PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

(1)

PERBEDAAN PARTISIPASI SISWA PUTRI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SD, SMP DAN SMA NEGERI

SE-KECAMATAN UJUNGBERUNG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh Wahyu Purnama

1005562

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PERBEDAAN PARTISIPASI SISWA PUTRI DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI DI SD, SMP DAN SMA NEGERI

SE-KECAMATAN UJUNGBERUNG

Oleh Wahyu Purnama

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Wahyu Purnama 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Wahyu Purnama 1005562

PERBEDAAN PARTISIPASI SISWA PUTRI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SD, SMP DAN SMA NEGERI

SE-KECAMATAN UJUNGBERUNG

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Dra. Hj. Mimin Karmini M. Pd NIP. 195305171980112001

Pembimbing II

Didin Budiman M.Pd NIP. 197409072001121001

Mengetahui Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono, M. Pd NIP. 196508171990011001


(4)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di SD, SMP dan SMA Negeri Se-Kecamatan

Ujungberung

Pembimbing 1 : Dra. Hj. Mimin Karmini, M.Pd Pembimbing 2 : Didin Budiman, M.Pd

Wahyu Purnama

Penelitian ini dilatar belakangi oleh perbedaan sekolah berdasarkan jenjang pendidikan. Jenjang pendidikan bisa mempengaruhi partisipasi siswa putri terhadap pembelajaran khususnya pembelajaran pendidikan jasmani. Jika di lihat dari jenjang pendidikan, harusnya semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin tinggi partisipasi terhadap pembelajarannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat partisipasi siswa putri terhadap pembelajaran pendidikan jasmani di SD, SMP, dan SMA. Sampel dari penelitian ini adalah siswa putri SDN Ciporeat, SDN Andir, dan SDN UjungBerung, siswa putri SMPN 8 Bandung, dan siswa putri SMAN 24 Bandung, Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel menggunakan teknik

cluster sampling. Hasil dari pengolahan data dari pengujian hipotesis dihasilkan F

hitung < F tabel (0,792 < 3,057), maka H0 diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa

Tidak terdapat perbedaan partisipasi siswa putri terhadap pembelajaran Pendidikan jasmani yang signifikan di jenjang SD, SMP dan SMA Negeri se-Kecamatan Ujungberung.

.


(5)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Differences Student Participation in Learning Physical Education at Elementary Schools, Junior High Schools and Senior High Schools sub-District of

Ujungberung

Supervisor 1 : Dra. Hj. Mimin Karmini, M.Pd Supervisor 2 : Didin Budiman, M. Pd

Wahyu Purnama

This research is motivated by differences in school based education. Education can affect student participation to learning, especially learning Physical Education. If in view of the grade of education, should be the higher grades of education, the higher the participation in learning. The purpose of this research was to determine whether there are differences in the grade of students participation in the learning Physical Education Elementary Schools, Junior High Schools, and Senior High Schools. Samples from this learning process were students SDN Ciporeat, SDN Andir, and SDN Ujungberung, students of SMPN 8 Bandung, and students of SMAN 24 Bandung, the method used in this research is a comparative descriptive method. The instrument used in this research is a questionnaire sheet. Techniques used in sampling using cluster sampling. The results of processing the data of testing hypotheses generated F calculated < F table (0.792 < 3.057), then H0 is accepted, so it can be concluded that there are not differences in the level of participation of students towards learning physical education significant at the grade of Elementary Schools, Junior High Schools, and Senior High Schools sub-District of Ujungberung.


(6)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PERBEDAAN PARTISIPASI SISWA PUTRI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SD,SMP DAN SMA NEGERI SE-KECAMATAN UJUNGBERUNG” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan maupun pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam pedoman keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko atau sanksi pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, apabila dikemudian hari ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2014 Yang membuat pernyataan,

Wahyu Purnama NIM. 1005562


(7)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, serta kesempatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW, para sahabat, tabi’in dan pejuang islam sampai akhir jaman.

Alhamdulillah, skripsi yang berjudul “Perbedaan Partisipasi Siswa Putri Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di SD, SMP dan SMA Negeri Se-Kecamatan Ujungberung” telah selesai. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan di dalam pembuatannya, namun demikian penulis berharap skripsi ini akan memberikan manfaat yang baik bagi penulis khususnya dan umumnya bagi para pembacanya serta dapat memberikan kontribusi yang baik bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Bandung, September 2014 Penulis

Wahyu Purnama NIM. 1005562


(8)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UCAPAN TERIMAKASIH

Sebagai insan yang memiliki keterbatasan, dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Sudiyat dan ibunda Mari, terima kasih atas pengorbanan kalian kepada ku. Ku tak akan sanggup untuk membalas semua pengorbananmu. Aku cinta kalian semua karena Allah. Dalam penulisan dan menyusun skripsi ini, banyak sekali bantuan yang didapat dari semua pihak. Berkat bantuan dari berbagai pihak alhamdulilah penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd. sebagai Dekan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan yang telah memberi kelancaran dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Mudjihartono, M.Pd. sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang telah memberi kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Arif Wahyudi, S.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan-masukan selama pekuliahan.

4. Ibu Dra. Mimin Karmini, M. Pd. Selaku dosen pembimbing 1 skripsi yang telah banyak memberikan motivasi dan saran-saran dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.


(9)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Bapak Didin Budiman, M.Pd Selaku dosen pembimbing 2 skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan nasihat dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Drs. Dedi Suryadi, M.MPd, selaku Kepala Sekolah SDN Ujungberung, Bapak Rusmanto, S.Pd,M.Pd, selaku Kepala Sekolah SDN Ciporeat,

Ibu Hj. Popon Kartiningsih, M.MPd, selaku Kepala Sekolah SDN Andir Kidul, Bapak AD.Ariesmono,M.M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMPN 8 Bandung,

Ibu Dra. Epon Kurniasih, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMAN 24 Bandung, terimakasih telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Terima kasih Amalia Lestari, S.Pd calon pendamping hidup yang selama ini selalu menemani hari-hari indahku dan banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Tidak lupa rekan-rekan seperjuangan selama perkuliahan Tresna Juliansyah S.Pd, Yuyus, Teddy, Heryanto, Iman, Andri, Rendi, Apri, Chandrawan yang turut pula membantu dan menyemangati saya dalam pembuatan skripsi.

