EFEKTIVITAS MEDIA SEL TIGA DIMENSI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TUNANETRA DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG.
EFEKTIVITAS MEDIA SEL TIGA DIMENSI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TUNANETRA DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
Dwi Puji Rizkiandini NIM 0905563
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Efektivitas Media Sel Tiga Dimensi dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Tunanetra di SLB Negeri A Kota Bandung
Oleh
Dwi Puji Rizkiandini
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Dwi Puji Rizkiandini 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
EFEKTIVITAS MEDIA SEL TIGA DIMENSI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TUNANETRA DI SLB NEGERI A KOTA
BANDUNG
Abstrak
Penelitian mengenai efektivitas media sel 3D ini dimaksudkan untuk membantu siswa tunanetra dalam mempelajari sel dengan memanfaatkan indera peraba. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen dengan desain One Group Pre-test and Pos-test. Pengumpulan data melibatkan sejumlah siswa dan guru di SLB Negeri A Kota Bandung. Instrumen penelitian terdiri atas tes pemahaman konsep dan angket respon. Prosedur yang dilakukan adalah dengan memberikan pre-test untuk mengetahui pemahaman awal siswa tentang konsep sel kemudian dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media sel 3D dan selanjutnya dilakukan post-test. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pre-test dan post- test siswa sedangkan data kualitatif dikumpulkan melalui kuesioner, observasi, catatan, dan dokumentasi peneliti. Hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan media sel 3D dengan gain ternormalisasi 0,6 (sedang). Hasil uji Wilcoxon untuk menguji hipotesis mengenai perbedaan hasil belajar siswa menunjukkan penolakan H0 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media sel 3D.
Kata kunci: media sel 3D, tunanetra, SLB
Abstract
The study about the effectiveness of three-dimensional cell models is intended to help students with visual impairment in studying cells by supplying tactile access. Research methods used in this study is pre-experimental design with one group pre-test and post-test design. Nine students and three teachers at SLB Negeri A Kota Bandung were involved during data collection. The instruments consisted of identical pre-tests and post-tests to measure students’ conceptual understanding and questionnaire to assess students’ and teachers’ opinion. N-gain and statistical analyses were performed to compare students’ conceptual understanding before and after learning using 3D cell models. The result of the analyses showed an increase of students’ conceptual understanding after learning using 3D cell models and n-gain was 0,6 with medium category. Wilcoxon analyses revealed significant differences to students’ learning outcomes after learning using 3D cell models. Keywords: three-dimensional cell model, visual impairment
(5)
DAFTAR ISI
ABSTRAK………... i
KATA PENGANTAR……….. ii
DAFTAR ISI………... iv
DAFTAR TABEL……… vi
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR LAMPIRAN………... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian……….. 1
B. Rumusan Masalah………... 4
C. Pertanyaan Penelitian………. 4
D. Batasan Masalah……… 4
E. Tujuan Penelitian………... 5
F. Manfaat Penelitian………. 5
G. Asumsi………... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Hakikat dan Karakteristik Pembelajaran IPA ………... 7
B. Karekteristik Kurikulum IPA di SMPLB Tunanetra ………... 9
C. Karakteristik Konsep Sel………... 11
D. Hakikat Teori Kognitif………... 14
E. Hakikat Tunanetra……….. 15
F. Fungsi Kognitif Siswa Tunanetra……….. 17
G. Media Tiga Dimensi……….. 18
H. Penelitian yang Relevan………. 21
I. Kerangka Pemikiran..……….23
J. Hipotesis Penelitian………... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian………. 25
B. Desain Penelitian………... 25
C. Definisi Operasional……….. 26
D. Instrumen Penelitian……….. 27
E. Pengembangan Instrumen……….. 30
(6)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Hasil Belajar Siswa……….. 35
2. Uji Hipotesis…….………...…… 37
3. Respon Siswa terhadap Media Sel 3D………. 38
4. Respon Guru terhadap Media Sel 3D……….. 40
B. Pembahasan 1. Hasil Belajar Siswa……….. 42
2. Efektivitas Media Sel 3D ………... 45
3. Respon Siswa terhadap Media Sel 3D……… 49
4. Respon Guru terhadap Media Sel 3D………... 52
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan……… 53
B. Keterbatasan Penelitian………. 53
B. Saran……….. 54
DAFTAR PUSTAKA………... 56
(7)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kualitas manusia dapat dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pendidikan berperan penting dalam terciptanya generasi yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Mendapatkan pendidikan yang layak merupakan hak setiap warga Indonesia yang dilindungi oleh undang-undang dasar. Setiap anggota masyarakat Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, kaya maupun miskin, orang normal maupun orang yang memiliki keterbatasan fisik, berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Setiap anak lahir dengan karakter dan keunikannya. Oleh karena itu, layanan pendidikan yang diberikan juga harus disesuaikan dengan kemampuan dan minat setiap siswa, termasuk layanan pendidikan untuk siswa berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus seyogjanya ditangani secara khusus dengan metode yang tepat. Upaya perluasan dan pemerataan pelayanan pendidikan terhadap siswa berkebutuhan khusus perlu terus dilakukan untuk mewujudkan target pendidikan untuk semua (Education for All).
Dalam mendidik anak berkebutuhan khusus (ABK), guru dituntut untuk memiliki kreativitas yang tinggi dalam mengembangkan inovasi dalam pembelajaran, baik pada metode, model, maupun media pembelajaran. Bagi ABK, media pembelajaran sangatlah berperan dalam penyampaian materi pembelajaran. Karena keterbatasan yang dimiliki oleh ABK, diperlukan media pembelajaran yang sesuai dengan tingkat dan jenis keterbatasan yang dimilikinya.
