PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah satu syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh ASROTUN NIM 109018300015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU

MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan media tiga dimensi dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilakukan di kelas V MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok Tahun Ajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Kegiatan PTK ini dilakukan sebanyak dua siklus dan setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media tiga dimensi dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui tingkat ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I tingkat ketuntasan belajar siswa mencapai 63.3% dan pada siklus II mencapai 83.3%. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas V MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok.


(6)

v

This research aimed to describe the use of three dimensional media in improving students’ mathematics learning outcomes. This research was conducted in the Integrated Elementary School fifth grade Fatahillah Cimanggis Depok Academic Year 2013/2014 by using the method of Classroom Action Research (CAR). CAR activity was conducted as two cycles, and each cycle consists of four stages, namely planning, action, observation, and reflection. The result showed that the use of three dimensional media can be seen through the students’s level of mastery learning in the first cycle reaches the level of mastery learning students and 63.3% in the second cycle reaches 83.3%. This suggest that the use of three dimensional media in learning mathematics can improve math learning outcomes Elementary School fifth grade student Fatahillah Cimanggis Integrated Depok.


(7)

vi

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan segala nikmat dan karunianya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Penggunaan Media Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan, tauladan dan panglima besar Nabi Muhammad Saw. beserta para keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya.

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Penelitian dalam skripsi ini dilaksanakan di MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok selama 3 minggu, yaitu mulai tanggal 17 Februari 2014 sampai 10 Maret 2014.

Dalam penyusunan skripsi tidak mungkin selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Atas bimbingan, fasilitas, dan bantuan yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Nurlena Rifa’I, M.A,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA. Selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

3. Abdul Muin, S.Si, M.Pd, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yang telah mencurahkan pikiran dan meluangkan waktunya bagi penulis selama penyusunan skripsi.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada dosen-dosen PGMI yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak terhingga dan sangat berguna bagi penulis.


(8)

vii ini.

6. Sayadi, S.Pd selaku Kepala Sekolah MI Terpadu Fatahillah yang telah memberikan izinnya untuk dapat melaksanakan penelitian di MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok.

7. Tasmiyati, S.Pd, selaku guru kelas V yang telah membimbing dan membantu penulis dalam melakukan penelitian di MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok.

8. Kedua orang tuaku tercinta alm. Bpk Muh Alif dan ibu Sudarmi serta seluruh keluarga besarku, yang tak pernah lelah mendo’akan.

9. Keluarga besar alm. Bpk H. Mohammad Bahadji, M.Si dan ibu Ipah Djuha, S.Si. mba Lisa, mas Moh, mas Irul, mba Puti, mas Afik, mba Irma, Luthfan yang sangat berjasa pada penulis dan selalu mendoakan, memotivasi serta memberikan bantuan moril maupun materil dengan tulus dan ikhlas hingga terselesaikannya skripsi ini.

10.Keluarga Besar MI Fathul Khair yang tak pernah lelah mendoakan serta memberikan dukungan dan motivasi.

11.Kekasih tercinta Salis Mubarok dan kakak tercinta Ramona Adam, yang tak pernah lelah mendoakan, membantu serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

12.Sahabat-sahabatku tercinta, Ryan, Icha, Mia, Mela, Nova, Yasmine, Devi, Dyan, Asiah, Ratu, Endang, Rima, Aida, Nadia, Eka, Khae, Ridho, Hafidz, Nesa, Mega, dan Olik, terimakasih atas persahabatan, kebersamaan, keceriaan, dan motivasi yang kalian berikan.

13.Teman-temanku seperjuangan Prodi PGMI angkatan 2009 atas kebersamaan dukungan dan motivasinya.


(9)

viii

penulis. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak. Amiin.

Wassalamu’alaikumWr. Wb

Jakarta, April 2014

Penulis


(10)

ix

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

BAB II: KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Pengertian Belajar... 7

1. Ciri dan Kriteria Kegiatan Belajar... 8

2. Tujuan Belajar... 9

3. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kegiatan Belajar... 11

B. Media Pembelajaran ... 13

C. Kriteria Pemilihan Media... 15

D. Media Tiga Dimensi... 16

E. Jenis dan Karakteristis Media Tiga Dimensi... 17

F. Desain Pembelajaran Menggunakan Media Tiga Dimensi... 18

1. Penggunaan Media Tiga Dimensi Dalam Pembelajaran Matematika... 18


(11)

x

I. Kerangka Berpikir... 28

J. Hipotesis Penelitian Tindakan... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Rancangan Siklus Penelitian ... 30

1. Perencanaan ... 30

2. Pelaksanaan Tindakan ... 31

3. Observasi... 31

4. Refleksi... 32

C. Subjek Penelitian ... 33

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 33

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 33

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 34

G. Data dan Sumber Data ... 35

1. Data………. . 35

2. Sumber Data……… 35

H. Instrumen Pengumpul Data ... 36

1. Tes Hasil belajar………... 36

2. Lembar Observasi ... 37

3. Catatan Lapangan ... 38

I. Teknik Pengumpulan Data ... 38

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan……….. 38

K. Analisis Data dan Interpretasi Data……… 39

1. Analisis Data Hasil Observasi………. 39

2. Analisis Hasil Tes Belajar ... 40


(12)

xi

a. Tahap Perencanaan ... 41

b. Tahap Pelaksanaan ... 42

c. Tahap Observasi ... 48

d. Tahap Refleksi ... 51

2. Siklus II ... 53

a. Tahap Perencanaan ... 53

b. Tahap Pelaksanaan ... 53

c. Tahap Observasi ... 59

d. Tahap Refleksi ... 63

B. Analisis Data ... 64

C. Interpretasi Hasil Analisis Data ... 65

D. Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA


(13)

xii

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Akhir Siklus II ... 36

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa………… 37

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa………… 37

Tabel 3.5 Pedoman Konversi Persentase Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan Guru ... 39

Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 48

Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I………49

Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa dengan Media Tiga Dimensi Siklus I……... 50

Tabel 4.4 Hasil Refleksi Siklus I ... 52

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II………... 60

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II ... 61

Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa dengan Media Tiga Dimensi Siklus II ... 62

Tabel 4.8 Hasil Refleksi Siklus II ... 63


(14)

xiii

Penelitian Tindakan Kelas Dengan Media Tiga Dimensi…

Gambar 4.1 Contoh Media Tiga Dimensi Bangun Ruang……….42 Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Pada Saat Diskusi Kelompok Siklus I…………. 44 Gambar 4.3 Foto Aktivitas Siswa Pada Saat Tes Akhir Siklus I………... 47 Gambar 4.4 Aktivitas Siswa Pada Saat Diskusi Kelompok Siklus II………… 55 Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Pada Saat Presentasi………... 56 Gambar 4.6 Hasil Jaring-Jaring Bangun Ruang……… 58 Gambar 4.7 Aktivitas Siswa Pada Saat Tes Akhir Siklus II………. 59 Gambar 4.8 Diagram Perbandingan Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II…. 66


