Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Jumat Pahing di Desa Purworejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang T1 152009019 BAB IV

(1)

31 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Keadaan Fisik Desa

a. Letak Administratif

Desa Purworejo membawahi tujuh dusun yakni : Dusun Petengan, Dusun Klewonan, Dusun Saradan, Dusun Tambang, Dusun Kauman, Dusun Babrikan, Dusun Dompon. Desa Purworejo masuk wilayah Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Batas-batas wilayah Desa Purworejo sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Reksosari, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ketanggi, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Koripan, Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Dersansari, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

Jarak Desa Purworejo dengan ibukota kecamatan 2,5 Km, dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Luas wilayah Desa Purworejo 169.480 Ha.

b. Tata Guna Tanah

Luas Desa Purworejo 169.480 ha digunakan untuk pemukiman 38.880 ha, Sawah 106.200 ha, pekarangan/tegal 9.900 ha, makam


(2)

32 2.500 ha, perkantoran 1.800 ha, lain-lain 9.200 ha. Tingkat kesuburan tanah termasuk subur. Lahan sawah dibudidayakan tanaman padi.

Tata guna tanah Desa Purworejo nampak dalam tabel 1, berikut ini :

Tabel 1

Tata Guna Tanah Desa Purworejo

No Penggunaan Luas (ha) Prosentase

1 Pemukiman 38.880 20

2 Persawahan 106.200 45

3 Tegal 9.900 15

4 Perkantoran 1.800 5

5 Makam 2.500 5

6 Luas prasarana umum lainnya 9.200 10

Jumlah 169.480 100

Sumber : Monografi Desa Purworejo September 2012

c. Pemukiman

Desa Purworejo terdiri atas 7 dusun yaitu : Petengan, Klewonan, Saradan, Tambang, Kauman, Babrikan, Dompon. Dari 7 dusun itu terdiri atas 497 Kepala Keluarga, dengan jumlah laki-laki 114 orang dan perempuan 611 orang sehingga jumlah keseluruhan ada 725 orang. Ketersediaan prasarana pemukiman di Desa Purworejo meliputi air bersih, jamban dan sanitasi lingkungan cukup baik. Di Desa Purworejo


(3)

33 terdapat juga terdapat satu poliklinik kesehatan yang melayani penduduk setempat setiap saat.

(Data diolah dari monografi Desa Purworejo, September 2012) 2. Kependudukan

Uraian mengenai kependudukan yang berkaitan dengan sumber daya manusia berisi tentang : struktur penduduk berdasarkan umur, pendidikan, mata pencaharian.

a. Struktur Penduduk berdasarkan Umur

Tabel 2 : berikut ini menunjukkan penduduk berdasarkan umur Tabel 2

Struktur Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Purworejo

No Umur (Tahun) Jumlah Sub Total

L P

1 0 < 1 17 20 37

2 1 > 5 69 68 137

3 6 – 10 81 82 163

4 11 – 15 82 83 165

5 16 – 20 79 80 159

6 21 – 25 82 83 165

7 26 – 30 87 86 173

8 31 – 40 111 107 218

9 41 – 50 105 104 209

10 51 – 60 104 105 209

11 60 keatas 134 133 267

Jumlah 952 952 1904


(4)

34 b. Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Tabel 3

Struktur Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Purworejo No Jenis Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Tidak Sekolah - - -

2 Belum Tamat SD 98 94 192

3 Tidak Tamat SD 84 87 171

4 Tamat SD 326 329 655

5 Tamat SLTP 143 147 300

6 Tamat SLTA 243 241 484

7 Tamat Akademika/Diploma 20 21 41

8 Sarjana ke atas 27 21 48

Jumlah 952 952 1904

(Monografi desa Purworejo, September 2012)

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Purworejo tergolong sudah maju, terlihat dari desa tersebut terdapat 48 orang lulusan sarjana, kemudian tamatan akademika/ Diploma 41 orang, tamatan SLTA 484 orang dan tamatan SLTP 300 orang. Di Desa Purworejo terdapat 1 TK dan 1 SD, sehingga untuk bersekolah tidak perlu jauh ke tempat lain. c. Penduduk Berdasarkan Agama


(5)

35 Struktur Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Purworejo

No Kelompok Agama Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Islam 940 943 1883

