PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL.

(1)

Margaasih Kabupaten Bandung ) TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh Emilda Saputri NIM: 1201001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

(3)

(4)

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Struktur Organisasi Tesis ... 10

BAB II PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA A. Pembelajaran IPS ... 11

1. Pengertian IPS ... 11


(6)

B. Model Pembelajaran ... 15

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 15

2. Model Learning Cycle 5E ... 17

C. Pemahaman Konsep ... 22

D. Kemampuan Berpikir Kritis Pembelajaran IPS ... 30

E. Kerangka Pemikiran... 35

F. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 37

B. Desain Penelitian ... 37

C. Metode Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional ... 42

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ... 45

G. Teknik Pengelolaan Data ... 46

H. Teknik Analisis Data... 50

I. Uji Instrumen Penelitian ... 52

J. Alur Uji Statistik ... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 62

1. Deskripsi Hasil Pretes dan Postes Pemahaman Konsep ... 63

2. Deskripsi Hasil Pretes dan Postes Berpikir Kritis... 65

B. Uji Persyaratan Data ... 67

1. Uji Normalitas ... 68

2. Uji Homogenitas ... 71

C. Uji Hipotesis ... 74

D. Pembahasan ... 79


(7)

A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

2.1Tahapan Learning Cycle 5E... 20

2.2Taksonomi Anderson dan Kratwohl ... 26

2.3Indikator Pemahaman Konsep ... 28

2.4Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 34

3.1Kriteria Skor Kemampuan Berpikir Kritis ... 44

3.2Teknik Pengumpulan Data yang Digunakan ... 45

3.3Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 48

3.4Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda... 49

3.5Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran ... 50

3.6Hasil Uji Validitas Pemahaman Konsep ... 53

3.7Hasil Analisis Validitas Butir Soal Tes Pemahaman Konsep ... 54

3.8Hasil Validitas Kemampuan Berpikir Kritis ... 54

3.9Hasil Analisis Validitas Butir Soal Tes Berpikir Kritis ... 55

3.10 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 55

3.11 Tingkat Kesukaran Butir Tes Pemahaman Konsep ... 56

3.12 Data Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tes Pemahaman Konsep ... 57

3.13 Tingkat Kesukaran Butir Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 57

3.14 Data Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tes Berpikir Kritis ... 58

3.15 Daya Pembeda Butir Soal Pemahaman Konsep ... 58

3.16 Data Analisis Soal Tes Pemahaman Konsep Berdasarkan Daya Pembeda ... 59

3.17 Daya Pembeda Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis ... 60

3.18 Data Analisis Soal Tes Berpikir Kritis Berdasarkan Daya Pembeda ... 60


(9)

4.4Deskripsi Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis... 66

4.5Perbandingan Hasil Rata-rata Pretes dan Postes Eksperimen dan Kontrol ... 67

4.6Perbandingan Hasil Rata-rata Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 67

4.7Hasil Uji Normalitas Nilai Pretes dan Postes Pemahaman Konsep ... 69

4.8Hasil Uji Normalitas Nilai Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis... 71

4.9Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pemahaman Konsep ... 73

4.10 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis ... 73

4.11 Rangkuman Hasil Uji t Pemahaman Konsep ... 76

4.12 Uji Mann-Whitney Kemampuan Berpikir Kritis ... 78


(10)

DAFTAR GAMBAR

3.1Mekanisme Penelitian ... 37

3.2Prosedur Penelitian ... 39

3.3Alur Uji Statistik ... 61

4.1Perbandingan Rerata Nilai Pretes dan Postes Pemahaman Konsep... 64


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-Kisi Pemahaman Konsep Dalam Pembelajaran IPS ... 93

2. Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran IPS ... 107

3. Silabus Pembelajaran ... 111

4. Rencana Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 114

5. Rencana Pembelajaran Kelas Kontrol ... 140

6. Lembar Kerja Siswa ... 150

7. Lampiran Foto Penelitian ... 163

8. Lampiran Data Pemahaman Konsep ... 166

9. Lampiran Data Kemampuan Berpikir Kritis ... 182

10.Lampiran Data N-Gain Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis .. 190

11.Lampiran Olahan Data Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis .. 192

12.Lampiran Surat Izin Penelitian ... 200


(12)

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan ilmu pengetahuan sosial (PIPS) tidak lepas dari tantangan yang sangat keras yang berupa tuntutan akan adanya perbaikan kualitas pendidikan dan tenaga pendidikan. Hal inilah yang ditegaskan oleh Wirasaputra (2012) bahwa ilmu pengetahuan sosial (IPS) mulai membenahi diri yang bergeser dari tatanan epistemologi kearah pengembangan inovasi dan juga solusi bagi perkembangan IPS kedepannya. Hal ini sesuai dengan tujuan utama pendidikan IPS yang mempersiapkan warga Negara untuk dapat membuat keputusan reflektif dan berpastisipasi dengan sukses dalam kehidupan kewarganegaraan di lingkungan masyarakat, bangsa maupun negara.

Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi menegaskan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada siswa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTS sampai dengan SMA/MA/SMK. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

Di tingkat SD/MI, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan,


(14)

4. dan memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global, (Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006).

Tujuan IPS yang lebih spesifik dan lebih dikembangkan terlihat dalam Permendikbud No. 64 tahun 2013 mengenai muatan atau kompetensi IPS khususnya dikelas IV SD yaitu:

1. Menerima karunia Tuhan Yang Maha Esa atas penciptaan waktu, manusia, dan lingkungannya

2. Menunjukkan perilaku sosial dan budaya yang mencerminkan jatidiri bangsa Indonesia

3. Mengenal konsep ruang, waktu, dan aktifitas manusia dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi

4. Menceritakan hasil eksplorasi mengenai kehidupan bangsa Indonesia Kemudian, Permendikbud No. 67 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah menjelaskan kompetensi inti ke empat untuk anak sekolah dasar kelas tinggi yaitu dapat “Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia”.

Dari pemaparan di atas, jelas adanya peran IPS yaitu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini pula dijelaskan oleh Maftuh (2009: 71) bahwa salah satu karakteristik pembelajaran IPS yang bermakna adalah siswa disadarkan akan potensi implikasi kebijakan sosial dan diajari berpikir kritis dan membuat keputusan yang berbasis nilai tentang isu sosial yang berkaitan.

The National Council for The Social Studies (1994), juga menegaskan

bahwa keterampilan belajar dan berpikir untuk abad ke-21 yang perlu dikembangkan melalui pembelajaran IPS bagi siswa, antara lain: (1) keterampilan berpikir kritis dan problem solving, (2) keterampilan belajar kontekstual, (3) komunikasi, (4) literasi informasi dan media, (5) keterampilan kreatifitas dan inovasi, serta (6) keterampilan bekerjasama (kolaborasi). Alma dkk (2010: 19) menjelaskan bahwa IPS bertujuan menjadikan siswa untuk menjadi warga negara


(15)

yang baik, yaitu masyarakat yang mapan, kritis, disiplin, bertanggung jawab dan sebagainya, mengingat banyaknya permasalahan sosial ya terjadi di masyarakat.

Salah satu kunci utama dalam pembelajaran IPS adalah bagaimana membina kecerdasan akademik siswa untuk mampu berpikir kritis, analitis, kreatif, inovatif, berkarakter, bersikap ilmiah dalam cara memandang, menganalisis permasalahan yang dihadapi serta menelaah kehidupan nyata yang dihadapi. Oleh karena itu, para guru IPS dituntuk untuk mampu merencanakan, mengolah dan merangsang pembelajaran IPS sedemikian rupa dengan memperhatikan prinsip serta karakteristik IPS sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pada umumnya, tujuan pendidikan setiap mata pelajaran untuk kondisi saat ini menekankan pada kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Begitu pula dengan tujuan pembelajaran IPS. Tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide (Sapriya, 2012: 87).

Menurut, Marzano dan Kendall (2008) klasifikasi tingkatan keterampilan berpikir, meliputi: a) level retrieval yang terdiri dari recognizing, recalling, dan

excecuting, b) level comprehension yang terdiri dari integrating dan symbolizing,

c) level analysis yang terdiri dari matching, classifying, analyzing errors,

generalizing, dan specifying, d) level knowledge utilization, yang terdiri dari desicion making, problem solving, experimenting, dan investigating, e) level metacognitive system yang terdiri dari specifying goals, process monitoring, monitoring clarity, monitoring accuracy, dan f) level self system, yang terdiri examining importance, examining efficacy, examining emotional response dan examining motivation.

Namun kenyataan di lapangan berbeda dengan tujuan pembelajaran IPS yang diharapkan agar siswa dapat berpikir tingkat tinggi sesuai dengan tahapan tingkat keterampilan berpikir di atas. Di lapangan ditemukan bahwa kualitas hasil belajar IPS dianggap tidak memuaskan dipandang dari sudut penilaian kognitif (Juhendi, 2011: 3).


