PENGARUH KINERJA PENGAWAS SEKOLAH, KINERJA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KINERJA PROFESIONAL GURU, DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR BERDASARKAN KATEGORI SD RSBI, SSN DAN SPM DI DKI JAKARTA.
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN…………...... ... i
LEMBAR PERSETUJUAN…………...... ... ii
ABSTRAK…………...... ... iii
DAFTAR ISI…………...... ... v
BAB. I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 2
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB. II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 6
A.Kajian Teori ... 6
1. Administrasi Sekolah Dasar ... 7
a. Hakikat Administrasi Sekolah Dasar ... 8
2. Mutu Sekolah Dasar ... 8
3. Kinerja Pengawas, Kepala Sekolah dan Guru ... 10
a. Dimensi Kinerja Pengawas, Kepala Sekolah dan Guru ... 12
4. Iklim Sekolah ... 13
B.Kerangka Pikir Penelitian ... 13
C.Hipotesis Penelitian ... 15
BAB. III METODE PENELITIAN ... 17
A.Pendekatan Penelitian ... 17
B.Instrumen Pengumpul Data ... 17
C. Pengumpulan Data ……… ... 18
D.Pengolahan Data ... 18
(2)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 20
A.Hasil Penelitian ... 20
1.Sekolah Dasar Kategori RSBI ... 22
2.Sekolah Dasar Kategori SSN………24
3. Sekolah Dasar Kategori SPM………...25
B.Pembahasan ... 27
1. Capaian Skor Variabel………27
2. Kualitas Relasi Antarvariabel ………27
3. Pembahasan hipotesis………..…….. 28
C. Model Peningkatan Mutu Sekolah Dasar ... 33
1. Rasional ... 33
2. Tujuan ... 34
3. Asumsi ... 34
4. Visualisasi Model ……… … ... 35
5. Strategi Implementasi ... 43
6. Indikator Ketercapaian Model ... 44
7. Penilaian ... 44
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 45
A. Kesimpulan... 45
B. Implikasi ... 47
C. Rekomendasi ... 48
(3)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Amanat yang diberikan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 salah satunya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini berarti bahwa negara memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan yang bermutu kepada seluruh rakyat Indonesia.
Pendidikan yang bermutu ini merupakan sarana utama untuk menghasilkan sumber daya manusia yang mampu memaksimalkan potensi diri yang dimilikinya serta mampu mengelola sumber daya alam yang dianugerahkan Tuhan kepadanya secara bijaksana. Hal ini sejalan dengan fungsi pendidikan yang disebutkan dalam undang-undang pendidikan No. 20 tahun 2003, yaitu “pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Upaya untuk menghadirkan pendidikan yang bermutu tentu saja bukan merupakan pekerjaan yang tanpa halangan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi saat ini yang menunjukkan bahwa meskipun berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan seperti pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kinerja guru melalui pelatihan, pengadaan dan perbaikan sarana serta
(4)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2 prasarana pendidikan, dan lain sebagainya, namun masih terdapat kesenjangan
antara harapan dan kenyataan. Kondisi ini dapat dilihat dari hasil penelitian mengenai pemetaan mutu yang dilakukan oleh LPMP DKI yang mengungkapkan bahwa masih banyak faktor yang harus ditingkatkan dari sekolah di DKI Jakarta (LPMP 2010).
Berdasarkan kondisi yang digambarkan di atas, tentu saja perlu dilakukan upaya yang dapat memperbaiki kondisi tersebut. Diperlukan strategi tertentu yang efektif dan efisien untuk mampu mengatasi masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan Indonesia. Strategi yang menempatkan sekolah sebagai sebuah organisasi yang mampu menjamin setiap orang memperoleh manfaat dari organisasi tersebut. Meskipun demikian, agar penerapan strategi peningkatan mutu terhadap sekolah dapat berjalan secara efektif, pemegang kebijakan dan para
stake holeder sekolah harus mampu menjawab pertanyaan apakah yang perlu
diperbaiki adalah seluruh faktor atau tertentu saja menjadi factor utama penyebab mutu. Sebagaimana dikemukakan Davis dan Newstrom (1985: 152), terdapat empat faktor yang harus diperhatikan untuk memperbaiki mutu pendidikan, yaitu SDM (People), Sistem Organisasi (Structure), Sarana dan Prasarana (Technology), dan lingkungan tempat pendidikan itu diselenggarakan (environment). Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dilakukan penelitian dengan cermat dan akurat sehingga dapat ditemukan penyebab rendahnya mutu pendidikan yang diselenggarakan selama ini.
Bila dianalisis secara mendalam rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat disebabkan oleh salah satu atau beberapa faktor faktor di atas. Dari seluruh
(5)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3 faktor dominan tersebut terdapat faktor utama yaitu manusia. Faktor ini mampu
mengendalikan semua kondisi yang ada karena sesungguhnya manusialah yang mengendalikan kondisi yang ada itu. Sehubungan dengan hal tersebut, sebelum membicarakan faktor organisasi, sarana dan prasarana, dan lingkungan, dikaji terlebih dahulu faktor manusianya (SDM). Kondisi lingkungan yang buruk, sarana dan prasarana yang belum memadai, organisasi yang tidak menguntungkan dapat berubah menjadi baik apabila dikelola oleh SDM yang baik. Sebaliknya organisasi yang baik, sarana dan prasarana yang memadai, dan lingkungan yang kondusif dapat berubah menjadi buruk bila dipimpin dan dihuni oleh orang-orang yang buruk. Dengan dasar itulah penelitian ini dilakukan.
Pemerintah berupaya untuk mendorong peningkatan mutu pendidikan nasional dengan menerbitkan Permen No. 19 tahun 2005 berisi Delapan Standar Nasional Pendidikan yang dapat dijadikan kriteria minimal ketercapaian sistem pendidikan di seluruh wilayah Indonesi. Standar nasional pendidikan ini terdiri dari:
1. Standar kompetensi lulusan. 2. Standar isi.
3. Standar proses.
4. Standar pendidikan dan tenaga kependidikan. 5. Standar sarana dan prasarana.
6. Standar pengelolaan.
7. Standar pembiayaan pendidikan. 8. Standar penilaian pendidikan.
Delapan Standar Nasional Pendikan yang disebutkan di atas kemudian dijadikan dasar untuk melakukan pengkategorian apakah suatu sekolah telah
(6)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4 memenuhi standar minimum ketercapaian tersebut atau bahkan telah
melampauinya.
Sebagai organisasi penyelenggara jasa pendidikan, sekolah harus mampu menjamin bahwa layanan pendidikan yang diberikan kepada masyarakat merupakan layanan pendidikan yang terbaik yang menjamin masa depan peserta didik yang mengikuti pendidikan di sekolah tersebut. Sehubungan dengan hal itu Schargel (1994:3) mengatakan, “Sebagai sebuah organisasi, lembaga pendidikan hendaknya juga memiliki karakteristik organisasi bermutu yaitu fokus terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen”. Pemenuhan terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan menjadi utama dan pertama sasaran pendidikan. Kebutuhan dan keinginan masyarakat sesungguhnya adalah keinginan pasar SDM. Artinya, antara pendidikan dan kebutuhan dan keinginan pasar SDM terdapat relasi erat yang saling memenuhi.
Konsep fokus terhadap pelanggan merupakan titik sentral dari konsep manajemen mutu terpadu (MMT) atau total quality management (TQM). MMT adalah mengenai menciptakan sebuah kultur mutu yang mendorong seluruh bagian dalam organisasi untuk berupaya memuaskan pelanggan. Konsep ini berbicara mengenai bagaimana memberikan sesuatu yang diinginkan oleh pelanggan, serta kapan dan bagaimana mereka menginginkannya. Ia disesuaikan dengan perubahan harapan dan gaya pelanggan dengan cara mendesain produk dan jasa yang memenuhi dan memuaskan harapan mereka (Sallis, 2008:59-60).
Schargel (1994:2) mengemukakan bahwa mutu terpadu dalam pendidikan adalah:
(7)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
A process which involves focusing on: meeting and exceeding customer expectations, continous improvement, sharing responsibilities with employees and reducing scrap and rework.
Definisi yang disampaikan oleh Schargel di atas mengemukakan bahwa mutu terpadu dalam pendidikan adalah sebuah proses yang meliputi fokus terhadap memenuhi dan melampaui harapan konsumen, perbaikan yang terus menerus, saling berbagi tanggungjawab antar karyawan, serta mengurangi pekerjaan yang harus dikerjakan ulang.