Kauffman dan Hallahan (Nurkanti, 2011) menyebutkan terdapat delapan jenis anak berkebutuhan khusus. Kedelapan jenis tersebut adalah tunanetra (gangguan penglihatan), tunarungu (gangguan pendengaran), tunagrahita
(8)
(9)
2
(kemampuan intelektual rendah), tunadaksa (gangguan sistem motorik), tunalaras (gangguan tingkah laku), tunaganda (gangguan lebih dari dua kelainan), anak berbakat, dan gangguan kesulitan belajar.
Siswa tunanetra atau siswa dengan gangguan penglihatan termasuk siswa berkebutuhan khusus yang memerlukan pelayanan pendidikan yang berbeda dengan siswa normal lainnya. Siswa dengan gangguan penglihatan sering mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran yang bersifat abstrak dan mengutamakan penglihatan sehingga berakibat pada kurangnya rasa percaya diri dan motivasi belajar siswa. Siswa tunanetra memerlukan pembelajaran yang bersifat konkrit untuk memahami konsep-konsep abstrak yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Wittich dan Schuller (Fraser & Maguvhe, 2008) mengatakan penglihatan tetap menjadi fondasi utama dalam belajar. Mereka menekankan bahwa tanpa fondasi konseptual yang cukup, proses pembelajaran akan sangat terganggu dan proses berpikir akan sangat terbatas. Kurangnya penglihatan dapat menyebabkan jumlah stimulus sensoris yang dapat diterima oleh siswa akan berkurang (Haring dan Schiefelbusch dalam Fraser & Maguvhe, 2008). Perkembangan konsep dan kemampuan berpikir abstrak pada siswa tunanetra akan terganggu karena ketidakmampuannya dalam melihat gambar atau simulasi visual. Perkembangan kognitif juga berjalan lebih lambat dan tidak sesuai dengan usia mereka (Freeman dalam Fraser & Maguvhe, 2008).
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah sebagian besar sangat bergantung pada kegiatan observasi visual (Caldwell & Teagarden, 2007). Hal ini menyebabkan siswa tunanetra mengalami kesulitan untuk mendapatkan pengalaman belajar yang bersifat realistik. Oleh karena itu, diperlukan suatu media yang menekankan pada penggunaan indera selain indera penglihatan. Pengetahuan tentang bentuk dan ukuran suatu benda yang biasa diperoleh melalui indera penglihatan dapat pula diperoleh melalui indera peraba. Melalui indera peraba, siswa dapat memperoleh gambaran mengenai tekstur suatu benda.
Salah satu materi IPA (biologi) yang dipelajari pada tingkat SMP adalah materi sel. Sel dipelajari siswa SMP di kelas VII semester II. Sel sebagai unit
(10)
3
struktural dan fungsional terkecil dari makhluk hidup berukuran mikroskopis. Pada sekolah reguler, untuk mempelajari bentuk, struktur, dan bagian-bagian sel, biasanya siswa melakukan pengamatan terhadap preparat sayatan sel tumbuhan atau hewan dengan menggunakan mikroskop.
Pembelajaran Biologi yang termasuk dalam ranah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya dilaksanakan sesuai dengan hakikat IPA, yaitu menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (BSNP, 2006). Dalam pembelajaran IPA, siswa tidak hanya mempelajari kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip, tetapi mempelajarinya melalui proses penemuan.
Menurut Bruner (Dahar, 1996), pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi peserta didik apabila mereka bisa mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan, serta melakukan pengamatan secara langsung. Pengamatan langsung terhadap objek asli sel merupakan cara terbaik untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap sel dan kedudukannya dalam makhluk hidup, serta memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran diharapkan dapat menciptakan proses pembelajaran yang terpusat pada siswa.
Pengamatan sel menggunakan mikroskop dapat dilakukan dengan mudah bagi siswa di sekolah reguler. Namun, kegiatan tersebut sulit diterapkan bagi siswa tunanetra. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan media pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa tunanetra untuk melakukan observasi dengan menggunakan indera selain penglihatan, seperti melalui media tiga dimensi (3D) yang memanfaatkan indera peraba. Media berupa benda tiruan atau model sel yang dapat mendeskripsikan karakteristik sel ini diharapkan dapat memfasilitasi siswa tunanetra dalam mengkonkretkan dan memahami materi sel.
Pembelajaran dengan menggunakan media sel 3D memiliki tiga tujuan utama, yaitu untuk melatih kekuatan indera peraba, memberikan kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan langsung terhadap model sel, dan
(11)
4
meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan cara ini, kegiatan pembelajaran pun diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, rumusan
masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana efektivitas media sel 3D dalam
meningkatkan hasil belajar siswa SMPLB-Tunanetra (SMPLB-A) pada materi tingkat organisasi kehidupan?”
C. Pertanyaan Penelitian
Rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan media sel 3D?
2. Apakah pembelajaran dengan menggunakan media sel 3D dapat meningkatkan hasil belajar siswa tunanetra?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan media sel 3D? 4. Bagaimana kualitas media sel 3D yang dikembangkan berdasarkan penilaian
guru?
D. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan kajian penelitian ini, dibuat batasan masalah yang meliputi:
1. Hasil belajar yang diukur adalah kemampuan proses kognitif pada jenjang C1 dan C2.
2. Konsep sel yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini meliputi karakteristik organel-organel penyusun sistem organisasi kehidupan pada tingkat sel. Materi ini sesuai dengan kompetensi dasar mendeksripsikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai
(12)
5
organisme berdasarkan interpretasi hasil kegiatan untuk kelas VII semester kedua.
3. Media sel 3D yang digunakan pada penelitian ini berupa benda tiruan atau model sel hewan dan tumbuhan beserta organelnya yang terbuat dari styrofoam.
