PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 JORLANG HATARAN T.A 2014/2015.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
UNTUK MENINGK ATK AN H AS IL B ELAJAR S IS WA PADA
POK OK BAHASAN K UBUS DAN BALOK DI K ELAS VIII
SMP NEGERI 1 JORLANG HATARAN T.A 2014/2015

Oleh:
Dian Raesita Sitio
NIM 4113111019
Program Studi Pendidi kan Matemati ka

SK RIPSI

Diajukan Untu k Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjan a Pendidi kan

JURUSAN MATEMATIK A
FAKULTAS MATEMATIKA DA N ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERS ITAS NEG ERI MEDAN
MEDAN
2015


iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII
SMP NEGERI 1 JORLANG HATARAN
T.A 2014/2015
Dian Raesita Sitio (NIM 4113111019)
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui apakah model
pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa, (2)
mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model
pembelajaran problem based learning. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Subjek penelitian yaitu kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Jorlang
Hataran yang berjumlah 29 orang siswa. Objek penelitian adalah penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada pokok bahasan kubus
dan balok di kelas VIII SMP Negeri 1 Jorlang Hataran pada Tahun Ajaran
2014/2015

Pada awal penelitian dilakukan observasi terhadap hasil belajar siswa dan
diperoleh data bahwa rata-rata tes awal awal siswa adalah 54,31. Setelah diberikan
perlakuan pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) maka diperoleh rata-rata hasil belajar siswa pada pertemuan I
sebesar 71,21. Ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan
tindakan. Karena rata-rata hasil belajar siswa masih belum mencapai kriteria
ketuntasa sekolah yaitu 75, maka dilakukan siklus II. Rata-rata hasil belajar siswa
pada siklus II adalah 81,03.
Hasil belajar Matematika siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Jorlang
Hataran setelah diterapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning
meningkat sebesar 16,90 yaitu dari 54,31 sehingga menjadi 71,21 yaitu pada
siklus I dan meningkat sebesar 9,82 yaitu menjadi 81,03 pada siklus II. Menurut
indeks Gain peningkatan rata-rata siswa adalah sebesar 0,54 yaitu pada kategori
sedang. Sedangkan peningkatan ketuntasan klasikal yaitu sebesar 41,38% dari tes
awal yang sebelumnya adalah 24,14% menjadi 65,52% pada siklus I, kemudian
meningkat sebesar 20,68% Pada siklus II dengan ketuntasan kelas sebesar
80,20%.
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa pada pokok bahasan kubus dan balok di kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Jorlang

Hataran pada Tahun Ajaran 2014/2015.

vi

DAFTAR ISI
Halaman

Lembar Pengesahan

i

Daftar Riwayat Hidup

ii

Abstrak

iii

Kata Pengantar


iv

Daftar Isi

vi

Daftar Gambar

ix

Daftar Tabel

x

Daftar Lampiran

xi

BAB I PENDAHULUAN


1

1.1. Latar Belakang Masalah

1

1.2. Identifikasi Masalah

8

1.3. Batasan Masalah

8

1.4. Rumusan Masalah

9

1.5. Tujuan Penelitian


9

1.6. Manfaat Penelitian

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

10

2.1. Kerangka Teoritis

10

2.1.1. Pengertian Belajar

11

2.1.2. Pembelajaran Matematika


11

2.1.3. Hasil Belajar

12

2.1.4. Model Pembelajaran Problem Based Learning

13

2.1.4.1. Model Pembelajaran

13

2.1.4.2. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning

14

2.1.4.3. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning 15

2.1.4.4. Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning 16
2.1.4.5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based

vii

Learning

16

2.1.4.6. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem
Based Learning
2.1.5. Kubus dan Balok

17
18

2.1.5.1. Mengenal Kubus dan Balok

18


2.1.5.2. Unsur-unsur pada Kubus dan Balok

19

2.1.5.3. Menggambar Kubus dan Balok

23

2.1.5.4. Jaring-jaring Kubus dan Balok

24

2.1.5.5. Luas Permukaan Kubus dan Balok

25

2.1.5.6. Volume Kubus dan Balok

26


2.1.5.7. Perubahan Volume Kubus dan Balok

27

2.1.5.8. Penerapan Kubus dan Balok

28

2.2. Kerangka Konseptual

28

2.3. Penelitian yang relevan

29

2.4. Hipotesis Tindakan

30


BAB III METODE PENELITIAN

31

3.1. Lokasi Penelitian

31

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

31

3.3. Jenis Penelitian

31

3.4. Prosedur Penelitian

32

3.5. Alat Pengumpul Data

36

3.6. Teknik Analisa Data

37

3.7. Indikator Keberhasilan Penelitian

40

BAB IV Hasil dan pembahasan

42

4.1

Hasil Penelitian

42

4.2

Pembahasan Hasil Penelitian

56

4.3 Temuan Penelitian

57

viii

BAB V Kesimpulan dan Saran

59

5.1 kesimpulan

59

5.2 Saran

59

DAFTAR PUSTAKA

61

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tabel Langkah-langkah Problem Based Learning

