PENGEMBANGAN PROSEDUR PRAKTIKUM DAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DALAM PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E PADA SUBTOPIK PENENTUAN VOLUME MOLAR GAS.

(1)

PENGEMBANGAN PROSEDUR PRAKTIKUM DAN LEMBAR

KERJA SISWA (LKS) DALAM PEMBELAJARAN LEARNING

CYCLE 7E PADA SUBTOPIK PENENTUAN VOLUME

MOLAR GAS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh :

Nadya Raudotul Jannah

0905699

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

PENGEMBANGAN PROSEDUR PRAKTIKUM DAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DALAM PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E PADA

SUBTOPIK PENENTUAN VOLUME MOLAR GAS

Oleh

Nadya Raudotul Jannah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Nadya Raudotul Jannah di 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGEMBANGAN PROSEDUR PRAKTIKUM DAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DALAM PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E PADA

SUBTOPIK PENENTUAN VOLUME MOLAR GAS

Disusun oleh:

Nadya Raudotul Jannah

NIM. 0905699

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. H. Kurnia

NIP. 195309061980021002

Pembimbing II

Dr. Yayan Sunarya, M.Si

NIP.196102081990031004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

Dr. rer.nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si


(4)

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Pengembangan Prosedur Praktikum dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam Pembelajaran Learning Cycle 7e pada Subtopik Penentuan Volume Molar Gas” ini bertujuan untuk menghasilkan prosedur praktikum dan LKS dalam Pembelajaran learning cycle 7e yang dapat digunakan pada pembelajaran praktikum di sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) dengan tahapan studi pendahuluan, pengembangan model, uji model dan revisi LKS yang dikembangkan. Pada awal penelitian dilakukan optimasi prosedur praktikum, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan prosedur praktikum dalam bentuk LKS yang dikembangkan serta di uji cobakan secara terbatas kepada 6 orang siswa SMA kelas XI dari salah satu SMA di kota Cimahi, sedangkan 3 orang guru kimia SMA sebagai penilai kelayakan LKS. Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar observasi keterlaksanaan, lembar penilaian guru, angket respon siswa dan pedoman wawancara guru serta siswa. Berdasarkan hasil optimasi percobaan, diperoleh kondisi percobaan yang optimum menggunakan prosedur praktikum penentuan volume molar gas oksigen (O2)

karena nilai volume molar yang dihasilkan paling mendekati nilai teoritisnya dengan % kesalahan yang relatif rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan kualitas LKS yang dikembangkan sudah sangatbaik. Pada uji keterlaksanaan menunjukkan bahwa tingkat keterlaksanaan siswa dalam melaksanakan praktikum menggunakan prosedur praktikum termasuk ke dalam kategori sangat baik dengan persentase keterlaksanaan rata-rata sebesar 95%, hal itu menunjukkan bahwa siswa mampu melaksanakan prosedur praktikum. Guru memberi penilaian positif terhadap LKS yang dikembangkan. Respon siswa terhadap pelaksanakan praktikum dan LKS yang dikembangkan tergolong dalam kategori sangat baik dengan persentase respon rata-rata sebesar 82,5%.


(5)

ABSTRACT

This study, with the title " Development of Procedure Practicum and Student Worksheet on Learning Cycle 7e on The Determination of Molar Volume of Gas " aims to produce practical procedures and student worksheets in the learning cycle 7e that can be used at school. The method used in this research was research and development with the stage of preliminary studies, model development, model test and revision worksheet. This study began with the optimization of practicum procedure then arangement of practicum procedure in the form of student worksheets and limited testing to 6 high school students of class XI from one of high school in Cimahi, while three high school teachers as an student woksheet’s assessor. The instrument which is used in this study were observation sheet, teacher assessment sheet, student questionnaire response and interview guideline for the teachers and students. Based on the optimization results, the best procedur practicum for the determination of the molar volume of gas was oxygen ( O2 ) with the closest molar volume to the theoretical value with

the % error relatively low. The results showed that overall worksheets that are well developed. The observation showed that the students are able to carry out laboratory procedures, with the percentage of 95%. Teachers gave a positive assessment of the worksheets that were developed . Students gave their responses to the worksheet and practicum itself with very high measure with the percentage of 82,5%.

Keywords: Learning Cycle 7e, Molar Volume of Gas, Procedure Practicum, Student Worksheet.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Hasil Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Karakteristik Ilmu Kimia ... 10

B. Metode Praktikum ... 12

1. Praktikum sebagai Wahana Pembelajaran ... 12

2. Keterlaksanaan Praktikum di Sekolah ... 12

C. Prosedur Praktikum ... 13

1. Pengertian Prosedur Praktikum ... 13

2. Fisibilitas Prosedur Praktikum ... 14

D. Lembar Kerja Siswa Berbasis Learning Cycle 7e... 15

1. Lembar Kerja Siswa ... 15

2. Model Pembelajaran LearningCycle 7e ... 17

3. Lembar Kerja Siswa Dalam pembelajaran Learning Cycle 7e ... 20

E. Tinjauan Materi Volume Molar Gas ... 21

1. Definisi Volume Molar gas ... 21

2. Volume Molar Gas dalam Keadaan Tertentu dan Keadaan Mengacu pada Keadaan Gas Lain ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Metode Penelitian... 24

B. Objek Penelitian ... 25

C. Langkah – langkah Penelitian dan Pengembangan ... 25

1. Studi Pendahuluan ... 25

2. Pengembangan Model ... 28

D. Sumber Data ... 32

E. Instrumen penelitian dan pengolahannya ... 32


(7)

2. Lembar penilaian guru ... 33

3. Angket respon siswa ... 33

4. Lembar pedoman wawancara dengan guru dan siswa ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Optimasi Kondisi Percobaan ... 37

1. Penyusunan prosedur praktikum ... 37

2. Pengembangan lembar kerja siswa ... 49

B. Keterlaksanaan Siswa dalam Melaksanakan Praktikum dengan Menggunakan Prosedur Praktikum dalam Bentuk LKS yang Dikembangkan ... 51

1. Pelaksanaan praktikum dalam pembelajaran Learning Cycle 7e ... 51

2. Tingkat keterlaksanaan siswa dalam melaksanakan praktikum menggunakanprosedur praktikumdalam bentuk LKS yang dikembangkan ... 53

C. Penilaian Guru Terhadap LKS yang Dikembangkan dan Terhadap Pelaksanaan Praktikum ... 56

1. Berdasarkan hasil data angket penilaian guru ... 56

2. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru ... 57

D. Respon Siswa Terhadap LKS yang Dikembangkan dan Terhadap Pelaksanaan Praktikum ... 59

1. Berdasarkan hasil pengolahan data angket respon siswa ... 59

2. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Volume molar beberapa gas nyata pada STP………. 23

Tabel 3.1 Indikator penilaian lembar observasi keterlaksanaan prosedur praktikum……….... 32

Tabel 3.2 Indikator penilaian lembar penilaian guru………. 33

Tabel 3.3 Indikator penilaian angket respon siswa……… 34

Tabel 3.4 Skor Angket Berdasarkan Skala Likert... 34

Tabel 3.5 Kriteria interpretase skor………... 35

Tabel 3.6 Indikator pertanyaan pedoman wawancara dengan guru……... 36

Tabel 3.7 Indikator pertanyaan pedoman wawancara dengan siswa…….. 36

Tabel 4.1 Data hasil optimasi penentuan volume molar gas oksigen (O2)………. 40

Tabel 4.2 Data hasil optimasi penentuan volume molar gas karbon dioksida (CO2) (T = 298,65 K; P = 0,8642 atm) dengan mengunakan H2SO4 0,5 M……….. 43