2 Khatolik 3 2 5

3 Kristen 9 7 16

4 Hindu - - -

5 Budha - - -

6 Khonghucu - - -

Jumlah 952 952 1904

(Monografi Desa Purworejo, September 2012)

Dari tabel di atas tampak bahwa mayoritas penduduk desa Purworejo beragama Islam (1883 orang), dan sedikit beragama Khatolik (5 orang).

d. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk nampak dalam tabel berikut ini : Tabel 5

Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Purworejo

No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 PNS 14 22 34

2 TNI 2 - 2

3 Polri 3 - 3

4 Pegawai Swasta 20 12 32


(6)

36

6 Buruh Bangunan 110 20 130

7 Buruh Industri 55 72 127

8 Buruh Tani 251 192 443

9 Petani 283 188 471

10 Peternak 10 8 18

11 Lain-lain 186 419 611

Jumlah 952 952 1904

(Monografi desa Purworejo, September 2012)

Dari tabel tersebut nampak bahwa sebagian besar besar penduduk Desa Purworejo memiliki mata pencaharian sebagai petani, baik petani penggarap maupun buruh.

B. Hasil dan Pembahasan

1. Pengertian dan Pemahaman tentang Tradisi Jumat Pahing di Desa Purworejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang

Tradisi Jumat Pahing adalah upacara sedekah makam dan tempat keramat dengan doa bersama yang dilakukan setiap 35 hari sekali. Tradisi Jumat Pahing dilakukan bersama-sama bertujuan untuk menjaga keseimbangan hidup, keselarasan, ketentraman dan keselamatan agar dihindarkan dari segala bala (malapetaka). Tradisi ini merupakan adat kebiasaan yang diwariskan oleh nenek moyang masyarakat Desa


(7)

37 Purworejo dan dilakukan secara turun-temurun. (Warli, 9 November 2012).

Desa Purworejo merupakan sebuah desa yang masyarakatnya masih percaya bahwa di sekitar tempat tinggal diliputi oleh kekuatan gaib. Kekuatan itu tidak tampak oleh kasat mata dan diyakini dapat menyebabkan kebahagiaan ataupun kesengsaraan. Kekuatan gaib inilah yang diistilahkan sebagai makhluk halus atau lelembut. Untuk itu Tradisi Jumat Pahing merupakan syarat spiritual yang wajib bagi masyarakat Desa Purworejo dan apabila dilanggar dipercaya dapat menimbulkan bencana (pagebluk). (Nanda, 9 November 2012).

Upaya mencegah bencana, dilakukan dengan upacara sedekahan dan persembahan sesaji setiap hari Jumat Pahing (Penanggalan Jawa). Berbagai jenis makanan tradisi dihidangkan seperti: ambengan, ancakan, wajik, jadah, jenang, tape, mendut dan sebagainya. Makanan itu disantap setelah upacara sesaji selesai dan diberkati terlebih dahulu dengan doa-doa yang dipimpin oleh pemimpin upacara. Dalam hal ini ialah sesepuh upacara (Sutopo, 9 November 2012).

Dalam Tradisi Jumat Pahing ada persembahan berupa sesaji. Sesaji diletakkan di setiap sudut desa dan di tempat-tempat yang dianggap keramat oleh warga masyarakat Desa Purworejo. Sesaji tersebut meliputi: ingkung, telur ayam kampung, nasi ambegan, tumpeng, air dari tujuh mata air, kembang setaman, buah-buahan dan dupa atau kemenyan. (Suwarno, 9 November 2012).


(8)

38 2. Prosesi pelaksanaan Tradisi Jumat Pahing

Pelaksanaan Tradisi Jumat Pahing mencakup dua tahap kegiatan yaitu persiapan dan pelaksanaan.

a. Tahap Persiapan

Berkaitan dengan Tradisi Jumat Pahing persiapan dilaksanakan 3 hari sebelum upacara berlangsung. Langkah yang diambil yaitu membentuk kepanitiaan guna mendukung kelancaran pelaksanaan Tradisi Jumat Pahing. Panitia meliputi karang taruna dan sesepuh-sesepuh desa. Biasanya mereka mengadakan rapat pembentukan panitia di balai desa. Kepanitiaaan mencakup ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan seksi-seksi lainnya seperti keamanan, perlengkapan dan konsumsi.

