KESIAPAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU SEKOLAH LUAR BIASA DALAM PENGEMBANGAN PERAN SLB UNTUK MEMBERIKAN LAYANAN SEBAGAI RESOURCE CENTER.

(1)

KESIAPAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU SEKOLAH LUAR BIASA

DALAM PENGEMBANGAN PERAN SLB UNTUK MEMBERIKAN

LAYANAN SEBAGAI RESOURCE CENTER

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan

Disusun Oleh : IIN HARYATIN

1005008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

KESIAPAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU SEKOLAH LUAR BIASA

DALAM PENGEMBANGAN PERAN SLB UNTUK MEMBERIKAN

LAYANAN SEBAGAI RESOURCE CENTER

Oleh Iin Haryatin

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Master pada Sekolah Pascasarjana

© Iin Haryatin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

KESIAPAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU SEKOLAH LUAR BIASA DALAM PENGEMBANGAN PERAN SLB UNTUK MEMBERIKAN LAYANAN SEBAGAI

RESOURCE CENTER

TESIS

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing

DR. Djadja Rahardja, M.Ed.

NIP. 19590414 198503 1 005

Diketahui Oleh

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus


(4)

(5)

ABSTRAK

KESIAPAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU SEKOLAH LUAR BIASA DALAM PENGEMBANGAN PERAN SLB UNTUK MEMBERIKAN

LAYANAN SEBAGAI RESOURCE CENTER IIN HARYATIN

NIM. 1005008

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan pendidikan inklusif yang membutuhkan sistem dukungan berupa layanan Resource Center yang menuntut kesiapan kepala sekolah dan guru SLB. Penelitian bertujuan untuk melihat kesiapan kepala sekolah dan guru sekolah luar biasa dalam pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari tiga orang kepala sekolah dan tiga guru dari tiga SLB. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif yang langkah-langkahnya adalah reduksi, display dan interpretasi data. Teknik pemeriksaan dan keabsahan data menggunakan triangulasi dan member check. Prosedur penelitian melalui tiga tahap yaitu tahap pertama yaitu melakukan studi pendahuluan tentang topik yang akan diteliti. Tahap kedua mengumpulkan data mengenai kondisi objektif, faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi kepala sekolah dan guru, serta kriteria yang telah dicapai. Tahap ketiga memeriksa keabsahan data dan membuat laporan penelitian. Temuan dari penelitian ini adalah (1) Kurangnya pemahaman kepala sekolah dan guru SLB tentang pendidikan inklusif; (2) Faktor penghambat yang utama adalah belum adanya kebijakan yang bersifat top down sehingga kurang menyadari bahwa perkembangan pendidikan inklusif adalah tanggung jawab bersama; (3) Belum terbuka jalinan kerjasama antara SLB dengan sekolah reguler terdekat . Kesimpulan dari penelitian ini adalah belum ada kesiapan kepala sekolah dan guru SLB dalam pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center. Berdasarkan temuan penelitian, maka penulis merekomendasikan: (1) Kepada bidang PLB untuk melakukan sosialisasi mengenai pendidikan inklusif dan Resource Center, serta memberikan dukungan berupa fasilitas dan legalitas bagi SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center; (2) Kepada pihak sekolah untuk membuat kebijakan tentang job description atau aturan jam kerja untuk pemberdayaan tenaga pendidik; (3) Kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam dan cakupan yang lebih luas.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Pertanyaan Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KESIAPAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU SEKOLAH LUAR BIASA DALAM PENGEMBANGAN PERAN SLB UNTUK MEMBERIKAN LAYANAN SEBAGAI RESOURCE CENTER A. Konsep Kesiapan ... 7

B. Kepala Sekolah Luar Biasa ... 14

C. Guru Sekolah Luar Biasa ... 16

D. Sekolah Luar Biasa ... 19

E. Resource Center ... 21 F. Layanan resource Center Dalam Mendukung Pendidikan Inklusif 30


(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Pendekatan Penelitian ... 34 B. Subjek Peneltian ... 34

C. Teknik Pengumpulan Data ... 34

D. Pengembangan Instrumen ... 36 E. Teknik Analisis Data ... 39

F. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data ... 40

G. Prosedur Pelaksanaan penelitian ... 43

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44 B. Pembahasan ... 101 BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... A. Kesimpulan ... 108

B. Rekomendasi ... 110 DAFTAR PUSTAKA ... 113 LAMPIRAN-LAMPIRAN Surat-Surat Penelitian ……….... Foto-Foto Penelitian ……….. 116 120 Instrumen Penelitian ………... 131


(8)

DAFTAR TABEL

3.1 Gambaran Subjek Penelitian ... 34

3.2 Kisi-kisi Pengembangan Instrumen ... 37

4.1 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Pemahaman Tentang Pendidikan Inklusif ... 46 4.2 Hasil Wawancara Guru Pemahaman Tentang Pendidikan Inklusif .... 48