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas media sel 3D dalam meningkatkan hasil belajar siswa SMPLB-Tunanetra (SMPLB-A) pada materi tingkat organisasi kehidupan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan umum yang telah dikemukakan di atas dirinci menjadi beberapa tujuan khusus sebagai berikut
a. Untuk membandingkan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan media sel 3D
b. Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa tunanetra setelah pembelajaran sel menggunakan media 3D
c. Untuk memperoleh gambaran tentang respon siswa terhadap pembelajaran sel menggunakan media 3D.
d. Untuk memperoleh gambaran tentang kualitas media sel 3D yang dikembangkan berdasarkan penilaian guru.
F. Manfaat Penelitian
Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini. Manfaat-manfaat tersebut dapat diperoleh bagi berbagai pihak, di antaranya bagi siswa, bagi guru, dan bagi peneliti lain.
(13)
6
1. Bagi Siswa
Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat memperjelas dan mengkonkritkan pemahaman siswa tunanetra terhadap sel, memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan observasi, dan mempermudah siswa dalam mengenal bentuk dan bagian-bagian sel.
2. Bagi Guru
Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai alternatif media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa tunanetra.
3. Bagi Peneliti lain
Bagi peneliti lain yang berminat, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang media sel 3D bagi siswa tunanetra yang disertai dengan kelebihan dan kekurangannya, sehingga temuannya dapat digunakan sebagai referensi ketika akan melakukan penelitian yang relevan.
G. Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar merupakan pikiran yang mendasar yang tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya dan dijadikan sebagai pegangan dalam mengkaji suatu tema (Sukmadinata, 2012). Asumsi-asumsi yang dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Media sel 3D memungkinkan siswa untuk melakukan observasi dengan menggunakan indera selain penglihatan, yaitu indera peraba.
2. Media sel 3D dapat memberikan gambaran yang konkrit terhadap sel dibandingkan dengan pembelajaran melalui buku pelajaran atau penjelasan guru.
3. Media sel 3D dapat menjadi alternatif bagi siswa tunanetra dalam mempelajari sel dan bagian-bagiannya selain dengan menggunakan mikroskop.
(14)
Dwi Puji Rizkiandini, 2013
Efektivitas Media Sel Tiga Dimensi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tunanetra Di SLB Negeri A Kota Bandung
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian
Lokasi sekolah tempat dilaksanakannya penelitian adalah Sekolah Luar Biasa Negeri A Bandung yang beralamat di Jalan Pajajaran No. 50 Kota Bandung. Populasi pada penelitian ini adalah kemampuan belajar siswa SMPLB Negeri A Bandung. Menurut Sudjana (2005), sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi yang mewakili karekteristik populasi tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, sampel pada penelitian ini adalah kemampuan belajar siswa kelas VII SMPLB Negeri A Bandung.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Pada penelitian eksperimen ini, desain yang digunakan adalah pra eksperimen (pre experiment) atau eksperimen lemah (weak experiment) dengan desain One Group Pre-test and Pos-test (Gambar 1). Dalam model desain penelitian ini, tidak ada kelompok pembanding, tetapi diberi tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) disamping perlakuan (Sukmadinata, 2012). Hasil pre-test dan post-test kemudian dibandingkan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik untuk menguji hipotesis yang diajukan. Desain penelitian weak experiment dipilih karena di sekolah tempat penelitian hanya terdapat satu kelas VII sehingga tidak terdapat kelas lain yang dapat dijadikan kelompok pembanding.
(15)
(16)
26
Kelompok Tes awal Perlakuan Tes Akhir
A O1 X O2
Gambar 3.1. One Group Pre-test and Pos-test Design Keterangan:
O1 : Tes sebelum pembelajaran dengan menggunakan media sel 3D X: Pembelajaran dengan menggunakan media sel 3D
O2 : Tes sesudah pembelajaran dengan menggunakan media sel 3D
C. Definisi Operasional
Setiap peneliti memiliki penjelasan masing-masing mengenai definisi variabel yang terdapat dalam penelitiannya. Oleh karena itu, untuk satu kata operasional yang sama, antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain dapat memiliki definisi operasional yang berbeda.
A. Media Tiga Dimensi (3D)
Media sel 3D yang digunakan pada penelitian ini adalah media pembelajaran berupa benda tiruan atau model yang merepresentasikan bentuk dan karakteristik sel serta bagian-bagiannya. Media sel 3D yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari model sel hewan dan tumbuhan yang terbuat dari bahan Styrofoam dan telah divalidasi oleh dosen ahli.
B. Hasil Belajar
Hasil belajar yang diukur adalah skor capaian kognitif siswa pada jenjang C1 dan C2. Soal tes yang digunakan untuk menjaring hasil belajar siswa berupa soal uraian yang diberikan secara lisan kepada siswa. Soal yang digunakan telah diuji coba dan divalidasi.
(17)
27
D. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Data yang
diperlukan
Teknik pengumpulan data
Instrumen
Hasil belajar siswa Tes Soal tes lisan dan
model sel tiga dimensi
Tanggapan guru Kuesioner Angket
Tanggapan siswa Kuesioner Angket
1. Tes
Untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan berkaitan dengan struktur sel dan bagian-bagiannya melalui pre-test dan pos-test. Metode penskoran terhadap butir-butir soal pre-test dan post-test yang digunakan adalah point method. Pada point method, setiap jawaban dibandingkan dengan jawaban ideal yang telah ditetapkan dalam kunci jawaban dan skor yang diberikan kepada setiap jawaban akan tergantung pada derajat kesesuaiannya dengan kunci jawaban.
Butir-butir soal yang diajukan dalam tes ini tidak memiliki derajat kesukaran yang sama. Oleh karena itu, sesuai dengan pendapat Sudijono (2011), pemberian skor yang dilakukan berpegang pada derajat kesukaran dan jumlah unsur yang terdapat pada masing-masing butir soal. Sebagai contoh, butir soal nomor 1 diberi skor maksimum 5, butir soal nomor 2 diberi skor maksimum 4, dan butir soal nomor 3 diberi skor maksimum 4. Jika siswa menjawab 3 dari 5 unsur jawaban yang benar pada butir soal nomor 1, siswa diberikan skor 3. Jika jawaban siswa pada butir soal nomor 2 hanya betul setengahnya, siswa diberikan skor 2. Demikian seterusnya. Kriteria jawaban dan skor maksimum untuk setiap butir soal pada tes ini dapat dilihat pada lampiran.
