Pengolahan Limbah Tempurung Kelapa Menjadi Seni Kerajinan di Wilayah Bukit Lawang Kabupaten Langka.
69
ABSTRAK
Khairil Anwar, NIM: 071222610013. “Pengolahan Limbah Tempurung
Kelapa Menjadi Seni Kerajinan di Wilayah Bukit Lawang Kabupaten
Langkat”
Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana penglolaan tempurung kelapa
menjadi berbagai macam bentuk kerajinan. Dari bahan dasar sebuah limbah yang
dapat diperoleh dengan mudah dan dengan harga murah serta proses pengolahan
dengan alat yang sederhana, dapat menjadi kerajinan yang bernilai seni dan
bernilai jual.
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian kualitatif.
Teknik Pengumpulan data dilakukan melalui proses pengamatan proses
pengolahan limbah tempurung kelapa, dokumentasi dan wawancara.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengkelompokkan
tiga jenis karya kerajinan tempurung kelapa yang dibuat pengrajin yaitu;
Aksesoris, Lampu Hias dan Miniatur. Bentuk yang paling banyak dibuat yaitu;
Aksesoris Kalung, Gelang, Mainan Kunci, Aksesoris Lainnya, Lampu Hias
Gantung, Lampu Hias Duduk, Lampu Hias Dinding, Miniatur Vespa, Miniatur
Wayang, Miniatur Petani Bersepeda. Bahan dasar diperoleh dari pedagang kelapa
rumah tangga dan hutan sekitar, kemudian alat-alat yang diperlukan yaitu; bor
manual, kikir, kertas pasir, alat ukir, tang, kertas minyak, lem, pisau, gunting,
coping saw (gergaji), batu asah, kuas, pena, cutter, air, dan cat kayu. Proses
pembuatan kerajinan tempurung kelapa dimulai dengan membersihkan tempurung
kelapa, kemudian direndam dengan air selama 1-3 hari. Sebelumnya desain dibuat
pada kertas dan kertas tersebut ditempelkan pada permukaan tempurung kelapa,
tempurung kelapa dipotong, dipahat, dan dibentuk sesuai desain yang sudah
ditempel pada permukaan tempurung. Setelah mendapatkan bentuk yang
diinginkan kemudian karya haluskan dan diberi cat pelindung kayu.
Kata kunci: limbah tempurung kelapa, bahan dasar kerajinan
i
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Identifikasi Masalah
4
C. Pembatasan Masalah
4
D. Rumusan Masalah
5
E. Tujuan Penelitian
5
F. Manfaat Penelitian
5
BAB II. KAJIAN TEORI
A. SENI
7
1. Seni Rupa
11
2. Seni Kerajinan
14
B. Limbah Tempurung Kelapa
16
C. Tempurung Kelapa sebagai Bahan Seni Kerajinan 19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
24
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
24
1. Lokasi
24
2. Waktu Penelitian
25
C. Sumber Penelitian
25
iv
D. Populasi dan Sampel
26
1. Populasi
26
2. Sampel
26
E. Teknik Pengumpulan Data
27
F. Teknik Analisis Data
28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
30
1. Bahan Dasar
30
2. Alat
31
B. Pembahasan Penelitian
38
1. Proses Pembuatan
38
2. Desain
47
3. Pemasaran
58
4. Temuan Penelitian
61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
64
B. Saran
65
DAFTAR PUSTAKA
66
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 4.1: Alat Bor Manual
31
Gambar 4.2: Kikir
31
Gambar 4.3: Kertas Pasir/Amplas
32
Gambar 4.4: Alat Ukir
32
Gambar 4.5: Tang
33
Gambar 4.6: Kertas Minyak
33
Gambar 4.7: Lem
34
Gambar 4.8: Pisau
34
Gambar 4.9: Gunting
35
Gambar 4.10: Coping Saw
35
Gambar 4.11: Batu Asah
36
Gambar 4.12: Kuas
36
Gambar 4.13: Pena
37
Gambar 4.14: Cutter
37
Gambar 4.15: Air
38
Gambar 4.16: Cat Kayu
38
Gambar 4.17: Permukaan tempurung yang kasar dihaluskan
39
Gambar 4.18: Potongan-potongan kecil tempurung dan potongan
tempurung setengah utuh
40
Gambar 4.19: Ragam desain yang telah digambar
40
vi
Gambar 4.20: Contoh desain
41
Gambar 4.21: Gambar desain ukiran nama untuk kalung atau gelang juga
inisial huruf sebagai mainan kalung
41
Gambar 4.22: Tempurung kelapa yang sudah ditempel kertas minyak
42
Gambar 4.23: Mata bor kecil untuk membuat lubang pada tempurung
42
Gambar 4.24: Proses pengeboran dan penggergajian tempurung
43
Gambar 4.25: Pengrajin sedang membentuk tempurung dengan alat ukir
43