4.3 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Pemahaman Tentang Resource Center ... 51 4.4 Hasil Wawancara Guru Pemahaman Tentang Resource Center ... 53

4.5 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Kesiapan Faktor Internal ... 55

4.6 Hasil Wawancara Guru Kesiapan Faktor Internal ... 58

4.7 Hasil Observasi Kepala Sekolah Kesiapan Faktor Internal ... 61

4.8 Hasil Observasi Guru Kesiapan Faktor Internal ... 65

4.9 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Kesiapan Faktor Eksternal ... 67

4.10 Hasil Wawancara Guru Kesiapan Faktor Eksternal ... 68

4.11 Hasil Observasi Kepala Sekolah Kesiapan Faktor Eksternal ... 70

4.12 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Faktor Pendukung Secara Internal dan Eksternal ... 73 4.13 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Faktor Penghambat Secara Internal dan Eksternal ... 77 4.14 Hasil Wawancara Guru Faktor Pendukung dan Penghambat Secara Internal dan Eksternal ... 81 4.15 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Sumber Daya Manusia ... 85

4.16 Hasil Wawancara Guru Sumber Daya Manusia ... 88

4.17 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Manajemen Kelembagaan ... 92


(9)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Proses Motivasi ... 11

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan ... 14

2.3 Modifikasi Struktur Pengembangan Organisasi Resource Center ... 29

3.1 Triangulasi Sumber Data ... 42

3.2 Triangulasi Teknik ... 42

3.3 Triangulasi Waktu ... 43


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman membuat manusia menyesuaikan diri dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari bahwa setiap individu memiliki hak untuk memperoleh pendidikan dan memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan. Begitu juga bagi anak yang memiliki kecacatan atau biasa disebut dengan anak berkebutuhan khusus (ABK).

ABK berhak atas kehidupan yang layak. Di Indonesia, untuk memfasilitasi ABK dikembangkan sekolah luar biasa. Sekolah luar biasa (SLB) dirancang untuk anak yang mengalami hambatan yang bersifat permanen. Namun kendala yang terjadi adalah SLB belum dapat menampung dan juga tidak semua ABK dapat menjangkau keberadaan SLB, maka salah satu upaya yang dilakukan pemerintah agar semua anak termasuk ABK memperoleh akses ke sekolah adalah dengan menyelenggarakan pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif merupakan sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Smith (2005: 45) mengemukakan bahwa:


(11)

2

Bagi sebagian besar pendidik, istilah inklusi dilihat sebagai deskripsi yang lebih positif dalam usaha-usaha menyatukan anak-anak yang memiliki hambatan dengan cara-cara yang realistis dan komprehensif dalam kehidupan pendidikan yang menyeluruh.

Tujuan utama dari pendidikan inklusif adalah anak bisa hidup berdampingan dengan masyarakat umum dengan tidak diskriminatif, sehingga dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik serta membangun suasana keberagaman yang harmonis yang didukung oleh kebijakan di negara Republik Indonesia. Kebijakan tentang pendidikan inklusif tercermin dalam falsafah Pancasila yang terungkap jelas pada semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan Undang-Undang Dasar 1945, serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa.

Dengan berkembangnya peran sekolah reguler menjadi sekolah inklusif, maka SLB dituntut untuk membantu proses pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah inklusif supaya dapat melayani dan

memenuhi kebutuhan pendidikan ABK di sekolah tersebut.

Penyelenggaraan inklusi tidak cukup hanya didukung oleh peraturan dan legalisasi saja, menurut Skjorten (2001: 14) bahwa proses menuju inklusi itu panjang dan akan membutuhkan :


(12)

3

1) Perubahan hati dan sikap, 2) Reorientasi yang berkaitan dengan asesmen, metode pengajaran dan manajemen kelas, termasuk penyesuaian lingkungan, 3) Redefinisi peran guru dan realokasi sumber daya manusia, 4) Redefinisi peran SLB yang ada, 5) Penyediaan bantuan profesional bagi para guru dalam bentuk : (a) Reorientasi pendidikan guru sehingga guru dapat memberikan kontribusi kepada proses menuju inklusi dan bersifat fleksibel jika diperlukan, (b) reorientasi pelatihan dalam jabatan dan penataran guru dan kepala sekolah sehingga mereka juga akan dapat memberikan kontribusi tehadap proses menuju inklusi dan bersikap fleksibel jika diperlukan, dan (c) layanan guru kunjung menurut kebutuhan, (d) pembentukan, peningkatan dan pengembangan kemitraan antara guru dan orang tua demi saling reorientasi dan melakukan peningkatan serta pertukaran pengalaman, bantuan dan nasehat.

