Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia.

(1)

vii

ABSTRACT

Tax is a potential source of funding for Indonesia, especially the Income Tax. This research aimed to determine the effect of the level of Taxpayer’s Compliance on the Income Tax revenue in Indonesia. This research uses hypothesis test to validate, especially causal hypothesis test. Data is obtain from the statement of the Financial Department of Direktorat Jenderal Pajak during 2005 until 2011. Data is analyzed using Linier Regression Analysis. The result of this research shows the level of Taxpayer’s Compliance has a significant impact on Income Tax revenue in Indonesia.


(2)

viii

ABSTRAK

Pajak merupakan sumber pendanaan yang potensial bagi Indonesia, terutama Pajak Penghasilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode pengujian hipotesis, khususnya pengujian hipotesis kausal. Data diambil dari laporan Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Pajak selama tahun 2005-2011. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia.


(3)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………....…. i

HALAMAN PENGESAHAN………... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………...……... iii

KATA PENGANTAR………...…… iv

ABSTRACT.……….…….. vii

ABSTRAK………. viii

DAFTAR ISI………...………... ix

DAFTAR GAMBAR………. xv

DAFTAR TABEL………. xvi

DAFTAR LAMPIRAN………. xvii

BAB I PENDAHULUAN………...………...……….…… 1

1.1Latar Belakang………..……….... 1

1.2Identifikasi Masalah……….……….…... 8

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian………...….. 8

1.4Kegunaan Penelitian………..…………... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS………...…..……….. 10

2.1Kajian Pustaka………..…….……..…... 10

2.1.1 Pajak………...………. 10


(4)

x

2.1.1.2Fungsi Pajak………..…...……….…. 11

2.1.1.3Syarat Pemungutan Pajak………..…...…….……. 13

2.1.1.4Teori-teori yang Mendukung Pemungutan Pajak…..… 14

2.1.1.5Pengelompokkan Pajak………...………...… 15

2.1.1.6Asas Pemungutan Pajak………...…..……….... 16

2.1.1.7Sistem Pemungutan Pajak………...…..…….… 16

2.1.2 Pajak Pusat/ Negara………..………..……… 17

2.1.2.1Pajak Penghasilan Umum (PPh)………..…………... 18

2.1.2.1.1 Dasar Hukum Pajak Penghasilan….….…… 18

2.1.2.1.2 Subjek Pajak dan Wajib Pajak………..…… 18

2.1.2.1.3 Tidak Termasuk Subjek Pajak……..…....… 21

2.1.2.1.4 Objek Pajak……….…..… 22

2.1.2.1.5 Tidak Termasuk Objek Pajak…………..…. 23

2.1.2.1.6 Dasar Pengenaan Pajak (DPP)…………..… 25

2.1.2.1.7 Cara Menghitung Penghasilan Kena Pajak.. 26

2.1.2.1.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)….... 26

2.1.2.1.9 Tarif Pajak………...…….. 27

2.1.2.1.10 Cara Menghitung Pajak………..…….. 28

2.1.2.1.11 Cara Melunasi Pajak………...….. 28

2.1.2.2Pajak Penghasilan 21……….…….… 29

2.1.2.2.1 Subjek Pajak PPh Pasal 21………..…..….... 30

2.1.2.2.2 Wajib Pajak PPh Pasal 21…………...….…. 31

2.1.2.2.3 Tidak Termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21.. 32


(5)