Adapun tugas-tugas kepanitiaan tersebut antara lain digolongkan dan dibagi sesuai bidang masing-masing, antara lain :

1. Ketua Panitia

Ketua Panitia bertugas melakukan koordinasi dengan pihak lain seperti Kepala Desa, Carik dan Bayan.

2. Wakil Ketua

Wakil Ketua panitia membantu ketua dalam hal pengurusan dana dengan warga masyarakat desa Purworejo.


(9)

39 Bendahara mengkoordinir keuangan baik pemasukan maupun pengeluaran untuk keperluan pelaksanaan Tradisi Jumat Pahing.

4. Sekretaris

Sekretaris bertugas membantu dalam bidang administrasi. 5. Seksi Keamanan

Melaksanakan kegiatan pengawasan dan penjagaan pada saat upacara Tradisi Jumat Pahing berlangsung.

6. Seksi Perlengkapan

Menyiapkan sesaji dan perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan dalam mendukung pelaksanaan Tradisi Jumat Pahing.

7. Seksi Konsumsi

Menyiapkan makanan untuk kegiatan pelaksanaan upacara.

b. Tahap pelaksanaan Tradisi Jumat Pahing

Pelaksanaan Tradisi Jumat Pahing menyangkut waktu, tempat, perlengkapan dan orang-orang yang terlibat di dalam upacara tersebut. 1. Tempat Penyelenggaraan

Tempat penyelenggaraan Tradisi Jumat Pahing diselenggarakan di lapangan depan Balai Desa Purworejo. Alasan memilih tempat di


(10)

40 Balai Desa Purworejo karena tempat ini merupakan pusat dari semua Dusun.

2. Waktu Penyelenggaraan

Waktu penyelenggaraan Tradisi Jumat Pahing dilaksanakan pada hari Jumat Pahing dimulai pukul 07.00 WIB sampai selesai.

3. Perlengkapan Tradisi Jumat Pahing

Perlengkapan upacara terdiri dari ambengan, ancakan, buah-buahan dan sesaji.

4. Pemimpin Upacara

Upacara dipimpin oleh sesepuh upacara atau orang yang dianggap paling mengerti dan memahami tentang Tradisi Jumat Pahing. c. Prosesi (Jalannya) Tradisi Jumat Pahing

Dalam menyambut pelaksanaan Tradisi Jumat Pahing semua warga masyarakat desa Purworejo menyambut dengan perasaan bahagia. Sebelum proses ritual upacara Tradisi Jumat Pahing dilaksanakan, pada hari Kamis Legi masyarakat Purworejo melaksanakan bersih-bersih makam, sumber mata air dan tempat-tempat keramat (Sitepus, makam kembar, watu wangi, watu bantal dan watu lawang). Kemudian malam harinya mereka mengadakan tahlilan, yasinan ( membaca surat-surat Al-Qur’an secara bersama-sama) dan mujahadahan (sholat yang dilakukan secara berjamaah, bertujuan untuk memohon keselamatan dan dijauhkan dari bahaya) di lapangan depan Balai Desa Purworejo. Kegiatan ini dihadiri oleh


(11)

41 tamu-tamu undangan yang memang diundang untuk acara mujahadah. Pagi harinya sekitar pukul 07.00 WIB masyarakat berbondong-bondong mendatangi tempat upacara di Balai Desa untuk ikut serta memeriahkan upacara tradisi warisan leluhurnya tersebut. Panitia beserta para warga Desa Purworejo membawa sesaji ke Balai Desa. (Sutrimo, 9 November 2012).

Seperti telah diungkapkan di atas, perlengkapan sesaji menjadi pokok penting dalam Tradisi Jumat Pahing. Sesaji sebagai uba rampe dianggap keramat oleh warga masyarakat. Oleh karena itu, sesaji ditata rapi guna mendukung kesakralan upacara. Sebelum memasuki inti upacara, warga masyarakat yang hadir diwajibkan melaksanakan atau cuci muka dengan air yang disediakan oleh panitia. Hal ini dilakukan agar dalam proses pelaksanaan tidak ada bahaya berupa sengkolo (kerasukan makhluk halus) yang mengganggu setiap jiwa. Suci muka atau yang kerap disebut sampakan juga menjadi faktor penting. Sesudah melakukan sampakan, warga duduk berderetan menghadap ke Barat dan sesepuh berdiri didepannya. Panitia membawa sesaji mengitari semua yang hadir kemudian meletakkan di depan sesepuh upacara. Tindakan itu dipercaya dapat memberi keselamatan lahir dan batin. Selanjutnya sesepuh duduk dan mengantarkan pada suasana khidmat memasuki inti upacara. (Jaeni, 9 November 2012).