Keberadaan ABK dalam mengikuti pendidikan sudah selayaknya mendapat respon positif dari para pelaku pendidikan secara bijak dan proporsional. Kita mengetahui bahwa menggabungkan suatu kondisi anak yang mempunyai hambatan dengan anak yang relatif dianggap normal akan berimplikasi terhadap permasalahan pelayanan. Sekolah inklusi sering mengalami berbagai kesulitan dan kendala dalam memberikan layanan pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di

sekolahnya. Kesulitan-kesulitan tersebut muncul sebagai akibat

terbatasnya sumber daya yang ada di sekolah, misalnya tidak terdapat guru yang berprofesi sebagai guru pendidikan luar biasa, kurangnya fasilitas pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan ABK, kurangnya kelengkapan asesmen dan kurangnya keterampilan guru di sekolah reguler dalam memberikan layanan bagi ABK. Salah satu cara untuk mengatasi kesulitan tersebut adalah dengan dilakukannya kerjasama dengan suatu lembaga yang kompeten. Lembaga yang sedang dikembangkan untuk membantu percepatan perkembangan pendidikan


(13)

4

inklusif disebut dengan Resource Center. Resource Center merupakan suatu unit atau institusi yang berfungsi memberikan layanan pendukung bagi sekolah-sekolah reguler yang menyelenggarakan pendidikan inklusif, baik secara teknis operasional maupun konsultatif.

Untuk hal tersebut, maka peneliti akan memotret dan menggambarkan fenomena yang terjadi mengenai kesiapan kepala sekolah dan guru SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center yang akan mendukung pendidikan inklusif sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan ABK serta tuntutan masyarakat dengan latar belakang yang berbeda-beda.

B. Fokus Penelitian

Fokus pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah kesiapan kepala sekolah dan guru sekolah luar biasa dalam pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center?”.

C. Pertanyaan Penelitian

Rumusan masalah tersebut diuraikan ke dalam pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi objektif kepala sekolah dan guru sekolah luar biasa dalam mempersiapkan pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center?


(14)

5

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh kepala

sekolah dan guru sekolah luar biasa dalam mempersiapkan SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center?

3. Apakah kesiapan kepala sekolah dan guru sekolah luar biasa dalam pengembangan peran SLB sudah memenuhi kriteria untuk memberikan layanan sebagai Resource Center?

D. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Memperoleh gambaran kondisi objektif kepala sekolah dan guru sekolah luar biasa dalam mempersiapkan pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center.

2. Memperoleh gambaran tentang faktor pendukung dan penghambat

yang dihadapi oleh kepala sekolah dan guru sekolah luar biasa dalam pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center.

3. Memperoleh gambaran pencapaian kriteria tentang kesiapan kepala sekolah dan guru sekolah luar biasa dalam pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat penelitian ini diuraikan sebagai berikut:


(15)

6

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperkaya disiplin ilmu Pendidikan Kebutuhan Khusus serta mendorong peneliti lainnya untuk melakukan penelitian secara lebih luas dan mendalam.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak sebagai berikut: a. Pada lembaga pendidikan (SLB), hasil penelitian ini dapat dijadikan

bahan pertimbangan bagi kepala sekolah dan guru sekolah luar biasa untuk segera mengembangkan perannya memberikan layanan sebagai Resource Center.

b. Bagi Bidang Pendidikan Luar Biasa Dinas Pendidikan Provinsi Jawa

Barat, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan yang berkenaan dengan legalitas pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center, serta job descrpitions tenaga pendidik di SLB untuk mendukung pengembangan layanan serta mutu pendidikan inklusif.


(16)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian tentang kesiapan kepala sekolah dan guru SLB terhadap pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center menggunakan metode deskriptif. Menurut Syaodih (2008: 22) bahwa “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia”.

Dalam metode penelitian ini akan dibahas tentang pendekatan penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan pengembangan instrumen, teknik analisis data, prosedur pelaksanaan penelitian, serta teknik pemeriksaan dan keabsahan data.

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dengan maksud untuk mendeskripsikan realitas yang ada di lapangan mengenai kesiapan kepala sekolah dan guru sekolah luar biasa dalam pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center. Sugiyono (2010: 1) mengemukakan bahwa :

Kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan


(17)

33

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah tiga orang kepala sekolah dan tiga orang guru Sekolah Luar Biasa (SLB). Pertimbangan peneliti untuk menjadikan SLB tersebut sebagai subjek penelitian adalah dengan memperhatikan lokasi atau letak sekolah yang berada di antara lembaga pendidikan yang lain (strategis) dan SLB tersebut memiliki kepala sekolah yang sedang menempuh pendidikan S2 atau yang sudah memiliki gelar Master atau Doktor di bidang pendidikan.