(18)
28
Setelah tiap butir soal selesai diskor, tahap selanjutnya adalah menghitung jumlah skor perolehan siswa untuk setiap soal dan menghitung nilai tiap soal dengan rumus:
Setelah didapatkan nilai tiap soal, tahap selanjutnya adalah menjumlahkan semua nilai yang diperoleh dari semua soal sehingga diperoleh nilai akhir dari suatu perangkat tes yang disajikan.
2. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa dan guru terhadap media sel 3D. Pernyataan yang diberikan merupakan pernyataan
positif. Jawaban siswa terhadap pernyataan tersebut adalah “ya” atau tidak”. Jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0. Kisi-kisi angket respon siswa terdapat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Respon Siswa Terhadap Media Sel 3D dan Penggunaannya dalam Pembelajaran
No Indikator No. Pertanyaan 1 Tanggapan siswa mengenai penggunaan media dalam
pembelajaran
1-4 2 Tanggapan siswa mengenai kejelasan dan ukuran
media
5-6 3 Tanggapan siswa mengenai kemudahan penggunaan
media
7-8 4 Tanggapan siswa mengenai kesesuaian penggunaan
media tiga dimensi pada materi sel
9-10 5 Tanggapan siswa mengenai bentuk organel setelah
pembelajaran menggunakan media
11-20
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut.
(19)
29
Setelah didapatkan nilai rata-rata respon untuk setiap aspek dalam bentuk presentase, nilai rata-rata respon tersebut kemudian ditafsirkan dengan menggunakan tafsiran presentase menurut Sugiyono (2001), seperti yang termuat dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Tafsiran Presentase Rentang Presentase (%) Kategori
0-20 Sangat rendah
21-40 Rendah
41-60 Cukup
61-80 Tinggi
81-100 Sangat tinggi
Butir-butir angket respon guru disusun sesuai dengan skala Likert. Dasar dari skala Likert adalah respon seseorang terhadap sesuatu dengan pernyataan persetujuan (setuju-tidak setuju) terhadap suatu objek (Sukmadianta, 2012). Pernyataan yang diberikan merupakan pernyataan positif. Jawaban guru terhadap pernyataan tersebut dikategorikan dengan skala sangat setuju (SS) dengan skor 4, setuju (S) dengan skor 3, tidak setuju (TS) dengan skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1. Kisi-kisi angket respon guru terdapat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Respon Guru Terhadap Media Sel 3D dan Penggunaannya dalam Pembelajaran
No Indikator No. Pernyataan 1 Tanggapan guru mengenai penggunaan media dalam
pembelajaran
1,2 2 Tanggapan guru mengenai kejelasan dan kelengkapan
media
3,4,5 3 Tanggapan guru mengenai kemudahan penggunaan
media
6,7 4 Tanggapan guru mengenai bahan dan keawetan
media
8,9 5 Tanggapan guru mengenai kesesuaian penggunaan
media tiga dimensi pada materi sel
(20)
30
E. Pengembangan Instrumen
Pengembangan instrumen penelitian dilakukan dengan meminta judgement kepada dosen ahli, melakukan uji coba, dan menganalisis butir soal. Analisis butir soal yang dilakukan meliputi uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Rumus analisis butir soal terdapat pada tabel 3.5.
1. Validitas
Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur (Sukmadinata, 2012). Validitas suatu instrumen menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrumen untuk mengukur apa yang harus diukur. Validitas teoritik yang meliputi validitas isi dan validitas bentuk soal (pertanyaan/pernyataan) diuji dengan meminta judgement kepada dosen ahli. Sementara itu, validitas butir soal diuji dengan menggunakan korelasi product moment.
2. Reliabilitas
Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran (Sukmadinata, 2012). Reliabilitas menunjukkan tingkat ketetapan suatu instrumen dalam mengukur apa yang harus diukur. Perhitungan reliabilitas instrumen tes uraian pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien alfa.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. (Arikunto, 2011). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (ID).