17

Tabel 3.1 Tabel Tingkat Penguasaan Siswa

39

Tabel 3.2 Tabel Kriteria penilaian observasi

40

Tabel 3.3 Tabel interpretasi Gain

40

Tabel 4.1 Tabel Deskripsi Tingkat Kemampuan Pada Tes awal

42

Tabel 4.2 Tabel Gambaran persentase Ketuntasan Belajar Tes awal

42

Tabel 4.3 Tabel Deskripsi Tingkat Kemampuan THB I

45

Tabel 4.4 Tabel Gambaran persentase Ketuntasan THB I

45

Tabel 4.5 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Tes Awal Ke Siklus I

46

Tabel 4.6 Tabel Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I

46

Tabel 4.7 Tabel Deskripsi Tingkat Kemampuan THB II

53

Tabel 4.8 Tabel Gambaran persentase Ketuntasan Belajar THB II

53

Tabel 4.9 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Siklus I Ke Siklus II

53

Tabel 4.10 Tabel Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II

53

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1

Gambar kubus dan Balok

18

Gambar 2.2

Gambar Rusuk kubus dan Balok

19

Gambar 2.3

Gambar Bidang Balok

19

Gambar 2.4

Gambar Bidang Kubus

20

Gambar 2.5

Gambar Model Kerangka Balok

20

Gambar 2.6

Gambar Model Kerangka kubus

21

Gambar 2.7

Gambar Gambar Diagonal Bidang Kubus Dan Balok

22

Gambar 2.8

Gambar Diagonal Ruang Kubus dan Balok

22

Gambar 2.9

Gambar Bidang Diagonal Kubus dan Balok

23

Gambar 2.10 Gambar kubus dan Balok

23

Gambar 2.11 Gambar Jaring –Jaring kubus

24

Gambar 2.12 Gambar Jaring –Jaring Balok

24

Gambar 2.13 Gambar Volume Kubus

26

Gambar 2.14 Gambar Volume Balok

27

Gambar 3.1

36

Gambar Penelitian Tindakan Kelas

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I

61

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II

68

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III

75

Lampiran 4. Rencana Pelakasanaan Pembelajaran IV

81

Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I

88

Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II

91

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa III

94

Lampiran 8. Lembar Akktivitas Siswa IV

97

Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian LAS I

100

Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian LAS II

102

Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian LAS III

104

Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian LAS IV

105

Lampiran 13. Kisi-kisi Tes Awal

106

Lampiran 14. Tes Awal

107

Lampiran 15. Alternatif Penyelesaian Tes Awal

108

Lampiran 16. Penskoran Tes Awal

109

Lampiran 17. Lembar Validasi Tes Awal

112

Lampiran 18. Kisi-kisi Tes hasil Belajar I

115

Lampiran 19. Tes Hasil Belajar I

116

Lampiran 20. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I

117

Lampiran 21. Penskoran Tes Hasil Belajar I

121

Lampiran 22. Lembar Validasi Tes hasil Belajar I

123

Lampiran 23. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar II

126

Lampiran 24. Tes Hasil Belajar II

127

Lampiran 25. Alternatif Penyelesaian Tes hasil Belajar II

128

Lampiran 26. Penskoran Tes Hasil Belajar I

132

Lampiran 27. Lembar Validasi Tes Hasil Belajar II

134

xii

Lampiran 28. Nama-Nama Validator

137

Lampiran 29. Lembar Observasi

138

Lampiran 30. Analisis Tes

151

Lampiran 31. Analisis Hasil Observasi Guru

157

Lampiran 32. Interpretasi Gain 1

161

Lampiran 33. Interpretasi Gain 2

162

Lampiran 34. Dokumentasi

163

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bertanah air. Maju mundurnya suatu
bangsa ditentukan oleh kreatifitas pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan
menuntut adanya suatu perubahan yang terjadi secara terus menerus. Perubahan