Tabel 3.1

Gambaran Subjek Penelitian

No Nama Usia Jenis

Kelamin

Jenis Subjek Pendidikan

1 UZ 55 Th P Kepala Sekolah S3 UPI

2 TR 49 Th P Kepala Sekolah S1(sedang kuliah S2)

3 AH 49 Th P Kepala Sekolah S1(sedang kuliah S2)

4 DW 31 Th P Guru S1/PLB

5 ZA 48 Th P Guru S1/PLB

6 SY 41 Th P Guru S1/PLB

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data penelitian yang luas serta mendalam, maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan studi dokumentasi.


(18)

34

diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh. Nasution dalam Sugiyono (2010 : 64) menyatakan bahwa :

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat kondisi objektif tentang kesiapan kepala sekolah dan guru SLB terhadap pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan Resource Center .

2. Wawancara

Sugiyono (2010 : 72) menyatakan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman yang disusun sangat diperlukan dalam proses berjalannya

wawancara, sehingga wawancara tetap berada dalam konteks

permasalahan yang sedang diselidiki. Pelaksanaan wawancara

dilaksanakan secara terstruktur dan tak terstruktur.

Melalui teknik wawancara diharapkan dapat diperoleh data mengenai : a. Kondisi objektif kepala sekolah dan guru SLB dalam mempersiapkan


(19)

35

b. Faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi oleh kepala sekolah dan guru dalam pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center

c. Gambaran pencapaian kriteria ideal tentang kesiapan kepala sekolah dan guru SLB dalam pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumen dalam penelitian ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Sugiyono (2010 : 82) menyatakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa data siswa, data guru dan instrumen asesmen yang telah dibuat guru.

D. Pengembangan Instrumen

Setelah teknik pengumpulan data ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah membuat pengembangan instrumen. Sebagai pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian disusun dalam bentuk pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi. Penyusunan instrumen ini merupakan langkah penting untuk mengungkap berbagai data yang diperlukan dalam sebuah


(20)

47

Tabel 3.2

KISI-KISI PENGEMBANGAN INSTRUMEN

KESIAPAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU SEKOLAH LUAR BIASA DALAM PENGEMBANGAN PERAN SLB UNTUK MEMBERIKAN LAYANAN SEBAGAI RESOURCE CENTER

No. Pertanyaan Penelitian Aspek Indikator Teknik Subjek Instrumen

1. Bagaimanakah kondisi

objektif kepala sekolah dan guru dalam mempersiapkan pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center?

Kondisi objektif kepala sekolah dan guru SLB dalam mempersiapkan pengembangan SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center a. Pemahaman

tentang pendidikan inklusif

a. Wawancara a. Kepala Sekolah b.Guru

Pedoman Wawancara

b. Pemahaman

tentang resource center

a. Wawancara a. Kepala Sekolah b. Guru

Pedoman Wawancara c. Kesiapan faktor

internal

a. Wawancara b.Observasi

a. Kepala Sekolah b. Guru

a. Pedoman Wawancara b. Pedoman

Observasi d. Kesiapan faktor

eksternal

c. Wawancara d.Observasi

a. Kepala Sekolah b. Guru

a. Pedoman Wawancara b. Pedoman


(21)

48

2. Apa saja faktor pendukung

dan penghambat yang

dihadapi oleh kepala sekolah

dan guru dalam

mempersiapkan SLB untuk memberikan layanan sebagai resource center?

Faktor

pendukung dan faktor

penghambat

Faktor pendukung secara internal dan eksternal.

a. Wawancara a. Kepala Sekolah b. Guru

a.Pedoman Wawancara

Faktor penghambat secara internal dan eksternal.

a. Wawancara a. Kepala Sekolah b. Guru

a.Pedoman Wawancara

3. Kriteria apa saja yang telah

disiapkan oleh kepala

sekolah dan guru dalam pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai resource center?

Kriteria Resource Center yang ideal

a. Sumber Daya Manusia (SDM) yang meliputi: 1) Faktor internal 2) Faktor

eksternal

a. Wawancara b. Dokumentasi

a. Kepala Sekolah b. Guru

a.Pedoman Wawancara

b.Pedoman Dokumentasi

b. Manajemen yang meliputi:

1) Persiapan 2) Perencanaan 3) Pelaksanaan 4) Evaluasi

a.Wawancara a. Kepala Sekolah b. Guru

a.Pedoman Wawancara


(22)

38

E. Teknik Analisis data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi dan studi dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Nasution dalam Sugiyono (2010 : 88) menyatakan bahwa :

Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasi lain oleh peneliti yang berbeda.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data ini yaitu :

1. Reduksi data, berarti merangkum atau memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data dilakukan untuk memudahkan dalam memahami yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahaminya. Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel, grafik dan sejenisnya.