4. Tingkat Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Arikunto, 2011).
(21)
31
Tabel 3.5 Rumus Analisis Butir Soal
No Jenis Uji Rumus Pengujian Interpretasi
1 Validitas
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
Keterangan:
X = jumlah skor seluruh siswa pada item tersebut
Y = jumlah skor total seluruh siswa pada tes N = jumlah seluruh siswa,
X = skor tiap siswa pada item tersebut, Y = skor total tiap siswa
= koefisien korelasi/validitas item (Sriyati, 2011)
0,80-1,00 : sangat tinggi 0,60-0,80: tinggi 0,40-0,60: cukup 0,20-0,40: rendah 0,00-0,20: sangat rendah (Nurcahyanto, 2013)
2 Reliabilitas
( ∑ )
Keterangan:
r ii = koefisien reliabilitas n = banyaknya butir soal si
2
= varians skor soal ke-i st
2
= varians skor total (Sriyati, 2011)
0,80-1,00 : sangat tinggi 0,60-0,80: tinggi 0,40-0,60: cukup 0,20-0,40: rendah 0,00-0,20: sangat rendah (Nurcahyanto, 2013)
3 Daya
Pembeda
Keterangan:
U= rata-rata kelompok atas
L = rata-rata kelompok bawah T = skor maksimum soal (Sunarya, 2008)
> 0,40: sangat baik 0,30 - 0,39: baik 0,20 - 0,29: cukup < - 0,19: jelek (Sunarya, 2008)
4 Tingkat
Kesukaran
(Sunarya, 2008)
0,00 - 0,30: sukar 0,31 - 0,70: sedang 0,71 - 1,00: mudah (Sunarya, 2008)
(22)
32
Hasil uji analisis butir soal menunjukkan bahwa soal memiliki kualitas yang beragam, mulai dari kategori sangat rendah hingga sangat tinggi. Hasil uji analisis butir soal ditunjukkan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Hasil Analisis Butir Soal No Validitas
(interpretasi) Daya Pembeda (interpretasi) Tingkat Kesukaran (interpretasi) Reliabilitas
(interpretasi) Kesimpulan 1 0,04 (sangat
rendah)
-0,06 (jelek) 0,23 (sukar) 0,87 (sangat tinggi)
direvisi 2 0,87 (sangat
tinggi)
0,16 (jelek) 0,72 (mudah) direvisi
3 0,56 (cukup) 0,05 (jelek) 0,42 (sedang) direvisi
4 0,59 (cukup) 0,4 (sangat baik)
0,77 (mudah) direvisi
5 0,61 (tinggi) 0,08 (jelek) 0,70 (sedang) direvisi
6 0,63 (tinggi) 0,14 (jelek) 0,60 (sedang) diterima
7 0,77 (tinggi) 0,29 (cukup) 0,60 (sedang) diterima
8 0,89 (sangat tinggi)
0,35 (baik) 0,80 (mudah) diterima
9 0,85 (sangat tinggi)
0,75 (sangat baik)
0,82 (mudah) diterima
10 0,94 (sangat tinggi)
0,38 (baik) 0,42 (sedang) diterima
Setelah diketahui indeks masing-masing butir soal, langkah selanjutnya adalah pemilihan soal yang akan diterima, direvisi, atau dibuang. Kriteria pemilihan butir soal ditunjukkan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Kriteria Kesimpulan Analisis Butir Soal Validitas Reliabilitas Daya
Pembeda
Tingkat Kesukaran
Kesimpulan 0,40 - 1,00 0,40 - 1,00 0,30 – 1,00 0,30 – 0,70 Diterima 0,20 – 0,39 0,20 – 0,39 0,20 – 0,29 0,10 – 0,29
atau 0,71 – 0,90
Direvisi
0,00 – 0,20 0,00 – 0,20 0,19 – 0,00 < 0,10 atau > 0,90
(23)
33
E. Analisis Data
Data berupa nilai pre-test dan pos-test yang telah diperoleh selanjutnya dianalasis dengan menghitung gain ternormalisasi (n-gain), uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Untuk menghitung rata-rata n-gain, gain yang diperoleh dari data skor pre-test dan pos-test diolah dengan menggunakan rumus:
N-Gain = Nilai post-test - nilai pre-test Nilai maksimal - nilai pre-test
Hasil perhitungan gain ternormalisasi yang didapatkan selanjutnya diinterpretasi berdasarkan tabel interpretasi n-gain menurut Hake (1999).
Tabel 3.8 Kriteria Pengelompokkan N-Gain N-Gain Kriteria
G 0,7 Tinggi
0,3 G < 0,7 Sedang
G< 0,3 Rendah
Nilai siswa yang telah terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistika. Data yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors karena sampel berukuran kurang dari 30. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors menurut Sudjana (2005) adalah sebagai berikut. 1) Data berupa nila pre-test dan pos-test (X1, X2,…Xn) dijadikan bilangan baku
(Z1, Z2,…Zn) dengan menggunakan rumus:
2) Menentukan angka peluang F(Zi) = P(Z Zi)
3) Menentukan proporsi Z1, Z2,…Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi yang dibyatakan oleh S(Zi)
(24)
34
5) Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Selain uji normalitas, dilakukan pula uji homogenitas untuk mengetahui apakah populasi memiliki varians yang homogen. Langkah-langkah uji homogenitas menurut Sudjana (2005) adalah sebagai berikut.
1) Mencari varians sampel dari masing-masing populasi dengan rumus:
2) Mencari F hitung dengan rumus:
3) Membandingkan F hitung dengan F tabel pada tabel distribusi F
Untuk menguji hipotesis, data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan statistika non parametrik, yaitu dengan menggunakan uji Wilcoxon. Langkah-langkah pengolahan data dengan uji Wilcoxon menurut Sudjana (2005) adalah sebagai berikut.
1. Menghitung selisih pre-test dan post-test
2. Memberi nomor urut untuk setiap harga mutlak selisih
3. Harga mutlak yang terkecil diberi peringkat 1, harga mutlak selisih berkutnya diberi nomor urut 2, dan akhirnya harga mutlak terbesar diberi nomor urut n. 4. Untuk tiap peringkat, berikan pula tanda yang didapat dari selisih
5. Hitung jumlah nomor urut yang bertanda positif dan jumlah nomor urut yang bertanda negative
6. Untuk jumlah nomor urut yang didapat, ambil jumlah yang harga mutlaknya paling kecil. Jumlah inilah yang dipakai untuk menguji hipotesis:
H0 : tidak ada perbedaan hasil belajar siswa setelah perlakuan H1 : terdapat perbedaan hasil belajar siswa setelah perlakuan
(25)
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, dapat disimpulkan bahwa media sel 3D efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa SMPLB Negeri A Kota Bandung pada materi tingkat organisasi kehidupan. Mengacu pada hasil analisis data dan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan media 3D. Hal ini terlihat melalui nilai n-gain 0,6 yang termasuk kategori sedang. Hasil uji statistika menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan media sel 3D. Penggunaan media sel 3D tidak hanya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi dapat menciptakan suasana belajar yang berpusat pada siswa. Siswa menunjukkan respon positif terhadap penggunaan media sel 3D. Siswa merasa suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan lebih mudah untuk memahami materi yang diajarkan. Menurut guru, penggunaan media sel 3D sesuai dengan karakteristik materi sel dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Media dapat mewakili bentuk dan karakteristik organel yang sebenarnya.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan di salah satu SLB negeri di Kota Bandung dengan jumlah sampel yang sedikit, yaitu sembilan orang sehingga hasil penelitian masih belum dapat menggambarkan pemahaman konsep siswa kelas VII mengenai sel secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lainnya yang dilakukan dengan mengambil sampel dari berbagai sekolah. 2. Media sel 3D yang digunakan dalam penelitian belum sepenuhnya mewakili
karakteristik sel. Media 3D pada penelitian ini belum dapat menjelaskan karakteristik membran sel dan sitoplasma yang bersifat semi cair.