(15)

xiv

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……….. Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan pembelajaran Siklus II………. 1b Lampiran 3 Contoh Jawaban Tes Akhir Siklus I……… 1c Lampiran 4 Contoh Jawaban Tes Akhir Siklus II……….. 1d Lampiran 5 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus I……… 1e Lampiran 6 Instrumen Tes Akhir Siklus I………. 1f Lampiran 7 Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus I……… 1g Lampiran 8 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II……….. 1h Lampiran 9 Instrumen Tes Akhir Siklus II……… 1i Lampiran 10 Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus II……….. 1j Lampiran 11 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I……….. 1k Lampiran 12 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I……... 1L Lampiran 13 Catatan Lapangan Siklus I……… 1m Lampiran 14 Catatan Lapangan Siklus II……….. 1n Lampiran 15 Nilai Ulangan Siswa Sebelum Penelitian………. 1o Lampiran 16 Hasil Wawancara Sebelum Penelitian……….. 1p Lampiran 17 Hasil Tes Akhir Siklus I………... 1q Lampiran 18 Hasil Tes Akhir Siklus II………. 1r Lampiran 19 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II…….... 1s Lampiran 20 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Guru Siklus II……... 1t Lampiran 21 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa………... 1u Lampiran 22 Peningkatan Aktivitas Mengajar Guru……… 1v Lampiran 23 Peningkatan Hasil Belajar Siswa………. 1w Lampiran 24 Lembar Uji Referensi……….. 1x Lampiran 25 Surat Bimbingan Skripsi………. 1y Lampiran 26 Surat Permohonan Izin Penelitian


(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam merubah tingkah laku manusia, karena tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku agar peserta didik dapat menjadi utuh dan hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam Undang-Undang No.20 tahun 2006 tentang sistem pendidikan nasional bab 1 pasal 1 dinyatakan bahwa:1

”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Dari uraian tersebut sangatlah jelas bahwa tanggung jawab seorang guru tidaklah mudah dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang kondusif. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran tidaklah selalu berjalan lancar, tetapi adakalanya mengalami hambatan-hambatan atau kesulitan baik yang dialami guru dalam mengajar maupun kesulitan yang dialami oleh siswa dalam belajar.

Pada pelaksanaannya guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memahami setiap perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar, serta harus mampu menentukan berbagai macam strategi, metode serta media pembelajaran yang dapat melibatkan siswa aktif dalam proses belajar mengajar agar kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien.

1

Undang-Undang RI No.20 Tahun 2006, “Sistem Pendidikan Nasional”, (FOKUSMEDIA: Bandung, 2006) h. 2


(17)

Tercapainya tujuan pembelajaran sangat tergantung pada guru dan siswa. Guru sebagai pendidik harus mampu membuat desain pembelajaran, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, dan mengevaluasi hasil belajar. Sedangkan siswa sebagai orang yang terdidik memiliki peran sebagai orang yang mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar dan menggunakan hasil belajar untuk kepentingannya.

Setiap mata pelajaran memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam mengajarkan materi pembelajaran tentu akan sangat berbeda baik dari segi metode penyampaian, penggunaan contoh dan sebagainya yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Mata pelajaran matematika selama ini dikenal sangat sulit baik yang dialami oleh siswa dalam belajar, maupun yang dialami oleh guru dalam mengajarkannya, sehingga seorang guru dan siswa harus benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai maksimal.

Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan perencanaan yang baik pula.2 Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru dalam proses pembelajaran matematika adalah bagaimana cara merancang media dalam menyampaikan materi agar materi dapat diterima dengan mudah dan siswa dapat mengingat materi tersebut lebih lama. Selain itu, dalam menentukan media pembelajaran guru harus mengetahui terlebih dahulu macam-macam aspek pembelajaran yang diajarkan, baik itu aspek kognitif, afektif maupun aspek psikomotorik.

Menurut Van de Henvel-Panhuizen dalam Zainuri bila anak belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika.3

Kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran matematika dapat diukur dengan tingkat pemahaman dan penguasaan materi serta hasil belajar. Dengan

2

Arsyad Azhar, Media pembelajaran, (PT Rajagrafindo Persada: Jakarta , 2011), h. 67 3


(18)

berakhirnya proses pembelajaran, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar yang merupakan hasil dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru serta murid di salah satu MI di Depok diperoleh informasi bahwa dalam menjelaskan materi bangun ruang, guru hanya menggunakan gambar yang ada pada buku paket dan menugaskan siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan dari LKS. Hal tersebut membuat siswa merasa sulit dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan bangun ruang, karena siswa masih harus membayangkan wujud asli dari bangun ruang tersebut. Sehingga pemahaman yang diperoleh siswa masih bersifat abstrak. Seperti pendapat yang dikatakan oleh Eva salah satu murid di MI tersebut mengatakan: ”belajar bangun ruang susah bu, soalnya diajarinnya pake buku paket. Jadi kalo liat gambarnya saya masih bingung kalo disuruh nyebutin sifat-sifatnya”. Selain permasalahan tersebut diperoleh juga informasi lain bahwa nilai kriteri ketuntasan minimum (KKM) matematika di MI tersebut masih rendah yaitu 60. Namun, meskipun demikian masih banyak siswa yang nilai hasilnya belajarnya masih di bawah KKM. Data tersebut diperoleh dari hasil ulangan harian siswa yang menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 66.7% (20 siswa) sedangkan 33.3% (10 siswa) belum mencapai nilai KKM.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, ada banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru dapat memilih dan menggunakan media pembelajaran yang dapat melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara fisik maupun mental sehingga materi yang diajarkan oleh guru menjadi lebih konkrit dan siswa akan mengingatnya dalam jangka waktu yang lama.

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai keberhasilan pada proses pembelajaran. Media memiliki peran yang sangat penting, yaitu sebagai perantara atau saluran dalam suatu proses komunikasi antara komunikator dan komunikan. Sehingga dapat kita pahami bahwa media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat dijadikan sarana penghubung untuk mencapai pesan yang harus dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajar.


(19)

Banyak media pembelajaran yang dapat guru gunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran, namun seringkali sekolah terbentur pada kendala kemampuan dalam pengadaannya. Terutama saat dihadapkan pada harga media yang harus dibelanjakan tidak dapat terjangkau oleh sekolah. Menghadapi hal ini sekolah melalui para guru harus memiliki daya kreasi yang tinggi agar dapat menciptakan sendiri media pembelajaran tersebut.

Dalam proses belajar mengajar masih ditemui adanya kesenjangan antara kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sehingga penggunaan media tiga dimensi diharapkan turut dapat meningkatkan pengetahuan atau keterampilan awal siswa yang dimaksud dengan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelum ia memiliki kegiatan instruksional.4

Salah satu media pembelajaran yang peneliti maksudkan adalah media tiga dimensi, yaitu bentuk-bentuk bangun ruang seperti limas segitiga, limas segiempat, balok, kubus, prisma tegak segitiga, prisma tegak segilima, tabung dan kerucut yang dibuat dari bahan dasar karton. Media tiga dimensi dapat digunakan untuk membantu pemahaman siswa terkait materi yang masih abstrak. karena media tiga dimensi dapat menunjukkan tampaknya suatu benda yang masih abstrak menjadi suatu benda yang bersifat konkret. Untuk itu, dalam pembelajaran matematika pada materi bangun ruang, informasi yang diterima oleh siswa akan lebih optimal jika pada pelaksanaan pembelajarannya guru menggunakan media tiga dimensi.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka kiranya perlu diadakan suatu penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam hal ini penulis mengangkat judul “Penggunaan Media Tiga Dimensi untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Siswa”.

4

Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (PT Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2006), h. 103


(20)

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat dikemukakan, antara lain:

1. Kualitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah.

2. Proses pembelajaran matematika yang terjadi masih satu arah yaitu guru sebagai pusat pembelajaran (teacher center)

3. Pembelajaran yang disampaikan guru masih bersifat abstrak

4. Minimnya penggunaan media pendukung pembelajaran matematika. 5. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini masalah yang disajikan dibatasi pada:

1. Media yang digunakan oleh peneliti adalah media tiga dimensi, yaitu bentuk-bentuk bangun ruang sederhana seperti prisma tegak, balok, kubus, tabung, limas dan kerucut yang dibuat dari bahan kertas karton.

2. Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif yang meliputi aspek kemampuan memahami, mengaplikasikan dan kemampuan menganalisis.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan media tiga dimensi dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

2. Apakah hasil belajar matematika siswa meningkat setelah diajarkan dengan menggunakan media tiga dimensi?


(21)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan media tiga dimensi dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa meningkat setelah diajarkan dengan menggunakan media tiga dimensi.

Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Bagi guru

Diharapkan akan dapat membantu mempermudah guru dalam menyampaikan materi bangun ruang dan untuk menambah literature guru tentang media pembelajaran.

2. Bagi siswa

Untuk belajar, khususnya dalam mempelajari mata pelajaran matematika tanpa rasa jenuh. Siswa juga diharapkan mampu meningkatkan keaktifan mereka di kelas dalam memahami konsep bangun ruang.

3. Bagi sekolah

Dapat dijadikan bahan pertimbangan atau pijakan bagi lembaga sekolah sekaligus sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan hasil belajar siswa dan bagi saya selaku peneliti Sebagai sarana untuk menambah wawasan tentang pembelajaran di sekolah dan sebagai pengalaman yang sangat berharga dalam mengimplementasikan media tiga dimensi di lapangan secara langsung.


(22)

7

A. Pengertian Belajar

Menurut Bachtiar belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga dia ke liang lahat nanti. Salah pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif),1 sedangkan pengertian belajar menurut Dr. Nana Sudjana bahwa belajar dan mengajar sebagai suatu proses yang mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan yakni tujuan pembelajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar dan hasil belajar.2

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran atau media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum.3

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.4 Perubahan tingkah laku akibat belajar dapat berupa perolehan

1

Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc, dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (PT Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2006), h. 2

2

Dr. Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.2

3

Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc, dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (PT Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2006), h. 11-12

4


(23)

perilaku yang baru atau perbaikan perilaku yang sudah ada. Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat perilaku yang baik (positif) atau perilaku yang buruk (negatif). Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali, seperti perubahan perilaku akibat alkohol atau minuman keras. Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar itu menyangkut semua aspek kepribadian tingkah laku individu, baik perubahan dalam pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek perilaku lainnya.

Belajar dalam prakteknya dapat dilakukan di sekolah atau di luar sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada perubahan perilaku yang baik, sedangkan belajar di luar sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan perubahan perilaku yang positif atau negatif.

Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang di harapkan dapat di kuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang di miliki siswa setelah siswa tersebut menerima pengalaman belajarnya.5

1. Ciri-ciri dan kriteria kegiatan belajar

Berdasarkan pengertian belajar yang telah diuraikan di atas, maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-ciri kegiatannya sebagai berikut:

1) Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun potensial.

5

Dr. Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (PT Remaja Rosdakarya: Jakarta , 1989), h. 22


(24)

2) Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).

Belajar sebagai suatu aktifitas internal psikologis, meskipun prosesnya sulit untuk dilihat secara nyata, tetapi kriteria persyaratan dalam proses belajar itu dapat ditetapkan berdasarkan kondisi yang fundamental dalam setiap kegiatan belajar. Dalam kegiatan yang disebut belajar harus ada 4 kondisi yang fundamental pada diri orang yang belajar, yaitu adanya:

1) Suatu dorongan atau kebutuhan untuk belajar/mempelajari sesuatu. 2) Suatu perangsangan atau isyarat tertentu sebagai signal/tanda atau bahan

atau materi yang akan dipelajari.

3) Suatu respon utama dari diri orang yang belajar, apakah berupa tindakan motorik, pengamatan, pemikiran, penghayatan atau perubahan fisiologis. 4) Suatu ganjaran pengukuhan sebagai hasil belajar yang dicapai.

Keempat kondisi yang fundamental dalam kegiatan belajar tersebut sekarang sudah harus menjadi dasar orientasi didaktis guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar, yaitu guru dalam setiap mengajar harus dimulai dengan membangkitkan minat atau motivasi kepada siswa, kemudian menciptakan situasi belajar mengajar yang merangsang atau menantang siswa untuk belajar dan akhirnya guru dalam setiap mengajar harus mengadakan evaluasi (post test) untuk mengukur/menetapkan taraf pencapaian keberhasilan siswa, agar siswa mengetahui apakah belajarnya sudah berhasil memperoleh ganjaran atau belum. Apabila siswa belum berhasil, maka sebagai tindak lanjut kegiatan evaluasi guru harus memberikan pengajaran remedial kepada siswa yang membutuhkan.

2. Tujuan Belajar

Menurut paradigma Behavioristik, belajar merupakan transmisi pengetahuan dari ekspert ke novice. Berdasarkan konsep ini peran guru adalah menyediakan dan menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, siswa dipersepsi berhasil mencapai tujuan belajar apabila mereka tunduk menerima pengetahuan yang dituangkan oleh guru. Sedangkan belajar adalah aktifitas yang bertujuan,


(25)

tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan/pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah.6 Tujuan sebagai arah dalam proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya.7 Hal itu dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran. Tujuan penyerta yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan dan pemberian layanan pembelajaran yang akurat, dengan demikian siswa akan lebih banyak berlatih untuk dapat mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif sebagai upaya meningkatkan kemampuan pembelajaran.8

Dalam bukunya Hamzah B. Uno yang berjudul Assesment Pembelajaran dikatakan bahwa tujuan pembelajaran diarahkan pada salah satu kawasan dari Taksonomi Benyamin S. Bloom yang meliputi:

1. Kawasan kognitif.

Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini terdiri dari enam tingkatan yang secara hierarki berurut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai yang paling tinggi (evaluasi) yakni tingkat pengetahuan (knowledge), tingkat pemahaman (comprehension), tingkat penerapan (application), tingkat analisis (analysis), tingkat synthesis dan tingkat evaluasi.

6

Daryanto. Media Pembelajaran, (PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera: Bandung, 2012), h. 2

7

Dr. Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung , 2011), h. 22

8

Prof. Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, (PT. Bumi Aksara: Jakarta, 2011), h. 107


(26)

2. Kawasan afektif (sikap dan perilaku)

Kawasan afektif adalah suatu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afeksi ini ada lima dimulai dari yang paling sederhana sampai yang kompleks yaitu: kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan, mengorganisasi, dan pembentukan pola.

3. Kawasan psikomotor

Dalam bukunya Symson domain psikomotor meliputi enam domain mulai dari tingkat paling rendah, yaitu persepsi sampai tingkat keterampilan tertinggi yaitu penyesuaian dan keaslian yang dapat diuraikan sebagai berikut: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, geraksn terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian dan keaslian. 9

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar

Upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar pada siswa disetiap jenjang dan tingkat pendidikan perlu diwujudkan agar diperoleh kualitas sumber daya manusia yang dapat menunjang pembangunan nasional. Oleh sebab itu, upaya meningkatkan kualitas pendidikan harus lebih banyak dilakukan oleh guru dan salah satu upaya yang dimaksud adalah penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar yang diharapkan dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar dengan cara mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, yaitu; faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal), yaitu:

1. Faktor internal a. Faktor fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis seperti kesehatan, keadaan cacat jasmani, kemampuan belajar siswa dan kondisi fisik dari siswa tersebut.

9

Dr.Hamzah B. Uno, M.Pd. Assesment Pembelajaran, (PT Bumi Aksara: Jakarta, 2012), h. 60-67


(27)

b. Faktor psikologis, yaitu; inteligensi (afekktif), perhatian, minat dan bakat, motiv dan motivasi, kognitif dan daya nalar.10

2. Faktor eksternal

a. Faktor-faktor lingkungan

Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial.

Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya.

Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. b. Faktor-faktor instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

c. Faktor-faktor kondisi internal siswa

Faktor kondisi siswa ini sebagaimana telah diuraikan di atas ada dua macam yaitu kondisi fisiologis siswa dan kondisi psikologis siswa.

Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.

Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor minat, bakat, inteligensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti: kemampuan persepsi, ingatan, berfikir, dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa.11

10

Yudhi Munadi. Media Pembelajaran, (Gaung Persada: jakarta 2008), h.21-30 11


(28)

B. Media Pembelajaran

Media merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses komunikasi.12 Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang menonjol yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar, ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama media grafis seperti gambar media grafik atau biasa disebut media dua dimensi yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua media tiga dimensi, yaitu model padat (solide model, model susun, diorama dan lain-lain). Ketiga model film seperti OHP dan lain-lain.13 Hal tersebut membuktikan bahwa media adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan untuk merangsang pikiran, perasaan, serta kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.

Media pembelajaran dapat menambah kualitas motivasi belajar siswa dalam proses pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan mutu hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa yang bersangkutan, hal tersebut terjadi karena penggunaan media pembelajaran dapat membuat siswa tertarik sehingga motivasi siswa dalam belajar semakin meningkat dan siswa juga akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan, yang pada akhirnya siswa dapat berinteraksi secara langsung dan tidak hanya sekedar mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru.

Media pembelajaran memiliki posisi yang strategis sebagai perantara dalam proses interaksi antara siswa dengan guru. Kedudukan media pembelajaran sebagai mediator yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Pada penggunaan media tiga dimensi dalam pelajaran matematika yang berupa bentuk bangun ruang memiliki posisi sebagai alat komunikasi antara guru dan siswa dalam memahami materi yang diajarkan.

12

H. Rayandra Asyhar, M,Si. Kreatif Mengembangkan media Pembelajaran, (Referensi Jakarta: Jakarta. 2012), h. 5

13


(29)

Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message/software).14 Dengan demikian penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan proses dan hasil belajar, karena dengan media pembelajaran hal-hal yang abstrak dapat di kongkretkan sehingga siswa akan lebih mudah dalam memperoleh informasi terkait materi yang diajarkan oleh guru.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa media pembelajaran sangat membantu dalam upaya mencapai keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu, guru sebagai seorang pendidik harus mempunyai keterampilan dalam penggunaannya.

Selain dapat menyalurkan pesan, media pembelajaran juga mempunyai banyak manfaat dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan sarana perantara dalam proses pembelajaran. Selain itu media pembelajaran juga berperan sebagai salah satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Dengan demikian Perolehan pengetahuan siswa akan semakin abstrak apabila pesan disampaikan melalui kata verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme. Artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung di dalamnya. Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh sebab itu, sebaliknya siswa memiliki pengalaman yang lebih konkrit, pesan yang ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan.

Dalam penerapannya media pembelajaran memiliki aspek-aspek kegunaan diantaranya adalah:15

1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalisme.

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera.

3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.

14

Azhar Arsyad. Media Pembelajaran, (PT Raja Grafindo Persada:Jakarta, 2007), h. 5 15

Rudi Susilana dan Cepi Riyana. Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian, (CV Wacana Prima:Bandung, 2007), h. 9


(30)

4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.

5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Kegunaan-kegunaan tersebut tetap menuntut keaktifan dan kekreatifan guru yang bersangkutan dalam proses belajar mengajar.

C. Kriteria Pemilihan Media

Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Tidak semua media pembelajaran bisa diterapkan pada setiap mata pelajaran yang disampaikan, hal tersebut memerlukan penyesuaian dengan mata pelajaran yang akan disampaikan. Media pembelajaran memiliki keanekaragaman, dan karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Dalam penggunaan media pembelajaran hendaknya guru melakukan proses pemilihan media yang dianggap sesuai untuk digunakan pada materi yang diajarkan. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media diantara adalah:16

1. Hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih

media, karena sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa.

3. Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. Faktor umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pengajaran.

16


(31)

4. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru.

5. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.

6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai.

Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran, media pembelajaran yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif bila menghasilkan hal yang sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain dikatakan tujuannya telah tercapai.17

D. Media Tiga Dimensi

Menurut H. Ryandra Ashar media tiga dimensi memiliki arti sebuah media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai dimensi panjang, lebar dan tinggi/tebal, kebanyakan merupakan objek sesungguhnya (real object).18 Sedangkan menurut Moedjiono bahwa media tiga dimensi memiliki beberapa kelebihan diantaranya dapat menunjukkan objek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerja, dapat emmberikan pengalaman secara langsung, penyajiannya secara konkrit dan menghindari verbalisme.

Media tiga dimensi yang digunakan dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar umumnya memiliki bentuk yang sederhana baik dalam penggunaan dan pemanfaatannya maupun dalam proses produksinya karena tidak memerlukan keahlian khusus dalam penggunaannya, dapat dibuat sendiri oleh guru dan bahannyapun dapat diperoleh dengan mudah di lingkungan sekitar kita.

17

Dra. Erna Suwangsih, S.Pd., M.Pd. Model Pembelajaran Matematika (UPI PRESS: Bandung, 2006), h.179

18

H. Rayandra Asyhar, M.Si. Kreatif mengembangkan Media Pembelajaran. (Referensi Jakarta: Jakarta, 2012), h. 47


(32)

Pada penerapan penggunaan media tiga dimensi untuk siswa sekolah dasar penulis menggunakan media tiga dimensi bangun ruang yang terdiri dari beberapa benda diantaranya; kubus, balok, kerucut, prisma dan bola. Media pembelajaran digunakan agar siswa memiliki gambaran nyata tentang bangun ruang dalam pelajaran matematika.

Seperti dijelaskan di atas, bahwa media tiga dimensi yang digunakan tergolong sederhana dan mudah dalam penggunaanya serta bahannya dapat diperoleh dari lingkungan di sekitar, maka pemilihan bahan dasar seperti kayu, kertas-kertas bekas (bubur kertas), plastik, dan beberapa sisa sampah plastik dapat digunakan untuk membuat media tiga dimensi tersebut. Hal itu dapat dilakukan sendiri oleh guru yang bersangkutan atau juga dapat mengajak siswa untuk ikut berperan aktif dalam proses pembuatannya.

E. Jenis dan Karakteristik Media Tiga Dimensi

Setiap jenis media memiliki jenis dan karakteristik masing-masing begitu juga pada media tiga dimensi. Masing-masing menampilkan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses belajar peserta didik. Dalam bukunya Nana Sudjana mengatakan media tiga dimensi memiliki lima model, yakni model padat, model penampang, model kerja, mocks-up dan diorama.19 Penggunaan model padat (bangun ruang) media tiga dimensi memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Praktis dalam penggunaannya

2. Mampu menyajikan teori dan praktik secara terpadu 3. Melibatkan siswa dalam penggunaannya

4. Pesan yang sama dapat disebarkan kepada siswa secara serentak 5. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera

Penggunaan bangun ruang pada pelajaran matematika pada siswa sekolah dasar memiliki manfaat yang sangat baik bagi perkembangan motorik siswa, karena siswa dapat berinteraksi langsung mengenai materi bangun ruang yang

19


(33)

sedang dibahas, dan dapat memegang benda yang dimaksud untuk mengetahui bagian-bagian sudutnya, volume dan ukurannya. Selain itu unsur warna yang melekat pada media tiga dimensi itu juga dapat membuat siswa lebih tertarik dalam mempelajari bangun ruang secara khusus dan pelajaran matematika pada umumnya.