(23)

39

3. Interpretasi data, yakni menafsirkan data yang terkumpul untuk

disimpulkan dengan melihat keterkaitan atau hubungan antara aspek yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat diambil makna penting dari penelitian yang telah dilakukan.

F. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data

1. Tahap member check

Pada tahap ini, yang dilakukan adalah membuat laporan hasil penelitian. Maksudnya setelah seluruh data yang diinginkan telah berhasil dikumpulkan, kemudian dilakukan pengecekan dengan benar untuk mencapai keabsahan, serta relevansi data dengan permasalahan yang diajukan sebelumnya. Kegiatan ini bertujuan agar data-data yang diperoleh menjadi valid, reliable dan obyektif, serta hasil penelitan terhindar dari bias-bias tertentu. Sarana operasional pada tahap member check adalah:

a. Melakukan pengecekan ulang semua data yang terkumpul dengan melakukan perbandingan substansi penelitian seperti yang disusun dalam pedoman penelitian dan relevansinya dengan permasalahan penelitian.

b. Apabila data yang dikumpulkan ada yang belum lengkap, maka peneliti meminta ulang kepada sumber utama sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya yaitu sebagai pelengkap.


(24)

40

d. Jika pada saat member check berlanjut ternyata ditemukan data dan informasi yang belum lengkap maka akan dihimpun kembali melalui klarifikasi dengan subyek penelitian melalui media komunikasi yang memungkinkan seperti telepon, email, dan sebagainya.

2. Triangulasi

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengolah kata-kata, maka ketidaksesuaian antara kenyataan yang dibicarakan dengan kenyataan yang sesungguhnya sering terjadi. Hal ini bisa dipengaruhi oleh kredibilitas informannya, waktu pengungkapan, kondisi yang dialami dan sebagainya. Oleh karena itu peneliti perlu melakukan triangulasi, yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Moleong (2005: 330) menyatakan bahwa “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data lain”. Untuk dapat mencapai hal tersebut, maka Moleong (2005: 331) memberikan cara-cara, yaitu:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi .

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang.

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang


(25)

41

Triangulasi bisa dilakukan dengan tiga cara, yaitu : 1. Triangulasi sumber.

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Gambar 3.1 Triangulasi sumber data (Sugiyono, 2010 : 126)

2. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

sumber. Kepala Sekolah

Teman Sejawat

Guru

Wawancara

Studi Dokumentasi


(26)

42

3. Triangulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar belum banyak masalah akan memberi data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

Gambar 3.3 Triangulasi waktu (Sugiyono, 2010 : 126)

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Agar penelitian dapat sesuai dengan tujuan, maka diperlukan tahapan-tahapan yang harus dilakukan secara sistematis, artinya tahapan-tahapan dilakukan sesuai dengan urutan kebutuhan dan prioritas sehingga akan didapat data atau informasi yang dibutuhkan. Dengan demikian informasi yang diperoleh akan menunjukkan kepada suatu alur yang akan mengungkap masalah yang akan diteliti. Prosedur dalam penelitian ini secara garis besar ditempuh melalui tahapan sebagai berikut :

Pagi

Sore


(27)

43

Tahap 2

ANALISIS DATA, PEMERIKSAAN DAN KEABSAHAN DATA

ANALISIS DATA

a. Hasil wawancara b. Hasil observasi

c. Hasil studi dokumentasi

PEMERIKSAAN DAN KEABSAHAN DATA

a. Triangulasi b. Member check

PENGUMPULAN DATA

1. Wawancara 2. Observasi

3. Studi Dokumentasi

SUMBER/INFORMAN

1. Kepala Sekolah 2. Guru

Tahap 3

Alur Penelitian

PENYUSUNAN INSTRUMEN

1. Kisi-kisi instrumen 2. Pedoman wawancara 3. Pedoman observasi

4. Pedoman studi dokumentasi

Tahap 1


(28)

108

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan data dan analisis data serta pembahasan yang telah dibuat sesuai dengan pertanyaan penelitian, dapat diuraikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi objektif kepala sekolah dan guru dalam mempersiapkan pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center.

Keenam subjek penelitian yang terdiri dari tiga orang kepala sekolah dan tiga orang menghasilkan kesimpulan bahwa satu orang kepala

sekolah (UZ) memahami pendidikan inklusif dan proses

penyelenggaraanya, dua orang kepala sekolah (TR dan AH) dan dua orang guru (ZA dan SY) hanya mengetahui proses pendidikan inklusif di sekolah regular, satu orang guru (DW) tidak memiliki pengetahuan tentang pengertian pendidikan inklusif serta penyelenggaraannya. Sedangkan untuk pemahaman tentang Resource Center disimpulkan bahwa tiga orang kepala sekolah (UZ, AH dan TR) dan dua orang guru (SY dan ZA) memiliki pengetahuan tentang Resource Center, dan satu orang guru (DW) tidak memiliki pengetahuan tentang Resource Center.

