PENERAPAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN.

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI

HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Gita Sintia Riani

1104168

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

PENERAPAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI

HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN

Oleh Gita Sintia Riani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Gita Sintia Riani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR BAGAN... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7

A. Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)... 7

1.Pengertian Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)... 7

2.Teori yang melandasi CTL ... 9

3.Komponen Pembalajaran CTL... 10

4.Langkah-langkah Pembelajaran CTL... 12

5.Keunggulan dan kelemahan pendekatan Pembelajaran CTL... 12

B. Pembelajaran Matematika di SD... 14

C. Kemempuan Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan... 14

1. Pengertian kelampuan... 14

2. Pengertian operasi hitung... 15

3. Pengertian kemampuan operasi hitung... 16

4. Pengertian operasi hitung pecahan... 16


(5)

D. Penelitian Yang Relevan ... 18

E. Kerangka Berfikir... 18

F. Definisi Operasional... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 20

A. Metode Penelitian... 20

B. Desain Penelitian ... 21

C. Lokasi Penelitian ... 22

D. Subjek Penelitian ... 23

E. Waktu Penelitian ... 23

F. Instrumen Penelitian ... 23

1. Instrumen Pembelajaran... 24

2. Instrumen Pengungkap Data... 24

G. Prosedur Penelitian... 24

H. Pengolahan dan Analisis Data... 28

1. Teknik Pengumpulan Data... 28

2. Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN... 33

A. Deskripsi Awal Pra-Penelitian... 33

B. Hasil Penelitian dan Pembehasan... 34

1. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Menerapkan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)... 34

a. Siklus I... 34

1) Perencanaan Pembelajaran ... 34

2) Pelaksanaan Pembelajaran ... 35

3) Observasi Pelaksanaan Pembalajaran... 41

4) Refleksi Pembelajaran... 46

b. Siklus II... 49

1) Perencanaan Pembelajaran ... 49

2) Pelaksanaan Pembelajaran ... 50

3) Observasi Pelaksanaan Pembalajaran... 57

4) Refleksi Pembelajaran... 61


(6)

C. Keterbatasan Penelitian... 71

BAB V KESIMPILAN DAN REKOMENDASI... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Rekomendasi... 73

DAFTAR PUSTAKA... 74

LAMPIRAN... 78


(7)

DAFRAT TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kategori Nilai Tes... 29

Tabel 3.2 Kategori Nilai Rata-Rata... 30

Tabel 3.3 Kategori Perolehan Persentase KKM Siswa... 30

Tabel 3.4 Kategori Skor Gain Ternormalisasi... 32

Tabel 4.1 Nilai Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan Pecahan Siklus I... 38

Tabel 4.2 Pengolahan Data Hasil Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan Pecahan Siklus I... 39

Tabel 4.3 Peningkatan Kemampuan Operasi Hitung Pengurangan Pecahan Siklus II... 54

Tabel 4.4 Pengolahan Data Hasil Kemampuan Operasi Hitung Pengurangan Siklus II... 55

Tabel 4.5 Nilai Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Peserta Didik Siklus I, Siklus II, dan Gain Ternormalisasi... 65

Tabel 4.6 perbandingan Hasik Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Siklus I dan II... 66


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir... 19

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas... 22

DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 4.1 Daya Serap Klasikal... 37

Bagan 4.2 Persentase Indikator Menjumlahkan Pecahan Biasa Berpenyebut Sama... 40

Bagan 4.3 Persentase Indikator Menjumlahkan Pecahan Biasa Berpenyebut Berbeda... 41

Bagan 4.4 Persentase aktivitas Guru Siklus I... 43

Bagan 4.5 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I... 45

Bagan 4.6 Daya Serap Klasikal Siklus II... 53

Bagan 4.7 Persentase Indikator Pengurangan Pecahan Biasa Berpenyebut Sama... 56

Bagan 4.8 Persentase Indikator Pengurangan Pecahan Biasa Berpenyebut Berbeda... 57

Bagan 4.9 Persentase Aktivitas Guru Siklus II... 59

Bagan 4.10 Persentase Aktivitas Siswa Siklus II... 61

Bagan 4. 11 Peningkatan Nilai Rata-Rata, Nilai Minimal, Nilai Maksimal Siswa... 68

Bagan 4.12 Peningkatan Daya Derap Klasikal ... 68

Bagan 4.13 Perbandingan Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II... 69


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. INSTRUMEN PEMBELAJARAN ... 78

