PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 4 BANDUNG : Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Hakekat Geografi.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 4 BANDUNG

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Hakekat Geografi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh Anita Novianti

0906009

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND

SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

PESERTA DIDIK KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 4 BANDUNG (Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Hakekat Geografi)

Oleh Anita Novianti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Anita Novianti

Universitas Pendidikan Indonesia 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

No. Daftar FPIPS : 1814 / UN.40.2.4 / PL / 2013

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 4 BANDUNG

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Hakekat Geografi)

ANITA NOVIANTI NIM : 0906009

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd 19620304 198704 2 001

Pembimbing II,

Dr. H. Mamat Ruhimat, M.Pd 19610501 198601 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd 19620304 198704 2 001


(4)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 4 BANDUNG

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Hakekat Geografi)

Oleh:

Anita Novianti (0906009) Pembimbing:

Dr. Hj. Epon Ningrum, M. Pd Dr. H. Mamat Ruhimat, M.Pd

ABSTRAK

Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik pada indikator translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi melalui penerapan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) serta untuk mengidentifikasi kendala penerapan model pembelajaran SSCS. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan melibatkan peserta didik kelas X IPS 1 SMA Negeri 4 Bandung yang berjumlah 30 orang peserta didik terdiri atas 12 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Analisis data yang didapat dari lembar observasi, tes, dan lembar kerja peserta didik (LKS) menggunakan rata-rata dan persentase (untuk data kuantitatif) dan merefleksi setiap pelaksanaan tindakan (untuk data kualitatif). Hasil penelitian menunjukkan: (1) Penerapan model pembelajaran SSCS dapat meningkatkan proses pembelajaran sehingga mendukung efektivitas pembelajaran yang mencerminkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari tindakan pertama, kedua, dan ketiga mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik. (2) Pemahaman konsep pada peserta didik mengalami peningkatan. Hal itu ditunjukan dengan perolehan rata-rata nilai pemahaman konsep pada setiap indikatornya yang terus meningkat pada setiap tindakan. Pada tindakan pertama, rata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep peserta didik pada indikator translasi adalah 40,2, pada indikator interpretasi adalah 35,3, dan pada indikator ekstrapolasi adalah 38,4. Kemudian di tindakan kedua, pada indikator translasi adalah 49,3, pada indikator interpretasi adalah 48, dan pada indikator ekstrapolasi adalah 51,8, dan di tindakan ketiga, pada indikator translasi adalah 58,7, pada indikator interpretasi adalah 53,3, dan pada indikator ekstrapolasi adalah 57. (3) Kendala penerapan model pembelajaran SSCS, antara lain alokasi waktu yang dibutuhkan dalam penerapan model pembelajaran SSCS relatif lama, guru belum terbiasa dalam menerapkan model pembelajaran SSCS, dan peserta didik mengalami kesulitan dalam membuat pertanyaan-pertanyaan pada fase search yang disebabkan oleh kurang terbiasanya dalam mengungkapkan masalah dalam bentuk pertanyaan secara tertulis dengan bahasa sendiri.


(5)

IMPLEMENTATION OF SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) LEARNING MODEL TO INCREASE THE CONCEPT COMPREHENSION OF STUDENTS IN CLASS X IPS 1 SMA NEGERI 4

BANDUNG

(Classroom Action Research On Geography Lesson Subject Of Hakekat Geography) By:

Anita Novianti (0906009) Lecturer:

Dr. Hj. Epon Ningrum, M. Pd Dr. H. Mamat Ruhimat, M.Pd

ABSTRACT

This research intended to increase the concepts comprehension of the student, includes translation, interpretation, and extrapolation by the Search, Solve, Create,

and Share (SSCS) learning model’s application, and to identify constraints in the

implementation of the SSCS learning model. The method used is the Classroom Action Research with apply students of class X IPS 1 SMA Negeri 4 Bandung with a total of 30 students consisting of 12 men and 18 women. Analysis of data obtained from the observation sheet, test, and worksheet students (LKS) use a average and percentage (for quantitative data) and reflect any implementation measures (for qualitative data). The results of reseacrh showed: (1) with the application of the SSCS learning model can increase learning process so that to support the effectiveness of learning process from the first action, second, and third are experiencing the better learning. (2) The concepts comprehension of the student has increased. It is indicated with value of the concepts comprehension on each indicators that increase in every actionon sub chapter Hakekat Geografi. In the first act, value of concepts comprehension on translation aspect is 40,2, on interpretation aspect is 35,3, and on extrapolation aspect is 38,4. In the second act, value of concepts comprehension on translation aspect is 49,3, on interpretation aspect is 48, and on extrapolation aspect is 51,8, and in the third act, value of concepts comprehension on translation aspect is 58,7, on interpretation aspect is 53,3, and on extrapolation aspect is 57. (3) Constraints of SSCS learning model’s application needed long time allocation, the teacher doesn’t got into the way of

SSCS learning model’s application, and students a hard time to make questions on

search phase because they don’t got into the way to disclose a problem in question

with native language.


(6)

DAFTAR ISI LEMBAR HAK CIPTA

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ... 9

1.5 Penjelasan Istilah ... 10

1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Pembelajaran ... 13

2.2 Teori Belajar Kognitif ... 19

2.3 Pemahaman Konsep ... 24

2.4 Model Pembelajaran SSCS ... 31

2.5 Pemahaman Mata Pelajaran Geografi ... 38

2.6 Penelitian Tindakan Kelas ... 42

2.7 Hipotesis Tindakan ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53

3.1 Lokasi Penelitian ... 53

3.2 Faktor-faktor yang diteliti/ Aspek yang dikaji ... 53

3.3 Metode Penelitian ... 53

3.4 Desain Penelitian ... 54

3.5 Prosedur Penelitian ... 57

3.6 Penjelasan Istilah ... 62

3.7 Instrumen Penelitian ... 63

3.8 Teknik Pangumpulan Data ... 69

3.9 Analisis Data ... 70


(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 74

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 74

4.1.1 Kondisi Pembelajaran Sebelum Tindakan ... 74

a. Proses Pembelajaran... 74

b. Hasil Belajar ... 79

4.1.2 Kondisi Pembelajaran Setelah Tindakan ... 81

a. Tindakan Pertama... 81

b. Tindakan Kedua ... 95

c. Tindakan Ketiga ... 108

4.1.3 Peningkatan Setiap Tindakan ... 119

a. Proses Pembelajaran... 119

b. Pemahaman Konsep ... 124

4.1.4 Kendala Proses Pembelajaran ... 129

4.2 Pembahasan... 129

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 133

5.1 Kesimpulan ... 133

5.2 Saran ... 134

DAFTAR PUSTAKA ... x

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... xiv


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hierarki Ranah Kognitif Menurut Revisi Taksonomi Bloom ... 21

Tabel 2.2 Peranan Guru Pada Model Pembelajaran SSCS ... 35

Tabel 2.3 Peranan Peserta didik dalam Model Pembelajaran SSCS ... 36

Tabel 2.4 Keuntungan Model Pembelajaran SSCS... 37

Tabel 3.1 Uji Coba Instrumen Tes ... 65

Tabel 3.2 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ... 67

Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda... 68

Tabel 3.4 Klasifikasi Koefesien Reliabilitas ... 69

Tabel 3.5 Kriteria Skor Tes Jawaban Benar... 71

Tabel 3.6 Rublik Penilaian Lembar Kerja Peserta didik ... 72

Tabel 3.7 Indikator Keberhasilan Peserta Didik ... 73

Tabel 4.1 Aktivitas Guru Sebelum Tindakan ... 76

Tabel 4.2 Aktivitas Peserta didik Sebelum Tindakan ... 77

Tabel 4.3 Hasil Belajar Sebelum Tindakan... 79

Tabel 4.4 Aktivitas Guru Tindakan Pertama ... 82

Tabel 4.5 Aktivitas Peserta didik Tindakan Pertama ... 83

Tabel 4.6 Pemahaman Konsep Tindakan Pertama ... 90

Tabel 4.7 Aktivitas Guru Tindakan Kedua ... 97

Tabel 4.8 Aktivitas Peserta didik Tindakan Kedua ... 99

Tabel 4.9 Pemahaman Konsep Tindakan Kedua ... 105

Tabel 4.10 Aktivitas Guru Tindakan Ketiga ... 109

Tabel 4.11 Aktivitas Peserta didik Tindakan Ketiga ... 112

Tabel 4.12 Pemahaman Konsep Tindakan Ketiga ... 118

Tabel 4.13 Peningkatan Aktivitas Guru ... 121

Tabel 4.14 Peningkatan Aktivitas Peserta didik ... 122

Tabel 4.15 Peningkatan Rata-rata Pemahaman Konsep ... 124


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Fase Model Pembelajaran SSCS ... 34

