KONTRIBUSI KEMAMPUAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN MAGELANG.

(1)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

KONTRIBUSI KOMPETENSI KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR

DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN MAGELANG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

MERINDA NOORMA NOVIDA SIREGAR NIM: 1101587


(2)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

KONTRIBUSI KEMAMPUAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR

DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN MAGELANG

Oleh

MERINDA NOORMA NOVIDA SIREGAR, S.Pd.

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister pada Sekolah Pascasarjana

© Merinda Noorma Novida Siregar 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang


(3)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

MERINDA NOORMA NOVIDA SIREGAR, S.Pd. NIM. 1101587

KONTRIBUSI KEMAMPUAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR

DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN MAGELANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Munir, M.IT. NIP. 19660325200112 1 001


(4)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Dr. Cicih Sutarsih, M.Pd. NIP. 19700929199802 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D.


(5)

iv

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

KONTRIBUSI KEMAMPUAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR

DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN MAGELANG. Oleh: Merinda Noorma Novida Siregar

(1101587)

ABSTRAK

Kinerja pengawas sekolah menjadi penentu keberhasilan penjaminan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja pengawas sekolah, dua diantaranya adalah kemampuan kerja dan motivasi kerja. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah seberapa besar kontribusi kemampuan kerja dan motivasi kerja secara simultan terhadap kinerja pengawas sekolah dasar (SD) di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Magelang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kinerja pengawas, gambaran kemampuan kerja pengawas, gambaran motivasi kerja pengawas, kontribusi kemampuan kerja terhadap kinerja pengawas, kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja pengawas, dan kontribusi kemampuan kerja dan motivasi kerja secara simultan terhadap kinerja pengawas.

Populasi dalam penelitian sebanyak 45 orang pengawas SD di lingkungan Disdikpora Kabupaten Magelang. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa angket. Analisis deskriptif dengan rumus Weight Means Scores. Pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi dilanjutkan dengan regresi.

Hasil temuan penelitian yang diperoleh ialah: kinerja pengawas sangat tinggi, kemampuan kerja pengawas sangat tinggi, motivasi kerja pengawas sangat tinggi, kemampuan kerja berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja pengawas sebesar 56,8% (tinggi); motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja pengawas sebesar 46,4% (tinggi); dan secara simultan kemampuan kerja dan motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja pengawas sebesar 63% (tinggi) dan sebesar 37% dipengaruhi faktor lain.

Berdasarkan temuan hasil penelitian ini maka direkomendasikan: (1) Disdikpora Kabupaten Magelang memberikan reward kepada pengawas untuk mendorong pencapaian prestasi; (2) Disdikpora memberikan kesempatan bagi pengawas untuk dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi; dan (3) Bagi penelitian selanjutnya dapat meneliti faktor lain yang berkontribusi terhadap kinerja pengawas dan diukur melalui persepsi kepala sekolah dan guru atau pihak atasan (Disdikpora) sehingga lebih objektif.


(6)

v


(7)

ix

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

DAFTAR ISI

PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Struktur Organisasi Tesis ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 16

A. Kajian Pustaka ... 16

1. Kinerja Pengawas ... 16

2. Kemampuan Kerja Pengawas ... 30

3. Motivasi Kerja Pengawas ... 40

4. Kemampuan Kerja dan Motivasi Kerja Berkontribusi terhadap Kinerja Pengawas ... 44


(8)

x

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

B. Kerangka Pemikiran ... 50

C. Hipotesis Penelitian ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 54

A. Lokasi dan Populasi Penelitian ... 54

B. Metode Penelitian ... 55

C. Definisi Operasional ... 56

D. Instrumen Penelitian ... 56

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 68

F. Teknik Pengumpulan Data ... 75

G. Analisis Data ... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 87

A. Hasil Penelitian ... 87

1. Deskripsi Data Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 87

2. Deskripsi Data Variabel Kemampuan Kerja (X1) ... 96

3. Deskripsi Data Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 104

4. Uji Persyaratan Analisis ... 112

5. Uji Hipotesis Penelitian ... 118

B. Pembahasan ... 128

1. Deskripsi Kinerja Pengawas (Y) Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang ... 128

2. Deskripsi Kemampuan Kerja (X1) Pengawas Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang ... 132

3. Deskripsi Motivasi Kerja (X2) Pengawas Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang ... 137

4. Kontribusi Kemampuan Kerja (X1) terhadap Kinerja Pengawas (Y) Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang .... 140


(9)

xi

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

5. Kontribusi Motivasi Kerja (X1) terhadap Kinerja Pengawas (Y) Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang ... 141

6. Kontribusi Kemampuan Kerja (X1) dan Motivasi Kerja (X2) Secara Simultan terhadap Kinerja Pengawas (Y) Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang ... 143

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 147

A. Kesimpulan ... 147

B. Rekomendasi ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 151


(10)

xii

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil Akreditasi BAN-SM Jenjang Sekolah Dasar Kabupaten

Magelang Tahun 2013 ... 7

3.1 Jumlah Pengawas Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang ... 54

3.2 Skala Likert ... 57

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 58

3.4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Kemampuan Kerja Pengawas (X1) ... 61

3.5 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 65

3.6 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 69

3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Kemampuan Kerja (X1)... 71

3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 72

3.9 Interpretasi Nilai r ... 74

3.10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 75

3.11 Konsultasi skor WMS ... 78

3.12 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 81

3.13 Interpretasi Koefisien Determinasi ……… 81

4.1 Deskripsi Data ... 87

4.2 Rata-rata Skor WMS Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 88

4.3 Statistik Deskriptif Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 93


(11)

xiii

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

4.5 Rata-rata Skor WMS Variabel Kemampuan Kerja (X1) ... 96

4.6 Statistik Deskriptif Variabel Kemampuan Kerja (X1) ... 102

4.7 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kompetensi Kerja (X1) ... 103

4.8 Rata-rata Skor WMS Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 105

4.9 Statistik Deskriptif Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 110

4.10 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 111

4.11 Uji Normalitas Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 113

4.12 Uji Normalitas Variabel Kemampuan Kerja (X1)... 113

4.13 Uji Normalitas Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 114

4.14 Hasil Perhitungan Uji Linieritas Variabel X1 atas Y ... 115

4.15 Hasil Perhitungan Uji Linieritas Variabel X2 atas Y ... 115

4.17 Hasil Transformasi Data Ordinal ke Data Interval Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 116

4.18 Hasil Transformasi Data Ordinal ke Data Interval Variabel Kemampuan Kerja (X1) ... 117

4.19 Hasil Transformasi Data Ordinal ke Data Interval Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 118

4.20 Hasil Uji Korelasi Antarvariabel Penelitian ... 119

4.21 Model Summaryb X1 terhadap Y ... 119

4.22 ANOVAb X1 terhadap Y ... 120

4.23 Coefficientsa X1 terhadap Y ... 120

4.24 Model Summaryb X2 terhadap Y ... 122

4.25 ANOVAb X2 terhadap Y ... 123

4.26 Coefficientsa X2 terhadap Y ... 123

4.27 Model Summaryb X1 dan X2 terhadap Y ... 125

4.28 Coefficientsa X1 dan X2 terhadap Y ... 125


(12)

xiv

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja ... 11

2.1 Fungsi Supervisi ... 19

2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Menurut Keith Davis ... 26

2.3 Komponen Kinerja Individual ... 28

2.4 Ciri-ciri Orang yang Termotivasi ... 43

2.5 Kerangka Pemikiran ... 50

2.6 Hubungan Antarvariabel Penelitian ... 51

4.1 Skor Rata-rata Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 93

4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Data Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 96

4.3 Skor Rata-rata Variabel Kemampuan Kerja (X1) ... 102

4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Data Variabel Kemampuan Kerja (X1) ... 104

4.5 Skor Rata-rata Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 110

4.6 Histogram Distribusi Frekuensi Data Variabel Motivasi Kerja (X2).. 112


(13)

xv

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

4.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 145

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Hasil Akreditasi BAN-SM 2. Angket Uji Coba Penelitian

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 4. Data Pengawas

5. Angket Penelitian 6. Data Hasil Penelitian 7. Analisis Deskriptif 8. Uji Persyaratan Analisis 9. Uji Hipotesis Penelitian 10. Surat Penelitian


(14)

1

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan perlu pengelolaan yang baik. Perkembangan keilmuan pendidikan mulai tahun 1980 memunculkan struktur keilmuan administrasi pendidikan sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan dan memberdayakan segala sumber yang tersedia melalui aktivitas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pemotivasian, pengendalian, pengawasan dan supervisi, serta penilaian untuk mewujudkan sistem pendidikan yang efektif, efisien, dan berkualitas. Agar pendidikan berfungsi dan mencapai tujuan seperti yang telah dirumuskan dalam undang-undang Sisdiknas maka pendidikan harus “diadministrasikan” artinya dikelola sesuai dengan ilmu administrasi (Engkoswara dan Komariah, 2010: 48-52).