Rencana Pelaksanan pembelajaran Siklus I... 78

Rencana Pelaksanan pembelajaran Siklus II... 85

Lembar Kerja Siswa Siklus I... 92

Lembar Kerja Siswa Siklus II... 96

B. INSTRUMEN PENGUNGKAP DATA... 100

Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I... 100

Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus II... 104

Catatan Lapangan ... 108

Soal Evaluasi Siklus I... 109

Soal Evaluasi Siklus II... 111

Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I... 113

Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II... 115

Rubrik Penilaian Kemampuan Operasi Hitung Siklus I... 117

Rubrik Penilaian Kemampuan Operasi Hitung Siklus II... 118

C. HASIL PENELITIAN... 119

Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I... 119

Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus II... 124

Catatan Siklus I... 128

Catatan Siklus II... 129

Lembar Kerja Siswa Siklus I... 130

Lembar Kerja Siswa Siklus II... 136

Tes Evaluasi Siklus I... 142

Tes Evaluasi Siklus II... 147

Analisis Jawaban Siswa Tiap Butir Soal Siklus I... 152

Analisis Jawaban Siswa Tiap Butir Soal Siklus II... 153

D. DOKUMENTASI... 154

Dokumentasi... 154


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong dan mewujudkan kegiatan belajar pada siswa. Peningkatan penguasaan, pemanfaatan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut merupakan salah satu tujuan yang sangat diinginkan oleh bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakat pendidikan telah melakukan berbagai upaya dalam berbagai jenjang persekolahan yang sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan secara nasional dimana kurikulum tersebut memuat berbagai mata pelajaran termasuk matematika.

Sutrisman Murtadho dan Tambunan dalam Sutriani, dkk (2014, hlm. 20) mendefinisikan matematika sebagai ilmu yang dapat membantu manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan-kesimpulan serta dalam mengambil keputusan. Mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan bilangan-bilangan atau simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dijumpai banyak istilah tentang pecahan. pecahan adalah suatu bilangan cacah yang digunakan untuk menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan, kini diperkenalkan lagi hal yang baru yaitu bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-bagian benda, jika benda itu dibagi-bagi menjadi bagian yang sama (Sugiarto dalam suwangsih 2011, hlm. 6). Berdasarkan definisi pecahan di atas, dapat disimpulkan bahwa, suatu yang berhubungan dengan pembagian tidak akan terlepas dengan suatu bilangan pecah atau juga sering kita sebut dengan nilai pecahan. Melihat pentingnya pemahaman tentang pecahan, pembelajaran dengan pokok bahasan pecahan tersebut sudah dijumpai mulai dari pendidikan di Sekolah Dasar.


(11)

2

Namun, pada kenyataannya menunjukkan bahwa kebanyakan siswa mulai dari tingkat SD sampai SLTA mengalami kesulitan dalam memahami konsep pecahan dan operasinya. Kesulitan juga dirasakan oleh pihak guru. Wida Rachmiati dalam Noviyanti (2012, hlm. 182) menyebutkan bahwa dari hasil wawancara dengan guru MI yang mengikuti program penyetaraan S1, diperoleh fakta yang menyatakan kebanyakan guru mengalami kesulitan dalam mengajarkan konsep pecahan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pembangunan dalam buku Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, yang menyebutkan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan.

Pecahan selalu menjadi tantangan yang berat bagi siswa, bahkan hingga middle grades (6-8 di A n.S., Ed). Hasil dari tes NAEP secara konsisten telah menunjukan bahwa pada umumnya siswa memiliki pemahaman yang sangat lemah terhadap konsep pecahan (Wearne & Kouba dalam Walle John. 2008, hlm. 35). Hal tersebut pun terjadi di Indonesiahasil menurut hasil penelitian The National Assesment of Education Proggess dalam Hidayati Y.M,dkk (2010, hlm. 153) yang menunjukkan bahwa siswa mengalami kesukaran pada konsep bilangarasional. Pusat Perkembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (Depdikbud, 1999) menyatakan bahwa:

“Pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan. Kekurangan dalam pemahaman ini kemudian mengakibatkan kesulitan dalam perhitungan dengan pecahan, konsep desimal dan persen, penggunaan pecahan dalam pengukuran dan konsep rasio dan proporsisi. Program tradisional untuk sekolah dasar biasanya memberi penjelasan yang terbatas tentang pecahan dimana pembahasan tentang pecahan kebanyakan dibahas di kelas tiga dan kelas empat” Setelah sebelumnya penulis melakukan observasi di salah satu sekolah Dasar di Kota Bandung di kecamatan Sarijadi maka didapatkan masalah bahwa kemampuan anak kelas IV dalam melakukan operasi hitung pecahan masih banyak yang di bawah rata-rata yaitu sekitar 60 % yang di bawah KKM data tersebut di dapatkan dari nilai UTS sedangkan dalam ulangan harian yaitu 65 % yang masih di bawah KKM. Permasalahan tersebut terjadi diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu:


(12)

3

1. Faktor siswa, antara lain:

a. Anggapan peserta didik bahwa matematika didominasi oleh kegiatan berhitung yang menggunakan banyak rumus, sehingga peserta didik sudah enggan untuk mengerjakan soal matematika.

b. Kurangnya pemahaman siswa tentang bagaimana cara untuk mengoperasikan penjumlahan pecahan tersebut, hal tersebut terlihat ketika siswa maju kedepan kelas dan tidak untuk mengerjakan soal lalu siswa tersebut tidak dapat mengerjakannya dan cenderung meminta bantuan pada teman yang lainnya.

c. Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan materi pecahan, hal tersebut dapat dilihat ketika guru meminta beberapa orang siswa untuk mengerjakan soal pecahan yang ada di papan tulis tentang penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan berbeda dari 10 soal siswa haya dapat mengerjakan 4 soal dengan cara yang benar.

d. Ketika para peserta didik belum mengerti mengenai materi ynag disampaikan, mereka tidak berani untuk bertanya,

2. Faktor guru, antara lain:

a. Proses pembelajaran yang masih menggunakan metode konvensional yang berpusat pada guru.

b. Guru kurang menyajikan media yang menunjang pembelajaran

c. Pada saat pelaksanaan pembelajaran guru kurang memberikan atau mengaitkan pelajaran tersebut dengan keadaan sekitar siswa.