(12)

42 Diawali pembacaan mantra oleh sesepuh dengan membakar dupa atau kemenyan maka saat itulah upacara sesaji dimulai. Mantra tersebut adalah sebagai berikut :

“Sang hyang widi waseso, Pager kinanti hyang jagad pramundito, tak jaluk tekamu teko welasing badan sak kabehing penghuni jagad raya, Bismillah bismillah bismillah, Getih abang dadi putih mlebuo sak jroning balung sumsum krono saking gusti Pangeran, Nyai danyang jagad wetan sido teko marang wong sak buwana mager tilawas, mager andapan, mager susupan ono ing tengah-tengah ka’batullah”. “Kepada Sang Dewa Penguasa, yang meliputi alam semesta, saya meminta kedatanganmu dan kasihilah seluruh penghuni alam, demi nama Allah 3x, darah merah menjadi putih masuk ke dalam tulang sumsum karena Allah, penunggu bumi Timur akan datang untuk seluruh manusia memberi ketentraman, kedamaian dan keselamatan di tengah-tengah Ka’bah”.

Setelah pembacaan mantra, sesaji dibawa oleh panitia beserta warga masyarakat Desa Purworejo ke tempat-tempat yang dianggap wingit atau angker dengan diiringi lantunan suara beduk terus menerus. Sesaji diletakkan di tujuh tempat yaitu : sitepus (tempat yang dipenuhi oleh pohon beringin dan jurang), makam kembar (makam yang berhadapan), watu wangi, watu bantal, sungai, watu lawang dan pintu masuk desa. Kemudian rombongan pembawa dan pengiring sesaji kembali ke tempat semula juga diiringi tabuh bedug dengan sura menggelegar. Selanjutnya, berbagai jenis makanan dihidangkan seperti ambengan, ancakan, jadah, jenang, apem, wajik, buah-buahan dan sebagainya. Semua makanan itu dihidangkan dan dimakan bersama-sama oleh semua yang hadir. Makanan yang tersisa dibungkus untuk disedekahkan kepada orang-orang miskin di sekitar desa Purworejo. Dalam Tradisi Jumat Pahing hidangan makanan itu


(13)

43 harus diberkati terlebih dahulu dengan doa-doa yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an. Makan bersama inilah yang menjadi akhir dari rangkaian upacara Tradisi Jumat Pahing.

3. Lambang-lambang dan Maknanya dalam Sesaji

Sesaji yang ditujukan kepada yang gaib sesungguhnya mencerminkan kesadaran manusia kepada lingkungan hidupnya. Jadi yang disakralkan (keramat) bukanlah sesajinya, tetapi nilai kebersamaan dan perasaan senasib itulah yang perlu dihayati demi persatuan dan kesatuan masyarakat. Sesaji mencerminkan penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memperoleh perlindungan agar hidupnya terasa aman, tenteram dan diberi keselamatan lahir dan bathin. Sesaji juga sebagai persembahan kepada leluhur masyarakat Desa Purworejo. Sesaji tersebut berupa :

a. Nasi Ambengan

Melambangkan keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atas rejeki berupa hasil pertanian. Ambengan digunakan dalam semua bentuk selametan, merupakan wujud permohonan yang ditujukan atas kemurahan alam yang diberikan kepada manusia oleh Tuhan Yang Maha Esa.

b. Ancakan

Melambangkan permohonan agar diberi kemakmuran dan keselamatan. Ancakan juga melambangkan kebersamaan dan perasaan


(14)

44 senasib sepenanggungan antar sesama warga masyarakat Desa Purworejo.

c. Tumpeng

Sesaji tumpeng berbentuk kerucut atau semakin ke atas semakin runcing melambangkan bahwa dalam semua kehidupan hanya terdapat satu pusat yaitu Tuhan Yang Maha Esa, sehingga yang harus disembah hanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta.

d. Ingkung

Menggambarkan bahwa tingkah laku manusia tidak leluasa melainkan ada batasnya yaitu norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. e. Telor ayam

Menggambarkan bahwa semua manusia diciptakan sama dari sang pencipta, hanya saja setelah lahir ke dunia mempunyai sifat yang berbeda.

f. Jajan Pasar

Jajan pasar berupa wajik, jenang, jadah, pisang, opak, klepon, krasikan, dan lain-lain, menunjukkan adanya suatu pengertian bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa membutuhkan pertolongan orang lain. Jenis-jenis jajanan pasar adalah makanan tradisional yang bermaksud mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kepada sang pencipta atas segala makanan yang dapat mereka nikmati demi kelangsungan hidup.