Salah satu lingkup kajian Administrasi Pendidikan ialah Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) karena pendidikan harus dikelola oleh tenaga yang profesional. Tenaga pendidik seperti guru dan tenaga kependidikan seperti kepala sekolah, penilik dan pengawas, petugas bimbingan dan penyuluhan, perencanaan dan pembina kurikulum atau tenaga kependidikan lainnya yang akan muncul merupakan komponen pendidikan yang penting sebagai fasilitator bagi peserta didik (Engkoswara dan Komariah, 2010: 62). Kontribusi SDM dalam suatu organisasi termasuk organisasi pendidikan memerlukan pengelolaan dan pengembangan yang baik dalam melaksanakan tugas dan perannya agar dapat memberikan kontribusi optimal dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi, sehingga mereka dapat memberi sumbangan yang makin meningkat bagi pencapaian tujuan (Suharsaputra, 2010: 153).

Masalah mutu atau kualitas menjadi keharusan dalam setiap elemen kehidupan dalam menghadapi era globalisasi dimana mutu pendidikanpun harus menjadi concern bersama dalam menghadapi persaingan global


(15)

2

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

(Suharsaputra, 2010: 224). Sesungguhnya ada banyak sumber mutu pendidikan seperti dikemukakan Sallis (2011: 30-31) yakni misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan komunitas lokal, sumberdaya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar dan anak didik, kurikulum yang memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut.

Sebagai dasar perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mencapai mutu pendidikan, pemerintah menyusun Standar Nasional Pendidikan (SNP) dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terbagi menjadi delapan standar yakni standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Sesuai dengan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, ketercapaian tujuan pendidikan nasional bergantung pada kualitas sumber daya manusia yang mengelolanya, salah satunya ialah pengawas pendidikan. Untuk sekolah formal, maka pengawasan dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan atau pengawas sekolah.

Kedudukan pengawas dalam institusi pendidikan sangat strategis karena melakukan penilaian sekaligus pembinaan terhadap kinerja guru, kepala sekolah, dan staf administrasi dalam pengelolaan pendidikan di sekolah yang merupakan upaya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yang bermutu. Pentingnya pengawas dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah maka ditetapkan standar profesi dan standar kinerja pengawas sekolah dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah yang terdiri dari enam kompetensi yakni kompetensi


(16)

3

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian pengembangan, dan kompetensi sosial.

Pengawasan pendidikan sebagai suatu kegiatan strategis yang tidak terpisahkan dalam manajemen pendidikan guna mencapai mutu pendidikan seperti diungkapkan Laalisa (2011) bahwa pengawasan pendidikan merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Kemudian Sagala (2010: 144) juga mengemukakan bahwa berhasil tidaknya pengawas sekolah melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya diukur dari penilaian kinerjanya dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Peningkatan mutu pendidikan adalah merupakan salah satu tugas dari supervisor pendidikan atau pengawas sekolah (Imam Setiyono, 2005).

Stolovitch dan Keeps (dalam Veithzal dkk., 2005: 14) berpendapat bahwa “Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta”. Maka dapat dikatakan kinerja merupakan pencapaian seseorang berkenaan dengan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepadanya sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kinerja pengawas menggambarkan pencapaian kerjanya dalam melakukan penjaminan mutu pendidikan di sekolah sesuai dengan standar tugas pokoknya menjalankan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial.

Namun, kinerja pengawas sekolah justru dikeluhkan oleh para guru. Pengawas justru dinilai menjadi penghambat sekolah dan guru untuk melakukan terobosan dalam meningkatkan mutu dan layanan pendidikan di masyarakat. Hal ini sangat timpang dengan fungsi pengawas dalam hal supervisi pendidikan yang berperan memberikan kemudahan dan membantu kepala sekolah dan guru mengembangkan potensi secara optimal (Wahyudi, 2009: 97). Padahal Iskandar Hasan (2011) menemukan bahwa seharusnya pengawas memberikan bantuan melalui kegiatan supervisi bagi guru sehingga


(17)

4

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

terjadi peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Semakin banyak frekuensi supervisi akademik yang dilakukan pengawas akan dapat meningkatkan kompetensi guru.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali Unal (2010) terhadap pengawas pendidikan di Turki juga mengatakan bahwa pengawas belum dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi kepala sekolah dan guru. Hasil temuan mengindikasikan bahwa pengawas menilai dirinya sendiri sebagai orang yang berpengetahuan luas, membantu guru dan kepala sekolah dalam pendidikan, dan orang yang dapat memudahkan pekerjaan guru dan kepala sekolah. Beberapa dari pengawas tersebut juga berpikiran bahwa pekerjaan mereka didasarkan pada otoritas dan pelaporan. Persepsi diri pengawas yang positif tersebut, berbanding terbalik dengan persepsi kepala sekolah dan guru. Kepala sekolah dan guru berpendapat bahwa pengawas sebagai orang yang selalu mencari kesalahan, angkuh, orang yang mencoba menggunakan kompetensinya dibanding memberikan pengaruh positif bagi mereka, orang yang tidak meningkatkan kemampuannya, dan orang yang berpikir bahwa pekerjaannya hanyalah mengikuti aturan saja. Sehingga terjadi perbedaan hasil persepsi pengawas sendiri dengan persepsi kepala sekolah dan guru tentang pengawas.

Fathurrohman dan Suryana (2011: 143-145) bahkan mengungkapkan saat ini posisi pengawas berada pada posisi yang tidak jelas sehingga profesi pengawas tidak bergengsi di depan guru atau kepala sekolah. Sama halnya dikemukakan Prasetiyo (2012: 12) bahwa: “Penugasan pengawas ke sekolah tidak pernah didukung dengan biaya yang memadai sehingga sebagian beban itu menjadi tanggungan sekolah. Akibatnya, wibawa pengawas di sekolah terganggu dengan dampak psikologis.” Pernyataan ini didukung temuan Laalisa (2011) atas penelitian yang dilakukan terhadap pengawas sekolah dasar di Kota Bau-Bau bahwa memang penugasan pengawas sekolah belum didukung anggaran yang memadai sehingga beberapa tujuan pengawasan sekolah terhambat. Data yang diperoleh ialah sebesar 60% pengawas sekolah


(18)

5

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

dasar di Kota Bau-Bau menyatakan bahwa sumber daya keuangan (anggaran) kurang memadai.

Keberadaan pengawas sekolah juga sering dikeluhkan karena justru sering mancari-cari kesalahan daripada mendukung sekolah dan para guru yang mempunyai ide untuk melakukan terobosan. Para guru menjadi terhambat dalam mengembangkan ide-ide kreatif atau berimprovisasi dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) karena indikator penilaian yang dibuat pengawas tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. Padahal seharusnya pengawas melakukan supervisi dan memberikan bantuan kepada kepala sekolah, guru, dan siswa dalam mengatasi persoalan yang dihadapi selama proses pendidikan berlangsung di sekolah. Pengawas sekolah di Indonesia berjumlah sekitar 23.000 orang. Setiap pengawas bertugas mengawasi 10-15 sekolah atau setara 60 guru. Rolande H. Hofman, Guru Besar Pendidikan Universitas Groningen Belanda, dalam suatu seminar di Indonesia, mengatakan, dari hasil penelitiannya pengawas yang efektif dapat mendorong performa sekolah. Artinya sebaliknya jika kinerja pengawas tidak optimal maka berdampak pada performa atau mutu sekolah yang diawasinya (www.nasional.kompas.com).

Pengawas diberikan wewenang dalam melaksanakan supervisi meliputi supervisi akademik dan supervisi manajerial. Sesuai dengan PP Nomor 74 Tahun 2008 bahwa supervisi akademik merupakan fungsi pengawas yang berkenaan dengn aspek pelaksanaan tugas pembinaan, pemantauan, penilaian dan pelatihan profesional guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru. Berkaitan dengan implementasi supervisi akademik terhadap proses pembelajaran tersebut, Ali Sudin (2008) mengungkap hasil penelitian yang dilaksanakan di Sekolah Dasar se Kabupaten Sumedang bahwa pengawas melaksanakan supervisi akademik hanya bersifat administratif dan belum memiliki


(19)

6

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

perencanaan atas tugas pokoknya tersebut. Temuan ini didukung data sebagai berikut: (1) pelaksanaan pengelolaan pembelajaran sebesar 56,37% dalam kategori cukup; (2) pelaksanaan akademik pembelajaran sebesar 41% dalam kategori cukup; (3) pelaksanaan pengembangan profesi guru sebesar 35,97% dalam kategori kurang; dan pelaksanaan supervisi pembelajaran sebesar 45,27% dalam kategori cukup. Dari hasil penelitian tersebut terindikasi bahwa pengawas sekolah belum optimal dalam pelaksanaan supervisi akademik terutama dalam pengembangan profesi guru yang masih dalam kategori kurang. Bahkan dikatakan bahwa pembinaan yang diberikan terhadap guru sangat tidak jelas karena pengawas kurang memahami apa yang seharusnya disupervisi. Dengan demikian ada indikasi bahwa kemampuan yang dipersyaratkan bagi pengawas sekolah belum sepenuhnya terpenuhi.