yang dilakukan berperan untuk menjadikan adanya perbaikan yang menjadi suatu
keharusan sebagai pencapaian tujuan kurikulum. Perubahan dapat dilakukan
dalam hal metode mengajar, buku-buku, alat-alat laboratorium, maupun materimateri pelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian,
memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang
diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara.
Pendidikan membutuhkan banyak sarana dan tenaga kependidikan yang
baik untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Seperti yang disampaikan
oleh Hamalik (2013:3-4) bahwa:
“Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran, dan /atau
latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini,
tujuan pendidikan merupakan suatu komponen sistem pendidikan yang
menempati kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya, setiap tenaga
kependidikan perlu memahami dengan baik tujuan pendidikan supaya
berupaya melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditentukan”.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
penting dalam pendidikan. Salah satu hal yang menunjukkan pernyataan tersebut
adalah terlihat dari banyaknya jam pelajaran matematika di sekolah dibandingan
dengan bidang studi lain. Bidang studi matematika diberikan pada setiap jenjang
pendidikan untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi perkembangan dunia
yang semakin maju dan berkembang pesat.

1

2

Menurut

Cornellius

(dalam

Abdurrahman,

2010

:

253)

yang

mengemukakan,
“Ada lima alasan pentingnya belajar matematika yaitu karena
matematika merupakan : (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2)
sarana untuk memecahkan kehidupan sehari – hari (3) sarana mengenal
pola – pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk
mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan
kesadaran terhadap perkembangan budaya.”
Mengingat pentingnya matematika, maka sangat diharapkan siswa untuk
menguasai pelajaran matematika. Dalam proses belajar mengajar matematika
diperlukan minat dan motivasi siswa yang tinggi guna menunjang keberhasilan
pembelajaran matematika sehingga hasil belajar yang diperoleh tinggi. Namun
kenyataannya hasil belajar matematika yang diperoleh siswa masih rendah.
Daryanto (2013:155) mengungkapkan bahwa,
“Hasil nilai matematika pada ujian Nasional, pada semua tingkat dan
jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka rendah. Keadaan ini sangat
ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan
ilmu dan pengetahuan, mengingat matematika merupakan induk
pengetahuan. Selain itu, ternyata matematika pun hingga saat ini belum
menjadi pelajaran yang difavoritkan. Rasa takut terhadap pelajaran
matematika (fobia matematika) sering kali menghinggapi perasaan para
peserta didik dari tingkat SD sampai dengan SMA bahkan hingga
perguruan tinggi.”
Dalam pembelajaran matematika siswa cenderung kurang berminat dan
termotivasi belajar matematika. Siswa menganggap matematika itu sebagai mata
pelajaran yang membosankan dan sebagian besar siswa menjadikan matematika
itu sebagai momok yang menakutkan sehingga menyebabkan hasil belajar yang
belum maksimal. Selain membosankan, siswa juga menganggap bahwa
matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Seperti yang diungkapkan oleh
Daryanto (2013:157),
“Fakta menunjukkan, tidak sedikit peserta didik sekolah yang masih
menganggap matematika adalah pelajaran yang bikin stress, membuat
pikiran bingung, menghabiskan waktu, dan cenderung hanya mengotakatik rumus yang tidak berguna dalam kehidupan. Akibatnya, matematika
dipandang sebagai ilmu yang tidak perlu dipelajari dan dapat diabaikan.”