xi

2.1.2.2.5 Tidak Termasuk Objek Pajak PPh Pasal 21.. 34

2.1.2.2.6 Tarif Pajak dan Penerapannya…….….……. 35

2.1.2.3Pajak Penghasilan Pasal 22…………..…………..…... 38

2.1.2.3.1 Pemungut dan Objek PPh Pasal 22….….…. 39 2.1.2.3.2 Tidak Termasuk Objek PPh Pasal 22...…. 40

2.1.2.3.3 Tarif PPh Pasal 22………...….. 41

2.1.2.4Pajak Penghasilan Pasal 23………...….. 43

2.1.2.4.1 Pemotong PPh Pasal 23……….….….. 43

2.1.2.4.2 Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23 ……….…..……. 43

2.1.2.4.3 Objek Pemotongan PPh Pasal 23…...…... 44

2.1.2.4.4 Pengecualian Objek Pemotongan PPh Pasal 23………...……… 44

2.1.2.4.5 Tarif Pemotongan………..…………... 45

2.1.2.5Pajak Penghasilan Pasal 24………..……….…. 46

2.1.2.5.1 Batas Maksimum Kredit Pajak……..……….. 46

2.1.2.6Pajak Penghasilan Pasal 25………..…...…... 48

2.1.2.6.1 Cara Menghitung Besarnya PPh Pasal 25… 48 2.1.2.7Pajak Penghasilan Pasal 26………...……...…... 48

2.1.2.7.1 Pemotong PPh Pasal 26…………..……... 49

2.1.2.7.2 Tarif dan Objek PPh Pasal 26……….…….. 49

2.1.2.8Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2)……….……... 50

2.1.2.8.1 Objek Pajak PPh Pasal 4 Ayat (2)…..…….. 50


(6)

xii

2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak………...…..….…… 53

2.1.3.1Pengertian Kepatuhan Perpajakan……...……..…...….. 53

2.1.3.2Pengertian Wajib Pajak………...…… 53

2.1.3.2.1 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak…….….… 54

2.1.3.2.1.1Hak Wajib Pajak………..……... 54

2.1.3.2.1.2Kewajiban Wajib Pajak…..…… 55

2.1.3.3Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak……….…... 56

2.1.3.4Jenis Kepatuhan Wajib Pajak………. 57

2.1.3.5Kriteria Wajib Pajak Patuh……….…….... 57

2.1.4 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)………...……… 59

2.1.4.1Pengertian NPWP………..………. 59

2.1.4.2Fungsi NPWP……….…….…. 59

2.1.4.3Pendaftaran NPWP………..….…………....… 59

2.1.5 Surat Pemberitahuan (SPT)……….………….……...60

2.1.5.1Pengertian SPT………..…...….……….. 60

2.1.5.2Fungsi SPT………...………... 60

2.1.5.3Prosedur Penyelesaian SPT……….….……... 61

2.1.5.4Jenis SPT………..…….….. 62

2.1.5.5Batas Waktu Penyampaian SPT…………..…...……... 63

2.2Hasil Penelitian-penelitian Terdahulu………....…...………... 63

2.3Kerangka Pemikiran………..……….. 65


(7)

xiii

BAB III METODE PENELITIAN………...………..….…... 68

3.1Objek Penelitian………..……….…... 68

3.2Definisi Operasionalisasi Variabel………..………....…... 68

3.3Populasi dan Sampel………..…………. 69

3.4Jenis dan Sumber Data………...………...…. 70

3.5Teknik Pengumpulan Data………..…….…….. 70

3.6Metode Penelitian……….…….…. 71

3.7Model Penelitian………..……..…..…... 71

3.8Model Analisis………..…..……..….. 72

3.9Alat Analisis………...…...………. 72

3.10 Pengujian Asumsi Klasik………...………....…... 73

3.10.1 Uji Normalitas………..……...…………...……. 73

3.10.2 Uji Heteroskedastisitas..………...………...…... 74

3.10.3 Uji Autokorelasi………..…...………...………. 74

3.11 Pengujian Hipotesis……….………….…… 75

3.12 Koefisien Korelasi………...………...….. 76

3.13 Koefisien Determinasi………...………..……….…… 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..……. 77

4.1Hasil Pengumpulan Data………...…... 77

4.1.1 Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak………...…..….... 77

4.1.2 Penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia………...… 79

4.2Uji Asumsi Klasik………...…… 80


(8)

xiv

4.2.2 Uji Autokorelasi………...…...……….... 81

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas………...…...………. 82

4.3Persamaan Model Regresi………..…...….……… 83

4.4Pengujian Hipotesis………..………...…... 84

4.5Koefisien Korelasi………..…..…..… 86

4.6Koefisien Determinasi………..………...…... 86

4.7Pembahasan……….…………..……... 87

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………..……...……….…….. 89

5.1 Simpulan……….….….. 89

5.2Saran……….….…. 90

DAFTAR PUSTAKA………...…………..……… 92

LAMPIRAN A………... 94


(9)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka Pemikiran Teoritis……….……..……. 67 Gambar 2 Model Penelitian………...…… 72