Studi lain juga dilakukan oleh Suliadi (2009) di Malang yang mengungkapkan bahwa supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah termasuk dalam kategori rendah. Penelitian Mucthith (2011) bahkan mengungkap bahwa model pembinaan pengawas sekolah sementara ini masih belum intensif yang mengacu pada karakteristik pengangkatan, diklat, dan penilaian kinerja (dalam Utari, 2012).

Perihal penjaminan mutu pendidikan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 bahwa setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi atau melampaui SNP. Selanjutnya berdasarkan Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 dinyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan perlu dilakukan, salah satunya melalui program akreditasi sekolah. SNP dijadikan sebagai acuan oleh seluruh pengelola pendidikan di sekolah untuk mencapai standar minimal yang ditetapkan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang


(20)

7

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

dan jenis pendidikan. Jadi akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan dilakukan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu pada SNP guna mengupayakan penjaminan mutu pendidikan.

Berkaitan dengan penjaminan mutu pendidikan di sekolah yang mengacu pada SNP, dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 mengenai standar pengawas sekolah bahwa pengawas diharuskan memiliki kemampuan untuk membantu kepala sekolah dengan memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah. Akreditasi sekolah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk sertifikat pengakuan dan peringkat kelayakan sekolah. Dapat dikatakan bahwa hasil akreditasi mencerminkan kinerja seluruh pengelola pendidikan di sekolah salah satunya adalah pengawas sekolah sebagai penjamin mutu pendidikan di sekolah karena perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan menjadi komitmen bersama sehingga menjadi tanggung jawab bersama termasuk pengawas sekolah.

Akreditasi sekolah merupakan salah satu pengukur ketercapaian SNP yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-SM). Namun, hasil akreditasi yang dilakukan oleh BAN-SM terhadap sekolah dasar di Kabupaten Magelang menunjukkan belum optimalnya pencapaian SNP. Padahal sekolah dasar merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia yang ditempuh dalam waktu enam tahun dan melandasi jenjang pendidikan menengah. Hasil akreditasi sekolah dasar di Kabupaten Magelang seperti terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.1

Hasil Akreditasi BAN-SM Jenjang Sekolah Dasar Kabupaten Magelang Tahun 2013

PERINGKAT AKREDITASI

KATEGORI AKREDITASI

JUMLAH


(21)

8

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

A Sangat Baik 128 18,85%

B Baik 530 78,06%

C Cukup Baik 21 3,09%

Total 679

(sumber: www.ban-sm.or.id)

Dari data tersebut terlihat bahwa peringkat akreditasi jenjang sekolah dasar di Kabupaten Magelang rata-rata dalam peringkat B dalam kategori baik sehingga dikatakan belum optimal memenuhi SNP yang dipersyaratkan. Bahkan sekolah yang mencapai standar minimal yang diterapkan dengan peringkat A hanya 18,85% dari total sekolah yang ada di Kabupaten Magelang. Dari hasil ini tergambar bahwa penjaminan mutu pendidikan di sekolah masih belum optimal. Pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di sekolah ialah pengawas sekolah sehingga secara tidak langsung hasil ini mencerminkan bagaimana pengawas melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya di sekolah.

Tidak optimalnya kinerja pengawas artinya prestasi kerjanya kurang baik yang dipengaruhi banyak hal, diantaranya faktor kemampuan kerja yang dimiliki pengawas dan motivasi kerja seperti yang diformulasikan Vroom (dalam Wahyudi 2009: 81) bahwa produktivitas yang diartikan sebagai kinerja sebagai fungsi perkalian antara motivasi dan kemampuan. Jadi dapat dikatakan bahwa kinerja pengawas dapat ditingkatkan jika kemampuan kerja terpenuhi dan memiliki motivasi kerja tinggi.

Ornstone dan Shaw (Fathurrohman dan Suryana, 2011: 165) mengemukakan bahwa ketentuan mengenai jabatan fungsional pengawas sekolah merupakan upaya untuk menciptakan standar profesi dan standar kinerja pengawas agar quality assurance pelaksanaan supervisi pendidikan menjadi lebih jelas. Senada dengan pendapat Laalisa (2011) yang menyatakan bahwa efektivitas pengawasan tidak terlepas dari standar mutu pengawas sekolah yang ditetapkan pemerintah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Pengawas sekolah dalam sistem pendidikan


(22)

9

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

nasional terdiri atas pengawas Taman Kanak-Kanak, pengawas Sekolah Dasar, pemgawas mata pelajaran/rumpun mata pelajaran, pengawas pendidikan luar biasa, dan pengawas bimbingan dan konseling (Buku Kerja Pengawas, 2011: 7-8). Kinerja pengawas akan baik jika ia mempunyai keahlian yang tinggi, artinya ia profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.

Jabatan pengawas merupakan jabatan fungsional yang strategis dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, sehingga dituntut memiliki kemampuan kerja yang dipersyaratkan untuk menjalankan fungsi dan tugasnya. Faktor kemampuan ini bila tidak terpenuhi bisa menjadi penghambat pelaksanaan tugas pengawas seperti Ali Sudin (2008) katakan bahwa “Faktor penghambat dalam efektivitas pembinaan guru lebih kepada faktor pribadi; yakni kemampuan para pengawas pendidikan untuk melaksanakan pembinaan profesional guru secara efektif karena keterbatasan pengetahuan,

keterampilan, dan bahkan kepribadiannya.” Berarti jelas bahwa kemampuan

yang seharusnya dimiliki pengawas tidak sepenuhnya terpenuhi.

Selain kemampuan kerja, motivasi kerja juga berpengaruh terhadap kinerja pengawas sesuai formulasi Keith Davis (dalam Mangkunegara, 2009: 13) bahwa terdapat dua unsur yang menentukan performance yakni ability (kemampuan) dan motivation. Motivasi menurut G.R. Terry (dalam Sedarmayanti, 2010: 233) adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya melakukan tindakan. Berarti motivasi kerja pengawas ialah keinginan yang menjadi dorongan dari dalam diri pengawas untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengawas sekolah. Pernyataan Ketua KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah) se-Kabupaten Sumedang yang dikutip Ali Sudin (2008) mengatakan bahwa yang memperburuk citra dan kinerja pengawas sekolah adalah latar belakang pengawas yang tidak menguasai bidangnya serta tidak cukup memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Dari pernyataan ketua KKPS tersebut jelas bahwa yang menjadi permasalahan pengawas berkaitan


(23)

10

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

dengan kinerjanya yang dipengaruhi oleh kurangnya kemampuan penguasaan bidang kepengawasan atau kompetensi kerja pengawas dan kurangnya motivasi kerja dalam menjalankan tugas kepengawasan.

Namun, pengawas sendiri menemukan beberapa kelemahan dalam melaksanakan kepengawasan diantaranya berupa guru kelas yang tidak mengacu pada kurikulum untuk materi yang diajarkan, ketidakmampuan dalam menganalisis materi, ketidakmapuan guru kelas dalam menganalisis hasil evaluasi belajar anak didik, dan ketidakmampuan dalam menyajikan materi dengan baik. Selain itu, yang juga menjadi hambatan dalam pelaksanaan tugas kepengawasan ialah masalah anggaran untuk pelaksanaan pengawasan sekolah dasar maka direkomendasikan adanya peningkatan anggaran dari Dinas Pendidikan (Laalisa, 2011). Arikunto, Suyanto, dan Raharja (2006) juga menemukan hambatan dari segi lingkungan atau kultur sekolah sebagai komponen objek pengawasan yang belum tergarap intensif.

Kinerja menjadi hal yang penting bagi pengawas dalam melaksanakan pengawasan pendidikan di sekolah yang dapat dipengaruhi oleh dua unsur yakni kemampuan berupa kompetensi kerja dan juga faktor motivasi kerja. Oleh karena itu kinerja pengawas sekolah dalam sebuah lembaga pendidikan menarik untuk diteliti karena pengawas sebagai supervisor pendidikan yakni pihak yang menjaga mutu pendidikan sesuai standar tugas pokok pengawas di sekolah harus memiliki kemampuan kerja yang sesuai dan memiliki motivasi kerja. Pengawas sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang terdiri dari pengawas TK/RA, pengawas SD/MI, pengawas SMP/MTs, pengawas SMA/MA, dan pengawas SMK/MAK. Pengawas SD dalam lingkup Kabupaten Magelang berjumlah 45 orang yang berkentor di 21 Unit Pelaksana Teknis Disdikpora (UPTD) Kecamatan yang melakukan pengawasan terhadap 1.516 guru se-Kabupaten Magelang (sumber: Disdikpora Kabupaten Magelang).