Untuk mencoba mengatasi permasalahan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan tersebut maka salah satu cara yang dapat di lakukan guru yaitu dengan menggunakan penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). Pembelajaran yang melibatkan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari menjadi perhatian dalam pelaksanaan CTL dan sering disebut sebagai pendekatan kontekstual (Novi, dkk dalam Sukri, M 2014, hlm. 160). CTL memberikan ruang bagi siswa untuk mengaitkan pengalaman dan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa terhadap materi pembelajaran di dalam kelas (Putu, dkk, dalam Sukri, M 2014, hlm. 160). CTL menekankan


(13)

4

proses keterlibatan siswa dalam mengaitkan materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata dan menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, dalam Sukri, M, 2014, hlm. 160). CTL melibatkan tujuh komponen yaitu, 1) konstruktivis, 2) bertanya, 3) penemuan, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan, 6) refleksi, dan 7) penilaian (Dinia, dkk, dalam Sukri, M, 2014, hlm. 160).

Satu diantara penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran CTL dapat me-ningkatkan hasil belajar siswa yaitu penelitian yang dilakukan Arman dalam Sukri, M (2014, hlm. 161) yang menyimpulkan bahwa penerapan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah.

Berdasarkan uraian dan identifikasi awal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian menggunakan pendekatan CTL untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan. Dengan menerapkan pendekatan ini, proses pembelajaran akan lebih berkesan dan bermakna bagi siswa, karena siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep matematika melalui penyajian masalah yang dekat dengan kehidupan siswa, dan siswa dapat membangun pemahamannya secara mandiri.

Setelah peneliti menguraikan pengertian dan komponen yang terdapat dalam pendekatan CTL maka peneliti ngengajukan judul “PENERAPAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan umum masalah penelitian ini adalah mengetahui “Bagaimana bentuk penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan pada siswa SD kelas tinggi pada mata pelajaran matematika?” kemudian, untuk memperoleh


(14)

5

jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus dibuat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan pada siswa SD kelas IV?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan operasi hitung siswa SD kelas IV pada mata pelajaran matematika yang menerapkan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan proses pelaksanaan dengan menerapkan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan pada siswa SD kelas tinggi.

2. Mengetahui perkembangan kemampuan operasi hitung siswa SD kelas tinggi pada mata pelajaran matematika yang menerapkan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning).

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi ilmu baru dalam proses belajar mengajar khususnya dalam meningkatkan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)

2. Manfaat fraksis a. Siswa


(15)

6

Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar mengenai materi-materi pembelajaran operasi hitung pecahan melalui Pendekatan Contextual Taecing and Learning (CTL).

b. Guru

Memberikan informasi dan wawasan mengenai cara membelajarkan materi opersi hitung pecahan dengan menerapkan Pendekatan Contextual Tacing and Learning (CTL) agar kualitas serta kinerja guru dalam mengajar dapat meningkat.

c. Bagi Sekolah

Sekolah dapat merekomendasikan penggunaan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)sebagai salah satu alternatif pilihan pendekatandalam pembelajaran baik itu materi oerasi hitung pecahan atau materi yang lainnya untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa.

d. Bagi peneliti

Memperoleh ilmu dan pengalaman baru dalam keterampilan belajar mengajar di sekolah, khususya pada pembelajaran melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)

e. Bagi LPTK

Dapat dijadikan acuan bahwa Pendekatan Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat coba diterapkan dalam mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.


(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan di kelas IV. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode tindakan kelas (Classroom Action Research).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Arikunto (2008, hlm. 2) adalah: penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di kelas.

Arikunto (2008, hlm: 2) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata, Penelitian + tindakan + kelas sebagai berikut.

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sam menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Maka PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/ meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Penelitian tindakan menurut Kunandar dalam Patimah (2014, hlm:23),”Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan

dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas”. Senada

dengan pendapat di atas menurut Wirriaatmadja dalam Patimah, N (2014, hlm:.23), “Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari

pengalaman mereka sendiri”.

Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.


(17)

21

Gita Sintia Riani, 2015

B. Disain penelitian

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ada beberapa model penelitian diantaranya model Kemmis dan Mc. Taggart, model Kurt Lewin, model Ebbut, model Elliot, dan model Hopkins.

