PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE MELALUI “5E” DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA :Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Smu Negeri 11 Ambon.

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN………. i

ABSTRAK……….. ii

KATA PENGANTAR……… iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………. iv

DAFTAR ISI……….. viii

DAFTAR TABEL………... x

DAFTAR GAMBAR……….. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Rumusan Masalah……….. 11

C. TujuanPenelitian………. 12

D. Manfaat Penelitian……….. 12

E. Metode Penelitian………... 13

F. Lokasi dan Objek Penelitian……… 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori……..………. 15

1. Hakikat Pembelajaran ……….. 15

2. Teori Belajar Konstruktivisme ……… 27

3. Pembelajaran Learning Cycle ……….. 31

4. Ruang lingkup Berpikir Kreatif ………... 41

5. Peran Pembelajaran learning cycle dalam Membentuk Kemampuan Berpikir Kreatif ………... 60


(2)

C. Kerangka Berpikir ………. 67

D. Hipotesis Penelitian ……… 69

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian………. 71

B. Objek Penelitian ………. 72

C. Variabel dan Definisi Operasional……….. 72

D. Teknik Pengumpulan Data……….. 73

E. Teknik Analisis Data………... 81

F. Alur Penelitian………. 86

G. Skenario Penelitian……….. 88

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian……… 90

1. Diskripsi Lokasi Penelitian………. 90

2. Keterlaksanaan Strategi Learning Cycle (LC) Pada Kelas Eksperimen 92 3. Keterlaksanaan Pembelajaran Pada Kelas Kontrol……… 96

4. Hasil Uji Instrumen dan Persyaratan Analisis……… 98

5. Hasil Pengujian Hipotesis………... 104

B. Pembahasan Penelitian……… 115

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan………. 124

B. Rekomendasi……….. 125

DAFTAR PUSTAKA………. 127 LAMPIRAN


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar, mengingat kemampuan memahami dari peserta didik di Indonesia hanya berada ditingkat kemampuan mengingat fakta-fakta. Hal ini menjadikan peserta didik tidak memiliki kemampuan dalam segi afektif dan psikomotoriknya. Perkembangan peserta didik khususnya di tingkat sekolah menengah umum (SMU) seharusnya telah mencapai tahap penalaran operasi formal dimana pada tahap ini seorang anak sudah harus mampu memecahkan masalah abstrak secara logis, berpikir ilmiah, serta mengembangkan isu-isu sosial dan identitas sosial. Kemampuan ini dapat dikembangkan jika siswa memiliki tingkat kreativitas yang tinggi melalui hasil aktivitas pembelajaran di kelas. Namun, kemampuan ini belum sepenuhnya terlihat dalam proses pembelajaran. Persoalan ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia masih mengalami masalah dalam hal kualitas pendidikannya.

Sanjaya (2009:320) menyatakan bahwa rendahnya kualitas pendidikan jika dilihat dari sisi proses adalah adanya anggapan bahwa selama ini proses pendidikan yang dibangun oleh guru dianggap cenderung terbatas pada penguasaan materi pelajaran atau bertumpu pada pengembangan aspek kognitif tingkat rendah yang tidak mampu mengembangkan kreativitas berpikir proses pendidikan atau proses


(4)

belajar mengajar dianggap cenderung menempatkan siswa sebagai objek yang harus diisi dengan berbagai informasi dan bahan-bahan hafalan.

Wankat dan Oerovoc dalam Wena (2010:138-139) menyatakan bahwa salah satu kesulitan yang seringkali menjadi kesulitan guru adalah bagaimana cara meningkatkan kreativitas yang masih terpendam dalam diri siswa.

Berdasarkan pernyataan di atas, persoalan kreativitas menjadi salah satu factor penting dalam menunjang proses pembelajaran. Kreativitas harus dapat ditunjukkan baik oleh siswa maupun oleh guru. Jika proses pembelajaran memuat kemampuan berpikir yang kreatif maka tentu saja aktivitas belajar akan terjadi dan kesemuanya itu akan berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh oleh siswa terutama pegalaman belajar yang dapat dimiliki oleh siswa.

Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa. Hasil karya ilmu pengetahuan dan teknologi seperti mobil, pesawat, kereta api, lampu, komputer, televisi dan masih banyak lagi sarana yang mempermudah kerja manusia, kini bukan menjadi barang asing lagi. Itu semua merupakan hasil karya kreativitas yang dikembangkan oleh manusia-manusia kreatif. Jika manusia tidak kreatif, tidak akan ada penemuan karya baru, cara baru ataupun solusi baru dalam menghadapi berbagai kesulitan. Tidak dapat dipikirkan jika manusia tidak suka berpikir dan mencoba hal-hal baru, sangat mungkin saat ini kita masih berada di zaman batu. Kreatif merupakan kemampuan untuk menciptakan. Imajinatif, inovatif, dan artistik yang dicirikan dengan sesuatu yang asli dan baru (Rachmawati dan kurniati, 2005:3).


(5)

Oleh karena itu unsur kreatif diperlukan dalam proses berpikir untuk berbagai hal. Berpikir kreatif ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Semakin kreatif seseorang, semakin banyak alternatif penyelesaiannya. Berpikir kreatif dapat membantu siswa dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, dimana perubahan itu berjalan sangat cepat. Oleh karena itu, pengembangan kemampuan berpikir kreatif dapat menuntun mereka menyesuaikan diri dengan kondisi hidupnya.

Dalam proses pembelajaran di kelas, kreativitas ditunjukkan melalui aktivitas belajar. Guru berfungsi sebagai pendorong kreativitas, dimana guru harus senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani siswa, melalui kemampuan menggali dan meningkatkatkan aktivitas dan kreativitas belajar siswa.