Gambar 2.2 Skema Konsep Penelitian ... 41

Gambar 2.3 Model Penelitian Tindakan Kelas John Elliot 1 ... 47

Gambar 2.4 Model Penelitian Tindakan Kelas John Elliot 2 ... 48

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas John Elliot ... 55

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Proses Pembelajaran ... 123

Gambar 4.2 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep ... 125


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kompetensi atau berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan. Upaya untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran selalu dilakukan tanpa henti.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan guna mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Dua konsep tersebut menjadi terpadu manakala terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik pada saat pembelajaran itu berlangsung. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Sudjana (2010) bahwa “interaksi guru – peserta didik sebagai makna utama proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif”. Sehingga, guru dan peserta didik adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran terdapat komponen-komponen yang saling berpengaruh dan mempengaruhi satu sama lain. “Sebagai suatu sistem, tentu saja kegiatan pembelajaran mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi” (Djamarah dan Zain, 2006). Kelemahan yang ada pada satu komponen dapat melemahkan komponen lainnya. “Dalam kegiatan belajar mengajar melibatkan semua komponen pembelajaran, kegiatan belajar akan menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan” (Djamarah dan Zain, 2006). Semua komponen diupayakan secara maksimal agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Proses pembelajaran di sekolah saat ini dapat dikatakan masih lemah, karena belum ditetapkannya standar yang menjadi pedoman rujukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran itu berlangsung. Dewasa ini, proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dilaksanakan tergantung dengan kemampuan dan


(11)

2

selera guru. Tidak ada standar yang jelas dan tegas yang wajib dipedomani oleh semua guru di sekolah secara nasional, sehingga hasil dari proses pembelajaran tersebut tidak efisien, tidak efektif, dan tidak produktif. Selain itu, menurut Sanjaya (2008),

Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan pemahaman. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi, otak peserta didik dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Alhasil, peserta didik hanya pintar secara teoritis tetapi kurang dalam mengaplikasikan teori yang didapatnya tersebut dalam memecahkan masalah yang mereka temukan.

Guru memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan suasana belajar yang dapat menarik perhatian peserta didik. Sehingga peserta didik dapat mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam pembelajaran. Selain itu, guru juga berperan sebagai model bagi peserta didik, dimana wawasan dan pengetahuan guru akan mengantarkan peserta didik untuk dapat berpikir secara kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya, sehingga peserta didik dapat memahami isi dari materi pelajaran dengan baik.

Berdasarkan hasil pengamatan kelas yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 4 Bandung tanggal 14 September 2012 di kelas X-1 pada pembelajaran geografi materi Hakekat Geografi sub materi Prinsip-prinsip geografi, diperoleh fakta sebagai berikut; pada kegiatan awal, setelah guru mengecek kehadiran peserta didik, guru tidak memberitahu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran, akan tetapi langsung membahas materi pelajaran. Selain itu, pada saat kegiatan inti berlangsung, setelah guru menjelaskan materi pelajaran, guru membagi peserta didik menjadi sepuluh kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan empat orang. Setelah itu, guru membagikan Lembar Kerja Peserta didik (LKS) kepada masing-masing kelompok. Kemudian peserta didik mengerjakan LKS yang telah dibagikan hingga selesai jam pelajaran. Pengerjaan LKS dilanjutkan di rumah dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Pada kegiatan akhir, guru menutup pelajaran.


(12)

3

Pada saat menerangkan materi pelajaran, guru menggunakan papan tulis sebagai media belajar, walaupun didalam kelas sudah tersedia laptop, dan infocus/proyektor. Selain itu, diketahui bahwa tidak semua peserta didik memiliki buku pelajaran sebagai sumber belajar mereka. Kondisi kelas saat guru menerangkan materi pelajaran terlihat jarang peserta didik yang mengajukan pertanyaan mengenai materi yang disampaikan oleh guru, begitupun ketika guru mengajukan pertanyaan, peserta didik cenderung serentak dalam menjawab dan itu pun hanya beberapa peserta didik, terlihat pula beberapa peserta didik yang membuka handphone, dan berbicara atau ngobrol dengan teman sebangku. Begitupun saat mengerjakan Lembar kerja Siswa (LKS) yang hanya didominasi oleh beberapa anggota kelompok saja, anggota lainnya hanya melihat anggota yang lain mengerjakan. Sampai dengan jam pelajaran selesai, tidak terlihat proses peserta didik mengkomunikasikan atau mempresentasikan hasil kerja kelompok. Pengerjaan LKS dilanjutkan di rumah dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Sebelum membubarkan peserta didik, guru memberikan tes evaluasi dengan soal berbentuk pilihan ganda berjumlah lima soal guna menilai kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran.

Selain melakukan pengamatan kelas, pada hari dan tanggal yang sama, peneliti melakukan juga kegiatan wawancara kepada guru dan peserta didik setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pada saat wawancara dengan guru, penulis mendapatkan keterangan bahwa guru merasa model pembelajaran yang diterapkan masih kurang efektif, masih banyak peserta didik yang sibuk dengan kegiatannya sendiri dan kurang memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru, alokasi yang dimiliki untuk pelajaran geografi pun dinilai guru masih kurang, yaitu 2 x 45 menit dalam satu kali pertemuan selama seminggu, padahal materi yang harus disampaikan sangat banyak . Hal yang sama dikemukakan oleh peserta didik pada saat wawancara, mereka berpendapat bahwa materi pelajaran geografi itu terlalu banyak dan mereka merasa kesulitan dalam menghafal semua materi yang diajarkan bahkan mengenai konsep-konsep dalam pelajaran geografi. Seperti yang dikemukakan oleh Sudaryono (2007), bahwa:


(13)

4

Pemahaman terhadap geografi itu sering terganggu karena kurangnya penjabaran terhadap konsep-konsep dalam kajian geografi. Melalui penjabaran secara kontekstual dan operasional terhadap setiap konsep yang dikemukakan, maka pemahaman tentang geografi dapat dicapai seperti yang diharapkan.

Hal-hal diatas mengugkapkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran geografi dinilai masih kurang efektif, memiliki kecenderungan pada metode tertentu, dan kadang-kadang tidak memperhatikan tingkat kemampuan peserta didik dalam memahami informasi yang disampaikan. Selain itu, peserta didik kurang aktif dalam proses belajar, peserta didik lebih banyak mendengar dan menulis, menyebabkan isi pelajaran sebagai hafalan sehingga peserta didik tidak memahami konsep yang sebenarnya, pembelajaran lebih berpusat pada guru sehingga peserta didik kurang kreatif, materi serta sumber belajar yang digunakan masih kurang, serta penggunaan media pembelajaran yang kurang optimal.

Selain itu, berdasarkan pengalaman mengajar guru mata pelajaran geografi, guru menilai bahwa materi Hakekat Geografi merupakan materi yang dianggap paling sulit oleh peserta didik dalam mempelajari pelajaran geografi. Hal itu karena melihat perolehan nilai peserta didik dalam ulangan harian materi Hakekat Geografi yang mendapat nilai rata-rata dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan secara keseluruhan tidak ada satu orang pun peserta didik yang mendapat nilai diatas KKM. Pernyataan guru tersebut didukung dengan data sekunder yang dimiliki guru mengenai nilai ulangan harian peserta didik, baik pada tahun ajaran 2011-2012 maupun pada tahun ajaran 2012-2013. Pada hasil yang diperoleh oleh peserta didik pada ulangan harian mata pelajaran geografi materi Hakekat Geografi, dapat terjelaskan bahwa pada tahun pelajaran 2011-2012 dengan KKM 70, didapat nilai dengan rata-rata 45,97 dan pada tahun pelajaran 2012 -2013 dengan KKM 75, didapat nilai dengan rata-rata 49,78. Hal demikian mengungkapkan bahwa perolehan nilai peserta didik masih jauh dibawah KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah. Perolehan nilai ulangan geografi yang masih di bawah KKM dan masih adanya peserta didik yang mendapatkan nilai dibawah KKM menunjukkan bahwa peserta didik kurang paham tentang materi pelajaran. Hasil pengamatan data sekunder tersebut


(14)

5

menunjukkan bahwa peserta didik masih kesulitan dalam memahami konsep geografi sehingga berpengaruh pada hasil belajar yang dicapainya.

Materi Hakekat Geografi merupakan materi yang diberikan pada awal pelajaran geografi di SMA dan merupakan dasar dalam memahami ilmu geografi yang berisi pengertian geografi, konsep-konsep geografi, pendekatan geografi, aspek-aspek geografi, prinsip-prinsip geografi dan manfaat ilmu geografi. Seperti yang dikemukakan oleh Waluya (2009), bahwa “dengan mempelajari tentang hakekat geografi sebagai disiplin ilmu dan manfaatnya bagi kehidupan manusia di permukaan bumi, diharapkan peserta didik memahami berbagai konsep, pendekatan, dan prinsip yang digunakan dalam ilmu geografi, serta ruang lingkup yang menjadi kajiannya”.