Faktor kesiapan lainnya yaitu motivasi dapat disimpulkan bahwa satu orang kepala sekolah (UZ) berdasarkan pemahamannya yang tepat


(29)

109

mengembangkan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center. Sedangkan dua orang kepala sekolah (TR dan AH) serta dua orang guru (SY dan ZA) memiliki motivasi tetapi hanya sebatas pemahaman yang mereka miliki saja, dan satu orang guru (DW) yang tanpa pemahaman mengenai pendidikan inklusif pun memiliki motivasi untuk hal yang baru ia ketahui.

Manajemen kepemimpinan satu orang kepala sekolah (UZ) yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi baru sampai pada tahap persiapan dan perencanaan saja. Sedangkan dua orang kepala sekolah (AH dan TR) belum menjalankan fungsi manajemen tersebut.

2. Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh kepala sekolah dan guru SLB dalam mempersiapkan SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource center.

Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang paling mendukung untuk

memberikan layanan sebagai Resource Center adalah motivasi yang tinggi khususnya dari para guru karena didorong rasa kemanusiaan dan kepedulian serta menginginkan perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik, sehingga minat untuk menyusun instrumen, melakukan penelitian dan bersedia bekerja dalam tim serta membantu menangani ABK di sekolah reguler sangat besar potensinya jika didukung oleh kebijakan yang jelas.


(30)

110

3. Kriteria kesiapan kepala sekolah dan guru dalam pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center.

Kemampuan yang dimiliki oleh individu (DW, ZA, SY) sebagai

sumber daya manusia pada Resource Center sebagian besar sudah sesuai dengan kriteria yang ditentukan, namun pada aspek manajemen lembaga pada dua kepala sekolah (TR dan AH) belum berfungsi, serta kebutuhan sarana dan prasarana yang kurang memenuhi kriteria sebagai SLB dan Resource Center. Oleh karena itu, dukungan dan kerjasama dari semua pihak terkait sangat menentukan kualitas Resource Center yang akan diselenggarakan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan di lapangan yang berkenaan dengan kesiapan kepala sekolah dan guru SLB dalam pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center, maka penulis memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak diantaranya:

1. Rekomendasi untuk lembaga pendidikan (SLB)

Hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang potensi sekolah luar biasa yang dapat mengembangkan perannya untuk memberikan layanan sebagai Resource Center. Oleh karena itu kebijakan tingkat sekolah tentang pemberdayaan tenaga pendidik dalam memberikan layanan sebagai resource center harus dirumuskan sehingga tenaga pendidik di SLB memiliki job description yang jelas.


(31)

111

2. Rekomendasi untuk pemerintah (Bidang PLB)

Pemerintah merupakan pihak yang paling berperan penting dalam menentukan suatu kebijakan. Pada penelitian ini terdapat data tentang motivasi yang menjadi sikap positif kepala sekolah dan guru untuk mengembangkan peran sekolahnya untuk memberikan layanan sebagai Resource Center. Namun pengetahuan kepala sekolah dan guru SLB tentang layanan Resource Center kurang memadai, sehingga bisa berdampak pada kurang kuatnya keyakinan dalam diri mereka untuk berpartisipasi yang mengarah pada keberhasilan pendidikan inklusif. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah untuk:

a. Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang berkompeten

tentang penyelenggaraan Resource Center sebagai pendukung berkembangnya pendidikan inklusif dengan cara melaksanakan program pelatihan Resource Center dan pendidikan inklusif berkelanjutan bagi para tenaga pendidik.

b. Memberikan dukungan dalam bentuk legalitas dan fasilitas yang mendukung pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center.

3. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini merupakan sumbangsih dari peneliti dan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam pengembangan Resource Center bagi peneliti selanjutnya, sehingga diharapkan adanya


(32)

113

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z. (2008). Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Anak Berkebutuhan Khusus. [Online]. Tersedia : http//z-

alimin.blogspot.com/2008/03/pemahaman-konsep-pendidikan-kebutuhan.html. (01 Maret 2012).

Amuda, Heryanto. (2009). Pedoman Resource Center. Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.

Ancok, Djamaludin. (2012). Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi. Jakarta : Erlangga.

Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima.

Budiyanto, et al. (2010). Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional.

Chaplin, J. P. (2008). Kamus Psikologi Lengkap. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. (2010). Inclusive Education Profile In Indonesia. Jakarta : Dirjen Manajemen Dikdas Kemendiknas.

Koswara. (2009). Profil Resource Center SLBN Cileunyi Kab. Bandung. Bandung : SLBN Cileunyi Kab. Bandung.

Mangkuprawira, S. dan Hubeis, A. V. (2009). Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Bogor : Mimbar Sosek IPB.