(10)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Realisasi Penerimaan Pajak Periode Januari s/d Maret 2011………. 2

Tabel II Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Tahun 2011……….… 5

Tabel III Perbedaan Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri ……….. 21

Tabel IV Tarif Pasal 17 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi……….. 27

Tabel V Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Tahun 2005 –2011………... 78

Tabel VI Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2005 –2011………..……... 79

Tabel VII Hasil Uji Normalitas………..………... 81

Tabel VIII Hasil Uji Autokorelasi………..………… 82

Tabel IX Hasil Uji Heteroskedastisitas……… 83

Tabel X Hasil Uji Regresi Linier Sederhana………..……… 84

Tabel XI Hasil Uji Hipotesis………..……….……. 85


(11)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A Hasil Uji SPSS Versi 16.0 For Windows………..…... 94


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Salah satu tujuan negara yang disepakati oleh para pendiri awal negara ini adalah menyejahterakan rakyat dan menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus melakukan pembangunan di segala bidang. Dalam hal ini, ketersediaan dana yang cukup untuk melakukan pembangunan merupakan faktor yang sangat penting. Dalam menjamin ketersediaan dana untuk pembangunan ini, salah satu cara yang dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan pemungutan pajak.

Pajak yang ada sekarang ini sebenarnya sudah dikenal sejak zaman dahulu. Zaman dahulu, pajak dikenal dengan sebutan upeti. Upeti merupakan sejumlah uang, emas, dan harta lainnya yang dipersembahkan kepada raja yang berkuasa dan dijadikan sebagai sumber penerimaan untuk membiayai kerajaannya. Dalam perkembangannya, upeti tidak hanya digunakan untuk kepentingan para raja, tetapi juga untuk rakyat. Setelah ada perubahan sifat upeti tersebut, kemudian dibuatlah peraturan agar tetap ada sifat memaksa yang melibatkan rakyat untuk memenuhi rasa keadilan.

Pajak saat ini diartikan tidak jauh berbeda seperti pengertian upeti tersebut. Pengertian pajak menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2009 : 1) adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang


(13)

2

Bab I – Pendahuluan

digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Di Indonesia, sekarang undang-undang mengenai perpajakan diatur dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang No. 9 Tahun 1994, Undang-Undang No. 16 Tahun 2000, dan yang terakhir Undang-Undang-Undang-Undang No. 28 Tahun 2007, yaitu Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).

Pajak yang digunakan sebagai sumber dana pemerintah untuk membiayai pengeluarannya dituangkan ke dalam satu wadah yang dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Salah satu komponen penting di sisi penerimaan APBN adalah sektor pajak. Sampai dengan saat ini, sekitar ± 60 - 70% struktur penerimaan APBN dibiayai dari sektor perpajakan, terutama didominasi oleh Pajak Penghasilan non migas sebesar ± 40%. Setiap tahun pemerintah menyiapkan anggaran keuangan, yaitu APBN yang mempunyai fungsi sebagai kebijakan keuangan pemerintahan dalam memperoleh dan mengeluarkan uang yang digunakan untuk menjalankan pemerintahan.

Kinerja realisasi penerimaan pajak tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel I berikut ini :

Tabel I

Realisasi Penerimaan Pajak Periode Januari s/d Maret 2012 (dalam milyar Rp)

Sumber: Laporan Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.co.id)

Keterangan Januari Februari Maret

Total realisasi

Target

penerimaan Realisasi(%)

PPh non migas 30.190,260 25.957,690 28.897,790 85.045,740 454.168,700 18.73

PPh migas 3.976,660 3.221,760 5,133.220 12,331.640 58.665,800 21.02

PPN &

PPnBM 22.575,510 21.291,380 22.130,310 65.997,200 350.342,200 18.84

PBB 136,620 134,350 441,840 712,810 35.646,900 2.00


(14)