Sesuai arah kebijakan nasional serta memperhatikan masalah dan isu-isu strategis dalam pembangunan pendidikan maka sejak tahun 2012


(24)

11

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Pemerintah Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah menetapkan prioritas program pembangunan pendidikan yakni perluasan dan pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, dan pengembangan manajemen sekolah dengan menerapkan prinsip good governance (www.magelang2.magelangkab.go.id). Jelas dicantumkan dalam Buku Kerja Pengawas (2011: 1) bahwa peningkatan mutu pendidikan di sekolah menjadi bagian dari peran strategis pengawas sekolah sebagai salah satu tenaga kependidikan. Suhardan (2007) menegaskan hal ini dengan pernyataannya, “Sistem kepengawasan yang tidak profesional merupakan salah satu mata rantai penyebab rendahnya mutu pendidikan nasional.”

Berdasarkan uraian fenomena-fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk membuktikan apakah faktor kemampuan kerja dan motivasi kerja memang berkontribusi terhadap kinerja pengawas di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang Jawa Tengah dengan

mengadakan penelitian berjudul “Kontribusi Kemampuan Kerja dan Motivasi

Kerja terhadap Kinerja Pengawas Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang.”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan, masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja pengawas dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya yang diidentifikasi dalam gambar berikut:


(25)

12

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Gambar 1.1

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Pengawas

2. Dari berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pengawas, tampak bahwa permasalahan yang muncul bersumber dari dalam diri pengawas sekolah itu sendiri artinya dari faktor internal yakni kemampuan kerja dan motivasi kerja pengawas.

3. Masih adanya pengawas yang tidak menguasai bidangnya sehingga memperburuk citra dan kinerja pengawas sekolah di mata guru, kepala sekolah, dan pihak sekolah lainnya.

4. Masih banyaknya pengawas yang kinerjanya dikeluhkan karena justru dinilai menjadi penghambat sekolah dan guru untuk melakukan terobosan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Berbagai masalah yang telah dipaparkan selanjutnya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya yang menggambarkan variabel-variabel yang diteliti dan keterkaitan antarvariabel tersebut. Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Rumusan masalah harus didasarkan pada masalah penelitian (Sugiyono, 2011: 58).

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Kinerja

Pengawas Motivasi Kerja

Kemampuan Kerja

Kompensasi

Lingkungan Nilai-nilai

(values) Kejelasan peran

(role clarity) Faktor lain


(26)

13

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

1. Bagaimana gambaran kinerja pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang?

2. Bagaimana gambaran kemampuan kerja pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang?

3. Bagaimana gambaran motivasi kerja pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang?

4. Seberapa besar kontribusi kemampuan kerja terhadap kinerja pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang?

5. Seberapa besar kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang?

6. Seberapa besar kontribusi kemampuan kerja dan motivasi kerja secara simultan terhadap kinerja pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai (Arikunto, 2006: 58). Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini dibagai menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi mengenai kemampuan kerja dan motivasi kerja yang dimiliki pengawas yang berkontribusi terhadap kinerja pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang.


(27)

14

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui gambaran kinerja pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang.

b. Untuk mengetahui gambaran kemampuan kerja pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang.

c. Untuk mengetahui gambaran motivasi kerja pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang.

d. Untuk menganalisa kontribusi kemampuan kerja terhadap kinerja pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang.

e. Untuk menganalisa kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang.

f. Untuk menganalisa kontribusi kemampuan kerja dan motivasi kerja secara simultan terhadap kinerja pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan kelanjutan dari tujuan penelitian apabila peneliti telah selesai mengadakan penelitian dan memperoleh hasil (Arikunto, 2006: 60). Dari hasil penelitian ini nantinya penulis berharap ada manfaat yang akan diperoleh baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan tambahan wawasan berpikir ilmiah sehingga dapat digunakan untuk pengembangan pengetahuan dalam lingkup kajian


(28)

15

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Administrasi Pendidikan khususnya mengenai kinerja pengawas sekolah dilihat dari faktor kemampuan yakni kemampuan kerja dan faktor motivasi kerja yang dimiliki pengawas.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan dalam hal pemecahan masalah di dunia pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan khususnya tingkat Sekolah Dasar terutama dalam hal kinerja pengawasnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang dalam meningkatkan kinerja pengawas sekolah khususnya pengawas Sekolah Dasar.

c. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para guru dan kepala sekolah yang memiliki keinginan untuk menjadi pengawas sekolah.

d. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal tentang kinerja pengawas yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman sebagai peneliti.

e. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian dengan cakupan yang lebih luas dan mendalam mengenai kinerja pengawas.

E. Struktur Organisasi Tesis

Penyusunan tesis ini dibagi dalam lima bab. BAB I adalah Pendahuluan yang merupakan bagian awal dari tesis dan berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.


(29)

16

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

BAB II merupakan Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian. Kajian pustaka terdiri atas konsep-konsep atau teori-teori atas variabel yang dikaji dalam penelitian yakni konsep tentang kinerja pengawas, kemampuan kerja pengawas, dan motivasi kerja pengawas. Selain konsep-konsep atau teori-teori, dalam kajian pustaka juga terdapat penelitian terdahulu yang relevan. Selanjutnya dalam Bab ini juga disajikan kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB III adalah Metodologi Penelitian yang terdiri dari lokasi dan populasi penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian beserta proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV merupakan Hasil Penelitian dan Pembahasan yakni berisi deskripsi dari temuan yang diperoleh di lapangan, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil sesuai konsep yang digunakan.

BAB V adalah bab penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, juga terdapat rekomendasi.


(30)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Populasi Penelitian

Penelitian dilakukan di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang yang beralamat di kompleks Kantor Bupati Magelang, Jl. Letnan Tukiyat, Kota Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Namun, pengawas Sekolah Dasar berkantor di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang, maka penelitian dilakukan di 21 UPT Disdikpora Kecamatan dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Pengawas Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang

UPT Disdikpora Jumlah Pengawas SD

Kecamatan Bandongan 2

Kecamatan Borobudur 2

Kecamatan Candimulyo 3

Kecamatan Dukun 2

Kecamatan Grabag 3

Kecamatan Kajoran 2

Kecamatan Kaliangkrik 2

Kecamatan Mertoyudan 3

Kecamatan Mungkid 1

Kecamatan Muntilan 3

Kecamatan Ngablak 2

Kecamatan Ngluwar 1

Kecamatan Pakis 2

Kecamatan Salam 2

Kecamatan Salaman 2

Kecamatan Sawangan 3

Kecamatan Secang 2

Kecamatan Srumbung 2

Kecamatan Tegalrejo 2

Kecamatan Tempuran 2

Kecamatan Windusari 2


(31)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian” (Arikunto, 2006: 108). Senada dengan pendapat Sugiyono (2011: 119) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Pengawas sekolah dasar (SD) di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah yang selanjutnya disebut sebagai responden berjumlah 45 orang. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pengawas sekolah dasar (SD) berjumlah 45 orang maka disebut penelitian populasi. Sesuai pendapat Arikunto (2006: 134) bahwa “Sebagai ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.”

B. Metode Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Sugiyono (2011: 11) diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data mengginakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011: 3). Metode penelitian yang dipilih mengarahkan peneliti untuk melaksanakan penelitian sesuai dengan langkah yang tepat untuk memecahkan masalah. Metode penelitian ini ialah metode deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi yaitu menganalisis dan


(32)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan (Azwar, 2007: 6-7).

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan setiap variabel menjadi lebih operasional dalam penelitian ini. Definisi operasional untuk setiap variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kinerja pengawas (Y) adalah kesesuaian kemampuan kerja yang diperlihatkan oleh pengawas untuk memeroleh hasil kerja yang optimal dalam pelaksanaan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada level Sekolah Dasar (SD) dibandingkan dengan standar tugas pokok pengawasan yang dipengaruhi faktor kemampuan (ability) dan motivasi (motivation) yang diukur dari dimensi usaha yang dicurahkan, kemampuan individual, dan dukungan organisasional.

2. Kemampuan kerja pengawas (X1) adalah seperangkat pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) yang dimiliki pengawas sekolah dasar (SD) untuk melakukan pekerjaannya dengan baik meliputi kemampuan melakukan supervisi akademik dan kemampuan supervisi manajerial. Kemampuan kerja pengawas mencakup kemampuan mengembangkan orang, kemampuan merancang dan mengembangkan kurikulum, kemampuan meningkatkan pengajaran di kelas, kemampuan melakukan kerjasama, kemampuan mengadakan pengembangan staf, dan kemampuan administratif.