F. Desain Pembelajaran Menggunakan Media Tiga Dimensi

1. Penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran matematika Optimalisasi proses dan hasil belajar mengacu pada upaya agar proses belajar dapat berlangsung dengan baik sehingga para siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai yang diharapkan dengan kata lain optimalisasi proses dan hasil belajar adalah upaya memperbaiki proses pembelajaran sehingga para siswa mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar.

Pencapaian hasil belajar yang optimal merupakan perolehan dari proses belajar yang optimal pula. Oleh karena itu, agar proses dan hasil belajar optimal maka dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan sampai pada tahap penilaian harus dipersiapkan dan dilaksanakan secara baik pula. Penggunaan media tiga dimensi pada mata pelajaran matematika harus berkenaan dengan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam belajar.

Dalam proses belajar mengajar terkadang diperlukan adanya interaksi langsung antara siswa dengan guru sehingga media belajar memiliki posisi penting yang diharapkan dapat menjembatani antara kualitas kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Pemanfaatan media pembelajaran dikaitkan erat dengan peningkatan kualitas pembelajaran yang diharapkan. Pemanfaatan media pembelajaran oleh guru diharapkan dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, memfasilitasi proses interaksi antara siswa dan guru, sesama murid, serta memeperkaya pengalaman belajar siswa. Hal ini dipercaya mampu mengubah suasana belajar yang pasif menjadi aktif melalui beragam sumber belajar yang tersedia.


(34)

Penggunaan media tiga dimensi merupakan salah satu metode guru dalam menyampaikan materi atau bahan pembelajaran. Siswa akan lebih mudah menyerap informasi yang diberikan guru karena dengan menggunakan media tiga dimensi siswa dapat melihat langsung benda-benda yang dimaskud.20

Dalam penerapannya pada mata pelajaran matematika, penggunaan media tiga dimensi haruslah berkaitan dengan bahan ajar yang akan disampaikan. Penggunaan media tiga dimensi yang sesuai dengan bahan ajar ketika pembehasan materi bangun ruang. Hal tersebut digunakan agar siswa mengetahui secara detail segala hal yang berkaitan dengan bangun ruang. Seperti sifat-sifat bangun ruang, jaring-jaring dari benda-benda bangun ruang serta penyelesaian masalah yang berkaitan dengan bangun ruang yang akan dibahas.

Benda tiga dimensi yang akan difungsikan sebagai media pembelajaran dibawa langsung ke dalam kelas sesuai dengan fungsinya dalam hal pemanfaatan media bangun ruang, selain kreatifitas guru, pertimbangan instruksional juga menjadi salah satu faktor yang menentukan. Dalam hal ini guru dituntut berperan aktif untuk mampu menjelaskan komponen-komponen yang menyangkut tentang bangun ruang.

Matematika erat kaitannya dengan konteks kehidupan nyata. Dengan demikian sebagai tenaga pengajar, guru harus mampu menstransfer ilmu dengan menggunakan berbagai macam cara agar materi yang diajarkan kepada siswa dapat diterima dengan mudah dan tujuan pembelajaranpun dapat tercapai. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru dalam proses pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan media pembelajaran sebagai alat/ sarana penghubung untuk mencapai pesan yang harus dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajar. Media yang dimaksudkan disini adalah media tiga dimensi, yaitu sebuah media yang dapat dilihat dari segi mana saja.

Media yang digunakan dalam proses pembelajaran dibuat sesederhana mungkin, dengan tujuan agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami materi yang akan disampaikan. Walaupun demikian media tiga dimensi sebagai

20

H. Rayandra Asyhar, M.Si. Kreatif mengembangkan Media Pembelajaran. (Referensi Jakarta: Jakarta, 2012), h. 93


(35)

alat dan sumber pengajaran tidak dapat menggantikan guru sepenuhnya yang artinya media tersebut tetap memerlukan guru sebagai fasilitator dalam penyampainnya agar dapat meningkatkan kualitas pengajaran dari mata pelajaran matematika.21

2. Desain pengembangan pembelajaran dengan menggunakan media tiga dimensi

Ketersediaan media pembelajaran di berbagai sekolah bisa dikatakan belum merata, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya; kondisi lingkungan, kemampuan pengelolaan sekolah dan wilayah keberadaan sekolah dapat mempengaruhi ketersediaan media pembelajaran. Hal ini menyebabkan banyak ragam media pembelajaran yang digunakan guru sebagai alat untuk menyampaikan materinya. Pada kondisi dimana ragam dan jumlah media pembelajaran yang tersedia masih sangat kurang, maka perlu dilakukan pengembangan dan produksi media pembelajaran secara bertahap oleh guru, baik secara berkelompok, sendiri, atau melibatkan pihak lain (siswa, guru, masyarakat).

Pengembangan media pembelajaran sangat penting artinya untuk mengatasi kekurangan dan keterbatasan media persediaan media yang ada. Disamping itu media yang dikembangkan sendiri oleh guru atau pendidik dapat menghindari ketidaktepatan (mis match) karena dirancang sesuai kebutuhan, potensi sumber daya dan kondisi lingkungan masing-masing. Lebih dari itu, juga dapat meningkatkan kreatifitas dan kemampuan inovasi para guru sehingga lahirlah profesionalitas pendidik.22

Pengembangan media pembelajaran merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan penyusunan dokumen pembelajaran lainnya seperti; kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lain-lainnya. Yang artinya setelah dokumen

21

Dr. Nana Sudjana. Media Pengajaran, (Sinar Baru Algensindo: Bandung, 2010), h. 7 22

H. Rayandra Asyhar, M.Si. Kreatif mengembangkan Media Pembelajaran. (Referensi Jakarta: Jakarta, 2012), h. 93


(36)

pembelajaran tersebut siap disusun dilanjutkan dengan pengadaan atau persiapan media pembelajarannya sebagai sumber belajar dan alat bantu dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat diaplikasikan dalam proses pengajaran dimana media tiga dimensi yang digunakan haruslah sesuai dan terintegrasi dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.23

Kedudukan media pembelajaran dalam komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki proses interaksi guru-siswa, dan interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu, fungsi utama dari media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yakni sebagai penunjang penggunaan metode mengajar yang dipergunakan oleh guru.

G. Hasil Belajar Matematika

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah dasar. Seorang guru sekolah dasar yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya hendaklah mengetahui dan memahami objek yang akan diajarkannya.

Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika. Supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai global (universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika.

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari.24 Russefendi dalam buku model pembelajaran matematika karya Erna Suwangsih,

23

Ibid, h. 94 24

Erna Suwangsih, S.Pd., M.Pd. Model Pembelajaran Matematika. (UPI PRESS: Bandung, 2006) , h. 3


(37)

mengatakan bahwa matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika disebut ilmu deduktif.25

Menurut Bourne, matematika merupakan konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu siswa dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya.26

Secara umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut:27 1) Matematika struktur yang terorganisasi

Matematika merupakan suatu bangunan terstruktur yang terorganisasi. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema.

2) Matematika sebagai alat (tool), artinya matematika dipandang sebagai alat dalam mencari solusi pelbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3) Matematika sebagai pola pikir deduktif, artinya sutu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).

4) Matematika sebagai cara bernalar, karena matematika memuat cara pembuktian yang sahih, rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis.

5) Matematika sebagai bahasa yang atifisial, artinya bahasa matematika baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.

6) Matematika sebagai seni yang kreatif. Karena penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan

25

Ibid, h. 4 26

Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Ar-Ruzz Media: Yogyakarta, 2008), h. 19

27


(38)

menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya seni berpikir yang kreatif.

Ciri-ciri pembelajaran matematika di SD:28

1) Pembelajaran matematika mengunakan metode spiral. Dimana pembelajaran matematika atau suatu topik matematika selalu mengaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya.