(15)

45 g. Kemenyan, Rokok, Kinang, Lauk Pauk

Merupakan Persyaratan Sesaji yang bermakna untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang.

4. Makna Tradisi Jumat Pahing

Makna Tradisi Jumat Pahing di desa Purworejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

Dari berbagai simbol tindakan dan sesaji memang tampak bahwa masyarakat Jawa memiliki harapan-harapan keselamatan. Demikian juga pada masyarakat di Desa Purworejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang yang masih mempertahankan tradisi leluhurnya. Mereka menganggap Tradisi Jumat Pahing adalah hal istimewa sehingga ritual Tradisi Jumat Pahing menjadi perhatian khusus. Makna atau kandungan filosofis Tradisi Jumat Pahing yaitu penghormatan kepada leluhur serta menyucikan diri. Hal itu terlihat dari tindakan-tindakan dalam upacara sesaji. Sesaji sebagai wujud persembahan dimaksudkan untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan hidup antara alam sekitar dengan alam gaib. Tujuannya memperoleh keselamatan lahir maupun batin. Tradisi Jumat Pahing menunjukkan pengabdian kepada Al-Khaliq (Tuhan Yang Esa).

Makna penting dalam pelaksanaan Tradisi Jumat Pahing dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya adalah :


(16)

46 Kehidupan masyarakat Purworejo diwarnai oleh sikap solidaritas warganya, karena situasi sosial menuntut perlunya sikap kebersamaan dalam menghadapi tantangan hidup. Gotong-royong merupakan salah satu ciri masyarakat Desa Purworejo yang semua kegiatan upacara dilaksanakan secara gotong-royong.

Pelaksanaan Tradisi Jumat Pahing merupakan kegiatan yang selalu mengedepankan sikap maupun perilaku kegotong-royongan, kerukunan tanpa memandang agama, status sosial, pendidikan dan sebagainya. Hal ini dapat dibuktikan dalam pelaksanaan atau penyelenggaraan upacara ini semua warga masyarakat dengan antusias mengikuti jalannya upacara sehingga dapat mempererat hubungan sosial antar warga masyarakat di Desa Purworejo. Misalnya: para warga masyarakat di Desa Purworejo berkumpul saat memasak.

Dengan demikian jelas bahwa Tradisi Jumat Pahing mempunyai makna sebagai pemersatu atau jembatan antara manusia untuk menjalin suatu hubungan sosial yang dapat menumbuhkan persatuan dan persaudaraan dalam kehidupan masyarakat.

2. Makna Tradisi Jumat Pahing dalam kehidupan Religi/Agama

Mayoritas masyarakat Desa Purworejo beragama Islam, akan tetapi dalam menjalani kehidupan bermasyarakat tidak membeda-bedakan satu dan lainnya. Warga masyarakat Desa Purworejo dapat hidup rukun dan berdampingan saling tolong-menolong. Kehidupan beragama di


(17)

47 Desa Purworejo berjalan baik saling menghargai perbedaan satu dengan yang lainnya, menghormati dan menjaga tali silaturahmi bahkan dalam menyambut tradisi Jumat Pahing.

Religi ternyata menduduki tempat yang amat penting dan dominan dalam kehidupan masyarakat Purworejo. Masyarakat beranggapan bahwa seluruh alam diliputi oleh suatu kekuatan gaib yang bersifat supranatural dan ini berpengaruh dalam kehidupan manusia. Kekuatan gaib yang dimaksud disini adalah roh nenek moyang yang mampu mendatangkan kebahagiaan atau bencana bagi umat manusia dan alam semesta.

Oleh karena itu pemujaan terhadap roh nenek moyang memegang peranan penting dalam Tradisi Jumat Pahing ini dengan maksud demi kepentingan masyarakat di Desa Purworejo agar senantiasa selalu dilindungi dalam kehidupannya. Di lain pihak masyarakat mengharapkan agar roh nenek moyang juga mendapatkan tempat yang baik di sisi Tuhan.