(16)

Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Rohaeni (2013: 6) ditemukan bahwa banyak gejala siswa kurang berminat dalam pembelajaran IPS, yaitu siswa cenderung pasif, siswa kurang memiliki keterampilan bertanya, masih terdapat siswa yang memiliki tingkat hapalan yang baik terhadap materi yang diberikan, namun tidak memahami maksud materi ajar tersebut dan siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Sedangkan Purwanti dan Salamah (2011: 2) dalam penelitiannya mengemukakan banyak siswa merasa bosan dengan pembelajaran IPS. IPS dipandang sebagai pembelajaran yang bersifat hapalan, sehingga banyak siswa yang bersikap pasif dalam pembelajaran dan terkesan kurang menghargai pentingnya pelajaran IPS. Selain hal tersebut, maka prestasi belajar IPS di SD juga dipandang masih belum memuaskan.

Sementara itu, Rifani (2013: 1) mengemukakan bahwa siswa masih kurang dalam kemampuan pemahaman konsep. Rendahnya pemahaman konsep ini disebabkan oleh penggunaan pola pikir yang rendah pada proses perubahan konseptual dan ekologi konseptual yang menyediakan konteks untuk berlangsungnya perubahan konseptual serta penyebab lainnya adalah pembelajaran yang digunakan sebelumnya belum membantu siswa memperoleh pemahaman konsep dengan baik dan kurang menggunakan nalar logis.

Hal ini juga ditegaskan oleh Suharkat (2011: 1) bahwa penyebab rendahnya hasil belajar IPS adalah: (1) pembelajaran IPS bersifat teoritis terpisah dari kehidupan nyata yaitu anak hanya diperkenalkan dengan konsep-konsep abstrak yang tidak berhubungan langsung dengan pengalaman hidup, dan (2) siswa pasif dalam pembelajaran tak diberi kesempatan untuk menemukan konsep sendiri, berpikir kritis, penemuan dan memecahkan masalah.

Kemampuan berpikir kritis merupakan keterampilan yang harus ditumbuhkembangkan dan dilatih sejak pendidikan dasar, karena dengan dilatihnya kemampuan berpikir kritis siswa dari tingkat SD akan memberikan efek


(17)

yang baik dan dirasakan manfaatnya pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Kemampauan berpikir kritis akan menumbuhkan kemandirian siswa sejak dini dan menyiapkan siswa untuk belajar memecahkan permasalahan yang dihadapi di lingkungan masyarakat. Selain itu, melatih kemampuan berpikir kritis pada siswa sekolah dasar sangat dimungkinkan, karena siswa SD sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan dasar walaupun dalam jumlah yang terbatas (Lambertus dalam Budiana, 2012: 2).

Dari beberapa pemaparan masalah pembelajaran IPS SD, dapat diasumsikan bahwa model pembelajaran yang ditampilkan guru kurang menarik dan merangsang siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, atau mungkin karena kemampuan siswa untuk menanggapi pembelajaran dan kebiasaan berpikir kritis siswa masih kurang.

Pembelajaran IPS yang konvensional, pada umumnya hanya menuntut aspek kognitif tingkat rendah yang berupa hapalan sehingga merupakan proses input pengetahuan dan kurang bermakna bagi siswa. Pada proses menghapal peserta didik hanya belajar mengingat, tidak menuntut aktivitas berpikir tinggi yang berimplikasi pada tidak terbiasanya siswa untuk berpikir kritis. Pembelajaran yang hanya menuntut kognitif tingkat rendah berupa hapalan, membuat siswa jauh terhadap pemahaman konsep yang dipelajarinya. Oleh karena itu, siswa yang menguasai konsep dapat terlihat dengan adanya upaya dalam menyampaikan informasi dengan kata-kata sendiri secara benar.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka usaha perbaikan proses pembelajaran melalui upaya pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk dilaksanakan. Hal ini adalah untuk melatih siswa bertanya pada level tingkat tinggi (higher order thinking) dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa dapat menghadapi tantangan di abad 21. Salah satu alternatif yang dapat mengembangkan


(18)

kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa adalah dengan menerapkan model learning cycle 5E.

Siklus belajar (learning cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. LC pada mulanya dikembangkan oleh Lowsen (Dahar, 2011: 169) terdiri dari 3 fase siklus belajar, ketiganya mengikuti urutan fase eksplorasi, pengenalan istilah dan aplikasi konsep.