Gambar 4.26: Tempurung dibentuk/dicutter perlahan
44
Gambar 4.27: Beberapa bentuk yang sudah jadi namun permukaannya
masih kasar
44
Gambar 4.28: Pengrajin mengikir permukaan tempurung
45
Gambar 4.29: Bentuk karya yang sudah jadi dan rapi
45
Gambar 4.30: Kalung berhiaskan batuan
46
Gambar 4.31: batu alam dan kulit kerang sebagai hiasan
46
Gambar 4.32: kalung bermotif Ornamen
48
Gambar 4.33: Kalung ornamen berhiaskan batu dan kulit kerang
48
Gambar 4.34: Tali kalung untuk kalung bentuk ornamen
49
Gambar 4.35: Kalung bermotif orang utan
49
Gambar 4.36: Kalung motif burung dan ikan
50
Gambar 4.37: Kalung bermotif cicak
50
Gambar 4.38: Salib
51
Gambar 4.39: Lambang bintang enam Zionis dan lambang Rasta
51
Gambar 4.40: Aksesoris gelang
52
Gambar 4.41: Mainan kunci bermotif orang utan
52
vii
Gambar 4.42: Ikat pinggang
53
Gambar 4.43: Lampu Hias Gantung
54
Gambar 4.44: Lampu Hias Duduk
55
Gambar 4.45: Lampu Hias Dinding
55
Gambar 4.46: Miniatur Vespa
57
Gambar 4.47: Miniatur Wayang
57
Gambar 4.48: Miniatur Petani Bersepeda
58
Gambar 4.49: Toko Penjualan Souvenir aksesoris Tempurung Kelapa
59
Gambar 4.50: Pajangan aksesoris di toko Pak Pungungan
60
Gambar 4.51: Warga lokal sedang memilih kalung
60
Gambar 4.52: Wisatawan lokal sedang menawar tas tempurung kelapa
61
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran I
67
Lampiran II
68
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Industri kerajinan adalah industri yang bernilai ekonomi tinggi. Dalam
industri ini biasa dihasilkan beragam karya seni kerajinan yang memiliki nilai
komersil yang menguntungkan. Di Indonesia sendiri industri kerajinan tersebut
terus berkembang. Dalam perkembangannya komoditas kerajinan tersebut dapat
meningkatkan perekonomian suatu kelompok atau masyarakat dan juga mampu
menyerap tenaga kerja dengan berbagai tingkat pendidikan. Seperti yang
diketahui ada begitu banyak industri kecil atau rumahan yang menghasilkan
produk-produk
kerajinan
yang berkualitas.
Umumnya pekerja
hanyalah
masyarakat kecil yang datang dari kelas bawah dengan tingkat pendidikan yang
rendah.
Namun dalam aplikasinya industri ini perkembangannya tidak terlalu pesat
atau tidak mengalami kemajuan yang berarti karena para pelaku bisnis kerajinan
ini masih terhalang beberapa kendala yang terletak pada minimnya modal usaha,
terbatasnya penyediaan bahan dasar dan juga harganya yang mahal. Padahal di
sekitar kita banyak sekali tersedia benda-benda limbah yang tidak benilai ekonomi
yang dapat di kelola menjadi hasil kerajian tangan. Salah satu contohnya adalah
tempurung kelapa.
Konsumsi kelapa di Indonesia yang cukup tinggi menghasilkan limbah
tempurung kelapa yang tidak sedikit di masyarakat kita. Secara kuantitatif,
1
2
Indonesia memiliki keunggulan komparatif (keunggulan yang diperoleh
suatu Negara dari produksi suatu barang yang memiliki harga relatif yang lebih
rendah dari negara lain) yang sangat besar dari tempurung kelapa, Jika dihitung
pertahun maka tempurung kelapa yang dapat dihasilkan mencapai ± 3,1 juta
ton/tahun (http://karya-ilmiah.um.ac.id). Kita dapat dengan mudah menemukan
limbah ini menumpuk di pasar-pasar tradisional. Awalnya masyarakat kita hanya
menggunakan tempurung kelapa ini sebagai arang atau bahan bakar untuk
memasak sebagai pengganti kayu. Namun seiring waktu masyarakat telah mampu
mengelola limbah ini menjadi produk-produk yang lebih berkualitas yang
memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Tempurung merupakan lapisan keras yang terdiri dari lignin, selulosa,
metoksil, dan berbagai mineral.Struktur yang keras disebabkan oleh silikat
(SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada tempurung. Berat tempurung
sekitar 15-19 % dari berat keseluruhan buah kelapa. Banyak sekali produkproduk hasil olahan tempurung kelapa ini, misalnya; Bio-oil, liquid smoke
(asap cair), karbon aktif, tepung tempurung, dan kerajinan tangan
(http://twotik.wordpress.com).