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart, karena model ini lebih mudah dipahami oleh peneliti. Menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Kunandar (2008 hlm. 71) penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 langkah setiap siklusnya yaitu:

1. Perencanaan

Perencanaan adalah mengembangkan rencana tidakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana PTK hendaknya disusun berdasarkan kepada hasil pengamatan yang refleksif.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali. Dalam hal ini pelaksanaan merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran.

3. Observasi

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi perlu direncanakan dan juga didasarkan dengan keterbukaan pandangan. Observasi dalam penelitian ini bisa dilakukan oleh peneliti atau orang yang diberikan tugas untuk mengamati proses pembelajaran tersebut.

4. Refleksi

Refleksi merupakan tahap dimana peneliti mengingat dan merenungkan suatu tindakan seperti yang tercatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam suatu tindakan. Langkah-langkah dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini.


(18)

22

Gita Sintia Riani, 2015

Berhasil, dst.

Gambar 3.1

Alur Penelitian Tindakan Kelas

Adaptasi Model Kemmis dan Taggart dalam Sukmawati, D (Patimah, N. 2014, hlm. 25)

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di salah satu Sekolah Dasar Negeri yang terletak di Kecamatan Cidadap, kota Bandung. Dengan karakteristik memiliki 24 kelas dimana setiap tingkatan kelas terdiri dari 4 rombongan belajar (rombel). Sedangkan jumlah peserta didiknya yaitu 807 peserta didik yang terdiri dari 406 laki-laki dan 401 perempuan, serta memliki 30 guru termasuk kepala sekolah. Memliki guru-guru yang sangat ramah dan solid satu sama lain. Secara keseluruhan sikap peserta didik bersikap ramah dan sopan. Terdapat beberapa kelas yang pencahayaannya kurang dan sempit dikarenakan jumlah siswa yang lumayan banyak. Terdapat 10 kelas sehingga diharuskan masuh sekolah secara

Pelaksanaan Observasi

Refleksi I

Perencanaan

Pelaksanaan Observasi

Kesimpulan Refleksi II Perencanaan


(19)

23

Gita Sintia Riani, 2015

bergiliran (pagi, sisang dan sore). Lokasi ini dipilih karena beberapa alasan diantaranya, yaitu: peneliti sudah pernah mengajar sebagai guru prektikan di sekolah tersebut. Sehingga peneliti sudah cukup mengetahui kondisi sekolah, dan peneliti menemukan masalah mengenai kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dari kegiatan penelitian ini adalah siswa kelas IV SD semester genap tahun ajaran 2014/2015. Subjek yang ditetapkan hanya dikelas IV yang berjumlah 33 orang. Dengan jimlah laki-laki 17 dan perempuan 16 Subjek penelitian merupakan salah satu kelas yang digunakan peneliti ketika melaksanakan PLP.

E. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk melaksanakan penelitian ini selama 6 bulan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 dengan merencanakan 2 siklus.

F. Instrumen Penelitian

Untuk dapat memperoleh data yang objektif dalam penelitian, maka diperlukan instrumen yang sesuai agar masalah yang ditemukan dapat terefleksikan dengan baik. Maka dari itu dalam penelitian ini data yang akan dikumpulkan ada dua macam, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai hasil tes uraian mengenai penjumlahan dan pengurangan pecahan. sedangkan data kualitatif berupa informasi mengenai penggunaan alat peraga dalam pembalajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan operasi hitung pecahan. instrumen yang digunakan adalah instrumen tes dan instrumen non tes. Adapun instrumen yang akan digunakan adalah:


(20)

24

Gita Sintia Riani, 2015

Instrumen pembelajaran adalah instrumen yang dipakai selama pembelajaran berlangsung. Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. RPP (siklus 1 dan siklus 2)

RPP merupakan sebuah pedoman untuk guru dalam melakukan proses pembelajaran dimana didalamnya terdapat metode dan langkah-langkah yang akan dilaksanakan di kelas. RPP juga merupakan alat persiapan dalam mengajar yang didalamnya terdapat program yang terperinci sehingga tujuan yang diharapkan untuk mementukan keberhasilan kegiatan pembelajaran sudah terrumuskan dengan jelas. Penyusunan RPP yang dilakukan pun disesuaikan dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). b. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa ini merupakan LKS kelompok. LKS ini dibuat dengan tujuan agar siswa dapat bekerjasama dengan teman sekelompoknya, meningkatkan kemempuan komunikasi siswa dalam bersosialisasi, dapat saling menghargai dengan teman sekelompoknya, dapat saling bertukar pengetahuan.

2. Instrumen Pengungkap Data

a. Test kemampuan operasi hitung pecahan 1) Soal Uraian (6 butir)

b. Non Test

1) Lembar Observasi Guru (digunakan oleh observer untuk menilai penampilan guru)

2) Lembar Observasi Siswa (digunakan oleh observer untuk memantau respon siswa ketika pelaksanaan pembelajaran)

3) Catatan Lapangan (dilakukan oleh guru untuk mencatat temuan-temuan yang terjadi ketika pelaksanaan pembelajaran)


(21)

25

Gita Sintia Riani, 2015

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas IV dalam materi operasi hitung pecahan. Menurut Kemmis dan McTaggart (Arikunto,2011, hlm:97) tahap penelitian tindakan kelas terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dalam setiap tindakan, dengan berpatokan pada referensi awal.

Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti melakukan tahap persiapan penelitian dengan melakukan kegiatan pendahuluan setelah itu peneliti melakukan tahap tindakan penelitian

a. Tahap Pendahuluan (Pra Penelitian)

1) Permintaan izin dari Kepala Sekolah Sekolah Dasar. 2) Observasi dan wawancara

Kegiatan observasi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi dan situasi di sekolah secara keseluruhan, terutama siswa kelas IV yang akan dijadikan sebagai subyek penelitian.

3) Identifikasi permasalahan Kegiatan ini dimulai dari

a) Melakukan kajian terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, buku sumber kelas IV, pembelajaran matematika, dan model-model pembelajaran matematika.

b) Menentukan metode atau pendekatan yang relevan dengan karakteristik siswa, bahan ajar dan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung pada pembelajaran matematika.

c) Menentukan rencana pembelajaran (RPP) pada pembelajaran matematika dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)

d) Menyusun atau menetapkan teknik pemantauan pada setiap tahap penelitian.


(22)

26

Gita Sintia Riani, 2015

Tahapan tindakan pada penelitian tindakan kelas akan diuraikan sebagai berikut:

Siklus I

1) Perencanaan (Planning)

Sebelum melakukan kegiatan pelaksanaan, peneliti melakukan persiapan perencanaan diantaranya sebagai berikut :

a) Observasi keadaan kelas dan siswa.

b) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) c) Konsultasi RPP pada dosen pembimbing

d) Pembuatan media pembelajaran 2) Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan terdiri dari proses atau kegiatan belajar mengajar.

a) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang lebih bermakna, misal guru bertanya tentang kejadian atau kegiatan yang dialami siswa sehari-hari.

b) Melaksanakan kegiatan inquiry untuk semua topik materi yang akan diajarkan.

c) Mengembangkan sifat-sifat ingin tahu siswa melalui munculnya pertanyaan-pertanyaan.

d) Membentuk kelompok (masyarakat Belajar) untuk kegiatan diskusi, tanya jawab, dan lain-lain.

e) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, misalkan melalui media yang dirancang.

f) Membiasakan anak untuk melakukan kegiatan refleksi pada setiap kegiatan yang telah dilakukan.

g) Melakukan penilaian yang objektif, berdasarkan hasil kemampuan siswa. 3) Pengamatan (Observation)

Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung karena untuk mengetahui:


(23)

27

Gita Sintia Riani, 2015

a) Situasi belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas. b) Keaktifan siswa

c) Sikap siswa saat berdiskusi, tanya jawab, dan sebagainya. d) Pemanfaatan media yang dibuat

e) Kemampuan siswa saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. 4) Refleksi (Reflecting)

Kegiatan refleksi ini bertujuan memperbaiki pelaksanaan penelitian pada siklus selanjutnya, penelitian pada siklus pertama dianggap berhasil apabila :

a) Sebagian besar dari siswa berani dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

b) Sebagian besar dari siswa berani menanggapi dan mengemukakan pendapat tentang jawaban siswa lain.

c) Lebih dari anggota kelompok aktif dalam mengerjakan tugas kelompoknya.

d) Penyelesaian tugas kelompok maupun individu sesuai dengan waktu yang disediakan.

Siklus II

Seperti halnya pada siklus pertama, siklus kedua ini juga terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

A. Perencanaan (Planning)

Peneliti membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

B. Pelaksanaan (Acting)

Guru melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat berdasarkan hasil refleksi siklus pertama.

C. Pengamatan (Observation)

Tim peneliti (guru) melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning).


(24)

28

Gita Sintia Riani, 2015

D. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus maka peneliti membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam meningkatkan kemampuan operasi hitung pecahan.

H. Pengolahan dan Analisis Data a. Teknik Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi, dan pemberian tes.

1) Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa dalam penggunaan pendekatan CTL (Contextual Teacing and

Learning) untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung

penjumlahan dan pengurangan pecahan

2) Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dalam penggunaan pendekatan CTL (Contextual Teacing And

Learning) untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung

penjumlahan dan pengurangan pecahan

3) Catatan Lapangan atau catatan harian merupakan instrumen untuk mencatat segala peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan guru dan respon siswa selama proses pembelajaran (Sanjaya, W, 2009, hlm: 98). Pada dasarnya catatan lapangan ini berisi tentang gambaran atau paparan kegiatan tentang kekurangan guru dalam proses pembalajaran dan respon siswa selama pembalajaran. Catatan lapangan merupakan catatan yang peneliti lakukan selama proses belajar mengajar.

b. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.