3. Motivasi kerja pengawas (X2) merupakan dorongan dari dalam diri pengawas Sekolah Dasar (SD) untuk giat bekerja dan melaksanakan pekerjaan, tugas, dan tanggung jawabnya yang terlihat pada unjuk kerjanya. Motivasi kerja pengawas dipengaruhi oleh faktor higiene dan faktor motivator.


(33)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011: 147-148).

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner atau angket. Untuk instrumen angket atau kuesioner ini digunakan analisis statistik kuantitatif sehingga data harus berupa angka. Untuk setiap pernyataan diberikan nilai atau skor berdasarkan skala Likert yang dimodifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.2 Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor untuk pernyataan

Selalu (SL) 4

Sering (SR) 3

Jarang (JR) 2

Tidak Pernah (TP) 1

Dalam menyusun instrumen penelitian dalam hal ini berupa kuesioner atau angket, maka peneliti perlu menyusun sebuah rancangan penyusunan instrumen yang dikenal dengan istilah “kisi-kisi”. Menurut pengertiannya, kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom. Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukkan kaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber data darimana data akan diambil, metode yang digunakan, dan instrumen yang disusun (Arikunto, 2006: 162).


(34)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Kinerja Pengawas (Y)

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item

- Kinerja sebagai ukuran kesuksesan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan/ direncanakan

sebelumnya atau dapat dikatakan bahwa kinerja merujuk pada

pencapaian tujuan oleh karyawan melalui pelaksanaan tugas yang diberikan (Casio dalam Veithzal dkk., 2005: 15; Kirkpatrick dan Nixon dalam Sagala, 2010: 179; dan Wibowo: 2009: 7). - Moeheriono (2009: 60)

menjabarkan kinerja sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

Kinerja pengawas (Y) adalah kesesuaian kemampuan kerja yang diperlihatkan oleh pengawas untuk memeroleh hasil kerja yang optimal dalam pelaksanaan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada level Sekolah Dasar (SD) dibandingkan dengan standar tugas pokok pengawasan yang dipengaruhi faktor kemampuan (ability) dan motivasi (motivation) yang diukur dari dimensi usaha yang dicurahkan, kemampuan individual, dan dukungan

organisasional.

1. Usaha yang Dicurahkan

a. Motivasi  Memotivasi guru dan kepala sekolah.

 Pengakuan dan penghargaan.

 Mengusahakan prestasi sekolah binaan.

1, 2 3 4, 5 b. Etika Kerja  Kerapihan dalam bekerja.

 Metode Kerja

6 7 c. Kehadiran  Tepat waktu.

 Kehadiran dalam tugas.

8 9 d. Rancangan

Tugas 

Menyusun rencana program pengawasan.

 Pelaksanaan program pengawasan.

 Evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan.

 Membimbing dan melatih profesional guru dan/atau kepala sekolah.

 Melaksanakan supervisi akademik dan supervisi manajerial. 10 11 12 13 14


(35)

suatu program kegiatan

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item

atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis organisasi.

- Mathis dan Jackson (2006: 113-114) menyatakan bahwa ada tiga faktor utama yang memengaruhi bagaimana individu yang ada dalam organisasi bekerja untuk mencapai keberhasilan organisasi, yakni: (1) kemampuan individual yang melakukan pekerjaan tersebut, (2) tingkat usaha yang dicurahkan, dan (3) dukungan organisasi.

2. Kemampuan Individual

a. Bakat  Sebagai mediator.

 Komunikasi.

15 16 b. Minat  Berprestasi.

 Bekerja keras.

17 18 c. Faktor

Kepribadian 

Memelihara hubungan kerja sama.

 Terbuka terhadap kritik.

19 20 3. Dukungan

Organisasi-onal.

a. Pelatihan dan Pengembangan 

Mengikuti kegiatan pelatihan pengawas.

21, 22 b. Peralatan dan

Teknologi 

Penggunaan media berbasis teknologi informasi.

23 c. Standar Kinerja  Berpedoman pada buku kerja

pengawas.

 Penyampaian laporan hasil pelaksanaan tugas.

 Melakukan pembinaan kepada guru dan kepala sekolah.

 Melakukan pemantauan pelaksanaan SNP.

 Melakukan penilaian kinerja guru. 24 25 26 27 28


(36)

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor Item  Membantu kepala sekolah

melakukan Evaluasi Diri Sekolah (EDS).

 Membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah.

29

30

d. Manajemen dan Rekan Kerja. 

Working in group.

 Aktif dalam asosiasi pengawas sekolah.

 Mendampingi kegiatan KKG-MGMP dan KKKS dan MKKKS.

31 32 33


(37)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Kemampuan Kerja Pengawas (X1)

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item

- Menurut Gibson (dalam Suharsaputra, 2010: 147) bahwa kemampuan merupakan salah satu variabel individu yang berpengaruh terhadap performance seseorang selain keterampilan, mental fisik, latar belakang keluarga, pengalaman, dan faktor demografi.

- Faktor kemampuan sebagai penentu keberhasilan kerja ditekankan oleh Zane K. Quible (dalam

Suharsaputra, 2010: 148) bahwa ability atau kemampuan akan menentukan bagaimana

Kemampuan kerja pengawas (X1) adalah seperangkat pengetahuan (knowledge) dan

keterampilan (skill) yang dimiliki pengawas sekolah dasar (SD) untuk melakukan pekerjaannya dengan baik meliputi kemampuan melakukan supervisi akademik dan kemampuan supervisi manajerial. Kemampuan kerja pengawas mencakup kemampuan mengembangkan orang, kemampuan merancang dan mengembangkan kurikulum, kemampuan meningkatkan pengajaran di kelas, kemampuan melakukan kerjasama, 1. Kemampuan Supervisi Akademik a. Kemampuan Mengembang-kan Orang.

 Mampu membantu guru mendesain pengalaman belajar untuk siswa.

 Mampu mendorong kepala sekolah mengembangkan dirinya.

 Mampu membantu guru dan kepala sekolah

mengembangkan kemampuan mereka.

 Mampu mendorong guru dan kepala sekolah merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya.

1 2 3 4 b. Kemampuan Merancang dan Mengembang-kan Kurikulum

 Mampu bekerjasama dengan guru dan kepala sekolah dalam mengembangkan kurikulum.

 Sebagai sumber informasi adanya perubahan atau perbaikan kurikulum.

 Mampu memberikan solusi

5

6, 7


(38)

seseorang dapat kemampuan mengadakan konkrit terhadap

permasalahan pelaksanaan

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item

melakukan pekerjaan, bakat akan peran dalam membantu melaksanakan pekerjaan jika ada

kesesuaian dengan jenis pekerjaannya.

- Wiles & Bondi (1986: 77-270) bahkan

menyebutkan ada enam skill areas of supervision yang harus dimiliki educational supervisor atau pengawas sekolah yakni:

a.Aiding Human Development (Membantu Pengembangan Manusia) b.Designing and

Developig Curriculum (Merancang dan

pengembangan staf, dan kemampuan administratif. kurikulum. d. Kemampuan Meningkatkan Pengajaran di Kelas.

 Mampu memahami berbagai bidang studi dan

perkembangannya yang relevan di sekolah.

 Mampu membantu guru menyusun silabus dan RPP.

 Mampu membantu guru memperkaya materi sesuai tingkatan kelas.

 Menguasai teori dan konsep pembelajaran.

 Mampu membantu guru memahami dan memilih teknik pembelajaran.

 Mampu menyusun kriteria dan indikator keberhasilan.

 Mampu membina guru untuk menilai hasil pelaksanaan suatu program, pembelajaran, dan materi. 9 10, 11 12 13 14 15 16, 17


(39)

Mengembangkan Kurikulum).

c. Improving classroom

 Mampu membimbing guru dalam menyusun PTK.

18

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item

Instruction (meningkatkan pengajaran di kelas). d. Encouraging human

relaitions (mendorong hubungan manusia). e. Providing staff

development (mengadakan pengembangan staf). f. Fulfiling administrative function (memenuhi fungsi administratif). 2. Kemampuan Supervisi Manajerial. a. Kemampuan Melakukan Kerjasama.

 Mampu bekerja dalam kelompok.

Mampu menjadi public relation bagi sekolah.

 Aktif dalam kegiatan asosiasi pengawas sekolah. 19 20 21, 22 b. Kemampuan Mengadakan Pengembangan Staf.

 Mampu menganalisis kebutuhan pengembangan kepala sekolah dan guru.

 Mampu merencanakan kegiatan pengembangan kepala sekolah dan guru.