Tabel 4.3 Data hasil optimasi penentuan volume molar gas karbon dioksida (CO2) (T = 298,65 K; P = 0,8642 atm) dengan mengunakan H2SO4 1 M………. 44

Tabel 4.4 Data hasil optimasi penentuan volume molar gas hidrogen (H2)………. 47

Tabel 4.5 Pengelolaan pembelajaran model pembelajaran learning cycle 7e pada pembelajaran metode praktikum penentuan volume molar gas oksigen (O2)……….. 51

Tabel 4.6 Persentase skor tingkat keterlaksanaan siswa dalam melaksanakan praktikum menggunakan prosedur praktikum penentuan volume molar gas oksigen (O2) untuk setiap indikator aspek penilaian langkah kerja……… 55

Tabel 4.7 Hasil pengolahan data angket respon siswa terhadap LKS yang dikembangkan dan terhadap pelaksanaan praktikum……… 59


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perubahan model pembelajaran learningcycle dari 5e

menjadi 7e……… 18

Gambar 3.1 Alur Penelitian ………... 31

Gambar 4.1 Rangkaian alat percobaan penentuan volume molar gas

oksigen (O2)……….. 38

Gambar 4.2 Rangkaian alat percobaan penentuan volume molar gas

karbon dioksida (CO2)……….. 41 Gambar 4.3 Rangkaian alat percobaan penentuan volume molar gas

hidrogen (H2)……… 45

Gambar 4.4 Diagram persentase skor tingkat keterlaksanaan siswa dalam

melaksanakan praktikum menggunakan prosedur praktikum penentuan volume molar gas oksigen (O2) untuk setiap

kelompok………... 54

Gambar 4.5 Diagram persentase skor respon siswa terhadap LKS yang

dikembangkan dan terhadap pelaksanaan praktikum penentuan volume molar gas oksigen (O2)………... 60


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN………... 68

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……….. 69

A.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) sebelum revisi...…………... 79

A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) setelah revisi……… 91

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN………... 102

B.1 Format wawancara studi pendahuluan………. 103

B.2 Lembar penilaian guru……….. 106

B.3 Pedoman wawancara penilaian guru………. 109

B.4 Lembar observasi keterlaksanaan siswa dalam melaksanakan praktikum menggunakan prosedur praktikum dalam bentuk LKS yang dikembangkan ……. 111

B.5 Rubrik Penilaian lembar observasi keterlaksanaan siswa dalam melaksanakan praktikum menggunakan prosedur praktikum dalam bentuk LKS yang dikembangkan………... 112

B.6 Angket respon siswa………. 114

B.7 Pedoman wawancara respon siswa………... 117

LAMPIRAN C OPTIMASI KONDISI PERCOBAAN……… 119

C.1 Hasil optimasi penentuan VMG oksigen (O2)………….. 120

C.2 Hasil optimasi penentuan VMG karbon dioksida (CO2).. 137

C.3 Hasil optimasi penentuan VMG hidrogen (H2)………… 162

C.4 Referensi prosedur praktikum 1……… 200

C.5 Referensi prosedur praktikum 2……… 205

C.6 Referensi prosedur praktikum 3……… 211

C.7 Referensi prosedur praktikum 4……… 221

C.8 Referensi prosedur praktikum 5……… 226

LAMPIRAN D PENGOLAHAN DATA……… 230

D.1 Data hasil studi pendahuluan……… 231

D.2 Pengolahan data lembar observasi keterlaksanaan siswa dalam melaksanakan praktikum menggunakan prosedur praktikum dalam bentuk LKS yang dikembangkan.……. 238 D.3 Transkrip wawancara penilaian guru terhadap LKS……. 241


(11)

D.4 Pengolahan data angket respon siswa………... 245

D.5 Transkrip wawancara respon siswa terhadap LKS dan pelaksanaan praktikum……….. 255

LAMPIRAN E DOKUMENTASI………... 263

E.1 Surat izin studi pendahuluan………. 264

E.2 Surat izin menggunakan laboratorium untuk optimasi prosedur praktikum………... 265

E.3 Surat izin peminjaman alat……… 266

E.4 Surat izin penelitian……….. 267

E.5 Dokumentasi Penelitian……… 268


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Standar isi pada Kurikulum 2006 menegaskan bahwa kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk (Permendiknas, 2006)

Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai dalam mata pelajaran kimia bagi siswa SMA adalah mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip kimia untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Menurut BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 23 Tahun 2006 untuk mata pelajaran kimia

1. Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; 2. Memahami hukum dasar dan penerapannya, cara perhitungan dan pengukuran, fenomena reaksi kimia yang terkait dengan kinetika, kesetimbangan, kekekalan masa dan kekekalan energi; 3. Memahami sifat berbagai larutan asam-basa, larutan koloid, larutan elektrolit-non elektrolit, termasuk cara pengukuran dan kegunaannya; 4. Memahami konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia serta


(13)

2

penerapannya dalam fenomena pembentukan energi listrik, korosi logam, dan pemisahan bahan (elektrolisis); 5. Memahami struktur molekul dan reaksi senyawa organik yang meliputi benzena dan turunannya, lemak, karbohidrat, protein, dan polimer serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan rincian di atas nampak bahwa pembelajaran kimia merupakan wahana atau sarana untuk dapat melatih siswa agar memiliki kemampuan untuk dapat menguasai pengetahuan, konsep, dan prinsip kimia melalui pengembangan kompetensi yang dimilikinya berdasarkan fakta-fakta empiris di lapangan. Kemudian, agar pembelajaran sesuai dengan tujuannya, maka pembelajaran kimia harus dikonstruksi sedemikian rupa sehingga siswa diberi pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi yang dimilikinya. Selanjutnya berdasarkan SKL di atas dijelaskan pula bahwa dalam pemerolehan konsep pengetahuan, siswa harus melalui pemberian pengalaman langsung oleh guru untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menfsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, untuk kemudian siswa diharapkan dapat memahami konsep kimia dan mengaplikasikan konsep kimia.

Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang diangap sulit, hal ini menyebabkan sebagian besar siswa kurang berminat untuk mempelajari ilmu tersebut secara lebih dalam. Kemungkinan besar hal itu terjadi karena karakteristik ilmu kimia itu sendiri yang bersifat abstrak dan kompleks. Karena keabstrakannya tersebut maka ada saja siswa yang menggunakan cara menghafal untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. Cara yang digunakan ini dapat menyebabkan siswa tidak menguasai dan memahami konsep-konsep yang ada pada setiap materi kimia serta keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Piaget merupakan seorang konstruktivis pertama (Bodner, 1986 dalam Dahar 1996: 158). Piaget meneliti tentang bagaimana anak-anak memperoleh pengetahuan, yang kesimpulan akhirnya menjelaskan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak sendiri (Dahar, 1996: 160). Prinsip umum dan


(14)

3

paling essensial dari konstruktivisme adalah bahwa siswa memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah, dan pendidikan seharusnya memperhatikan hal itu untuk menunjang proses alamiah ini. Dengan memperhatikan hal-hal yang ada pada model konstruktivis, maka kita harus menerima bahwa mengajar bukan sebagai proses dimana gagasan guru diteruskan pada siswa, melainkan sebagai proses untuk mengubah gagasan siswa yang sudah ada yang mungkin belum benar (Dahar, 1996: 164).