9. Tak lupa pula seluruh rekan-rekan PJKR C 2010 yang selalu membuat hidup lebih berwarna.

Akhir kata semoga dengan segala kebaikan dan bantuan dari semua pihak yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin. Sebagai penutup, penulis berharap semoga Allah SWT. Menjadikan skripsi ini sebagai hasil karya yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri khususnya dan orang lain pada umumnya.

Bandung, September 2014 Penulis


(10)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wahyu Purnama Nim. 1005562

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 9


(11)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 9

a. Pengertian Pendidikan Jasmani... 9

b. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 9

c. Fungsi Pendidikan Jasmani ... 11

d. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani ... 14

2. Partisipasi ... 15

a. Pengertian Partisipasi ... 15

b. Faktor Faktor Penyebab Partisipasi ... 16

c. Bentuk Bentuk Partisipasi ... 19

3. SD, SMP, SMA ... 20

a. Sekolah Dasar ... 20

b. Sekolah Menengah Pertama ... 21

c. Sekolah Menengah Atas ... 22

4. Karakteistik Siswa SD, SMP dan SMA... 24

a. Karakteristik Siswa SD ... 24

b. Karakteristik Siswa SMP ... 27

c. Karakteristik Siswa SMA ... 29

B. KERANGKA PEMIKIRAN ... 30

C. HIPOTESIS ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Lokasi dan Subjek / Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

a. Tempat Penelitian ... 32

b. Waktu Peneltian ... 32

2. Sasaran Penelitian ... 32

3. Populasi dan sampel ... 33


(12)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Sampel ... 33

B. Desain Penelitian ... 34

C. Metode Penelitian ... 34

D. Definisi Operasional Variabel ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 36

1. Penyusunan Instrumen ... 36

2. Pengembangan kisi-kisi ... 37

3. Pedoman Skoring ... 46

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 47

1. Penyusunan ... 47

2. Uji Validitas ... 48

3. Uji Reliabilitas ... 51

G. Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Pengolahan Data ... 52

1. Teknik Pengumpulan Data ... 52

2. Prosedur Pengolahan Data ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

1. Deskripsi Data ... 58

2. Verifikasi Data ... 58

3. Klarifikasi Data ... 59

4. Hasil Analisis Data ... 63

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73


(13)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 78

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Perkembangan Motorik Anak ... 25

2.2 Karakteristik Emosi Anak ... 26

3.1 Kisi-kisi Instrumen Partisipasi Menurut Keith Davis ... 39

3.2 Kategori Pemberian Skor alternatif Jawaban ... 46

3.3 Hasil Validitas Uji Coba Angket Partisipasi ... 50

3.4 Hasil Uji Reliabilitas Item Partisipasi ... 52

3.5 Kriteria Frekuensi Presentase ... 56

4.1 Rekapitulasi Pengumpulan Angket ... 59

4.2 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ... 59

4.3 Skor Angket Sekolah Dasar ... 60


(14)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.5 Skor Angket Sekolah Menengah Atas ... 62

4.6 Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku SD, SMP, dan SMA ... 63

4.7 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Dengan menggunakan SPSS 21 ... 64

4.8 Hasil Pengelompokan tiap Butir Pertanyaan/Pernyataan... 65

4.9 Hasil Pengolahan Tiap Sub Jenjang Sekolah Dasar... 66

4.10 Hasil Pengolahan Tiap Sub Jenjang Sekolah Menengah Pertama ... 66

4.11 Hasil Pengolahan Tiap Sub Jenjang Sekolah Menengah Atas ... 67

4.12 Deskripsi data ... 68

4.13 Homogenitas Varians ... 69


(15)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Surat Izin Penelitian

Instrumen Penelitian

Uji Validitas dan Reliabilitas

Hasil Angket Jenjang Sekolah Dasar

Hasil Angket Jenjang Sekolah Menengah Pertama

Hasil Angket Jenjang Sekolah Menegah Atas

Foto Dokumentasi Penelitian


(16)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya dan meningkatkan harkat serta martabat manusia, sehingga mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi menuju arah yang lebih baik. Melalui pendidikan, manusia akan senantiasa belajar. Pada hakekatnya ”Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2010:2).

Sedangkan pengertian pendidikan itu sendiri menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendapat lain mengenai pengertian pendidikan juga dikemukakan oleh Mudyahardjo (2001:11) yang dikutip oleh Somarya dan Nuryani (2007:27) mengatakan bahwa:

Pendidikan dalam arti luas terbatas adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah sepanjang hayat untuk menyiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.


(17)

2

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui bimbingan serta dalam proses belajar mengajar.

Di dalam lingkungan pendidikan, proses pembelajaran peran aktif di dalamnya, salah satunya proses pembelajaran dalam pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani memfokuskan pengembangan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani.

Pengertian pendidikan jasmani itu sendiri menurut Mahendra (2008:15) menjelaskan bahwa “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan.” Lebih lanjut menurut Abduljabar (2008:27) menjelaskan bahwa pendidikan jasmani adalah “Proses pendidikan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan penampilan manusia melalui media aktivitas jasmani yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.”

Dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani siswa akan mempunyai motivasi yang berbeda-beda, sehingga akan mempengaruhi partisipasi siswa yang berbeda pula, terlebih lagi bagi siswa putri akan memiliki tingkat partisipasi yang berbeda dalam setiap tingkatan pendidikannya, seperti di sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Oleh karena itu penulis mencoba meneliti permasalahan tersebut.

Partisipasi siswa putri dalam Pembelajaran pendidikan jasmani yang akan penulis teliti berada di sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas Negeri se-Kecamatan Ujungberung. Alasan penulis memilih sekolah disekitar Kecamatan Ujungberung ini di karenakan alumni di salah satu sekolah tersebut sehingga diharapkan proses penelitian bisa berjalan dengan lancar, selain itu alasan lain di karenakan setiap siswa yang belajar di salah satu sekolah sekitar Kecamatan Ujungberung kerap meneruskan jenjang pendidikan selanjutnya ke sekolah yang berada di sekitar Kecamatan Ujungberung ini pula. Karena sekolah yang berada di kecamatan ujungberung termasuk sekolah favorit,


(18)

3

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seperti di tingkatan Sekolah Dasar (SD), terdapat SDN ujungberung, SDN Andir dan SDN Ciporeat. Untuk tingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas, terdapat SMPN 8 Bandung dan SMAN 24 Bandung yang termasuk dalam cluster 1 di kota bandung.

Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan bisa dicapai semaksimal mungkin. Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Davis (tersedia dalam: http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi), bahwa “partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya”.

Dalam penelitian ini partisipasi yang dimaksud adalah partisipasi siswa yaitu keterlibatan atau keikutsertaan dalam berbagai kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Sehingga dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta keikutsertaan seorang peserta didik dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.

Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan paling dasar, seperti yang dilansir (Tersedia dalam: http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_dasar), “Sekolah dasar (Elementary School) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia.” Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.

Kurikulum 2013 yang berlaku di sekolah dasar, terdiri dari beberapa mata pelajaran diantaranya : Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam


(19)

4

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(hanya kelas 4 s/d 6), Ilmu Pengetahuan Sosial (hanya kelas 4 s/d 6), Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Sekolah menengah pertama merupakan jenjang pendidikan lanjutan setelah sekolah dasar. Seperti yang dilansir (Tersedia dalam: http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_pertama), “Sekolah menengah pertama (junior high school) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat).” Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Pada tahun ajaran 1994/1995 hingga 2003/2004, sekolah ini pernah disebut sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP).

Kurikulum 2013 yang berlaku di sekolah menengah pertama, terdiri dari bebarapa mata pelajaran diantaranya : Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Prakarya

Sekolah menengah atas merupakan jenjang pendidikan setelah menyelesaikan sekolah menengah pertama. Seperti yang dilansir (Tersedia dalam: http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_atas), “Sekolah Menengah Atas (Senior High School), adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat).” Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12.

Kurikulum 2013 yang berlaku di sekolah menengah atas terdiri dari beberapa mata pelajaran diantaranya : Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Sejarah, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Prakarya, Peminatan Akademik Kelompok Peminatan (Pilihan) Kelompok Alam : Matematika, Fisika, Biologi, Kimia. Kelompok Sosial : Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi. Kelompok Bahasa dan Sastra :Bahasa Indonesia, Bahasa


(20)

5

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Inggris, Bahasa Daerah (1 buah;sesuai dengan kebudayaan daerah), Bahasa Asing (1 buah;sesuai dengan pilihan).

Dalam setiap jenjang pendidikan, perubahan pada siswa akan terlihat, perubahan tersebut diharapkan bisa menuju ke arah yang lebih baik. Perubahan pada sikap, intelektual maupun perubahan pada psikologis siswa bisa mempengaruhi partisipasi siswa pada pembelajaran pendidikan jasmani.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Perbedaan Partisipasi Siswa Putri dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SD, SMP dan SMA Negeri Se-Kecamatan Ujungberung.”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Masalah yang akan di bahas adalah mengenai perbedaan partisipasi siswa putri dalam pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat partisipasi siswa putri dalam pembelajaran Pendidikan jasmani di Sekolah Dasar?

2. Bagaimanakah tingkat partisipasi siswa putri dalam pembelajaran Pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama?

3. Bagaimanakah tingkat partisipasi siswa putri dalam pembelajaran Pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas?

4. Apakah terdapat perbedaan partisipasi siswa putri dalam pembelajaran Pendidikan jasmani di sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas?

C. Rumusan Penelitian

Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan partisipasi siswa putri dalam pembelajaran Pendidikan jasmani di


(21)

6

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-Kecamatan Ujungberung?”

D. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentulah memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapai bagi peneliti. Atas dasar latar belakang, identifikasi serta rumusan masalah yang telah di uraikan, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perbedaan partisipasi siswa putri dalam pembelajaran Pendidikan jasmani di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-Kecamatan Ujungberung.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang berarti bagi semua pihak terutama kepada mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, diantaranya :

a. Bagi peneliti

Dengan dilakukannya peneliti ini, peneliti dapat mengetahui perbedaan partisipasi siswa putri dalam Pendidikan jasmani di sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas Negeri se-kecamatan ujungberung. Ini akan bermanfaat bagi peneliti agar meningkatkan kualitas mengajar kelak di sekolah.

b. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran bagi guru untuk lebih kreatif dan inovatif. Selain itu, hasil penelitian ini diharpakan menjadi umpan balik bagi bagi guru dalam menyusun bahan pembelajaran yang lebih variatif dan diharapkan dapat bermanfaat untuk menyempurnakan pengajaran penjas di sekolah dan memperbaiki kinerja mengajar menjadi lebih baik.


(22)

7

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik, sehingga mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman materi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan jasmani, serta diharapkan penelitian ini dapat dijadikan motivasi untuk terus meningkatkan pengetahuan tentang pemahan pendidikan jasmani.

d. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran pada sekolah tersebut khususnya dan sekolah lain pada umumnya.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penyusunan skripsi penelitian guna memenuhi syarat untuk menempuh gelar S1 mengenai Perbedaan Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan jasmani di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas Negeri se-kecamatan ujungberung penulis menggunakan struktur sebagai berikut:

Skripsi ini terdiri atas lima bab. BAB I berisi rincian mengenai masalah yang akan dibahas meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi. Dalam latar belakang masalah membahas perubahan partisipasi siswa putri pada setiap jenjang pendidikan. Identifikasi masalah berisi temuan-temuan permasalahan mengenai tingkat partisipasi siswa putri pada setiap jenjang pendidikan.

BAB II berisi tentang tinjauan pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Dalam tinjauan pustaka dibahas tentang berbagai teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang berisi mengenai pendidikan jasmani, partisipasi dan karakteristik siswa SD, SMP dan SMA. Dalam kerangka berpikir dicantumkan alur yang menggambarkan proses penelitian, dimulai dari fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Pada bab ini juga terdapat hipotesis yang mengemukakan pendapat sementara tentang hasil penelitian yang dilakukan.


(23)

8

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III mengemukakan tentang metodologi penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel penelitian yang diambil oleh peneliti, metode dan desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV berisi rincian hasil penelitian dan pembahasan meliputi hasil penelitian, analisis data hasil penelitian, dan pembahasan.

BAB V berisi tentang simpulan dan saran. Peneliti mendeskripsikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan yang mewakili keseluruhan dari pembahasan. Selanjutnya peneliti memberi saran kepada pembaca untuk menindaklanjuti penelitian yang telah dilakukan.


