PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF BERORIENTASI KARAKTER (SMBK) MELALUI SETTING KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BAGI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK.

(1)

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF BERORIENTASI

KARAKTER (SMBK) MELALUI

SETTING

KOOPERATIF TIPE

STUDENT

TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

(STAD) BAGI PENINGKATAN

KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia STKIP Siliwangi Cimahi)

DISERTASI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar doktor pendidikan bahasa Indonesia

Promovendus

Ika Mustika

NIM 0808699

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2012


(2)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua,

Prof. Dr. H. Yoyo Mulyana, M. Ed. Ko-Promotor Merangkap Sekretaris,

Prof. Dr. H. Syamsuddin, AR, M. S

Anggota,

Dr. Hj. Vismaia S. Damaianti, M. Pd.

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul “Penerapan Strategi Metakognitif Berorientasi Karakter (SMBK) melalui Setting

Kooperatif Tipe STAD bagi Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek“ ini adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya ini.

Bandung, Juli 2012 Yang membuat pernyataan,


(4)

ABSTRAK

Mustika, Ika. 2012. Penerapan Strategi Metakognitif Berorientasi Karakter (SMBK) melalui Setting Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) bagi Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek.

Kegiatan mengapresiasi sastra sebagai sebuah proses pemaknaan karya sastra erat kaitannya dengan kemampuan berpikir karena pada dasarnya saat mengapresiasi sedang terjadi proses berpikir (bernalar) sehingga diperlukan kesadaran dan pengendalian terhadap proses pemahaman ini. Melatih kemampuan berpikir dalam mengapresiasi sastra dapat dilakukan melalui kegiatan memberdayakan kemampuan metakognitif. Pemberdayaan kemampuan metakognitif dapat dilakukan dengan mengajarkan mahasiswa untuk menggunakan strategi metakognitif.

Penjelasan di atas melatarbelakangi penelitian ini, selanjutnya secara garis besar disusun rumusan masalah penelitian meliputi: (a) keefektifan penerapan strategi metakognitif berorientasi karakter (SMBK) melalui setting kooperatif tipe

student team achievement division (STAD), dan (b) kualitas pembelajaran

apresiasi cerita pendek dengan menerapkan strategi metakognitif berorientasi karakter (SMBK) melalui setting kooperatif tipe student team achievement

division (STAD). Adapun tujuan penelitian ini pada intinya memberlakukan

penerapan SMBK melalui Setting Kooperatif Tipe STAD terhadap peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa.

Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian tersebut yaitu metode eksperimen murni. Perlakuan SMBK melalui Setting Koperatif Tipe STAD dilaksanakan di kelas eksperimen, sedangkan di kelas kontrol digunakan Strategi Pembelajaran Langsung (SPL). Untuk mengukur keefektifan penerapan SMBK melalui Setting Kooperatif Tipe STAD digunakan teknik tes. Untuk mengukur kualitas pembelajaran SMBK melalui Setting Kooperatif Tipe STAD digunakan teknik observasi dan angket. Penelitian ini dilaksanakan di STKIP Siliwangi dengan melibatkan 70 orang mahasiswa program studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester IV tahun akademik 2010/2011.

Berdasarkan data hasil penelitian, diketahui bahwa SMBK melalui Setting Kooperatif Tipe STAD lebih efektif daripada SPL dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hal ini terlihat dari kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa dengan menerapkan SMBK melalui Setting Kooperatif Tipe STAD lebih tinggi daripada kemampuan mengapresiasi cerita pendek melalui SPL. Hasil uji t menunjukkan t hitung 18,452 > dari t tabel 1,98, df=35 pada tingkat kepercayaan 95% atau taraf signifikansi α = 0,05.

Berkaitan dengan kualitas pembelajaran, diketahui SMBK melalui

Setting Kooperatif Tipe STAD dapat diterima sebagai strategi pembelajaran yang

efektif baik oleh mahasiswa maupun dosen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa SMBK melalui Setting Kooperatif Tipe STAD efektif meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengapresiasi cerita pendek.


(5)

ABSTRACT

Mustika, Ika. 2012. Character Oriented MetaCognitive Strategy (SMBK) Implementation through the Cooperative Setting of Student Team Achievement Division (STAD) Type for Improving the Ability of Appreciating Short Stories

The activity of appreciating literature as a process of interpreting literary works is closely related to thinking ability, since basically, at the time of this appreciation the thinking process is going on. Therefore, the consciousness and control toward this comprehension process are needed. Sharpening the thinking ability in appreciating literature can be conducted through the activity of maximizing metacognitive ability. Maximizing this ability can be done by tearing the students to use a metacognitive strategy.

This study is based on the explanation above. Then the research problems are formulated covering: (a) the effectiveness of character oriented metacognitive strategy (SMBK) implementation through the cooperative setting of student team achievement divison (STAD) type, and (b) the lerning quality of short story appreciation by implementing SMBK strategy through the cooperative setting of STAD type. The objective of this study is mainly to reveal the try out result of character oriented metacognitive strategy (SMBK) implementation through the cooperative setting of student team achievement division (STAD) type toward the

improvement of student’ ability in appreciating short stories.

The method used to solve the research problems mentioned above was purely experimental method. The treatment of SMBK through the cooperative setting of STAD type was administered in the experimental class, while direct learning strategy (SPL) was conducted in the control class. The test technique was used to measure the effectiveness of SMBK implementation through the cooperative setting of STAD type, whereas the observation and questionnaire techniques were used to measure the quality of SMBK learning through the cooperative setting of STAD type. This study was conducted at STKIP Siliwangi Cimahi by involving 70 students of Bahasa Indonesia and Sastra study Program at the t4h semester in academic year 2010/2011.

The result of the study shows that SMBK with the cooperative setting of STAD type is more effective than SPL in learning of short story appreciation. It is identified from the students’ ability is appreciating a short story through the implementation of SMBK through the cooperative setting of STAD type, which is

higher than the students’ ability in appreciating a short story through SPL, The result of t-test shows that t-observed 18,452 is higher than t-tabel 1,98, df=35, at at 95% level of reliability or at the significance level of α = 0,05.

Dealing with the quality of learning, it is revealed that SMBK implementation through the cooperative setting of STAD type can be accepted as an effective strategy either by the students and the lecturers. This, the writer may conclude that SMBK implementation through the cooperative setting of STAD


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xvii

DAFTAR GAMBAR xx

DAFTAR LAMPIRAN xxi

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 1.2 Identifikasi Maslah 11

1.3 Rumusan Masalah Penelitian 12

1.4 Tujuan Penelitian 14

1.5 Manfaat Penelitian 15

1.6 Asumsi Penelitian 17

1.7 Hipotesis Penelitian 18

1.8 Paradigma Penelitian 20

1.9 Definisi Operasional 22

BAB 2. IHWAL STRATEGI METAKOGNITIF BERORIENTASI

KARAKTER, PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN

APRESIASI CERITA PENDEK 26

2.1 Teori Pembelajaran 26

2.2 Teori Konstruktivisme 28

2.3 Ihwal Strategi Metakognitif 32

2.3.1 Pengertian Strategi 32

2.3.2 Sejarah Singkat Teori Metakognitif 40

2.3.3 Pengertian Metakognitif 41


(7)

2.3.5 Komponen-komponen Metakognitif 49

2.3.6 Model-model Metakognitif 52

2.3.6.1 Model Pemantauan Kognitif Flavell 52

2.3.6.2 Model Metakognitif Brown 54

2.3.6.3 Model Hierarki Tobias dan Everson 55

2.3.7 Strategi Pengembangan Keterampilan Metakognitif 56 2.3.8 Instrumen Pengukuran Keterampilan Metakognitif 60

2.3.9 Manfaat Metakognitif 63

2.3.9.1 Bersifat Positif 64

2.3.9.2 Bersifat Netral 64

2.3.9.3 Bersifat Negatif 65

2.4 Ihwal Pembelajaran Berorientasi Karakter 65

2.4.1 Pengertian Karakter 65

2.4.2 Pengertian Pendidikan Karakter 68

2.4.3 Pola Pembelajaran Pendidikan Karakter 73

2.4.4 Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Karakter 75 2.5 Strategi Metakognitif Berorientasi Karakter 75 2.6 Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Sastra 78 2.7 Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division

(STAD) 79

2.8 Ihwal Mengapresiasi Cerita Pendek 86

2.8.1 Pengertian Mengapresiasi 86

2.8.2 Pendekatan Untuk Mengapresiasi 88

2.8.3 Pengertian Cerpen 94

2.8.4 Unsur-unsur Pembentuk Cerepen 96

2.8.4.1 Unsur-unsur Intrinsik Cerita Pendek 98

2.8.4.1.1 Tema 98

2.8.4.1.2 Alur (Plot) 99

2.8.4.1.3 Tokoh (Penokohan)


(8)

100

2.8.4.1.4 Latar (Setting) 104

2.8.4.1.5 Sudut Pandang (Point of View) 105

2.8.4.1.6 Bahasa (Style) 107

2.8.4.2 Unsur-unsur Ekstrinsik Cerita Pendek 109

2.8.5 Klasifikasi Cerpen 110

2.9 Kualitas Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek dengan Menerapkan Strategi Metakognitif Berorientasi Karakter melalui

Setting Koperatif Tipe STAD 112

2.9.1 Komponen Tujuan Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek 113 2.9.2 Komponen Bahan Ajar Apresiasi Cerita Pendek 115 2.9.3 Komponen Pendekatan, Strategi, Metode/Teknik Pembelajaran

Apresiasi Cerita Pendek 116

2.9.4 Komponen Media Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek 117 2.9.5 Komponen Evaluasi Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek 118 2.10 Model Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek dengan Menerapkan