Learning Cycle (siklus belajar) merupakan salah satu model pembelajaran yang sejalan dengan konstruktivisme (Herron, 1988 dalam Dahar, 1996: 164). Learning cycle (siklus belajar) terdiri atas tiga fase, yang setiap fasenya harus siswa jalani. Dengan menggunakan learning cycle (siklus belajar) dari segi siswa, mereka akan merasa lebih dihargai, karena siswa dapat mengemukakan gagasannya secara bebas dan siswa juga diajarkan untuk menerima suatu kenyataan, dan mereka akan mengubah pikiran mereka bila dihadapkan pada kenyataan, dan ini merupakan salah satu sikap ilmiah yang penting dan perlu untuk dikembangkan. Menurut pandangan konstruktivisme, dalam proses pembelajar kimia seyogyanya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti oleh siswa dan memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain, saat proses belajar berlangsung, siswa harus terlibat secara langsung dalam kegiatan nyata (Rustaman, dkk. 2003: 207).

Beberapa penelitian telah menunjukkan keefektifan model siklus belajar untuk meningkatkan hasil belajar. Studi Abraham & Renner (1986) dalam pembelajaran kimia di SMU dengan mengembangkan siklus belajar dalam tiga tahap, menyimpulkan bahwa proses validasi konsep dan konstruksi pengetahuan berlangsung lebih baik. Penelitian Renner, Abraham, dan Birnei (1985) dalam pembelajaran sains dan teknologi menyimpulkan bahwa penggunaan siklus belajar dapat meningkatkan hasil belajar. Penelitian Fajaroh dan Dasna (2003) menyimpulkan bahwa: (1) penerapan siklus belajar dalam pembelajaran kimia menjadikan siswa lebih aktif, baik dalam kegiatan percobaan maupun diskusi kelas, dan (2) menjadikan siswa mudah memahami suatu konsep sehingga hasil belajar siswa lebih baik.


(15)

4

Pada umumnya metode mengajar yang banyak digunakan agar siswa secara aktif mengalami, melihat langsung serta membuktikan suatu konsep yang sedang dipelajarinya adalah metode praktikum atau metode demonstrasi. Dalam kegiatan belajar dengan metode praktikum, siswa dapat secara aktif langsung melakukan kegiatan praktikum. Sementara itu dalam metode demonstrasi, siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung. Metoda demonstrasi dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran kimia adalah dengan menerapkan metode praktikum. Metode praktikum ini sangat penting untuk diterapkan dalam pembelajaran kimia di sekolah karena pada hakikatnya ilmu kimia mencakup dua hal, yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip kimia. Sedangkan kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan kimia (Wahyu,2007). Metode praktikum merupakan salah satu metode yang sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran ilmu kimia karena metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri fakta yang diperlukan untuk meningkatkan penguasaan dan pemahamannya tentang materi kimia yang dipelajarinya. Selain itu, kegiatan praktikum dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Jahro dan Susilawati (2008) bahwa penerapan metode praktikum pada proses pembelajaran berhasil meningkatkan motivasi belajar kimia siswa. Lebih dari 75% dan 89,3% siswa sepakat bahwa kegiatan praktikum dapat membantu meningkatkan pemahaman materi kimia yang dipelajarinya.

Fungsi dari metode praktikum merupakan penunjang kegiatan prosedur belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan. Keuntungan penggunaan metode praktikum adalah sebagai berikut:


(16)

5

1. Dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa 2. Siswa dapat mengamati proses

3. Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri 4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah

5. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien (Mulyati Arifin, dkk. 2003).

Menurut Mulyati Arifin, dkk. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum praktikum, hal-hal ini yang perlu mendapat perhatian guru dan murid. Salah satu hal tersebut yaitu guru perlu menyiapkan prosedur praktikum. Pada umumnya prosedur praktikum disajikan dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS) dengan tujuan membuat siswa lebih paham mengenai konsep kimia yang disampaikan melalui pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hasil percobaan.

Menurut Rohaeti et.al. (2006), kelebihan penggunaan LKS adalah memperjelas penyajian informasi sehingga proses belajar semakin lancar, meningkatkan motivasi siswa, dan siswa akan mendapatkan pengalaman yang sama mengenai peristiwa serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan lingkungan sekitar. Dengan demikian, LKS yang didalamnya terdapat prosedur praktikum sebagai salah satu media pembelajaran praktikum akan memberikan pembelajaran bermakna bagi siswa. Pada pembelajaran bermakna tersebut menurut Ausubel terjadi proses terkaitnya pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya dengan informasi yang baru diterima (Wahyu, 2007).

Berdasarkan hasil survey lapangan terhadap sepuluh sekolah di kota Bandung, ternyata LKS yang digunakan di semua sekolah tersebut masih memiliki kelemahan-kelemahan, diantaranya: (1) prosedur praktikum yang tercantum dalam LKS masih bersifat kualitatif, (2) materi yang disajikan tidak dapat mendorong siswa untuk belajar bermakna, (3) tidak adanya prosedur praktikum mengenai penentuan volum molar gas yang penulis anggap sebagai salah satu materi yang sangat penting dalam pembelajaran kimia. Sehingga menurut penulis tujuan pembelajaran kimia yang ideal tidak tercapai.


(17)

6

Oleh karena itu, berdasarkan kepada hal tersebut perlu dilakukan penerapan suatu model pembelajaran dalam media LKS, khususnya dalam hal ini LKS praktikum yang dapat memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam berpraktikum sehingga pembelajaran bermakna dapat tercapai.

Model learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang dapat mewujudkan hal tersebut. Hal ini dikarenakan menurut Einskraft (2003), learning cycle 7e adalah model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dan juga didalamnya terjadi proses inkuiri. Menurut Lorsbach model pembelajaran ini dapat merangsang siswa untuk mengingat kembali konsep yang telah diperoleh sebelumnya, memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif, melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan praktikum, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari (Susilawati, 2010).

Oleh sebab itu, penerapan model learning cycle 7e khususnya dalam LKS praktikum dapat melatih siswa untuk membangun konsep melalui proses inkuiri yang terjadi selama kegiatan praktikum berlangsung. Sehingga memungkinkan model pembelajaran learning cycle 7e dapat menjadi basis dalam pengambangan LKS, termasuk untuk penentuan volum molar gas yang selama ini tidak ada dalam LKS pada jenjang SMA.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka pengembangan prosedur praktikum dan LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e sehingga diimplementasikan ke dalam penelitian yang berjudul “Pengembangan Prosedur Praktikum dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam Pembelajaran Learning Cycle 7e pada Subtopik


(18)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, secara umum permasalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan prosedur praktikum dan lembar kerja siswa dalam pembelajaran learning cycle 7e pada subtopik penentuan volume molar gas?”

Untuk memperjelas arah penelitian ini, maka secara khusus rumusan masalah tersebut dijabarkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi percobaan yang optimum untuk mengembangkan prosedur

praktikum dan LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e pada subtopik penentuan volume molar gas?

2. Bagaimana kualitas LKS jika ditinjau dari keterlaksanaan siswa dalam melaksanakan praktikum dengan menggunakan prosedur praktikum dan LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e pada subtopik penentuan volume molar gas?

3. Bagaimana penilaian guru terhadap prosedur praktikum dan LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e pada subtopik penentuan volume molar gas? 4. Bagaimana respon siswa terhadap prosedur praktikum dan LKS dalam

pembelajaran learning cycle 7e pada subtopik penentuan volume molar gas?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini hanya akan membahas masalah-masalah yang akan diteliti. Penelitian ini perlu dibatasi agar lebih terarah dan memberikan informasi yang lebih jelas. Penelitian ini dibatasi pada hal: 1. LKS yang dikembangkan merupakan jenis LKS dalam pembelajaran

eksperimen.