(25)

29

Gita Sintia Riani, 2015

Data kualitatif diperoleh melalui observasi yang dirangkum dan diinterpretasikan untuk menentukan kesesuaian antara pembelajaran yang dilakukan dengan pembelajaran yang seharusnya terjadi. Data yang diperoleh akan dianalisis dan akan dideskripsikan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan selama PTK berlangsung kemudian direncanakan perbaikan-perbaikan untuk penelitian selanjutnya.

2) Analisis kuantitatif digunakan pada data hasil tes hasil belajar siswa dengan statistika deskriptif.

Data kuantitatif berasal dari tes evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus. Tes evaluasi tersebut dihitung persentase dan nilai rata-ratanya. Hasil tes itu di olah kedalam bentuk tabel, sehingga nilai yang diperoleh peserta didik dapat terlihat.

Dalam pelaksanaan analisis data disusun rambu-rambu analisis proses pembentukan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan menggunakan pendekatan CTL (Cotextual Teaching and Learning). Rambu-rambu analisis tersebut berguna untuk mengarahkan kegiatan analisis yang dilakukan berkaitan dengan pembelajaran matematika.

Tabel 3.1 Kategori Nilai Tes

NILAI KATEGORI

91 ≤ A ≤100 Sangan Baik

76 ≤ B ≤ 90 Baik

56 ≤ C ≤ 75 Cukup

41 ≤ D ≤ 55 Kurang

0 ≤ E ≤ 40 Sangat Kurang

(adaptasi dari Widoyoko, P, E, 2009. Hlm. 259)

a) Menghitung rata-rata kelas dalam penelitian ini dapat menggunakan rumus sebagai berikut:


(26)

30

Gita Sintia Riani, 2015

X = ∑ �

Keterangan:

∑N = total nilai yang diperoleh siswa n = jumlah siswa

X = nilai rata-rata kelas

Tabel 3.2

Kategori Nilai Rata-Rata

No Rentang Nilai Kategori

1 90-100 Sangat Baik

2 70-89 Baik

3 50-69 Cukup

4 30-49 Kurang

5 0- 29 Sangat Kurang

(adaptasi dari Ningsih, S, L, 2014. Hlm. 33)

b) Menghitung Ketuntasan belajar 1. Berdasarkan KKM

Keberhasilan dalam penelitian ini dapat ditentukan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telak ditetapkan oleh sekolah di kelas IV yaitu 67. Sesuai dengan KKM tersebut maka ketuntasan belajar siswa dapat dicapai apabila siswa dapat mencapai nilai KKM.


(27)

31

Gita Sintia Riani, 2015

Tabel 3.3

Kategori Perolehan Persentase KKM Siswa

No Persentase Kategori

1 67 %- 100% Tuntas

2 0% - 66% Belum Tuntas

2. Berdasarkan ketuntasan belajar secara klasikal

Menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal dengan rumus dari Iswanto (dalam Ningsih, S, L, 2014, hlm. 33) yaitu:

�� = ∑ � ≥ � %

Keterangan:

∑ � ≥ = jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih besar

samadengan 67 (KKM) � = Banyak Siswa

%= Bilangan Tetap �� = Ketuntasan Belajar

3. Data hasil tes siklus I sampai siklus II, ditentukan besar gain dengan perhitungan sebagai berikut:

Menurut Prabawanto dalam Sulistiani, Y (2014, hlm. 40) untuk menghitung nilai gain dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

g1= Si+1 ( skor tes siklus ke i+1) – Si (Skor tes siklus ke-i) Nilai gain ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis pada soal cerita


(28)

32

Gita Sintia Riani, 2015

matematika dari setiap siklus yang dilakukan dapat diketahui dengan gain rata-rata yang ternormalisasi dengan rumus sebagai berikut:

< g> = � � � �−�+1 − � � � �−�

S o a i − S o e i e−i

Perolehan skor gain ternormalisasi selanjutnya dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu:

Tabel 3.4

Kategori skor Gain Ternormalisasi Skor Gain Ternormalisasi Kategori

(<g>) > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ (<g>) ≤ 0,7 Sedang (<g>) < 0,3 Rendah


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara

Chaplin, A, (2008) kemampuan [Online]. Diakses dari http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qu al=hi gh&fname=/jiunkpe/s1/eman/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-1403361-9052hanurda- chapter2.pdf

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka.

Faisal. (2013). Konsep Pecahan Dalam Matematika Sekolah Dasar. [online]. Tersedia. http://faizalnizbah.blogspot.com.

Hanurda (2008) kemampuan berhitung [Online]. Diakses dari http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qu al=hi gh&fname=/jiunkpe/s1/eman/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-1403361-9052-hanurda- chapter2.pdf

Heruman, (2007). Model Pembelajaran Matematika. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Hudoyo, (1996)Pendekatan Realistik Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar siswa . Jurnal : Pendidikan Dasar, 2 (I). Hal 2-5

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung. PT Refika Aditama.

Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Propesi Guru. Jakarta. Rajawali Pers.