Ditinjau dari segi keagamaan, Makna Tradisi Jumat Pahing dapat dihayati untuk masyarakat Desa Purworejo, salah satu maknanya adalah sebagai jembatan untuk menyatukan dan mempertemukan pemeluk agama yang berbeda. Maka dengan demikian suasana kerukunan dapat terwujud dan masyarakat dapat hidup dengan tenang dan damai.


(18)

48 Upacara Tradisi Jumat Pahing yang dilakukan oleh warga masyarakat di Desa Purworejo merupakan bentuk penghormatan kepada cikal bakal dan para leluhur di makam. Dengan pelaksanaan tradisi ini kehidupan ekonomi masyarakat sedikit terangkat dengan adanya pasar tiban yang menjual makanan dan minuman bagi pengunjung, walaupun dalam upacara sudah disediakan makanan. Selain masyarakat Desa Purworejo sendiri yang berjualan, ada juga pedagang dari luar Desa Purworejo yang jauh-jauh hari sudah mengetahui akan adanya Tradisi Jumat Pahing. Dengan demikian adanya Tradisi Jumat Pahing khususnya bagi masyarakat Desa Purworejo dan masyarakat pada umumnya, mempunyai peranan yang besar dalam menunjang perekonomian.

4. Makna Tradisi Jumat Pahing dalam kehidupan Pendidikan

Dalam penyelenggaraan Tradisi Jumat Pahing banyak dikunjungi oleh pengunjung dari desa lain. Pengunjung tidak hanya terdiri dari masyarakat yang sudah bekerja tetapi juga dari kalangan pelajar. Adanya Tradisi Jumat Pahing memberikan dorongan untuk mengajak para pengunjung lebih mengenal tentang Tradisi Jumat Pahing, sehingga menimbulkan keingintahuan para pengunjung mengenai Tradisi Jumat Pahing tersebut.

Kaitannya dengan Tradisi Jumat Pahing para pelajar yang datang ke Desa Purworejo ingin menyaksikan langsung jalannya upacara Tradisi Jumat Pahing, ada juga yang melakukan pengamatan yang dapat


(19)

49 dijadikan bahan penelitian. Bagi para pelajar, Tradisi Jumat Pahing dapat menjadi masukan dalam mata pelajaran IPS khususnya sejarah mengenai kebudayaan lokal. Penyelenggaraan Tradisi Jumat Pahing dapat mendidik masyarakat termasuk para pengajar untuk memahami nilai-nilai kerukunan yang dapat memupuk persatuan dan kesatuan. 5. Makna Tradisi Jumat Pahing dalam membina kerukunan hidup

masyarakat Desa Purworejo

Tradisi Jumat Pahing bila dilihat dari persiapan, pelaksanaan sampai pasca upacara mempunyai arti penting dan makna yang mendalam yang dapat dirasakan masyarakat pendukungnya. Dalam pelaksanaan upacara tradisional dapat dirasakan betapa pentingnya suatu nilai kebersamaan yang dirasakan oleh masyarakat pendukungnya yaitu saling menghormati, saling menghargai, saling membantu, toleransi untuk menciptakan suatu kerukunan yang lebih kokoh.

Dengan adanya Tradisi Jumat Pahing dapat memberikan gambaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya suatu kerukunan bermasyarakat maupun berbangsa, sehingga masyarakat dalam menjalani kehidupan bernegara tidak akan mudah dipengaruhi oleh kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan adat budaya bangsa. Dengan demikian nilai-nilai kerukunan sangat diperlukan dan dilaksanakan dalam menghadapi suatu proses kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.


(1)

44 senasib sepenanggungan antar sesama warga masyarakat Desa Purworejo.

c. Tumpeng

Sesaji tumpeng berbentuk kerucut atau semakin ke atas semakin runcing melambangkan bahwa dalam semua kehidupan hanya terdapat satu pusat yaitu Tuhan Yang Maha Esa, sehingga yang harus disembah hanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta.

d. Ingkung

Menggambarkan bahwa tingkah laku manusia tidak leluasa melainkan ada batasnya yaitu norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. e. Telor ayam

Menggambarkan bahwa semua manusia diciptakan sama dari sang pencipta, hanya saja setelah lahir ke dunia mempunyai sifat yang berbeda.

f. Jajan Pasar

Jajan pasar berupa wajik, jenang, jadah, pisang, opak, klepon, krasikan, dan lain-lain, menunjukkan adanya suatu pengertian bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa membutuhkan pertolongan orang lain. Jenis-jenis jajanan pasar adalah makanan tradisional yang bermaksud mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kepada sang pencipta atas segala makanan yang dapat mereka nikmati demi kelangsungan hidup.