Tempurung kelapa dapat menjadi salah satu sumber energi yang dapat
diperbaharui. Banzon (2008) mengatakan
“Coconut shell and husk as well as leaves as energy sources have alluring
prospects. There is no need for market surveys nor for sophisticated
processing and construction of factories. The shell and husk can be utilized
as they are. There are of course problems of gathering, transport and
efficient usage but these are minor compared with the problems of locating
or expanding the markets for the traditional coconut products.”
Tempurung dan sabuk kelapa dapat menjadi sumber energi yang dapat terus
diperbaharui dengan potensi dan prospek yang sangat besar. Tanpa harus
melakukan survei pasar atau produksi yang canggih seperti produk
pabrikan, baik tempurung kelapa bahkan sabuk kelapa dapat dengan baik
dimanfaatkan oleh masyarakat. Tentu ada masalah dalam pengumpulan,
3
pengadaan, dan penggunaan yang efisien tapi hal ini hanyalah masalah kecil
jika dibandingkan dengan masalah penempatan dan pemasaran untuk
produk tradisional dari kelapa tersebut.
Dalam penelitian ini penulis hanya fokus pada bagaimana masyarakat
mampu mengelola limbah tempurung kelapa menjadi sebuah seni kerajinan.
Seperti diketahui banyak ragam dan bentuk seni kerajinan yang dapat dibuat dari
limbah ini, seperti aksesoris, perangkat rumah tangga, perabotan, hiasan dan
masih banyak lainnya. Di daerah wisata di Pulau Jawa bahkan menggunakan
limbah ini untuk dijual sebagai cenderamata atau oleh-oleh bagi komunitas
wisatawan yang datang berkunjung. Dikatakan bahwa seni cenderamata atau
souvenir merupakan benda yang diharapkan oleh komunitas wisatawan (Mill
dalam Subroto, 2009:14). Dalam artian bahwa cenderamata merupakan salah satu
faktor pendukung daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung ke suatu tempat.
Di kabupaten Langkat produksi perkebunan kelapanya cukup besar.Jenis
tanaman ini memiliki fungsi ganda karena semua bagian dapat dimanfaatkan,
sehingga rakyat banyak membudidayakan tanaman ini. Luas areal pertanaman
rakyat 4.247 Ha dengan produksi 2.349 ton per tahun, komuditas kelapa paling
banyak ada di seluruh kecamatan di wilayah Pantai Timur Langkat
(http://www.langkatkab.go.id). Dengan produksi kelapa yang cukup tinggi di
wilayah tersebut maka dapat diperkirakan tingginya produksi limbah tempurung
kelapa per tahunnya yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar kabupaten Langkat.
Hal ini lah yang menjadi latar belakang penulis melakukan penilitian tentang
pengelolaan limbah tempurung kelapa. Melihat pesatnya perkembangan seni
tempurung kelapa di daerah wisata di luar Sumatera Utara dan melihat bagaimana
4
masyarakatnya melalui kerajinan tangan mampu meningkatkan potensi wisata
daerahnya masing-masing, dan bagaimana perkembangan kerajinan tersebut di
Sumatera Utara sendiri khususnya di Kabupaten Langkat. Penulis ingin mengkaji
bagaimana masyarakat di Kabupaten Langkat mampu mengoptimalkan limbah ini.
Bagaimana pengrajin mampu membuat suatu produk kerajinan yang optimal
dalam segi bentuk dan ornamen atau hiasan yang dapat menarik minat wisatawan.
Memanfaatkan kuantitas limbah tempurung yang ada menjadi seni kerajinan.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis, beberapa
permasalahan dapat diidentifkasi sebagai berikut:
1.
Dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia juga letak
geografis wilayah tersebut, pengolahan tempurung kelapa sebagai kerajinan
seni belum dilakukan secara maksimal. Dimana masih kurangnya
masyarakat yang memanfaatkan limbah tempurung kelapa.