Maulida, N. (2010). Meningkatkan keterampilang menghitung bilangan pecahan melalui pendekatan kontekstua lpada siswa kelas IV SD Negeri Cangkirang Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali tahun 2009/2010, Jurnal: Elektronik : 55

Ningsih, S,L. (2014). Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Operasi Hitung Perkalian. (Skripsi). FIP. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Noviyanti, (2012). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan

Melalui Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery. Jurnal:

primary, 4 (2).

Nyimas A. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas.

Patimah, N. (2014). Penerapan Metode KWL (Know-Want To Know- Learned) Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V


(30)

76

Gita Sintia Riani, 2015

Sekolah Dasar Negeri 3 Cikidang Kabupaten Bandung Barat.

(Skripsi). FIP. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Raharjo, B. K. (2013). Model pembelajaran CTL (Contextual Teaching And

Learning). [Online]. Diakses dari

http://Kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/19/model-pembelajaran-ctl-contextual-teaching-and-learning

Rais, C. (2011). Operasi Hitung. [online] diakses dari http://Operasi/hitung/berbagi- ilmu.blogspot.com

Sanjaya, W. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana

Sulistiani, Y. (2014). Penerapan model Van Hielle untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis materi bangun ruang siswa kelas V SDN 6 Cibogo kab. Bandung Barat (Skripsi). FIP. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sukri, M. (2014).Penerapan Contextual Teaching Learning Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Penjumlahan

Dan Pengurangan Pecahan Di Kelas V Sdn Inpres Balaro Palu.

Jurnal: Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 01 Nomor 02

Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta. Ar-rruz Media

Sutriani, dkk. (2014). Penerapan Metode Pemberian Tugas untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Pada Materi Penjumlahan Dan Pengurangan

Pecahan di Kelas V SDN 2 Bukit Harapan. Jurnal: Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 1

Suwangsih, E. R. (2011). Meningkatkan hasil belajar penjumlahan dan

pengurangan pecahan melalui pemanfaatan alat perga blok

pecahan.Skripsi Pada FIP: Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung Walle John. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan

Pengajaran. Jakarta. Erlangga.

Widoyoko, P.E. (2009) Evaluasi Program Pembelajaran Panduan PraktisBagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Yusdi, M. (2011). Pengertian Kemampuan [online] diakses dari http://pengertiankemempuan_Milma nyusdi,sap.html


(1)

Data kualitatif diperoleh melalui observasi yang dirangkum dan diinterpretasikan untuk menentukan kesesuaian antara pembelajaran yang dilakukan dengan pembelajaran yang seharusnya terjadi. Data yang diperoleh akan dianalisis dan akan dideskripsikan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan selama PTK berlangsung kemudian direncanakan perbaikan-perbaikan untuk penelitian selanjutnya.

2) Analisis kuantitatif digunakan pada data hasil tes hasil belajar siswa dengan statistika deskriptif.

Data kuantitatif berasal dari tes evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus. Tes evaluasi tersebut dihitung persentase dan nilai rata-ratanya. Hasil tes itu di olah kedalam bentuk tabel, sehingga nilai yang diperoleh peserta didik dapat terlihat.

Dalam pelaksanaan analisis data disusun rambu-rambu analisis proses pembentukan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan menggunakan pendekatan CTL (Cotextual Teaching and Learning). Rambu-rambu analisis tersebut berguna untuk mengarahkan kegiatan analisis yang dilakukan berkaitan dengan pembelajaran matematika.

Tabel 3.1 Kategori Nilai Tes

NILAI KATEGORI

91 ≤ A ≤100 Sangan Baik

76 ≤ B ≤ 90 Baik

56 ≤ C ≤ 75 Cukup

41 ≤ D ≤ 55 Kurang

0 ≤ E ≤ 40 Sangat Kurang

(adaptasi dari Widoyoko, P, E, 2009. Hlm. 259)

a) Menghitung rata-rata kelas dalam penelitian ini dapat menggunakan rumus sebagai berikut:


(2)

30

Gita Sintia Riani, 2015

PENERAPAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

X = ∑ �

Keterangan:

∑N = total nilai yang diperoleh siswa n = jumlah siswa

X = nilai rata-rata kelas

Tabel 3.2

Kategori Nilai Rata-Rata

No Rentang Nilai Kategori

1 90-100 Sangat Baik

2 70-89 Baik

3 50-69 Cukup

4 30-49 Kurang

5 0- 29 Sangat Kurang

(adaptasi dari Ningsih, S, L, 2014. Hlm. 33)

b) Menghitung Ketuntasan belajar 1. Berdasarkan KKM

Keberhasilan dalam penelitian ini dapat ditentukan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telak ditetapkan oleh sekolah di kelas IV yaitu 67. Sesuai dengan KKM tersebut maka ketuntasan belajar siswa dapat dicapai apabila siswa dapat mencapai nilai KKM.