3

Bab I – Pendahuluan

Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) non migas hingga triwulan pertama (Januari s/d Maret) 2012 mencapai Rp 85.045,740 milyar atau setara 18,73 persen dari target sebesar Rp 454.168,700 milyar, PPN & PPnBM mencapai Rp 65.997,200 milyar atau setara 18,84 persen dari target sebesar Rp 350.342,200 milyar, PPh migas mencapai Rp 12.331,640 milyar atau setara 21,02 persen dari target sebesar Rp 58.665,800 milyar, PBB mencapai Rp 712,810 milyar atau setara 2 persen dari target sebesar Rp 35.646,900 milyar, dan pajak lainnya mencapai Rp 964,440 milyar atau setara 17,12 persen dari target sebesar Rp 5.632,000 milyar. Kontribusi terbesar sementara penerimaan pajak masih berasal dari Pajak Penghasilan (PPh) baik migas dan non migas sebesar Rp 97.377,380 milyar, disusul Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM) sebesar Rp 65.997,200 milyar, kemudian pajak lainnya sebesar Rp 964,440 milyar, dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar Rp 712,810 milyar.

Diketahui bahwa realisasi penerimaan pajak hanya di bawah 20 persen, kecuali realisasi penerimaan Pajak Penghasilan migas. Di sini, persentase realisasi penerimaan pajak pada triwulan pertama bisa dikatakan masih sangat rendah. Ini berarti bahwa dengan peraturan perundang-undangan yang sekarang, terutama Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) belum menjamin pemerintah mendapatkan dana pajak yang maksimal. Sebagai dasar hukum dalam melakukan pemungutan pajak, Undang-Undang Tentang KUP serta undang-undang lainnya yang terkait dengan perpajakan harus dapat digunakan untuk mencapai target penerimaan pajak. Di sini, pemerintah perlu mengamati dan mencermati perkembangan di dalam masyarakat, sehingga prinsip-prinsip dan metode pemungutan pajak tetap aktual.


(15)

4

Bab I – Pendahuluan

Untuk mendukung fungsi pajak sebagai penerimaan negara, pemerintah menempuh langkah-langkah reformasi kebijakan internal di bidang perpajakan yang dimulai dari tahun 1983. Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak telah meluncurkan suatu program perubahan atau reformasi sistem administrasi perpajakan yang secara singkat biasa disebut modernisasi. Perubahan meliputi struktur organisasi, proses bisnis, manajemen sumber daya manusia (SDM), dan pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) untuk tujuan tercapainya tingkat kepatuhan pajak oleh Wajib Pajak yang berakibat pada meningkatnya penerimaan pajak.

Selain itu, perubahan yang tidak kalah pentingnya mewarnai reformasi perpajakan adalah diterapkannya sistem pemungutan pajak self assessment sebagai pengganti sistem official assessment. Dalam sistem official assessment, besarnya kewajiban pajak Wajib Pajak ditentukan sepenuhnya oleh fiskus. Sebaliknya, dalam sistem self assessment, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk memperhitungkan sendiri pajak yang terutang dan kemudian melunasinya serta melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat ia terdaftar. Tetapi, pada kenyataannya SPT yang diisi dan dilaporkan oleh Wajib Pajak tidak dapat dideteksi kebenarannya. Kondisi ini hanya diketahui oleh diri Wajib Pajak itu sendiri. Perubahan sistem pemungutan pajak di atas, meletakkan peran serta masyarakat Wajib Pajak menjadi sangat penting dan penentu di dalam menopang pembiayaan pembangunan dan jalannya pemerintahan melalui pembayaran pajak.

Selain itu, pemerintah juga melakukan kebijakan berupa tax policy. Berbagai tax policy yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan negara melalui pajak sangat beragam dan salah satunya adalah melalui intensifikasi dan


(16)

5

Bab I – Pendahuluan

ekstensifikasi pajak. Intensifikasi pajak merupakan suatu peningkatan pajak dengan memfokuskan pada kegiatan optimalisasi penggalian pendapatan terhadap objek dan subjek pajak yang telah ada, yaitu dengan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Berbeda dengan intensifikasi pajak, ekstensifikasi pajak lebih memfokuskan pada penambahan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar dan perluasan pada objek pajak.