Strategi Metakognitif Berorientasi Karakter melalui Setting

Kooperatif Tipe STAD 119

2.10.1 Orientasi Model 119

2.10.2 Model Pembelajaran 121

2.10.2.1 Sintak 121

2.10.2.2 Sistem Sosial 126

2.10.2.3 Prinsip-prinsip Reaksi 127

2.10.2.4 Sistem Penunjang 127

2.10.3 Penerapan 128

2.10.4 Dampak Instruksional dan Dampak Penyerta 128 2.11 Model Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek dengan Menerapkan


(9)

Strategi Pembelajaran Langsung 129

2.11.1 Orientasi Model 129

2.11.2 Model Pembelajaran 130

2.11.2.1 Sintak 130

2.11.2.2 Sistem Sosial 133

2.11.2.3 Prinsip-prinsip Reaksi 133

2.11.2.4 Sistem Penunjang 134

2.11.3 Penerapan 134

2.11.4 Dampak Instruksional dan Dampak Penyerta 134

2.12 Penelitian yang Relevan 135

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 138

3.1 Metode Penelitian 139

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 140

3.2.1 Populasi Penelitian 140

3.2.2 Sampel Penelitian 140

3.3 Prosedur Penelitian 142

3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 144

3.4.1 Teknik Tes 144

3.4.2 Teknik Observasi 154

3.4.3 Teknik Angket 156

3.5 Teknik Analisis Data 156

3.5.1 Pengolahan Data Tahap Awal 156

3.5.1.1 Uji Normalitas 156

3.5.1.2 Uji Homogenitas 157

3.5.1.3 Uji Linieritas 157

3.5.1.4 Uji Perbedaan Dua Rata-rata 158

3.5.2 Pengolahan Data Tahap Akhir 159

3.5.2.1 Analisis Data Hasil Tes 159

3.5.2.2 Analisis Data Hasil Observasi 159

3.5.2.3 Analisi Data Hasil Angket 161


(10)

4.1 Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek dengan Menerapkan SMBK melalui Setting Kooperatif tipe STAD. 162 4.1.1 Deskripsi Data Hasil Tes Kelas Eksperimen 162 4.1.1.1 Deskripsi Data Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

Mahasiswa Kelas Eksperimen 163

4.1.2 Deskripsi Data Hasil Tes Kelas Kontrol 163

4.1.1.1 Deskripsi Data Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

Mahasiswa Kelas Kontrol 210

4.2 Deskripsi Data Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

Berdasarkan Tingkat Mengapresiasi 253

4.2.1 Kelas Eksperimen 253

4.2.2 Kelas Kontrol 255

4.3. Deskripsi Data Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Berdasarkan

Unsur-unsur Pembentuk Cerita Pendek 256

4.3.1 Kelas Eksperimen 256

4.3.2Kelas Kontrol 257

4.4 Uji Sifat Data 259

4.4.1Uji Normalitas Data 259

4.4.1.1 Uji Normalitas Data Hasil Prates dan Pascates Kelas Eksperimen 259 4.4.1.2 Uji Normalitas Data Hasil Prates dan Pascates Kelas Kontrol 260

4.4.1.3 Uji Normalitas Gain Kelas Ekperimen 260

4.4.1.4 Uji Normalitas Gain Kelas Kontrol 261

4.5 Uji Homogenitas 261

4.6 Uji Linieritas 262

4.7 Pengujian Hipotesis 263

4.7.1 Uji Perbedaan Rata-rata Data Pascates Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 263 4.7.2 Uji Perbedaan Rata-rata Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 264 4.7.3 Analisis Perbedaan Dua Rata-rata Prates (E1) dan Pascates (E2)


(11)

4.7.4 Analisis Perbedaan Dua Rata-rata Prates (K1) dan Pascates (K2)

Kelas Kontrol 267

4.7.5 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pascates Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol 268

4.8. Hasil Observasi Terhadap Kualitas Pembelajaran Apresiasi Cerita

Pendek 270

4.8.1 Hasil Observasi Terhadap Perencanaan Pembelajaran di Kelas

Eksperimen 271

4.8.2 Hasil Observasi Terhadap Perencanaan Pembelajaran di Kelas

Kontrol 274

4.9 Hasil Observasi Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas

Eksperimen 278

4.9.1 Hasil Observasi Aktivitas Dosen di Kelas Eksperimen 278 4.9.2 Hasil Observasi Aktivitas Dosen di Kelas Kontrol 283 4.9.3 Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa di Kelas Eksperimen 286 4.9.4 Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa di Kelas Kontrol 289 4.10 Hasil Observasi Perkembangan Karakter Mahasiswa 292 4.10.1 Hasil Observasi Perkembangan Karakter Mandiri 292 4.10.2 Hasil Observasi Perkembangan Karakter Tanggung jawab 294 4.10.3 Hasil Observasi Perkembangan Karakter Kerjasama 297 4.11. Hasil Angket Perkembangan Kesadaran Metakognitif Mahasiswa 299 4.12. Hasil Angket Respons Mahasiswa Terhadap SMBK melalui Setting

Kooperatif Tipe STAD 301

BAB 5. PEMBAHASAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN 306

5.1 Pembahasan Hasil Penelitian 307

5.1.1 Keefektifan SMBK melalui Setting Kooperatif dalam Pembelajaran

Apresiasi Cerita Pendek. 307

5.1.1.1 Perbedaan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek antara Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol 308

5.1.1.2 Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Kelas


(12)

5.1.1.3 Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Tingkat Mengapresiasi 313 5.1.1.4 Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Unsur-unsur

Pembentuk Cerita Pendek 314

5.1.2. Kualitas Pembelajaran SMBK melalui Setting Kooperatif Tipe

STAD 315

5.1.2.1. Kualitas Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol 315

5.1.3. Kualitas Pembelajaran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan Observasi Terhadap Aktivitas Mahasiswa 318 5.1.4. Perkembangan Karakter Mahasiswa Melalui SMBK melalui Setting

Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita

Pendek 320

5.1.5. Perkembangan Kesadaran Metakognitif Mahasiswa dengan SMBK melalui Setting Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran

Apresiasi Cerita Pendek. 323

5.1.6 Respons Mahasiswa dalam Menerapkan SMBK melalui Setting Kooperatif Pada Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek 324 5.2 Implikasi Hasil Penelitian Pembelajaran SMBK melalui Setting

Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita

Pendek. 324

BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN 330

6.1 Simpulan 330

6.2 Saran 334

DAFTAR PUSTAKA 336

LAMPIRAN 346


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ringkasan Definisi Strategi Pembelajaran Bahasa (SPB) 34 Tabel 2.2 Rangkuman Tipologi Komponen Metakognitif 51

Tabel 2.3 Ilustrasi Penilaian Metakognitif 62

Tabel2.4 Perbedaan Antara Pembelajaran Kooperatif dengan

PembelajaranTradisional 81

Tabel 2.5 Tahap-tahap Pembelajaran Strategi Metakognitif Berorientasi Karakter melalui Setting Kooperatif Tipe STAD 125 Tabel 2.6 Tahap-tahap Pembelajaran Langsung 132 Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek 145 Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Mengapresiasi Cerita Pendek 146 Tabel 3.3 Pedoman Tafsiran Koefisien Korelasi 148

Tabel 3.4 Validitas Tes 149

Tabel 3.5 Pedoman Tingkat Kesukaran Butir Soal 151

Tabel 3.6 Pedoman Daya Pembeda Soal 152

Tabel 3.7 Tingkat Kesulitan Butir Soal dan Daya Pembeda Soal 153

Tabel 3.8 Indikator Karakter 155

Tabel 3.9 Penilaian Tahap Perkembangan Karakter 160 Tabel 4.1 Rata-rata Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Kelas

Eksperimen (SMBK) 163

Tabel 4.2 Nilai Prates Kelompok Eksperimen 175 Tabel 4.3 Nilai Pascates Kelompok Eksperimen 177 Tabel 4.4 Rata-rata Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Kelas

Kontrol (SPL) 211

Tabel 4.5 Nilai Prates Kelompok Kontrol 217

Tabel 4.6 Nilai Pascates Kelompok Kontrol 219

Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Kelas


(14)

Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Kelas

Kontrol 255

Tabel 4.9 Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Berdasarkan Unsur-unsur Pembentuk Cerita Pendek Kelas Eksperimen 256 Tabel 4.10 Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Berdasarka

Unsur-unsur Pembentuk Cerita Pendek Kelas Kontrol 257 Tabel 4.11 Uji Normalitas Prates dan Pascates Kelas Eksperimen 259 Tabel 4.12 Uji Normalitas Prates dan Pascates Kelas Kontrol 260 Tabel 4.13 Uji Normalitas Gain Kelas Eksperimen 260 Tabel 4.14 Uji Normalitas Gain Kelas Kontrol 261 Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Prates, Pascates, dan Gain Kelas

Eksperimen (E) dan Kelas Kontrol (K) 261

Tabel 4.16 Daftar Analisis Variansi Untuk Uji Independen Dalam Regresi

Linier Kelas Eksperimen (E) 262

Tabel 4.17 Daftar Analisis Variansi Untuk Uji Independen Dalam Regresi

Linier Kelompok Kontrol (K) 262

Tabel 4.18 Uji Normalitas Rata-rata Data Pascates Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol 263

Tabel 4.19 Perbedaan Rata-rata Data Pascates Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 263 Tabel 4.20 Uji Perbedaan Rata-rata Gain Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol 265

Tabel 4.21 Analisis Perbedaan Dua Rata-rata Prates (E1) dan Pascates (E2)

Kelas Eksperimen 266

Tabel 4.22 Analisis Perbedaan Dua Rata-rata Prates (K1) dan Pascates

(K2) Kelas Kontrol 267

Tabel 4.23 Uji Perbedaan Rata-rata Pascates Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol 268

Tabel 4.24 Hasil Observasi Perencanaan Pembelajaran di Kelas

Eksperimen 271


(15)

Tabel 4.26 Hasil Observasi Aktivitas Dosen di Kelas Eksperimen 278 Tabel 4.27 Hasil Observasi Aktivitas Dosen di Kelas Kontrol 283 Tabel 4.28 Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa di Kelas Eksperimen 286 Tabel 4.29 Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa di Kelas Kontrol 289