2.
Kurangnya peran pemerintah dalam meningkatkan produksi seni kerajinan
tempurung kelapa.
C.
Pembatasan Masalah
Bertitik tolak pada identifkasi masalah, agar penelitian ini dapat terarah
maka penulis membatasai masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana perkembangan pengelolaan limbah tempurung kelapa menjadi
seni kerajinan yang bernilai ekonomi di daerah wisata Bukit Lawang.
2.
Bagaimana peran pemerintah terhadap pengrajin dan pedagang kerajinan
tempurung kelapa di daerah wisata Bukit Lawang..
5
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan batasan masalah, maka penulis merumuskan
masalah dalam kajian ini sebagai berikut: Bagaimana pengolahan limbah
tempurung kelapa menjadi suatu produk seni kerajinan di daerah wisata Bukit
Lawang.
E.
Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perincian rumusan masalah di atas maka tujuan penulis dari
penelitian ini sebagai berikut: Ingin mengetahui pengolahan dan pemanfaatan
limbah tempurung kelapa sebagai bahan pembuatan seni kerajinan.
F.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat di peroleh dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagi peneliti untuk lebih memahami perkembangan seni kerajinan dari
limbah tempurung kelapa di wilayah pariwisata.
2.
Sebagai bahan kajian bagi para mahasiswa seni khususnya seni rupa untuk
dapat lebih mengoptimalkan kreativitasnya dalam mengelola limbah-limbah
kecil seperti tempurung kelapa menjadi hasil kerajinan dan karya seni yang
bernilai ekonomi, sehingga pada akhirnya mereka juga dapat meningkatkan
sumber daya masyarakat sekitar mereka.
3.
Sebagai bahan perbandingan untuk lebih menghasilkan bentuk-bentuk karya
seni yang lebih berkualitas dari bahan dasar yang lebih sederhana.
6
4.
Sebagai bahan referensi tentang ragam dan bentuk seni rupa, terutama seni
rupa terapan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan penulis terhadap pengolahan
tempurung kelapa limbah penggunaan rumah tangga menjadi seni kerajinan di
kawasan wisata Bukit Lawang, penulis menyimpulkan bahwa :
1.
Bahan dasar tempurung kelapa diperoleh dengan cara sederhana dari
pedagang kelapa rumah tangga, dan juga dari sekitar hutan gunung Leuser.
Tidak ada pemasok bahan dasar tempurung kelapa dalam komoditas besar.
Tidak ada pengrajin yang memproduksi kerajinan dalam skala besar,
sehingga bahan dasar tempurung kelapa yang digunakan tidak banyak.
Bentuk-bentuk kerajinan yang dihasilkan umumnya didominasi berupa
karya-karya kecil dalam bentuk aksesoris seperti kalung, gelang, mainan
kunci dan aksesoris lainnya.
2.
Minimnya pengunjung ke tempat wisata, dimana pengunjung hanya ramai
pada hari-hari libur. Dengan minimnya pengunjung maka berdampak juga
pada minimnya pembeli produk kerajinan tempurung kelapa. Hal ini
sebagian besar dipengaruhi juga oleh kejadian banjir bandang sungai
bahorok. Tidak ada juga perhatian pemerintah terhadap pengrajin dan
pedagang kerajinan tempurung kelapa di kawasan tersebut, terutama dalam
pemberian pinjaman modal ringan.
64
65
B.
Saran
Seni kerajinan merupakan kegiatan yang berkembang cukup baik di
Indonesia sebagai pendukung ekonomi masyarakat yang berada di daerah wisata.
Limbah tempurung kelapa yang dihasilkan dapat diubah menjadi satu bentuk
kerajinan yang bernilai ekonomi. Tapi sebagian masyrakat masih belum
mengoptimalkan potensi alam dan potensi sumber daya manusia yang ada.
Adapun saran penulis dalam penelitian ini adalah:
1.
Pengrajin lebih optimal dalam memanfaatkan limbah tempurung kelapa
sebagai bahan dasar kerajinan dengan membuat karya yang lebih beragam
dan bervariasi. Diperlukan pembelajaran bagi para pengrajin untuk dapat
mengembangkan kreatifitas berkarya agar karya yang dihasilkan tidak statis,
sehingga dapat lebih menarik minat komunitas wisatawan lokal maupun
wisatawan asing yang berkunjung.
2.
Perlu campur tangan pemerintah dalam penyuluhan dan pemberian
pinjaman modal ringan, juga penyediaan sarana dan prasarana bagi
pengrajin, pedagang, masyarakat juga pengunjung yang datang.