3

Seperti masalah yang dikemukakan di atas, pada umumnya para siswa
kurang tertarik belajar matematika. Hal ini terjadi karena kenyataannya dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika masih berpusat pada guru. Seperti yang
diungkapkan Trianto (2011:5-6),
“Berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar
peserta didik, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang
didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana
kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Oleh
karena itu perlu perubahan paradigma pembelajaran dari yang semula
berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa
(student centered). Berdasarkan pandangan di atas, maka permasalahan
yang muncul adalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dengan model pembelajaran yang tepat yang dapat
meningkatkan kreativitas siswa.”
Menurut Abdurrahman (2003:251), “banyak orang yang memandang
matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Meskipun demikian, semua
orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari”. Namun, dalam kenyataannya mutu pendidikan di
Indonesia khususnya pendidikan matematika masih sangat rendah. Hal ini sejalan
dengan masih terus ditingkatkannya mutu pendidikan dengan segala macam
upaya seperti perubahan kurikulum secara berkala. Salah satu cara untuk melihat
mutu pendidikan matematika adalah dari tinggi rendahnya hasil belajar
matematika siswa di tingkat sekolah. Hasil belajar matematika siswa masih
tergolong rendah.
Rendahnya hasil belajar matematika ini terjadi di berbagai sekolah. Salah
satu sekolah yang hasil belajar matematikanya rendah adalah SMP Negeri 1
Jorlang Hataran. Nilai hasil ulangan semester genap yang diperoleh siswa masih
rendah. Hal ini diproleh dari hasil wawancara dengan salah satu guru matematika
SMP Negeri 1 Jorlang Hataran yaitu Ibu R. Panggabean, S.Pd. Ibu R.Panggabean
menerangkan bahwa minat belajar matematika siswa di SMP Negeri 1 Jorlang
Hataran masih rendah. Siswa sering merasa bingung saat ditanyai permasalahan
matematika, terlebih ketika ditanyai tentang pelajaran yang lalu, siswa cenderung
lupa dan kurang paham. Jika siswa sudah tidak mampu mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru, siswa tidak mau berusaha untuk mendapatkan jawaban dari

4

usahanya sendiri, melainkan menunggu jawaban dari guru. Hal ini juga
menjadikan program pembelajaran cenderung

mengalami

keterlambatan.

Kebanyakan siswa tidak suka pelajaran matematika, hal itu terlihat dari keadaan
siswa yang tidak aktif dan tidak semangat ketika belajar matematika. Ketertarikan
siswa untuk menyelesaikan soal juga masih sangat jauh dari yang diharapkan.
Terutama pada saat siswa mengerjakan soal penerapan seperti berikut: Sebuah bak
penampungan air berbentuk kubus dengan panjang rusuk bagian dalam 80 cm.
Jika bak itu diisi penuh air yang mengalir dengan debit 4 liter/menit, berapa lama
kah bak tersebut akan penuh?
Dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 26 Januari
2015 berupa tes diagnostik yang diberikan pada siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 1
Jorlang Hataran yang berjumlah 29 siswa. Hasil observasi menunjukkan bahwa 7
siswa (24,14%) memperoleh nilai di atas 75, dan sebanyak 22 siswa (75,86%)
memperoleh nilai di bawah 75. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di
kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Jorlang Hataran terhadap matematika masih
rendah.Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa di kelas VIII SMP Negeri 1
Jorlang Hataran terhadap matematika masih kurang, sehingga hasil belajarnya
masih rendah karena jauh dari nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75.
Contoh masalah matematika yang membuat nilai matematika siswa
rendah adalah seperti gambar berikut ini.

5

Siwa tidak mampu menyelesaikan permasalahan matematika di atas dan mereka
belum memahami dengan baik apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu untuk
memperoleh jawaban dari soal tersebut. Siswa tidak menjawab pertanyaan dengan
benar karena siswa tidak mencermati permasalahan soal. Siswa hanya mengalikan
dan membagikan angka-angka yang terdapat dalam soal tanpa memahami konsepkonsep yang digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut.
Rendahnya

hasil

belajar

siswa

tidak

terlepas

dari

proses

pembelajarannya. Sanjaya (2011:1) mengatakan,
“Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses
pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang
diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.”
Selain itu problematika dan kasus model pembelajaran

juga

mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Sagala (2013: 174) mengatakan,
“Pengalaman diantara pengajar dalam proses pembelajaran
menunjukkan, bahwa ada pada beberapa sekolah model pengajarannya
mengkondisikan muridnya disibukkan oleh kegiatan-kegiatan yang
kurang perlu seperti mencatat bahan pelajaran yang sudah ada dalam
buku, menceritakan hal-hal yang tidak perlu, dan sebagainya. Sering pula
ditemukan waktu kontak antara guru dengan murid tidak dimanfaatkan
secara baik, guru lebih suka memaksakan kehendaknya dalam belajar
muridnya sesuai keinginannya dan ada juga guru untuk memudahkan
kerjanya meminta salah seorang muridnya untuk mencatat dipapan tulis
kemudian murid lainnya mencatat apa yang dicatat dipapan tulis dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang kurang perlu dan sebagainya.”
Dari pernyataan tersebut disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 1 Jorlang Hataran, masih kurang tepat.
Hal ini dapat disimpulkan melalui hasil observasi penulis bahwa siswa kurang
aktif dalam menampilkan unjuk kerja siswa. Keadaan siswa pada kelas VIII SMP
Negeri 1 Jorlang Hataran justru menampilkan unjuk kerja dengan kuantitas yang
cenderung kecil atau sedikit. Proses pembelajaran yang dilaksanakan lebih banyak
menekankan pada aktivitas guru dari pada aktivitas siswa sehingga siswa kurang
tertarik dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran yang digunakan juga