Selain itu, materi Hakekat Geografi merupakan materi yang dapat mengarahkan peserta didik untuk lebih memahami gejala-gejala yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dalam pembelajaran geografi yang dilihat dari aspek keterampilan yaitu mengembangkan keterampilan mengumpulkan, mencatat data dan informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek keruangan serta mampu mengembangkan keterampilan analisis, sintesis dan kecenderungan dan hasil-hasil interaksi berbagai gejala geografis (Depdiknas: 2004). Sejalan dengan itu, Sudaryono (2007) mengemukakan,

Tujuan pengajaran geografi adalah mengembangkan kemampuan berpikir geografis, untuk dapat melihat dan memahami interaksi dan interrelasi keruangan dari gejala-gejala fisikal maupun sosial, serta memiliki pengetahuan dan keterampilan teknologi di bidang geografi, untuk diterapkan dalam kegiatan produksi dan pelayanan kepada masyarakat. Tujuan tersebut tentu tidak akan pernah tercapai tanpa adanya pemahaman terhadap geografi secara benar.

Maka dari itu, keterampilan dalam memahami konsep materi pelajaran geografi perlu diterapkan dalam pembelajaran geografi agar peserta didik cepat tanggap dan dapat memecahkan masalah dalam pembelajaran.

Kemampuan memahami konsep materi pelajaran diperlukan karena kemampuan tersebut dapat memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja sehingga mendapat pemecahan masalah yang akurat. Orang yang dapat


(15)

6

memahami suatu konsep dengan baik mampu memberikan argumen yang logis berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan yang dihadapinya dalam kehidupan di lingkungan sekolah, masyarakat maupun negara.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, mulai dari pengamatan kelas, hasil wawancara guru dan peserta didik serta data sekunder nilai ulangan harian mata pelajaran geografi pada materi Hakekat Geografi didapat hasil bahwa dalam proses pembelajaran di kelas, mata pelajaran geografi dianggap sebagai mata pelajaran yang mengandung banyak istilah-istilah yang sulit dihapal oleh peserta didik, model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar kurang mengedepankan kemampuan peserta didik dalam memahami konsep yang ada pada pelajaran geografi, pencapaian hasil belajar peserta didik pada ulangan harian menunjukkan tingkat pemahaman peserta didik yang rendah terhadap materi pelajaran.

Kondisi seperti diatas tidak dapat dibiarkan secara terus menerus, untuk itu diperlukan upaya yang harus dilakukan agar pembelajaran lebih mengutamakan kemampuan peserta didik dalam memahami konsep geografi, bukan hanya menghafal materi pelajaran seperti yang dikemukakan oleh peserta didik. Hal ini menunjukkan perlu adanya usaha guru untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran geografi. Salah satunya dengan memilih model pembelajaran yang bisa mengatasi permasalahan peserta didik yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran yang benar-benar menekankan pada aspek pemahaman konsep sehingga peserta didik dapat memahami materi pelajaran dengan baik. Dalam upaya memahami konsep tersebut diharapkan peserta didik sendirilah yang dengan aktif membentuknya bukan hasil dari meniru atau menghapal apa yang dijelaskan oleh guru. Peserta didik memperoleh pengetahuan berupa pemahaman konsep melalui pengenalan konsep pada benda atau fenomena yang konkrit dan pengalaman mereka sendiri yang dapat berupa kegiatan mengenali, mengeksplorasi, dan kemudian mengaplikasikan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.


(16)

7

Perubahan dalam proses pembelajaran geografi perlu dilakukan, hal ini karena melihat dalam dua tahun pelajaran secara berturut-turut, khususnya pelajaran geografi di SMA Negeri 4 Bandung, yakni tahun ajaran 2011-2012 dan 2012-2013 pada materi Hakekat Geografi memperlihatkan hasil belajar peserta didik yang kurang memuaskan. Sehingga, agar hal tersebut tidak terulang kembali pada tahun ini, yaitu pada tahun ajaran 2013-2014 diperlukan adanya solusi yang tepat untuk memperbaiki proses pembelajaran geografi agar peserta didik kelas X mampu memahami konsep geografi dengan baik dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Misalnya, dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap konsep ilmu geografi.

Model pembelajaran yang memiliki kriteria seperti yang dikemukakan diatas adalah model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS). Oleh karena itu, pada penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share

(SSCS). Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) adalah

model pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem solving (Ramson: 2010). Model ini didesain untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu. Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) melibatkan peserta didik dalam menyelidiki sesuatu, membangkitkan minat bertanya serta memecahkan masalah nyata. Pizzini (Ramson, 2010) menjelaskan bahwa “terdapat empat tahapan dalam model ini, yaitu tahapan Search, tahapan Solve, tahapan Create, dan tahapan Share”.

Pada tahap search peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan tentang topik yang mereka sukai untuk diselidiki. Selanjutnya pada tahap solve peserta didik membuat desain untuk rancangan yang akan digunakan untuk penyelidikan tersebut. Setelah melakukan penyelidikan, peserta didik melakukan analisa dan menginterpretasikan data yang diperolehnya. Peserta didik selanjutnya menentukan cara yang akan digunakan untuk mengkomunikasikan temuannya, dan tahap ini merupakan tahap create. Tahap terakhir dalam model


(17)

8

pembelajaran SSCS adalah share. Pada tahap ini peserta didik membagi atau memberikan hasil dan evaluasi dari penyelidikan yang dilakukannya.

Model pembelajaran SSCS ini sudah dikaji oleh Ramson (2010), dalam skripsinya yang berjudul “Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir

Kritis Peserta didik SMP Pada Topik Cahaya”, yang menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran SSCS berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis peserta didik dari pada pembelajaran secara konvensional. Selain itu, Rifani (2013) juga mengkaji dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle dan Model

Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) terhadap Pemahaman Konsep Pada Pembelajaran Geografi di SMA (Studi Eksperimen Kelas XI di SMAN 1 Cihaurbeuti, Ciamis)” mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik dan meningkatkan efektifitas aktifitas peserta didik dalam pembelajaran yang tercermin dalam pertemuan kesatu, kedua, dan ketiga yang mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik.

Salah satu penelitian yang dapat memberikan perbaikan pada proses belajar mengajar adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menerapkan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif sehingga mendorong untuk dilakukannya perbaikan, tindakan perbaikan yang tepat dan didukung melalui suatu model yang dapat mendukung upaya peningkatan pemahaman konsep pada peserta didik.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini mengangkat judul “Penerapan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta didik

Kelas X IPS 1 SMA Negeri 4 Bandung (Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Hakekat Geografi)”


(18)

9

Rumusan masalah diatas dapat dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share

(SSCS) pada proses pembelajaran geografi di kelas X IPS 1?

2. Apakah penggunaan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share

(SSCS) dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik kelas X IPS 1

pada indikator translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi?

3. Apa saja kendala penerapan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and

Share (SSCS) pada proses pembelajaran geografi di kelas X IPS 1? 1.3Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui gambaran mengenai penerapan model pembelajaran Search, Solve,

Create, and Share (SSCS) untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik

pada proses pembelajaran geografi di kelas X IPS 1. Secara khusus, penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mendeskripsikan penerapan Model Pembelajaran Search, Solve,

Create, and Share (SSCS) pada proses pembelajaran geografi di kelas X IPS 1. 2. Untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik kelas X IPS 1 pada indikator translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi dengan menggunakan Model Pembelajaran Search, Solve,Create, and Share (SSCS).

3. Untuk mengidentifikasi kendala yang ditemukan dalam penerapan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) pada proses pembelajaran geografi di kelas X IPS 1.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dan sebagai sumbangan pemikiran terhadap berbagai pihak, baik secara teoritis maupun praktis, yakni:


(19)

10

Dengan diterapkannya model pembelajaran Search, Solve, Create, and

Share (SSCS) dapat membantu guru menghasilkan pengetahuan yang shahih

dan relevan bagi kelas mereka dan untuk memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Peserta Didik

1. Memberikan pengalaman belajar yang secara langsung dirasakan saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Search, Solve,Create, and Share (SSCS).

2. Meningkatnya kemampuan peserta didik dalam translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi konsep dalam pembelajaran geografi. 3. Mengembangkan pola berfikirnya dalam pembelajaran geografi. 4. Meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran geografi.

b. Bagi Guru atau Pendidik, dapat memberikan inovasi baru kepada guru dan pendidik lainnya dalam model pengajaran yang nantinya akan digunakan saat kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran berhasil dan lebih efektif.

c. Bagi sekolah, diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran dan memberikan kontribusi terhadap pencapaian Standar Kelulusan sehingga dapat meningkatkan prestasi sekolah.

d. Bagi guru lain, termotivasi untuk melakukan peningkatan kualitas belajar peserta didik melalui tindakan kelas.

e. Bagi peneliti, yaitu sebagai calon pendidik dapat memperoleh pengalaman baru dalam proses perbaikan pembelajaran, khususnya dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep peserta didik.

1.5Penjelasan Istilah


(20)

11

Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) adalah model pembelajaran yang memakai pendekatan Problem Solving, didesain untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu. Model pembelajaran SSCS melibatkan peserta didik dalam menyelidiki sesuatu, membangkitkan minat bertanya, mengungkapkan argumen atau jawaban sementara, serta memecahkan masalah-masalah yang nyata. Penggunaan model pembelajaran SSCS ini terdiri dari empat fase, yakni fase Search, fase Solve, fase Create, dan fase Share.