Moleong, J. Lexy. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif - Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(33)

114

Mulyasa. (2011). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.

Munandar, R.D. et al. (2009). Profil Pendidikan Khusus. Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang PLB.

Munandar, R.D. et al. (2009). Profil Pendidikan Layanan Khusus. Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang PLB.

Pusat Kajian Pendidikan Inklusif. (2009). Pendidikan Inklusif. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Putra, D.A. (2003). Tes Kesiapan. [Online]. Tersedia : http://www.slbk-batam.org/index.php?pilih=hal&id=78KESIAPAN. [24 maret 2012].

Rahmat. (2012). Memahami Arti dan Teori Motivasi Langkah Penting Menuju Sukses. [Online]. Tersedia: http:// www.motivasi-islami.com/menuju-sikap-positif-bag-3/. [24 Oktober 2012].

Ramadhana, Rachmat. (2009). Be Happy At Work. Jogjakarta : FlashBooks.

Rohiat. (2008). Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik. Bandung : Refika Aditama.

Safitra. (2008). Kesiapan Sekolah Dalam Penerapan KTSP. Disertasi Doktor pada FAI UMS Surakarta: tidak diterbitkan.

Satori, D. dan Komariah, A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.


(34)

115

Semiawan, C.R. (2009). Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta : PT Indeks.

Skjorten, M.D. (2001). Menuju Inklusi dan Pengayaan, dalam Education-Special Needs Education (terjemahan oleh Susi Septaviana Rakhmawati). Departemen Pendidikan Nasional, Braillo Norway dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Smith, D. (2005). Sekolah Inklusif (editor ahli: M.Sugiarmin, MIF Baihaqi). Bandung: Nuansa Cendikia.

Solso, R.L. et al. (2008). Psikologi Kognitif. Jakarta : Erlangga.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Susetyo. (2001). Pendidikan Bagi Anak Spesial-Sekolah Inklusif. [Online]. Tersedia

http://pusatanakberkebutuhankhusus.wordpress.com/2011/03/04/pendidika n-bagi- anak-spesial-sekolah-inklusi. [27 April 2012].

Syaodih, (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Triatna, C. dan Komariah, A. (2004). Visionary Leadership. Bandung : Bumi Aksara.

Wasliman. (2007). Manajemen Sistem Pendidikan Kebutuhan Khusus. Bandung: Program Studi PKKh SPs Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

mengembangkan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center. Sedangkan dua orang kepala sekolah (TR dan AH) serta dua orang guru (SY dan ZA) memiliki motivasi tetapi hanya sebatas pemahaman yang mereka miliki saja, dan satu orang guru (DW) yang tanpa pemahaman mengenai pendidikan inklusif pun memiliki motivasi untuk hal yang baru ia ketahui.

Manajemen kepemimpinan satu orang kepala sekolah (UZ) yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi baru sampai pada tahap persiapan dan perencanaan saja. Sedangkan dua orang kepala sekolah (AH dan TR) belum menjalankan fungsi manajemen tersebut.

2. Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh kepala sekolah dan guru SLB dalam mempersiapkan SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource center.

Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang paling mendukung untuk memberikan layanan sebagai Resource Center adalah motivasi yang tinggi khususnya dari para guru karena didorong rasa kemanusiaan dan kepedulian serta menginginkan perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik, sehingga minat untuk menyusun instrumen, melakukan penelitian dan bersedia bekerja dalam tim serta membantu menangani ABK di sekolah reguler sangat besar potensinya jika didukung oleh kebijakan yang jelas.


(2)

3. Kriteria kesiapan kepala sekolah dan guru dalam pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center. Kemampuan yang dimiliki oleh individu (DW, ZA, SY) sebagai sumber daya manusia pada Resource Center sebagian besar sudah sesuai dengan kriteria yang ditentukan, namun pada aspek manajemen lembaga pada dua kepala sekolah (TR dan AH) belum berfungsi, serta kebutuhan sarana dan prasarana yang kurang memenuhi kriteria sebagai SLB dan Resource Center. Oleh karena itu, dukungan dan kerjasama dari semua pihak terkait sangat menentukan kualitas Resource Center yang akan diselenggarakan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan di lapangan yang berkenaan dengan kesiapan kepala sekolah dan guru SLB dalam pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center, maka penulis memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak diantaranya:

1. Rekomendasi untuk lembaga pendidikan (SLB)

Hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang potensi sekolah luar biasa yang dapat mengembangkan perannya untuk memberikan layanan sebagai Resource Center. Oleh karena itu kebijakan tingkat sekolah tentang pemberdayaan tenaga pendidik dalam memberikan layanan sebagai resource center harus dirumuskan sehingga tenaga pendidik di SLB memiliki job description yang jelas.