Tabel 4.30 Perkembangan Karakter Mandiri 292

Tabel 4.31 Perkembangan Karakter Tanggungjawab 295

Tabel 4.32 Perkembangan Karakter Kerjasama 297

Tabel 4.33 Perkembangan Kesadaran Metakognitif 299 Tabel 4.34 Respons Mahasiswa Terhadap Penerapan SMBK melalui


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian 22

Gambar 2.1 Model Metakognitif Flavell 53

Gambar 2.2 Model Metakognitif Brown 55

Gambar 2.3 Model Metakognitif Tobias dan Everson 56 Gambar 2.4 Penerapan SMBK melalui Setting Kooperatif Tipe STAD 129 Gambar 2.5 Penerapan Strategi Pembelajaran Langsung 135 Gambar 4.1 Perbedaan Rata-rata Prates dan Pascates Kelas Eksperimen 267 Gambar 4.2 Perbedaan Rata-rata Prates dan Pascates Kelas Kontrol 268 Gambar 4.3 Perbedaan Rata-rata Pascates Kelas Eksperimen dan Kelas


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Model pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menerapkan

SMBK melalui Setting Koperatif Tipe STAD 347 Lampiran 2. Silabus model pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan

menerapkan SMBK melalui Setting Koperatif Tipe STAD 358 Lampiran 3. Model pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menerapkan

SPL 365

Lampiran 4. Silabus model pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan

menerapkan SPL 370

Lampiran 5. Kisi-kisi Instrumen tes uraian 376

Lampiran 6. Lembar tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek 378 Lampiran 7. Kisi-kisi pedoman observasi tentang kualitas pembelajaran

(perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran) 386 Lampiran 8. Pedoman observasi perencanaan pembelajaran kelas eksperimen

dan kelas kontrol 388

Lampiran 9. Pedoman observasi aktivitas dosen di kelas eksperimen 390 Lampiran 10. Pedoman observasi aktivitas dosen di kelas kontrol 391 Lampiran 11. Pedoman observasi aktivitas mahasiswa di kelas eksperimen 393 Lampiran 12. Pedoman observasi aktivitas mahasiswa di kelas kontrol 394 Lampiran 13. Kisi-kisi pedoman observasi perkembangan karakter mahasiswa 395 Lampiran 14. Pedoman observasi perkembangan karakter mahasiswa 396 Lampiran 15. Kisi-kisi pedoman angket respons mahasiswa 397

Lampiran 16. Angket respons mahasiswa 398

Lampiran 17. Angket inventori kesadaran metakognitif 399 Lampiran 18. Cerita Pendek “Tunggu Aku di Pojok Jalan itu” Karya Iwan

Simatupang 403

Lampiran 19. Nilai prates dan pascates kelas eksperimen dan kelas kontrol 409 Lampiran 20. Nilai prates dan pascates kelas eksperimen dan kelas kontrol


(18)

Lampiran 21. Nilai prates dan pascates kelas eksperimen dan kelas kontrol

berdasarkan tingkat mengapresiasi 429

Lampiran 22. Data perkembangan karakter mahasiswa 433 Lampiran 23. Data inventori kesadaran metakognitif 445

Lampiran 24. Data respons mahasiswa 461


(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah Penelitian

Isu penting dalam sistem pendidikan kita saat ini adalah memantapkan kembali tujuan pendidikan nasional yang mengarah pada pembentukkan karakter. Sebetulnya, hal ini telah digariskan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara eksplisit tujuan utama pendidikan adalah menghasilkan pribadi yang matang secara intelektual, emosional, dan spiritual. Artinya, selain membentuk pribadi yang cerdas pendidikan juga membentuk pribadi yang berkarakter.

Pendidikan tinggi sebagai kelanjutan dari proses pendidikan dalam jenjang pendidikan formal memiliki peran dan tanggung jawab dalam memantapkan pembinaan karakter yang telah dibangun sejak pendidikan dasar. Untuk itu pendidikan tinggi memiliki tanggung jawab menghasilkan lulusan yang tidak saja handal secara akademik tetapi juga berkarakter. Sarana untuk mengimplementasikan pendidikan karakter di perguruan tinggi dapat dilakukan melalui proses pembelajaran. Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dari Puskur Balitbang Kemdiknas (2010: 11) menguraikan pada


(20)

prinsipnya pengembangan budaya dan karakter bangsa, atau singkatnya pendidikan karakter, tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Demikian pula halnya di perguruan tinggi, dosen dapat mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam silabus yang sudah ada.

Uraian di atas menjelaskan proses pembelajaran sebagai salah satu aspek penting dalam pendidikan berperan dalam mengembangkan dan memberdayakan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif secara seimbang. Suryaman (2005) menjelaskan melalui pengembangan kognitif, kapasitas berpikir manusia harus berkembang, melalui pengembangan psikomotor kecakapan manusia harus tumbuh, dan melalui pengembangan afektif kapasitas sikap manusia harus mulia. Akan tetapi, secara empiris proses pembelajaran saat ini lebih cenderung menekankan pada aktivitas kognitif, dalam tataran ini pun umumnya lebih mengarah pada kemampuan berpikir tingkat rendah yang bersifat prosedural belum mengarah pada kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti meningkatkan daya kritis. Jika fenomena empiris pembelajaran dipahami seperti itu, demikian pula halnya dengan pembelajaran sastra. Pembelajaran sastra saat ini seperti dikeluhkan banyak pihak lebih menekankan pada aspek kognitif. Padahal, tujuan utama pembelajaran sastra beroleh pengetahuan dan pengalaman bersastra (Rusyana, 1984: 4). Dengan kata lain, pembelajaran sastra akan efektif apabila mengarah pada kemampuan mengapresiasi secara luas bukan sebatas pembahasan yang bersifat kognitif. Sebetulnya, berbagai hal dapat diupayakan pengajar untuk mengajak pembelajar


(21)

memahami karya sastra. Namun, adakalanya pengajar terjebak dalam kesalahpahaman tentang dasar pembelajaran sastra. Pembelajaran sastra tidak disampaikan untuk mempermudah pembelajar dalam mengapresiasi karya sastra, tetapi hanya membantu pengajar dalam mengapresiasi karya sastra tanpa membantu kebutuhan pembelajar. Pengajar cenderung menekankan aspek kognitif dalam mengajarkan sastra sehingga pemahaman pembelajar dalam mengapresiasi sebatas pada pengetahuan sastra belum mengarah pada pengalaman bersastra.

Mengupayakan pembelajaran sastra yang mengarah pada pengetahuan dan pengalaman bersastra dapat dilakukan dengan mengajak pembelajar mengapresiasi karya sastra secara langsung. Dalam hal ini pengajar memberi kesempatan kepada pembelajar untuk mengalami, menikmati, dan menilai karya sastra dengan cara memberi tugas membaca karya sastra. Berawal dari kegiatan membaca inilah proses apresiasi dimulai. Dengan membaca karya sastra, pembelajar dapat memahami, menafsirkan, menghayati, dan menikmati sehingga mampu memberikan manfaat. Rahmanto (1988: 16) menguraikan sejumlah manfaat yang diharapkan dari proses membaca sastra ini yakni meningkatnya wawasan, memperhalus budi pekerti, meningkatkan pengetahuan bahasa, dan meningkatkan kemampuan berbahasa.

Proses membaca sebagai salah satu kegiatan mengapresiasi dapat dilaksanakan dengan optimal jika pembelajar diarahkan pada kemampuan membaca (mengapresiasi) secara kritis melalui kegiatan berpikir tingkat tinggi. Selain itu, diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengarah pada peningkatan daya kritis untuk mengapresiasi karya sastra karena karya sastra sebagai objek kajian memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan teks lain, yang tidak menyediakan pemahaman secara langsung terhadap pembaca. Hal ini dapat dipahami


(22)

karena karya sastra secara kategoris termasuk polyvalent text mengundang multitafsir (Musthafa, 2008: 135). Multitafsir ini dimungkinkan karena teks sastra banyak mengandalkan perangkat ungkapan yang kaya asosiasi dan imaji seperti metafora dan simbol-simbol, di pihak lain karya sastra sarat dengan pandangan, penilaian dan penafsiran pengarangnya tentang masalah hidup dan kehidupan. Hal inilah yang memungkinkan terjadinya celah-celah penafsiran secara kritis. Dengan demikian, pembaca selain dituntut memahami informasi dalam teks secara tersurat juga harus menemukan informasi atau bangun makna secara tersirat. Pembaca dituntut memiliki kemampuan mengapresiasi sastra secara kritis. Kemampuan mengapresiasi sastra secara kritis merupakan bekal awal terbentuknya apresiasi sastra.

Uraian tersebut menjelaskan kemampuan berpikir erat kaitannya dengan mengapresiasi sastra seperti dinyatakan Tarigan (1995: 11) sastra merupakan salah satu sarana untuk merangsang serta menunjang perkembangan kognitif atau penalaran. Hal ini juga diakui oleh Sumardjo (1995: 31) yang menyatakan bahwa pembelajaran sastra (apresiasi) adalah salah satu sarana pengembangan intelektual. Oleh karena itu, memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengarah pada peningkatan berpikir kritis dalam mengapresiasi sastra merupakan hal penting yang perlu mendapat perhatian agar pembaca dapat menghasilkan pemahaman yang menyeluruh terhadap karya sastra yang sedang dibaca.

Melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam mengapresiasi sastra dapat dilakukan melalui kegiatan memberdayakan kemampuan metakognitif. Pemberdayaan kemampuan metakognitif dapat dilakukan dengan mengajarkan mahasiswa untuk menggunakan strategi metakognitif. Pada dasarnya saat melaksanakan kegiatan


(23)

mengapresiasi sebagai sebuah proses pemaknaan karya sastra sedang terjadi proses berpikir (bernalar) sehingga diperlukan kesadaran dan pengendalian terhadap proses pemahaman ini. Strategi metakognitif merupakan pengetahuan seseorang berkenaan dengan proses dan produk kognitif orang itu atau segala sesuatu yang berkaitan dengan proses dan produk tersebut (Flavell, 1976).