(2)

45 g. Kemenyan, Rokok, Kinang, Lauk Pauk

Merupakan Persyaratan Sesaji yang bermakna untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang.

4. Makna Tradisi Jumat Pahing

Makna Tradisi Jumat Pahing di desa Purworejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

Dari berbagai simbol tindakan dan sesaji memang tampak bahwa masyarakat Jawa memiliki harapan-harapan keselamatan. Demikian juga pada masyarakat di Desa Purworejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang yang masih mempertahankan tradisi leluhurnya. Mereka menganggap Tradisi Jumat Pahing adalah hal istimewa sehingga ritual Tradisi Jumat Pahing menjadi perhatian khusus. Makna atau kandungan filosofis Tradisi Jumat Pahing yaitu penghormatan kepada leluhur serta menyucikan diri. Hal itu terlihat dari tindakan-tindakan dalam upacara sesaji. Sesaji sebagai wujud persembahan dimaksudkan untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan hidup antara alam sekitar dengan alam gaib. Tujuannya memperoleh keselamatan lahir maupun batin. Tradisi Jumat Pahing menunjukkan pengabdian kepada Al-Khaliq (Tuhan Yang Esa).

Makna penting dalam pelaksanaan Tradisi Jumat Pahing dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya adalah :


(3)

46 Kehidupan masyarakat Purworejo diwarnai oleh sikap solidaritas warganya, karena situasi sosial menuntut perlunya sikap kebersamaan dalam menghadapi tantangan hidup. Gotong-royong merupakan salah satu ciri masyarakat Desa Purworejo yang semua kegiatan upacara dilaksanakan secara gotong-royong.

Pelaksanaan Tradisi Jumat Pahing merupakan kegiatan yang selalu mengedepankan sikap maupun perilaku kegotong-royongan, kerukunan tanpa memandang agama, status sosial, pendidikan dan sebagainya. Hal ini dapat dibuktikan dalam pelaksanaan atau penyelenggaraan upacara ini semua warga masyarakat dengan antusias mengikuti jalannya upacara sehingga dapat mempererat hubungan sosial antar warga masyarakat di Desa Purworejo. Misalnya: para warga masyarakat di Desa Purworejo berkumpul saat memasak.

Dengan demikian jelas bahwa Tradisi Jumat Pahing mempunyai makna sebagai pemersatu atau jembatan antara manusia untuk menjalin suatu hubungan sosial yang dapat menumbuhkan persatuan dan persaudaraan dalam kehidupan masyarakat.

2. Makna Tradisi Jumat Pahing dalam kehidupan Religi/Agama

Mayoritas masyarakat Desa Purworejo beragama Islam, akan tetapi dalam menjalani kehidupan bermasyarakat tidak membeda-bedakan satu dan lainnya. Warga masyarakat Desa Purworejo dapat hidup rukun dan berdampingan saling tolong-menolong. Kehidupan beragama di


(4)

47 Desa Purworejo berjalan baik saling menghargai perbedaan satu dengan yang lainnya, menghormati dan menjaga tali silaturahmi bahkan dalam menyambut tradisi Jumat Pahing.

Religi ternyata menduduki tempat yang amat penting dan dominan dalam kehidupan masyarakat Purworejo. Masyarakat beranggapan bahwa seluruh alam diliputi oleh suatu kekuatan gaib yang bersifat supranatural dan ini berpengaruh dalam kehidupan manusia. Kekuatan gaib yang dimaksud disini adalah roh nenek moyang yang mampu mendatangkan kebahagiaan atau bencana bagi umat manusia dan alam semesta.

Oleh karena itu pemujaan terhadap roh nenek moyang memegang peranan penting dalam Tradisi Jumat Pahing ini dengan maksud demi kepentingan masyarakat di Desa Purworejo agar senantiasa selalu dilindungi dalam kehidupannya. Di lain pihak masyarakat mengharapkan agar roh nenek moyang juga mendapatkan tempat yang baik di sisi Tuhan.