Upaya untuk meningkatkan mutu sekolah tidak dapat dilepaskan dari hasil data yang tersedia atapun penelitian mengenai mutu sekolah yang telah dilakukan terdahulu. Berdasarkan hasil nilai Ujian Nasional di DKI Jakarta tahun 2010-2011 didapatkan bahwa peringkat nilai sepuluh besar tidak ada satu pun sekolah dasar yang berasal dari sekolah kategori RSBI.
Tabel 1.1 Peringkat Hasil UN Sekolah Dasar DKI Jakarta Tahun 2010/2011
No. Nama Sekolah Kategori Nilai
UN Rank
1 SDS Kartika X-7 Swasta 28.75 1
2 SDN Kebon Baru 03 pg SPM 27.97 2
3 SDN Duren Tiga 01 pg SPM 27.91 3
4 SDN Kalisari 02 pg SSN 27.9 4
5 SDN Cijantung 02 pg SPM 27.76 5
6
SDS Sinar Pengharapan Utama
Swasta
27.72 6
7 SDS Kartika VIII-2 Swasta 27.71 7
8 SDN Pengadegan 07 pg SPM 27.62 8
9 SDN Rawajati 03 pg SSN 27.61 9
10 SDN Cipinang Melayu 04 pg SPM 27.57 10
(8)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6 Data ini dapat diartikan bahwa kebijakan yang diterapkan pemerintah
belum berjalan dengan baik. Sekolah dasar kategori RSBI yang seharusnya menjadi sekolah teladan tidak menunjukkan prestasi maksimal. Ini dapat dijadikan acuan awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor yang mempengaruhi mutu.
Penelitian yang dilakukan LPMP DKI Jakarta tahun 2010 menunjukan bahwa terdapat kesenjangan antara mutu yang diharapkan sebagaimana tertuang dalam Standar Nasional Pendidikan dengan kondisi sesungguhnya. Usaha peningkatan mutu sekolah dasar masing-masing pihak tidak terkoordinir searah dengan tujuan bersama. Bafadal (2009:35-36) dalam bukunya menyebutkan bahwa begitu banyak program peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar ditetapkan dan diupayakan secara sentralistik oleh pemerintah pusat. Banyak program pelatihan guru dirancang dan dilaksanakan secara terpusat dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar. Hasilnya peningkatan mutu di sekolah dasar tetap tidak banyak peningkatan, karena selain tidak sesuai dengan kondisi sekolah upaya tersebut tidak dibarengi oleh upaya internal sekolah untuk meningkatkan mutu.
Sejalan dengan yang dikemukakan Bafadal di atas, Ester Lince Napitupulu (2012) dalam harian Kompas mengutip pernyataan Unifah Rosyidi yang menyebutkan bahwa selama ini guru dibina tanpa arah dan dasar. Akibatnya, pendidikan dan pelatihan (diklat) yang dilakukan pemerintah dan pemerintah daerah menjadi sia-sia karena tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan guru. Kondisi ini dibuktikan dengan hasil UKG secara nasional yang pernah dilakukan
(9)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7 Kemendikbud pada 2004. Para guru tidak menguasai mata pelajaran yang
diampunya. Nilai rata-rata guru mata pelajaran berkisar di angka 18-23. Kompetensi guru kelas TK rata-rata 41,95, sedangkan guru kelas SD 37,82. Demikian juga hasil uji kompetensi awal (UKA) guru tahun 2012. Secara nasional, rerata kompetensi guru TK 58,87, SD (36,86), SMP (46,15), SMA (51,35), SMK (50,02), serta pengawas (32,58).
Nilai kompetensi guru sebagaimana yang dikemukakan kementerian pendidikan tersebut merupakan gambaran mengenai rendahnya kemampuan yang dimiliki oleh guru sekolah. Kondisi ini baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kemampuan guru dalam melakukan proses pendidikan kepada siswa. Artinya, jika mengacu pada rumusan bahwa kinerja adalah hasi kali dari motivasi dan pengetahuan, maka rendahnya kompetensi guru akan berdampak secara langsung terhadap rendahnya tingkat kinerja guru. (Fattah (2001:16)
Sebagai suatu sistem yang menyeluruh, peningkatan mutu sekolah dasar terbentuk dari interaksi pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, orang tua siswa, dan komite sekolah. Selanjutnya, perilaku warga sekolah sangat dipengaruhi oleh iklim sekolah, sehingga pembentukan mutu sekolah tidak dapat dilepaskan dari pembentukan iklim sekolah yang terjadi antara warga sekolah untuk terlaksananya proses belajar mengajar yang mengarah pada peningkatan mutu pembelajaran disekolah..
Berdasarkan pendapat atau teori para ahli dan fakta empiris mengenai mutu sekolah di atas, terdapat beberapa faktor utama yang mempengaruhi mutu
(10)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8 sekolah, untuk selanjutnya disebut faktor penyebab mutu. Di antara
faktor-faktor penyebab mutu yang dominan tersebut adalah kinerja pengawas sekolah, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja profesional guru, dan iklim sekolah. Menemukan penyebab mutu ini sangat penting, karena setelah ditemukan organisasi bisa memulai proses perbaikan berkelanjutan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari falsafah manajemen mutu terpadu.
Kondisi di atas melatar belakangi keinginan penulis untuk menganalisis permasalahan dengan lebih mendalam apakah faktor-faktor penyebab mutu yang terdiri dari kinerja pengawas sekolah, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja profesional guru, dan iklim sekolah memiliki pengaruh positif terhadap mutu sekolah.
Penulis berupaya memperjelas arah penelitian ini dengan mengambil judul disertasi: “Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, dan Iklim Sekolah terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori SD RSBI, SSN, dan SPM di DKI Jakarta.”
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan beberapa penelitian, di antaranya yang dilakukan LPMP pada 2010 mengenai mutu sekolah di DKI Jakarta, didapatkan bahwa mutu sekolah dasar masih perlu ditingkatkan. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan di antaranya, warga sekolah, orang tua siswa, lingkungan dan peraturan pemerintah. Berbagai faktor tersebut menjadi jalinan masalah yang komplek dan dari hari ke hari semakin bertambah. Secara nyata
(11)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9 terdapat upaya memperbaiki kondisi tersebut, namun belum mendapatkan hasil
yang maksimal.
Hoy dan Miskel (2008: 292) mengemukakan bahwa sebagai sebuah sistem, mutu sekolah dapat dilihat dari efektifitas input, proses, dan output sekolah tersebut. Input sekolah meliputi sarana prasarana, sumberdaya manusia yang di dalamnya meliputi kepala sekolah, pengawas sekolah, guru, dan siswa, visi, misi, kurikulum dan metode pembelajaran, serta kondisi lingkungan. Selanjutnya masukan atau input sekolah ini di-transformasikan melalui proses belajar mengajar di sekolah untuk dapat menghasilkan mutu hasil sekolah. Sebuah proses dikatakan efektif jika di dalamnya terdapat iklim sekolah yang dapat mengkoordinasikan input sekolah sehingga tercipta pemberdayaan terhadap siswa dan warga sekolah lainnya. Input dan proses belajar mengajar di sekolah yang efektif merupakan prasyarat untuk menghasilkan output sekolah yang bermutu. Berikut ini merupakan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mutu sekolah:
(12)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10 Gambar 1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu hasil
(Adaptasi Wayne K. Hoy dan Cecil. G Miskel, 2008: 292)
Sebagai sebuah lembaga jasa, kualitas sekolah tidak terlepas dari peran sumberdaya manusia yang menjalankan dan mengorganisis terjadinya proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Edward Sallis (2005:19) bahwa:
The causes of poor quality and quality failure are materially different for services and products. Products often fail because of faults in raw materials and components. Their design may be faulty or they may not be manufactured to specification. Poor quality services, on the other hand, are usually directly attributable to an organization’s behaviours or attitudes.
Pendapat tersebut mengindikasikan bahwa sumberdaya manusia memiliki peranan yang penting bagi organisasi yang memfokuskan diri dalam sektor jasa, termasuk sektor pendidikan. Hal ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Udin S. Saud dan Djam’an Satori (2007:3) bahwa sumberdaya manusia menduduki puncak hirarki dalam administrasi pendidikan dan merupakan faktor yang menentukan. Berkaitan dengan pendapat tersebut, dalam konteks sekolah, semiberdaya manusia yang memiliki peran secara formal untuk mengelola dan menjaga berlangsungnya sistem di sekolah adalah pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru.