2. Prosedur praktikum yang optimal ditinjau dari kemudahan memperoleh alat dan bahan praktikum, mudah dilaksanakan oleh siswa, sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia, dan hasilnya mendekati akurat.

3. Pengembangan prosedur praktikum yang diteliti dibatasi pada optimasi prosedur praktikum, kesesuaiannya dengan standar isi, dan tingkat keterlaksanaan.


(19)

8

4. Dalam penelitian ini tidak diteliti pengaruh digunakannya LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e terhadap hasil belajar.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan prosedur praktikum dan lembar kerja siswa dalam pembelajaran learning cycle 7e pada subtopik penentuan volume molar gas.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sesuatu yang berguna dalam upaya perbaikan pembelajaran, yaitu:

1. Bagi siswa

Siswa diharapkan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih luas, sehingga siswa dapat terbantu dalam proses, dan siswa diharapkan mampu menggali pengetahuan awal mereka, memahami konsep yang ada, serta dapat mengaplikasikannya.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan bagi peneliti dan peneliti lainnya, serta dapat menjadi perbandingan untuk dapat memperluas volume molar gas-gas lainnya.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda-beda pada konsep yang akan dilakukan dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan beberapa istilah, yaitu sebagai berikut:

1. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaatkan, dan aplikasi


(20)

9

ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan telkonogi baru (UU No. 18 tahun 2002).

2. Metode eksperimen (praktikum) adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan kegiatan percobaan (Wahyu, 2007).

3. Prosedur praktikum adalah pedoman pelaksanaan kegiatan praktikum yang berisi tata cara persiapan, pelaksanaan, analisis data, dan pelaporan yang disusun atau ditulis oleh kelompok/individu dan mengikuti kaidah tulisan ilmiah (Kepmendik, 2001).

4. Model pembelajaran learning cycle 7e merupakan model desain instruksional yang dikembangkan dari Learning Cycle 5e. Dalam Learning Cycle 5e menjelaskan proses pembelajaran dalam 5 tahap, yaitu engage, explore, explain, elaborate dan evaluate. Learning Cycle 7e ini lebih menekankan pada pengaktifan pengetahuan siswa sebelumnya dan transfer belajar. Berdasarkan alasan tersebut, Learning Cycle 7e ditambahkan dua fase baru, yaitu elicit dan extend (Huang, 2008).

5. Lembar kerja siswa adalah jenis hand out yang dimaksudkan untuk membantu siswa belajar secara terarah (Surachman dalam Rohaeti et al. 2006).

6. Pre lab merupakan bagian dari LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e yang merupakan perwujudan dari tahap elicit dengan tujuan untuk menggali pengetahuan awal siswa.

7. Post lab merupakan bagian dari LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e yang merupakan perwujudan dari tahap extend dengan tujuan untuk memperdalam, memperluas konsep yang diperoleh siswa melalui pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dalam situasi lain.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan merupakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational Research & Development). Menurut Sukmadinata (2009) penelitian dan pengembangan merupakan pendekatan penelitian untuk menghasilkan produk baru atau penyempurnaan produk yang telah ada. Produk yang dihasilkan bisa berbentuk software, ataupun hardware seperti buku, modul, paket, program pembelajaran ataupun alat bantu belajar. Menurut Sugiyono (2010), metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.

Borg dan Gall, 1989 (dalam Sukmadinata, 2009) menuliskan langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting). 2. Perencanaan (planning).

3. Pengembangan draft awal (develop preliminary from product). 4. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing).

5. Revisi hasil uji coba (main product revision). 6. Uji coba lapangan (main field testing).

7. Penyempurnaan product hasil uji lapangan (operating product revision). 8. Uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing).

9. Penyempurnaan dan product akhir (final product revision).

10.Desiminasi dan implementasi (dessimination and implementation).

Pada penelitian ini, metode research and development yang digunakan khususnya adalah metode penelitian dan pengembangan yang dimodifikasi. Sukmadinata (2009), memodifikasi metode ini dari sepuluh langkah penelitian


(22)

25

dan pengembangan dari Borg dan Gall. Secara garis besar langkah penelitian dan pengembangan yang dikembangankan terdiri atas tiga tahap, yaitu:

1. Studi Pendahuluan 2. Pengembangan Model 3. Uji Model

Pada penelitian ini, tahapan research and development dibatasi pada sampai tahap pengembangan model, atau hingga tahap kelima menurut tahap-tahap yang dijelaskan Borg dan Gall, yaitu hingga tahap-tahap revisi produk setelah dilakukan uji coba tahap awal.

B. Objek Penelitian

Prosedur praktikum dan lembar kerja siswa dalam pembelajaran learning cycle 7e pada subtopik penentuan volume molar gas.

C. Langkah – langkah Penelitian dan Pengembangan

Langkah-langkah penelitian dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua tahapan, yaitu:

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan tahap persiapan untuk selanjutnya melakukan pengembangan produk (Sukmadinata,2009). Tahap ini meliputi studi kepustakaan, survei lapangan, dan penyusunan produk awal. Berdasarkan alur penelitian pada gambar 3.1, langkah-langkah yang dilakukan pada tahap studi pendahuluan adalah sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan

Studi ini ditujukan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan teoritis yang memperkuat suatu produk yang akan dikembangkan. Dalam tahap ini, peneliti mengkaji prosedur-prosedur praktikum dalam buku standar yang digunakan di sekolah, artikel-artikel, jurnal-jurnal nasional maupun internasional. Kajian yang dilakukan meliputi identifikasi rangkaian alat dan bahan, teknik pengumpulan dan pengukuran gas, serta teknik merekam data dan perhitungan volume molar gas yang digunakan dalam prosedur. Selain itu, peneliti juga


(23)

26

mengkaji kelebihan dan kekurangan prosedur praktikum tersebut. Hal inilah yang menjadi acuan untuk mengembangkan prosedur praktikum penentuan volume molar gas.

b. Survei Lapangan

Selanjutnya, dilakukan survei lapangan di sepuluh sekolah, yaitu tujuh sekolah negeri dan tiga sekolah swasta. Instrumen yang digunakan adalah lembar wawancara. Wawancara dilakukan kepada guru-guru kimia di sepuluh sekolah tersebut, khususnya guru kelas X. Hal-hal yang ditanyakan berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan praktikum di sekolah serta prosedur praktikum dan lembar kerja siswa yang digunakan untuk materi penentuan volume molar gas.

Setelah itu, peneliti mengidentifikasi prosedur praktikum dan LKS yang digunakan di sekolah. Sama halnya seperti dalam tahap studi kepustakaan, hal yang ditinjau dari prosedur praktikum adalah rangkaian alat dan bahan, teknik pengumpulan dan pengukuran gas, serta teknik merekam data dan perhitungan volume molar gas. Sedangkan untuk LKS, hal-hal yang ditinjau meliputi kelengkapan unsur-unsur dalam LKS serta jenis LKS yang biasa digunakan di sekolah.

c. Penyusunan Produk Awal

Tahap selanjutnya, yang dilakukan setelah studi kepustakaan dan survei lapangan adalah penyusunan produk awal. Dalam tahap ini, dilakukan optimasi kondisi percobaan untuk memperoleh prosedur praktikum yang optimal serta penyusunan LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e sebagai bentuk penyajian dari prosedur praktikum tersebut.

1) Optimasi Kondisi Percobaan

Setelah mengidentifikasi prosedur-prosedur praktikum yang banyak beredar dan digunakan di sekolah, peneliti mencoba membuat prosedur alternatif dengan cara mengoptimasi kondisi percobaan. Optimasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh prosedur praktikum yang layak, dilihat dari segi kemudahan memperoleh alat dan bahan, keamanan bahan, murah dari segi biaya, mudah dilakukan oleh siswa, sesuai alokasi waktu yang tersedia, serta cukup akurat hasilnya.