Siswa juga harus memiliki kreativitas dalam belajar. Hal ini dapat ditunjukkan melalui beberapa kemampuan yang menunjukkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, antara lain :

- Kemampuan bertanya

- Kemampuan melakukan pengamatan

- Kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasi hasil pengamatan - Kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan klasifikasi

- Kemampuan menggunakan alat dan bahan untuk memperoleh pengalaman secara langsung

- Kemampuan merencanakan suatu kegiatan penelitian

- Kemampuan menggunakan dan menerapkan konsep yang telah dikuasai dalam suatu situasi baru


(6)

- Kemampuan menyajikan suatu hasil pengamatan dan atau hasil penelitian Jika kemampuan-kemampuan yang disebutkan di atas, dapat ditunjukkan oleh siswa dan diorganisir dengan baik oleh guru, maka secara mutlak proses pembelajaran akan menghasilkan menusia-manusia yang bukan saja memiliki prestasi sebatas nilai/angka yang tinggi, namun lebih dari itu prestasi akan dapat ditunjukkan sepanjang kehidupannya melalui sikap dan perilakunya yang tentunya akan berpengaruh baik terhadap diri pribadinya maupun terhadap masyarakat.

Mata pelajaran Ekonomi di tingkat persekolahan merupakan bagian dari disiplin ilmu sosial, adalah mata pelajaran yang materinya terdiri dari konsep-konsep dan teori-teori yang mengkaji peristiwa-peristiwa ekonomi di dalam masyarakat. Oleh karena itu, untuk mengkaji perbagai peristiwa dan permasalahan ekonomi tersebut diperlukan kemampuan berpikir kreatif sehingga permasalahan yang dihadapi dapat terpecahkan dengan solusi terbaik. Optimalisasi siswa dalam pembelajaran mampu memberikan kesempatan yang luas bagi mereka untuk terlibat dalam proses berpikir kreatif, yang nantinya dapat bermanfaat dalam kehidupan mereka di masyarakat.

Dalam proses pembelajarannya, muatan materi dengan proses berpikir kreatif belum nampak. Hal ini menjadikan mata pelajaran ekonomi sebagai salah satu mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa sehingga berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar. Hal ini terlihat pada salah satu sekolah menengah umum di Ambon yang kemudian akan dijadikan lokasi penelitian ini. Sesuai dengan hasil ujian akhir semester genap SMU Negeri 11 Ambon pada tiga tahun belakangan diperoleh nilai


(7)

mata pelajaran Ekonomi rata-rata di kelas X yaitu 6,10 tahun 2007 menurun menjadi 6,00 sedangkan tahun 2010 naik menjadi 6,30 tetapi nilai tersebut masih di bawah nilai yang ditetapkan melalui nilai ketuntasan minimal (KKM) yaitu 6,50.

Selanjutnya, dalam proses pembelajarannya, aktivitas dan kemampuan berpikir kreatif siswa sangat rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru ekonomi di sekolah yang bersangkutan via telepon pada tanggal 25 januari 2011, mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran, siswa cenderung pasif. Dari jumlah siswa rata-rata 40 orang, ternyata kemampuan proses yang ditunjukkan siswa sangat rendah. Hal ini dapat dilihat melalui tabel di bawah ini :

Tabel 1.1

Kemampuan siswa kelas X

Kemampuan Siswa (orang)

- Kemampuan Bertanya - Kemampuan Menjawab - Kemampuan

mengidentifikasikan - Kemampuan menganalisis - Kemampuan menilai

1 2 2 1 2 Sumber : Hasil wawancara (25 Januari 2011)

Adapun persoalan-persoalan di atas, baik menyangkut nilai ujian akhir semester serta penunjukkan kemampuan siswa dalam aktivitas belajar, disebabkan oleh pola pembelajaran ekonomi di kelas X SMA Negeri 11 Ambon masih berpusat pada guru. Hal ini menjadikan siswa tidak memiliki keaktifan dan kreativitas dalam belajar. Siswa telah terbiasa menerima semua informasi pengetahuan dari guru sehingga kemampuan dan keterampilan menemukan dan mencari sendiri sulit untuk


(8)

dikembangkan. Hal ini ditunjang dengan penggunaan metode mengajar yang bersifat konvensional sehingga perubahan pembelajaran tidak terlalu nampak.

Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pengembangan pembelajaran yang inspiratif, inovatif, menantang dan menyenangkan sehingga mengembangkan keaktifan belajar siswa serta kemampuan berpikir kreatifnya.

Salah satu upaya pengembangan pembelajaran yang dapat dilakukan dalam memacu kemampuan berpikir siswa serta dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui strategi pembelajaran yang tepat.

Berdasarkan pengamatan nyata, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini rata-rata kurang memperhatikan tingkatan kreativitas peserta didik. Masih banyak guru yang menggunakan metode pembelajaran bersifat konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan sangat didominasi oleh guru.

Hamalik ( 2007:170-172), menjelaskan tentang persoalan penggunaan metode pembelajaran konvensioal yang berpengaruh pada siswa perlu dirubah dengan menekankan pembelajaran pada aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini.

Target pencapaian pembelajaran hanya didasarkan pada pencapaian materi kurikulum, sehingga kemampuan yang ditanamkan guru pada peserta didik diarahkan kepada hafalan dan bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat pada proses pembelajaran di kelas, dimana guru menjadi satu-satunya sumber informasi pengetahuan. Dengan menggunakan metode ceramah, peserta didik hanya berperan sebagai pendengar yang setia, pencatat bahan materi dengan peluang bertanya yang kecil. Suasana pembelajaran seperti ini menjadikan peserta didik pasif dan tidak memiliki pengalaman belajar yang dapat meningkatkan kualitas dirinya.


(9)

Pembelajaran seperti ini adalah pembelajaran masa lampau yang memposisikan peserta didik sebagai individu yang siap mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran tradisional tidak mengenal asas aktivitas dalam proses pembelajaran. Kegiatan mandiri sebagai pengalaman belajar bagi siswa dianggap tidak bermanfaat. Guru sebagai satu-satunya sumber serba tahu yang menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Sistem penuangan isi buku dianggap lebih mudah dan baik bagi guru. Siswa hanya berperan sebagai penerima materi dari guru yang bersumber hanya dari buku.

Pembelajaran seperti yang disampaikan di atas, tidak dapat dipertahankan lagi. Hal ini didukung dengan hasil temuan-temuan baru dalam psikologi perkembangan dan psikologi belajar yang menggambarkan bahwa : (1) di dalam diri peserta didik terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Lembaga pendidikan perlu memberikan kesempatan agar potensi tersebut dapat berkembang menuju tingkat perkembangan yang diharapkan; (2) setiap peserta didik memiliki berbagai kebutuhan. Kebutuhan tersebut menimbulkan dorongan untuk berbuat termasuk perbuatan belajar dan bekerja, agar kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan dapat berubah dan bertambah, dengan demikian perbuatan yang dilakukan semakin banyak dan beraneka ragam pula.