1.5.2 Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam memahami konsep-konsep baik dalam translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi konsep.

Setelah mengamati penjelasan diatas mengenai model pembelajaran Search,

Solve, Create, and Share (SSCS) dan Pemahaman Konsep beserta

indikator-indikatornya, peneliti akan mencoba menerapkan model pembelajaran tersebut pada topik Hakekat Geografi di kelas X IPS 1, untuk mengetahui pemahaman konsep pada peserta didik. Masing-masing indikator yang dicapai oleh peserta didik untuk peningkatan kemampuan pemahaman peserta didik dalam memahami suatu konsep ilmu dapat dilihat dari jawaban peserta didik pada tugas kelompok dan tes yang diberikan di akhir pembelajaran.

1.6Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi, yakni dari bab 1 sampai dengan lampiran. Struktur organisasi dalam skripsi ini, antara lain:

BAB I Pendahuluan

Menguraikan latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penjelasan istilah.


(21)

12

Menguraikan berbagai kajian teori yang terkait dengan permasalahan yang diambil, meliputi model pembelajaran Search, Solve, Create,

and Share (SSCS) dan pemahaman konsep serta hipotesis tindakan.

BAB III Metode Penelitian

Menjelaskan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan ataupun proses yang ditempuh dalam penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, bab ini meliputi beberapa penjelasan mengenai setting penelitian, faktor-faktor yang diteliti/ aspek yang dikaji, metode penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, penjelasan istilah, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan indikator keberhasilan.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Membahas pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pernyataan penelitian, tujuan penelitian, dan pembahasan dan atau analisis temuan.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian dan saran yang diberikan dari hasil penelitian.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1Setting Penelitian

Setting penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Bandung pada kelas X (sepuluh) semester 1 (ganjil) tahun pelajaran 2013-2014. SMA Negeri 4 Bandung berada di jalan Gardujati No. 20 kota Bandung. Peserta didik yang dijadikan subjek penelitian adalah peserta didik kelas X IPS 1 dengan jumlah peserta didik 30 orang, peserta didik laki-laki berjumlah 12 orang dan peserta didik perempuan berjumlah 18 orang.

3.2Faktor-faktor yang diteliti/ Aspek yang dikaji

Adapun faktor-faktor yang diteliti/aspek yang dikaji pada penelitian ini yaitu pemahaman konsep peserta didik yang meliputi indikator translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi serta penggunaan model pembelajaran Search, Solve, Create, and

Share (SSCS) oleh guru pada sub materi pokok Hakekat Geografi. 3.3Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). PTK adalah suatu penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas, dengan cara melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

Pendapat lain dikemukakan oleh Kurt Lewin dalam Kunandar (2012) bahwa “penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun menurut Kemmis dan Mc. Taggart dalam Kunandar (2012), yaitu

Penelitian tindakan adalah suatu bentuk self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh para partisipan didalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi dimana praktik itu dilaksanakan.


(23)

54

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pengamatan yang dilakukan didalam kelas dari tahap perencanaan setelah ditemukan masalah, kemudian pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Penelitian menggunakan PTK karena terdapat masalah yang benar-benar terjadi pada proses pembelajaran geografi di kelas.

Dengan penelitian tindakan kelas ini, terdapat cara atau prosedur baru dalam memperbaiki dan meningkatkan profesionalitas guru dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dilakukan dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil yang dicapai peserta didik. Penelitian Tindakan kelas merupakan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara langsung dalam pembelajaran di kelas (Ningrum, 2009).

Sehingga diharapkan dengan dilakukannya PTK ini dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran geografi.

3.4Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan berbentuk siklus yang mengacu pada model yang dikembangkan oleh John Elliot. Berikut adalah model PTK dari John Elliot yang tersaji pada gambar 3.1. “Desain PTK John Elliot dilaksanakan dalam satu siklus yang terdiri dari beberapa tindakan, yaitu tindakan satu, tindakan dua, dan

tindakan tiga” (Kusumah dan Dwitagama, 2010). Pemilihan model PTK John

Elliot dengan satu siklus yang terdiri dari tiga tindakan didasarkan pada pemikiran bahwa didalam mata pelajaran terdiri dari beberapa pokok bahasan dan setiap pokok bahasan terdiri dari beberapa materi yang tidak dapat diselesaikan dalam satu kali tindakan. Pelaksanaan satu tindakan merupakan satu kali pertemuan. Dalam setiap tindakan terdiri atas tiga kegiatan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan dan observasi (action and observe), dan refleksi (reflection).


(24)

55

Model PTK yang diungkapkan John Elliot meliputi beberapa tahapan, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan Observasi, dan Refleksi. Adapun penjelasan terkait empat tahap tersebut:

Gambar 3.1

Model Penelitian Tindakan Kelas John Elliot

Temuan dan Analisis Perencanaan Umum Langkah Tindakan I Implementasi Langkah Tindakan I Monitoring Implementasi dan Efeknya Penjelasan kegagalan tentang Implementasi nya Revisi Perencanaan Umum Langkah Tindakan II Implementasi Langkah Tindakan II Monitoring Implementasi dan Efeknya Penjelasan kegagalan tentang Implementasi nya Revisi Perencanaan Umum Langkah Tindakan III Implementasi Langkah Tindakan III Monitoring Implementasi dan Efeknya Apabila permasalahan belum terselesaikan Dilanjut ke Siklus berikutnya


(25)

56

Sumber: Kusumah dan Dwitagama, 2010 a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun perencanaan tindakan berdasarkan identifikasi masalah pada observasi awal sebelum penelitian dilaksanakan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci seperti segala keperluan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana pembelajaran (RPP), metode dan strategi pembelajaran, pendekatan yang akan digunakan, subjek penelitian serta teknik dan instrumen observasi disesuaikan dengan rencana. b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumya. Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasil yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang terjadi di kelas.

c. Pengamatan (Observation)

Pada tahap observasi dilakukannya pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui ada-tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung.

d. Refleksi (Reflection)

Pada tahap ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan perbaikan terhadap rencana awal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan perlu dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara guru dan peserta didik, metode, media maupun evaluasi.


(26)

57

3.5Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan adalah melalui tiga tindakan dalam satu siklus. Adapun dalam setiap tindakan terdiri dari tiga kegiatan yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan dan observasi (action and observe), dan refleksi (reflection).

3.5.1 Tahap Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan, adapun yang harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan tindakan kelas adalah sebagai berikut :

a. Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berpedoman pada kurikulum yang berlaku,

b. Menyusun intrument tes, yaitu test berbentuk pilihan ganda dan menentukan kriteria penilaian terhadap nilai tes dan tugas kelompok sehingga diperoleh hasil belajar,

c. Menentukan objek yang diobservasikan, observasi akan dilakukan oleh observer secara langsung dan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran,

d. Mempersiapkan media pembelajaran dengan menggunakan slide

presentation. Isi dari tiap-tiap slide tersebut, antara lain Standar

Kompetensi, Kompetensi Inti, Indikator dan Tujuan Pembelajaran, Petunjuk Pembelajaran dengan menggunakan Model Search, Solve,

Create, and Share (SSCS), dan kesimpulan materi pembelajaran.

e. Mempersiapkan Lembar Kerja Peserta didik (LKS) yang akan digunakan oleh peserta didik dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti, f. Menentukan Observer,

g. Menentukan waktu pelaksanaan sesuai dengan program semester, h. Melakukan koordinasi dengan Observer,


(27)

58

Pelaksanan pembelajaran pada setiap tindakan merupakan implementasi dari tahap perencanaan atau dalam pengertian yang lebih sederhana melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada RPP. Pokok bahasan yang akan diberikan selama pelaksanaan adalah memahami konsep, pendekatan, prinsip, aspek, dan manfaat geografi. Pemilihan materi pembelajaran mengikuti program semester yang sudah ditentukan oleh sekolah tempat penelitian. Penjabaran mengenai langkah-langkah pada pelaksanaan setiap tindakan sebagai berikut :

a. Tindakan 1

Proses pembelajaran tindakan 1 membahas tentang pengertian geografi dan konsep-konsep geografi. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran tindakan 1 sebagai berikut :

1. Pada awal kegiatan, setelah guru mengabsen kehadiran peserta didik, guru memberi apersepsi dengan mengajukan pertanyaan mengenai pengertian geografi dan konsep-konsep geografi kepada peserta didik. Guru memberikan pertanyaan agar peserta didik tanggap mengenai pelajaran yang akan disampaikan.

2. Tahap selanjutnya guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi dilanjutkan dengan penyampaian petunjuk pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share

(SSCS).

3. Selanjutnya, guru membagi peserta didik kedalam 5 (lima) kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 (enam) anggota. Guru mengintruksikan agar peserta didik berada pada kelompok yang telah dibentuk. Peserta didik diberi permasalahan yang terdapat dalam Lembar Kerja Peserta didik (LKS), permasalahan yang terdapat dalam LKS berupa perintah-perintah agar peserta didik membuat pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang belum dipahaminya mengenai materi pengertian


(28)

59

geografi dan konsep-konsep geografi, kemudian peserta didik diarahkan agar membuat jawaban sementara dari pertanyaan tersebut.