Ditinjau dari segi keagamaan, Makna Tradisi Jumat Pahing dapat dihayati untuk masyarakat Desa Purworejo, salah satu maknanya adalah sebagai jembatan untuk menyatukan dan mempertemukan pemeluk agama yang berbeda. Maka dengan demikian suasana kerukunan dapat terwujud dan masyarakat dapat hidup dengan tenang dan damai.


(5)

48 Upacara Tradisi Jumat Pahing yang dilakukan oleh warga masyarakat di Desa Purworejo merupakan bentuk penghormatan kepada cikal bakal dan para leluhur di makam. Dengan pelaksanaan tradisi ini kehidupan ekonomi masyarakat sedikit terangkat dengan adanya pasar tiban yang menjual makanan dan minuman bagi pengunjung, walaupun dalam upacara sudah disediakan makanan. Selain masyarakat Desa Purworejo sendiri yang berjualan, ada juga pedagang dari luar Desa Purworejo yang jauh-jauh hari sudah mengetahui akan adanya Tradisi Jumat Pahing. Dengan demikian adanya Tradisi Jumat Pahing khususnya bagi masyarakat Desa Purworejo dan masyarakat pada umumnya, mempunyai peranan yang besar dalam menunjang perekonomian.

4. Makna Tradisi Jumat Pahing dalam kehidupan Pendidikan

Dalam penyelenggaraan Tradisi Jumat Pahing banyak dikunjungi oleh pengunjung dari desa lain. Pengunjung tidak hanya terdiri dari masyarakat yang sudah bekerja tetapi juga dari kalangan pelajar. Adanya Tradisi Jumat Pahing memberikan dorongan untuk mengajak para pengunjung lebih mengenal tentang Tradisi Jumat Pahing, sehingga menimbulkan keingintahuan para pengunjung mengenai Tradisi Jumat Pahing tersebut.

Kaitannya dengan Tradisi Jumat Pahing para pelajar yang datang ke Desa Purworejo ingin menyaksikan langsung jalannya upacara Tradisi Jumat Pahing, ada juga yang melakukan pengamatan yang dapat


(6)

49 dijadikan bahan penelitian. Bagi para pelajar, Tradisi Jumat Pahing dapat menjadi masukan dalam mata pelajaran IPS khususnya sejarah mengenai kebudayaan lokal. Penyelenggaraan Tradisi Jumat Pahing dapat mendidik masyarakat termasuk para pengajar untuk memahami nilai-nilai kerukunan yang dapat memupuk persatuan dan kesatuan. 5. Makna Tradisi Jumat Pahing dalam membina kerukunan hidup

masyarakat Desa Purworejo

Tradisi Jumat Pahing bila dilihat dari persiapan, pelaksanaan sampai pasca upacara mempunyai arti penting dan makna yang mendalam yang dapat dirasakan masyarakat pendukungnya. Dalam pelaksanaan upacara tradisional dapat dirasakan betapa pentingnya suatu nilai kebersamaan yang dirasakan oleh masyarakat pendukungnya yaitu saling menghormati, saling menghargai, saling membantu, toleransi untuk menciptakan suatu kerukunan yang lebih kokoh.

Dengan adanya Tradisi Jumat Pahing dapat memberikan gambaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya suatu kerukunan bermasyarakat maupun berbangsa, sehingga masyarakat dalam menjalani kehidupan bernegara tidak akan mudah dipengaruhi oleh kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan adat budaya bangsa. Dengan demikian nilai-nilai kerukunan sangat diperlukan dan dilaksanakan dalam menghadapi suatu proses kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tradisi Upacara Malem Selikuran di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang T1 152012014 BAB IV

0 6 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Jumat Pahing di Desa Purworejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang T1 152009019 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Jumat Pahing di Desa Purworejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang T1 152009019 BAB II

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Jumat Pahing di Desa Purworejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang T1 152009019 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Jumat Pahing di Desa Purworejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Jumat Pahing di Desa Purworejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Dhawuhan Ngembang di Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T1 152009013 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Dhawuhan Ngembang di Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T1 152009013 BAB II

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Dhawuhan Ngembang di Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T1 152009013 BAB IV

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Dhawuhan Ngembang di Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T1 152009013 BAB V

0 0 2