(24)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Hakikat Pendidikan Jasmani a. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam mencapai tujuan pendidikan. Mengenai hal ini menurut Mahendra (2008:15) menjelaskan bahwa “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan.” Lebih lanjut menurut Abduljabar (2008:27) menjelaskan bahwa pendidikan jasmani adalah “Proses pendidikan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan penampilan manusia melalui media aktivitas jasmani yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.”

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan.

Meskipun pendidikan jasmani itu merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga, namun tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan Jasmani bukan hanya aspek fisik, tapi bersifat pedagogis proporsional. Artinya nilai-nilai pendidikan yang terkait dengan aspek intelektual, moral, sikap, keterampilan fisik dan kebugaran jasmani, serta estetika dikembangkan secara selaras, seimbang dan serasi.

b. Tujuan Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan sebuah pendidikan yang sangat unik karena menekankan pada tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendidikan jasmani meliputi ketiga aspek tersebut tidak halnya seperti mata


(25)

10

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelajaran lain yang hanya menekankan pada aspek kognitif dan afektif. Psikomotor disinilah peran penting pendidikan jasmani di dalamnya, melibatkan berbagai unsur gerak. Dengan demikian abduljabar (2009:7) menyatakan bahwa “pendidikan jasmani memusatkan diri pada semua bentuk kegiatan aktivitas jasmani yang mengaktifkan otot-otot besar (gross motorik), memusatkan diri pada gerak fisik dalam permainan, olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia.”

Pendidikan Jasmani mempunyai tujuan yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembanagan siswa. Seperti yang dijelaskan oleh Samsudin (2008:3) tujuan pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:

a. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.

b. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial, dan toleransi.

c. Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas pembelajaran pendidikan jasmani.

d. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani. e. Mengembangkan ketrampilan gerak dan ketrampilan teknik.

f. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat.

g. Mengembangkan ketrampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.

h. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat. i. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat

rekreatif.

Sedangkan menurut Mahendra (2009:10) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan jasmani adalah:

a. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.


(26)

11

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

c. Mendapatkan dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.

d. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.

e. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.

f. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.

Salah satu prinsip penting dalam Pendidikan Jasmani adalah partisipasi siswa secara penuh dan merata. Oleh karena itu guru Pendidikan Jasmani harus memperhatikan kepentingan setiap siswa. Siswa didorong untuk mendapatkan pengalaman belajar berupa pengantar yang merujuk pada komponen antisipasi. Dalam memulai pelajaran, guru mempersiapkan siswa dengan merangsang minat mereka pada pelajaran tersebut. Dalam mempersiapkan siswa, seorang guru harus menyampaikan apa yang akan dipelajari dan hubungannya dengan pelajaran sebelumnya dan aktivitas saat ini atau yang akan datang.

c. Fungsi Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani menurut fungsinya memiliki beberapa aspek, seperti yang diungkapkan oleh http://pojokpenjas.blogspot.com/2007/12, sebagai berikut:

1. Aspek organik

a. Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan keterampilan

b. Meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot


(27)

12

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Meningkatkan daya tahan yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam waktu yang lama

d. Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan aktivitas yang berat secara terus menerus dalam waktu relatif lama

e. Meningkatkan fleksibelitas, yaitu; rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.

2. Aspek neuromuskuler

a. meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot

b. mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti; berjalan, berlari, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, menderap/mencongklang, bergulir, dan menarik

c. mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti; mengayun, melengok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung, membongkok

d. mengembangkan keterampilan dasar manipulatif, seperti; memukul, menendang, menangkap, berhenti, melempar, mengubah arah, memantulkan, bergulir, memvoli

e. mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti; ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi, kelincahan

f. mengembangkan keterampilan olahraga, seperti; sepak bola, soft ball, bola voli, bola basket, baseball, atletik, tenis, beladiri dan lain sebagainya

g. mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti, menjelajah, mendaki, berkemah, berenang dan lainnya.

3. Aspek perseptual

a. mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat

b. mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau ruang, yaitu kemampuan mengenali objek yang berada di: depan, belakang, bawah, sebelah kanan atau sebelah kiri dari dirinya


(28)

13

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu; kemampuan mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak yang melibatkan tangan, tubuh, dan atau kaki

d. mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu; kemampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis

e. mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu; konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan/kiri dalam melempar atau menendang f. mengembangkan lateralitas (laterality), yaitu; kemampuan membedakan

antara sisi kanan atau sisi kiri tubuh dan diantara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya sendiri

g. mengembangkan image tubuh (body image), yaitu kesadaran bagian tubuh atau seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau ruang.

4. Aspek kognitif

a. mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan

b. meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika c. mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat

dalam aktivitas yang terorganisasi

d. meningkatkan pengetahuan bagaimana fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani

e. menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas dan dirinya

f. meningkatkan pemahaman tentang memecahkan problem-problem perkembangan melalui gerakan.

5. Aspek sosial

a. menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimana berada

b. mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok


(29)

14

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide dalam kelompok

e. mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat

f. mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat g. mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif

h. belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif

i. mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik. 6. Aspek emosional

a. mengembangkan respon yang sehat terhadap aktivitas jasmani b. mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton

c. melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat

d. memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan

d. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani

Dalam perkembangannya pendidikan jasmani memiliki ruang lingkup pengajaran, hal ini dikemukakan oleh Damiri (1994:3), sebagai berikut:

Mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan meliputi: (1) pengembangan kemampuan fisik, yaitu yang meliputi koordinasi syaraf dan otot, kekuatan, daya tahan umum dan daya tahan lokal, kelentukan, kelincahan, ketepatan, kecepatan, serta daya reaksi, (2) pengembangan pengetahuan, pengertian, sikap dan kesadaran tentang pentingnya melakukan kegiatan jasmani atau olahraga secara teratur untuk kesegaran jasmani, keterampilan gerak, dan kesehatan (3) pengembangan sikap percaya diri, disiplin, bergotong royong, atau bekerja sama dalam kebaikan, sportif, bersemangat berani dan kesatria, (4) pengembangan pengetahuan, pengertian, sikap, dan kesadaran, tentang pentingnya pembinaan kesehatan pribadi dan lingkungan, serta dapat melaksanakan cara-cara hidup yang sehat.