4. Peserta didik berdiskusi bersama anggota kelompoknya untuk menyelesaikan LKS.

5. Peserta didik secara aktif mendiskusikan materi yang disajikan dalam LKS kemudian guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok.

6. Guru meluruskan dan menyimpulkan serta memberikan uraian singkat untuk memperjelas hasil presentasi peserta didik.

7. Guru dan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.

8. Pelaksanan observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran geografi lainnya atau orang lain secara objektif yang bertindak sebagi observer. Untuk keperluaan analisis, observer menggunakan lembar observasi dan catatan lapangan yang telah disediakan oleh peneliti guna memperoleh gambaran terhadap jalannya pelaksanaan disetiap tindakan.

9. Pelaksanaan tes, berupa pemberian soal evaluasi yang dilaksanakan diakhir kegiatan untuk mengukur kemampuan pemahaman peserta didik mengenai materi yang telah diberikan selama proses pembelajaran yaitu mengenai pengertian geografi dan konsep-konsep geografi.

b. Tindakan 2

Proses pembelajaran tindakan 2 membahas tentang pendekatan geografi dan aspek-aspek geografi. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran tindakan 2 adalah sebagai berikut :

1. Pada awal kegiatan, setelah guru mengabsen kehadiran peserta didik, guru memberi apersepsi dengan mengajukan pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan mengenai meteri yang akan dipelajari, yaitu tentang pendekatan geografi dan aspek-aspek geografi kepada peserta didik. Guru memberikan pertanyaan agar peserta didik tanggap mengenai pelajaran yang akan disampaikan.


(29)

60

2. Tahap selanjutnya guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi dilanjutkan dengan penyampaian petunjuk pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share

(SSCS).

3. Selanjutnya, guru menginstruksikan agar peserta didik kembali kepada kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya, yakni terdiri dari 5 (lima) kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 (enam) anggota. Peserta didik diberi permasalahan yang terdapat dalam Lembar Kerja Peserta didik (LKS), permasalahan yang terdapat dalam LKS berupa perintah-perintah agar peserta didik membuat pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang belum dipahaminya mengenai materi pendekatan geografi dan aspek-aspek geografi, kemudian peserta didik diarahkan agar membuat jawaban sementara dari pertanyaan tersebut.

4. Peserta didik berdiskusi bersama anggota kelompoknya untuk menyelesaikan LKS.

5. Peserta didik secara aktif mendiskusikan materi yang disajikan dalam LKS kemudian guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok.

6. Guru meluruskan dan menyimpulkan serta memberikan uraian singkat untuk memperjelas hasil presentasi peserta didik.

7. Guru dan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.

8. Pelaksanan observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran geografi lainnya atau orang lain secara objektif yang bertindak sebagi observer. Untuk keperluaan analisis, observer menggunakan lembar observasi dan catatan lapangan yang telah disediakan oleh peneliti guna memperoleh gambaran terhadap jalannya pelaksanaan disetiap tindakan.

9. Pelaksanaan tes, berupa pemberian soal evaluasi yang dilaksanakan diakhir kegiatan untuk mengukur kemampuan pemahaman peserta didik


(30)

61

mengenai materi yang telah diberikan selama proses pembelajaran yaitu mengenai pendekatan geografi dan aspek-aspek geografi.

c. Tindakan 3

Proses pembelajaran tindakan 3 membahas tentang prinsip-prinsip geografi. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran tindakan 3 sebagai berikut :

1. Pada awal kegiatan, setelah guru mengabsen kehadiran peserta didik, guru memberi apersepsi dengan mengajukan pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan mengenai meteri yang akan dipelajari, yaitu tentang prinsip-prinsip geografi dan manfaat ilmu geografi kepada peserta didik. Guru memberikan pertanyaan agar peserta didik tanggap mengenai pelajaran yang akan disampaikan.

2. Tahap selanjutnya guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi dilanjutkan dengan penyampaian petunjuk pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share

(SSCS).

3. Selanjutnya, guru menginstruksikan agar peserta didik kembali kepada kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya, yakni terdiri dari 5 (lima) kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 (enam) anggota. Peserta didik diberi permasalahan yang terdapat dalam Lembar Kerja Peserta didik (LKS), permasalahan yang terdapat dalam LKS berupa perintah-perintah agar peserta didik membuat pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang belum dipahaminya mengenai materi pengertian geografi dan konsep-konsep geografi, kemudian peserta didik diarahkan agar membuat jawaban sementara pertanyaan tersebut.

4. Peserta didik berdiskusi bersama anggota kelompoknya untuk menyelesaikan LKS.

5. Peserta didik secara aktif mendiskusikan materi yang disajikan dalam LKS kemudian guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok.


(31)

62

6. Guru meluruskan dan menyimpulkan serta memberikan uraian singkat untuk memperjelas hasil presentasi peserta didik.

7. Guru dan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.

8. Pelaksanan observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran geografi lainnya atau orang lain secara objektif yang bertindak sebagi observer. Untuk keperluaan analisis, observer menggunakan lembar observasi dan catatan lapangan yang telah disediakan oleh peneliti guna memperoleh gambaran terhadap jalannya pelaksanaan disetiap tindakan.

9. Pelaksanaan tes, berupa pemberian soal evaluasi yang dilaksanakan diakhir kegiatan untuk mengukur kemampuan pemahaman peserta didik mengenai materi yang telah diberikan selama proses pembelajaran yaitu mengenai prinsip-prinsip geografi dan manfaat ilmu .

3.5.3 Refleksi (Reflection)

Tahap refleksi (reflection) yaitu mengadakan evaluasi mengenai hasil analisi data terkait proses dan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Bersama guru mata pelajaran, peneliti menganalisis dan melakukan refleksi terhadap pelaksanaan dari setiap tindakan yang dilaksanakan, merancang ulang rencana pembelajaran untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya dalam bentuk perbaikan-perbaikan. Refleksi ini dilaksanakan setelah pelaksanaan masing-masing tindakan, refleksi tindakan satu untuk perbaikan pada pelaksanaan tindakan dua, dan refleksi tindakan dua untuk perbaikan pelaksanaan tindakan tiga.

3.6Penjelasan Istilah

3.6.1 Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS)

Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) adalah model pembelajaran yang memakai pendekatan Problem Solving, didesain untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu. Model pembelajaran SSCS melibatkan peserta didik dalam menyelidiki sesuatu, membangkitkan minat bertanya,


(32)

63

mengungkapkan argumen atau jawaban sementara, serta memecahkan masalah-masalah yang nyata. Penggunaan model pembelajaran Search, Solve,

Create, and Share (SSCS) ini terdiri dari empat fase, yakni fase Search, fase Solve, fase Create, dan fase Share.

3.6.2 Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep merupakan tingkat kemampuan peserta didik untuk menerangkan suatu objek atau subjek pembelajaran dengan kata-kata sendiri atau berbeda dengan yang terdapat dalam buku pelajaran juga kemampuan peserta didik untuk menginterpretasikan atau menarik kesimpulan dari suatu simbol, misalnya data atau tabel, grafik, dan lain sebagainya.

Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam memahami konsep-konsep baik dalam translasi, interpretasi, dan ektrapolasi konsep yang dilihat dari jawaban peserta didik dalam lembar kerja peserta didik dan tes yang diberikan setelah pembelajaran dilaksanakan.

Translasi adalah kemampuan peserta didik untuk menerjemahkan suatu hal dari bentuk abstrak ke bentuk konkrit atau suatu simbol kedalam bentuk lain, seperti gambar, tabel, grafik, dan lain sebagainya. Interpretasi adalah kemampuan peserta didik untuk memahami atau menafsirkan isi dari suatu bacaan dan yang terakhir adalah Ekstrapolasi, yakni kemapuan peserta didik untuk menyimpulkan suatu hal serta mengkomunikasikan kesimpulan yang telah dibuatnya.

3.7Instrumen Penelitian

Dalam memperoleh data penelitian maka peneliti mengunakan Lembar Observasi untuk mengamati aktivitas guru dan peserta didik serta suasana kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar Kerja Peserta didik (LKS) untuk mengukur kinerja peserta didik hasil dari kerjasama kelompok dan tes evaluasi untuk mengukur pemahaman peserta didik, terutama dalam aspek translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi. Berikut ini penjelasan masing-masing instrumen yang digunakan dalam penelitian ini:


(33)

64

3.7.1 Lembar Observasi

Lembar Observasi digunakan untuk merangkum aktifitas yang dilakukan oleh guru dan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Bentuk dari Lembar Observasi ini, yakni berupa tabel dengan poin-poin aktifitas guru dan peserta didik yang berpedoman pada RPP.

3.7.3 Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk menuliskan atau mencatat hal-hal yang tidak tersampaikan dalam lembar observasi.