Dengan kondisi krisis ekonomi global sekarang ini, beberapa negara maju juga mengoptimalkan penerimaan pajaknya. Namun, mereka mengoptimalisasi pendapatan pajaknya dengan cara menaikkan besaran tarif pajak. Indonesia dianggap tidak perlu untuk melakukan hal tersebut, tetapi cukup dengan memperluas basis pajak dan meningkatkan kepatuhan para Wajib Pajak yang tercatat (Tempo.co, 2012). Kebijakan ini terjadi karena kondisi yang agak berbeda, di mana negara Eropa Wajib Pajaknya sudah optimal, sedangkan di Indonesia masih banyak Wajib Pajak yang belum membayar pajak. Kondisi ini jelas mencerminkan tingkat kesadaran dan tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang masih sangat rendah dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Tingkat kepatuhan Wajib Pajak tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel II berikut ini :

Tabel II

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Tahun 2011

Uraian Badan Orang Pribadi Total

WP Terdaftar Wajib SPT 1.590.154 16.104.163 17.694.317 SPT Tahunan PPh 520.375 8.812.251 9.332.626

Rasio Kepatuhan (%) 32,72 54,72 52,74


(17)

6

Bab I – Pendahuluan

Fakta menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia yang diukur melalui jumlah SPT Tahunan PPh masih sangat rendah (Kompas.com, 2012). Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang menyerahkan SPT hanya 8,8 juta Wajib Pajak, sedangkan jumlah WPOP terdaftar sebanyak 16 juta orang, sehingga rasio SPT terhadap WPOP terdaftar sebesar 54,72 persen. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang aktif bekerja, yaitu sekitar 110 juta orang, maka rasio SPT terhadap kelompok pekerja aktif itu hanya 7,7 persen. Sementara itu, Wajib Pajak Badan hanya 520.375 badan yang menyerahkan SPT. Padahal, jumlah WP badan usaha yang terdaftar sebanyak 1,6 juta badan, sehingga rasio SPT terhadap WP Badan terdaftar sebesar 32,72 persen. Jika dibandingkan dengan jumlah badan yang berdomisili tetap dan aktif, yaitu lebih dari 12 juta badan, maka persentase rasio SPT terhadap jumlah badan yang berdomisili tetap dan aktif sebesar 3,6 persen. Dengan kata lain, tingkat kepatuhan Wajib Pajak kita masih belum memadai.

Kondisi yang seperti ini tentunya tidak diharapkan oleh Pemerintah terutama pihak DJP yang mengharapkan peran serta masyarakat dalam memaksimalkan penerimaan negara melalui sektor pajak, khususnya dalam mendukung reformasi perpajakan di Indonesia ini. Meskipun begitu, keberhasilan reformasi perpajakan dapat dicermati dari beberapa aspek yang menjadi tolak ukurnya, yaitu perubahan pandangan masyarakat terhadap institusi DJP dan keberhasilan dalam mencapai target penerimaan pajak setiap tahunnya. Realisasi penerimaan pajak dalam kurun waktu 5 tahun menunjukkan hal yang menggembirakan. Menurut Firmanzah (2012) pertumbuhan rata-rata penerimaan pajak selama kurun waktu 2005 - 2010 tercatat sebesar 16,05 persen. Senada dengan tingkat pertumbuhan penerimaan pajak


(18)

7

Bab I – Pendahuluan

hingga tahun 2010. Jumlah kepemilikan NPWP hingga tahun 2010 telah mencapai 15,91 juta NPWP (Kompas.com, 2011).

Lebukan (2011) menunjukkan bahwa variabel jumlah Wajib Pajak PPh 21 berpengaruh negatif terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21, sedangkan variabel Jumlah Surat Pemberitahuan (SPT) yang dilaporkan berpengaruh positif terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di KPP Makassar Utara.

Suhendra (2010) menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang diukur dari jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang disampaikan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan badan pada KPP di wilayah Jakarta.