Metakognitif merupakan salah satu kajian terbaru dalam psikologi pendidikan yang sering didefinisikan dengan “berpikir tentang berpikir” (Pierce, 2003). Istilah metakognitif pertama kali diperkenalkan oleh John Flavell pada tahun 1979 (Gay, 2002). Metakognitif adalah suatu istilah yang berwujud kata sifat dari metakognisi. Istilah metakognisi berarti pengetahuan tentang pembelajaran diri sendiri atau tentang bagaimana belajar (Slavin, 2008: 252). Kemampuan berpikir dan kemampuan belajar adalah contoh kemampuan metakognisi (metacognitive skill). Kemampuan metakognitif penting dimiliki siswa karena kemampuan ini berkaitan dengan strategi bagaimana seseorang belajar atau learning how to learn dan thinking abouth thinking (Livingstone, 1997).

Flavell (1979) pertama kali melakukan penelitian metakognitif difokuskan pada anak. Flavell meneliti pengembangan keterampilan memori pada anak-anak, menemukan bahwa anak-anak perlu memahami tentang konsep memori sebelum mereka dapat mengembangkan keterampilan untuk memanfaatkan dan meningkatkan memori. Ia menyebut pengetahuan ini sebagai “metamemory”. Flavell meneliti dan mengembangkan teorinya tentang “metakognisi” yang merupakan pemahaman anak tentang cara kerja pikiran dan proses berpikir sendiri. Selanjutnya Flavell menjelaskan kemampuan metakognitif anak tidak muncul dengan sendirinya,


(24)

tetapi memerlukan latihan sehingga menjadi kebiasaan dengan bantuan seorang instruktur yang mengerti cara mengembangkan kemampuan metakognitif. Sementara itu Brown, Ambruster & Baker (Noornia, 2009) mengemukakan untuk anak-anak yang berusia muda tidak cukup hanya diajarkan oleh instruktur yang berpengalaman dalam mengembangkan kemampuan metakognitif, tetapi harus cukup matang juga kognitifnya untuk siap menerima bentuk proses kognitif yang tinggi ini. Hal ini karena anak-anak kecil hanya mampu menguasai keterampilan awal seperti memusatkan perhatian sebagai suatu awal dari keterampilan metakognitif, akan tetapi mereka kurang menguasai keterampilan lain yang diperlukan untuk mengintegrasikan proses berpikir tingkat tinggi.

Uraian di atas memaparkan setiap orang berpotensi memiliki kemampuan metakognitif yang telah berkembang sejak anak-anak. Kemampuan ini dapat berkembang secara optimal melalui latihan sehingga menjadi kebiasaan dengan bantuan seorang instruktur. Pressley, Borkowski, dan Schneider (1987) menjelaskan salah satu cara yang efektif untuk melatih keterampilan metakognitif yaitu ketika belajar di dalam kelas. Pemberian latihan penggunaan strategi metakognitif kepada pembelajar, dmaksudkan untuk mengembangkan kontrol metakognitif secara efektif (Livingstone, 1997). Oleh karena itu, peran pengajar sebagai pendidik sangatlah penting dalam membantu mengoptimalkan kemampuan ini. Seperti disampaikan Serra dan Metcalfe (2009) bila dioptimalkan, kemampuan metakognitif ini dapat meningkatkan kinerja kognisi sasaran termasuk pembelajaran peserta didik. Lebih lanjut, White dan Frederiksen (1998) mengungkapkan melatih cara berpikir secara metakognitif kepada peserta didik dapat meningkatkan mutu pembelajaran.


(25)

Selanjutnya, Takwin (2006) menguraikan keuntungan mengajarkan strategi metakognitif yakni dapat mendorong pemahaman belajar peserta didik. Kemampuan ini penting dikuasai, karena dapat membantu peserta didik membuat keputusan yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Sebaliknya, kurangnya kemampuan ini mengakibatkan peserta didik pada kebiasaan melakukan berbagai kegiatan tanpa mengetahui tujuan dan alasan melakukannya. Sekaitan dengan itu, Sudiarta (2006) menyatakan kegiatan-kegiatan metakognitif berpotensi untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi berpikir tingkat tinggi. Hal ini karena setiap kegiatan metakognitif selalu disertai dengan kegiatan berpikir tingkat tinggi yaitu berpikir untuk merencanakan, memonitor, dan merefleksi seluruh aktivitas kognitif sehingga apa yang dilakukan dapat terkontrol secara optimal.

Beberapa hasil penelitian dengan menggunakan strategi metakognitif, seperti dilakukan oleh Cardelle-Elawar melalui penyelesaian matematika, penulisan kreatif oleh Zellermayer, Salomon, Globerson & Given, membaca oleh Chin, Kucak dan Beck, dan banyak mata pelajaran lainnya melaporkan bahwa strategi metakognitif dapat mengembangkan kemampuan metakognitif yang memadai (Slavin, 2008: 251). Hasil penelitian tersebut belum dapat menentukan hal yang sama apabila diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia dengan kondisi yang mungkin berbeda. Oleh karena itu pula, sebuah penelitian atau pun replikasi penelitian tersebut akan sangat bermanfaat apabila dilakukan di sekolah-sekolah di Indonesia sehingga hasil penelitiannya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.

Pada dasarnya kemampuan metakognitif merupakan sebuah proses mental yang tidak tampak, hanya dapat diidentifikasi melalui wujud perilakunya.


(26)

Pintrich Wolter, dan Baxer (2001) menjelaskan bahwa mengakses kemampuan metakognitif melalui instrumen tertulis merupakan hal yang sukar. Mereka menyarankan mengakses kemampuan metakognitif melalui aktivitas-aktivitas dan diskusi-diskusi kelas dengan berbagai strategi. Oleh karena itu, kemampuan metakognitif terkait dengan strategi maupun pelatihan metakognitif yang dikembangkan melalui pembelajaran kooperatif karena pada pembelajaran kooperatif, pembelajar dapat belajar strategi-strategi secara umum dan cara menggunakannya. Kemudian mereka dapat membandingkan strategi-strategi mereka sendiri dengan strategi-strategi yang digunakan oleh teman-teman mereka. Hal ini dapat membantu pembelajar menyadari kemampuan metakognitif mereka sendiri.

Adapun tipe pembelajaran kooperatif yang digunakan pada penelitian ini adalah Student Team Achievement Division (STAD). Alasannya, pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat terjadi komunikasi di antara anggota kelompok. Komunikasi ini dapat berlangsung dengan baik karena adanya keterampilan mental dalam mengolah informasi, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan belajar yang harus dicapai atas dasar kesadaran anggota kelompok, di antaranya kemampuan bekerja sama dan kemampuan berpikir metakognitif.

Terkait dengan karakter, strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan pada prinsip metakognitif, yaitu merencanakan, mengontrol, dan merefleksi seluruh proses


(27)

kognitif (berpikir) yang terjadi selama proses mengapresiasi cerpen. Setiap proses kognitif yang disertai dengan kegiatan merencanakan, mengontrol, dan merefleksi seluruh proses kognitif yang terjadi akan menyebabkan mahasiswa memiliki kemandirian dan tanggung jawab terhadap proses belajarnya sehingga kebermaknaan yang mendalam terhadap apa yang dipelajari dapat tercapai secara optimal. Oleh karena itu, terdapat dua karakter yang dapat dikembangkan pada pembelajaran ini, yakni karakter mandiri dan karakter tanggung jawab. Selain itu dikembangkan pula karakter kerja sama di antara anggota kelompok mengingat kegiatan pembelajaran disusun melalui setting kooperatif. Strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang bersifat holistik karena mampu mengembangkan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif secara seimbang. Penerapan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran mengapresiasi cerita pendek, selain dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, juga diharapkan dapat menanamkan dan mengembangkan karakter mahasiswa. Karakter yang dimaksudkan di antaranya, karakter mandiri, tanggung jawab, dan kerja sama.

Atas dasar pemikiran di atas, penerapan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran mengapresiasi cerpen merupakan hal penting yang perlu mendapat perhatian dosen karena pada dasarnya saat mahasiswa melaksanakan kegiatan mengapresiasi sebagai sebuah proses pemaknaan karya sastra sebetulnya sedang terjadi proses berpikir (bernalar) sehingga diperlukan kesadaran dan pengendalian terhadap proses


(28)

pemahaman ini. Kesadaran dan pengendalian terhadap proses berpikir inilah yang disebut dengan strategi metakognitif. Untuk itu melatih mahasiswa dalam memberdayakan kemampuan metakognitif melalui kegiatan memantau, mengendalikan, dan mengevaluasi pemahaman akan berpengaruh terhadap kecermatan mahasiswa dalam mengapresiasi cerpen. Selain itu, penerapan strategi metakognitif dalam aktivitas pembelajaran berpotensi membentuk karakter, di antaranya dapat membentuk karakter mandiri, tanggung jawab, dan kerja sama. Dalam hal ini, dosen dapat mengajarkan mahasiswa untuk memiliki kemampuan-kemampuan dan karakter-karakter tersebut melalui serangkaian kegiatan pembelajaran di kelas. Berkaitan dengan itu, penelitian penerapan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting koperatif tipe STAD serta efektivitasnya terhadap peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita pendek dipandang perlu untuk dilakukan, khususnya untuk kalangan mahasiswa di STKIP Siliwangi Cimahi.

1.2 Identifikasi Masalah

Mengacu uraian latar belakang masalah penelitian, keberhasilan pembelajaran sastra akan berkaitan dengan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Proses pembelajaran sastra itu sendiri memiliki beberapa kekhasan yang disebabkan oleh tujuan pembelajaran sastra, juga oleh sifat-sifat karya sastra sebagai objek studinya. Faktor lain menyangkut langkah-langkah pembelajaran yang disusun, strategi pembelajaran yang diterapkan, dan bentuk


(29)

evaluasi yang digunakan. Faktor-faktor tersebut tentu saja akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran sastra.