Penemuan-penemuan ini menghadirkan pengajaran yang efektif, yaitu pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Peserta didik belajar sambil bekerja untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat

Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa pembelajaran dengan mengaktifkan siswa melalui pengalaman belajar yang akan dialami oleh dirinya sendiri akan lebih bermakna dibandingkan dengan pembelajaran berdasarkan penuangan isi buku secara menyeluruh dan hanya dilakukan oleh guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Diharapkan dengan perubahan pola pembelajaran yang diterapkan, maka siswa akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dan mampu menunjukkan sikap dan keterampilan yang baik pula. Di tingkat sekolah, hal ini terakumulasi melalui prestasi belajar.


(10)

Prestasi belajar ditunjukan melalui angka/nilai maupun kemampuan keterampilan yang dapat dimilikinya. Oleh karena itu upaya peningkatan prestasi belajar peserta didik perlu dikembangkan melalui desain pembelajaran yang memacu kemampuan dan keaktifan siswa. Dalam hal ini diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh siswa. Suasana kelas perlu direncanakan dan dikelola sedemikian rupa menggunakan ketepatan atribut pembelajaran agar siswa dapat menggali potensi dirinya dengan pengalaman belajar yang menyenangkan sehingga berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan dirinya melalui perolehan peningkatan prestasi. Dengan peningkatan prestasi belajar siswa, akan menentukan mutu pendidikan.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan secara umum dan pendidikan ilmu-ilmu sosial secara khususnya, maka pendidikan perlu dikembalikan kepada prinsip dasarnya yaitu sebagai upaya untuk memanusiakan manusia (humanisasi); mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berani dan mau menghadapi problema hidup tanpa rasa tertekan; serta mau, mampu dan senang meningkatkan kemampuan yang dimilikinya.

Pendidikan dalam arti luas, diartikan sebagai proses pengembangan semua aspek kepribadian manusia, baik aspek pengetahuan, nilai dan sikap, maupun keterampilan (Sanjaya, 2009:43). Hal ini merujuk kepada pengembangan individu dilihat dari usaha membekali dirinya dengan berbagai kemampuan yang disebutkan tadi. Oleh karena itu proses pembelajaran harus didesain dengan tujuan mengembangkan potensi dan kreativitas siswa. Munandar (1992:23) menyatakan


(11)

bahwa lingkungan pendidikan dapat turut memupuk kepribadian kreatif karena tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah mengusahakan suatu lingkungan yang setiap anak didiknya diberikan kesempatan untuk mewujudkan bakat dan kemauannya secara optimal sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhannya dan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, untuk mewujudkan perilaku kreatif, baik ciri-ciri kognitif maupun ciri-ciri afektif dari kreativitas, perlu dikembangkan secara terpadu dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika guru berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dicapai dan dimiliki siswa, maka pada saat itu juga guru harus berpikir starategi apa yang harus dilakukan agar kemampuan dalam diri siswa dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pelaksanaan proses pembelajaran akan lebih menarik apabila guru memilih model pembelajaran yang relevan dengan konsep yang sedang dipelajari. Dahlan (1990:15) menyatakan bahwa pemilihan model pembelajaran hendaknya relevan dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.

Pembelajaran dengan strategi learning cycle sebagai bagian dari pendekatan teori pembelajaran konstruktivisme, adalah suatu strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Pembelajaran ini dirancang untuk mengembangkan aktivitas belajar siswa melalui beberapa fase belajar. Fase-fase ini masing-masing memiliki tujuan pencapaian yang diharapkan dimiliki secara bertahap sehingga sampai kepada tujuan akhirnya.


(12)

Learning cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisir sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam proses pembelajaran dengan cara berperan aktif. Sehingga siswa tidak hanya berperan sebagai objek belajar namun dia akan lebih berperan sebagai subjek belajar melalui pengalaman belajar yang dilakukan sendiri. Guru dalam implementasi model ini menempatkan dirinya sebagai fasilitator yang akan mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan terutama pengembangan perangkat pembelajaran, pelaksanaan terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses bimbingan, serta evaluasi terutama evaluasi proses dan hasil tes.

Pembelajaran melalui strategi learning cycle dengan tahapannya, seyogyanya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kreativitas itu memungkinkan siswa untuk mempertemukan, menghubungkan, menggabungkan kenyataan, gagasan-gagasan sesuai dengan konsep yang diajarkan sehingga mampu menjawab berbagai persoalan yang dihadapai. Kemampuan itu dihasilkan tentu saja melalui tahapan-tahapan berpikir yang dimulai dari bawah ke atas.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam melalui penelitian dengan judul “ Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Learning Cycle Melalui “5E” Dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa”.


(13)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini difokuskan pada “Bagaimana pengaruh penerapan strategi pembelajaran Learning Cycle melalui “5E” dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa?”.

Perlu dijelaskan bahwa dalam penelitian ini, kelas kontrol tidak mendapat perlakuan dengan strategi learning cycle melainkan dengan strategi pembelajaran yang biasanya dilakukan oleh guru yaitu Advance Organizer.

Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa antara hasil pretest dan posttest pada siswa kelas yang menggunakan strategi learning cycle (kelas eksperimen)?

2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa antara hasil pretest dan posttest pada siswa kelas yang mendapat perlakuan advance organizer (kelas control) ?

3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran dengan strategi learning cycle dengan kelas yang mendapat perlakuan advance organizer ?


(14)

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan utama yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penerapan strategi learning cycle dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran ekonomi.

Tujuan khusus dari penelitian ini secara empiris adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa antara hasil pretest dan posttest pada siswa kelas yang menggunakan strategi learning cycle (kelas eksperimen).

2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa antara hasil pretest dan posttest pada siswa kelas yang mendapat perlakuan advance organizer (kelas kontrol).

3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran dengan strategi learning cycle dengan kelas yang mendapat perlakuan advance organizer.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menjadi sumbangan pada dunia pendidikan khususnya pengembangan strategi pembelajaran dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (ekonomi) serta sebagai landasan awal bagi pengembangan penelitian-penelitian sejenis yang terkait.