(24)

27

Proses optimasi ini, dilakukan hingga diperoleh kondisi optimum untuk setiap variabel yang dioptimasi. Variabel tersebut meliputi rangkaian alat dan bahan, teknik pengumpulan dan pengukuran gas, serta teknik merekam data dan perhitungan volume molar gas. Selain untuk menentukan kondisi optimum masing-masing variabel, optimasi juga dilakukan untuk menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan praktikum menggunakan prosedur hasil optimasi di sekolah.

Setelah diperoleh kondisi optimum untuk masing-masing variabel, selanjutnya dilakukan penyusunan prosedur praktikum. Prosedur praktikum hasil optimasi ini kemudian divalidasi oleh dosen pembimbing. Berdasarkan hasil validasi dan masukan yang diberikan, maka dilakukan revisi hingga diperoleh prosedur praktikum yang layak digunakan di sekolah.

2) Penyusunan Prosedur Praktikum

Setelah melakukan optimasi kondisi percobaan, selanjutnya dilakukan penyusunan prosedur praktikum. Prosedur praktikum dibuat berdasarkan pertimbangan optimasi kondisi percobaan yang sesuai.

3) Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Tahap selanjutnya, setelah diperoleh prosedur praktikum yang optimal dari hasil optimasi dan validasi, maka prosedur praktikum tersebut disajikan dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS tersebut disusun berdasarkan tahap-tahap dalam pembelajaran learning cycle 7e.

Perbedaan LKS ini dengan LKS standar adalah adanya pertanyaan pre lab yang termasuk ke dalam tahap elicit dalam pembelajaran learning cycle 7e, pertanyaan pre lab ini bertujuan untuk menggali pengetahuan awal siswa sebelum melaksanakan praktikum. Selain itu, LKS yang dikembangkan dilengkapi dengan pertanyaan post lab yang termasuk dalam tahap extend dengan tujuan mengaitkan konsep yang telah diperoleh siswa melalui praktikum dengan konsep lain yang relevan dan juga berfungsi untuk menerapkan konsep-konsep yang diperoleh siswa ke dalam situasi baru.


(25)

28

Selanjutnya, LKS divalidasi oleh dosen pembimbing. Validasi ini merupakan proses penilaian kesesuaian LKS dengan tahap-tahap learning cycle 7e serta untuk mengetahui apakah LKS yang disusun telah memenuhi kriteria LKS yang baik.

4) Penyusunan Instrumen Penelitian

Selain menyusun LKS, peneliti juga membuat instrumen penelitian yang berfungsi sebagai penilaian terhadap prosedur praktikum dalam bentuk LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e yang dikembangkan. Instrumen penelitian yang disusun, meliputi lembar observasi, lembar penilaian guru, lembar pedoman wawancara guru, angket respon siswa dan lembar pedoman wawancara siswa. Sama halnya dengan LKS, instrumen penelitian yang telah disusun kemudian divalidasi oleh pembimbing. Tujuannya untuk mengetahui kesesuaian instrumen penelitian dengan rumusan masalah penelitian.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan, diperoleh produk awal berupa lembar kerja siswa dalam pembelajaran learning cycle 7e yang di dalamnya tercantum prosedur praktikum hasil optimasi di laboratorium. Selanjutnya, LKS diujicoba secara terbatas kepada siswa SMA untuk mengetahui kelayakan LKS tersebut untuk digunakan di sekolah. Tahap ini termasuk ke dalam tahap pengembangan model dalam hal ini LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e.

2. Pengembangan Model

Setelah melalui serangkaian proses hingga akhirnya diperoleh sebuah produk berupa lembar kerja siswa (LKS) dalam pembelajaran learning cycle 7e, tahap

selanjutnya adalah uji coba terbatas yang dilakukan kepada sekelompok siswa. Pada uji coba terbatas ini, peneliti mengamati, mencatat hal-hal penting, megamati kelebihan dan kekurangan sehingga draf produk yang telah dibuat bisa disempurnakan kembali. Tahapan dari uji coba terbatas ini meliputi:

a. Uji Keterlaksanaan Prosedur Praktikum

Uji keterlaksanaan praktikum dilakukan oleh 6 orang siswa kelas X dari salah satu SMA Negeri di Kota Cimahi yang dilaksanakan di Laboratorium Kimia Dasar dan Analitik (LKDA) FPMIPA UPI. Dalam hal ini siswa melakukan praktikum dengan menggunakan prosedur praktikum dalam bentuk lembar kerja


(26)

29

siswa dalam pembelajaran learning cycle 7e yang sudah dirancang sebagai pedoman praktikum siswa.

Siswa terdiri dari enam orang siswa yang dibagi ke dalam dua kelompok, kemudian siswa melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam LKS. Keterlaksanaan prosedur praktikum diobservasi oleh dua orang observer menggunakan lembar observasi. Seorang observer mengobservasi satu kelompok untuk mengamati keterlaksanaan prosedur praktikum menggunakan lembar observasi khusus yang berbentuk rubrik.

Selain itu, tingkat keterlaksanaan praktikum juga ditentukan berdasarkan keberhasilan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS. Menurut Sunyono (2008), jika siswa dapat mengisi tabel pengamatan dan menjawab pertanyaan pada LKS, dapat dipastikan bahwa siswa mengalami pengalaman belajar setelah melakukan praktikum.

b. Penilaian guru terhadap LKS

Uji penilaian guru ini dilakukan dalam rangka menguji kelayakan LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e. Seperti yang telah dijelaskan dalam tahap validasi lembar kerja siswa, selain divalidasi oleh dosen pembimbing, LKS juga dinilai oleh guru sebagai praktisi pendidikan yang mengetahui kondisi dan kebutuhan siswa di lapangan. Penilaian guru ini berupa wawancara kepada guru-guru SMA, dalam penelitian ini dilakukan wawancara dengan 3 orang guru SMA Negeri yang masing-masing berasal dari sekolah yang berbeda. Hal-hal yang menjadi aspek penilaian diantaranya mengenai keterbacaan prosedur dalam LKS, kemudahan memperoleh alat dan bahan, pertanyaan – pertanyaan dalam LKS dan keamanan bahan yang digunakan dalam prosedur.

c. Respon siswa terhadap LKS

Selain dinilai oleh guru, prosedur praktikum juga dinilai oleh siswa melalui penjaringan respon siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket yang diisi oleh siswa setelah pelaksanaan praktikum dengan menggunakan prosedur praktikum yang dikembangkan. Selain itu, untuk menggali informasi lebih dalam mengenai penilaian terhadap LKS yang dikembangkan dan juga


(27)

30

respon siswa terhadap pelaksanaan praktikum, maka dilakukan wawancara kepada enam orang siswa.

d. Revisi lembar kerja siswa (LKS)

Dari beberapa tahap yang telah dilakukan, maka tahap akhir yang dilakukan pada penelitian ini adalah revisi dan penyempurnaan prosedur praktikum dalam lembar kerja siswa yang dikembangkan. Revisi dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil uji coba terbatas, yaitu hasil penilaian guru, uji keterlaksanaan prosedur dan respon siswa terhadap prosedur yang dikembangkan. Selain itu, revisi juga dilakukan berdasarkan hasil analisis jawaban siswa dalam LKS.