(30)

15

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pada pemahaman di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani pada dasarnya memiliki ruang lingkup yang digunakan sebagai pengembangan keterampilan fisik peserta didik, disamping itu pula dapat berfungsi sebagai saran dalam pengembangan pengetahuan, pengertian akan pentingnya kebugaran jasmani, memupuk rasa tanggung jawab, kerja sama, sportif dan percaya diri pada diri peserta didik. Sehingga dengan demikian diharapkan seluruh rangkaian tugas yang dihadapi peserta didik dalam proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik. Lebih jelasnya proses pendidikan jasmani dapat memberikan perkembangan pada tingkat kognitif, afektif, serta psikomotor peserta didik.

Berdasarkan pada pemahaman di atas, maka dapat dikatakan bahwa ruang lingkup dari pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan perkembangan serta pertumbuhan jasmani anak, menyalurkan bakat serta hasrat yang sesuai dengan kemampuan anak, membina prilaku anak, serta membentuk prilaku disiplin, positif serta teratur dalam segala aktivitas.

2. Partisipasi

a. Pengertian Partisipasi

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, menurut Dwiningrum (2011:50) “Partisipasi adalah perihal turut berperan serta suatu kegiatan atau keikutsertaan atau peran serta.”

Definisi Partisipasi yang diungkap Poerbakawatja (1981:251) adalah: “sebagai gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dari segala yang berpusat pada kepentingan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya”.

Partisipasi sebagaimana telah diungkapkan oleh Tilaar, (2009:287) adalah sebagai “wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dan diperlukan perencanaan dari bawah dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya”.


(31)

16

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Partisipasi menurut Huneryear dan Hecman dalam Dwiningrum, (2011:50) adalah keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama mereka.

Menurut Almond dalam Syamsi (tersedia dalam: http://newjoesafirablog.blogspot.com), partisipasi didefinisikan “sebagai orang -orang yang orientasinya justru pada penyusunan dan pemrosesan input serta melibatkan diri dalam artikulasi dari tuntutan-tuntutan kebutuhan dan dalam pembuatan keputusan”. Jnanabrota Bhattacharyya dalam Ndraha (tersedia dalam: http://newjoesafirablog.blogspot.com) mengartikan “partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama”.

Jadi dari beberapa pengertian yang telah di uraikan, maka dapat ditarik kesimpulan partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.

b. Faktor Faktor Penyebab Partisipasi

Menurut Uno (2012:198), faktor-faktor penyebab partisipasi siswa dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu :

a) Aspek fisiologis

Kondisi kesehatan tubuh secara umum memengaruhi semangat dan konsentrasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran. Selain kebugaran tubuh, kondisi organ-organ tubuh lainnya perlu mendapat perhatian, karena tingkat kesehatan indera pendengaran dan penglihatan sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi.

b) Aspek psikologis

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran yang dapat diperoleh siswa, yaitu :


(32)

17

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1) Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa

2) Sikap siswa 3) Bakat siswa

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh Angell (dalam: http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi) bahwa

“Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam

berpartisipasi, diantaranya adalah pendidikan, usia, jenis kelamin, lamanya tinggal, pekerjaan dan penghasilan”.

1) Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

2) Usia

Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

3) Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan[ adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.


(33)

18

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

5) Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

Selain faktor-faktor yang telah dikemukakan sebelumnya, terdapat pula faktor lain yang mempengaruhi derajat partisipasi, antara lain pendidikan, penghasilan dan pekerjaan anggota masyarakat dalam hal ini orang tua siswa. Tingkat pendidikan orang tua siswa memiliki hubungan yang positif terhadap partisipasinya dalam membantu pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan.

Menurut Soemanto R B, dkk. Dalam Khikmawati (1997: 28) mengatakan bahwa “mereka yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan lebih tinggi derajat partisipasinya dalam pembangunan, hal mana karena dibawa oleh semakin kesadarannya terhadap pembangunan”. Hal ini berarti semakin tinggi derajat partisipasi terhadap program pemerintah termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan.

Faktor penghasilan merupakan indikator status ekonomi seseorang, faktor ini mempunyai kecenderungan bahwa seseorang dengan status ekonomi tinggi pada umumnya status sosialnya tinggi pula. Dengan kondisi semacam ini mempunyai peranan besar yang dimainkan dalam masyarakat dan ada kecenderungan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan terutama gejala ini dominan di masyarakat pedesaan. Pengaruh ekonomi jika diukur dalam besarnya


(34)

19

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kontribusi dalam kegiatan pembangunan ada kecenderungan lebih besar kontribusi berupa tenaga

Faktor pendidikan juga berpengaruh pada prilaku seseorang dalam menerima dan menolak suatu perubahan yang dirasakan baru. Masyarakat (orang tua siswa) yang berpendidikan ada kecenderungan lebih mudah menerima inovasi jika ditinjau dari segi kemudahan (eccessibility) atau dalam mendapatkan informasi yang mempengaruhi sikapnya. Seseorang yang mempunyai derajat pendidikan mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam menjangkau sumber informasi. Oleh karena itu, orang yang mempunyai pendidikan kuat akan tertanam rasa ingin tahu sehingga akan selalu berusaha untuk tahu tentang inovasi baru dari pengalaman-pengalaman belajar selama hidup.

Dalam hubungannya partisipasi orang tua siswa dalam membantu pengembangan proses pembelajaran pada tahapan pelaksanaan, faktor penghasilan mempunyai peranan, karena untuk melaksanakan inovasi membutuhkan banyak modal yang sifatnya lebih intensif.

c. Bentuk Bentuk Partisipasi

Bentuk partisipasi sebenarnya sangatlah beragam, tidak hanya para ahli dari luar saja yang memaparkannya, banyak pula para ahli dari Indonesia yang memaparkan bentuk partisipasi itu sendiri. Menurut Effendi yang dikutip oleh Astuti (2011: 58), partisipasi terbagi atas:

1) Partisipasi Vertikal

Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut, atau klien.

2) Partisipasi horizontal

Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya.


(35)

20

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi fisik dan partisipasi non fisik”. Berikut ini adalah pemaparan dari bentuk partisipasi tersebut:

1) Partisipasi fisik

Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang tua) dalam bentuk menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan dan menyelenggarakan usaha sekolah.

2) Partisipasi non fisik

Partisipasi non fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya animo masyarakat untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan, sehingga pemerintah tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat untuk bersekolah.

3. Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas a. Sekolah Dasar

Jasmani merupakan ilmu berlandaskan pada raga dan jiwa bahkan jasmani sangat berperan dalam kesehatan seseorang yang menjadikan tantangan di masa depan semakin berat. Tantangan globalisasi mengharuskan setiap individu bersaing lebih ketat. Oleh karena itu pembelajaran perlu menyiapkan siswanya untuk mampu mengahadapi tantangan masa depan. Salah satu cara untuk membantu siswa dalam membangun keterampilan dalam menghadapi tantangan di masa depan yaitu memberikan pendidikan melalui pembelajaran jasmani.

Jasmani merupakan ilmu yang sistemastis, materi yang dipelajari akan saling keterkaitan satu dengan yang lainnya. Materi pembelajaran Jasmani juga dimulai dari yang hal lebih sederhana kepada hal yang lebih kompleks. Sehingga siswa perlu membangun fondasi yang kuat agar ia mampu membangun kebugaran mental dan fisik lebih jauh lagi. Pembelajaran jasmani di SD sebagai fondasi awal diperlukan dalam membangun kemampuan jasmani pada jenjang selanjutnya.


(36)

21

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan paling dasar, seperti yang dijelaskan (Tersedia dalam: http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_dasar), “Sekolah dasar (Elementary School) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia.” Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.

Kurikulum 2013 yang berlaku di sekolah dasar, terdiri dari beberapa mata pelajaran diantaranya : Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (hanya kelas 4 s/d 6), Ilmu Pengetahuan Sosial (hanya kelas 4 s/d 6), Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Berkaitan dengan pembelajaran jasmani di Sekolah Dasar (SD), Guru dapat menciptakan pembelajaran yang berkaitan dengan pengalaman siswa sehingga pembelajaran jasmani menyediakan jalan yang terbuka luas bagi siswa untuk berpendapat dan mengkritisi hal yang berkenaan dengan jasmani. Dengan begitu siswa memiliki keterampilan-keterampilan yang akan berguna bagi kehidupannya.

b. Sekolah Menengah Pertama

Sekolah menengah pertama merupakan jenjang pendidikan lanjutan setelah sekolah dasar. Seperti yang dilansir (Tersedia dalam:

http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_pertam), “Sekolah menengah

pertama (junior high school) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat).” Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Pada tahun ajaran 1994/1995 hingga 2003/2004, sekolah ini pernah disebut sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP).


(37)

22

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kurikulum 2013 yang berlaku di sekolah menengah pertama, terdiri dari bebarapa mata pelajaran diantaranya : Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Prakarya.

Masa usia sekolah menengah pertama dapat dikatakan sebagai masa usia remaja awal yaitu antara usia 12 sampai 16 tahun, karena usianya baru belasan tahun. Istilah adolecence atau remaja berasal dari kata latin yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa, istilah adolecence mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan emosional, sosial dan fisik. Untuk itu dibawah akan di bahas tentang hal tersebut.

Keadaan emosi secara tradisional masa remaja di anggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada di bawah tekanan- tekanan sosial dan menghadapi kondisi yang baru, pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak, perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi. Anak laki-laki sudah di katakan mencapai kematangan bila pada akhir remaja tidak meledakkan emosinya di depan orang lain, petunjuk kematangan lain adalah bahwa individu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional. Bila remaja ingin mencapai kematangan emosionalnya ia juga harus belajar menggunakan katarsis emosi untuk menyalurkan emosinya.

Keadaan sosial salah satu tugas perkembangan remaja yang sulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial, remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis diluar lingkungan keluarga, untuk mencapai pola sosialisasi dewasa, remaja harus bayak membuat penyesusaian yang baru yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan menigkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai-niali baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan dalam seleksi pemimpin.


(38)

23

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertumbuhan fisik pada awal remaja ini sebelum sempurna terdapat pertumbuhan dan perkembangan internal yang lebih menonjol dari pada perkembangan eksternal, dalam perkembangan fisik juga terdapat perbedaan individu, meskipun anak laki-laki menilai pertumbuhan pertumbuhannya lebih lambat dari pada anak perempuan, sehingga saat matang biasanya laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan, perbedaan individu dengan di pengaruhi oleh usia kematangan, anak yang matangnya terlambat cenderung mempunyai bahu yang lebar dari pada anak yang matangnya lebih awal, tungkai kaki anak yang matangnya lebih awal cenderung pendek dan gemuk, tungkai kaki anak yang matangnya terlambat cenderung ramping. Anak perempuan yang matangnya lebih awal cenderung lebih berat, lebih gemuk, lebih tinggi di bandingkan dengan anak perempuan yang matangnya terlambat ( Bimo Walgito, 1992 ).

c. Sekolah Menengah Atas

Sekolah menengah atas merupakan jenjang pendidikan setelah menyelesaikan sekolah menengah pertama. Seperti yang dilansir (Tersedia dalam: http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_atas), “Sekolah menengah atas (Senior High School), adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat).” Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12.

Kurikulum 2013 yang berlaku di sekolah menengah atas terdiri dari beberapa mata pelajaran diantaranya : Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Sejarah, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Prakarya, Peminatan Akademik Kelompok Peminatan (Pilihan) Kelompok Alam : Matematika, Fisika, Biologi, Kimia. Kelompok Sosial : Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi. Kelompok Bahasa dan Sastra :Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Daerah (1 buah;sesuai dengan kebudayaan daerah), Bahasa Asing (1 buah;sesuai dengan pilihan).


(39)

24

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada usia Sekolah Menengah Atas ini merupakan Fase remaja (12-19) tahun ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik halus maupun kasar yang diantaranya merupakan gerakan-gerakan dasar fundamental.

Malina(1991), Deuer dan pangrazi (1986), serta kogan (1982) berpendapat bahwa gerakan gerakan dasar fundamental dibagi atas:

1. Gerakan lokomotor

Gerakan lokomotor adalah gerakan yang menyebabkan terjadinya perpindahan tempat atau keterampilan yang digunakan memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lainnya. Kedalam keterampilan ini termasuk gerakan gerakan seperti berjalan, berlari, melompat, hop, , berderap, skip, slide, dan sebagainya.

2. Gerakan Nonlokomotor

Sedangkan gerakan non lokomotor adalah gerakan yang tidak menyebabkan pelakunya berpindah tempat, seperti menekuk, membengkokan badan, membungkuk, menarik, mendorong, meregang, memutar, mengayun, memilin, mengangkat, merentang, merendahkan tubuh, dll.