Pengawas sekolah yang memiliki peran untuk mengevaluasi sekaligus melakukan pembinaan terhadap warga sekolah, berdasarkan penelitian yang dilakukan LPMP masih memiliki kompetensi yang tingkat capaiannya belum maksimal (LPMP 2010: 51-55). Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut karena jika dikaitkan dengan siklus PDCA (Plan—Do—Check—Act) yang dikemukakan Deming untuk melakukan perbaikan secara terus menerus terhadap organisasi, pengawas sekolah memiliki peran yang penting. Di dalam siklus
(13)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11 tersebut pengawas sekolah berada pada posisi C (Chek) yang bertugas untuk
melakukan evaluasi dan memberikan pembinaan terhadap warga sekolah, sehingga mutu sekolah dapat tetap terjaga sekaligus mengalami peningkatan.
Deming (2000: 23) menyebutkan bahwa untuk meningkatkan mutu organisasi perlu dilakukan pelembagaan kepemimpinan (institute leadership). Kepemimpinan (leadership) berbeda dengan pemimpin (leader). Sejalan dengan yang diuraikan di atas, Turney,et.al (1992:65) mengemukakan bahwa secara umum peran kepala sekolah selaku manajer puncak atau pemimpin adalah melakukan perencanaan, pengomunikasian, memotivasi, mengorganisir, dan mengontrol. Selain itu, Turney juga menambahkan bahwa untuk menopang peran ini, kepala sekolah juga harus memiliki kemampuan manajemen secara umum yang meliputi kemampuan manajemen informasi, pengambilan keputusan, dan penyelesaian masalah.
Faktor dominan lainya adalah guru yang berperan penting dalam keberhasilan pendidikan karena guru berinteraksi langsung dengan siswa pada proses pembelajaran di kelas. Pengelolaan kelas yang interaktif atau yang mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 bahwa pembelajaran diharuskan dengan melalui ekplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, memerlukan kemampuan guru yang professional. Berdasarkan penelitian terdahulu bahwa kualitas lulusan siswa tergantung kepada tingkat profsionalisme seorang guru.
Bekaitan dengan hasil penelitian di atas pemerintah memberikan perhatian yang serius terhdap peningkatan kualitas guru dengan PERMENEGPAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang jabatan nasional guru
(14)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12 dan angka kreditnya sehingga sekolah dapat menghasilkan lulusan yang
berkualitas.
Peningkatan mutu sekolah tidak dapat maksimal tanpa terbentuknya iklim sekolah yang mendukung proses belajar mengajar di sekolah. Iklim sekolah yang kondusif merupakan hasil interaksi yang bersifat positif antara seluruh warga sekolah, sehingga timbul persepsi bersama yang dapat mendorong setiap warga sekolah untuk membentuk budaya mutu di sekolah (Hoy & Miskel, 2008: 200).
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas peneliti memfokuskan diri untuk menganalisis pengaruh pengawas sekolah, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja professional guru dan iklim sekolah terthadap mutu sekolah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Seberapa besar pengaruh kinerja pengawas sekolah, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, dan kinerja professional guru secara bersama-sama terhadap iklim sekolah dasar kategori RSBI, SSN dan SPM di DKI Jakarta?
b. Seberapa besar pengaruh kinerja pengawas sekolah terhadap iklim sekolah dasar kategori RSBI, SSN dan SPM di DKI Jakarta?
c. Seberapa besar pengaruh kinerja kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim sekolah dasar kategori RSBI, SSN dan SPM di DKI Jakarta?
d. Seberapa besar pengaruh kinerja profesional guru terhadap iklim sekolah dasar kategori RSBI, SSN dan SPM di DKI Jakarta?
(15)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13 e. Seberapa besar pengaruh kinerja pengawas sekolah, kinerja kepemimpinan
kepala sekolah, kinerja professional guru, secara bersama-sama terhadap mutu sekolah dasar kategori RSBI, SSN dan SPM di DKI Jakarta?
f. Seberapa besar pengaruh kinerja pengawas sekolah terhadap mutu sekolah dasar kategori RSBI, SSN dan SPM di DKI Jakarta?
g. Seberapa besar pengaruh kinerja kepemimpinan kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar kategori RSBI, SSN dan SPM di DKI Jakarta?
h. Seberapa besar pengaruh kinerja profesional guru terhadap mutu sekolah dasar kategori RSBI, SSN dan SPM di DKI Jakarta?
i. Seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap mutu sekolah dasar kategori RSBI, SSN dan SPM di DKI Jakarta?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian yang diharapkan penulis adalah untuk mengetahui keterkaitan antara kondisi dilapangan dengan penerapan konsep tentang manajemen mutu sekolah melalui studi hubungan dan pengaruh kinerja pengawas, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja professional guru dan iklim sekolah terhadap sekolah mendapatkan gambaran empiris yang mendalam mengenai hubungan dan pengaruh kinerja pengawas, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja profesional guru, dan iklim sekolah terhadap mutu sekolah.
(16)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut:
a. Menganalisis pengaruh kinerja pengawas sekolah, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, dan kinerja professional guru secara bersama-sama terhadap iklim sekolah dasar kategori RSBI, SSN, dan SPM di DKI Jakarta.
b. Menganalisis pengaruh kinerja pengawas sekolah terhadap iklim sekolah dasar kategori RSBI, SSN, dan SPM di DKI Jakarta.
c. Menganalisis pengaruh kinerja kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim sekolah dasar kategori RSBI, SSN, dan SPM di DKI Jakarta.
d. Menganalisis pengaruh kinerja professional guru terhadap iklim sekolah dasar kategori RSBI, SSN, dan SPM di DKI Jakarta.
e. Menganalisis pengaruh kinerja pengawas sekolah, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja professional guru, dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap mutu sekolah dasar kategori RSBI, SSN, dan SPM di DKI Jakarta.
f. Menganalisis pengaruh kinerja pengawas sekolah terhadap mutu sekolah dasar kategori RSBI, SSN, dan SPM di DKI Jakarta.
g. Menganalisis pengaruh kinerja kepemimpinan kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar kategori RSBI, SSN, dan SPM di DKI Jakarta.
h. Menganalisis pengaruh kinerja profesional guru terhadap mutu sekolah dasar di kategori RSBI, SSN, dan SPM DKI Jakarta
i. Menganalisis pengaruh iklim sekolah terhadap mutu sekolah dasar kategori RSBI, SSN, dan SPM di DKI Jakarta.
(17)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
E. Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini memberi manfaat secara praktis pada penyelenggaraan sistem penjaminan mutu pendidikan di sekolah, khususnya yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Namun demikian penelitian ini juga memberi manfaat kepada:
1. Kajian Teoritis
a. Memberikan kontribusi yang berdaya guna secara teoritis, metodologis dan empiris bagi kepentingan akademis dalam bidang ilmu pendidikan khusunya administrasi pendidikan, terutama pada mutu sekolah dasar kinerja pengawas sekolah, kinerja kepemimpinan kepala sekolah,kinerja profesional guru, dan iklim sekolah.
b. Penelitian ini dapat menemukan dan atau memperkuat teori tentang mmutu sekolah.
c. Dapat dijadikan sebagai alternative model inovasi dalam mutu sekolah dasar.
2. Praktisi Pendidikan
Secara praktis penelitian ini memberi:
a. Informasi faktual kepada semua pihak tentang pengaruh kinerja pengawas, kepala sekolah, dan guru terhadap pengembangan iklim sekolah yang secara bersama-sama membentuk mutu sekolah.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan pembinaan dan mengembangakan model
(18)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16 pembinaan pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru dalam rangka
mengembangkan iklim sekolah yang menjamin terwujudnya mutu sekolah. c. Hasil penelitian ini menjadi acuan untuk pengawas sekolah, kepala
sekolah, dan guru untuk melakukan evaluasi diri dalam rangka meningkatkan efektivitas kerja.
d. Hasil penelitian merupakan umpan balik bagi pengambilan kebijakan berkaitan komitmen pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru terhadap tugas pokok yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Pembelajaran yang berguna bagi pembinaan dan pengembangan kapasitas pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru di masa yang akan datang.
F. Penjelasan Istilah
Agar penelitian yang dilakukan penulis memiliki makna dan tidak terjadi kesalahan persepsi terhadap aspek-aspek yang dianalisis, maka penulis sampaikan penjelasan terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Mutu
Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan (Zamroni, (2001:7).
(19)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17 2. Mutu Sekolah Dasar
Karakteristik menyeluruh dari input, proses, dan output sekolah dasar yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan stakeholder sekolah. Sekolah dasar bermutu adalah sekolah dasar yang mampu berfungsi sebagai wadah proses edukasi, wadah proses sosialisasi, dan wadah proses transformasi, sehingga mampu mengantarkan anak didik menjadi terdidik, memiliki kedewasaan mental dan sosial, serta memiliki ilmu pengetahuan. (Ibrahim Bafadal, 2009:20).