Secara umum, langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan yang telah dipaparkan sebelumnya sesuai dengan alur penelitian yang tercantum pada


(28)

31

Kajian Hasil Penelitian Prosedur Praktikum dalam pembelajaran learning cycle 7e

Analisis Materi Volume Molar Gas sesuai Standar Isi

Identifikasi prosedur praktikum dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Penentuan Volume Molar Gas di sekolah

Pembuatan Instrumen Survey Lapangan

Penjaringan Respon Siswa dan Wawancara

Pengolahan Data Uji Keterlaksanaan

Kesimpulan Uji Coba Lapangan Validasi Instrumen Survey Lapangan

Perbaikan

Instrumen Survey Lapangan

Perbaikan

Penilaian Guru dan Wawancara

Pengembangan Model

Studi Kepustakaan

Survei Lapangan

Penyusunan Produk Awal

Optimasi kondisi percobaan penentuan volume molar gas

Penyusunan Instrumen Penelitian : 1. Lembar Observasi

2. Lembar Penilaian Guru 3. Angket Respon Siswa

4. Lembar Pedoman Wawancara dengan guru 5. Lembar Pedoman Wawancara dengan siswa 6. Rubrik Penilaian Langkah Kerja

Penyusunan prosedur praktikum

Judgement oleh pembimbing

Perbaikan

Penyusunan Lembar Kerja Siswa Dalam pembelajaran Learning Cycle 7e

Judgement LKS oleh pembimbing

Perbaikan

LKS

Judgemnet instrumen penelitian oleh pembimbing

Instrumen Penelitian

Studi Pendahuluan

Revisi LKS


(29)

32

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian terbagi menjadi dua bagian, yaitu pada tahap studi pendahuluan dan uji coba lapangan. Pada tahap studi pendahuluan, yang menjadi sumber data adalah 10 guru kimia SMA kelas X yang masing-masing berasal dari sekolah yang berbeda yang ada di kota Bandung. Sedangkan, pada tahap uji coba lapangan yang menjadi sumber data adalah 3 orang guru kimia SMA yang masing-masing berasal dari sekolah yang berbeda serta siswa-siswi kelas X di salah satu SMA Negeri di Kota Cimahi. Siswa tersebut berasal dari satu sekolah yang terdiri dari 6 orang siswa yang dibagi ke dalam 2 kelompok.

E. Instrumen penelitian dan pengolahannya

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar wawancara penilaian guru dan siswa, serta angket respon siswa.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kualitas LKS yang ditinjau dari keterlaksanaan siswa dalam melaksanakan praktikum menggunakan prosedur praktikum dalam bentuk LKS yang dikembangkan. Pemberian skornya menggunakan Rating Scale. Aspek yang dinilai disesuaikan dengan indikator penilaian yang tercantum dalam tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1Indikator penilaian lembar observasi keterlaksanaan prosedur praktikum

No. Indikator Penilaian

1. Menimbang serbukkalium klorat (KClO3).

2. Menimbang berat tabung reaksi + KClO3 + MnO2 sebelum dipanaskan.

3. Menyusun alat.

4. Mengamati gas yang terbentuk. 5. Membaca termometer suhu ruang.

6. Membaca termometer suhu dalam labu dasar rata setelah percobaan (T O2). 7. Menimbang berat tabung reaksi + KClO3 + MnO2 setelah dipanaskan.

8. Mengukur volume air yang dihasilkan. 9. Membaca barometer tekanan udara luar.

10. Membersihkan dan meletakkan kembali semua alat dan bahan yang telah digunakan.


(30)

33

2. Lembar penilaian guru

Lembar penilaian guru dalam penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpul data untuk mengetahui penilaian guru kimia SMA/MA terhadap lembar kerja siswa yang dikembangkan sebagai bentuk penyajian prosedur praktikum. Penilaian guru ini dibuat dalam bentuk lembar wawancara. Hal-hal yang ditanyakan kepada guru-guru disesuaikan dengan indikator penilaian yang tercantum dalam tabel 3.2 dibawah ini.

Tabel 3.2 Indikator penilaian lembar penilaian guru

No. Indikator Penilaian

1. Tanggapan guru terhadap isi prosedur praktikum dalam LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e.

2. Tanggapan guru terhadap SK dan KD dalam LKS dalam pembelajaran learning

cycle 7e.

3. Tanggapan guru terhadap alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum. 4. Tanggapan guru terhadap alokasi waktu untuk praktikum dan pengisian LKS. 5. Tanggapan guru terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam LKS.

3. Angket respon siswa

Angket digunakan sebagai alat pengumpul data untuk mengetahui respon siswa terhadap LKS serta terhadap pelaksanaan praktikum menggunakan prosedur praktikum yang dikembangkan. Indikator penilaiannya disesuaikan dengan indikator penilaian yang tercantum dalam tabel 3.3 dibawah ini.


(31)

34

Tabel 3.3 Indikator penilaian angket respon siswa

No. Indikator Penilaian

1. Tanggapan terhadap LKS secara keseluruhan 2. Tanggapan terhadap pengantar praktikum

3. Tanggapan terhadap alat dan bahan yang digunakan 4. Tanggapan terhadap prosedur praktikum

5. Tanggapan terhadap data pengamatan 6. Tanggapan terhadap kalkulasi

7. Tanggapan terhadap alokasi waktu

8. Tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan pre lab dalam LKS 9. Tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan post lab dalam LKS

Tahapan pengolahan data dari angket respons siswa adalah sebagai berikut:

a. Pemberian skor

Angket respon siswa yang dibuat menggunakan pernyataan positif seluruhnya dengan rentang skala Likert seperti tercantum pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Skor angket berdasarkan skala Likert

Pernyataan Skor

SS S N TS STS

Positif 5 4 3 2 1

Keterangan: SS = Skor angket untuk pernyataan Sangat Setuju S = Skor angket untuk pernyataan Setuju

N = Skor angket untuk pernyataan Ragu-ragu TS = Skor angket untuk pernyataan Tidak Setuju

STS = Skor angket untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju

b. Mengolah skor

Pengolahan skor angket respon siswa adalah sebagai berikut : 1) Menghitung hasil angket respon siswa


(32)

35

Untuk menghitung hasil angket respon siswa digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: = Frekuensi alternatif jawaban benar

= Skor skala Likert

= Jumlah siswa

(Mayanti, 2011) 2) Menghitung persentase respon siswa

3) Kriteria interpretasi skor

Tabel 3.5 Kriteria interpretase skor

Rentang Persentase Kategori

81 % - 100 % Sangat Setuju (SS) Sangat baik

61 % - 80 % Setuju (S) Baik

41 % - 60 % Ragu-ragu (N) Ragu-ragu

21 % - 40 % Tidak Setuju (TS) Kurang baik 0% - 20 % Sangat Tidak Setuju (STS) Tidak baik

4. Lembar pedoman wawancara dengan guru dan siswa

Lembar wawancara digunakan untuk mengetahui penilaian guru dan respon siswa terhadap prosedur praktikum dalam bentuk lembar kerja siswa yang dikembangkan serta terhadap pelaksanaan praktikum secara lebih mendalam. Seperti dikemukakan Sugiyono (2010), bahwa wawancara digunakan apabila peneliti ingin mengetahui hal – hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

Aspek yang dinilai pada lembar pedoman wawancara dengan guru disesuaikan dengan indikator pertanyaan yang tercantum dalam tabel 3.6 dibawah ini.