(15)

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi efektifitas pembelajaran dengan melibatkan guru dan siswa secara bersama-sama untuk pencapaian hasil yang lebih baik. Guru memiliki informasi tambahan tentang penggunaan strategi pembelajaran dalam mata pelajaran ekonomi. Siswa memiliki pengalaman belajar serta peningkatan kemampuan berpikir kreatif melalui diskusi dengan teman sekelas dalam kelompok dan mampu memecahkan masalah.

E. METODE PENELITIAN

Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Dalam proses penelitiannya, desain eksperimen menggunakan metode quasi eksperimen dengan non equivalent control groups pretest posttest design. Pengumpulan data dilakukan melalui tes berbentuk uraian untuk mengukur tingkat kreativitas siswa, wawancara untuk melihat tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan strategi pembelajaran learning cycle serta observasi untuk melihat proses pembelajaran yang dilakukan di kelas.

F. LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan di Propinsi Maluku, dengan lokasi penelitian berada pada Sekolah Menengah Umum (SMU) negeri 11 Ambon. Objek penelitian diarahkan kepada siswa kelas X dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas X12


(16)

sebagai kelas kontrol yang mendapat perlakuan advance organizer serta kelas X13 sebagai kelas eksperimen yang mendapat perlakuan pembelajaran menggunakan strategi learning cycle.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah “Nonequivalent (pretest & posttest) Control Group Desaign”. Desain Nonequivalent (Pretest & posttest) control group design menurut Creswell (2003:128), kelompok eksperimen A dan kelompok kontrol B diseleksi tanpa penetapan secara random. Kedua kelompok memperoleh pretest dan posttest, dan hanya kelompok eksperimen yang menerima perlakuan. Desain eksperimen yang akan dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1 Desain Eksperimen

Kelompok Pretes Variabel terikat Postes

Eksperimen Y1 X Y2

Kontrol Y1 - Y2

(Creswell, 2003:128)

Keterangan :

Y1 = Tes awal (pretest) Y2 = Tes akhir (posttest)


(18)

Pegumpulan data akan dilakukan melalui tes tertulis untuk mengukur pretest dan posttest siswa, observasi untuk memperoleh gambaran langsung tentang pembelajaran yang dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol serta wawancara untuk melihat tanggapan siswa dan guru tentang pelaksanaan pembelajaran melalui strategi learning cycle.

B. OBJEK PENELITIAN

Objek penelitian yang digunakan adalah kelas X13 sebagai kelas eksperimen dan kelas X12 sebagai kelas kontrol. Pengambilan subjek penelitian ini berdasarkan kriteria : Siswa pada kelas X12 dan kelas X13 memiliki kemampuan rata-rata siswa sama, serta guru yang memberikan materi pelajaran ekonomi pada kedua kelas juga sama.

C. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu strategi learning cycle sebagai variabel bebas dan kemampuan berpikir kreatif sebagai variabel terikat. Definisi operasional dari kedua variabel itu dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(19)

Tabel 3.2

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Strategi Learning Cycle Jumlah skor skala dari strategi learning cycle dengan indikator :

- Tahap/fase Engagement - Tahap/fase Exploration - Tahap/fase Explanation - Tahap/fase Elaboration - Tahap/fase Evaluation Kemampuan Berpikir

Kreatif Siswa

Jumlah skor skala dari tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa dengan indikator :

- Keterampilan berpikir original (Originality) - Keterampilan berpikir lancar (Fluency) - Keterampilan berpikir luwes (Flexibility) - Keterampilan memperinci (elaboration)

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan menentukan sumber data terlebih dahulu, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data yang digunakan serta instrumen. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3

Teknik Pengumpulan Data

Sumber Data Jenis Data Teknik

Pengumpulan data

Instrumen

Siswa Kemampuan berpikir kreatif sebelum (pretest) dan setelah

(posttest) perlakuan

Tes awal (pretest) Tes akhir (posttest)

Butir soal Tes


(20)

Siswa dan Guru

Tanggapan mengenai penggunaan strategi pembelajaran Learning

Cycle

Wawancara Pedoman wawancara

Siswa dan Guru

Keterlaksanaan pembelajaran dengan strategi learning cycle. Aktivitas siswa di kelas

eksperimen, serta aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas

kontrol

Observasi Panduan Observasi

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2009:101). Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, pedoman wawancara dan panduan observasi. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tes

Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Dalam penelitian ini tes yang akan digunakan adalah tes bentuk uraian (essay) yang dirancang secara bersama oleh guru dan peneliti yang akan terlibat dalam kegiatan penelitian.


(21)

2. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan strategi pembelajaran learning cycle .

3. Panduan Observasi

Panduan observasi digunakan dengan tujuan mengetahui sejauhmana strategi yang diterapkan dapat terlaksana.

Selanjutnya, untuk mengetahui kualitas instrumen yang akan digunakan, harus dilakukan uji coba instrumen terhadap siswa. Instrumen yang memiliki kualitas dapat ditinjau melalui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

Pengujian-pengujian di atas yang akan digunakan dalam penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk menunjukkan kemampuan instrument penelitian mengukur dengan tepat atau benar apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, pengujian validitas instrumen secara manual menggunakan rumus korelasi item-total dikoreksi (corrected item-total correlation). Koefisien korelasi item-total dikoreksi digunakan jika jumlah item yang diuji relative kecil, yaitu kurang dari 30 (Saifuddin Anwar, 2003). Adapun rumus korelasi item-total dikoreksi, dapat ditulis sebagai berikut (Kusnendi,2008:95) :


(22)

Keterangan:

riX : Koefisien korelasi item total

Si : Simpangan baku skor setiap item pertanyaan Sx : Simpangan baku skor total

Adapun kriteria acuan untuk validitas menggunakan kriteria nilai validitas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kriteria Nilai Validitas

Koefisien Kolerasi Interpretasi 0,80 ≤ rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi 0,60 ≤ rxy ≤ 0,80 Tinggi 0,40 ≤ rxy ≤ 0,60 Cukup 0,20 ≤ rxy ≤ 0,40 Rendah 0,00 ≤ rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah

Kriteria pengujian diambil dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel dengan taraf nyata α = 0,05. Item butir soal dinyatakan valid jika memenuhi persyaratan thitung > ttabel.