6

masih kurang tepat. Hal tersebut telah menjadi suatu kebiasaan sekolah sehingga
dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar.
Dari permasalahan diatas, perlu diterapkan suatu model pembelajaran
matematika yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
siswa. Usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk hasil belajar siswa adalah
dengan

membelajarkan siswa

dengan

model pembelajaran

yang

lebih

memberdayakan siswa agar berperan aktif dalam pembelajaran seperti model
pembelajaran problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) . Menurut
suprijono (2010:72) hasil belajar dari pembelajaran berbasis masalah adalah
peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan, mengatasi masalah, dan
sebagainya.
Model Pembelajaran Problem Based Learning bercirikan penggunaan
masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk
melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis serta mendapatkan
pengetahuan konsep-konsep penting , di mana tugas guru harus memfokuskan diri
untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Sehingga
dengan kemampuan yang akan diterima siswa dalam berpikir kritis membuat
siswa tidak mudah lupa akan materi yang baru saja mereka peroleh.
Pemilihan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pembelajaran
berbasis masalah) ini juga adalah berdasarkan penelitian yang relevan. Lestari
(2013)

menyatakan, “Model pembelajaran problem based learning dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem persamaan linier dua variabel
di kelas VIII SMP Karya Bunda Medan”. Fadillah (2013) juga mendukung
dengan menyatakan bahwa “Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah
dengan bantuan media komputer microsoft power point di kelas VIII-3 SMP
Negeri 3 Sunggal dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan siswa
memecahkan masalah matematika”.
Model Pembelajaran Problem Based Learning juga lebih unggul jika
dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya seperti Model pembelajaran
konvensional. Dwi (2014) mengemukakan,

7

“Model Pembelajaran Problem Based Learning lebih unggul jika
dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Dengan Model
Pembelajaran Problem Based Learning akan terjadi pembelajaran
bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan masalah maka mereka
akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin
bermakna dan dapat memperluas ketika peserta didik berhadapan dengan
situasi di mana konsep diterapkan. Peserta didik belajar secara aktif
dengan sajian materi yang relevan dengan keadaan sebenarnya yang
sering disebut student centered.”
Selain itu, alasan penulis untuk memilih penelitian dengan penerapan
Model Pembelajaran Problem Based Learning adalah karena penulis ingin
menerapkan suatu model yang berbeda dari pada model pembelajaran sebelumnya
di SMP Negeri 1 Jorlang Hataran. Demikian juga sebaliknya, SMP Negeri 1
Jorlang Hataran dipilih karena di sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian
penerapam model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan
hasil belajar matematika siswa . Problem Based Learning diharapkan mampu
menyelesaikan permasalahan rendahnya hasil belajar matematika yang akan
mengubah proses pembelajaran agar tidak lagi cenderung berpusat pada guru.
Rusman (2012: 245-246) mengatakan,
“Pembelajaran melalui pendekatan PBM merupakan suatu rangkaian
pendekatan kegiatan belajar yang diharapkan dapat memberdayakan
siswa untuk menjadi seorang individu yang mandiri dan mampu
menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya di kemudian hari.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa dituntut terlibat aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran melalui diskusi kelompok. Langkah awal
kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengajak siswa untuk
memahami situasi yang diajukan baik oleh guru maupun siswa, yang
dimulai dari apa yang telah diketahui oleh siswa.”
Pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning
dimulai dengan adanya masalah, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya
tentang apa yang telah mereka ketahui dan apa yang perlu mereka ketahui untuk
memecahkan masalah tersebut. Dalam pembelajaran ini masalah yang dijadikan
sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok
sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada
siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, di samping pengalaman
belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis,

8

merancang

percobaan,

melakukan

penyelidikan,

mengumpulkan

data,

mengintrepretasi data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan
membuat laporan.
Dari uraian diatas peneliti tertarik ingin meneliti tentang, “Penerapan
Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok Kelas VIII SMP
Negeri 1 Jorlang Hataran T.A 2104/2015”.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang masalah maka yang menjadi Identifikasi
Masalah adalah :
1. Hasil belajar matematika yang diperoleh siswa masih rendah.
2. Siswa merasa matematika adalah pelajaran yang sulit.
3. Pembelajaran matematika cenderung berpusat pada guru.
4. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi dan perlu
variasi tindakan diterapkannya model pembelajaran Problem Based
Learning dalam pengajaran matematika khususnya pada pokok bahasan
kubus dan balok.