(33)

36

Tabel 3.6 Indikator pertanyaan pedoman wawancara dengan guru

No. Indikator Pertanyaan

1. Tanggapan guru terhadap isi prosedur praktikum yang disajikan dalam LKS

2. Tanggapan guru tentang isi pada pengantar praktikum

3. Tanggapan guru terhadap alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum 4. Tanggapan guru terhadap alokasi waktu untuk praktikum dan mengisi LKS 5. Tanggapan guru terhadap pertanyaan-pertanyaan pre lab dalam LKS. 6. Tanggapan guru terhadap pertanyaan-pertanyaan post lab dalam LKS. 7. Tanggapan guru terhadap struktur LKS

Sedangkan aspek yang dinilai pada lembar pedoman wawancara dengan siswa disesuaikan dengan indikator pertanyaan yang tercantum dalam tabel 3.7 dibawah ini.

Tabel 3.7 Indikator pertanyaan pedoman wawancara dengan siswa

No. Indikator Pertanyaan

1. Tanggapan siswa terhadap pelaksanaan praktikum penentuan volume molar gas oksigen (O2)

2. Tanggapan siswa terhadap LKS yang digunakan

3. Tanggapan siswa terhadap pertanyaan pre lab pada LKS 4. Tanggapan siswa terhadap pertanyaan post lab pada LKS 5. Tanggapan siswa terhadap perhitungan dalam LKS


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Ditinjau dari kemudahan mendapatkan alat, keamanan bahan yang digunakan, kemudahan mengukur volume gas yang dihasilkan, kesesuaian dengan alokasi waktu, %kesalahannya serta kemudahan dalam melaksanakan praktikum, diperoleh kondisi percobaan yang optimum menggunakan prosedur praktikum penentuan volume molar gas oksigen (O2) karena nilai volume molar yang

dihasilkan paling mendekati nilai teoritisnya dengan % kesalahan yang relatif rendah.

2. Berdasarkan hasil observasi diperoleh hasil bahwa sebagian besar kegiatan prosedur praktikum dapat dilaksanakan dengan sangat baik oleh siswa, hal ini menunjukkan bahwa kualitas LKS yang dikembangkan sudah tergolong sangat baik dengan persentase keterlaksanaan rata-rata sebesar 95%. Hasil kalkulasi siswa menunjukan tingkat kesalahan sebesar 3,07% - 3,65%.

3. Penilaian guru secara keseluruhan menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan sudah baik dan layak untuk digunakan. Hanya diperlukan perbaikan dari segi teknis penulisan supaya kalimat-kalimat dalam LKS lebih mudah dipahami.

4. Berdasarkan hasil penjaringan respon siswa terhadap LKS dan pelaksanaan praktikum, didapatkan hasil bahwa LKS yang dikembangkan sudah tergolong sangat baik dengan persentase respon rata-rata sebesar 82,5%.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan, terdapat beberapa saran yang dapat peneliti kemukakan yaitu sebagai berikut:


(35)

64

1. Bagi guru disarankan untuk menggunakan LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e, karena dengan LKS ini dapat menggali pengetahuan awal siswa serta dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan siswa khususnya pada materi penentuan volume molar gas.

2. Bagi peneliti lain perlu melanjutkan pengembangan lanjutan sesuai alur metode Research and Development untuk prosedur praktikum dalam bentuk LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e pada subtopik penentuan volume molar gas oksigen (O2) ini sehingga diperoleh produk yang lebih teruji

keefektifannya.

3. Perlu dikembangkannya penelitian pengembangan prosedur praktikum dan LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e untuk materi kimia lain, agar tersedianya prosedur praktikum alternatif yang beragam.

4. Perlu dikembangkannya penelitian sejenis dengan tingkat optimasi prosedur percobaan yang lebih baik dalam hal kemudahan dan ketersediaannya alat dan bahan yang akan digunakan, serta kesesuaiannya dengan standar isi.

5. Agar keterlaksanaan prosedur percobaan dapat diterapkan dengan baik dalam pembelajaran kimia, guru seyogianya memiliki dan meningkatkan keterampilan dasar mengajar, seperti kemampuan bertanya pada siswa, mendorong siswa untuk bertanya dan berpikir atas konsep-konsep dasar. 6. Berdasarkan hasil diskusi dengan observer, guru harus mampu mengaktifkan

siswa didalam kegiatan eksperimen dan mengendalikan kegiatan diskusi, agar keterlaksanaan pembelajaran dapat terjadi dengan baik.

7. Sebelum melaksanakan pembelajaran di dalam kelas langsung, guru sebaiknya mencoba terlebih dahulu skenario pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan eksperimen agar ketika pelaksanaannya bisa mengestimasi waktu dengan tepat.

8. Pada saat siswa melakukan kegiatan eksperimen, hendaknya guru membimbing kepada siswa yang benar-benar membutuhkan bantuan dan mengalami kesulitan dalam melakukan eksperimen, agar siswa tetap fokus didalam melakukan percobaan.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham. M.R & Renner, J.W. (1986). The Sequences of Learning Cycle Activities in High School Chemistry. Journal of Research in Science Teaching. 3, 121-134.

Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Bandung: Bumi Aksara.

Arifin, Mulyati, dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Permen 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta : BSNP

Brady, J. E. (1999). Kimia Universitas Asas & Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara. Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-Teori Belajar.Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2001). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 36/D/O/2001. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA & MA. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Djamarah, S. B. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Eisenkraft, Arthur. (2003). Expanding the 5E Model. The Science Teacher. Sept:

56-59. Reprented with permission from the science teacher (70 (6): 56-59), a journal for high school science educators published by the national science teacher association.

Fajaroh, F. dan Dasna, W. (2003). Penggunaan Pembelajaran Learning Cycle untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif dalam Bahan Makanan pada Siswa Kelas II SMU Negeri 1 Tumpang Malang. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang– Laporan Penelitian LPTK.


(37)

66

Huang, Kuan-Jhen. et al. (2008). Embedding Mobile Technology to Outdoor Natural Science Learning Based on the 7E Learning Cycle. [Online]. Tersedia:http://ssgraf.athabascau.ca/publication/huang_liu_graf_lin_EdMe dia08.pdf. [15 Juni 2012]

Jahro, I. S. et al. (2008). Analisis Penerapan Metode Praktikum pada Pembelajaran Ilmu Kimia di Sekolah Menengah Atas. [Online]. Tersedia:http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11092026.pdf [20 Desember 2012]

Kanli, Uygar. et al. (2007). The Effect of a Laboratory Based on the 7E Learning Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of Student’ Science Process Skill and Conceptual Achievement. [Online]. Tersedia:http://www.tussed.org/thesissummary/default.asp [05 Desember 2012]

Mayanti, Sri. (2011). Analisis Hasil Belajar Siswa SMA pada Pembelajaran Laju Reaksi Melalui Metode Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing. Skripsi Jurusan Pendidikan Kimia. Bandung: FPMIPA UPI (tidak diterbitkan). Rohaeti, E., Widjajanti, E., dan Padmaningrum, R.T. (2006). Pengembangan

Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia untuk SMP Kelas VII, VIII, dan IX. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Susiwi, et al. (2008). The skills of High School Students on Data Communication and Experiment Concluding in Chemistry Laboratory Activities. The 2nd International Seminar on Science Education. Bandung: IUE.


(38)

67

Sunarya,Yayan. (2003). Kimia Dasar 2. Bandung:Alkemi Grafisindo Press

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahyu, Wawan. dkk.(2007). Belajar dan Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Widhy, P. (2010). Pembelajaran IPA (Kimia) Berbasis Laboratorium. [Online]. Tersedia:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/.pdf. [30 Desember 2012]

Yayan, et al. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia 2. Jakarta: diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.