2) Pembelajaran matematika bertahap. Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit.

3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif. Misalnya dalam pengenalan bangun-bangun ruang tidak dimulai dari definisi, tetapi dimulai dengan memperhatikan contoh-contoh dari bangun ruang tersebut dan mengenal namanya serta menentukan sifat-sifat yang terdapat pada bangun ruang tersebut sehingga didapat pemahaman konsep bangun-bangun ruang itu.

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi. Artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika didasarkan pada pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah diterima kebenarannya.

5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna. Konsep-konsep matematika tidak dapat diajarkan melalui definisi, tetapi melalui contoh-contoh yang relevan. Guru hendaknya dapat membantu pemahaman suatu konsep dengan pemberian contoh-contoh yang dapat diterima kebenarannya secara intuitif. Artinya siswa dapat menerima kebenaran itu dengan pemikiran yang sejalan dengan pengalaman yang sudah dimilikinya.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil

28


(39)

belajar, yakni; (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.29

Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

1. Ranah Kognitif

a. Tipe hasil belajar : pengetahuan

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam Taksonomi Bloom. Ada beberapa cara untuk mengingat dan menyimpan knowledge dalam ingatan seperti teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan kejadian, membuat singkatan yang bermakna.

b. Tipe hasil belajar : pemahaman

Tipe hasil belajar ini lebih tinggi daripada pengetahuan karena pemahaman menuntut kemampuan menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.

c. Tipe hasil belajar: aplikasi

Yaitu penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus yang mungkin dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Mengulang-ulang penerapannya pada waktu yang lama akan berdampak menjadi pengetahuan, hafalan atau keterampilan.

d. Tipe hasil belajar : analisis

29

Dr. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 1992), h. 22


(40)

Yaitu usaha memilah sesuatu intregitas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya (susunannya). Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman komprehensif dan dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu dalam memahami sistematikanya.

e. Tipe hasil belajar: sintesis

Yakni terdapatnya penyatuan unsure-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis adalah berpikir divergan yang hasil pemecahan atau jawabannnya belum dapat dipastikan, berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif.

f. Tipe hasil belajar : evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materil dan lain-lain. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.30

2. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Penialaian hasil afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman-teman sekelas, kebiasaan di kelas dan hubungan social. Adap beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dari tingkat dasar atau sederhana sampai yang kompleks, yaitu:

a. Rechiving/ Attending

Yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi dari luar) yang datang kepada siswa tersebut dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.

30

Dr. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 1992), h. 22-29


(41)

b. Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan kepada seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar yang mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasaan dalam menjawab stimulus yang datang pada dirinya. c. Valuing (penilaian)

Berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi diantaranya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu system organisasi termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain prioritas nilai dan pemantapan.

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi kepribadian dan tingkah lakunya.

3. Ranah psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan bertindak individu. Pada hasil belajar psiomotorik terdapat enam tingkatan keterampilan.

a. Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

c. Kemapuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif, motoris dan lain-lain.

d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya keuatan, keharmonisan dan ketepatan.

e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.31

31

Dr. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 1992), h. 30-31


(42)

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar-mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut:32

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa.

b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.

c. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri, dan mengembangkan kreativitasnya.

d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan kemampuan kognitif yang dimiliki siswa tentang materi bangun ruang melalui proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, hasil belajar ranah kognitif diukur dengan mengamati apakah siswa sudah mampu memahami, mengaplikasikan serta menganalisis materi bangun ruang yang diajarkan oleh guru. Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang melalui benda-benda tiga dimensi yang ditampilkan oleh guru. Pada aspek mengaplikasikan siswa diharap mampu membuat berbagai macam jaring-jaring bangun ruang sederhana dan terakhir pada aspek menganalisis siswa diharapkan mampu memilih berbagai macam jaring-jaring yang dapat membentuk bangun ruang tertentu.

32


(43)

H. Hasil penelitian yang relevan

a. Hamzan Wadi melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) di SD kelas V pada pembelajaran IPA. Dari hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN 2 Jembe tahun pelajaran 2012/2013.33

b. Vivi Luthfiah, melakukan penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian pretest-posttest control group design. Pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan teknik Purpose Sample. Dari hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media tiga dimensi model tiruan terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X pada konsep virus.34

I. Kerangka berpikir

Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima berupa isi atau ajaran yang dituangkan dalam symbol-simbol komunikasi baik secara verbal maupun non verbal yang memiliki fungsi dasar utama sebagai sumber belajar.

Berdasarkan uraian di atas media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Media pembelajaran merupakan saluran atau jembatan dari pesan-pesan pembelajaran yang disampaikan oleh sumber pesan (guru) kepada penerima

33

Hamzan Wadi, Skripsi, Penggunaan Media Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SDN 2 Jembe, (Lombok, 2012).

http://eprints.umk.ac.id/1758/8/ABSTRAK.pdf. (di akses pada 23 Januari 2013) 34

Vivi Luthfiah, Skripsi. Pengaruh Penggunaan Media Tiga Dimensi Tiga Dimensi Model Tiruan Terhadap Hasil Belajar Biologi Kelas X Pada Konsep Virus. (UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta, 2013)


(44)

pesan (siswa) dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya. Pemahaman tentang konsep media pembelajaran tidak terbatas hanya pada peralatan, tetapi yang lebih utama yaitu pesan atau informasi yang disajikan melalui peralatan tersebut.

Setiap jenis media memiliki karakteristik dan fungsinya masing-masing dalam proses penggunaannya, media pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang timbulnya proses atau dialog mental pada diri siswa. Media yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media tiga dimensi, yaitu sekelompok media yang dapat diamati dari arah pandang manapun dan memiliki dimensi panjang, lebar, tinggi/tebal.

Penggunaan media tiga dimensi menjadikan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mudah menerima serta memahami konsep yang diajarkan oleh guru. Penggunaan media tiga dimensi bentuk bangun ruang dalam mata pelajaran matematika menuntut guru untuk kreatif dalam memilih serta menggunakannya. Adanya media pembelajaran tiga dimensi membantu tugas guru sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran sehingga bukan hanya guru saja yang aktif, tetapi siswa juga aktif menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri, yang pada akhirnya tujuan dari kegiatan belajar mengajar tersebut dapat tercapai yakni meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi bangun ruang kelas V di MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok.

J. Hipotesis Penelitian Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan landasaan teori dan kerangka berpikir maka hipotesis penelitian tindakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran melalui penggunaan media tiga dimensi dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi bangun ruang di kelas V MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok.


(45)

30

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Terpadu Fatahillah yang beralamat di Jl. Raya Bogor Km 31 No. 25 Kel. Cisalak Pasar Kec. Cimanggis Kota Depok. Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas V MI Terpadu Fatahillah pada tahun ajaran 2013/2014 semester genap. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari hingga Maret 2014.

B. Rancangan Siklus Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau lebih dikenal dengan Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambung, yaitu tahap perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).1

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi:

a. Menyusun perencanaan pelaksanaan penelitian yang mencakup diantaranya membuat RPP, mempersiapkan bahan ajar terkait materi bangun ruang dengan menggunakan metode yang sesuai yaitu diskusi dengan pendekatan kelompok.

b. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar di kelas ketika proses pembelajaran dengan menggunakan media tiga dimensi berlangsung.