3.7.4 Lembar Kerja Peserta didik (LKS)

LKS merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan dan cara berfikir peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan yang ada serta mengukur kinerja peserta didik dalam bekerjasama dengan kelompoknya. Selain itu, LKS ini berfungsi untuk mengukur aktivitas peserta didik selama pelaksanaan tindakan dan mengukur pemahaman konsep peserta didik dalam memahami materi pembelajaran secara berkelompok.

3.7.5 Tes

Tes adalah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan dan intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki individu. Pada penelitian ini tes akan dilakukan pada akhir kegiatan yang mana akan digunakan untuk mengevaluasi hasil pembelajaran peserta didik pada saat mengikuti pembelajaran di kelas, berupa pemahaman peserta didik dalam memahami konsep ilmu yang didapatnya dalam aspek translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian adalah berupa test dengan soal-soal yang berbentuk pilihan ganda dengan lima option yaitu (A, B, C, D, dan E) yang sebelumnya diujicobakan terlebih dahulu dan dianalisis agar diperoleh soal yang baik dan layak digunakan. Instrumen dalam penelitian ini untuk mengujikan pemahaman konsep geografi yang berbentuk instrumen tes , sehingga ada tahapan dalam pengujian instrumen.


(34)

65

Tahapan yang dilakukan seperti validitas soal, tingkat kesukaran soal, daya pembeda soal, dan reliabilitas soal sehingga kelayakan soal yang dijadikan instrumen dalam peneltian ini terjamin. Berikut ini penjelasan lebih rinci mengenai tahapan yang diigunakan dalam pengujian instrumen dan kesimpulan mengenai instrumen yang telah diuji:

Tabel 3.1

Uji Coba Instrumen Tes

Tindakan No. Soal

Validitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda

Status Soal

Reliabilitas Nilai Penjelasan Nilai Penjelasan Nilai Penjelasan Nilai Ket

Pertama

1 0,290 Invalid 0,917 Mudah 0,167 Jelek Diperbaiki

0,746 Sangat Tinggi

2 0,495 Valid 0,556 Sedang 0,444 Baik Diterima

3 0,092 Invalid 0,139 Sukar 0,167 Jelek Diperbaiki

4 0,310 Invalid 0,583 Sedang 0,278 Cukup Diperbaiki

5 0,203 Invalid 0,889 Mudah 0,222 Cukup Diperbaiki

6 0,339 Valid 0,861 Mudah 0,167 Jelek Diperbaiki

7 0,341 Valid 0,278 Sukar 0,333 Cukup Diterima

8 0,539 Valid 0,528 Sedang 0,500 Baik Diterima

9 0,431 Valid 0,306 Sedang 0,389 Cukup Diterima

10 0,523 Valid 0,361 Sedang 0,500 Baik Diterima

11 0,028 Invalid 0,667 Sedang 0,000 Jelek Diperbaiki

12 0,515 Valid 0,556 Sedang 0,444 Baik Diterima

13 0,350 Valid 0,583 Sedang 0,278 Cukup Diterima

14 0,364 Valid 0,806 Mudah 0,167 Jelek Diperbaiki

15 0,498 Valid 0,333 Sedang 0,556 Baik Diterima

Kedua

1 0,000 Invalid 0,000 Sukar 0,000 Jelek Diperbaiki

0,534 Cukup

2 -0,029 Invalid 0,289 Sedang -0,260 Jelek Diperbaiki

3 0,000 Invalid 0,000 Sukar 0,000 Jelek Diperbaiki

4 0,103 Invalid 0,289 Sedang 0,053 Jelek Diperbaiki

5 0,326 Valid 0,553 Sedang 0,368 Cukup Diperbaiki

6 0,610 Valid 0,158 Sukar 0,211 Cukup Diterima

7 0,378 Valid 0,474 Sedang 0,316 Cukup Diterima

8 0,425 Valid 0,263 Sukar 0,316 Cukup Diterima

9 0,288 Invalid 0,289 Sukar 0,368 Cukup Diperbaiki

10 0,472 Valid 0,132 Sukar 0,053 Jelek Diperbaiki

11 0,209 Invalid 0,289 Sukar 0,263 Cukup Diperbaiki

12 0,486 Valid 0,526 Sedang 0,421 Baik Diterima


(35)

66

14 0,566 Valid 0,447 Sedang 0,474 Baik Diterima

15 0,629 Valid 0,632 Sedang 0,421 Baik Diterima

Ketiga

1 0,153 Invalid 0,933 Mudah 0,000 Jelek Diperbaiki

0,037

Sangat Renda

h

2 0,441 Valid 0,933 Mudah 0,133 Jelek Diperbaiki

3 0,306 Invalid 0,967 Mudah 0,067 Jelek Diperbaiki

4 -0,056 Invalid 0,867 Mudah 0,000 Jelek Diperbaiki

5 0,227 Invalid 0,800 Mudah 0,133 Jelek Diperbaiki

6 0,481 Valid 0,833 Mudah 0,333 Cukup Diterima

7 0,402 Valid 0,700 Sedang 0,333 Cukup Diperbaiki

8 0,068 Invalid 0,300 Sedang 0,200 Jelek Diperbaiki

9 0,000 Invalid 1,000 Mudah 0,000 Jelek Diperbaiki

10 0,347 Invalid 0,800 Mudah 0,267 Cukup Diperbaiki

11 0,173 Invalid 0,967 Mudah 0,067 Jelek Diperbaiki

12 0,374 Valid 0,467 Sedang 0,267 Cukup Diterima

13 0,441 Valid 0,933 Mudah 0,133 Jelek Diperbaiki

14 0,436 Valid 0,867 Mudah 0,133 Jelek Diperbaiki

15 0,441 Valid 0,933 Mudah 0,133 Jelek Diperbaiki

Sumber: Hasil Penelitian, 2013

3.7.5.1 Validitas Soal

Validitas instrumen sangat mutlak dilakukan untuk suatu penelitian, menurut Silalahi (2009)

Validasi adalah sejauhmana dalam skor suatu instrumen (item-item dan kategori respon yang diberikan kepada suatu variabel khusus) mencerminkan kebenaran perbedaan antara individu-individu, kelompok-kelompok, atau situasi-situasi dalam karakteristik (variabel) yang diketemukan dalam ukuran.

Kemudian pengertian lebih sederhana dikemukakan oleh Arikunto (2007) bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau keshahihan suatu alat ukur”.

Validitas soal dalam penelitian ini menggunakan analisis butir r-biserial dengan rumus:

Keterangan :

rbis(i) = Koreasi biserial poin ke-i

xi = Rata-rata skor total responden yang menjawab benar

xt = Rata-rata skor total semua responden

pi = Proporsi jawaban benar


(36)

67

St = Standar deviasi skor total

(Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Geografi oleh Sri Hayati)

3.7.5.2 Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk mengetahui tingkatan soal yang ada dalam penelitian ini. Kategori soal terdiri dari tiga jenis, yaitu soal mudah, sedang, dan sukar. Menurut Arikunto (2007), “soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar”. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba karena diluar jangkauannya.

Dalam menentukan tingkat kesukaran masing-masing soal, peneliti menggunakan indeks kesukaran dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan betul

JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes

(Arikunto, 2007) Tabel 3.2

Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal Klasifikasi Indeks Kesukaran

Harga Koefesien Kriteria

0,00 < P ≤ 0,30 Sukar

0,30 < P ≤ 0,70 Sedang

0,70 < P ≤ 1,00 Mudah

Sumber: Arikunto, 2007 3.7.5.3 Menghitung Daya Pembeda Soal

Daya Pembeda ini diujikan dengan maksud untuk mengetahui apakah soal yang diajukan dalam penelitian ini mampu membedakan antara peserta didik yang pintar dengan peserta didik yang tidak pintar. Ketika


(37)

68

sebuah soal yang tidak mampu dijawab oleh peserta didik yang pintar namun dapat dijawab oleh peserta didik yang tidak pintar, maka akan dipertanyakan kualitas butir soal tersebut.

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi yang disingkat D. Dalam menghitung Daya Pembeda Soal, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

D = Daya pembeda butir

BA = Banyaknya subjek kelompok atas yang menjawab soal dengan

betul

JA = Banyaknya subjek kelompok atas

BB = Banyaknya subjek kelompok bawah yang menjawab soal dengan

betul

JB = Banyaknya subjek kelompok bawah

(Arikunto, 2007) Tabel 3.3

Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Harga Koefesien Kriteria

0,00 - 0,20 Jelek 0,21 - 0,40 Cukup

0,41 - 0,70 Baik

0,71 - 1,00 Baik Sekali Sumber: Arikunto, 2007

3.7.5.4 Reliabilitas Soal

Reliabilitas adalah pengukuran statistik untuk mengetahui sejauh mana keajegan suatu instrumen penelitian, hal ini digunakan untuk mengetahui kemungkinan resiko error dalam pengambilan data peneltian. Menurut Silalahi (2009), bahwa

“Keandalan suatu alat ukur berarti mempelajari korespodensi atas hasil dari suatu alat ukur jika dilakukan pengukuran ulang dengan menggunakan alat ukur yang sama untuk mengukur gejala yang sama pada responden yang sama”.