Keberhasilan pembelajaran sastra ditentukan oleh banyak faktor. Untuk perbaikan secara menyeluruh dalam pembelajaran mungkin belum dapat dilaksanakan, tetapi upaya menuju perbaikan akan tetap diperlukan. Adapun sasaran penelitian ini tertuju pada penerapan strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengapresiasi karya sastra sehingga hasilnya diharapkan akan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan mahasiswa dalam mengapresiasi karya sastra.

1.3Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka disusun rumusan masalah dalam kalimat pertanyaan di bawah ini.

1. Apakah strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD lebih efektif dibandingkan dengan strategi pembelajaran langsung dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa STKIP Siliwangi? Rumusan ini dijabarkan lagi sebagai berikut.

a. Apakah terdapat peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa STKIP Siliwangi sebelum dan setelah menerapkan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD? b. Apakah kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa STKIP


(30)

c. Apakah terdapat peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa STKIP Siliwangi kelas eksperimen berdasarkan tingkat mengapresiasi?

d. Apakah terdapat peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa STKIP Siliwangi kelas eksperimen berdasarkan unsur-unsur pembentuk cerita pendek?

2. Apakah kualitas proses belajar mengajar mengapresiasi cerita pendek di STKIP Siliwangi dengan menggunakan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD cukup efektif? Rumusan ini dijabarkan lagi sebagai berikut.

a. Bagaimanakah perencanaan dan pelaksanaan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa STKIP Siliwangi?

b. Apakah penerapan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD pada pembelajaran mengapresiasi cerita pendek dapat mengembangkan karakter mandiri, tanggung jawab, dan kerja sama mahasiswa STKIP Siliwangi?

c. Apakah penerapan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD pada pembelajaran mengapresiasi cerita pendek dapat mengembangkan kesadaran metakognitif mahasiswa STKIP Siliwangi?


(31)

d. Bagaimanakah respons mahasiswa STKIP Siliwangi terhadap penerapan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD?

1.4 Tu juan Penel iti an

Secara umum tujuan penelitian ini menghasilkan model mengajar apresiasi cerita pendek dengan menerapkan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD. Adapun secara khusus, tujuan penelitian ini untuk

1. mengetahui keefektifan penerapan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa STKIP Siliwangi.

2. mengetahui perbedaan keefektifan antara strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD dengan strategi pembelajaran langsung dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa STKIP Siliwangi.

3. mengetahui tingkat mengapresiasi mahasiswa STKIP Siliwangi kelas eksperimen.

4. mengetahui kemampuan mengapresiasi mahasiswa STKIP Siliwangi berdasarkan unsur-unsur pembentuk cerita pendek.


(32)

5. mendeskripsikan perencanaan dan pelaksanaan penerapan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa STKIP Siliwangi.

6. mendeskripsikan perkembangan karakter mandiri, tanggung jawab, dan kerja sama mahasiswa STKIP Siliwangi pada pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui

setting kooperatif tipe STAD.

7. mendeskripsikan perkembangan kesadaran metakognitif mahasiswa STKIP Siliwangi pada pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD.

8. mendeskripsikan respons mahasiswa STKIP Siliwangi terhadap pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD.

1.5 Manfaat Penelitian

Proses dan hasil penelitian ini menghasilkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengapresiasi cerpen. Oleh karena itu, proses dan hasil penelitian ini mempunyai manfaat, baik secara teoretis maupun praktis.


(33)

Secara teoretis, proses dan hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai teori-teori atau prinsip-prinsip dasar keilmuan yang berkaitan dengan mengapresiasi cerita pendek, serta model pembelajarannya. Hal ini berguna sebagai bahan bandingan untuk mengapresiasi cerita pendek serta model pembelajaran sastra lainnya.

Secara praktis proses dan hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan pembelajaran sastra yang mengarah pada pemberdayaan kemampuan metakognitif. Melalui pemberdayaan kesadaran metakognisi, mahasiswa akan terbiasa merencanakan, mengontrol, dan mengevaluasi kegiatan belajar yang telah dilakukannya. Kemampuan ini penting dikuasai agar mereka dapat mengatur tujuan belajarnya sendiri dan dapat menentukan strategi belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, mahasiswa dapat bertanggugjawab terhadap pembelajaran mereka sendiri. Jika kemampuan ini dikelola akan membentuk mahasiswa menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan lebih mandiri.

Untuk dosen, penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan wawasan dosen dalam mencari solusi alternatif bentuk pembelajaran apresiasi cerita pendek yang mengarah pada pemberdayaan kemampuan metakognitif. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan baru dalam dunia pendidikan sebagai upaya meningkatkan mutu pembelajaran khususnya pembelajaran apresiasi sastra.

1.6 Asumsi Penelitian


(34)

1. Proses mengapresiasi karya sastra merupakan sebuah proses pemaknaan karya sastra dengan melibatkan kemampuan berpikir.

2. Pemberdayaan kemampuan berpikir dapat dilakukan dengan melatih mahasiswa menggunakan strategi metakognitif.

3. Strategi metakognitif merupakan strategi belajar yang mencerminkan perencanaan diri, pemantauan diri, dan evaluasi diri terhadap proses-proses kognitif yang dilakukan.

4. Kemampuan kognitif dan kemampuan metakognitif merupakan kemampuan yang saling menunjang dalam proses berpikir.

5. Kemampuan metakognitif dapat diukur dengan menggunakan rubrik penilaian keterampilan metakognitif. Hasil penilaian yang diperoleh melalui tes keterampilan metakognitif menunjukkan penguasaan kemampuan metakognitif mahasiswa.

6. Kemampuan kognitif dapat diukur dengan menggunakan soal-soal tes kemampuan kognitif. Skor yang diperoleh melalui tes kemampuan kognitif menunjukkan penguasaan kognitif mahasiswa.

7. Karakter seseorang tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi harus dibentuk.

8. Pembentukan karakter dapat dibina melalui pendidikan. Sarana untuk mengimplementasikan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui proses pembelajaran.

9. Penerapan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD memberi ruang kepada mahasiswa untuk memberdayakan


(35)

kemampuan metakognitif. Selain itu dapat membentuk mahasiswa memiliki karakter mandiri, tanggung jawab, dan kerja sama dalam proses pembelajaran.

1.7 Hipotesis Penelitian

Pada paparan sebelumnya diuraikan, penelitian ini akan memberlakukan penerapan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa STKIP Siliwangi Cimahi. Perlakuan dilaksanakan di dua kelas yakni kelas eksperimen dengan menerapkan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD dan kelas kontrol dengan menerapkan strategi pembelajaran langsung (SPL). Melalui pemberlakuan diharapkan dapat memberi gambaran objektif tentang perbedaan kemampuan mahasiswa STKIP Siliwangi dalam mengapresiasi cerita pendek.

Berdasarkan asumsi penelitian, dirumuskan hipotesis sebagai berikut. 1. Hipotesis Nol (Ho):

Tidak terdapat perbedaan kemampuan mengapresiasi cerita pendek antara mahasiswa STKIP Siliwangi yang menggunakan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD dengan mahasiswa STKIP Siliwangi yang menggunakan strategi pembelajaran langsung.

2. Hipotesis Alternatif (Ha):

Kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa STKIP Siliwangi yang menggunakan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD lebih efektif dibandingkan dengan kemampuan mengapresiasi cerita


(36)

pendek mahasiswa STKIP Siliwangi yang menggunakan strategi pembelajaran langsung pada tingkat kepercayaan 95% atau taraf signifikansi α = 0,05.

Hipotesis tersebut diuraikan lagi menjadi rincian hipotesis sebagai berikut. a. Kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa STKIP Siliwangi yang

menggunakan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa STKIP Siliwangi yang menggunakan strategi pembelajaran langsung.

b. Kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa STKIP Siliwangi yang menggunakan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa STKIP Siliwangi yang menggunakan strategi pembelajaran langsung.

c. Terdapat perbedaan tingkat mengapresiasi cerita pendek antara mahasiswa STKIP Siliwangi yang menggunakan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD dengan mahasiswa STKIP Siliwangi yang menggunakan strategi pembelajaran langsung.

d. Terdapat perbedaan kemampuan mengapresiasi unsur-unsur pembentuk cerita pendek antara mahasiswa STKIP Siliwangi yang menggunakan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD dengan mahasiswa STKIP Siliwangi yang menggunakan strategi pembelajaran langsung.


(37)

Penelitian ini bermaksud mengujicobakan penerapan Srategi Metakognitif Berorientasi Karakter (SMBK) melalui setting Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Mengapresiasi Cerita Pendek. Selanjutnya strategi ini dikaji untuk dilihat pengaruhnya terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Berkaitan dengan itu terdapat dua variabel penting yang tercakup pada penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah variabel strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD dan variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Variabel pertama merupakan variabel bebas yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya perubahan pada variabel lain dalam hal ini adalah kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

Dari hasil telaah empiris dan telaah teoretis, kemudian peneliti merancang SMBK melalui setting pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selanjutnya diujicobakan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa. Strategi hipotetik ini diberlakukan pada kelas eksperimen. Sebelum perlakuan dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan prates untuk mengetahui kondisi awal kemampuan mengapresiasi cerita pendek, selanjutnya melakukan pascates untuk mengetahui kemampuan mengapresiasi cerita pendek setelah diberi perlakuan. Untuk kelas kontrol, menggunakan Strategi Pembelajaran Langsung (SPL). Tahapan pada kelas kontrol ini juga dilaksanakan dengan menempuh tahapan yang sama seperti pada kelas eksperimen.

Dari hasil pemberlakuan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol kemudian dilakukan pengkajian berupa kegiatan menganalisis data, melakukan


(38)

interpretasi, menyimpulkan, membandingkan, merekomendasikan, dan menemukan solusi model mengapresiasi cerita pendek Untuk jelasnya, berikut ini digambarkan paradigma penelitian tersebut.