1


(46)

c. Membuat catatan lapangan tentang perubahan respon siswa terhadap proses pembelajaran yang diajarkan dengan menggunakan media tiga dimensi.

d. Membuat alat bantu mengajar (media tiga dimensi) dalam rangka membantu siswa memahami materi dengan konkret.

e. Mendesain instrument tes untuk melihat apakah materi bangun ruang telah dikuasi oleh siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini pelaksanaan penggunaan media tiga dimensi diawali dengan tahap pengenalan hingga menuju pada proses pembuatan kerangka/jaring-jaring dan penyusunan dari media tiga dimensi tersebut dengan tujuan agar siswa mengetahui proses penyusunan bangun ruang.

Langkah pertama yang dilakukan adalah guru mengkondisikan kelas, melakukan appersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru menampilkan media tiga dimensi bentuk-bentuk bangun ruang dan meminta siswa menyebutkan sifat-sifat yang dimiliki oleh benda-benda tesebut. Kemudian guru melakukan demonstrasi dengan cara membongkar media bangun ruang tersebut untuk mengetahui jaring-jaring bangun ruang.

Langkah kedua guru/peneliti membagi siswa menjadi 7 kelompok dan membagikan media serta bahan ajar kepada setiap kelompok. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung guru berperan sebagai fasilitator yang mengamati aktivitas siswa selam proses pembelajaran. Kemudian guru meminta perwakilan dari beberapa kelompok untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil diskusinya.

Langkah ketiga guru/peneliti bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan inti dan meluruskan kesalahan-kesalahan siswa dalam memahami materi yang diajarkan serta memberikan pekerjaan rumah untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terkait materi yang telah diajarkan.

3. Observasi

Observasi merupakan salah satu cara yang digunakan dalam penelitian ini melalui pengamatan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung yang


(47)

termasuk didalamnya aktivitas belajar mengajar. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengamati, mengenali, dan mendokumentasikan semua gejala dan indikator dari proses hasil dari perencanaan penelitian yang telah diterapkan termasuk dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut.

4. Refleksi

Ketika kegiatan penelitian telah melalui proses akhir maka hasil dari pengamatan dan penelitian tersebut dikumpulkan hingga menjadi suatu dokumen yang akan dianalisis. Hasil dari analisi tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan penelitian yang dilaksanakan sudah sesuai yang diharapkan atau masih memerlukan perbaikan. Kegiatan tersebut merupakan tahapan dari penelitian ini yang disebut refleksi.

Berdasarkan riset aksi model John Elliot,2 maka didapati bagan rancangan siklus penelitian sebagai berikut:

Gambar 3.1

Penelitian Tindakan Kelas dengan Media Tiga Dimensi

2

Enjah Takari R, Penelitian Tindakan Kelas, (PT. GENESINDO: Bandung, 2008), h. 11 SIKLUS I

Refleksi Pelaksanaan

Tindakan Pengamatan

Perencanaan

Lanjut SIKLUS II

Refleksi Pelaksanaan

Tindakan Perencanaan Pengamatan


(48)

Pada penelitian ini, peneliti melakukan dua kali siklus penelitian dengan menggunakan media tiga dimensi. Hal ini dikarenakan hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I belum mencapai target yang peneliti tetapkan yaitu 80% siswa mencapai nilai KKM. Sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan tujuan agar target yang telah ditetapkan oleh peneliti tercapai. Pada siklus II penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media tiga dimensi diberhentikan karena hasil penelitian telah mencapai target yang telah ditetapkan.

C. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian tindakan ini adalah seluruh siswa kelas V (lima) yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 18 siswa putra dan 12 siswa putri.

Pada saat pelaksaan tindakan, peneliti bertindak sebagai guru yang menyampaikan materi dengan menggunakan media tiga dimensi dan guru kelas bertindak sebagai observer yang mengamati seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan guru/peneliti selama proses pembelajaran berlangsung.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Penelitian tindakan kelas menuntut kehadiran peneliti, karena pengamatan dan pengumpulan data dilakukan dalam situasi yang sebenarnya. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Pihak yang melakukan tindakan adalah peneliti sendiri sedangkan guru kelas bertindak sebagai observer.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu menyusun tahapan-tahapan dalam melakukan intervensi tindakan sebagai berikut:


(49)

Tahap I : Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas menyiapkan rancangan pembelajaran, menetapkan materi pokok, menyusun alat evaluasi, dan menentukan media yang digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran.

Tahap II : Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan sekaligus mengamati aktivitas siswa dan aktivitas guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Tahap III : Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas mencatat semua kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung untuk digunakan sebagai sumber dan pengolahan data.

Tahap IV : Peneliti bersama guru kelas menggunakan data yang telah terkumpul untuk mendapatkan gambaran tentang hasil tindakan yang telah dilakukan. Kemudian data tersebut dipadukan dan dianalisis. Disetiap akhir siklus dilakukan penilaian akhir siklus, selanjutnya peneliti dan guru kelas melakukan diskusi untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan serta untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada setiap pembelajaran. Jika hasil evaluasi yang diperoleh masih memerlukan penyempurnaan, maka akan dilanjutkan kembali pada tindakan selanjutnya sampai memperoleh peningkatan hasil belajar yang telah ditetapkan.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Untuk mengetahui ketuntasan penelitian dalam suatu siklus maka dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media tiga dimensi pada mata pelajaran matematika. Dengan indikator keberhasilan 80% hasil belajar siswa di atas nilai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 60.


(50)

Suatu siklus penelitian dikatakan tuntas apabila indikator keberhasilan yang telah ditetapkan diatas telah tercapai. Namun jika hanya salah satu indikator yang tercapai maka dapat disimpulkan siklus penelitian tersebut tidak tuntas dan harus dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

G. Data dan Sumber Data 1. Data

Data yang akan digunakan pada penelitian ini berupa:

a. Data hasil belajar siswa, merupakan hasil tes akhir siklus.

b. Data observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru yang merupakan hasil pengamatan pada saat dilaksanakan tindakan, diambil dengan menggunakan lembar observasi pada setiap proses pembelajaran berlangsung.

c. Data hasil catatan pengamatan, yang mencatat seluruh perubahan dalam proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas yang berkaitan dengan penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran matematika.

d. Foto-foto aktivitas belajar siswa pada setiap siklus. 2. Sumber Data

Sumber data adalah asal informasi yang diperoleh dalam penyusunan penelitian tindakan ini. Beberapa sumber data diperoleh melalui subjek maupun subjek penelitian diantaranya guru kelas/ observer dan peneliti dan siswa termasuk di dalamnya catatan dokumentasi (nilai-nilai siswa) sebagai data pendukung. Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dan dokumen-dokumen dimana data diperoleh.3

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek, (Rineka Cipta: Jakarta, 2006), h. 107


(51)

H. Instrument Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data terdiri dari: 1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar merupakan instrumen yang disusun peneliti untuk mengukur kemampuan kognitif serta untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan dengan menggunakan media tiga dimensi.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Tes Akhir Siklus I

No Indikator Aspek No. Soal C2 C3 C4

1 Mengidentifikasi sifat-sifat limas segiempat 1

2 Mengidentifikasi sifat-sifat prisma tegak

segitiga 4

3 Membuat jarring-jaring balok √ 2

4 Membuat jaring-jaring prisma tegak

segitiga 5

5 Memilih jaring-jaring tertentu yang dapat membentuk kubus

3 6 Memilih jaring-jaring tertentu yang dapat

membentuk prisma tegak segitiga

6

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Tes Akhir Siklus II

No Indikator Aspek No.