(3)

2. Rekomendasi untuk pemerintah (Bidang PLB)

Pemerintah merupakan pihak yang paling berperan penting dalam menentukan suatu kebijakan. Pada penelitian ini terdapat data tentang motivasi yang menjadi sikap positif kepala sekolah dan guru untuk mengembangkan peran sekolahnya untuk memberikan layanan sebagai Resource Center. Namun pengetahuan kepala sekolah dan guru SLB tentang layanan Resource Center kurang memadai, sehingga bisa berdampak pada kurang kuatnya keyakinan dalam diri mereka untuk berpartisipasi yang mengarah pada keberhasilan pendidikan inklusif. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah untuk: a. Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang berkompeten

tentang penyelenggaraan Resource Center sebagai pendukung berkembangnya pendidikan inklusif dengan cara melaksanakan program pelatihan Resource Center dan pendidikan inklusif berkelanjutan bagi para tenaga pendidik.

b. Memberikan dukungan dalam bentuk legalitas dan fasilitas yang mendukung pengembangan peran SLB untuk memberikan layanan sebagai Resource Center.

3. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini merupakan sumbangsih dari peneliti dan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam pengembangan Resource Center bagi peneliti selanjutnya, sehingga diharapkan adanya penelitian lebih lanjut yang mengarah pada aspek materi yang lebih


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z. (2008). Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Anak

Berkebutuhan Khusus. [Online]. Tersedia :

http//z- alimin.blogspot.com/2008/03/pemahaman-konsep-pendidikan-kebutuhan.html. (01 Maret 2012).

Amuda, Heryanto. (2009). Pedoman Resource Center. Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.

Ancok, Djamaludin. (2012). Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi. Jakarta : Erlangga.

Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima.

Budiyanto, et al. (2010). Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional.

Chaplin, J. P. (2008). Kamus Psikologi Lengkap. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. (2010). Inclusive Education Profile In Indonesia. Jakarta : Dirjen Manajemen Dikdas Kemendiknas.

Koswara. (2009). Profil Resource Center SLBN Cileunyi Kab. Bandung. Bandung : SLBN Cileunyi Kab. Bandung.

Mangkuprawira, S. dan Hubeis, A. V. (2009). Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Bogor : Mimbar Sosek IPB.

Moleong, J. Lexy. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif - Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(5)

Mulyasa. (2011). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.

Munandar, R.D. et al. (2009). Profil Pendidikan Khusus. Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang PLB.

Munandar, R.D. et al. (2009). Profil Pendidikan Layanan Khusus. Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang PLB.

Pusat Kajian Pendidikan Inklusif. (2009). Pendidikan Inklusif. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Putra, D.A. (2003). Tes Kesiapan. [Online]. Tersedia : http://www.slbk-batam.org/index.php?pilih=hal&id=78KESIAPAN. [24 maret 2012].

Rahmat. (2012). Memahami Arti dan Teori Motivasi Langkah Penting Menuju Sukses. [Online]. Tersedia: http:// www.motivasi-islami.com/menuju-sikap-positif-bag-3/. [24 Oktober 2012].

Ramadhana, Rachmat. (2009). Be Happy At Work. Jogjakarta : FlashBooks.

Rohiat. (2008). Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik. Bandung : Refika Aditama.

Safitra. (2008). Kesiapan Sekolah Dalam Penerapan KTSP. Disertasi Doktor pada FAI UMS Surakarta: tidak diterbitkan.

Satori, D. dan Komariah, A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Schunk, D., Pintrich, P.R. and Meece, J.L. (2012). Motivasi Dalam Pendidikan Teori, Penelitian, dan Aplikasi. Jakarta : PT Indeks.


(6)

Semiawan, C.R. (2009). Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta : PT Indeks.

Skjorten, M.D. (2001). Menuju Inklusi dan Pengayaan, dalam Education-Special Needs Education (terjemahan oleh Susi Septaviana Rakhmawati). Departemen Pendidikan Nasional, Braillo Norway dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Smith, D. (2005). Sekolah Inklusif (editor ahli: M.Sugiarmin, MIF Baihaqi). Bandung: Nuansa Cendikia.

Solso, R.L. et al. (2008). Psikologi Kognitif. Jakarta : Erlangga.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Susetyo. (2001). Pendidikan Bagi Anak Spesial-Sekolah Inklusif. [Online]. Tersedia

http://pusatanakberkebutuhankhusus.wordpress.com/2011/03/04/pendidika n-bagi- anak-spesial-sekolah-inklusi. [27 April 2012].

Syaodih, (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Triatna, C. dan Komariah, A. (2004). Visionary Leadership. Bandung : Bumi Aksara.

Wasliman. (2007). Manajemen Sistem Pendidikan Kebutuhan Khusus. Bandung: Program Studi PKKh SPs Universitas Pendidikan Indonesia.