(26)
55
3. Guru yang melaksanakan pembelajaran dengan media sel 3D dan peneliti bukan berasal dari bidang pendidikan luar biasa.
C. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai efektivitas media sel 3D dalam meningkatkan hasil belajar siswa tunanetra, terdapat beberapa rekomendasi dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Media 3D dapat menyajikan objek secara konkrit. Media 3D memungkinkan siswa tunanetra untuk melakukan observasi dengan menggunakan indera perabanya sehingga siswa mendapatkan pengalaman secara langsung. Oleh karena itu, perlu dikembangkan media sejenis, baik media 3D yang berupa model/tiruan maupun berupa objek asli untuk materi-materi lain pada pelajaran IPA, khususunya biologi pada setiap jenjang.
2. Dalam mengembangkan suatu media pembelajaran, bahan merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan. Pada penelitian ini, bahan yang digunakan dalam membuat media sel 3D adalah styrofoam dengan pertimbangan keamanan bagi siswa tunanetra. Namun, dari segi keawetan, bahan ini kurang memadai karena jika tidak digunakan dengan hati-hati, media menjadi mudah patah/rusak. Oleh karena itu, perlu dikembangkan media sejenis yang memenuhi aspek keamanan, keawetan, dan ketahanan untuk penggunaan jangka panjang.
(27)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar SMPLB. Jakarta: BSNP.
Bhakti, A.D. (2011). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Siswa Tunanetra. Skripsi Sarjana pada FIP UPI: tidak diterbitkan.
Caldwell, J.E. dan Teagarden, K. (2006). “Adapting Laboratory Curricula for Visually Impaired Students”. Association for Biology Laboratory Education. 28, 357-361.
Campbell, N.A., Reece, J. B., dan Mitchell, L.G. (2002). Biologi Edisi kelima jilid 1. Jakarta: Erlangga
Crawford, J.M. (1992). Teaching Science to The Blind. Open Access Dissertations and Theses, McMaster University.
Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Depdiknas.
Fraser, W.J. dan Maguvhe, M.O. (2008). “Teaching life sciences to blind and visually impaired learners”. Journal Biology Education. 42 (2), 84-89. Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online] Tersedia:
http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf [ 15 Juli 2013]
Hamdiyati, Y., Trisnayanti, L., dan Sukarsih, E. (2009). Pembelajaran Materi Tingkat Organisasi Kehidupan Melalui Kegiatan Praktikum Di SMP Negeri 2 Paseh Kabupaten Sumedang. [Online] Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19 6611031991012YANTI_HAMDIYATI/makalah_semnas.leni.YANTI_H. pdf [12 November 2012]
Hasanah, N. (2008). Efektivitas Penggunaan Media Tiga Dimensi Terhadap Pemahaman Konsep Arthropoda dan Echinodermata Mata Pelajaran Biologi Pada Siswa Tunanetra Kelas X MAN Maguwoharjo. Skripsi Sarjana pada FST UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: tidak diterbitkan
(28)
57
Hosni, I. (2012). Tunanetra dan Kebutuhan Dasarnya. [Online] Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Konsep%20Dasar%20AT.pdf [22 Juni 2013]
Mallinson, G.G. (1960). Creativity in Science and Mathematics. [Online]. Tersedia:http://www.ascd.org/ASCD/pdf/journals/ed_lead/el_196010_mal linson.pdf [8 Juni 2013]
Media Edukasi. (2012). Pentingnya Media Pembelajaran. [Online] Tersedia: http://www.m-edukasi.web.id/2012/05/pentingnya-media
pembelajaran.html [25 Juni 2013]
Munir, F. (2012). Klasifikasi Tunanetra. [Online] Tersedia: http://www.kartunet.com/klasifikasi-tunanetra-1310 [5 Juni 2012]
Nurcahyanto, G. (2013). Uji Instrumen Penelitian. [Online] Tersedia: http://ikhtiarnet.files.wordpress.com/2013/03/uji-instrumen-penelitian-validitas-reliabilitas-tingkat-kesukaran-dan-daya-pembeda1.pdf [15 Juli 2013]
Nurkanti, M. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran MIVI IPA Biolpgi untuk Meningkatkan Kemampuan Hasil Belajar Siswa Di SMALB-Tunarungu. Disertasi Doktor pada SPS UPI: tidak diterbitkan.
Pertuni. (20130. Persatuan Tunanetra Indonesia. [Online] Tersedia: http://pertuni.idp-europe.org/ [22 Juni 2013]
Rudiyati, S. (2002). Konsep Dasar Pendidikan Anak Tunanetra. [Online] Tersedia:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Konsep%20Dasar%20AT. pdf [22 Juni 2013]
Rustaman, N.Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S.A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., Nurjhani, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Rustaman, N.Y. (2003). Kemampuan Proses Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. [Online].Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN _IPA/195012311979032NURYANI_RUSTAMAN/Keterampilan_Proses_ UIN-03.pdf [10 Juni 2013]
Sadiman, et al. (2003). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Santyasa, I.W. (2007). “Landasan Konseptual Media Pembelajaran”. Makalah
pada Workshop Media Pembelajaran Guru-Guru SMA, Banjar Angkan Klungkung
Siahaan, P. dan Suyana, I. (2010). Hakikat Sains dan Pembelajaran Sains. Makalah pada Pelatihan Guru MIPA, Papua.