Teori Belajar Teori Strategi Metakognitif Teori Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD T E L A A H E M P I R I S Teori Karakter Teori Mengapresiasi Cerita Pendek M E R A N C A N G S T R A T E G I SMBK SPL HB HB PBM PBM


(39)

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian

1.9 Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan pokok-pokok penting yang merupakan kata kunci/frase dalam sebuah penelitian. Berikut ini dijelaskan kata kunci/frase penelitian secara operasional.

1. Penerapan strategi metakognitif berorientasi karakter (SMBK) melalui setting kooperatif tipe STAD dimaknai sebagai proses pembelajaran yang diawali dengan tahap perencanaan kemudian pelaksanaan pembelajaran mengapresiasi cerita pendek dengan menerapkan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD. Perencanaan dimaksudkan untuk merumuskan dan menetapkan interelasi sejumlah komponen dan variabel pembelajaran. Komponen-komponen tersebut meliputi komponen tujuan, bahan, pendekatan, strategi, metode/teknik, media, dan evaluasi pembelajaran (Sudjana, 1998:29). Pelaksanaan adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran yang sudah disusun melalui tiga tahap yang menjadi karakteristik strategi metakognitif seperti yang dikemukakan oleh John Flavell (1979) terdapat tiga tahap untuk melaksanakan strategi metakognitif, yaitu (1) tahap perencanaan diri (self-planning), (2) tahap pemantauan diri (self-monitoring), dan (3) tahap evaluasi diri (self-evaluation), dan disusun berdasarkan tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikemukakan Slavin (1995:7), proses pembelajaran STAD melalui lima tahap (1) tahap penyajian materi pembelajaran,


(40)

(2) tahap bekerja dalam kelompok, (3) tahap tes kemampuan individu, (4) tahap penghitungan perolehan skor individu, dan (5) tahap pemberian penghargaan kelompok. Keterpaduan antara tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan yang saksama memungkinkan terselenggaranya pembelajaran yang efektif. Selanjutnya strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD ini diorientasikan untuk mengembangkan karakter mahasiswa. Karakter yang dimaksud meliputi karakter mandiri, tanggung jawab, dan kerja sama. Karakter-karakter ini kemudian diobservasi untuk dilihat perkembangannya dalam pembelajaran. Alat ukur yang digunakan untuk mengobservasi munculnya karakter-karakter tersebut mengacu pada indikator yang diadopsi dari Pusat Kurikulum Balitbang Kemdiknas (2010:9). Karakter mandiri, adalah sikap dan perilaku dalam bertindak yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan suatu masalah atau tugas. Karakter tanggung jawab, adalah sikap dan perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Kerja sama, adalah sikap dan perilaku melaksanakan suatu kegiatan yang ditangani secara bersama-sama. Dengan demikian, yang dimaksud dengan penerapan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini adalah sebuah perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang merupakan elaborasi dari tahap-tahap strategi metakognitif dan tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diorientasikan untuk mengembangkan karakter mandiri, tanggung jawab, dan kerja sama. Strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD diterapkan pada pembelajaran mengapresiasi cerita pendek untuk dilihat


(41)

keefektifannya terhadap peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mahasiswa. Dengan menerapkan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran mengaparesiasi cerita pendek diharapkan akan memudahkan mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia semester IV di STKIP Siliwangi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2. Peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita pendek diartikan sebagai suatu proses meningkatnya kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang ditandai dengan perubahan skor kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebelum dan setelah diterapkan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD. Nilai kemampuan sebagai penanda meningkatnya kemampuan mengapresiasi cerita pendek diketahui berdasarkan pencapaian tujuan belajar yang diukur berdasarkan aspek kesastraan: tingkat pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga (Rusyana, 1984: 322) dan berdasarkan unsur-unsur intrinsik cerita pendek: tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan bahasa (Nurgiyantoro, 2010: 23) yang seluruhnya diarahkan untuk menguji kemampuan mengevaluasi yang termasuk pada jenjang revisi taksonomi Bloom tingkat ke lima (Anderson dan Krathwohl, 2010: 44). Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui peningkatan ini adalah tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Bentuk tes yang disiapkan berupa tes uraian. Tes dilaksanakan dua kali, pada awal pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Tes awal untuk mengetahui kondisi awal kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebelum diberi perlakuan, tes akhir untuk mengetahui kemampuan mengapresiasi cerita pendek setelah diberi perlakuan. Tes


(42)

kemampuan mengapresiasi cerita pendek ini diujicobakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dilakukan oleh para mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia semester IV di STKIP Siliwangi.


(43)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya menjelaskan prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban sesuai dengan permasalahan atau tujuan penelitian. Mengacu pada tujuan penelitian yang dikemukakan pada Bab I, metode penelitiannya adalah metode eksperimen (experimental research) tipe the

randomized pretest-posttest control group design yang termasuk dalam jenis true experimental design. Adapun desain penelitiannya sebagai berikut.

Treatment group: R O1 X1 O2

Control Group: R O3 X2 O4

(Fraenkel and Wallen, 2006: 274) Keterangan : R = Subjek eksperimen dan kontrol secara acak (random)

O1 = Prates kelas eksperimen O2 = Pascates kelas eksperimen

O3 = Prates kelas kontrol O4 = Pascates kelas kontrol

X1 = Perlakuan di kelas eksperimen berupa penerapan SMBK melalui setting kooperatif tipe STAD

X2= Perlakuan di kelas kontrol berupa penerapan strategi pembelajaran langsung


(44)

Ciri metode eksperimen adanya manipulasi perlakuan, peneliti memiliki beberapa kontrol sekitar hal yang akan terjadi pada subjek dengan memaksakan atau menetapkan kondisi tertentu. Kemudian membuat perbandingan antara subjek yang telah ada dan subjek lainnya yang belum diperlakukan dalam kondisi yang berbeda. Disamping itu, metode ini bermaksud menyelidiki hubungan sebab akibat antara kondisi yang dimanipulasi dan keluaran yang diukur (Mc.Millan dan Schumacher, 2001: 442). Selanjutnya MC.Millan dan Schumacher menjelaskan metode eksperimen merupakan pendekatan terbaik untuk membedakan pengaruh sebab-akibat dari sesuatu yang terisolasi, ataupun variabel tunggal. Adanya daya kontrol yang tinggi dan kekuatan dari manipulasi variabel mencirikan riset eksperimen menjadi jaminan di bidang pendidikan.

Penelitian ini bermaksud mengujicoba keefektifan strategi metakogntif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Untuk kepentingan tersebut, disiapkan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas ini mendapat perlakuan. Kelas eksperimen mendapat perlakuan dengan menerapkan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD, sementara itu kelas kontrol menerapkan strategi pembelajaran langsung. Pada penelitian jenis true

experimental design, keberadaan kelas kontrol diperlukan selain untuk

membandingkan juga untuk menemukan hubungan sebab-akibat antara kondisi yang dimanipulasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Syamsuddin, AR dan Damaianti (2006: 159) yang menjelaskan tiga karakteristik rancangan eksperimen murni, yaitu; a) adanya kelompok kontrol, b) siswa ditarik secara rambang dan


(45)

ditandai untuk masing-masing kelompok, dan c) sebuah tes awal diberikan untuk mengetahui perbedaan antarkelompok.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 61). Berdasarkan hal itu populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa STKIP Siliwangi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester IV kelas reguler tahun akademik 2010/2011 dengan segala karakteristiknya. Adapun jumlahnya 106 orang dengan perincian 43 orang laki-laki dan 63 orang perempuan.

Pemilihan mahasiswa STKIP Siliwangi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester IV kelas reguler tahun akademik 2010/2011 sebagai responden didasarkan pada pertimbangan bahwa mereka adalah calon pengajar bahasa dan sastra Indonesia sehingga dituntut memiliki kemampuan mengapresiasi cerita pendek Kemampuan ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengajarkan apresiasi cerita pendek kepada peserta didik.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011: 62). Penentuan sampel pada penelitian ini didasarkan


(46)

pada teknik simple random sampling. Teknik simple random sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi itu sehingga setiap unsur populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih. Cara demikian dapat dilakukan untuk anggota populasi yang dianggap homogen. Pengambilan acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak,dsb (Sugiyono, 2011: 64).

Berdasarkan hal itu, seluruh mahasiswa STKIP Siliwangi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester IV kelas reguler tahun akademik 2010/2011 dianggap homogen karena telah menempuh mata kuliah teori dan sejarah sastra, apresiasi dan kajian puisi, mata kuliah tersebut merupakan prasyarat sebelum menempuh mata kuliah apresiasi dan kajian prosa fiksi dan saat ini para mahasiswa tersebut sedang mengikuti perkuliahan apresiasi dan kajian prosa fiksi. Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan cara undi. Dari hasil undian diperoleh data mahasiswa STKIP Siliwangi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun akademik 2010/2011 semester IV kelompok A berjumlah 35 orang sebagai kelompok eksperimen yang selanjutnya disebut kelas eksperimen, dan mahasiswa semester IV kelompok B berjumlah 35 orang sebagai kelompok kontrol yang selanjutnya disebut kelas kontrol.

3.3 Prosedur Penelitian


(47)

penelitian eksperimen pada dasarnya sama dengan penelitian lain, yakni;1) memilih dan merumuskan masalah, 2) memilih subyek dan instrumen pengukuran, 3) memilih desain penelitian, 4) melaksanakan prosedur, 5) menganalisis data, dan 6) merumuskan kesimpulan.

Memilih dan merumuskan masalah, pada tahap ini peneliti melakukan studi pendahuluan untuk menemukan potensi dan masalah yang ada dilapangan, dan melakukan pengkajian terhadap teori-teori yang dibutuhkan. Hasil studi awal ini digunakan sebagai dasar untuk menetapkan masalah yang akan diteliti.