ABSTRAK
Khairil Anwar, NIM: 071222610013. “Pengolahan Limbah Tempurung
Kelapa Menjadi Seni Kerajinan di Wilayah Bukit Lawang Kabupaten
Langkat”
Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana penglolaan tempurung kelapa
menjadi berbagai macam bentuk kerajinan. Dari bahan dasar sebuah limbah yang
dapat diperoleh dengan mudah dan dengan harga murah serta proses pengolahan
dengan alat yang sederhana, dapat menjadi kerajinan yang bernilai seni dan
bernilai jual.
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian kualitatif.
Teknik Pengumpulan data dilakukan melalui proses pengamatan proses
pengolahan limbah tempurung kelapa, dokumentasi dan wawancara.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengkelompokkan
tiga jenis karya kerajinan tempurung kelapa yang dibuat pengrajin yaitu;
Aksesoris, Lampu Hias dan Miniatur. Bentuk yang paling banyak dibuat yaitu;
Aksesoris Kalung, Gelang, Mainan Kunci, Aksesoris Lainnya, Lampu Hias
Gantung, Lampu Hias Duduk, Lampu Hias Dinding, Miniatur Vespa, Miniatur
Wayang, Miniatur Petani Bersepeda. Bahan dasar diperoleh dari pedagang kelapa
rumah tangga dan hutan sekitar, kemudian alat-alat yang diperlukan yaitu; bor
manual, kikir, kertas pasir, alat ukir, tang, kertas minyak, lem, pisau, gunting,
coping saw (gergaji), batu asah, kuas, pena, cutter, air, dan cat kayu. Proses
pembuatan kerajinan tempurung kelapa dimulai dengan membersihkan tempurung
kelapa, kemudian direndam dengan air selama 1-3 hari. Sebelumnya desain dibuat
pada kertas dan kertas tersebut ditempelkan pada permukaan tempurung kelapa,
tempurung kelapa dipotong, dipahat, dan dibentuk sesuai desain yang sudah
ditempel pada permukaan tempurung. Setelah mendapatkan bentuk yang
diinginkan kemudian karya haluskan dan diberi cat pelindung kayu.
Kata kunci: limbah tempurung kelapa, bahan dasar kerajinan
i
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Identifikasi Masalah
4
C. Pembatasan Masalah
4
D. Rumusan Masalah
5
E. Tujuan Penelitian
5
F. Manfaat Penelitian
5
BAB II. KAJIAN TEORI
A. SENI
7
1. Seni Rupa
11
2. Seni Kerajinan
14
B. Limbah Tempurung Kelapa
16
C. Tempurung Kelapa sebagai Bahan Seni Kerajinan 19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
24
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
24
1. Lokasi
24
2. Waktu Penelitian
25
C. Sumber Penelitian
25
iv
D. Populasi dan Sampel
26
1. Populasi
26
2. Sampel
26
E. Teknik Pengumpulan Data
27
F. Teknik Analisis Data
28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
30
1. Bahan Dasar
30
2. Alat
31
B. Pembahasan Penelitian
38
1. Proses Pembuatan
38
2. Desain
47
3. Pemasaran
58
4. Temuan Penelitian
61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
64
B. Saran
65
DAFTAR PUSTAKA
66
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 4.1: Alat Bor Manual
31
Gambar 4.2: Kikir
31
Gambar 4.3: Kertas Pasir/Amplas
32
Gambar 4.4: Alat Ukir
32
Gambar 4.5: Tang
33
Gambar 4.6: Kertas Minyak
33
Gambar 4.7: Lem
34
Gambar 4.8: Pisau
34
Gambar 4.9: Gunting
35
Gambar 4.10: Coping Saw
35
Gambar 4.11: Batu Asah
36
Gambar 4.12: Kuas
36
Gambar 4.13: Pena
37
Gambar 4.14: Cutter
37
Gambar 4.15: Air
38
Gambar 4.16: Cat Kayu
38
Gambar 4.17: Permukaan tempurung yang kasar dihaluskan
39
Gambar 4.18: Potongan-potongan kecil tempurung dan potongan
tempurung setengah utuh
40
Gambar 4.19: Ragam desain yang telah digambar
40
vi
Gambar 4.20: Contoh desain
41
Gambar 4.21: Gambar desain ukiran nama untuk kalung atau gelang juga
inisial huruf sebagai mainan kalung
41
Gambar 4.22: Tempurung kelapa yang sudah ditempel kertas minyak
42
Gambar 4.23: Mata bor kecil untuk membuat lubang pada tempurung
42
Gambar 4.24: Proses pengeboran dan penggergajian tempurung
43
Gambar 4.25: Pengrajin sedang membentuk tempurung dengan alat ukir
43
Gambar 4.26: Tempurung dibentuk/dicutter perlahan
44