3. Iklim Sekolah
Iklim sekolah adalah persepsi bersama warga sekolah mengenai suasana lingkungan sekolah yang relatif bertahan lama dan mempengaruhi perilaku warga sekolah (Hoy dan Miskel, 2008:198).
4. Kinerja
Ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. (Fattah, 2001:19).
5. Pengawas Sekolah
Pengawas sekolah adalah guru pegawai negeri sipil yang diangkat dalam jabatan pengawas sekolah. Selanjutnya disebutkan pula bahwa kegiatan pengawasan adalah kegiatan pengawas sekolah dalam menyusun program pengawasan, melaksanakan program pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan
(20)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18 program, dan melaksanakan pembimbingan dan pelatihan professional guru (PP
74 tahun 2008). 6. Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah, yaitu menyelenggarakan administrasi sekolah. (Permendiknas No 28 tahun 2010)
7. Kepemimpinan Kepala sekolah
Kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien (Rosmiati et al., 2008:126).
8. Guru
Guru adalah pendidik profesional yang dalam menjalankan tugasnya menggunakan metode dan strategi belajar-mengajar yang tepat sehingga menghasilkan suasana kegiatan belajar dan mengajar yang interaktif kondusif dan menyenangkan. (UU No 14 Tahun 2005)
G. Sistematika Laporan Penelitian
Hasil penelitian disusun dalam sebuah karya tulis ilmiah sebagai laporan hasil penelitian dengan berpedoman dengan mengimplementasikan gaya selingkung yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Adapun sistematika laporan disajikan sebagai berikut.
(21)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19 Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab pertama menyajikan
tentang pendahuluan yang mendeskripsikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah yang didalamnya mencakup identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, penjelasan istilah, dan sistematika penulisan laporan penelitian.
Bab kedua mendeskripsikan kajian pustaka dan kerangka pemikiran. Kajian pustaka menjabarkan tentang landasan teori baik teori utama dan teori turunannya. Selain itu, dijabarkan pula tentang hasil-hasil penelitian yang relevan dan posisi penelitian yang dilakukan oleh peneliti. bagian selanjutnya dipresentasikan kerangka pemikiran yang melandasi tindakan penelitian ini. Bagian ini diakhiri dengan penyajian hipotesis penelitian.
Bab ketiga memaparkan tentang metode penelitian. Dalam bab ini disajikan topik tentang desain lokasi dan subjek penelitian, definisi konseptual dan definisi operasional, pengembangan alat pengumpul data, pengumpulan data, dan prosedur dan teknik pengolahan data.
Bab keempat mendeskrisikan tentang pengolahan dan penyajian data, pembahasan, dan model implementasi peningkatan mutu sekolah dasar. Pengolahan data meliputi analisis data hingga pengujian hipotesis untuk selanjutnya dilakukan pembahasan terhadap hasil analisis temuan penelitian. Dari hasil analisis yang kemudian dibahas diajukan model pembentukan mutu sekolah
Bab kelima berisi simpulan dan rekomendasi implementasi kepada pihak-pihak yang berkenaan dengan pembinaan pengawas sekolah, kepala sekolah, guru,
(22)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20 dan peningkatan mutu sekolah. Setelah bab lima diakhiri, bagian selanjutnya
(23)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
204
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif asosiatif deskriptif, yaitu penelitian yang menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Teknik yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis).
Variabel yang menjadi fokus analisis adalah kinerja pengawas sekolah (X1), kinerja kepemimpinan kepala sekolah (X2), kinerja profesional guru (X3),
iklim sekolah (Y), dan mutu sekolah (Z). Responden yang menjadi subjek penelitian untuk menganalisis pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen dalam penelitian ini adalah pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru sekolah dasar.
Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa sekolah terdistribusi dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi atau lebih dikenal sebagai sekolah dengan standar pelayanan minimal (SPM), sekolah yang memenuhi standar nasional (SSN), dan sekolah yang berada dalam kategori rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). Secara area DKI Jakarta terdiri atas Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara. Kondisi riil pendidikan di masing-masing daerah pun tidak sama. Oleh sebab itu, penelitian ini
(24)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
205 merepresentasikan kondisi pendidikan sekolah dasar di DKI Jakarta, maka sampel penelitian ini terdiri atas sekolah pada masing masing daerah di DKI Jakarta.
Populasi dalam penelitian ini adalah sekolah dasar di Jakarta dengan kategori RSBI, SSN, dan SPM yang berjumlah 2213 sekolah. Dari seluruh anggota populasi tersebut, yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sekolah dasar negeri di DKI Jakarta yang dikategorikan (strata) menjadi kategori RSBI, SSN, dan SPM. Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 109) “Sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.” Sedangkan menurut Bambang
Prasetyo (2005 : 118) “Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin
diteliti”.
Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Disproportionate Stratified Random Sampling. Menurut Sugiyono (2008 :
83) “Teknik Disproportionate Stratified Random Sampling digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasi berstrata, tetapi kurang proporsional”.
Pemilihan teknik Disproportionate Stratified Random Sampling ini dilandasi alasan karena tidak proporsionalnya jumlah sekolah dalam masing-masing kategori (strata) sekolah kategori RSBI, SSN, dan SPM di DKI Jakarta. Sebagai gambaran, jumlah sekolah kategori RSBI di DKI sebanyak 8 sekolah, SSN 78 sekolah, dan SPM adalah 2126 sekolah.
(25)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
206 Dalam melakukan pengambilan sampel, penulis melakukan langkah-langkah berikut:
1. Menentukan kriteria yang jelas yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk menstratifikasi populasi ini dalam lapisan-lapisan, yaitu RSBI, SSN, dan SPM.
2. Setiap elemen yang ada dalam populasi dimasukkan ke dalam salah satu strata.
3. Setiap sekolah yang menjadi sampel diwakili oleh satu orang pengawas sekolah, satu orang kepala sekolah, dan dua hingga tiga orang guru.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 88 Sekolah Dasar Negeri, dengan responden yang terdiri dari pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru. Adapun derajat kesalahan (α) yang digunakan adalah 5%. Jumlah sampel tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus Daniel & Terrel (Daniel & Terrel, 1986:202) untuk menetapkan jumlah sampel terhadap jumlah populasi sekolah negeri di Jakarta yang berjumlah 2213 sekolah. Formulasinya sebagai berikut:
Keterangan:
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
Z = Nilai Z dengan Alpha 0,05, maka nilai Z = 1,96 p = Estimasi proporsi = 0,06
q = 1 - p
d = Tingkat kesalahan Alpha = 0,05 N - 1 = Faktor koreksi kesalahan
n =
pq
z
N
d
pq
Nz
2 2
2
)
1
(26)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
207
Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
Area
Klasi fikasi
SD
Jumlah Sekolah Jumlah Kepala Sekolah
Jumlah Pengawas Sekolah Jumlah Guru
Popu lasi Sam pel Popu lasi Sam pel Popu lasi Sam pel Sebaran Kuesioner Untuk Pengawas Popu lasi Sam pel
SPM 258 12 257 12
31
10
12 2183 37
Jak Pus
SSN 11 7 11 7 7 122 27
RSBI 2 2 2 2 2 39 11
SPM 507 19 507 19
61
11
19 6364 68
Jak Tim
SSN 22 8 22 8 8 246 27
RSBI 2 2 2 2 2 39 12
SPM 650 8 649 8
68
8
8 5365 53
Jak Sel
SSN 20 7 19 7 7 211 22
RSBI 2 2 2 2 2 38 11
SPM 441 5 441 5
63
10
5 3789 26
Jak Bar
SSN 14 5 14 5 5 158 16
RSBI 1 1 1 1 1 19 6
SPM 272 6 272 6
28
5
6 2420 28
Jak Ut
SSN 10 3 10 3 3 115 10
RSBI 1 1 1 1 1 26 8
Jml 2213 88 2210 88 251 44 88 21134 362
Tabel di atas menunjukan distribusi populasi dan sampel penelitian. Sekolah yang dijadikan sampel penelitian adalah sebanyak 88 sekolah dasar negeri di DKI Jakarta dari kategori SPM, SSN dan RSBI. Warga sekolah yang mengisi instrumen penelitian adalah kepala sekolah, guru dan pengawas sekolah. Guru dan kepala sekolah dari sekolah yang dijadikan sampel penelitian masing-masing mengisi satu kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai variabel kinerja pengawas, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja professional guru, iklim
(27)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
208 sekolah dan mutu sekolah. Sedangkan pengawas sekolah mengisi satu atau lebih kuesioner sesuai dengan kategori sekolah yang dibimbing oleh pengawas yang bersangkutan. Ini dilakukan karena pengawas sekolah tidak hanya mengawas pada satu kategori sekolah, namun juga pada beberapa sekolah dengan kategori berlainan.
B. Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan rancangan tersebut di atas penelitian ini menyertakan dua variabel yaitu variabel bebas (eksogen) dan variabel terikat (endogen). Deskripsi masing-masing variabel tersebut disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.2 Variabel-Variabel Penelitian
No. Variabel Simbol Jenis Variabel
1 Kinerja Pengawas Sekolah X1 Variabel bebas
2 Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah
X2 Variabel bebas
3 Kinerja Profesional Guru X3 Variabel bebas
4 Iklim Sekolah Y Variabel perantara
6 Mutu Sekolah Z Variabel Terikat
Pemahaman terhadap variabel-variabel tersebut di atas sangat penting. Diharapkan setiap variabel menyatakan makna tunggal (monovalen). Untuk maksud tersebut perlu dijelaskan pengertian kata atau kelompok kata dalam
(28)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
209 varibabel di atas. Adapun definisi operasional kata dan atau kelompok kata dalam variabel tersebut masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Kinerja Pengawas Sekolah
Kemampuan seorang pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas kepengawasan sesuai dengan tugas pokok yang meliputi pembinaan, pemantauan dan penilaian terhadap sekolah yang menjadi tanggung jawab binaannya secara utuh dan keseluruhan dalam rangka meningkatkan kinerja sekolah sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.
Dimensi kinerja pengawas sekolah meliputi (Glickman, Carl. et al. 2010:11): pertama adalah pengetahuan, artinya pengawas harus memahami apa hal-hal positif yang dapat dicapai oleh guru dan sekolah. Di mana selama ini tidak terdapat dalam pola yang berlaku di sekolah tersebut.Selain itu,pengawas juga harus memahami karakteristik kepala sekolah, guru dan sekolah yang berada di bawah pengawasannya. Pengawas perlu memahami pengetahuan mengenai pengembangan orang dewasa, guru dan diharapkan kegiatan pengawasan dapat mengubah kebiasaan negatif di sekolah.
Kedua adalah kemampuan interpersonal (interpersonal skill). Pengawas harus memahami bagaimana perilaku interpersonal mereka dapat memberikan pengaruh terhadap individu sekaligus kelompok serta mempergunakan kemampuan tersebut untuk membawa perubahan ke arah yang positif.
Ketiga, pengawas harus memiliki kemampuan teknis dalam mengamati, merencanakan, menilai, dan mengevaluasi perubahan dan perbaikan yang terjadi.
(29)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
210
2. Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan bersama (Kristianty, 2005: 109).
Kepala sekolah sebagai pemimpin satuan pendidikan harus memiliki komitmen yang merupakan kebulatan tekad untuk menciptakan pertumbuhan kemajuan. Selanjutnya kepala sekolah juga harus memahami nilai-nilai sebagai standar yang memengaruhi setiap aspek kehidupan.
Seorang kepala sekolah dalam kesehariannya sebagai pemimpin juga dituntut untuk memiliki konsistensi sikap. Konsistensi dari seorang pemimpin menunjukkan bahwa konsistensi menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan sikap tetap/konsekwen seorang pemimpin dalam mengurus pihak yang dipimpinnya. Konsistensi menyangkut pula keteguhan visi seorang pemimpin dalam mewujudkan cita-cita sekolah.
Kemampuan komunikasi merupakan unsur yang takterpisahkan dari kinerja kepemimpinan seorang kepala sekolah. Kemampuan dalam komunikasi ini meliputi kemampuan mendengarkan, empati, menyampaikan pesan, dan memberikan umpan balik.
3. Kinerja Profesional Guru
Karakteristik guru yang profesional di antaranya adalah, selalu membuat perencanaan konkrit kegiatan pembelajaran, mengubah pola pikir lama menjadi
(30)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
211 menolak yang kurang edukatif, gaya mengajar difokuskan pada model
”pemberdayaan” dan pengkondisian daripada drill dan indoktrinasi, berani meyakinkan terhadap inovasi pendidikan yang edukatif dan kritis, dan kreatif dalam kebutuhan kegiatan belajar.
Berdasarkan dimensi kompetensi yang dirumuskan oleh Fakry Gaffar, (2006: 2-4), dapat dirumuskan bahwa dimensi kinerja professional guru meliputi penguasaan di bidang substansi atau materi atau isi teaching subjects atau mata pelajaran yang menjadi bidang keahlian. Selanjutnya penguasaan terhadap
learning equipment dan learning resorces yang diperlukan dalam PBM.
Kemudian guru yang professional diharuskan untuk dapat mengolah learning
resorces untuk mendukung proses belajar. Guru yang professional juga
disyaratkan untuk dapat menerapkan teknologi informasi dalam upaya meningkatkan efektivitas belajar anak. Dan berikutnya guru yang professional diharapkan untuk dapat menyusun rencana pelajaran yang mengemas isi, media teknologi dan values dalam setiap proses pembelajaran.
4. Iklim Sekolah
Iklim sekolah adalah persepsi bersama warga sekolah mengenai suasana lingkungan sekolah yang relatif bertahan lama dan kondisi tersebut mempengaruhi perilaku warga sekolah (Hoy dan Miskel, 2008:198). Dimensi iklim terdiri dari
Suportive Behavior, Directive Behavior, Restrictive Behavior, dan Collegial Behavoir.
(31)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
212
5. Mutu Sekolah Dasar
Mutu sekolah karakteristik menyeluruh dari input, proses, dan output sekolah dasar yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan stakeholder sekolah (Hoy dan Miskel, 2008:292). Input merupakan segala sesuatu yang harus tersedia untuk berlangsungnya proses. Sedangkan proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta penentuan input dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang nyaman, mampu mendorong motivasi dan minat belajar dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Dimensi mutu hasil meliputi kepuasan, persistensi, dan overall quality.
C. Pengembangan Alat Pengumpul Data
Proses pengembangan instrumen pengumpul data penelitian tidaklah mudah. Pengembangan instrumen harus memenuhi persyaratan ilmiah. Artinya instrumen penelitian harus dikembangkan dengan menggunakan pendekatan ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Titik tolak penyusunan instrumen penelitian adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, digunakan matriks pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen (Sugiyono, 2008:104).
(32)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
213 Pengembangan instrumen penelitian atau instrumen pengumpul data dikembangkan melalui tahapan sebagai berikut.
Gambar 3.1 Alur Pengembangan Instrumen Penelitian
Keberhasilan penelitian ini sangat bergantung kepada kualitas instrumen yang digunakan untuk menggali data penelitian. Instrumen yang berkualitas menjamin memberi data yang faktual dan objektif dan simpulan yang diperoleh dari data yang baik adalah simpulan yang tepat dan benar. Artinya tingkat akurasi data menjamin tingkat ketepatan keputusan/kebijakan atau kesimpulan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian dan grand design instrumen penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini:
Identifikasi Variabel Penelitian
Definisi Variabel Penelitian
KomponenVariabel Penelitian
Subkomponen Variabel Indikator Variabel
Penelitian Item/Butir
Pertanyaan/Soal
Instrumen Valid dan Reliabel Perbaikan/Revisi
Instrumen Ujicoba dan
Analisis Butir
KISI-KISI INSTRUMEN
(33)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
214
Tabel 3.3 Rangkuman Instrumen Penelitian Komponen
Variabel Dimensi Indikator
Jumlah Item Nomor Item Jenis Data Kinerja Pengawas a. Pengetahuan
1. Pengetahuan mengenai pengembangan orang dewasa
2. Mengetahui karakteristik warga sekolah
3. Memahami kelemahan sekolah
4. Memahami potensi sekolah 5. Mengetahui berbagai bentuk
pengawasan alternatif yang sesuai dengan karakteristik sekolah
9
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Interval
b. Interpersonal
1. Memiliki kemampuan menyampaikan ide dengan jelas
2. Dapat melakukan
penyaaman persepsi dengan audiensi
3. Dapat menjadi sumber pemecahan masalah 4. Mampu memberikan
dorongan terhadap audiens.
8 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,17 Interval c. Teknis
1. Dapat melakukan analisis kebutuhan sekolah 2. Mampu membuat
perencanaan 3. Dapat melakukan
pengamatan
4. Memiliki kemampuan melakukan penelitian 5. Memiliki kemampuan
evaluasi 19 8,19,20, 21,22,23 ,24,25,2 6,27,28, 29,30,31 ,32,33,3 4,35,36 Interval Kinerja Kepemimpin an Kepala a. Komitmen
1. Semangat untuk berinovasi. 2. Berani mengambil resiko. 3. Memiliki visi dan misi yang
jelas
4. Memberikan dorongan untuk meningkatkan kinerja
20 1,2,3,4,5 ,6,7,8,9, 10,11,12
(34)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
215 Sekolah
5. kerja sama dalam
membangun kepercayaan. 6. Memberikan kewenangan
terhadap bawahan 7. Menghargai sumbangan
individu terhadap setiap keberhasilan.