Memilih subyek dan menyusun instrumen pengukuran. Pada penelitian ini subyeknya adalah mahasiswa STKIP Siliwangi Bandung semester IV kelas reguler tahun akademik 2010/2011. Kemudian menyusun dan mengujicobakan instrumen penelitian yang sebelumnya telah dikonsultasikan kepada promotor, ko-promotor, dan anggota promotor.

Memilih desain penelitian. Adapun desain penelitianya adalah true

experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul). Dalam desain ini peneliti

dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah sampel yang digunakan untuk kelas eksperimen maupun sebagai kelas kontrol diambil secara

random (acak) dari populasi tertentu.

Melaksanakan prosedur penelitian. Pada tahap ini peneliti secara berurutan menyusun pedoman kerja secara menyeluruh dalam kegiatan penelitian sesuai dengan kebutuhan, mengonsultasikan rancangan penelitian kepada pimpinan


(48)

lembaga dan dosen yang terlibat dalam penelitian, menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, mengujicobakan penelitian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen kegiatan pembelajaran apresiasi cerita pendek dilaksanakan dengan menerapkan strategi metakognitif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD, sedangkan pada kelas kontrol kegiatan pembelajaran apresiasi cerita pendek dilaksanakan dengan menggunakan strategi pembelajaran langsung. Perlakuan dilaksanakan sebanyak empat kali untuk menyampaikan empat cerita pendek yang berbeda. Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dipandu oleh dua orang dosen yang memiliki kualifikasi yang sama sebagai pengajar sastra.

Menganalisi data hasil penelitian maksudnya mengolah data yang diperoleh sesuai dengan pendekatan atau desain penelitian yang digunakan dengan menggunakan ketentuan-ketentuan yang sudah ada.

Merumuskan kesimpulan merupakan tahap akhir dari rangkaian kegiatan penelitian yang dilaksanakan. Setelah melakukan analisis dan interpretasi, selanjutnya peneliti membuat generalisasi berdasarkan pada batasan-batasan penelitian yang ada dan sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik tes, teknik observasi, dan teknik angket digunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data hasil penelitian karena ketiga teknik pengumpulan data tersebut digunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian


(49)

yakni data hasil tes, data hasil observasi, dan data hasil angket. Data-data ini kemudian diolah dan didokumentasikan untuk kepentingan penelitian.

3.4.1Teknik Tes

Tes digunakan untuk mengukur keefektifan strategi metakogntif berorientasi karakter melalui setting kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Jenis tes yang digunakan tes tulis dengan bentuk tes uraian. Bentuk tes uraian memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam mengapresiasi cerita pendek.

Instrumen tes yang disusun memuat aspek kesastraan: tingkat pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga (Rusyana, 1984: 322) dan berdasarkan unsur-unsur intrinsik cerita pendek: tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan bahasa (Nurgiyantoro, 2010: 23) yang seluruhnya diarahkan untuk menguji kemampuan mengevaluasi yang termasuk pada jenjang revisi taksonomi Bloom tingkat ke lima (Anderson dan Krathwohl, 2010: 44). Berikut ini kisi-kisi tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek berdasarkan pada aspek-aspek yang dikemukakan di atas.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

No Aspek Kesastraan yang Diukur Jenjang Kemampuan

Jumla h Soal

Nomor Butir Soal

1 Tingkat Pertama

Tema 1 1

Alur 3 7,8,9


(50)

Latar K-5

Sudut Pandang 1 13

Bahasa

2 Tingkat Kedua

Tema

K-5

1 2

Alur

Tokoh (Penokohan) 1 6

Latar 2 11,12

Sudut Pandang 1 14

Bahasa 2 15,16

3 Tingkat Ketiga

Tema

K-5

2 17, 20

Alur 2 10,19

Tokoh (Penokohan) 1 18

Latar

Sudut Pandang Bahasa

Jumlah sebaran soal atas keenam unsure cerita pendek di atas tidak merata hal ini disebabkan setiap cerita pendek memiliki karakteristik yang berbeda, bersifat khas sehingga untuk mencapai sebaran soal yang seimbang tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, penentuan sebaran soal didasarkan pada kebutuhan dengan memperhatikan fungsi penyusunan soal sastra yang bersifat apresiatif.

Berdasarkan kebutuhan tersusun 20 buah soal. Pertanyaan yang disusun

berdasarkan cerita pendek berjudul “Tunggu Aku di Pojok Jalan Itu” karya Iwan

Simatupang. Pedoman penilaian menggunakan skor dengan rentang nilai 0 – 5 sehingga skor akhir setiap subjek berada dalam rentang 0 – 100. Berikut ini pedoman penilaiannya.

Tabel 3.2 Pedoman Penilaian

Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

No Kategori yang


(51)

1 2 3 4

1 Tema

5 Memaparkan tema dengan tepat disertai lebih dari 1 alasan yang mendukung

4 Memaparkan tema dengan tepat hanya disertai 1 alasan yang mendukung

3 Memaparkan tema dengan tepat tetapi tidak disertai alasan yang mendukung

2 Memaparkan tema kurang tepat 1 Memaparkan tema tidak tepat 0 Tidak mampu memaparkan tema

2 Alur

5 Memaparkan alur dengan tepat disertai lebih dari 1 alasan yang mendukung

4 Memaparkan alur dengan tepat hanya disertai 1 alasan yang mendukung

3 Memaparkan alur dengan tepat tetapi tidak disertai alasan yang mendukung

2 Memaparkan alur kurang tepat 1 Memaparkan alur tidak tepat 0 Tidak mampu memaparkan alur

3 Tokoh (Penokohan)

5 Menyebutkan 3 tokoh dengan tepat disertai penggambaran ciri-ciri karakter tokoh 4 Menyebutkan 1-2 tokoh dengan tepat disertai

penggambaran ciri-ciri karakter tokoh

3 Menyebutkan tokoh dengan tepat tetapi tidak disertai penggambaran ciri-ciri karakter tokoh

2 Memaparkan tokoh kurang tepat 1 Memaparkan tokoh tidak tepat 0 Tidak mampu memaparkan tokoh

4 Latar

5 Memaparkan latar dengan tepat disertai lebih dari 1 alasan yang mendukung

4 Memaparkan latar dengan tepat hanya disertai 1 alasan yang mendukung

1 2 3 4

3 Memaparkan latar dengan tepat tetapi tidak disertai alasan yang mendukung

2 Memaparkan latar kurang tepat 1 Memaparkan latar tidak tepat 0 Tidak mampu memaparkan latar

5 Sudut Pandang

5 Memaparkan sudut pandang dengan tepat disertai lebih dari 1 alasan yang mendukung

4 Memaparkan sudut pandang dengan tepat hanya disertai 1 alasan yang mendukung

3 Memaparkan sudut pandang dengan tepat tetapi tidak disertai alasan yang mendukung


(52)

1 Memaparkan sudut pandang tidak tepat 0 Tidak mampu memaparkan sudut pandang

6 Bahasa

5 Memaparkan bahasa dengan tepat disertai lebih dari 1 alasan yang mendukung

4 Memaparkan bahasa dengan tepat hanya disertai 1 alasan yang mendukung

3 Memaparkan bahasa dengan tepat tetapi tidak disertai alasan yang mendukung

2 Memaparkan bahasa kurang tepat 1 Memaparkan bahasa tidak tepat 0 Tidak mampu memaparkan bahasa

Selanjutnya, perangkat tes yang telah disusun secara berturut-turut diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya. Berikut ini penjelasannya.

a. Uji Validitas Tes

Untuk mengetahui kesahihan setiap butir soal diadakan uji validitas tes. Pengujian tingkat validitas tes menggunakan perhitungan koefisien korelasi dengan rumus product moment yakni menghitung koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total untuk setiap aspek. Perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut.

√∑[ ∑

r = indeks yang dicari validitasnya

χ = skor yang dicapai untuk setiap butir soal y = skor total yang dicapai setiap siswa

(Natawidjaja, 1988: 43) Tafsiran mengenai besarnya koefisien korelasi sebagai berikut.

Tabel 3.3


(53)

Interval Deskripsi

0,00 – 0,20 Korelasi kecil, hubungan hampir dapat diabaikan 0,21 – 0,40 Korelasi rendah, hubungan kecil tetapi jelas

0,41 – 0,70 Korelasi sedang, hubungan memadai 0,71 – 0,90 Korelasi tinggi, hubungan besar

0,91 – 1,00 Korelasi sangat tinggi, hubungan erat

(Guilford dalam Natawidjaja, 1988: 48)

Butir soal tes dinyatakan valid jika hasil perhitungan koefisien korelasi (rhitung) antara skor butir dengan skor total lebih besar dari nilai kritisnya (rtabel). Dari hasil penghitungan diketahui indeks validitas instrumen berada pada kisaran antara 0,502 sampai 0,726 dengan kategori validitas sedang. Pengujian validitas berdasarkan rtabel sebesar 0,334 pada N=35, interval kepercayaan 0.05. Ini menunjukkan bahwa kedua puluh soal dalam instrumen penelitian tersebut valid dan layak digunakan. Berikut ini uraian validitas instrumennya.

Tabel 3.4

Validitas Instrumen Tes

Nomor Soal

Validitas Instrumen

Indeks Validitas

Nilai r tabel

(N=35,α=5%) Keterangan Tafsiran Kesimpulan

1 2 3 4 5 6

1 0,502 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel Sedang Valid

2. 0,631 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel sedang Valid

3. 0,708 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel Sedang Valid

4. 0,573 0,334 r Positif,


(54)

5. 0,631 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel Sedang Valid

6. 0,726 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel Sedang Valid

7. 0,661 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel Sedang Valid

8. 0,614 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel sedang Valid

9. 0,726 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel Sedang Valid

10 0,668 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel sedang Valid

11. 0,613 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel Sedang Valid

12. 0,712 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel sedang Valid

13. 0,631 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel Sedang Valid

14. 0,643 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel sedang Valid

15 0,659 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel Sedang Valid

16. 0,719 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel Sedang Valid

17. 0,550 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel Sedang Valid

18. 0,721 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel Sedang Valid

1 2 3 4 5 6

19. 0.609 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel Sedang Valid

20. 0.603 0,334 r Positif,

Rhitung>rtabel Sedang Valid

b. Uji Reliabilitas Tes

Uji reliabilitas tes pada penelitian ini menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Perhitungannya menggunakan rumus berikut ini.