Sedangkan penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS versi 16 for windows untuk menguji validitas instrument. Langkah-langkah pengujiannya dapat dipaparkan sebagai berikut (Kusnendi:2009:7):


(23)

1. Entry nilai tiap item soal yang diperoleh masing-masing anak ke dalam lembar kerja SPSS.

2. Klik Analyze → Correlate → Bivariate → kotak dialog Bivariate Correlations.

3. Pindahkan Item (X1) sampai Item (Xn) dan Skor total (Y) ke Variables. Klik OK → Diperoleh output Correlations.

4. Jika koefisien korelasi item-total dikoreksi untuk semua item memberikan nilai positif yang lebih besar dari 0,25 atau 0,30, artinya semua item yang terdapat dalam tes memiliki validitas internal yang memadai dalam mengukur konstruk yang diteliti.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, sehingga dapat diandalkan. Instrumen penelitian pun harus merujuk kepada ukuran reliabel. Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen adalah :

r 11 = 1 Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya soal ∑σb2 = Jumlah varians butir Σ2t = Varian total


(24)

Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh dari hasil uji coba diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi reliabilitas sebagai berikut :

Tabel 3.5

Kriteria Nilai Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi 0,80 ≤ r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 ≤ r11 < 0,80 Tinggi 0,40 ≤ r11 < 0,60 Cukup 0,20 ≤ r11< 0,40 Rendah 0,00 ≤ r11< 0,20 Sangat rendah

Kriteria pengujian reliabilitas adalah jika rhitung > rtabel dengan tingkat kepercayaan 95% dengan dk(n-2), maka item butir soal tersebut dinyatakan reliabel.

Adapun pengujian reliabilitas tes menggunakan bantuan SPSS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Kusnendi 2010:9):

1. Entry nilai tiap item soal yang diperoleh masing-masing anak ke dalam lembar kerja SPSS.

2. Klik Analyze → klik Scale → klik Reliability Analysi.

3. Pindahkan Item (X1) sampai Item (Xn) ke dalam kotak variables. 4. Scale label: SKALA CTN_Val → Klik Statistik

5. Descriptive for pilih: Item, Scale, Scale if item deleted, dan Correlations → klik Continue → klik OK


(25)

6. Jika koefisien Cronbach’s Alpha ≥ 0,70, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa instrumen pengukuran reliabel dalam mengukur konstruk yang diteliti.

c. Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal

Tingkat kesukaran adalah kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. (Sudjana, 1989:135). Rumus yang digunakan untuk menentukan tiap kesukaran butir soal menurut Arikunto (2008:208) yaitu :

P = Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Selanjutnya indeks kesukaran yang diperoleh diinterpreatsikan dengan menggunakan klasifikasi indeks kesukaran yakni :

Tabel 3.6

Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Klasifikasi

IK = 0,00 Terlalu sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah

IK = 1,00 Terlalu Mudah Sumber : Arikunto (2009:210)


(26)

Daya pembeda mengacu kepada kemampuan suatu soal untuk membedakan kemampuan siswa dengan ukuran tinggi atau rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda soal disebut diskriminasi (D). Untuk analisis ini, maka dapat digunakan rumus sebagai berikut :

D = Keterangan :

D = Daya Pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang benar menjawab soal BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang benar menjawab soal PA = : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Selanjutnya klasifikasi interpretasi yang digunakan untuk daya pembeda adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Interprestasi D : 0,00 – 0,20 Jelek D : 0,20 – 0,40 Cukup D : 0,40 – 0,70 Baik D : 0,70 – 1,00 Baik Sekali


(27)

Untuk memudahkan pengolahan data, maka untuk menguji tingkat kesukaran soal dan uji daya beda soal dilakukan dengan bantuan Anatest.

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Pelaksanaan analisis data bertujuan untuk mendapatkan makna dari data yang telah dikumpulkan. Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian adalah :

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah penyebaran kedua populasi berdistribusi secara normal atau tidak. Untuk mengetahuinya peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan software SPSS versi 16 for windows. Adapun langkah-langkah pengujian normalitas yang dimaksud antara lain sebagai berikut (Candiasa, 2004:1):

1. Entry data yang akan dianalisis kedalam lembar SPSS. 2. Pilih menu Analyze.

3. Pilih Descriptive Statistics. 4. Pilih Explore.

5. Pilih y sebagai dependent list dan x sebagai factor list (apabila ada lebih dari satu kelompok data).

6. Klik tombol Plots.


(28)

Uji normalitas menggunakan SPSS tersebut menghasilkan tiga jenis keluaran, untuk keperluan penelitian cukup perhatikan tabel Test of Normality. Lihat hasil keluaran berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk menetapkan data yang telah dianalisis normal atau tidak, maka ditetapkan kriteria sebagai berikut:

1. Tentukan taraf signifikansi uji (α = 0.05).

2. Bandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikansi yang diperoleh. 3. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh > α, maka sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

4. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua populasi mempunyai variansi yang homogen atau heterogen. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan software SPSS versi 16 for windows dalam menguji homogenitas data yang diperoleh. Adapun langkah-langkah pengujian tersebut dapat dilihat sebagai berikut (Candasia, 2004:3):

1. Entry data yang akan dianalisis kedalam lembar SPSS. 2. Pilih menu Analyze

3. Pilih Descriptive Statistics 4. Pilih Explore


(29)

5. Pilih y sebagai dependent list dan x sebagai factor list (apabila ada lebih dari satu kelompok data)

6. Klik tombol Plots

7. Pilih Untransformed pada Spread vs. Level with Levene Test 8. Klik Continue, lalu OK

Sama halnya uji normalitas, uji homogenitas juga menghasilkan banyak keluaran, namun fokus tertuju pada tabel Test of Homogeneity of Variance. Interpretasi dilakukan dengan memilih salah satu statistik, yaitu statistik yang didasarkan pada rata-rata (Based on Mean). Untuk menetapkan data yang telah dianalisis homogen atau tidak, maka ditetapkan krtiteria sebagai berikut:

1. Tentukan taraf signifikansi uji (α = 0.05)

2. Bandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikansi yang diperoleh. 3. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh > α maka variansi setiap sampel

sama (homogen).

4. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen).

3. Uji perbedaan rata-rata

Setelah diketahui normalitas dan homogenitas populasi, maka uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis peneitian adalah uji-t dengan Independent Sample T Test pada SPSS for Windows versi Standar 16.0.

Berikut dipaparkan langkah-langkah untuk melakukan uji-t (Ghozali, 2008:49-57):


(30)

1. Entry data (skor posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol) ke lembar SPSS dengan format sebagai berikut:

Variabel X diberi nama Score

Variabel Y diberi nama Group (group 1 → kelas eksperimen, group 2 → kelas kontrol)

2. Klik Analyze, kemudian pilih Compare Mean, Independent Samples T-Test.

3. Masukkan variabel Score ke dalam kolom Test Variable(s) dan variabel Group ke dalam kolom Grouping Variable.

4. Klik Define Groups use specified values. Kolom group 1 isi dengan angka 1, dan isi angka 2 dalam kolom group 2.

5. Klik Continue → OK

Namun jika data yang diolah tidak berdistribusi normal dan atau tidak homogen, maka digunakan tes Wilcoxon. Langkah-langkah pengujian hipotesis menggunakan tes Wilcoxon dengan bantuan software SPSS versi 16 for windows sebagai berikut :

1. Entry data ke lembar SPSS dengan format sebagai berikut: • Variabel pertama diberi nama Pretest

Variabel kedua diberi nama Posttest

2. Klik Analyze, Nonparametric Test, 2 Related Samples 3. Hati-hati dalam pengisian Test Pair


(31)

Pindahkan variabel Pretest ke Pair 1 sebagai Variabel 1 Pindahkan variabel Posttest ke Pair 1 sebagai Variabel 2 4. Pada Test Type pilih Wilcoxon

5. Klik Options 6. Pilih Descriptive

7. Klik Continue, kemudian OK

Dari seluruh hasil keluaran, perhatikan tabel Test Statistics. Dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dapat ditentukan apakah terdapat perbedaan perolehan nilai Pretest dan Posttest setelah diterapkan metode pembelajaran yang ditentukan. Untuk menentukan ada tidaknya perbedaan, maka perlu diperhatikan kriteria berikut:

1. Jika Asymp. Sig < 0.05, maka terdapat perbedaan yang nyata antara nilai Pretest dengan Posttest.

2. Jika Asymp. Sig > 0.05, maka tidak terdapat perbedaan antara nilai Pretest dengan Posttest.

4. Perhitungan Gain

Perhitungan gain digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen dan kelas control, dimana analisisnya melalui hasil tes awal (pretest) dan hasil tes akhir (posttest). Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi rata-rata (avarange


(32)

mormalized gain) yang oleh Hake (2007) dalam Salong (2010:103) dianggap lebih efektif. Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut :

<g> = <%post> - <%pre> 100% - <%pre> Keterangan :

<g> = gain ternomalisasi rata-rata <%pre> = persentase skor pretest rata-rata <%post> = persentase skor posttest rata-rata

Selanjutnya hasil gain akan dianalisis melalui kriteria tingkat gain sebagai berikut :

Tabel 3.8

Kategori Tingkat Gain

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi 0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

F. ALUR PENELITIAN

Adapun alur kegiatan penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut :


(33)

Gambar 3.1. Bagan Alur Kegiatan Penelitian Studi Pendahuluan

Masalah

Studi Literatur : Pembelajaran learning cycle dan kemampuan berpikir kreatif

Penyusunan perangkat pembelajaran :

Rencana pelaksanaan Pembelajaran Penyusunan Instrumen

: 1. Soal Tes

2. Pedoman Observasi 3. Panduan wawancara

Validasi, uji coba dan revisi

Kelompok Eksperimen

Tes Awal Kelompok

Kontrol Observasi

Kuesioner

Pembelajaran Advance Organizer Pembelajaran

Learning Cycle Tes Akhir

Analisis Data


(34)

G. SKENARIO PENELITIAN

Adapun pelaksanaan penelitian dalam proses pembelajaran mengikuti tahapan atau skenario eksperimen seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.9 Tahapan Eksperimen

Tahap Perlakuan Kelas

Eksperimen Kontrol

1 Pretest Latihan soal mata pelajaran

ekonomi

Latihan soal mata pelajaran ekonomi 2 Perlakuan Dengan strategi learning

cycle

- Siswa duduk sesuai dengan pengaturan kelas yang telah ada.

- Guru berusaha membangkitkan

keingintahuan siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat prediksi tentang fenomena yang hangat terjadi sesuai dengan muatan materi yang akan disampaikan (fase Engagement)

- Siswa diberikan kesempatan untuk bekerjasama dengan teman dalam kelompok melalui telaah literatur (fase exploration)

- Siswa berusaha untuk memaknai konsep yang ditemukan

- Guru mendorong siswa

Dengan Pembelajaran yang biasa digunakan

guru (Advance Organizer) - Siswa diatur untuk

duduk sesuai dengan pengaturan kelas yang telah ada.

- Guru menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai - Menjelaskan

pembelajaran dan gambaran umum materi - Guru menyajikan

materi

- Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa

- Guru menyampaikan kesimpulan dari materi pembelajaran

- Guru memberikan tugas individu


(35)

untuk menjelaskan dengan kalimat sendiri tentang konsep (istilah) yang ditemukan (fase explanation)

- Guru mengorganisir kegiatan diskusi dengan mengarahkan siswa pada persoalan-persoalan yang bembutuhkan pemecahan masalah dengan konsep yang telah dipelajari (fase elaboration)

- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok dan menilai kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan (fase evaluation) - Penilaian proses terjadi

selama tahapan ini berlangsung.

3 Posttest Soal mata pelajaran ekonomi Soal mata pelajaran

ekonomi 4 Analisis Jawaban soal mata pelajaran

ekonomi pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest)

Jawaban soal mata pelajaran ekonomi pada pengukuran awal (pretest)

dan pengukuran akhir (posttest)

5 Kesimpulan - -

Selanjutnya, hasil yang diperoleh akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan bantuan Statistical Programme for Social Sciences (SPSS) for window version 16.0.