8. Mensyukuri keberhasilan tim
,13,14, 15,16,17, 18,19,20
b. Nilai-nilai 1.2. Kejujuran Memelihara janji 3. Bersifat adil
8 21,22,23,24,25,2 6,27, 28
Interval
c. Konsistensi
1. Sikap konsekuen
2. Keteguhan hati 8
29,30,31 ,32,33,3 4,35,36
Interval
d. Komunikasi
1. Mendengarkan secara aktif. 2. Empati.
3. Penyampaian pesan secara jelas.
4. Penggunaan media komunikasi yang tepat. 5. Adanya komunikasi dua
arah 14 37,38,39 ,40,41,4 2,43,44, 45,46,47 ,48,49, 50 Interval Kinerja Profesional a. Penguasaan Materi Pembelajaran
1. Penguasaan struktur pembelajaran
2. Penguasaan konsep SK KD
3. Penguasaan pola pikir mata pelajaran lingkup lokal, nasional, global
6 1,2,3,4, 5,6 Interval b. Penguasaan Penggunaan
1. Pemanfaatan sarana
prasarana di sekeliling 5 7,8,9,
10,11
(35)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
216
Guru Sarana
Prasarana sekolah c. Kemampuan Pengelolaan Sumber Daya Pembelajaran
1. Mengolah sumberdaya pembelajaran secara kreatif sesuai tingkat perkembangan siswa 2. Melakukan refleksi 3. Memanfaatkan hasil
refleksi dan peningkatan keprofesionalan
9
12,13,14 ,15,16,17
,18,19,20 Interval
d. Penguasaan Teknologi Informasi
1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi 2. Mengikuti kemajuan
jaman 5 21,22,23 ,24,25 Interval e. Penguasaan Perencanaan Pembelajaran
1. Memiliki materi
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa 2. Memahami tujuan
pembelajaran 3. Memahami SK yang
diajarkan 10 26,27, 28,29,30 ,31,32, 33,34,35 Interval Iklim Sekolah a. Supportive Behavior
1. Kepala sekolah memberikan pembinaan terhadap guru dan staf.
2. Kepala sekolah memberikan perhatian terhadap
kesejahteraan warga sekolah.
3. Kepala sekolah menjaga kendali atas aktivitas warga sekolah.
4. Kepala sekolah
9 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
(36)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
217 mendengarkan dan terbuka
terhadap saran guru
b. Directive Behavior
1. Kepala sekolah memberikan arahan mengenai tugas dan kewajiban
2. Kepala sekolah melakukan monitoring terhadap guru dan staff
3. Peraturan pimpinan sangat ketat
6
10, 11, 12, 13,
14, 15 Interval
c. Restrictive Behavior
1. Guru disibukan dengan tugas
2. Kewajiban rutin 3. Beban kerja
8 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23 Interval d. Collegial Behavior
1. Sikap saling terbuka. 2. Interaksi formal 3. Interaksi non-formal. 4. Pembagian tugas.
7 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, Interval Mutu Sekolah
a. Kepuasan 1. Kedisiplinan 2. Moral kerja
3. Loyalitas 8
23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
Interval b. Persistensi 1. Tingkat kehadiran
pendidik dan tenaga kependidikan.
2. Tingkat kehadiran siswa 3. Sustainabilitas 9 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,38, 39 Interval c. Overall quality
1. Prestasi akademik 2. Prestasi non akademik 3. Daya serap lulusan ke
SMP berdasarkan peringkat.
4. Keterlibatan siswa dalam ekstrakurikuler
5. Adanya penghargaan 6. Kualitas nilai
7. Akreditasi
8. Ketercapaian Peringkat Sekolah
22
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22 Interval
(37)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
218 Struktur instrumen pengumpul data meliputi (1) Biodata responden dan (2) isi angket. Angket disajikan secara tertutup dengan empat pilihan, masing-masing pilihan jawaban mewakili intensitas/kualitas item pertanyaan atau pernyataan yang tertera dalam instrumen. Responden cukup memberi tanda check atau contreng pada kolom skor yang menyatakan intensitas/kualitas pernyataan/ pertanyaan secara faktual. Dalam rangka mendukung jawaban yang objektif, responden diberi pengarahan seperlunya. Adapun alternatif jawaban, skor, dan arti skor dalam instrumen disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.4 Alternatif Jawaban, Skor, dan Arti Skor pada Instrumen Penelitian
No. Alternatif jawaban Skor Arti Skor
1 TS 1 Tidak Setuju
2 KS 2 Kurang Setuju
3 S 3 Setuju
4 SS 4 Sangat Setuju
Dengan menggunakan kisi-kisi tersebut di atas disusun perangkat angket yang meliputi
1. Angket untuk mengukur/mengetahui kinerja pengawas sekolah,
2. Angket untuk mengukur/mengetahui kinerja kepemimpinan kepala sekolah, 3. Angket untuk mengukur/mengetahui kinerja profesional guru,
4. Angket untuk mengukur/mengetahui iklim sekolah, dan 5. Angket untuk mengetahui/mengukur mutu sekolah.
(38)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
219 Untuk mengetahui karakteristik (validitas) masing-masing butir dalam masing-masing perangkat angket dan realiabilitas masing-masing perangkat angket perlu dilakukan ujicoba. Karakteristik yang hendak diuji dalam instrumen penelitian ini adalah validitas dan reliabilitas masing-masing instrumen.
1. Uji Validitas
Uji validitas yang dilakukan terhadap setiap item pertanyaan, pengujian dilakukan dengan mengkorelasikan setiap item pertanyaan dengan jumlah seluruh item. Pendapat Singarimbun & Effendi (1995:124), yang mengemukakan bahwa;
“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keabsahan dan
kevalidan suatu alat ukur atau instrumen penelitian”. Validitas menunjukkan
sejauh mana suatu alat ukur itu mampu mengukur apa yang akan diukur dalam suatu penelitian.
Pengujian validitas alat ukur atau instrumen penelitian, dilakukan dengan menggunakan Rumus Koefisien Korelasi Product Moments Pearson dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 20.
Untuk dapat menentukan tingkat validitas suatu alat ukur atau instrumen penelitian adalah dengan membandingkan korelasi item terhadap total skor item dengan nilai r table dengan taraf α = 0,05. Hasil uji validitas instrument dengan N= 50 dan taraf α =0,05 adalah sebagai berikut.
(39)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
220
Tabel 3.5 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
No. Variabel Jumlah
Butir
Gugur Jumlah Akhir
1 KPS 38 2 36
2 KKKS 52 2 50
3 KPG 38 3 35
4 IS 30 0 30
5 MS 43 4 39
Jumlah 201 11 190
2. Uji Reliabilitas
Pendapat ahli, Singarimbun dan Effendi (1995: 140). Memberi
pemahaman, bahwa; “Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur atau instrumen penelitian dapat dipercaya atau diandalkan dalam
kegiatan pengumpulan data”. Jika suatu alat ukur atau instrumen penelitian dapat
digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dengan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur atau instrumen tersebut reliabel.
Uji reliabilitas, dihitung dengan menggunakan rumus alpha dari Cronbach dengan menggunakan prangkat lunak SPSS versi 20. Untuk menentukan tingkat reliabilitas suatu alat ukur atau instrumen penelitian yang reliabel adalah dengan melihat kriteria penafsiran indeks korelasinya, yaitu:
a. Sangat tinggi, dengan kriteria : 0,80 < rtot 1,00
b. Tinggi, dengan kriteria : 0,60 < rtot 0,80
c. Sedang, dengan kriteria : 0,40 < rtot 0,60
(40)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
221 e. Sangat rendah, dengan kriteria : 0,00 < rtot 0,20
Dari rumus yang dikemukakan di atas, baik pengolahan, pengujian, maupun analisis data untuk membuktikan tingkat reliabilitas suatu alat ukur dilakukan dengan alat bantu Program SPSS dengan mempergunakan kriteria reliabel yaitu koefisien keandalan lebih besar dari 0,05.