 Mampu menilai kinerja kepala sekolah dan guru.

 Memiliki ketajaman dalam melihat potensi seluruh anggota sekolah untuk dikembangkan.

 Mampu mengoordinir seluruh anggota sekolah.

23

24

25 26

27 c. Kemampuan  Memiliki kreativitas dalam 28


(40)

Administratif. bekerja dan mampu memberikan saran

pemecahan masalah kepada guru dan kepala sekolah.

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item  Mampu membimbing

pengelolaan administratif kepala sekolah dan guru.

 Mampu memantau pelaksanaan SNP.

29

30, 31


(41)

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Motivasi Kerja (X2)

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item

- Motivasi adalah

keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang

merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. Motivasi merupakan sesuatu yang pokok yang mendorong seseorang bekerja. (Arep dan Tanjung, 2004: 12; dan GR Terry dalam Hasibuan, 2005: 145). - Berdasarkan teori yang dikemukakan Frederick

Motivasi kerja (X2) merupakan dorongan dari dalam diri pengawas Sekolah Dasar (SD) untuk giat bekerja dan melaksanakan pekerjaan, tugas, dan tanggung jawabnya sebagai pengawas yang terlihat pada unjuk kerjanya. Motivasi kerja pengawas dipengaruhi oleh faktor higiene dan faktor motivator.

1. Faktor Higiene (dissatisfier)

a. Gaji.  Besarnya tunjangan fungsional.

 Kesejahteraan.

1 2, 3 b. Keamanan

Pekerjaan. 

Aman dan nyaman bekerja. 4 c. Kondisi Kerja.  Kerapihan tempat kerja.

 Ketepatan waktu.

 Kemandirian dalam bekerja.

5 6 7 d. Status.  Diakui keberadaannya

sebagai pengawas.

8, 9 e. Prosedur Kerja.  Merencanakan,

mengupayakan dan mengusahakan semua pekerjaan.

 Berpedoman pada buku kerja pengawas sekolah.

10, 11


(42)

Herzberg (Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, 2007; dan Mathis & Jackson, 2006) mengasumsikan dua faktor dalam motivasi yakni faktor higiene dan

 Konsisten dalam

melaksanakan pekerjaan.

13 f. Kualitas

Hubungan Interpersonal.

 Menjalin kerjasama dengan kepala sekolah dan guru.

14

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item

faktor motivator.  Terjalin keakraban (tanpa

gap) dengan guru dan kepala sekolah.

15

2. Motivator (satisfier)

a. Pencapaian.  Berusaha untuk mencapai prestasi dalam bekerja.

 Bangga dengan prestasi yang diperoleh.

 Memiliki target keberhasilan.

16 17 18 b. Pengakuan.  Penghargaan atas prestasi.

 Diterima dan dihormati di tempat kerja.

19 20, 21 c. Tanggung

jawab. 

Bekerja keras.

 Komitmen pada tugas.

 Optimis/tidak mudah menyerah.

22 23,24

25 d. Kemajuan.  Peduli pada tujuan

organisasi.


(43)

 Cepat, tepat, dan proaktif. 28, 29 e. Pekerjaan itu

sendiri. 

Pekerjaan sebagai pengawas memiliki arti bagi diri pengawas.

30

f. Kemungkinan untuk tumbuh. 

Kesempatan untuk mengembangkan kemampuan.

31

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item  Kesempatan promosi jabatan.

 Percaya diri.

32 33


(44)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Untuk memeroleh kuesioner dengan hasil yang mantap adalah dengan proses uji coba atas kuesioner yang telah disusun (Arikunto, 2006: 226). Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel, maka sebelum instrumen kuesioner tersebut diberikan kepada responden, maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu (Sugiyono, 2009: 203).

Uji coba instrumen dilakukan kepada 10 orang pengawas Sekolah Dasar di Kabupaten Bandung Barat yakni di luar populasi dengan pertimbangan memiliki karakteristik mendekati karakteristik populasi yakni pengawas sekolah dasar di lingkungan Kabupaten dimana pengawas berkantor di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pendidikan di setiap Kecamatan. Seperti dikemukakan Arikunto (2006: 210) bahwa apabila dimungkinkan sebaiknya subjek uji coba diambilkan dari populasi yang nantinya tidak akan dikenai penelitian artinya boleh mengambil dari luar populasi dengan syarat bahwa ciri-cirinya sama atau hampir sama dengan ciri-ciri populasi yang akan diselidiki misalnya kesamaan kebudayaan, adat-istiadat, agama, cara hidup, dan sebagainya yang paling banyak memengaruhi data penelitian.

1. Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009: 173). Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi (Arikunto, 2006: 168).

Untuk menguji validitas butir soal digunakan korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

Keterangan:


(45)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y N = Jumlah responden

ΣX = Jumlah skor variabel X ΣY = Jumlah skor variabel Y

ΣX2 = Jumlah skor kuadrat variabel X ΣY2 = Jumlah skor kuadrat variabel Y

ΣXY = Jumlah perkalian antara skor variabel X dengan skor variabel Y

(Arikunto, 2006: 72). Kemudian hasil r hitung dibandingkan dengan r tabel dengan taraf signifikani 5%. Butir soal dikatakan valid jika r hitung > r tabel. Jika r hitung < r tabel maka butir soal dikatakan tidak valid. Nilai r tabel yang digunakan ialah pada tabel nilai r product moment (Arikunto, 2006: 75). Namun, untuk memudahkan penghitungan maka digunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) PASW Statistic 18.

Instrumen penelitian diujicobakan kepada 10 orang responden dengan hasil uji validitas menggunakan SPSS 18.0 sebagai berikut:

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Pengawas (Y)

Nomor Butir

Pearson

Correlation N r tabel Validitas Keterangan

1 0,762 10 0,632 Valid

2 0,556 10 0,632 Tidak Valid Diperbaiki

3 0,851 10 0,632 Valid

4 0,832 10 0,632 Valid

5 0,947 10 0,632 Valid

6 0,556 10 0,632 Tidak Valid Diperbaiki

7 0,791 10 0,632 Valid

8 0,706 10 0,632 Valid

9 0,762 10 0,632 Valid

10 0,762 10 0,632 Valid

11 0,660 10 0,632 Valid

12 0,762 10 0,632 Valid

13 0,762 10 0,632 Valid

14 0,851 10 0,632 Valid

15 0,917 10 0,632 Valid

16 0,867 10 0,632 Valid

17 0,372 10 0,632 Tidak Valid Dihapus

18 0,706 10 0,632 Valid


(46)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

20 0,762 10 0,632 Valid

21 0,876 10 0,632 Valid

22 0,762 10 0,632 Valid

23 0,947 10 0,632 Valid

Nomor Butir

Pearson

Correlation N r tabel Validitas Keterangan

24 0,876 10 0,632 Valid

25 0,480 10 0,632 Tidak Valid Dihapus

26 0,947 10 0,632 Valid

27 0,910 10 0,632 Valid

28 0,765 10 0,632 Valid

29 0,785 10 0,632 Valid

30 0,910 10 0,632 Valid

31 -0,026 10 0,632 Tidak Valid Diperbaiki

32 0,702 10 0,632 Valid

33 0,765 10 0,632 Valid

34 0,917 10 0,632 Valid

35 0,706 10 0,632 Valid

Hasil pengujian r dikonsultasikan terhadap r product moment atau r tabel. Berdasarkan nilai r product moment untuk 10 responden uji coba pada taraf signifikansi 5% ialah 0,632. Dari pengujian ini diperoleh hasil bahwa dari 35 butir kuesioner variabel Kinerja Pengawas (Y) 5 butir dinyatakan tidak valid yakni butir nomor 2, 6, 17, 25, dan 31.

1) Nomor 2 diperbaiki menjadi “Mendukung guru yang dibina untuk meningkatkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi”. 2) Nomor 6 diperbaiki menjadi “Bekerja dalam lingkungan kerja

yang rapi dan teratur”.

3) Nomor 17 dihapus karena kurang esensial dengan aspek yang ada dan telah terwakili dengan butir nomor 18 dalam satu indikator yang sama.

4) Nomor 25 dihapus karena kurang esensial dan kurang relevan dengan aspek yang ada.

5) Nomor 31 diperbaiki menjadi “Membantu kepala sekolah dalam melaksanakan Evaluasi Diri Sekolah (EDS)” dan menjadi butir nomor 29 dalam angket penelitian.


(47)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Sementara itu, hasil pengujian validitas butir angket untuk variabel Kemampuan Kerja (X1) menunjukkan bahwa dari 44 butir pernyataan dinyatakan 7 butir tidak valid yaitu butir nomor 7, 14, 22, 25, 33, 37, dan 44.