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Secara umum, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa strategi learning cycle adalah salah satu strategi yang efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran ekonomi khususnya pada pokok bahasan pendapatan nasional di kelas X SMU Negeri 11 Ambon. Dari hasil penelitian dan pembahasan telah menunjukkan bahwa semakin baik penggunaan strategi learning cycle, maka semakin efektif peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Secara khusus, berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian maka kesimpulan penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa antara hasil pretest dan posttest pada siswa kelas yang menggunakan strategi learning cycle (kelas eksperimen).

2. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa antara hasil pretest dan posttest siswa pada kelas kontrol tanpa perlakuan learning cycle. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil dari setiap proses pembelajaran pasti menunjukkan perubahan.

3. Terdapat perbedaan yang positif pada kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan pembelajaran learning cycle dengan siswa yang mendapat pembelajaran tanpa perlakuan learning cycle. Perbedaan tersebut dilihat dari


(37)

nilai gain yang digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa rekomendasi yang dapat diberikan adalah :

1. Strategi learning cycle dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa yang disesuaikan dengan materi pembelajaran.

2. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan berpikir yang perlu dimiliki oleh siswa, sehingga guru harus memfasilitasi hal tersebut dengan menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi berdasarkan kenyataan yang ada di masyarakat sebagai sumber belajar. 3. Guru harus menjadikan dirinya sebagai fasilitator kreativitas guna

meningkatkan potensi kreativitas melalui berbagai pelatihan dan pendidikan untuk membimbing siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. 4. Sekolah harus dapat menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang

memadai guna menunjang kegiatan kreativitas siswa. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai penanggung jawab harus mampu mendukung aktivitas guru dan siswa yang positif bagi pengembangan pendidikan serta turut melibatkan lingkungan masyarakat sebagai bagian dari sumber belajar siswa.


(38)

5. Hasil temuan dalam penelitian ini masih belum mencapai hasil kemampuan berpikir kreatif yang maksimal. Oleh karena itu penelitian lanjutan yang berhubungan dengan penggunaan strategi yang didasarkan pada pendekatan konstruktivisme terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dilakukan dengan strategi ataupun metode penekatan konstruktivis lainnya, yang mungkin dapat mencapai kemampuan berpikir kreatif siswa yang maksimal.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Adair, John (2009). Berpikir Kreatif, berpikir sukses. Yogyakarta : Penerbit Rumpun. Anitah,S, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Arends, Richardl. (1997) Classroom Instructional Management. New York : The Mc

Graw-Hill Company.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta. Creswell, W.J. (2003). Research Design; Qualitative & Quantitative Approaches.

Edisi Revisi, cetakan kedua, Terjemahan. Jakarta : KIK Press.

Craft, Anna (2004). Me-refresh imajinasi dan Kreativitas anak-anak. Jakarta : Penerbit Cerdas Pustaka

Costa. (2001). Developing Mind : A Resource Book For Teaching Thinking. Alexandria : ASDC

Dahar, Wilis.R. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar. Bandung : Diponegoro.

Darsono, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV IKIP Semarang Press.

Filsaisme, D.K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Gulo. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Gramedia.

Ghozali, Imam. (2008). Desain Penelitian Eksperimental; Teori, Konsep dan Analisis Data dengan SPSS 16.00. Semarang : Universitas Diponegoro.


(40)

Hasan, S.H. (1996). Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial. Jurusan Pendidikan Sejarah, FKIS, IKIP Bandung.

Iskandar, S.M. 2005. Perkembangan dan Penelitian Daur Belajar. Makalah Semlok Pembelajaran Berbasis Konstruktivis. Jurusan Kimia UM. Juni 2005.

Killen, Roy. (1998). Effective Teaching Strategies : Lesson From Research and Practice. Second Edition. Australia : Social Science Press.

Kusnendi. (2008). Model-model Persamaan Struktural, Satu dan Multigroup Sampel dengan LISREL. Bandung : Alfabeta.

Lawson, A. (1995). Science Teaching. California : wadsworth Publishing Company Belmont.

Makmun, S.Abin. (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung : Rosdakarya.

Munandar, S.C.U. (1990). Mengembangkan Bakat dan Kualitas Anak Sekolah. Jakarta : Gramedia

Munandar, S.C.U. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia

Munandar, A.S, et al. (1984). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. (Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua). Jakarta: PT. Gramedia Rachmawati, Yeni dan Kurniati, Euis. (2005). Strategi pengembangan kreativitas

pada anak usia taman kanak-kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Sanjaya, Wina. (2006). Strategi pembelajaran Berorientasi Standard dan Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina (2009). Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Santoso, Singgih. (2001). SPSS, Mengolah Data Statistik Secara Profesional Versi 7.5. Jakarta:PT Elex Media Komputindo.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS, Konsep dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


(41)

Semiawan, C. Munandar, A.S & Munandar, S.C.U. (1987) Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah : Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta : Gramedia

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Sugandi, Achmad dkk. (2004). Teori Pembelajaran. Semarang : Unnes Press. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukmadinata. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung : Kesuma Karya.

Supriadi, D. (2001). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung : Alfabeta.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Wahab, Azis, A. (2007). Metode dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : Alfabeta.

Wena, Made. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sumber di luar Buku :

Dasna, I.Wayan. (2005). Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM – Dirjen Dikti Depdiknas. 5 September 2005. Daties, Mariana. (2010). Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving

(CPS) terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Tesis Magister pada Program Studi Pendidikan IPS UPI Bandung : tidak diterbitkan.


(42)

Kusnendi. (2010). Metode Penelitian Aplikasi Statistika. Hand Out. Program Studi Magister Pendidikan IPS Sekolah pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan

Rahayu, S., Prayitno. (2005). Penggunaan Strategi Pembelajaran Learning Cycle-Cooperative Learning 5E (LCC-5E). Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM – Dirjen Dikti Depdiknas. 5 September 2005. Salong, A. (2010). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa. Tesis Magister pada Program Studi Pendidikan IPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sumber Internet :

Alexander, K. D. (2007). Effect of Instruction in Creative Problem Solving on Cognition, Creativity, and Satisfaction among Ninth Grade Students in An Introduction to World Agricultural Science and technology Course. Dissertation. The Graduate Faculty of Texas Teach University. [Online]. Tersedia: http://www.scirus.com

Lorsbach, A. W. 2002. The Learning Cycle as A tool for Planning Science Instruction. Online (http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.html, diakses 10 Desember 2002).