Hasil analisis uji reliabilitas instrument penelitian diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 3.6 Hasil Ujicoba Reliabilitas Instrimen Penelitian
No. Variabel Indeks
Korelasi
Kriteria
1 KPS 0,929 Sangat tinggi
2 KKKS 0,951 Sangat tinggi
3 KPG 0,896 Sangat tinggi
4 IS 0,937 Sangat tinggi
5 MS 0,793 Tinggi
D. Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini didapatkan melalui teknik studi dokumentasi, obeservasi, wawancara dan angket. Studi dokumentasi digunakan sebagai cara untuk mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai peraturan, buku, serta dokumentasi yang ada
(41)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
222 relevansinya dengan masalah yang diteliti. Selanjutnya penulis melakukan observasi langsung dilapangan yang memiliki hubungan dengan penelitian.
Teknik wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan kepada orang-orang yang dipilih berdasarkan pertimbangan pemahamannya tehadap objek penelitian. Dalam penelitian ini wawancara dijadikan alat kontrol terhadap data yang dianggap meragukan yang diperoleh melalui angket dan observasi.
Alat pengumpul data utama dalam pengumpulan data primer penelitian ini adalah angket. Angket memuat empat pertanyaan tertulis dengan bobot nilai sebagai berikut: Sangat Setuju (SS) dengan bobot nilai 4, Setuju (S) dengan bobot nilai 3, Kurang Setuju (KS) dengan bobot nilai 2, Tidak Setuju (TS) dengan bobot nilai (1).
Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur (1) peneliti membagikan angket kepada responden, (2) setiap responden menerima lima jenis angket, yaitu angket untuk mengukur kinerja mereka sendiri, dan angket untuk mengukur empat variabel lainnya, (3) angket yang telah diisi selanjutnya dikumpulkan, dan (4) secara random peneliti melakukan wawancara kepada responden untuk menggali informasi lebih mendalam berkaitan dengan isi angket.
Terdapat tiga responden dalam penelitian ini, yaitu pengawas, kepala sekolah, dan guru. Ketiga responden tersebut memiliki hubungan (relasi) kerja. Dalam kondisi tersebut antar-responden dapat dimintai pendapatnya tentang kinerja mereka. Gambaran data, sumber data, dan teknik pengumpulan data dalam penelitian dideskripsikan dalam tabel berikut.
(42)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
223
Tabel 3.7 Data, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data
No. Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan
Data 1
Kinerja pengawas
- Pengawas - Kepala sekolah - Guru
- Angket - Wawancara 2 Kinerja
kepemimpinan kepala sekolah
- Kepala sekolah - Guru
- Pengawas
- Angket - Wawancara 3 Kinerja
profesional guru
- Guru
- Kepala sekolah - Pengawas
- Angket - Wawancara
4
Iklim sekolah - Pengawas - Kepala sekolah - Guru
- Angket - Wawancara 5
Mutu sekolah - Pengawas
- Kepala sekolah - Guru
- Angket - Wawancara
E. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data
1. Klasifikasi Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya dikelompok-kelompokkan menurut variabel penelitian (kinerja pengawas, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja profesional guru, iklim sekolah, dan mutu sekolah). Setiap responden akan mengumpulkan tiga angket dan masing-masing responden memberi jawaban terhadap angket iklim sekolah dan mutu sekolah. Tabel berikut mempresentasikan klasifikasi data tersebut.
(43)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
224
Tabel 3.8 Klasifikasi Data Penelitian
No. Variabel
Responden Pengawas
Sekolah
Kepala
Sekolah Guru
1 Kinerja Pengawas √ √ √
2 Kinerja
kepemimpinan kepala sekolah
√ √ √
3 Kinerja profesional guru
√ √ √
4 Iklim Sekolah √ √ √
5 Mutu Sekolah √ √ √
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa setiap variabel akan direspon pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru. Penelitian ini menyediakan lima set/perangkat angket, yaitu (1) angket untuk mengukur kinerja pengawas sekolah yang terdiri dari 36 butir pertanyaan, (2) angket untuk mengukur kinerja kepemimpinan kepala sekolah terdiri dari 50 item pertanyaan, (3) angket untuk mengukur kinerja profesional guru terdiri dari 35 butir pertanyaan, (4) angket untuk mengukur iklim sekolah terdiri dari 30 butir pertanyaan, dan (5) angket untuk mengukur mutu sekolah terdiri dari 70 item pertanyaan. Jadi, setiap responden akan merespon 221 butir pertanyaan dari seluruh angket yang diberikan kepada responden.
Jumlah dan distribusi lembar jawaban yang diharapkan adalah sebagai berikut.
(44)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
225
Tabel 3. 9 Klasifikasi Data Penelitian
No. Variabel Distribusi Kuesioner Jumlah
PS KS G
1 Kinerja Pengawas 88 88 362 538
2 Kinerja
kepemimpinan kepala sekolah
88 88 362 538
3 Kinerja
profesional guru
88 88 362 538
4 Iklim Sekolah 88 88 362 538
5 Mutu Sekolah 88 88 362 538
Jumlah 440 440 1810 2690
2. Seleksi Data
Data yang telah dikelompokkan selanjutnya diseleksi. Dasar seleksi adalah (1) biodata tidak diisi dengan lengkap, (2) terdapat indikasi pengisian tidak dengan sungguh-sungguh, dan (3) responden tidak mengisi secara lengkap semua dokumen (5 macam angket) yang tersedia. Hasil akhir seleksi data diperoleh data akhir sebagai berikut. Dalam rangka memaksimalkan proses pengumpulan data, setiap data yang terkumpul langsung diperiksa oleh kolektor data dan apabila terdapat kekurangan yang menyebabkan lembar angket tersebut tidak lolos seleksi, kolektor data meminta responden untuk memperbaikinya, kecuali persyaratan nomor (2). Sampai sejauh ini, seluruh responden mengisi angket ini
(45)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
226 dengan antusias dan dengan sungguh-sungguh. Dari proses tersebut diperoleh data (lembar angket) sebagai berikut.
Tabel 3.10 Jumlah Data Akhir
No. Variabel
Perolehan Kuesioner
Jumlah Pengawas
Sekolah
Kepala
Sekolah Guru
1 Kinerja Pengawas 88 88 362 538
2 Kinerja
kepemimpinan kepala sekolah
88 88 362 538
3 Kinerja
profesional guru
88 88 362 538
4 Iklim Sekolah 88 88 362 538
5 Mutu Sekolah 88 88 362 538
Jumlah 440 440 1810 2690
3. Pengolahan Data
Data yang telah diseleksi dan siap diolah selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Masing-masing kelompok data, kinerja pengawas, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja profesional guru, iklim sekolah, dan mutu sekolah, disajikan dalam tabel dengan menggunakan bantuan komputer dengan mengaplikasikan program MS Ecxel.
(46)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
227 c. Karena keberadaan pengawas, kepala sekolah, dan guru terikat oleh
sekolah maka perhitungan skor untuk masing-masing variabel didasarkan pada sampel sekolah. Setiap sampel sekolah terdiri dari seorang pengawas sekolah, seorang kepala sekolah, dan guru.
d. Hasil pengolahan data seperti pada langkah c di atas selanjutnya menjadi data yang siap dianalisis dengan menggunakan Program SPSS versi 20.
F. Analisis Data Penelitian
Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptip dan analisis jalur (path analysis). Analisis data deskriptif dipergunakan untuk melihat kondisi masing-masing variabel sehingga dapat dilihat gambaran umum mengenai kekuatan dan kelemahan masing-masing variabel tersebut. Selanjutnya, untuk mengungkapkan adanya pengaruh antara variabel penyebab/bebas (independent variable) dan variabel akibat/tidak bebas (dependent variable) digunakan metode analisis jalur (path analysis).
1. Deskripsi dan Penafsiran Rata-rata Skor Variabel
Penafsiran terhadap skor rata-rata jawaban responden dalam penelitian ini menggunakan rumus interval sebagai berikut:
Panjang kelas interval = ��� ���
(47)
Yuyun Nuriah, 2012
Pengaruh Kinerja Pengawas Sekolah, Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Profesional Guru, Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Berdasarkan Kategori Sd Rsbi, Ssn Dan Spm Di Dki Jakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
228 Sesuai dengan skor alternatif jawaban kuesioner yang terentang dari 1 sampai dengan 4, maka banyak kelas interval ditentukan sebanyak 4 kelas, sehingga diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut
Panjang kelas interval =4−1
4 = 0,75
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut:
Tabel 3.11
Skala Penafsiran Rata-Rata Skor Jawaban Responden
Rentang Kriteria
1,00 - 1,74 Sangat Rendah
1,75 - 2,49 Rendah
2,50 - 3,24 Tinggi
3,25 – 4,00 Sangat Tinggi
2. Analisis Jalur
Analisis jalur memiliki daya guna untuk menguji sistem kausalitas yang telah terbentuk berdasarkan kerangka pikir berdasarkan teori yang dipergunakan. Penggunaan analisis jalur (path analysis) untuk menerangkan pola hubungan keterkaitan antar variabel yang terjadi di dalam sistem kausalitas. Sistem
(1)
Yuyun Nuriah, 2012
Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran
KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
____________. (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks
Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
____________. (2002). Kurikulum Berbasis Sekolah, Konsep, Karateristik dan
Implementasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Ndraha, T. (1973). Manajemen Perguruan Tinggi. Jakarta: Bumi Aksara.