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Variabel Kemampuan Kerja (X1) Nomor

Butir

Pearson

Correlation N r tabel Validitas Keterangan

1 0,795 10 0,632 Valid

2 0,876 10 0,632 Valid

3 0,777 10 0,632 Valid

4 0,927 10 0,632 Valid

5 0,820 10 0,632 Valid

6 0,680 10 0,632 Valid

7 0,496 10 0,632 Tidak Valid Diperbaiki

8 0,777 10 0,632 Valid

9 0,795 10 0,632 Valid

10 0,963 10 0,632 Valid

11 0,672 10 0,632 Valid

12 0,730 10 0,632 Valid

13 0,705 10 0,632 Valid

14 0,544 10 0,632 Tidak Valid Diperbaiki

15 0,831 10 0,632 Valid

16 0,942 10 0,632 Valid

17 0,672 10 0,632 Valid

18 0,788 10 0,632 Valid

19 0,927 10 0,632 Valid

20 0,730 10 0,632 Valid

21 0,705 10 0,632 Valid

22 0,624 10 0,632 Tidak Valid Diperbaiki

23 0,763 10 0,632 Valid

24 0,644 10 0,632 Valid

25 0,531 10 0,632 Tidak Valid Dihapus

26 0,644 10 0,632 Valid

27 0,790 10 0,632 Valid

28 0,705 10 0,632 Valid

29 0,690 10 0,632 Valid

30 0,901 10 0,632 Valid

31 0,790 10 0,632 Valid

32 0,914 10 0,632 Valid

33 0,541 10 0,632 Tidak Valid Diperbaiki

34 0,705 10 0,632 Valid

35 0,744 10 0,632 Valid

36 0,736 10 0,632 Valid

37 0,541 10 0,632 Tidak Valid Dihapus


(48)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

39 0,690 10 0,632 Valid

40 0,940 10 0,632 Valid

41 0,690 10 0,632 Valid

42 0,901 10 0,632 Valid

43 0,804 10 0,632 Valid

44 0,230 10 0,632 Tidak Valid Diperbaiki

1) Nomor 7 diperbaiki menjadi “Menganalisis kebutuhan pengembangan kemampuan guru dan kepala sekolah.”

2) Nomor 14 diperbaiki menjadi “Mengupayakan kegiatan pelatihan bagi guru dan kepala sekolah.”

3) Nomor 22 diperbaiki menjadi “Membimbing guru dalam memahami prosedur penyusunan RPP yang benar.”

4) Nomor 25 dihapus kurang esensial dengan aspek yang ada dan telah terwakili dengan butir nomor 24 dalam satu indikator yang sama.

5) Nomor 33 diperbaiki menjadi “Melakukan penelitian untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan tugas kepengawasan”.

6) Nomor 37 dihapus karena kurang esensial dengan aspek yang ada dan telah terwakili butir nomor 35 dan 36 dalam satu indikator yang sama.

7) Nomor 44 diperbaiki menjadi “Menjadi anggota aktif dalam kelompok kerja pengawas”.

Namun, karena terjadi perubahan kisi-kisi instrumen untuk variabel kemampuan kerja (X1) maka terdapat perubahan dalam penyusunan nomor butir.

Sedangkan pengujian validitas terhadap 34 butir pernyataan variabel Motivasi Kerja (X2) terdapat 5 butir yang dinyatakan tidak valid yakni nomor 1, 4, 12, 20, dan 34.


(49)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja (X2) Nomor

Butir

Pearson

Correlation N r tabel Validitas Keterangan

1 0,273 10 0,632 Tidak Valid Dihapus

2 0,713 10 0,632 Valid

3 0,760 10 0,632 Valid

4 0,443 10 0,632 Tidak Valid Diperbaiki

5 0,811 10 0,632 Valid

Nomor Butir

Pearson

Correlation N r tabel Validitas Keterangan

6 0,870 10 0,632 Valid

7 0,742 10 0,632 Valid

8 0,821 10 0,632 Valid

9 0,821 10 0,632 Valid

10 0,870 10 0,632 Valid

11 0,907 10 0,632 Valid

12 0,443 10 0,632 Tidak Valid Diperbaiki

13 0,811 10 0,632 Valid

14 0,742 10 0,632 Valid

15 0,821 10 0,632 Valid

16 0,760 10 0,632 Valid

17 0,811 10 0,632 Valid

18 0,685 10 0,632 Valid

19 0,922 10 0,632 Valid

20 0,273 10 0,632 Tidak Valid Diperbaiki

21 0,865 10 0,632 Valid

22 0,865 10 0,632 Valid

23 0,832 10 0,632 Valid

24 0,811 10 0,632 Valid

25 0,685 10 0,632 Valid

26 0,679 10 0,632 Valid

27 0,832 10 0,632 Valid

28 0,726 10 0,632 Valid

29 0,685 10 0,632 Valid

30 0,922 10 0,632 Valid

31 0,685 10 0,632 Valid

32 0,713 10 0,632 Valid

33 0,922 10 0,632 Valid

34 0,401 10 0,632 Tidak Valid Diperbaiki

1) Nomor 1 dihapus karena tidak esensial dan kurang sesuai dengan aspek yang ada.

2) Nomor 4 diperbaiki menjadi “Mengharapkan kenaikan tunjangan untuk meningkatkan kesejahteraan” dan menjadi butir nomor 3 dalam angket penelitian.


(50)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

3) Nomor 12 diperbaiki menjadi “Mengupayakan dan mengusahakan prestasi tinggi dalam bekerja” dan menjadi butir nomor 11 dalam angket penelitian.

4) Nomor 20 diperbaiki menjadi “Menerima penghargaan dari atasan atas prestasi yang diperoleh” dan menjadi butir nomor 19 dalam angket penelitian.

5) Nomor 34 diperbaiki menjadi “Percaya pada kemampuan diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan” dan menjadi butir nomor 33 dalam angket penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Secara sederhana, reliabilitas (reliability) berarti tahan uji atau dapat dipercaya. Sebuah alat evaluasi dipandang reliabel (reliable) atau tahan uji, apabila memiliki konsistensi atau keajegan hasil (Syah, 2008: 145). Jadi reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Uji reabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha Cronbach atau Rumus Alpha karena digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 yakni untuk angket (kuesioner) dengan rumus:

(

)

Keterangan :

rII = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ = Jumlah varian butir

σ2

t = Varians total

(Arikunto, 2006: 196). Harga r11 dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Instrumen dikatakan reliabel jika r II > r tabel dan sebaliknya jika r II < r tabel instrumen dikatakan tidak reliabel pada taraf signifikansi 5% (Riduwan, 2013: 128).


(51)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Tabel 3.9 Interpretasi Nilai r

Besarnya nilai r Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Antara 0,600 sampai dengan 0,799 Antara 0,400 sampai dengan 0,599 Antara 0,200 sampai dengan 0,399 Antara 0,000 sampai dengan 0,199

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

(Arikunto, 2006: 75) Pengukuran reliabilitas instrumen yang diujicobakan pada 10 orang responden di luar populasi dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach pada taraf signifikansi 5% menunjukkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.10

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel rII Interpretasi

Y 0,975 Sangat Tinggi X1 0,978 Sangat Tinggi

X2 0,973 Sangat Tinggi

Dari hasil uji reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa angket yang telah diujicobakan memiliki reliabilitas sangat tinggi sehingga memenuhi syarat untuk digunakan sebagai instrumen penelitian terhadap populasi yang telah ditentukan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik tertentu bertujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel-variabel yang diteliti (Azwar, 2007: 36 dan 91). Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Angket (Kuesioner)

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada


(52)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

responden untuk dijawab. Kuesioner dapat berupa pertanyaan tertutup atau terbuka (Sugiyono, 2011). Angket merupakan suatu bentuk instrumen pengumpulan data yang sangat fleksibel dan relatif mudah digunakan (Azwar, 2007: 101). Dalam penelitian ini, angket digunakan sebagai instrumen utama untuk memeroleh data penelitian.

Dalam penelitian ini angket yang digunakan ialah angket tertutup berupa pernyataan yang harus dijawab oleh responden dan jawabannya telah disediakan sehingga responden tinggal memilih. Dipandang dari bentuknya, angket berupa rating scale (skala bertingkat) yakni sebuah pernyataan yang diikuti kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan dari mulai Selalu, Sering, Jarang, dan Tidak Pernah (Arikunto, 2006: 152).

Angket digunakan untuk mengukur setiap variabel dalam penelitian yakni Kinerja Pengawas (Y), Kemampuan Kerja Pengawas (X1), dan Motivasi Kerja Pengawas (X2). Angket dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.

b. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden.

c. Akan mendapatkan jawaban yang relatif seragam sehingga memudahkan analisis data.

d. Pengumpulan data lebih efisien dalam hal waktu, tenaga, dan biaya.

2. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data merupakan suatu proses yang digunakan mengumpulkan data bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2009: 203).

Berdasarkan segi instrumentasi yang digunakan maka observasi yang dilakukan dalam penelitian ini termasuk dalam observasi tidak terstruktur karena observasi dilakukan tanpa persiapan sistematis tentang apa yang


(53)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

akan diobservasi sehingga peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku. Hasil observasi digunakan untuk melakukan pertimbangan dalam menentukan permasalahan yang akan diteliti dan pemilihan populasi penelitian.

3. Wawancara (Interview)

a. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara tidak terstruktur melalui tatap muka (face to face) karena peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun sistematis kepada narasumber. Wawancara ini digunakan sebagai penelitian pendahuluan untuk memperoleh informasi awal dari permasalahan yang diteliti dan untuk melengkapi data penelitian.

b. Wawancara terstruktur

Wawancara juga digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk memastikan data yang diperoleh dari populasi penelitian (pengawas sekolah dasar) dengan melakukan wawancara terhadap pihak sekolah sebagai pihak yang dikenai kinerja pengawas (guru dan kepala sekolah). Wawancara digunakan sebagai sumber data pendukung dalam penelitian ini.

4. Studi Dokumentasi

Dokumen dari asal katanya ialah dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Jadi dalam penelitian ini dibutuhkan data-data tertulis yakni data hasil akreditasi jenjang sekolah dasar di Kabupaten Magelang, data jumlah dan penyebaran pengawas Sekolah Dasar, jumlah Sekolah Dasar, dan jumlah guru Sekolah Dasar di Kabupaten Magelang yang


(1)

150

kerja, pengetahuan, pengalaman, pengambilan keputusan, dan lain-lain. Selain itu, untuk melakukan penilaian terhadap kinerja pengawas sekolah dapat dicoba diukur dengan persepsi kepala sekolah dan guru sebagai pihak yang diberikan layanan oleh pengawas atau persepsi pihak Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga yang memberikan penilaian sehingga kemungkinan pengukuran yang dilakukan lebih objektif.


(2)

151

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arep, I. dan Tanjung, H. (2004). Manajemen Motivasi. Jakarta: PT Grasindo. Arikunto, Suharsimi. (2004). Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Astuti, Sarwa. (2010). Pengaruh Motivasi dan Kompetensi Pengawas terhadap

Kinerja Pengawas Sekolah Dasar. Tesis. Program Pascasarjana – UPI

Bandung, tidak diterbitkan.

Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Akreditasi Nasional. (2013). Hasil Akreditasi Jenjang Sekolah Dasar

Kabupaten Magelang. [Online]. Tersedia: www.ban-sm.or.id [28 Juni

2013]

Castetter, William B. (1996). The Human Resource Function in Educational Administration (Sixth Edition). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Dale, Margaret. (2003). Developing Management Skills. Jakarta: PT Gramedia. Engkoswara dan Komariah, A. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Fathurrohman, P. dan Suryana, AA. (2011). Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan Proses Pengajaran. Bandung: Refika Aditama.

Hasibuan, Malayu S.P. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ivancevich, John M., Konopaske, R. dan Matteson, Michael T. (2007). Perilaku dan Manajemen Organisasi (Jilid 1). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Bagian Humas dan Protokol Kabupaten Magelang Jawa Tengah. (2013). Bupati

Minta Kualitas Pendidikan Ditingkatkan. [Online]. Tersedia:


(3)

152

Kunandar. (2008). Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Laalisa. (2011). “Efektivitas Pengawasan Sekolah Dasar di Kota Bau-Bau.” Jurnal Pendidikan. 12, (1), 52-61.

Ladany, N., Mori, Y. and Mehr, Kristin E. (2012). Effective and Ineffective Supervision. Dalam The Counseling Psychologist [Online], 20 halaman. Tersedia: http://tcp.sagepub.com/content/41/1/28. [28 Januari 2013] Lovell, John T. and Wiles, K. (1983). Supervision for Better School: Fifth Edition.

New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Mangkunegara, Anwar P. (2009). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT Refika Aditama.

Mathis, Robert L. dan Jackson, John H. (2006). Human Resource Management (10 ed.). Terjemahan: Diana Angelica. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Moeheriono. (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Penerbit

Ghalia Indonesia.

Mulyasa, E. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslim, Sri B. (2009). Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Napitupulu, Ester L. dan Mulyadi, Agus. (2012, 5 Mei). Kinerja Pengawas Sekolah Dikeluhkan. Kompas [Online]. Tersedia: http://nasional.kompas.com/read/2012/05/05/13370282

/Kinerja.Pengawas.Sekolah.Dikeluhkan [Mei 2012]

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor: 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


(4)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Profesionalisme Pengawas Sekolah di MM UGM Yogyakarta pada tanggal 11 Januari 2012.

Purwanto, Ngalim. (2010). Administrasi & Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Buku Kerja Pengawas Sekolah. Jakarta: Kemendiknas. Riduwan dan Akdon. (2009). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika.

Bandung: Penerbit Alfabeta.

Riduwan dan Sunarto. (2012). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta. Riduwan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Penerbit

Alfabeta.

Rivai, Veithzal, dkk. (2005). Performance Appraisal (Edisi Kedua). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Rivai, Veithzal dan Murni, S. (2010). Education & Management: Analisis Teori dan Praktik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sagala, Syaiful. (2010). Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

. (2010). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu

Pendidikan – Pembukaan Ruang Kreativitas, Inovasi dan Pemberdayaan

Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah. Bandung: CV Alfabeta. Sahertian, Piet A. (2008). Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sallis, Edward. (2011). Total Quality Management in Education: Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Jogjakarta: Penerbit IRCiSoD.

Sedarmayanti. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT Refika Aditama. Sergiovanni, Thomas J. and Starratt, Robert J. (2010). Supervision: Human


(5)

154

Setiyono, Imam. (2005). Supervisi Pendidikan Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan

Dasar [Online], Vol. 6, No. 1, 8 halaman. Tersedia:

http://dikdas.jurnal.unesa.ac.id. [17 Oktober 2012]

Siagian, Sondang P. (2009). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kinerja. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Sudin, Ali. (2008). Implementasi Supervisi Akademik terhadap Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar Se Kabupaten Sumedang. Jurnal Pendidikan Dasar [Online], Nomor: 9-April 2008, 4 halaman. Tersedia: http://file.upi.edu/direktori/. [17 Oktober 2012]

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pedekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

.(2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suhardan, Dadang. (2007). “Efektivitas Pengawasan Profesional dalam

Meningkatkan Mutu Pembelajaran pada Era Otonomi Daerah”.

Educationist. 1, (1), 55-61.

(2010). Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.

Sujak, Abi. (2006). “Standar Mutu Sekolah”. Jurnal Tenaga Kependidikan. 1, (2), 36-58.

Susetyo, Budi. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan FIP-UPI. (2002). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: FIP UPI.

Unal, Ali. (2010). Analysis of Perception on Supervisors in Primary Education. Science Direct [Online], 6 halaman. Tersedia: http://ac.els-cdn.com/. [9 Maret 2013]


(6)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Utari, Rahmania. (2012). Penguatan Fungsi Pengawas Sekolah dalam Kerangka Perbaikan Mutu Pendidikan di Indonesia. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/. [24 April 2013]

Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pendidikan (Learning Organization). Bandung: Penerbit Alfabeta.

Wibowo. (2009). Manajemen Kinerja (Edisi Kedua). Jakarta: Rajawali Press. Wiles, Jon. & Bondi, J. (1986). Supervision A Guide to Practice (Second ed.).

Ohio: Charles E. Merill Publishing Company.

Winardi, J. (2007). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN, TERHADAP MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN TABANAN – BALI

0 6 7

PENGARUH KETERLIBATAN, DISIPLIN, DAN KOMPENSASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN TEGAL

5 31 248

Pengaruh Motivasi kerja dan Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus

0 7 151

PENGARUH KOMPETENSI PEGAWAI, MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN DELI SERDANG.

0 9 24

KONTRIBUSI SUPERVISI, MOTIVASI KERJA, DAN KOMUNIKASI GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SEKOLAH DASAR DI UPTD KONTRIBUSI SUPERVISI, MOTIVASI KERJA, DAN KOMUNIKASI GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SEKOLAH DASAR DI UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN PULOKULON KABUPATEN GRO

0 2 14

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN UNGARAN.

0 1 6

PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWAKARTA.

1 4 44

PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI PENGAWAS TERHADAP KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR (Studi Deskriptif Analisis Kuantitatif Tentang Pengaruh Motivasi dan Kompetensi Pengawas Terhadap Kinerja Pengawas Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bekasi).

0 0 7

Pengaruh Diklat dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjarnegara.

1 5 194

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA, DAN OLAHRAGA KABUPATEN SLEMAN.

3 13 156