(1)

nilai gain yang digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa rekomendasi yang dapat diberikan adalah :

1. Strategi learning cycle dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa yang disesuaikan dengan materi pembelajaran.

2. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan berpikir yang perlu dimiliki oleh siswa, sehingga guru harus memfasilitasi hal tersebut dengan menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi berdasarkan kenyataan yang ada di masyarakat sebagai sumber belajar. 3. Guru harus menjadikan dirinya sebagai fasilitator kreativitas guna

meningkatkan potensi kreativitas melalui berbagai pelatihan dan pendidikan untuk membimbing siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. 4. Sekolah harus dapat menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang

memadai guna menunjang kegiatan kreativitas siswa. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai penanggung jawab harus mampu mendukung aktivitas guru dan siswa yang positif bagi pengembangan pendidikan serta turut


(2)

5. Hasil temuan dalam penelitian ini masih belum mencapai hasil kemampuan berpikir kreatif yang maksimal. Oleh karena itu penelitian lanjutan yang berhubungan dengan penggunaan strategi yang didasarkan pada pendekatan konstruktivisme terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dilakukan dengan strategi ataupun metode penekatan konstruktivis lainnya, yang mungkin dapat mencapai kemampuan berpikir kreatif siswa yang maksimal.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Adair, John (2009). Berpikir Kreatif, berpikir sukses. Yogyakarta : Penerbit Rumpun. Anitah,S, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Arends, Richardl. (1997) Classroom Instructional Management. New York : The Mc

Graw-Hill Company.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta. Creswell, W.J. (2003). Research Design; Qualitative & Quantitative Approaches.

Edisi Revisi, cetakan kedua, Terjemahan. Jakarta : KIK Press.

Craft, Anna (2004). Me-refresh imajinasi dan Kreativitas anak-anak. Jakarta : Penerbit Cerdas Pustaka

Costa. (2001). Developing Mind : A Resource Book For Teaching Thinking. Alexandria : ASDC

Dahar, Wilis.R. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar. Bandung : Diponegoro.

Darsono, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV IKIP Semarang Press.

Filsaisme, D.K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Gulo. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Gramedia.

Ghozali, Imam. (2008). Desain Penelitian Eksperimental; Teori, Konsep dan Analisis Data dengan SPSS 16.00. Semarang : Universitas Diponegoro.


(4)

Hasan, S.H. (1996). Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial. Jurusan Pendidikan Sejarah, FKIS, IKIP Bandung.

Iskandar, S.M. 2005. Perkembangan dan Penelitian Daur Belajar. Makalah Semlok Pembelajaran Berbasis Konstruktivis. Jurusan Kimia UM. Juni 2005.

Killen, Roy. (1998). Effective Teaching Strategies : Lesson From Research and Practice. Second Edition. Australia : Social Science Press.

Kusnendi. (2008). Model-model Persamaan Struktural, Satu dan Multigroup Sampel dengan LISREL. Bandung : Alfabeta.

Lawson, A. (1995). Science Teaching. California : wadsworth Publishing Company Belmont.

Makmun, S.Abin. (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung : Rosdakarya.

Munandar, S.C.U. (1990). Mengembangkan Bakat dan Kualitas Anak Sekolah. Jakarta : Gramedia

Munandar, S.C.U. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia

Munandar, A.S, et al. (1984). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. (Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua). Jakarta: PT. Gramedia Rachmawati, Yeni dan Kurniati, Euis. (2005). Strategi pengembangan kreativitas

pada anak usia taman kanak-kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Sanjaya, Wina. (2006). Strategi pembelajaran Berorientasi Standard dan Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina (2009). Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Santoso, Singgih. (2001). SPSS, Mengolah Data Statistik Secara Profesional Versi 7.5. Jakarta:PT Elex Media Komputindo.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS, Konsep dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


(5)

Semiawan, C. Munandar, A.S & Munandar, S.C.U. (1987) Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah : Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta : Gramedia

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Sugandi, Achmad dkk. (2004). Teori Pembelajaran. Semarang : Unnes Press. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukmadinata. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung : Kesuma Karya.

Supriadi, D. (2001). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung : Alfabeta.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Wahab, Azis, A. (2007). Metode dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : Alfabeta.

Wena, Made. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sumber di luar Buku :

Dasna, I.Wayan. (2005). Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM – Dirjen Dikti Depdiknas. 5 September 2005. Daties, Mariana. (2010). Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving


(6)

Kusnendi. (2010). Metode Penelitian Aplikasi Statistika. Hand Out. Program Studi Magister Pendidikan IPS Sekolah pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan

Rahayu, S., Prayitno. (2005). Penggunaan Strategi Pembelajaran Learning Cycle-Cooperative Learning 5E (LCC-5E). Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM – Dirjen Dikti Depdiknas. 5 September 2005. Salong, A. (2010). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa. Tesis Magister pada Program Studi Pendidikan IPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sumber Internet :

Alexander, K. D. (2007). Effect of Instruction in Creative Problem Solving on Cognition, Creativity, and Satisfaction among Ninth Grade Students in An Introduction to World Agricultural Science and technology Course. Dissertation. The Graduate Faculty of Texas Teach University. [Online]. Tersedia: http://www.scirus.com

Lorsbach, A. W. 2002. The Learning Cycle as A tool for Planning Science Instruction. Online (http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.html, diakses 10 Desember 2002).


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Pengaruh model learning cycle 5e terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi (penelitian kuasi eksperimen pada Kelas XI MAN 11 Jakarta)

0 4 269

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Sidoarjo pada Mata Pelajaran Biologi

0 3 5

Pengaruh Penerapan Metode Problem-Based Learning dan Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik (Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Pada Peserta Didik Kelas X SMA Laboratorium-Percontohan UPI).

2 58 51

PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF : Kuasi Eksperimen Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas X SMAK 3 Bina Bakti Dan Siswa Kelas X SMAN 1 Parongpong Bandung.

1 5 49

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

0 12 52

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL.

0 0 56

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODULTIF.

0 2 34

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA.

0 0 1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN TEKNIK BRAINSTORMING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI SMA N 12 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 180