(3)

Tabel 3.3

Kategori Perolehan Persentase KKM Siswa

No Persentase Kategori

1 67 %- 100% Tuntas

2 0% - 66% Belum Tuntas

2. Berdasarkan ketuntasan belajar secara klasikal

Menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal dengan rumus dari Iswanto (dalam Ningsih, S, L, 2014, hlm. 33) yaitu:

�� = ∑ � ≥ � %

Keterangan:

∑ � ≥ = jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih besar samadengan 67 (KKM)

� = Banyak Siswa %= Bilangan Tetap �� = Ketuntasan Belajar

3. Data hasil tes siklus I sampai siklus II, ditentukan besar gain dengan perhitungan sebagai berikut:

Menurut Prabawanto dalam Sulistiani, Y (2014, hlm. 40) untuk menghitung nilai gain dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

g1= Si+1 ( skor tes siklus ke i+1) – Si (Skor tes siklus ke-i) Nilai gain ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis pada soal cerita


(4)

32

Gita Sintia Riani, 2015

PENERAPAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

matematika dari setiap siklus yang dilakukan dapat diketahui dengan gain rata-rata yang ternormalisasi dengan rumus sebagai berikut:

< g> = � � � �−�+1 − � � � �−� S o a i − S o e i e−i Perolehan skor gain ternormalisasi selanjutnya dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu:

Tabel 3.4

Kategori skor Gain Ternormalisasi

Skor Gain Ternormalisasi Kategori

(<g>) > 0,7 Tinggi 0,3 ≤ (<g>) ≤ 0,7 Sedang (<g>) < 0,3 Rendah


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara

Chaplin, A, (2008) kemampuan [Online]. Diakses dari http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qu al=hi gh&fname=/jiunkpe/s1/eman/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-1403361-9052hanurda- chapter2.pdf

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka.

Faisal. (2013). Konsep Pecahan Dalam Matematika Sekolah Dasar. [online]. Tersedia. http://faizalnizbah.blogspot.com.

Hanurda (2008) kemampuan berhitung [Online]. Diakses dari http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qu al=hi gh&fname=/jiunkpe/s1/eman/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-1403361-9052-hanurda- chapter2.pdf

Heruman, (2007). Model Pembelajaran Matematika. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Hudoyo, (1996)Pendekatan Realistik Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar siswa . Jurnal : Pendidikan Dasar, 2 (I). Hal 2-5

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung. PT Refika Aditama.

Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Propesi Guru. Jakarta. Rajawali Pers.

Maulida, N. (2010). Meningkatkan keterampilang menghitung bilangan pecahan melalui pendekatan kontekstua lpada siswa kelas IV SD Negeri Cangkirang Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali tahun 2009/2010, Jurnal: Elektronik : 55

Ningsih, S,L. (2014). Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Operasi Hitung Perkalian. (Skripsi). FIP. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Noviyanti, (2012). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Melalui Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery. Jurnal: primary, 4 (2).

Nyimas A. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas.


(6)

76

Gita Sintia Riani, 2015

PENERAPAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sekolah Dasar Negeri 3 Cikidang Kabupaten Bandung Barat. (Skripsi). FIP. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Raharjo, B. K. (2013). Model pembelajaran CTL (Contextual Teaching And

Learning). [Online]. Diakses dari

http://Kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/19/model-pembelajaran-ctl-contextual-teaching-and-learning

Rais, C. (2011). Operasi Hitung. [online] diakses dari http://Operasi/hitung/berbagi- ilmu.blogspot.com

Sanjaya, W. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana

Sulistiani, Y. (2014). Penerapan model Van Hielle untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis materi bangun ruang siswa kelas V SDN 6 Cibogo kab. Bandung Barat (Skripsi). FIP. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sukri, M. (2014).Penerapan Contextual Teaching Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Penjumlahan Dan Pengurangan Pecahan Di Kelas V Sdn Inpres Balaro Palu. Jurnal: Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 01 Nomor 02

Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta. Ar-rruz Media

Sutriani, dkk. (2014). Penerapan Metode Pemberian Tugas untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Pecahan di Kelas V SDN 2 Bukit Harapan. Jurnal: Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 1

Suwangsih, E. R. (2011). Meningkatkan hasil belajar penjumlahan dan pengurangan pecahan melalui pemanfaatan alat perga blok pecahan.Skripsi Pada FIP: Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung Walle John. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan

Pengajaran. Jakarta. Erlangga.

Widoyoko, P.E. (2009) Evaluasi Program Pembelajaran Panduan PraktisBagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Yusdi, M. (2011). Pengertian Kemampuan [online] diakses dari http://pengertiankemempuan_Milma nyusdi,sap.html


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ZAT DAN WUJUDNYA TERINTEGRASI NILAI KEAGAMAAN (Eksperimen di MTs Al-Khairiyah,Citeureup-Bogor)

1 33 61

Pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) pada mata pelajaran pendidikan agama islam terhadap kreativitas siswa

2 5 136

Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Energi dan Usaha

0 5 223

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

“Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika di Kelas IV MIN Parung

0 7 169

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dengan Pemanfaatan Gelas Plastik Bekas Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Pemahaman Konsep Penjumlahan Dan Pengurangan Pada Aljab

0 3 16

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA.

0 1 25

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA TENTANG MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL).

0 0 23

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI.

0 0 1