Pongtuluran (2010) menunjukkan bahwa variabel kepatuhan Wajib Pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan dalam peningkatan penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur. Triyantoro (2009) menunjukkan bahwa kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengaruh terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, maka penelitian kali ini ingin membuktikan lebih lanjut dan memastikan konsistensi mengenai hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian sebelumnya secara khusus dilakukan pada KPP yang ada di Indonesia, sedangkan penelitian ini lebih mencakup secara keseluruhan (general) karena data yang akan digunakan pun tidak hanya berasal dari satu KPP saja, melainkan secara keseluruhan atau kumulatif dari KPP yang ada di Indonesia.


(19)

8

Bab I – Pendahuluan

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah tingkat kepatuhan Wajib Pajak mempunyai pengaruh terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia.

2. Seberapa besar pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki maksud dan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai apakah tingkat kepatuhan Wajib

Pajak mempunyai pengaruh terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia.

1.4Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi semua pihak yang terkait dalam penelitian ini, yaitu :


(20)

9

Bab I – Pendahuluan

a. Bagi Akademisi

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman meneliti terkait dengan masalah perpajakan, khususnya mengenai pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia.

b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

1. Dapat memperoleh informasi secara tertulis dan referensi mengenai masalah perpajakan, khususnya mengenai pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi para penggunanya terutama pihak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) atau fiskus dalam mengambil keputusan, membuat kebijakan, dan tindak lanjut untuk mengantisipasi penerimaan atau pendapatan pajak dewasa ini.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan informasi dan masukan bagi peneliti selanjutnya untuk melanjutkan pengembangan penelitian tentang pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia.


(21)

89

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan bantuan dari software SPSS versi 16.0 for windows, yaitu dengan metode regresi linier sederhana serta pembahasan dari hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan untuk menjawab identifikasi masalah dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia. Hasil uji menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,008, di mana nilai ini lebih kecil dari 0,05 (α) yang berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia. 2. Besarnya pengaruh antara tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan

Pajak Penghasilan di Indonesia ditunjukkan dengan besarnya koefisien determinasi, yaitu sebesar 0,737 atau 73,7%. Artinya, tingkat kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengaruh sebesar 73,7% terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia. Sedangkan sisanya, yaitu sebesar 26,3% (100% - 73,7%) dipengaruhi oleh faktor lain di luar pengamatan peneliti.


(22)

90

Bab V – Simpulan dan Saran

5.2Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis setelah melakukan analisis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang ada di Indonesia, tingkat kepatuhan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan. Oleh karena itu, mengingat bahwa pajak merupakan sumber pendanaan yang potensial bagi negara Indonesia, diharapkan upaya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak, baik Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan dapat lebih ditekankan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kegiatan penyuluhan perpajakan (tax dissessmination), pelayanan perpajakan (tax services), dan pengawasan perpajakan (law enforcement). Diharapkan, apabila ketiga fungsi di atas dapat dilaksanakan secara optimal maka kepatuhan sukarela (voluntary compliance) Wajib Pajak di dalam pemenuhan kewajiban dan haknya di bidang perpajakan akan meningkat dan hasilnya akan meningkatkan penerimaan pajak di Indonesia.

2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan apabila di kemudian hari ingin meneliti dengan topik yang sama, maka dapat menggunakan data yang lebih banyak lagi, khususnya rentetan waktu yang lebih panjang. Selain itu, peneliti juga nantinya dapat melakukan pengembangan penelitian dengan memisahkan antara tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan agar lebih spesifik dan lebih mempermudah Direktorat Jenderal Pajak dalam memprioritaskan dan menjalankan tugasnya, serta dengan menambah variabel bebas lainnya yang mempengaruhi penerimaan Pajak Penghasilan, yaitu seperti jumlah Wajib Pajak Pajak Penghasilan, kondisi perekonomian Wajib Pajak


(23)

91

Bab V – Simpulan dan Saran

Pajak Penghasilan, dan peraturan yang mengatur tentang Pajak Penghasilan serta tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


(24)

92

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.