Soal C2 C3 C4

1 Mengidentifikasi sifat-sifat tabung 1 2 Mengidentifikasi sifat-sifat limas segitiga 4 3 Membuat jarring-jaring kerucut √ 2

4 Membuat jaring-jaring tabung 5

5 Memilih jaring-jaring tertentu yang dapat membentuk prisma tegak segilima

3 6 Memilih jaring-jaring tertentu yang dapat

membentuk tabung


(52)

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan media tiga dimensi berlangsung.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa Fokus

Penelitian Dimensi Indikator

No. Butir Soal Penggunaan media tiga dimensi untuk meningkatkan hasil belajar matematika 1. Kegitan Awal

1. Merespon pertanyaan yang

diajukan guru 1

2. Kegiatan Inti

1. Menggunakan media dalam

proses pembelajaran 2 2. Interaksi dalam proses

pembelajaran

3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 3. Kegiatan

Penutup

1. Melakukan refleksi mengenai materi yang sudah dipejari

10, 11 2. Mengerjakan tugas/posttest 12

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Mengajar Guru

Fokus Penelitian Dimensi Indikator No. Butir Soal Penggunaan media tiga dimensi untuk meningkatkan hasil belajar matematika 1. Kegiatan Awal

1. Melakukan apersepsi 1 2. Menyampaikan tujuan pelajaran

yang ingin dicapai 2

2. Kegiatan

Inti 1. Membimbing siswa dalam

menyelesaikan tugas 3, 4 2. Menggunakan metode

pembelajaran yang mengaktifkan siswa

5, 6, 7, 8 3. Menggunakan media/alat

peraga yang menunjang proses pembelajaran

9, 10 3. Kegiatan

Penutup

1. Melakukan refleksi mengenai

materi yang sudah dipejari 11 2. Melakukan penilaian 12


(53)

3. Catatan Lapangan

Pada setiap akhir kegiatan belajar mengajar peneliti melakukan pencatatan yang menitikberatkan pada perubahan respon siswa terhadap proses pembelajaran yang diajarkan dengan menggunakan media tiga dimensi.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mengamati setiap aktivitas siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan media tiga dimensi di setiap siklus dan mencatat setiap kejadian pada saat pembelajaran berlangsung. Disetiap akhir siklus, peneliti memberikan soal tes, dan format pertanyaan terbuka mengenai pendapat siswa tentang penggunaan media tiga dimensi serta dokumentasi aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan pada setiap siklus.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, maka perlu dilakukan pemeriksaan keterpercayaan data atau temuan yang telah diperoleh. Pemeriksaan keabsahan atau keterpercayaan data atau hasil temuan dalam penelitian tindakan ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi diartikan pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.4 Triangulasi yang digunakan untuk pemeriksaan keterpercayaan data pada penelitian ini adalah Triangulasi teknik, yaitu pengumpulan data dari sumber yang sama dengan menggunakan metode yang berbeda. Dalam penelitian ini sumber data yang dimaksud adalah siswa, sedangkan teknik yang digunakan untuk memperoleh data tersebut dengan menggunakan teknik observasi, tes akhir siklus, dan catatan lapangan berupa hasil pengamatan perubahan perilaku siswa pada setiap pertemuan.

4

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Alfabeta cv: Bandung, 2011) h. 241


(54)

K. Analisis Data dan Interpretasi Data

Analisis data dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul dan dilakukan setiap kali setelah pemberian suatu tindakan atau satu siklus berakhir.

1. Analisis Data Hasil Observasi

Data hasil observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru dengan media tiga dimensi dianalisis untuk memberikan gambaran pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan media tiga dimensi. Analisis data observasi adalah sebagai berikut :

a. Untuk setiap aspek yang diamati diberi skor sesuai dengan pedoman penskoran pada kisi-kisi lembar observasi yang telah dibuat

b. Menghitung skor total yang telah diperoleh setelah keterlaksanaan pembelajaran. Skor total yang telah diperoleh tersebut dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:5

Keterangan : P = angka persentase

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

= Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

Tabel 3.5

Pedoman Konversi Persentase Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan Guru

Persentase Rata-rata Kategori 76% - 100% Sangat Baik

51 – 75% Baik

26% - 50 Cukup

< 25% Kurang

5

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (PT RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2011), h. 43.


(55)

2. Analisis Hasil Tes Belajar

Data hasil tes akhir siklus di analisis untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa dengan pmenggunakan media tiga dimensi yang dilihat dari tingkat pencapaian ketuntasan belajar mengacu pada KKM sebesar 60. Pemberian tindakan pada penelitian ini dikatakan berhasil apabila tingkat ketuntasan siswa mencapai 80% dari keseluruhan siswa. Rumus yang digunakan yaitu:

Interpretasi berarti mengartikan hasil penelitian berdasarkan pemahaman yang dimiliki peneliti. Hal ini dilakukan dengan acuan teori, dibandingkan dengan pengalaman, praktik, atau penilaian dan pendapat guru.

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Dalam penelitian ini, jika tindakan pada siklus 1 selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan, maka akan ditindak lanjuti dengan melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran dengan perencanaan pembelajaran yang telah diperbaiki sebelumnya.

Penelitian akan berakhir, apabila penelitian ini telah menunjukkan keberhasilan proses pembelajaran dengan menggunakan media tiga dimensi dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Adapun kriteria keberhasilan penelitian ini apabila hasil belajar siswa mencapai 80% mencapai nilai KKM atau 60.


(56)

41

A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di MI Terpadu Fatahillah pada kelas V. Proses penelitian tindakan Media Tiga Dimensi ini dilakukan sebanyak dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat kali pertemuan pemberian tindakan dan satu kali pertemuan pemberian tes akhir siklus. Pada setiap siklus terdiri dari empat tahapan penelitian, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi atau pengamatan, dan refleksi. 1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah menyusun skenario pembelajaran, skenario yang dibuat antara lain yaitu menyusun RPP, menyusun instrument (tes, lembar observasi aktivitas belajar), menentukan metode dan pendekatan pembelajaran, membuat media tiga dimensi yang berbentuk limas segiempat, kubus, balok, dan prisma tegak segitiga dari bahan dasar karton. Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Peneliti berperan sebagai praktisi dan guru mata pelajaran berperan sebagai observer.. Pada kegiatan ini peneliti menjelaskan tugas-tugas guru mata pelajaran yang berperan sebagai observer pada saat penelitian, dengan tujuan agar peneliti dan guru dapat bekerjasama dalam mengamati proses pembelajaran.

Adapun contoh media tiga dimensi dalam penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1. Media yang digunakan adalah bentuk-bentuk bangun ruang yang dibuat dari bahan dasar karton dengan tujuan agar siswa tidak mengalami kesulitan pada proses pembongkaran media untuk mengetahui jaring-jaring dari bangun ruang yang diajarkan.


(57)

Gambar 4.1

Contoh Media Tiga Dimensi Bangun Ruang

b. Tahap Pelaksanaan

Pada siklus I pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan, dimana 4 pertemuan pemberian tindakan dan 1 pertemuan pelaksanaan tes akhir siklus. Adapun uraian kegiatan setiap siklus adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama yang dilakukan pada hari senin, tanggal 17 Februari 2014 dimulai pada pukul 12.30 sampai pukul 13.40 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai, ibu Yati selaku guru kelas memperkenalkan peneliti kepada siswa sebagai guru yang akan mengajar pelajaran matematika. Kemudian guru mempersilahkan peneliti untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Guru/peneliti memulai kegiatan dengan mengkondisikan kelas agar siswa siap dalam menerima materi yang akan diajarkan. selanjutnya memimpin doa dan melakukan appersepsi dengan meminta siswa untuk mengamati lemari yang ada di dalam kelas kemudian mengajukan pertanyaan

“apa yang kalian peroleh dari hasil pengamatan kalian?”. Pada pertemuan ini siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran, namun masih terlihat malu-malu dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru/peneliti namun ada salah satu siswa yang berani menjawab tanpa malu-malu. Kemudian siswa


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)