan Gigi. Departemen Antropologi FISIP Universitas

Airlangga. [cited 11 Desember 2015]. Available from:

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-aun712fc6fc38full.pdf.

46. Apomfires F. Makanan pada Komuniti Adat Jae: Catatan Sepintas Lalu dalam Penelitian Gizi. Jurnal Antropologi Papua; 2002:1(2).

47. Dahlan S. Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Arkans; 2006. p. 16−27.

48. Al-Ghamdi S, Hashim HA. Tooth Widht and Arch Dimensions in Normal and Malocclusion Samples : An Odontometric Study. Journal of Contemporary

Dental Practice; 2005: 6(2): 2−11.

49. Naidu M, Nambiar P. Racial Characteristics of Human Teeth with Special Emphasis on the Mongoloid Dentition. The Malaysian Journal of Pathology; 1996: 18(1): 1−7.


(1)

8

1.6 Hipotesis Statistik

Ho = Tidak terdapat perbedaan rasio Bolton keseluruhan dan anterior antara suku Tionghoa dan Papua

H1 = Terdapat perbedaan rasio Bolton keseluruhan dan anterior antara antara suku Tionghoa dan Papua

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Skill Lab Ortodontik Universitas Kristen Maranatha di Kota Bandung Oktober 2015 hingga Januari 2016.


(2)

43 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil uji t tidak berpasangan yaitu terdapat perbedaan (p<0,05) rasio Bolton keseluruhan dan anterior antara suku Tionghoa dan suku Papua. Rasio Bolton keseluruhan dan anterior suku Papua lebih besar dibandingkan suku Tionghoa.

5.2 Saran

1. Penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan rasio Bolton anterior dan keseluruhan berdasarkan maloklusi dan jenis kelamin perlu dilakukan.

2. Penelitian lebih lanjut terhadap suku lain di Indonesia perlu dilakukan dan diharapkan dapat bermanfaat dalam menyusun rencana perawatan dengan mempertimbangkan analisis Bolton.


(3)

43

DAFTAR PUSTAKA

1. Dewanto H. Aspek-aspek Epidemiologi Maloklusi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1993. p. 22−28.

2. Ireland AJ, McDonald F. Diagnosis of the Orthodontic Patient. New York: Oxford University Press; 1998. p. 9−12.

3. Moyers RE. Handbook of Orthodontics. 4th ed. London Year Book Medical Publisher; 1988. p. 233,441.

4. Harry DR, Sandy J. A Clinical Guide to Orthodontics. British Dental Journal. 2003;195: 433.

5. Jonas I, Rakosi T, Graber TM. Color Atlas of Dental Medicine Orthodontic

Diagnosis. New York: Thieme Medical Publisher; 1993. p. 207−224.

6. Bashir U, Kundi IU, Zahid S, Shaheed S, Usman K. Bolton Tooth Size Analysis of Pakistanis of 13 to 20 Years in Islambad City. Pakistan Oral and

Dental Journal; 2012: 32(3): 421−423.

7. Fields HW, Proffit WR, Sarver DM. Contemporary Orthodontics. 4th ed. Canada: Elsevier Health Sciences; 2006. p. 121−122, 170.

8. Mamun M, Hyder ML, Hossain MZ. Tooth Size Discrepancies among Different Malocclusions in a Bangladeshi Orthodontic population. Bangladesh Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics; 2012: 2: 8−9.

9. T Endo, Abe R, Kuroki H, Oka K, Shimooka S. Tooth Size Discrepancies among Different Malocclusions in a Japanese Orthodontic Population. Angle

Orthodontist; 2008: 78(6): 994−998.

10. Begum N, Rahman MA, Farzana F, Alam MK. Analysis of Tooth Size Discrepancy (Bolton Ratio) among Orthodontic Patients at Combined Military Hospital (CMH), Dhaka. International Medical Journal; 2014: 21(1): 38−40.

11. Olszowska JJ, Szulc BW, Stepien P. Overall and Anterior Bolton Ratio in Class I, II, and III Orthodontic. European Journal of Orthodontics; 2009: 32(2010): 313−318.

12. Singh G. Textbook of Orthodontics. 2th ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2007. p. 3,77−93.


(4)

44

13. Sari Z, Uysal T, Basciftci FA, Memili B. Intermaxillary Tooth Size Discrepancy and Malocclusion : Is There a Relation?. Angle Orthodontist. 2005;75:208−213.

14. Liu H. The Chinese Overseas. USA: Routledge; 2006. p. 3−10. 15. Overseas Compatriot Affairs Commission Republic of Cina. Perkiraan

Statistik Jumlah Penduduk Tionghoa-Indonesia Tahun 2006. 2007 [cited 08 Oktober 2015].Available from:

http://www.ocac.gov.tw/download.asp?tag=P&file=DownFile/File_9894.pdf &no=9894.

16. Novisari SU. Perbedaan Deprivasi Relatif Fraternal antara Etnis Cina dan Etnis Jawa. Talenta Psikologi; 2013: 2: 63−82.

17. Yambeyapdi E. Papua Barat dalam Perundingan. Jurnal Sejarah Pemikiran,

Rekonstruksi, Persepsi; 2004: 6: 70−75.

18. Leighton BC, Gardiner JH, Luffingham JK. Orthodontics for Dental

Students. 4th ed. Delhi: Oxford University Press; 1998. p. 1−2.