(1)

Ika Mustika, 2013

Penerapan Strategi Metakognitif Berorientasi Karakter (SMBK) melalui Setting Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) bagi Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Gramedia

Sumardjo,Jakob.1997.Catatan Kecil tentang Menulis Cerpen.Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset

Sugiyono.2011.Statistika untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta

Sudiarta.2006.Pengembangan dan Implementasi Pembelajaran Matematika Berorientasi pemecahan Masalah Kontekstual Open-Ended untuk Siswa Sekolah Dasar :Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA Singaraja, Volume 39, Edisi Khusus Desember 2008

Suwondo, Tirto. 2011. Analisis Struktural Salah Satu Model Pendekatan dalam Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sodiq.Syamsul,dkk.2003. Pengarusutamaan Kompetensi pada Kajian Bahasa,Sastra,Seni dan Pembelajarannya.Surabaya:FBS UNESA

Suryaman, Maman. Menuju Pembelajaran Sastra yang Berkarakter dan Mencerdaskan.Tersediapada:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/makalah-Menuju%20Pembelajaran%20Sastra.pdf

S e r r a , M . J . , & M e t c a l f e , J . 2 0 0 9 . E f f e c t i v e i m p l e - m e n t a t i o n o f m e t a c o g n i t i o n . I n D . H a c k e r , J . D u n l o s k y , & A . G r a e s s e r ( E d s . ) , H a n d b o o k o f m e t a c o g n i t i o n i n e d u c a t i o n ( p p 2 7 8 - 2 9 8 ) . N e w York: Psychology Press

Takwim,Bagus.2006.MengajarAnakBerpikirKritis.Tersediawww.kompas.com/kes ehatan/nems/0605/05/093521

Taylor, L. 1993. Vygotskian Influence in Mathematics Education, with Particular Reference to Attitude Development. Focus on Learning Problems in Mathematics. Spring & Summer Edition. Volume 15, Numbers 2 & 3. (halaman 3-16). Center for Teaching/Learning of Mathematics

Teeuw.A.1983.Membaca dan Menilai Sastra.Jakarta:Gramedia Teeuw.A.1984. Sastra dan Ilmu Sastra.Jakarta:Pustaka Jaya

Tarigan,Henry Guntur.1986.Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung:Angkasa Tarigan, Henry Guntur. 1995. Dasar-dasar Psikosastra .Bandung: Angkasa. Tobin, K.Capie,W dan Bettencourt A.1998..Active Learning for Hidher Cognitive learning in Science.International Journal of Science Education 10 (1), 17-27


(2)

Ika Mustika, 2013

Tim Pustaka Yustisia.2007. Panduan Lengkap KTSP.Yogyakarta:Pustaka Yustisia Tjahyono,L.1988. Sastra Indonesia Pengantar Teori dan Apresiasi. Ende: Nusa Indah.

Uno, Hamzah B.2011. Perencanaan Pembelajaran.Jakarta:Sinar Grafika Offset Utami,Wahyu Murti. Teori Metakognitif dan Problem Solving files.wordpress.com/2011/03/presen-psikobel.docx

Van Zile-Tamsen, C. M. 1994. The role of motivation in metacognitive self-regulation. Unpublished manuscript, State University of New York at Buffalo. Van Zile-Tamsen, C. M. 1996. Metacognitive self-regualtion and the daily academic activities of college students. Unpublished doctoral dissertation, State University of New York at Buffalo.

Wirasasmita,S.1998.Teknik Penyusunan dan Analisis Tes Prestasi Belajar.Bandung:LP

Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychology Active Learning Edition. Boston:Allyn and Bacon

Wilson, B., Teslow, J.L., Taylor, L. 1993. Instructional Design Perspectives on

Mathematics Education With Reference to Vygotsky’s Theory of Social

Cognition.Focus on Learning Problems in Mathematics. Spring & Summer Editions. Volume 15, Numbers 2 & 3. (halaman 65 – 85). Center for Teaching/Learning of Mathematics

Weinstein, C., & Mayer, R. 1986. The teaching of learning strategies. In M.C. Wittrock (Ed.), Handbook of Research on Teaching, 3rd Edition (pp. 315-327). New York: Macmillan.

White, B., & Frederiksen, J.1998. Inquiry, Modeling, and Metacognition: Making Science Accessible to All Students. Cognition and Instruction, 16(1), 3-118.

Wellek,Rene dan Austin Warren.1995.Teori Kesusastraan.Jakarta:Gramedia Zubaedi.2011. Desain Pendidikan karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta:Kencana


(3)

Ika Mustika, 2013

Penerapan Strategi Metakognitif Berorientasi Karakter (SMBK) melalui Setting Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) bagi Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ANGKET PENGALAMAN MENGAPRESIASI

Petunjuk :

Jawablah angket ini sesuai dengan pengalaman kamu. Beri tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E di depan pilihan jawaban yang telah disediakan.

Terimakasih atas kerjasamanya.

Nama Mahaiswa : ... Kelas : ...

Jurusan : ………

Soal

1. Jenis Karya Sastra mana yang paling Anda sukai? A. Prosa Baru

B. Prosa Lama C. Puisi lama D. Puisi Baru E. Cerita Drama

2. Di antara bentuk prosa fiksi, jenis mana yang paling disukai? A. Cerita pendek

B. Novel C. Novellet D. Dongeng E. Hikayat

3. Siapa, atau lingkungan mana, yang menjadi pendorong Anda menyukai karya sastra? A. Diri sendiri

B. Lingkungan keluarga C. Lingkungan sekolah

D. Lingkungan pergaulan (luar sekolah) E. Semuanya (A,B,C.D)

4. Sejak kapan Anda tertarik akan karya sastra? A. TK

B. SD C. SMP D. SMA E. PT


(4)

5. Ketika bersekolah di mana Anda merasa tertarik akan pembelajaran sastra? A. TK

B. SD C. SMP D. SMA E. PT

6. Bila diminta mengapresiasi sebuah karya sastra, bagaimana perasaaan Anda? A. Senang sekali

B. Senang C. Biasa saja

D. Tidak senang/Kurang senang E. Sangat tidak senang

7. Dalam belajar sastra di kelas, kegiatan mana yang paling Anda sukai? A. Mendiskusikan karya sastra

B. Mengapresiasi/mengkaji karya sastra C. Mengemukakan kritik

D. Melaporkan ringkasan cerita E. Menyimak penjelasan dosen

8. Dalam surat kabar/mingguan/majalah, tulisan mana yang paling Anda sukai? A. Karya sastra (cerpen, cerita bersambung, puisi. dll)

B. Kritik sastra C. Resensi buku D. Timbangan buku E. Esai atau bahasan sastra

9. Apakah di kelas (dalam pembelajaran sastra) Anda berdiskusi mengenai karya sastra yang telah dibaca?

A. Sering sekali B. Sering C. Jarang D. Pernah E. Tidak pernah

10. Apakah di luar kelas Anda juga berdiskusi mengenai karya sastra yang dibaca? A. Sering sekali

B. Sering C. Jarang


(5)

Ika Mustika, 2013

Penerapan Strategi Metakognitif Berorientasi Karakter (SMBK) melalui Setting Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) bagi Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu D. Pernah

E. Tidak pernah

11. Kapan Anda biasanya membaca karya sastra? A. Selalu mencari kesempatan

B. Bila sedang berminat C.Setiap ada waktu luang

D. Bila kebetulan ada bukunya/majalah E.Bila ada tugas

12. Apakah Anda mencari buku-buku karya sastra atau majalah di perpustakaan? A. Sering sekali

B. Sering C. Jarang D. Pernah E. Tidak pernah

13. Dalam satu bulan terakhir ini berapa buah cerpen yang Anda baca? A. 4 (atau lebih)

B. 3 buah C. 2 buah D. 1 buah E. Tidak pernah

14. Apakah Anda pernah menyaksikan lomba baca cerpen? A. Sering sekali

B. Sering C. Jarang D. Pernah E. Tidak pernah

15. Apakah Anda pernah menjadi peserta lomba baca cerpen? A. Sering sekali

B. Sering C. Jarang D. Pernah E. Tidak pernah

16. Apakah Anda pernah menulis cerpen? A. Sering sekali


(6)

C.Jarang D. Pernah E. Tidak pernah

17. Apakah Anda pernah mengirim tulisan (cerpen) untuk dimuat di surat kabar/majalah? A. Sering sekali

B. Sering C. Jarang D. Pernah E. Tidak pernah

18.Apakah tulisan (cerpen) Anda pernah dimuat di surat kabar/majalah A. Sering sekali

B. Sering C. Jarang D. Pernah E. Tidak pernah

19. Apakah Anda terlibat dalam sebuah Komunitas Seni Sastra di kampus/ di luar kampus? A. Terlibat dan aktif

B. Terlibat tetapi tidak aktif C. Pernah terlibat

D. Tidak terlibat E. Tidak tahu

20.Apakah motivasi Anda untuk terlibat dalam komunitas seni sastra di kampus/di luar kampus

A. Untuk mengembangkan potensi diri B. Untuk menambah wawasan

C. Untuk memenuhi tugas dari dosen D. Supaya terlihat hebat, keren E. Tidak tahu


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

The effectiveness of using student teams achievement division (stad) technique in teaching direct and indirect speech of statement (A quasi experimental study at the eleventh grade of Jam'iyyah Islamiyyah Islamic Senior high scholl Cege)

3 5 90

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Applying Student Teams Achievement Division (STAD) Technique to Improve Students’ Reading Comprehension in Discussion Text. (A Classroom Action Research in the Third Grade of SMA Fatahillah Jakarta)

5 42 142

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA FIKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIF Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Fiksi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Circ ( Cooperative Integrad

0 1 15