Brotodihardjo, Santoso. 2008. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung, Refika ADITAMA.

Devano dan Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan isu, Jakarta, Kencana. Firmanzah. 2012. Pajak Dalam Struktur Pendapatan Negara.

http://www.setkab.go.id/artikel-5247-.html diakses pada tanggal 27 Oktober 2012.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hutagaol, John. 2007. Perpajakan : Isu-isu Kontemporer, Yogyakarta, Graha Ilmu. Indriantoro dan Supomo. 2002. Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen,

Yogyakarta, BPFE.

Ismawan, Indra. 2001. Memahami Reformasi Perpajakan, Jakarta, Elex Media Komputindo.

Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman, Yogyakarta, BPFE.

Lebukan, Yosefa. 2011. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPh 21 Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara, Universitas Hassanudin, Makassar.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan : Edisi Revisi 2009, Yogyakarta, ANDI. Mardiasmo. 2011. Perpajakan : Edisi Revisi 2011, Yogyakarta, ANDI.

Pongtuluran, Sanda Agita. 2010. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal, Yogyakarta, Graha Ilmu.


(25)

93 Daftar Pustaka

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan : Teori dan Kasus, Jakarta, Salemba Empat.

Suhendra, Euphrasia Susy. 2010. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan. Universitas Gunadarma. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis. Vol 15. No. 1.

Suhendra. 2010. Kepatuhan Wajib Pajak Capai 50,94% Akibat Sunset Policy, http://finance.detik.com/read/2010/01/04/172139/1271507/4/kepatuhan-wajib-pajak-capai-5094-akibat-sunset-policy diakses pada tanggal 27 Oktober 2012.

Suprianto, Edy. 2011. Perpajakan di Indonesia, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Sutanto, Melina. 2009. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan Jumlah Pemeriksaan Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Mataram, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Triyanto, Fajar. 2011. Jalan Panjang Menuju Kepatuhan Perpajakan.

http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/01/06/jalan-panjang-menuju-kepatuhan-perpajakan/ diakses pada tanggal 28 Oktober 2012.

Triyantoro, Reza. 2009. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Widiyanti, Vania Yuki. 2007. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Pendapatan Perkapita Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Madiun, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

www.antaranews.com www.bps.go.id www.detik.com www.kompas.com www.ortax.org www.pajak.go.id www.tempo.co


(1)

9

Bab I – Pendahuluan

a. Bagi Akademisi

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman meneliti terkait dengan masalah perpajakan, khususnya mengenai pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia.

b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

1. Dapat memperoleh informasi secara tertulis dan referensi mengenai masalah perpajakan, khususnya mengenai pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi para penggunanya terutama pihak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) atau fiskus dalam mengambil keputusan, membuat kebijakan, dan tindak lanjut untuk mengantisipasi penerimaan atau pendapatan pajak dewasa ini.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan informasi dan masukan bagi peneliti selanjutnya untuk melanjutkan pengembangan penelitian tentang pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan bantuan dari software SPSS versi 16.0 for windows, yaitu dengan metode regresi linier sederhana serta pembahasan dari hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan untuk menjawab identifikasi masalah dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia. Hasil uji menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,008, di mana nilai ini lebih kecil dari 0,05 (α) yang berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.

Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia. 2. Besarnya pengaruh antara tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan

Pajak Penghasilan di Indonesia ditunjukkan dengan besarnya koefisien determinasi, yaitu sebesar 0,737 atau 73,7%. Artinya, tingkat kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengaruh sebesar 73,7% terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia. Sedangkan sisanya, yaitu sebesar 26,3% (100% - 73,7%) dipengaruhi oleh faktor lain di luar pengamatan peneliti.


(3)

90 Bab V – Simpulan dan Saran

5.2Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis setelah melakukan analisis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang ada di Indonesia, tingkat kepatuhan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan. Oleh karena itu, mengingat bahwa pajak merupakan sumber pendanaan yang potensial bagi negara Indonesia, diharapkan upaya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak, baik Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan dapat lebih ditekankan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kegiatan penyuluhan perpajakan (tax dissessmination), pelayanan perpajakan (tax services), dan pengawasan perpajakan (law enforcement). Diharapkan, apabila ketiga fungsi di atas dapat dilaksanakan secara optimal maka kepatuhan sukarela (voluntary compliance) Wajib Pajak di dalam pemenuhan kewajiban dan haknya di bidang perpajakan akan meningkat dan hasilnya akan meningkatkan penerimaan pajak di Indonesia.