3. Gerakan Manipulatif

Kemudian gerakan manipulatif biasanya dilukiskan sebagai gerakan yang mempermainkan obyek tertentu sebagai medianya, atau keterampilan yang melibatkan kemampuan seseorang dalam menggunakan bagian-bagian tubuhnya untuk memanipulasi benda di luar dirinya. Menurut Kogan (1982) keterampilan ini perlu melibatkan koordinasi antara mata-tangan dan koordinasi mata-kaki, misalnya menangkap, melempar, menendang, memukul dengan pemukul seperti raket, tongkat, atau bat. Sebagian ahli memasukkan juga gerakan seperti mengetik dan bermain piano sebagai gerakan manipulatif. Gerakan manipulatif ini dibedakan antara gerak prehension dan gerak deksteritas.


(40)

25

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Gerakan prehension yaitu kombinasi dari beberapa refleks dan koordinasi dengan kemampuan pengamatan dengan kegiatan pengertian. Contoh bayi memegang suatu benda akibad adanya kerja sama antara refleks fleksi, menggenggam, dan refleks inhibiotory.

2. Gerakan dekteritas adalah kemampuan tangan dan jari-jari seperti menyusun dadu, menggambar, dan mempermainkan bola.

Berdasarkan uraian di atas dapat dsimpulkan bahwa anak tingkat sekolah menengah atas yang termasuk fase remaja sudah bisa melakukan gerakan-gerakan motorik dengan baik, baik itu motorik halus maupun kasar karena pada fase ini pertumbuhan fisik serta perkembangan psikis anak beranjak matang sehingga dengan begitu anak dapat mengkoordinasikan gerakan-gerakannya dengan sangat baik.

4. Karakteristik Siswa SD, SMP dan SMA a. Karakteristik Siswa SD

Periode ini adalah masa perkembangan yang terentang dari usia sekitar 6 hingga 11 tahun. Masa ini sering juga disebut tahun-tahun sekolah dasar. Anak pada masa ini sudah menguasai keterampilan dasar membaca, menulis dan metematika.

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, Yusuf dan Sugandhi (2012:59) memaparkan mengenai karakteristik perkembangan yang terjadi pada masa anak usia sekolah, sebagai berikut :

1. Perkembangan Fisik-Motorik

Seiring dengan pertumbuhan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Yusuf dan Sugandhi (2012:59) menjelaskan bahwa “Fase atau usia sekolah dasar (7-12 tahun) ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah.” Oleh karena itu usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik halus maupun kasar.


(41)

26

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam perkembangan motorik anak, Yusuf dan Sugandhi (2012:60) memaparkan perbedaan antara motorik halus dan motorik kasar sebagai berikut :

Tabel 2.1

Perkembangan Motorik Anak

Motorik Halus Motorik Kasar

1. Menulis

2. Menggambar atau melukis 3. Mengetik (komputer)

4. Merupa (seperti membuat kerajinan dari tanah liat)

5. Menjahit

6. Membuat kerajinan dari kertas

1. Baris berbaris

2. Seni bela diri (seperti pencak silat, dan karate)

3. Senam 4. Berenang 5. Atletik

6. Main sepak bola

Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik.

2. Perkembangan Intelektual

Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan inteletual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kempampuan kognitif (seperti membaca, menulis dan menghitung).

Dilihat dari aspek perkembangan kognitif, menurut piaget yang dikutip oleh Yusuf dan Sugandhi (2012:61) menjelaskan bahwa :

Masa ini berada pada tahap operasi konkret, yang ditandai dengan kemampuan (1) mengklasifikasikan (mengelompokan) banda-benda berdasarkan ciri yang sama; (2) menyusun atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan; dan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.

Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya.


(42)

27

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Yusuf dan Sugandhi (2012:62) menjelaskan bahwa “Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai pembendaharaan kata (vocabulary).”

Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mendengar cerita yang bersifat kritis. Pada masa ini tingkat berfikir anak sudah lebih maju.

4. Perkembangan Emosi

Pada usia sekolah (khususnya di kelas-kelas tinggi, kelas 4, 5 dan 6), anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya.

Menurut Yusuf dan Sugandhi (2012:64) menjelaskan bahwa karakteristik emosi anak terbagi menjadi dua, yaitu :

Tabel 2.2

Karakteristik Emosi Anak Karakteristik Emosi Yang Stabil

(sehat)

Karakteristik Emosi Yang Tidak Stabil (Tidak Sehat)

1. Menunjukan wajah yang ceria 2. Mau bergaul dengan teman secara

baik

3. Bergairah dalam belajar

4. Dapat berkonsentrasi dalam belajar 5. Bersikap respek (menghargai)

terhadap diri sendiri dan orng lain

1. Menunjukan wajah yang murung 2. Mudah tersinggung

3. Tidak mau bergaul dengan orang lain

4. Suka Marah-marah 5. Suka mengganggu teman 6. Tidak percaya diri

5. Perkembangan Sosial

Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga di artikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama.

Menurut Yusuf dan Sugandhi (2012:66) menjelaskan bahwa “Perkembangan sosial pada anak SD/MI ditandai dengan adanya perluasan


(43)

28

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hubungan, disamping dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya (peer group), sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas.”

Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap bekerja sama atau sosiosentris (mau memerhatikan kepentingan orang lain. Anak mulai berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebaya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang), dan merasa tidak senang apabila tidak diterima oleh kelompoknya.

b. Karakteristik Siswa SMP

Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa, dan merupakan masa transisi (dari masa anak ke masa dewasa) yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat ( Pikunas dalam Hartinah (2008:201).

Dilihat dari segi usia, siswa SMP termasuk fase atau masa remaja. Fase remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan siswa. Menurut konopka dalam Hartinah (2008:201) fase ini meliputi (1) remaja awal : 12-15 tahun, (2) remaja madya :15-18 tahun, (3) remaja akhir : 19-22 tahun. Jka dilihat dari klasifikasi usia tersebut, maka siswa sekolah pertama termasuk ke dalam kategori remaja awal.