(38)

69

Sehingga dapat disimpulkan bahwa reliabilitas digunakan untuk melihat keajegan suatu instrumen agar dapat digunakan. Untuk memperoleh indeks reabilitas soal dapat dicari dengan menggunkan rumus

Product Moment, sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

X = Skor butir belahan ganjil Y = Skor butir belahan genap N = Jumlah Responden

(Purwanto, 2011) Setelah data yang didapat terkumpul, maka dimasukan kedalam rumus

Spearman-Brown :

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

= Korelasi antara dua belahan instrumen

(Arikunto: 2007) Tabel 3.4

Klasifikasi Koefesien Reliabilitas Koefesien Reliabilitas Keterangan

0,000 - 0,200 Sangat Rendah

0,200 - 0,400 Rendah

0,400 - 0,600 Cukup

0,600 - 0,800 Tinggi

0,800 – 1,000 Sangat Tinggi Sumber: Riduwan (2011)

3.8Teknik Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan observer secara kolaboratif. Menurut Lincoln dan Guba dalam Wiriatmadja (2009), terdapat tujuh karakter yang harus dimiliki oleh seorang penelti di dalam penelitian, diantaranya, responsif; adaptif; menekankan aspek holistic; pengembangan berbasis


(39)

70

pengetahuan; memproses dengan segera; klarifikasi dan kesimpulan; serta kesempatan dalam eksplorasi. Ketujuh karakter inilah yang kemudian mendasari peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Adapun teknik dalam pengumpulan data yang umum digunakan dalam penelitian tindakan, sebagai berikut:

3.8.1 Observasi

Observasi sering disebut juga sebagai pengamatan, yaitu kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Mengacu pada peneltian ini, maka peneliti melakukan observasi dengan cara pastisipatif. Jadi, peneliti terlibat langsung ke lapangan dengan mengadakan pengamatan terhadap objek terteliti.

Observasi dalam PTK digunakan untuk memantau aktifitas guru dan peserta didik dan mencatat setiap tindakan guru dalam suatu kegiatan pembelajaran. Selain itu, observasi dilakukan untuk menemukan kelemahan yang terjadi, baik dari segi aktifitas guru, maupun peserta didik guna dievaluasi dan diperbaiki pada tindakan pembelajaran berikutnya.

3.8.2 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip termasuk buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Studi dokumentasi yang digunakan dalam peneltian ini berupa silabus, rpp, daftar nilai, lembar kerja peserta didik, dan lembar jawaban tes. Selain itu, peneliti menggunakan kamera sebagai alat perekam suasana pembelajaran di kelas.

3.9Analisis Data

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data kuantitatif yang didapatkan dari hasil tes dan hasil kerja kelompok atau lembar kerja peserta didik yang dilakukan oleh peserta didik dan data kualitatif yang didapatkan dari hasil observasi aktivitas di kelas selama proses pembelajaran.


(40)

71

3.9.1 Data Kuantitatif

Data kuantitatif dianalisis secara statistika sederhana yaitu persentase sehingga diperoleh hasil yang nantinya akan dibandingkan dengan KKM dan nilai peserta didik setiap tindakan kelas ini dan guna melihat apakah penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil atau tidak. Data kuantitatif mengenai pemahaman konsep peserta didik meliputi nilai tes dan LKS. Pengolahan dan analisis dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengolahan data tes dilakukan dengan memberi skor mentah terhadap setiap jawaban peserta didik berdasarkan kriteria yang telah dibuat. Bentuk soal adalah pilihan ganda berjumlah 15 soal. Untuk satu butir soal yang dijawab benar akan mendapatkan skor sebesar 6,7 (enam koma tujuh), untuk 15 butir soal yang dijawab benar akan mendapatkan skor 100, dan bagi soal yang dijawab salah tidak ada pengurangan point. Penskoran jawaban peserta didik terhadap tes objektif dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Sk =

Keterangan: Sk = Skor jawaban yang diperoleh B = Jawaban benar

Tabel 3.5

Kriteria Skor Tes Jawaban Benar

Jawaban Benar dan Skor Tes Benar Skor Benar Skor Benar Skor

1 6,67 6 40 11 73,3

2 13,3 7 46,7 12 80

3 20 8 53,3 13 86,7

4 26,7 9 60 14 93,3

5 33,3 10 66,7 15 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2013

b. Pengolahan Lembar Kerja Peserta didik (LKS) dilakukan dengan tujuan menentukan hasil kerja kelompok yang diperoleh oleh masing-masing


(41)

72

kelompok. Jumlah soal pada LKS adalah tiga soal yang mewakili tiga indikator pemahaman konsep, yaitu soal translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi. Untuk masing-masing jawaban pada masing-masing soal diberi skor sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan kemudian akan dikonversi kedalam skala 100 (sama dengan skor tes). Analisis dilakukan dengan penilaian terhadap jawaban peserta didik pada masing-masing soal LKS yang dijelaskan pada tabel 3.6.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai pemahaman konsep peserta didik didapat dari penjumlahan nilai tes (translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi) dan nilai LKS (translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi) dibagi dua. Berikut rumus yang digunakan dalam penelitian ini:

Pemahaman Konsep =

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 Tabel 3.6

Rublik Penilaian Lembar Kerja Peserta didik

Skor Kriteria

0 Tidak ada jawaban

1 Jawaban salah (Penjelasan mengulang pertanyaan atau tidak ada hubungan) 2 Jawaban benar (Penjelasan menunjukkan informasi yang tidak tepat ) 3 Jawaban benar (penjelasan menunjukkan pemahaman terhadap konsep

tetapi ada pernyataan yang miskonsepsi)

4 Jawaban benar (penjelasan belum mengandung semua komponen) 5 Jawaban benar (penjelasan mengandung semua komponen)

Sumber: Umroh (2007)

3.9.2 Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran SSCS, kemudian dianalisis secara deskriptif yang diperuntukan untuk merefleksi pelaksanaan pembelajaran berikutnya. Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang aktifitas peserta didik selama mengikuti pembelajaran di kelas meliputi tingkat pemahaman


(42)

73

terhadap materi pembelajaran (kognitif), pandangan atau sikap peserta didik terhadap materi pembelajaran (afektif), perhatian dan antusias dalam belajar, mengemukakan pendapat dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran yang ditemukannya.

3.10 Indikator Keberhasilan

Indikator dalam penelitian ini adalah:

a. Adanya peningkatan pada setiap aspek kemampuan pemahaman konsep, yakni translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi dari tindakan pertama, tindakan kedua, sampai tindakan ketiga pada mata pelajaran geografi dengan model pembelajaran SSCS.

b. Disetiap akhir pembelajaran, guru mengadakan tes evaluasi, indikator keberhasilannya, jika pada tindakan ketiga, 50% dari 30 peserta didik, yaitu 15 orang peserta didik dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah, yakni ≥ 75.

c. Adanya kerjasama kelompok dalam mengerjakan tugas-tugas secara tepat waktu dalam meningkatkan kemampuan pamahaman konsep peserta didik, indikator keberhasilannya jika dalam proses pembelajaran pada tindakan ketiga, 80% dari 30 peserta didik, yaitu 24 orang peserta didik atau empat kelompok dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep.

d. Terlaksananya tahap-tahap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SSCS yang telah ditetapkan.

Berikut dibawah ini indikator keberhasilan peserta didik : Tabel 3.7

Indikator Keberhasilan Peserta didik

Nilai yang di peroleh Keterangan

0 - < 75 Belum Tuntas

≥ 75 Tuntas


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran geografi materi Hakekat Geografi yang telah dilakukan pada setiap tindakan, mulai dari tindakan pertama sampai dengan tindakan ketiga dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) pada

materi Hakekat Geografi untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep peserta didik kelas X IPS 1 SMA Negeri 4 Bandung berjalan dengan cukup efektif. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran SSCS, yaitu pada fase search, peserta didik dapat merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan yang akan diselidiki lebih lanjut, pada fase solve, peserta didik dapat merumuskan jawaban sementara dari pertanyaan atas permasalahan yang telah dirumuskan pada fase Search. Kemudian, pada fase create, peserta didik dapat mengorganisir data yang diperoleh dari hasil mencari dengan menggunakan beberapa sumber referensi, seperti buku sumber geografi lain ataupun internet yang dibuat dalam bentuk laporan dan mempersiapkan bagian-bagian penting dari laporan yang akan dipresentasikan, dan pada fase share, peserta didik dapat mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dalam kegiatan diskusi kelas.