Gambar 4.27: Beberapa bentuk yang sudah jadi namun permukaannya
masih kasar
44
Gambar 4.28: Pengrajin mengikir permukaan tempurung
45
Gambar 4.29: Bentuk karya yang sudah jadi dan rapi
45
Gambar 4.30: Kalung berhiaskan batuan
46
Gambar 4.31: batu alam dan kulit kerang sebagai hiasan
46
Gambar 4.32: kalung bermotif Ornamen
48
Gambar 4.33: Kalung ornamen berhiaskan batu dan kulit kerang
48
Gambar 4.34: Tali kalung untuk kalung bentuk ornamen
49
Gambar 4.35: Kalung bermotif orang utan
49
Gambar 4.36: Kalung motif burung dan ikan
50
Gambar 4.37: Kalung bermotif cicak
50
Gambar 4.38: Salib
51
Gambar 4.39: Lambang bintang enam Zionis dan lambang Rasta
51
Gambar 4.40: Aksesoris gelang
52
Gambar 4.41: Mainan kunci bermotif orang utan
52
vii
Gambar 4.42: Ikat pinggang
53
Gambar 4.43: Lampu Hias Gantung
54
Gambar 4.44: Lampu Hias Duduk
55
Gambar 4.45: Lampu Hias Dinding
55
Gambar 4.46: Miniatur Vespa
57
Gambar 4.47: Miniatur Wayang
57
Gambar 4.48: Miniatur Petani Bersepeda
58
Gambar 4.49: Toko Penjualan Souvenir aksesoris Tempurung Kelapa
59
Gambar 4.50: Pajangan aksesoris di toko Pak Pungungan
60
Gambar 4.51: Warga lokal sedang memilih kalung
60
Gambar 4.52: Wisatawan lokal sedang menawar tas tempurung kelapa
61
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran I
67
Lampiran II
68
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Industri kerajinan adalah industri yang bernilai ekonomi tinggi. Dalam
industri ini biasa dihasilkan beragam karya seni kerajinan yang memiliki nilai
komersil yang menguntungkan. Di Indonesia sendiri industri kerajinan tersebut
terus berkembang. Dalam perkembangannya komoditas kerajinan tersebut dapat
meningkatkan perekonomian suatu kelompok atau masyarakat dan juga mampu
menyerap tenaga kerja dengan berbagai tingkat pendidikan. Seperti yang
diketahui ada begitu banyak industri kecil atau rumahan yang menghasilkan
produk-produk
kerajinan
yang berkualitas.
Umumnya pekerja
hanyalah
masyarakat kecil yang datang dari kelas bawah dengan tingkat pendidikan yang
rendah.
Namun dalam aplikasinya industri ini perkembangannya tidak terlalu pesat
atau tidak mengalami kemajuan yang berarti karena para pelaku bisnis kerajinan
ini masih terhalang beberapa kendala yang terletak pada minimnya modal usaha,
terbatasnya penyediaan bahan dasar dan juga harganya yang mahal. Padahal di
sekitar kita banyak sekali tersedia benda-benda limbah yang tidak benilai ekonomi
yang dapat di kelola menjadi hasil kerajian tangan. Salah satu contohnya adalah
tempurung kelapa.
Konsumsi kelapa di Indonesia yang cukup tinggi menghasilkan limbah
tempurung kelapa yang tidak sedikit di masyarakat kita. Secara kuantitatif,
1
2
Indonesia memiliki keunggulan komparatif (keunggulan yang diperoleh
suatu Negara dari produksi suatu barang yang memiliki harga relatif yang lebih
rendah dari negara lain) yang sangat besar dari tempurung kelapa, Jika dihitung
pertahun maka tempurung kelapa yang dapat dihasilkan mencapai ± 3,1 juta
ton/tahun (http://karya-ilmiah.um.ac.id). Kita dapat dengan mudah menemukan
limbah ini menumpuk di pasar-pasar tradisional. Awalnya masyarakat kita hanya
menggunakan tempurung kelapa ini sebagai arang atau bahan bakar untuk
memasak sebagai pengganti kayu. Namun seiring waktu masyarakat telah mampu
mengelola limbah ini menjadi produk-produk yang lebih berkualitas yang
memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Tempurung merupakan lapisan keras yang terdiri dari lignin, selulosa,
metoksil, dan berbagai mineral.Struktur yang keras disebabkan oleh silikat
(SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada tempurung. Berat tempurung
sekitar 15-19 % dari berat keseluruhan buah kelapa. Banyak sekali produkproduk hasil olahan tempurung kelapa ini, misalnya; Bio-oil, liquid smoke
(asap cair), karbon aktif, tepung tempurung, dan kerajinan tangan
(http://twotik.wordpress.com).