Newmann, F. (1990). A Test Of Higher-Order Thinking In Social Studies:
Persuasive writing on constitutional issues using the NAWP approach.
Social Education, 369-373.
Nurkolis. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model, dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo.
Owens, R.G. (1991). Organizational Behavior in Education. Boston: Allyn and Bacon.
Prasetyo. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Depdiknas,
Robbins, S.P. (1997). Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenhallindo. Robert Ringer. (1999). Orang-Orang Sukses. Jakarta: Delapratasa.
Roeser, R.W., & Eccles, J.S.(1998). Adolescents’ perceptions of middle school:
Relation to longitudinal changes in academic and psychological adjustment. Journal of Research on Adolescence, 88, 123-158.
Rothery, Brian. (1993). Analisis ISO 9000 / Brian Rothery; penerjemah Nunuk Adiarni. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo.
Sallis, E. (2010). Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, Alih Bahasa: Ahmad Ali
Riyadi dan Fahrurrozi. Jogjakarta: IRCiSoD.
____________. (2005). Total Quality Management in Education, Third Edition. Pentoville: Kogan Page Ltd.
(2)
Salusu. (1996). Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik Dan
Organisasi Non Profit. Jakarta: Gramedia.
Satori, D. (1997). Pengawas Sekolah dan Pengolahan Sekolah. Bandung: Diklat Pengawas Sekolah.
Saud, U. S (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: cv Alfabeta.
Saud, U. S, Satori, Djam’an (2007). Administrasi Pendidikan: Pengantar Untuk
Praktek Profesional. Bandung: Program Studi Administrasi Pendidikan
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Schargel, F. P. (1994). Transforming Education Through Total Quality
Management: A Practitioner’s Guide. New Jersey: Eye On Education, Inc. Schermerhorn, J. R. (1999). Management, Sixth Edition. New York: John Willey
& Sons Inc.
Secretan, L. (2001). Secrets to Making Amazing Profits. New Jersey: Englewood Cliffs.
Sedarmayanti. (1999). Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi Untuk
Menghadapi Dinamika Perubahan Lingkungan.
Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.
Sergiovanni, T.J and Starratt, R.J. (1983). Supervision: Human Persfective. New York: Mc.Graw-Hill Book Company.
Siagian, S. P. (1995). Manajemen Strategik. Jakarta: Bumi Aksara.
Singarimbun dan Effendi. (1995). Metode Venelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Soelaeman. (1985). Menjadi Guru: Suatu Pengantar Kepada Dunia Guru.
Bandung: Diponegoro.
Spencer, L and Spencer S. (1993). Competence At Work: Models for Superior
Performance. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Stockard, J. & Mayberry, M. (1992). Effective educational environments. Newbury Park: Corwin Press, Inc.
(3)
Yuyun Nuriah, 2012
Suardi, R. (2001). Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: CV Alfabeta.
Suharsaputra, U. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Suke, S. (1996). Pendidikan Antara Tanggung Jawab dan Mutu. Jakarta: Jurnal Ilmiah Kajian,No.0006/Th II.
Sulistiyani dan Rosidah, (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta; Graha Ilmu.
Supriadi, D. (2001). Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah Yogyakarta: Adicita.
Suryabrata, S. (1990). Psikologi Kepribadian. Jakarta: CV Rajawali.
Syamsudin, A. (1996). Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga
Kependidikan. Bandung: PPS IKIP Bandung.
Syaodih, S. (2002). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah:
Konsep, Prinsip dan Instrument. Bandung: Kusuma Karya.
Tabrani, Rusyan. A dan Hamijaya, E.S. (1995). Profesionalisme Tenaga
Kependidikan. Bandung: Nine Karya Jaya.
Tampubolon, D.P. (2001). Perguruan Tinggi Bermutu: Paradigma Baru
Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke 21.
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Taruna, Tukiman, JC. (2001). Menjadikan Sekolah Milik Rakyat atau
Menswastakan Sekolah Negeri. Jakarta: Kompas 23 November 2001.
Taylor, W. (1978). Research And Reform In Teacher Education. London: NFER. Tika, H. Moh Pabundu, 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja
Perusahaan. Jakarta:PT Bumi Aksara.
Turney, C. (1992). Conceptualising The Management Process. New Jersey : Prentice Hall Inc.
(4)
Turney, C. et.al. (1992). Educational Manager Roles and Task: The School
Manager. North Sydney: Allen & Unwin
Tilaar, H.A.R. (2002). Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. ____________. (2000). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka
Cipta.
____________. (1998). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam
Persepsi Abad 21. Magelang: Tera Indonesia.
Uno, H. B. (2011). Profesi Kependidikan: Problema, solusi, dan reformasi
pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, H. (2009). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wagner dan Holenbeck. (2005). Organizational Behavior, Securing Competitive
Advantage. South Western: Thomson.
Wahjosumidjo. (1999). Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan
Permasalahan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Widodo, A. (2004). Constructivist Oriented Lessons: The learning environment
and the teaching sequences. Frankfurt: Peter Lang.
Wiles, K. (1961). Supervision For Better School. New York: Prentice Hall Inc.
Wilson, G. (1996). Problem Solving and Decision Making. Jakarta: Gramedia Yukl, G. (1998). Kepemimpinan dalam Organisasi (Edisi Bahasa Indonesia).
Jakarta: Prenhallindo.
Zamroni. (2001). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: BIGRAF Publishing.
JURNAL
Dyer and Tiggemann.(1996). “The effect of school environment on Body concerns in adolescent women” Journal of Research: School of Psicology Flinders University of South Wales, Australia.
(5)
Yuyun Nuriah, 2012
Ismail, F. (2008). “Manajemen Berbasis Sekolah: Solusi Peningkatan Kualitas Pendidikan”. Jurnal Iqra. 5.
Kristianty, T. (2005). “Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming”. Jurnal Pendidikan Penabur, 4.
Marshall, L. M. (2002). “Examining School Climate: Defining Factors and Educational Influences”. Center For Research On School Safety, School Climate And Classroom Management.
Michigan State Universty. (2004). “School Climate And Learning”. 31
Uline, Cynthia L., Miller, Daniel M., dan Tschannen-Moran, Megan. 1998. Schools Effectiveness: The Underlying Dimensions, Educational
Administration Quarterly, Volume 34, No. 4 (October 1998) 462 – 483. Wentzel, K. (1997). “Student Motivation in Middle School: The Role of
Perceived Pedagogical Caring”. Journal of Educational Psychology, 89, 411-419.
Yuniarsih, T. (2003). “Implementasi Konsep Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan”. Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi.
Yuyarti,. (2009). “Peranan Kepala Sekolahdalam Manajemen Peningkatan Mutu Pembelajaran”. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah. 7, (2).
PUBLIKASI DEPARTEMEN
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
__________. (2001). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku I
Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta: Balitbang.
__________. (2000). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Menengah Umum.
__________. (2000). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia
No.010/0/2000 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Depdiknas. Jakarta:
(6)
__________. (1996). Keputusan Menpan No. 118/1996. Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Jakarta:
Depdiknas
__________. (1996). Keputusan Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN,
Nomor: 38 Tahun 1996, Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Jakarta: Depdiknas
__________. (1998). Keputusan Mendikbud RI, Nomor: 020/U/1998. Tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Jakarta: Depdiknas
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007. Tentang Standar
Pengawas Sekolah/ Madrasah. Jakarta: Depdiknas
__________, Nomor 13 tahun 2007. Tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008. Tentang Guru
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
INTERNET
Deming, E (2012). Edwards Deming 1900-1993. [Online]. Tersedia: http://qualitycontrolarticles.wordpress.com/2011/09/16/dr-w-edwards-deming-1900%E2%80%931993/
Napitupulu, E.L. (2012). Kompetensi Guru Yang Memprihatinkan.[Online]. Tersedia: http://edukasi.kompas.com/read/2012/07/25/19413379 [30 Juli 2012]
Tobroni. (2010). Teori-Teori Mengukur Mutu Sekolah. [Online]. Tersedia: http://tobroni.staff.umm.ac.id/2010/11/25/teori-teori-tentang -mutu-sekolah. [24 Agustus 2012]