2. Penerapan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) pada materi Hakekat Geografi dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep peserta didik kelas X IPS 1 SMA Negeri 4 Bandung. Hal itu terlihat dari peningkatan kemampuan pemahaman konsep peserta didik pada setiap tindakannya. Pada tindakan pertama, rata-rata kemampuan pemahaman konsep peserta didik di kelas X IPS 1 pada indikator translasi adalah 40,2, pada indikator interpretasi adalah 35,3, dan pada indikator ekstrapolasi adalah 38,5. Selanjutnya, dari hasil analisis skor pemahaman konsep peserta didik, dapat diketahui pula jumlah peserta didik yang mampu mencapai KKM adalah 5


(1)

134

peserta didik (16,7%). Pada tindakan kedua, rata-rata kemampuan pemahaman konsep peserta didik di kelas X IPS 1 pada indikator translasi adalah 49,3, pada indikator interpretasi adalah 48, dan pada indikator ekstrapolasi adalah 51,8. Selanjutnya, dari hasil analisis skor pemahaman konsep peserta didik, dapat diketahui pula jumlah peserta didik yang mampu mencapai KKM adalah 11 peserta didik (36,67%). Kemudian, pada tindakan ketiga, rata-rata kemampuan pemahaman konsep peserta didik di kelas X IPS 1 mengalami peningkatan pada masing-masing indikator pemahaman konsep. Pada indikator translasi adalah 58,7, pada indikator interpretasi adalah 53,3, dan pada indikator ekstrapolasi adalah 57. Selanjutnya, dari hasil analisis skor pemahaman konsep peserta didik, dapat diketahui pula jumlah peserta didik yang mampu mencapai KKM adalah 25 peserta didik (83,33%).

3. Penerapan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) pada materi Hakekat Geografi untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep peserta didik kelas X IPS 1 SMA Negeri 4 Bandung tidak terlepas dari beberapa kendala. Dalam pelaksanaanya ditemukan kendala-kendala, seperti: alokasi waktu yang dibutuhkan dalam penerapan model pembelajaran SSCS relatif lama; guru belum terbiasa dalam menerapkan model pembelajaran SSCS; dan peserta didik mengalami kesulitan dalam membuat pertanyaan-pertanyaan pada fase search yang disebabkan oleh kurang terbiasanya dalam mengungkapkan masalah dalam bentuk pertanyaan secara tertulis dengan bahasa sendiri.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis akan mengemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait, yaitu:

1. Bagi Guru dan Pihak Sekolah

a. Guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran


(2)

135

sehingga peserta didik tidak hanya menerima dan mengingat materi namun dapat memahami materi pelajaran dengan baik;

b. Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik;

c. Agar penerapan model pembelajaran SSCS dapat lebih optimal, hendaknya guru melakukan persiapan yang lebih maksimal dalam memahami setiap fase atau tahapan kegiatan pembelajaran model SSCS; d. Pihak sekolah hendaknya memberikan kebebasan yang bertangung jawab

kepada guru untuk berekspresi secara kreatif dan inovatif dalam menentukan model pembelajaran yang akan diterapkan di kelas.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan pengembangan model pembelajaran SSCS untuk indikator pemahaman yang lain dan dengan materi geografi yang berbeda;

b. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan instrumen lembar observasi yang lebih menggali langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik secara spesifik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Aqib, Z. (2007). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung : Yrama

Widiya.

Bloom, B. (1979). Taxonomy of Educational Objectives, The Classification of Educational Goals, Hand Book 1: Cognitive Domain. USA : Longman Inc.

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S. dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hopkins, D. (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas (A Teacher’s Guide To Classroom Research). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kusumah dan Dwitagama. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks

Ningrum, E. (2009). Penelitian Tindakan Kelas Panduan Praktis dan Contoh. Bandung : Buana Nusantara.

Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogjakarta : Pustaka Pelajar.

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. : Bandung: Alfabeta.

Rifai, A dan Tri A.C. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press.

Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.


(4)

(2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Silalahi, U. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Sudjana. (2010). Dasar-Dasar Proses Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar

Baru Algensindo.

Suherman, E. dan Winataputra, U. (1993). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud

Susilo. (2007). Panduan Penelitian tindakan kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Syah, M. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Rosdakarya.

Waluya, B. 2009. Memahami Geografi SMA/MA Untuk Kelas X, Semester 1 dan 2. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Wiranata, U. (1992). Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarata: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Wiriatmadja, R. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sumber Laporan Penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi:

Handayani. (2012). Pengaruh Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah Tipe SSCS Terhadap Perilaku Kreatif Peserta Didik : Studi Quasi Eksperimen Pada Pembelajaran Ekonomi Kelas X di SMAN 3 Sumedang. Tesis Pada SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Komara. (2002). Miskonsepsi Siswa SMU Kelas 2 Pada Sub Pokok Bahasan Listrik Dinamis. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Manurung, T. E. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Ningrum, E., Yani, A., dan Nurmala, D. (2012). Optimalisasi Penggunaan Globe dan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Jagat Raya, Tata Surya, dan Bumi bagi Peserta Didik Kelas X-A SMA Sekolah Percontohan UPI. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Tidak diterbitkan.


(5)

Nurhasanah. (2010). Dampak Pembelajaran Visual Auditorial Kinestetik (VAK) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Disertasi Pada SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Nurhayati. (2012). Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Tesis Pada SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Priatna, D. E. 2012. Penerapan Metode Quantum Learning Dengan Learning Style Vak (Visual, Auditorial Dan Kinesthetik) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X-2 Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandung (Penelitian Tindakan Kelas Pada Pelajaran Geografi). Skripsi Sarjana, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2012.

Ramson. (2010). Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Topik Cahaya. Tesis Pada SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Rifani, I. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle dan Model Pembelajaran Seacrh, Solve, Create, and Share terhadap Pemahaman Konsep Pada Pembelajaran Geografi di SMA (Studi Eksperimen Kelas XI di SMAN 1 Cihaurbeuti Ciamis). Tesis pada Pada SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Umroh. (2010). Analisis Keterampilan Berfikir Siswa Kelas X Pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Menggunakan Metode Pembelajaran Discovery Inquiri. Skripsi Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Widiawati, E. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving dan Inquiry Berbasis Teknologi Informasi untuk Menumbuhkan Pemahaman Materi Geografi (Studi Eksperimen di SMA Taruna Bakti Bandung). Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sumber Internet:

Burhannudin, A. (2012). Hakikat dan Teori Belajar. Tersedia : http://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/11/hakikat-dan-teori-belajar.pdf [2 November 2013].


(6)

Hayati, S. (2012). Evaluasi Pembelajaran Geografi Validitas. Tersedia : http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/196202131 990012-SRI_HAYATI/MK-EVALUASI/Validitas.pdf [27 Agustus 2013]. Liliawati dan Ramalis. (2008). Identifikasi Miskonsepsi Materi IPBA di SMA

Dengan Menggunakan CRI (Certainly of Respons Index) Dalam Upaya Perbaikan dan Pengembangan Materi IPBA Pada KTSP. Laporan Penelitian. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UPI Bandung.

Tersedia di:

http://file.upi.edu/Direktori/FMIPA/JUR_PEND_FISIKA/1959040119860 11-TAUFIK_RAMLAN/Karya _Tulis/Artikel_Taufik_Ramlan_Rev.pdf. [27 Agustus 2013].

Sudaryono. (2007). Penjabaran Konsep-konsep dalam Kajian Geografi (online),

Vol. 6 (12), 1 halaman. Tersedia:

http://geografi.jurnal.unesa.ac.id/81_553/penjabaran-konsepkonsep-dalam-kajian-geografi [8 September 2013].

Sukmawati, D. (2013). Model-model Pembelajaran. Tersedia: http://panduanguru.com/model-model-pembelajaran-pengertiannya/. [9 September 2013].

Sri, N. (2011). Pembelajaran Prima Card Berbasis Soal-Soal Kontekstual Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung (Studi Kasus pada SMP Ngeri 2 Kemranjen), Vol. 6 (2), 208 halaman. Tersedia:http://www.kopertis6.or.id/journal/index.php/eks/article/downloa d/90/80. [8 September 2013].

Sumber Dokumen:

Depdiknas. (2002). Model-model Pembelajaran Alternatif. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

. (2004). Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Geografi Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA). Jakarta: Kemendikbud. Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.


Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Sscs (Search, Solve, Create And Share) Untuk Meningkatkan Disposisi Matematik Siswa

21 139 156

Pengaruh model pmbelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

3 13 162

Pengaruh model search, solve, create and share terhadap hasil belajar siswa pada konsep fluida statis

1 18 214

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) BERBANTUAN PhET UNTUK MENINGKATKAN STRATEGI METAKOGNITIF DAN PEMAHAMAN KONSEP

34 161 158

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA.

0 0 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI PESERTA DIDIK KELAS X-4 SMAN 1 SUKARESMI :Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi.

0 0 43

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE DAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA : Studi Eksperimen Kelas XI di SMAN 1 Cihaurbeuti Ciamis.

1 1 64

Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Topik Cahaya.

4 12 41

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE AND SHARE, DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN GEOGRAFI PADA SISWA KELAS XI IPS MAN 1 SURAKARTA.

0 0 1

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENERAPAN MODEL SEARCH,SOLVE,CREATE AND SHARE (SSCS) PADA PESERTA DIDIK KELAS X-1 SMA ISLAM 1 SURAKARTA - UNS Institutional Repository

1 7 18