1.3 Batasan Masalah
Dengan adaanya beberapa masalah dalam identifikasi masalah di atas,
dan dengan mengingat keterbatasan penulis, akan lebih baik jika dilakukan
pembatasan masalah supaaya pembahasan lebih terarah. Penelitian akan
diorientasikan untuk membahas tentang penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa
pada pokok bahasan kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 1 Jorlang
Hataran.

9

1.4 Rumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas, dirumuskan permasalahan adalah:
1. Apakah model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan
hasil belajr matematika siswa dalam menyelesaikan soal kubus dan balok?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan kubus dan
balok setelah diajar dengan menerapkan model pembelajaran problem
based learning di kelas VIII SMP Negeri 1 Jorlang Hataran?

1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui apakah model pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
2. Mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada pokok
bahasan kubus dan balok setelah diajar dengan menerapkan model
pembelajaran problem based learning

1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, melalui model pembelajaraan PBL diharaapkan siswa lebih
aktif dalam menyelesaikan permasalahan matematika sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar matematika.
2. Bagi guru, sebagai bahaan masukan matematika SMP mengenai model
pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
3. Bagi sekolah, sebagai acuan untuk dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian sejenis
dalam mengadakan penelitian ilmiah.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan

model

pembelajaran

Problem

Based

Learning

dapat

meningkatkan Hasil Belajar Matematika siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 1
Jorlang Hataran. Ini dapat dilihat pada tes awal sebelum diberikan model
pembelajaran PBL rata-rata hasil belajar siswa adalah 54,31, hasil belajar
setelah tindakan I diberikan (siklus I) nilai rata – rata kelas adalah 71,21
dan tes hasil belajar siklus II, nilai rata – rata kelas adalah 81,03.
2. Peningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 1
Jorlang Hataran setelah diterapkan Model Pembelajaran Problem Based
Learning meningkat sebesar 9,82 yaitu dari 71,21 pada siklus I sehingga
menjadi 81,03 pada siklus II. Menurut indeks Gain peningkatan rata-rata
siswa adalah sebesar 0,34 yaitu pada kategori sedang. Sedangkan
peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal yaitu sebesar 65,52% pada
siklus I dan Pada siklus II meningkat sebesar 20,84 % yaitu 86,20% .

5.2

Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang perlu

disampaikan yaitu:
1. Bagi guru khususnya guru matematika sebaiknya menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat membuat siswa menjadi lebih
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran didalam kelas.
2. Bagi peneliti lanjutan yang berminat melakukan penelitian dengan objek
yang sama dengan penelitian ini, agar hasil dan perangkat penelitian ini
dapat dijadikan pertimbangan untuk menerapkan model pembelajaran

59

60

Problem Based Learning dalam proses pembelajaran pada materi kubus dan
balok atau pun pokok bahasan yang lain dan disarankan untuk
3. mengembangkan penelitian ini dengan mempersiapkan pembelajaran
dengan model pembelajaran Problem Based Learning yang lebih baik dan
meningkatkan penguasaan kelas.

61

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2012). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Penerbit
Rineka Cipta: Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Hamalik, O. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Ghalia Indonesia: Jakarta
Rusman, (2012). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta
Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana Prenada Media: Jakarta.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka
Cipta: Jakarta.
Daryanto, (2013). Inovasi pembelajaran Efektif. Yrama Widya: Jakarta
Sugijono, Adinawan.(2007). Matematika Untuk SMP Kelas VIII, Penerbit
Erlangga: Jakarta.
Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Trianto, (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Inplementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Kencana: Jakarta.
Sagala, Syaiful. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta : Bandung
Suryabrata, Sumadi (2012). Metodologi Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada :
Jakarta

Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS ARTIKEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 6 KOTA MALANG

0 12 28

ENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI TEMPEH

0 5 18

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 20 83

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN

0 5 69

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN

1 19 69

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B SD NEGERI 01 METRO BARAT

1 23 66

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BANJARREJO BATANGHARI LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 24 52

PENERAPAN MODEL REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS PERMUKAAN KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS V

0 0 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI JARING-JARING KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS IV SD 1 BAKALAN KRAPYAK

0 0 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI GUWO 01

0 3 21