(1)

36

Tabel 3.6 Indikator pertanyaan pedoman wawancara dengan guru

No. Indikator Pertanyaan

1. Tanggapan guru terhadap isi prosedur praktikum yang disajikan dalam LKS

2. Tanggapan guru tentang isi pada pengantar praktikum

3. Tanggapan guru terhadap alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum 4. Tanggapan guru terhadap alokasi waktu untuk praktikum dan mengisi LKS 5. Tanggapan guru terhadap pertanyaan-pertanyaan pre lab dalam LKS. 6. Tanggapan guru terhadap pertanyaan-pertanyaan post lab dalam LKS. 7. Tanggapan guru terhadap struktur LKS

Sedangkan aspek yang dinilai pada lembar pedoman wawancara dengan siswa disesuaikan dengan indikator pertanyaan yang tercantum dalam tabel 3.7 dibawah ini.

Tabel 3.7 Indikator pertanyaan pedoman wawancara dengan siswa

No. Indikator Pertanyaan

1. Tanggapan siswa terhadap pelaksanaan praktikum penentuan volume molar gas oksigen (O2)

2. Tanggapan siswa terhadap LKS yang digunakan

3. Tanggapan siswa terhadap pertanyaan pre lab pada LKS 4. Tanggapan siswa terhadap pertanyaan post lab pada LKS 5. Tanggapan siswa terhadap perhitungan dalam LKS


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Ditinjau dari kemudahan mendapatkan alat, keamanan bahan yang digunakan, kemudahan mengukur volume gas yang dihasilkan, kesesuaian dengan alokasi waktu, %kesalahannya serta kemudahan dalam melaksanakan praktikum, diperoleh kondisi percobaan yang optimum menggunakan prosedur praktikum penentuan volume molar gas oksigen (O2) karena nilai volume molar yang

dihasilkan paling mendekati nilai teoritisnya dengan % kesalahan yang relatif rendah.

2. Berdasarkan hasil observasi diperoleh hasil bahwa sebagian besar kegiatan prosedur praktikum dapat dilaksanakan dengan sangat baik oleh siswa, hal ini menunjukkan bahwa kualitas LKS yang dikembangkan sudah tergolong sangat baik dengan persentase keterlaksanaan rata-rata sebesar 95%. Hasil kalkulasi siswa menunjukan tingkat kesalahan sebesar 3,07% - 3,65%.

3. Penilaian guru secara keseluruhan menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan sudah baik dan layak untuk digunakan. Hanya diperlukan perbaikan dari segi teknis penulisan supaya kalimat-kalimat dalam LKS lebih mudah dipahami.

4. Berdasarkan hasil penjaringan respon siswa terhadap LKS dan pelaksanaan praktikum, didapatkan hasil bahwa LKS yang dikembangkan sudah tergolong sangat baik dengan persentase respon rata-rata sebesar 82,5%.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan, terdapat beberapa saran yang dapat peneliti kemukakan yaitu sebagai berikut:


(3)

64

1. Bagi guru disarankan untuk menggunakan LKS dalam pembelajaran learning

cycle 7e, karena dengan LKS ini dapat menggali pengetahuan awal siswa serta

dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan siswa khususnya pada materi penentuan volume molar gas.

2. Bagi peneliti lain perlu melanjutkan pengembangan lanjutan sesuai alur metode Research and Development untuk prosedur praktikum dalam bentuk LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e pada subtopik penentuan volume molar gas oksigen (O2) ini sehingga diperoleh produk yang lebih teruji

keefektifannya.

3. Perlu dikembangkannya penelitian pengembangan prosedur praktikum dan LKS dalam pembelajaran learning cycle 7e untuk materi kimia lain, agar tersedianya prosedur praktikum alternatif yang beragam.

4. Perlu dikembangkannya penelitian sejenis dengan tingkat optimasi prosedur percobaan yang lebih baik dalam hal kemudahan dan ketersediaannya alat dan bahan yang akan digunakan, serta kesesuaiannya dengan standar isi.

5. Agar keterlaksanaan prosedur percobaan dapat diterapkan dengan baik dalam pembelajaran kimia, guru seyogianya memiliki dan meningkatkan keterampilan dasar mengajar, seperti kemampuan bertanya pada siswa, mendorong siswa untuk bertanya dan berpikir atas konsep-konsep dasar. 6. Berdasarkan hasil diskusi dengan observer, guru harus mampu mengaktifkan

siswa didalam kegiatan eksperimen dan mengendalikan kegiatan diskusi, agar keterlaksanaan pembelajaran dapat terjadi dengan baik.

7. Sebelum melaksanakan pembelajaran di dalam kelas langsung, guru sebaiknya mencoba terlebih dahulu skenario pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan eksperimen agar ketika pelaksanaannya bisa mengestimasi waktu dengan tepat.

8. Pada saat siswa melakukan kegiatan eksperimen, hendaknya guru membimbing kepada siswa yang benar-benar membutuhkan bantuan dan mengalami kesulitan dalam melakukan eksperimen, agar siswa tetap fokus didalam melakukan percobaan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham. M.R & Renner, J.W. (1986). The Sequences of Learning Cycle Activities in High School Chemistry. Journal of Research in Science

Teaching. 3, 121-134.

Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Bandung: Bumi Aksara.

Arifin, Mulyati, dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Permen 23 tahun 2006 tentang

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta : BSNP

Brady, J. E. (1999). Kimia Universitas Asas & Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara. Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-Teori Belajar.Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2001). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 36/D/O/2001. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi.

Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA & MA. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Djamarah, S. B. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Eisenkraft, Arthur. (2003). Expanding the 5E Model. The Science Teacher. Sept:

56-59. Reprented with permission from the science teacher (70 (6): 56-59), a journal for high school science educators published by the national science teacher association.

Fajaroh, F. dan Dasna, W. (2003). Penggunaan Pembelajaran Learning Cycle

untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif dalam Bahan Makanan pada Siswa Kelas II SMU Negeri 1 Tumpang Malang. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang


(5)

66

Huang, Kuan-Jhen. et al. (2008). Embedding Mobile Technology to Outdoor

Natural Science Learning Based on the 7E Learning Cycle. [Online].

Tersedia:http://ssgraf.athabascau.ca/publication/huang_liu_graf_lin_EdMe dia08.pdf. [15 Juni 2012]

Jahro, I. S. et al. (2008). Analisis Penerapan Metode Praktikum pada

Pembelajaran Ilmu Kimia di Sekolah Menengah Atas. [Online].

Tersedia:http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11092026.pdf [20 Desember 2012]

Kanli, Uygar. et al. (2007). The Effect of a Laboratory Based on the 7E Learning Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of Student’ Science Process Skill and Conceptual Achievement. [Online]. Tersedia:http://www.tussed.org/thesissummary/default.asp [05 Desember 2012]

Mayanti, Sri. (2011). Analisis Hasil Belajar Siswa SMA pada Pembelajaran Laju

Reaksi Melalui Metode Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing. Skripsi

Jurusan Pendidikan Kimia. Bandung: FPMIPA UPI (tidak diterbitkan). Rohaeti, E., Widjajanti, E., dan Padmaningrum, R.T. (2006). Pengembangan

Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia untuk SMP Kelas VII, VIII, dan IX. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Susiwi, et al. (2008). The skills of High School Students on Data Communication

and Experiment Concluding in Chemistry Laboratory Activities. The 2nd International Seminar on Science Education. Bandung: IUE.


(6)

Sunarya,Yayan. (2003). Kimia Dasar 2. Bandung:Alkemi Grafisindo Press

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahyu, Wawan. dkk.(2007). Belajar dan Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Widhy, P. (2010). Pembelajaran IPA (Kimia) Berbasis Laboratorium. [Online]. Tersedia:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/.pdf. [30 Desember 2012]

Yayan, et al. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia 2. Jakarta: diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.