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, Hartinah (2008:201) memaparkan mengenai karakteristik aspek-aspek perkembangan yang terjadi pada masa remaja, sebagai berikut :

1. Aspek Fisik

Secara fisik, masa remaja ditandai dengan matangnya organ-organ seksual. Remaja pria mengalami pertumbuhan pada organ testis, penis, pembuluh mani dan kelenjar prostat. Sementara remaja wanita ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium. Matangnya organ-organ seksual ini memungkinkan remaja wanita mengalami menarche (menstruasi/haid pertama).


(1)

32

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menurun keikutsertaan atau partisipasinya dalam pembelajaran pendidikan jasmani di setiap tingkat jenjang pendidikannya.

Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas penulis beranggapan bahwa tingkat partisipasi siswa putri cenderung menurun dalam pembelajaran pendidikan jasmani di setiap tingkat jenjang pendidikannya.

C. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan anggapan dasar seorang peneliti untuk mencari jawaban atas permasalahan penelitiannya tersebut. Hipotesis ini tentu saja masih memerlukan suatu pembuktian akan kebenaranya dari sebuah hipotesis, dengan didukung oleh bukti-bukti.

Berdasarkan dari masalah yang telah diuraikan maka terdapatlah beberapa hipotesis:

1. Siswa putri Sekolah Dasar memiliki tingkat partisipasi yang tergolong tinggi terhadap pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Siswa putri Sekolah Menengah Pertama memiliki tingkat partisipasi yang tergolong sedang terhadap pembelajaran pendidikan jasmani.

3. Siswa putri Sekolah Menengah Atas memiliki tingkat partisipasi yang tergolong rendah terhadap pembelajaran pendidikan jasmani.

4. Terdapat perbedaan tingkat partisipasi siswa putri pada pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kecamatan Ujungberung.


(2)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data mengenai perbedaan tingkat partisipasi siswa putri terhadap pembelajaran Pendidikan jasmani di SD, SMP, dan SMA Negeri se-Kecamatan Ujungberung maka penulis mengambil kesimpulan bahwa:

1. Sekolah Dasar memiliki tingkat partisipasi yang tergolong tinggi terhadap pembelajaran Pendidikan jasmani.

2. Sekolah Menengah Pertama memiliki tingkat partisipasi yang tergolong tinggi terhadap pembelajaran Pendidikan jasmani.

3. Sekolah Menengah Atas memiliki tingkat partisipasi yang tergolong tinggi terhadap pembelajaran Pendidikan jasmani.

4. Tidak terdapat perbedaan tingkat partisipasi siswa putri pada pembelajaran Pendidikan jasmani di SD, SMP, dan SMA Negeri se-Kecamatan Ujungberung.

B. Saran-saran

Sebenarnya semua pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah manapun pastinya lebih di minati oleh para siswa, karena guru-guru pendidikan jasmani cenderung bersifat terbuka dan mudah beradaptasi dengan murid, tetapi juga kadang-kadang siswa bosan dalam pembelajaran. Memang pembelajaran pendidikan jasmani cenderug berhasil, dengan model pembelajaran yang kreatif, pengggunaan waktu yang efektif, serta pembelajaran yang berkarakter, tetapi kadang-kadang juga kurang efektif bila kurang serius dalam proses belajar-mengajarnya.

Bagi seluruh pengajar / guru pendidikan jasmani diharapkan agar menerapkan metode pendekatan-pendekatan psikologis untuk menumbuhkan


(3)

74

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

minat siswa sehingga dapat meningkatkan tingkat partisipasinya pada setiap pembelajaran pendidikan jasmani yang diikutinya, masa aktif belajar siswa juga harus lebih di perhatikan, agar waktu gerak siswa pun lebih banyak, sehingga tujuan dan aspek-aspek dalam pembelajaran Pendidikan jasmani dapat tercapai dengan sempurna atau mendekati sempurna.


(4)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indonesia.

Abduljabar, B. (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia .

Anonim (2011). Partisipasi [online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/ Partisipasi [9 Oktober 2013]

Anonim (2011). Fungsi Pendidikan Jasmani [online]. Tersedia: http://pojokpenjas.blogspot.com/2007/12

Anonim (2012). Pengertian Sekolah Dasar [online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_dasar

Anonim (2012). Pengertian Sekolah Menengah Pertama [online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_pertama

Anonim (2012). Pengertian Sekolah Menengah Atas [online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_atas

Arikunto, S. (2006). Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.

Astuti, S.I. (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Depdiknas (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Bandung: Citra Umbara.

Drajat, J (2012). Aplikasi Statistika dalam Penjas. Bandung: Redpoint.

Dwiningrum (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(5)

76

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dwi (2011). One Way Anova [online]. Tersedia: http://duwiconsultant.blogspot.com /2011/11/one-way-anova.html [5 Juni 2014]

Hartinah, S (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama.

Juliansyah, T. (2014). Perbandingan Partisipasi Siswa pada Pembelajaran Penjas di Sekolah Menengah Atas Cluster 1, Cluster 2, dan Cluster 3 di Kota Bandung skripsi Pada Prodi PJKR. FPOK. UPI: Tidak Di Terbitkan.

Mahendra, A dan Sucipto. (2008). Model-Model Pendekatan Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Mahendra, A. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Permana, A. (2013). Perbandingan Motivasi Dan Partisipasi Antara Siswa Kelas Reguler Dengan Kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Skripsi Pada Prodi PJKR. FPOK. UPI: Tidak Di Terbitkan.

Poerbakawatja, S. (1981). Enseklopedia Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.

Safira, J. (2012). Definisi dan Bentuk Partisipasi [online]. Tersedia:

http://newjoesafirablog.blogspot.com/2012/06/definisi-dan-bentuk-partisipasi.html [4 Februari 2014]

Samsudin, (2008). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Sekolah Dasar. Jakarta: Putra Grafika.

Slameto, (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Somarya dan Nuryani (2007).“Pengertian Pendidikan” dalam Landasan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudaryono, Margono, G., & Rahayu, W. (2012). Pengembangan instrumen penelitian pendidikan. Tangerang: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.


(6)

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Subagiyo DKK. 2008. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan. Materi Pokok, Universitas Terbuka.

Tanidredja T dan Mustafidah H. (2012). Penelitian Kuantitaif. Bandung: Alfabeta. Tilaar, H.A. (2009). Kekuasaan dan Pendidikan. Manajemen Pendidikan Nasional

dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Yusuf, L.N.S. dan Sugandi, N.M. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rajagrafindo Persada.