19. Rahimah AK, Hassan T. Occlusion, Malocclusion and Method of Masurements - an Overview. Archives of Orofacial Sciences. 2007; 2: 3−9. 20. Nouri M, Tehranchi A, Massudi R, Katchooi, Rahimi H. Diagnostic Value of

Manual and Computerized Methods of Dental Casts Analysis. Journal of

Dentistry, Tehran University of Medical Science; 2009: 6(2) :85−90.

21. Desai H, Jhala VJ, Dal MS, Patel N, Patel K. Bolton's Ratios for Indian Population, Can We Follow The Ideal Standards Blindly?. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences; 2014: 13(7): 65-67.

22. Yamaki M, Al-Gunaid T, Saito I. Mesiodistal Tooth Width and Tooth Size Discrepancies Yemeni Arabians : a Pilot Study. Journal Orthodontics

Science; 2012: 1(2): 40−45.

23. Patterson RE. Bolton Analysis Comparison Among Different Occlusions in a

Black Population: Saint Louis University; 2010. p. 9−21, 37, 48.

24. Ariningsih FN. Variasi Biologis Populasi Manusia di Pulau Jawa: Analisis Kraniometris. Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik. 2011;22(1):42−48.


(5)

45

25. Souki M, Araujo E. Bolton Anterior Tooth Size Discrepancies among Different Malocclusion Groups. Angle Orthodontist; 2003;73.

26. Tjong DH, Syaifullah. Variasi Kefalometri pada Beberapa Suku di Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas; 2013: 2(2): 130-137.

27. Mead D, Lim H. Chinese in Indonesia: A Background Study. [serial online].2011. Available from: http://www.sil.org/silesr/2011/silesr2011-028.pdf.

28. Somantri L. Mengenal Suku Bangsa di Pegunungan Tengah Papua. Prosiding Seminar Papua Sudah; 19 November 2008; Bandung: FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.

29. Afify AR, Sulaimani FFH. Bolton Analysis in Different Classes of Malocclusion in a Saudi Arabian Sample. Egyptian Dental Journal; 2006: 52: 1119−1125.

30. Goyal A, Singh S. Mesiodistal Crown Dimensions of the Permanent Dentition in North Indian Children. Journal Indian Social Pedodontic

Prevention Dental; 2006: 192−196.

31. Laviana, A. Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting Bagi Diagnosis Ortodontik. Bandung: FKG Universitas Padjajaran; 2009. p. 12.

32. Gulabivala K, Ling Y. Endodontics. 4th ed. London: Elsevier; 2014. p. 6−8. 33. Fajar HN, Hamilah DK, Bambang ST. Antropologi untuk Mahasiswa

Kedokteran Gigi. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti; 2005. p. 5−7,42−49

34. Lundstrom A. The Importance of Genetic And Non-Genetic Factors in The Facial Skeleton Studied in 100 Pairs of Twins. European Orthodontic Society

Report Congress.1948. p. 92−107.

35. Alhaija ESJ, Al Khateeb S. Tooth Size Discrepancies and Arch Parameters among Different Malocclusions an Jordanian Sample. Angle Orthodontist. 2006; 76(3): 459−465.

36. Taubadel VC. Global Mandibular Variation Reflects Differences in Agricultural and Hunter-Gatherer Subsistence Strategies. Proceedings of the

National Academy of Sciences; 2011: 108(49): 19551−19546.

37. Oktay H, Baydas B, Dagsuyu M. The Effect of Heritability on Bolton Tooth Size Discrepancy. European Journal of Orthodontics; 2005: 27: 98−102.


(6)

46

38. Manjunatha BS. Textbook of Dental Anatomy and Oral Physiology. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2013. p. 175−177.

39. Muqbil I. Analysis of Bolton's Tooth Size Discrepancy for a reffered UK population. Birmingham: University of Birmingham 1988. p. 4, 39.

40. Darini R. Nasionalisme Etnis Tionghoa di Indonesia. [cited 15 November 2015]. Available from:

http://eprints.uny.ac.id/2998/3/NASIONALISME_ETNIS_TIONGHOA.pdf. 41. Sandy B. Pusdiklat Kebudayaan Cina di Yogyakarta. Universitas Atma Jaya

Yogyakarta. 2009. Available from:

http://ejournal.uajy.ac.id/2956/3/2TA11585.pdf.

42. Syaputra H, Na'im A. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2010. p. 9. 43. Blumfeld J. Racial Identification in the Skull and Teeth. The University of

Western Ontario. Journal of Anthropology; 2011: 8(1): 20−30.

44. Sugiarti E. Perbandingan Indeks Bolton Antara Suku Jawa dan Cina Berdasarkan Jenis Kelamin. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2013. 45. Iptika A. Keterkaitan Kebiasaan dan Kepercayaan Mengunyah Sirih Pinang

dengan Kesehatan Gigi. Departemen Antropologi FISIP Universitas Airlangga. [cited 11 Desember 2015]. Available from:

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-aun712fc6fc38full.pdf.

46. Apomfires F. Makanan pada Komuniti Adat Jae: Catatan Sepintas Lalu dalam Penelitian Gizi. Jurnal Antropologi Papua; 2002:1(2).

47. Dahlan S. Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Arkans; 2006. p. 16−27.

48. Al-Ghamdi S, Hashim HA. Tooth Widht and Arch Dimensions in Normal and Malocclusion Samples : An Odontometric Study. Journal of Contemporary

Dental Practice; 2005: 6(2): 2−11.

49. Naidu M, Nambiar P. Racial Characteristics of Human Teeth with Special Emphasis on the Mongoloid Dentition. The Malaysian Journal of Pathology; 1996: 18(1): 1−7.