Tempurung kelapa dapat menjadi salah satu sumber energi yang dapat
diperbaharui. Banzon (2008) mengatakan
“Coconut shell and husk as well as leaves as energy sources have alluring
prospects. There is no need for market surveys nor for sophisticated
processing and construction of factories. The shell and husk can be utilized
as they are. There are of course problems of gathering, transport and
efficient usage but these are minor compared with the problems of locating
or expanding the markets for the traditional coconut products.”
Tempurung dan sabuk kelapa dapat menjadi sumber energi yang dapat terus
diperbaharui dengan potensi dan prospek yang sangat besar. Tanpa harus
melakukan survei pasar atau produksi yang canggih seperti produk
pabrikan, baik tempurung kelapa bahkan sabuk kelapa dapat dengan baik
dimanfaatkan oleh masyarakat. Tentu ada masalah dalam pengumpulan,
3
pengadaan, dan penggunaan yang efisien tapi hal ini hanyalah masalah kecil
jika dibandingkan dengan masalah penempatan dan pemasaran untuk
produk tradisional dari kelapa tersebut.
Dalam penelitian ini penulis hanya fokus pada bagaimana masyarakat
mampu mengelola limbah tempurung kelapa menjadi sebuah seni kerajinan.
Seperti diketahui banyak ragam dan bentuk seni kerajinan yang dapat dibuat dari
limbah ini, seperti aksesoris, perangkat rumah tangga, perabotan, hiasan dan
masih banyak lainnya. Di daerah wisata di Pulau Jawa bahkan menggunakan
limbah ini untuk dijual sebagai cenderamata atau oleh-oleh bagi komunitas
wisatawan yang datang berkunjung. Dikatakan bahwa seni cenderamata atau
souvenir merupakan benda yang diharapkan oleh komunitas wisatawan (Mill
dalam Subroto, 2009:14). Dalam artian bahwa cenderamata merupakan salah satu
faktor pendukung daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung ke suatu tempat.
Di kabupaten Langkat produksi perkebunan kelapanya cukup besar.Jenis
tanaman ini memiliki fungsi ganda karena semua bagian dapat dimanfaatkan,
sehingga rakyat banyak membudidayakan tanaman ini. Luas areal pertanaman
rakyat 4.247 Ha dengan produksi 2.349 ton per tahun, komuditas kelapa paling
banyak ada di seluruh kecamatan di wilayah Pantai Timur Langkat
(http://www.langkatkab.go.id). Dengan produksi kelapa yang cukup tinggi di
wilayah tersebut maka dapat diperkirakan tingginya produksi limbah tempurung
kelapa per tahunnya yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar kabupaten Langkat.
Hal ini lah yang menjadi latar belakang penulis melakukan penilitian tentang
pengelolaan limbah tempurung kelapa. Melihat pesatnya perkembangan seni
tempurung kelapa di daerah wisata di luar Sumatera Utara dan melihat bagaimana
4
masyarakatnya melalui kerajinan tangan mampu meningkatkan potensi wisata
daerahnya masing-masing, dan bagaimana perkembangan kerajinan tersebut di
Sumatera Utara sendiri khususnya di Kabupaten Langkat. Penulis ingin mengkaji
bagaimana masyarakat di Kabupaten Langkat mampu mengoptimalkan limbah ini.
Bagaimana pengrajin mampu membuat suatu produk kerajinan yang optimal
dalam segi bentuk dan ornamen atau hiasan yang dapat menarik minat wisatawan.
Memanfaatkan kuantitas limbah tempurung yang ada menjadi seni kerajinan.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis, beberapa
permasalahan dapat diidentifkasi sebagai berikut:
1.
Dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia juga letak
geografis wilayah tersebut, pengolahan tempurung kelapa sebagai kerajinan
seni belum dilakukan secara maksimal. Dimana masih kurangnya
masyarakat yang memanfaatkan limbah tempurung kelapa.
2.