2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan apabila di kemudian hari ingin meneliti dengan topik yang sama, maka dapat menggunakan data yang lebih banyak lagi, khususnya rentetan waktu yang lebih panjang. Selain itu, peneliti juga nantinya dapat melakukan pengembangan penelitian dengan memisahkan antara tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan agar lebih spesifik dan lebih mempermudah Direktorat Jenderal Pajak dalam memprioritaskan dan menjalankan tugasnya, serta dengan menambah variabel


(4)

91 Bab V – Simpulan dan Saran

Pajak Penghasilan, dan peraturan yang mengatur tentang Pajak Penghasilan serta tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.

Brotodihardjo, Santoso. 2008. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung, Refika ADITAMA.

Devano dan Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan isu, Jakarta, Kencana.

Firmanzah. 2012. Pajak Dalam Struktur Pendapatan Negara.

http://www.setkab.go.id/artikel-5247-.html diakses pada tanggal 27 Oktober 2012.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hutagaol, John. 2007. Perpajakan : Isu-isu Kontemporer, Yogyakarta, Graha Ilmu. Indriantoro dan Supomo. 2002. Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen,

Yogyakarta, BPFE.

Ismawan, Indra. 2001. Memahami Reformasi Perpajakan, Jakarta, Elex Media Komputindo.

Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman, Yogyakarta, BPFE.

Lebukan, Yosefa. 2011. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPh 21 Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara, Universitas Hassanudin, Makassar.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan : Edisi Revisi 2009, Yogyakarta, ANDI. Mardiasmo. 2011. Perpajakan : Edisi Revisi 2011, Yogyakarta, ANDI.

Pongtuluran, Sanda Agita. 2010. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur,

Universitas Kristen Petra, Surabaya.


(6)

93

Daftar Pustaka

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan : Teori dan Kasus, Jakarta, Salemba Empat.

Suhendra, Euphrasia Susy. 2010. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan. Universitas Gunadarma. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis. Vol 15. No. 1.

Suhendra. 2010. Kepatuhan Wajib Pajak Capai 50,94% Akibat Sunset Policy,

http://finance.detik.com/read/2010/01/04/172139/1271507/4/kepatuhan-wajib-pajak-capai-5094-akibat-sunset-policy diakses pada tanggal 27 Oktober 2012.

Suprianto, Edy. 2011. Perpajakan di Indonesia, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Sutanto, Melina. 2009. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan Jumlah Pemeriksaan Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Mataram, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Triyanto, Fajar. 2011. Jalan Panjang Menuju Kepatuhan Perpajakan.

http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/01/06/jalan-panjang-menuju-kepatuhan-perpajakan/ diakses pada tanggal 28 Oktober 2012.

Triyantoro, Reza. 2009. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Widiyanti, Vania Yuki. 2007. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Pendapatan Perkapita Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Madiun, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

www.antaranews.com www.bps.go.id www.detik.com www.kompas.com www.ortax.org www.pajak.go.id www.tempo.co


Dokumen yang terkait

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung Dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1 107 57

Evaluasi Kepatuhan Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Uji Coba Penataan Tugas dan Fungsi Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

2 35 88

Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dilihat Dari Penerimaan Tunggakan Pajak Oleh Seksi Penagihan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tahun 2011-2014

0 29 58

Dampak Penggunaan Drop Box Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dan Peranannya Dalam Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1 37 70

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 36 55

Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan dengan Penagihan Pajak sebagai Variabel Moderating (Studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong)

25 156 113

Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia (Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan).

0 2 18

PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURABAYA GENTENG.

1 3 81

KEPATUHAN WAJIB PAJAK MEMEDIASI DETERMINAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

0 0 18

PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURABAYA GENTENG

0 1 27