(29)
58
Sriyati, S. (2012). Analisis Pokok Uji. [Online]. Tersedia : http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196409281 989012SITI_SRIYATI/Kumpulan_bahan_ajar_evaluasi_pembelajaran_% 283%29/ANALISIS_POKOK_UJI_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf [26 Juni 2013]
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudijono, A. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda. Sunarya, Y. (2008). Strategi Meningkatkan Kualitas Tes Uraian. [Online]
Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DA N_BIMBINGAN/195911301987031YAYA_SUNARYA/BAHAN_EVAL UASI-ASESMEN/TES_URAIAN.pdf [ 4 September 2013]
Supriatna, D. (2009). “Pengenalan Media Pembelajaran”. Bahan Ajar untuk Diklat
E-Training PPPPTK TK dan PLB.
Suryaningsih, A. (2011). Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. [Online] Tersedia: http://blog.uin-malang.ac.id/ansur/2011/06/14/strategi-pembelajaran-bagi-anak-berkebutuhan-khusus/ [5 Juni 2012]
Swarup, S and Bhan, S. (2009). “Information Processing and Knowledge Representation in Persons with Visual Impairment”. Journal of RCI. 1, (1), 25-35.
Tarsidi, D. (2008). Dampak Ketunanetraan terhadap Fungsi Kognitif Anak. [Online]Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_B IASA/195106011979031DIDI_TARSIDI/Makalah%26Artikel_Tarsidi_P LB/Dampak_Ketunanetraan_terhadap_Fungsi_Kognitif_Anak.pdf[26 Juni 2013]
Ungar, S. (2000). Cognitive mapping without visual experience. In Kitchin, R. & Freundschuh, S. (Eds). Cognitive Mapping: Past Present and Future. London: Routledge.
Widowati, A. (2008). Diktat Pendidikan Sains. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/diktat%20Pendidikan%20Sains.pdf [8 Juni 2013]
Wijaya, A. (2006). “Pengembangan Bahan Ajar Biologi Berbasis Internet Untuk Materi Struktur Fungsi Sel”. Makalah pada Seminar Nasional MIPA 2006, Yogyakarta.
(30)
59
Wulandari, D. (2012). Efektivitas Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan bagi Anak Tunanetra Kelas III Tingkat Dasar di SLB A Yaketunis Yogyakarta. Skripsi Sarjana pada FIP UNY: tidak diterbitkan
(1)
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, dapat disimpulkan bahwa media sel 3D efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa SMPLB Negeri A Kota Bandung pada materi tingkat organisasi kehidupan. Mengacu pada hasil analisis data dan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan media 3D. Hal ini terlihat melalui nilai n-gain 0,6 yang termasuk kategori sedang. Hasil uji statistika menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan media sel 3D. Penggunaan media sel 3D tidak hanya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi dapat menciptakan suasana belajar yang berpusat pada siswa. Siswa menunjukkan respon positif terhadap penggunaan media sel 3D. Siswa merasa suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan lebih mudah untuk memahami materi yang diajarkan. Menurut guru, penggunaan media sel 3D sesuai dengan karakteristik materi sel dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Media dapat mewakili bentuk dan karakteristik organel yang sebenarnya.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan di salah satu SLB negeri di Kota Bandung dengan
jumlah sampel yang sedikit, yaitu sembilan orang sehingga hasil penelitian masih belum dapat menggambarkan pemahaman konsep siswa kelas VII mengenai sel secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lainnya yang dilakukan dengan mengambil sampel dari berbagai sekolah.
2. Media sel 3D yang digunakan dalam penelitian belum sepenuhnya mewakili
karakteristik sel. Media 3D pada penelitian ini belum dapat menjelaskan karakteristik membran sel dan sitoplasma yang bersifat semi cair.
(2)
55
3. Guru yang melaksanakan pembelajaran dengan media sel 3D dan peneliti
bukan berasal dari bidang pendidikan luar biasa.
C. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai efektivitas media sel 3D dalam meningkatkan hasil belajar siswa tunanetra, terdapat beberapa rekomendasi dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Media 3D dapat menyajikan objek secara konkrit. Media 3D memungkinkan
siswa tunanetra untuk melakukan observasi dengan menggunakan indera perabanya sehingga siswa mendapatkan pengalaman secara langsung. Oleh karena itu, perlu dikembangkan media sejenis, baik media 3D yang berupa model/tiruan maupun berupa objek asli untuk materi-materi lain pada pelajaran IPA, khususunya biologi pada setiap jenjang.
2. Dalam mengembangkan suatu media pembelajaran, bahan merupakan salah
satu aspek penting yang perlu diperhatikan. Pada penelitian ini, bahan yang digunakan dalam membuat media sel 3D adalah styrofoam dengan pertimbangan keamanan bagi siswa tunanetra. Namun, dari segi keawetan, bahan ini kurang memadai karena jika tidak digunakan dengan hati-hati, media menjadi mudah patah/rusak. Oleh karena itu, perlu dikembangkan media sejenis yang memenuhi aspek keamanan, keawetan, dan ketahanan untuk penggunaan jangka panjang.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar SMPLB. Jakarta: BSNP.
Bhakti, A.D. (2011). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game
Tournament (TGT) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Siswa Tunanetra. Skripsi Sarjana pada FIP UPI: tidak diterbitkan.
Caldwell, J.E. dan Teagarden, K. (2006). “Adapting Laboratory Curricula for
Visually Impaired Students”. Association for Biology Laboratory
Education. 28, 357-361.
Campbell, N.A., Reece, J. B., dan Mitchell, L.G. (2002). Biologi Edisi kelima jilid 1. Jakarta: Erlangga
Crawford, J.M. (1992). Teaching Science to The Blind. Open Access Dissertations and Theses, McMaster University.
Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata
Pelajaran IPA. Jakarta: Depdiknas.
Fraser, W.J. dan Maguvhe, M.O. (2008). “Teaching life sciences to blind and
visually impaired learners”. Journal Biology Education. 42 (2), 84-89.
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online] Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf [ 15 Juli 2013]
Hamdiyati, Y., Trisnayanti, L., dan Sukarsih, E. (2009). Pembelajaran Materi
Tingkat Organisasi Kehidupan Melalui Kegiatan Praktikum Di SMP Negeri 2 Paseh Kabupaten Sumedang. [Online] Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19 6611031991012YANTI_HAMDIYATI/makalah_semnas.leni.YANTI_H. pdf [12 November 2012]
Hasanah, N. (2008). Efektivitas Penggunaan Media Tiga Dimensi Terhadap
Pemahaman Konsep Arthropoda dan Echinodermata Mata Pelajaran Biologi Pada Siswa Tunanetra Kelas X MAN Maguwoharjo. Skripsi
(4)
57
Hosni, I. (2012). Tunanetra dan Kebutuhan Dasarnya. [Online] Tersedia:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Konsep%20Dasar%20AT.pdf [22
Juni 2013]
Mallinson, G.G. (1960). Creativity in Science and Mathematics. [Online]. Tersedia:http://www.ascd.org/ASCD/pdf/journals/ed_lead/el_196010_mal linson.pdf [8 Juni 2013]
Media Edukasi. (2012). Pentingnya Media Pembelajaran. [Online] Tersedia: http://www.m-edukasi.web.id/2012/05/pentingnya-media
pembelajaran.html [25 Juni 2013]
Munir, F. (2012). Klasifikasi Tunanetra. [Online] Tersedia:
http://www.kartunet.com/klasifikasi-tunanetra-1310 [5 Juni 2012]
Nurcahyanto, G. (2013). Uji Instrumen Penelitian. [Online] Tersedia: http://ikhtiarnet.files.wordpress.com/2013/03/uji-instrumen-penelitian-validitas-reliabilitas-tingkat-kesukaran-dan-daya-pembeda1.pdf [15 Juli 2013]
Nurkanti, M. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran MIVI IPA Biolpgi
untuk Meningkatkan Kemampuan Hasil Belajar Siswa Di SMALB-Tunarungu. Disertasi Doktor pada SPS UPI: tidak diterbitkan.
Pertuni. (20130. Persatuan Tunanetra Indonesia. [Online] Tersedia:
http://pertuni.idp-europe.org/ [22 Juni 2013]
Rudiyati, S. (2002). Konsep Dasar Pendidikan Anak Tunanetra. [Online] Tersedia:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Konsep%20Dasar%20AT. pdf [22 Juni 2013]
Rustaman, N.Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S.A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., Nurjhani, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Rustaman, N.Y. (2003). Kemampuan Proses Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. [Online].Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN _IPA/195012311979032NURYANI_RUSTAMAN/Keterampilan_Proses_ UIN-03.pdf [10 Juni 2013]
Sadiman, et al. (2003). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Santyasa, I.W. (2007). “Landasan Konseptual Media Pembelajaran”. Makalah pada Workshop Media Pembelajaran Guru-Guru SMA, Banjar Angkan Klungkung
Siahaan, P. dan Suyana, I. (2010). Hakikat Sains dan Pembelajaran Sains. Makalah pada Pelatihan Guru MIPA, Papua.
(5)
Sriyati, S. (2012). Analisis Pokok Uji. [Online]. Tersedia : http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196409281 989012SITI_SRIYATI/Kumpulan_bahan_ajar_evaluasi_pembelajaran_% 283%29/ANALISIS_POKOK_UJI_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf [26 Juni 2013]
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudijono, A. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda. Sunarya, Y. (2008). Strategi Meningkatkan Kualitas Tes Uraian. [Online]
Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DA N_BIMBINGAN/195911301987031YAYA_SUNARYA/BAHAN_EVAL UASI-ASESMEN/TES_URAIAN.pdf [ 4 September 2013]
Supriatna, D. (2009). “Pengenalan Media Pembelajaran”. Bahan Ajar untuk Diklat
E-Training PPPPTK TK dan PLB.
Suryaningsih, A. (2011). Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. [Online] Tersedia: http://blog.uin-malang.ac.id/ansur/2011/06/14/strategi-pembelajaran-bagi-anak-berkebutuhan-khusus/ [5 Juni 2012]
Swarup, S and Bhan, S. (2009). “Information Processing and Knowledge
Representation in Persons with Visual Impairment”. Journal of RCI. 1, (1),
25-35.
Tarsidi, D. (2008). Dampak Ketunanetraan terhadap Fungsi Kognitif Anak. [Online]Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_B IASA/195106011979031DIDI_TARSIDI/Makalah%26Artikel_Tarsidi_P LB/Dampak_Ketunanetraan_terhadap_Fungsi_Kognitif_Anak.pdf[26 Juni 2013]
Ungar, S. (2000). Cognitive mapping without visual experience. In Kitchin, R. & Freundschuh, S. (Eds). Cognitive Mapping: Past Present and Future. London: Routledge.
Widowati, A. (2008). Diktat Pendidikan Sains. [Online]. Tersedia:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/diktat%20Pendidikan%20Sains.pdf [8 Juni 2013]
Wijaya, A. (2006). “Pengembangan Bahan Ajar Biologi Berbasis Internet Untuk
Materi Struktur Fungsi Sel”. Makalah pada Seminar Nasional MIPA 2006, Yogyakarta.
(6)
59
Wulandari, D. (2012). Efektivitas Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan bagi Anak Tunanetra Kelas III Tingkat Dasar di SLB A Yaketunis Yogyakarta.