Kurangnya peran pemerintah dalam meningkatkan produksi seni kerajinan
tempurung kelapa.
C.
Pembatasan Masalah
Bertitik tolak pada identifkasi masalah, agar penelitian ini dapat terarah
maka penulis membatasai masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana perkembangan pengelolaan limbah tempurung kelapa menjadi
seni kerajinan yang bernilai ekonomi di daerah wisata Bukit Lawang.
2.
Bagaimana peran pemerintah terhadap pengrajin dan pedagang kerajinan
tempurung kelapa di daerah wisata Bukit Lawang..
5
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan batasan masalah, maka penulis merumuskan
masalah dalam kajian ini sebagai berikut: Bagaimana pengolahan limbah
tempurung kelapa menjadi suatu produk seni kerajinan di daerah wisata Bukit
Lawang.
E.
Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perincian rumusan masalah di atas maka tujuan penulis dari
penelitian ini sebagai berikut: Ingin mengetahui pengolahan dan pemanfaatan
limbah tempurung kelapa sebagai bahan pembuatan seni kerajinan.
F.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat di peroleh dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagi peneliti untuk lebih memahami perkembangan seni kerajinan dari
limbah tempurung kelapa di wilayah pariwisata.
2.
Sebagai bahan kajian bagi para mahasiswa seni khususnya seni rupa untuk
dapat lebih mengoptimalkan kreativitasnya dalam mengelola limbah-limbah
kecil seperti tempurung kelapa menjadi hasil kerajinan dan karya seni yang
bernilai ekonomi, sehingga pada akhirnya mereka juga dapat meningkatkan
sumber daya masyarakat sekitar mereka.
3.
Sebagai bahan perbandingan untuk lebih menghasilkan bentuk-bentuk karya
seni yang lebih berkualitas dari bahan dasar yang lebih sederhana.
6
4.
Sebagai bahan referensi tentang ragam dan bentuk seni rupa, terutama seni
rupa terapan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan penulis terhadap pengolahan
tempurung kelapa limbah penggunaan rumah tangga menjadi seni kerajinan di
kawasan wisata Bukit Lawang, penulis menyimpulkan bahwa :
1.
Bahan dasar tempurung kelapa diperoleh dengan cara sederhana dari
pedagang kelapa rumah tangga, dan juga dari sekitar hutan gunung Leuser.
Tidak ada pemasok bahan dasar tempurung kelapa dalam komoditas besar.
Tidak ada pengrajin yang memproduksi kerajinan dalam skala besar,
sehingga bahan dasar tempurung kelapa yang digunakan tidak banyak.
Bentuk-bentuk kerajinan yang dihasilkan umumnya didominasi berupa
karya-karya kecil dalam bentuk aksesoris seperti kalung, gelang, mainan
kunci dan aksesoris lainnya.
2.
Minimnya pengunjung ke tempat wisata, dimana pengunjung hanya ramai
pada hari-hari libur. Dengan minimnya pengunjung maka berdampak juga
pada minimnya pembeli produk kerajinan tempurung kelapa. Hal ini
sebagian besar dipengaruhi juga oleh kejadian banjir bandang sungai
bahorok. Tidak ada juga perhatian pemerintah terhadap pengrajin dan
pedagang kerajinan tempurung kelapa di kawasan tersebut, terutama dalam
pemberian pinjaman modal ringan.
64
65
B.
Saran
Seni kerajinan merupakan kegiatan yang berkembang cukup baik di
Indonesia sebagai pendukung ekonomi masyarakat yang berada di daerah wisata.
Limbah tempurung kelapa yang dihasilkan dapat diubah menjadi satu bentuk
kerajinan yang bernilai ekonomi. Tapi sebagian masyrakat masih belum
mengoptimalkan potensi alam dan potensi sumber daya manusia yang ada.
Adapun saran penulis dalam penelitian ini adalah:
1.
Pengrajin lebih optimal dalam memanfaatkan limbah tempurung kelapa
sebagai bahan dasar kerajinan dengan membuat karya yang lebih beragam
dan bervariasi. Diperlukan pembelajaran bagi para pengrajin untuk dapat
mengembangkan kreatifitas berkarya agar karya yang dihasilkan tidak statis,
sehingga dapat lebih menarik minat komunitas wisatawan lokal maupun
wisatawan asing yang berkunjung.
2.
Perlu campur tangan pemerintah dalam penyuluhan dan pemberian
pinjaman modal ringan, juga penyediaan sarana dan prasarana bagi
pengrajin, pedagang, masyarakat juga pengunjung yang datang.