LC tiga fase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 dan 6 fase. Dalam hal ini, peneliti menerapkan LC 5 fase, ditambahkan tahap

engagement sebelum exploration dan ditambahkan pula tahap evaluation pada

bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept

application masing-masing diistilahkan menjadi explanation dan elaboration.

Karena itu LC 5 fase sering dijuluki LC 5E yang terdiri dari engagement,

exploration, explanation, elaboration, dan evaluation (Lorsbach dalam Wena,

2011: 171).

Lorsbach (Wena, 2011: 7) menjelaskan Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis yang mengalami pengembangan menjadi lima tahap terdiri atas (a) engagement (pembangkitan minat) (b) exploration (eksplorasi) (c) explanation (eksplanasi) (d) elaboration (elaborasi) (e) evaluation (evaluasi).

Peneliti memilih model learning cycle 5E dalam penelitian ini, karena sebelumnya melakukan kajian pustaka terhadap penelitian terdahulu mengenai permasalahan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa. Adanya permasalahan tersebut, peneliti merasakan bahwa penerapan model learning cycle 5E ini mampu memberikan kontribusi terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Berikut dikemukakan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan


(19)

penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Irfan Rifana tahun (2013) mengenai

“Pengaruh Model Pembelajaran Learning cycle Dan Model Pembelajaran Solve

Create And Share” yang menunjukkan adanya peningkatan terhadap pemahaman

konsep pada pembelajaran Geografi.

Selanjutnya Sri Astutik (2012) melakukan penelitian yang berjudul

“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Model Learning cycle 5E Berbasis

Ekperimen Pada Pembelajaran Sains di SDN Patrang 1 Jember”. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar di SDN Patrang 1 jember. Sementara itu, Yuli Yuliati (2013) melaporkan hasil penelitiannya mengenai

“Pengaruh Model Learning cycle Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Pada Siswa SMK Akutansi Pasudan 1 Kota Bandung “. Hasil penelitian menunjukkan

adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam berbagai ilmu pelajaran seperti pembelajaran IPS yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, maka peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian ke depannya terhadap mata pelajaran yang lainnya.

Tahapan model learning cycle 5E meliputi tahapan engagement,

exploration, explanation, elaboration dan evaluation. Pada tahap engage, guru

membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan melalui fenomena yang terjadi sehingga mencul pertanyaan-pertanyaan dalam diri siswa. Pada tahap explore, siswa diorganisasikan kedalam kelompok belajar untuk bekerjasama dalam membuktikan hipotesis, melakukan pengamatan, pengumpulan data dan diskusi untuk menjawab pertanyaan yang muncul. Pada tahap explain siswa dituntut untuk menjelaskan pengetahuan yang mereka peroleh dengan bahasa mereka sendiri. Pada tahap elaborate siswa harus menerapkan pengetahuan yang diperoleh kedalam fenomena yang baru. Terakhir, tahap

evaluate guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa. Model learning cycle 5E mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan sementara pada


(20)

saat yang sama memungkinkan siswa untuk mengkonstruk konsep-konsep mereka sendiri (Kolomuc, 2012).

Kelebihan learning cycle 5E menurut Dahar (2011: 169) yaitu penggunaan siklus belajar yang tepat memberi kesempatan pada pada siswa untuk mengungkapkan konsepsi sebelumnya dan kesempatan untuk menguji konsepsi tersebut sehingga tidak hanya dapat memberikan kemajuan dalam pengetahuan konseptual siswa, melainkan juga meningkatkan kesadaran akan kemampuan untuk menggunakan pola penalaran yang terlibat dalam pembentukan dan pengujian pengetahuan konseptual tersebut.

LC merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir siswa tingkat tinggi. Asumsi tersebut didasarkan pada penerapan model learning cycle 5E yang mencerminkan pengalaman belajar yang dilakukan siswa untuk bisa memiliki konsep sehingga hasil belajar IPS ditingkatkan secara optimal dan pada model penerapan ini menghendaki pola berpikir tingkat tinggi, yaitu korelasional, deduktif-induktif serta perumusan jawaban atau hipotesis yang menuntut siswa untuk berpikir kritis.

Berdasarkan latar belakang diatas, diasumsikan bahwa model learning cycle 5E berpengaruh terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis IPS. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Learning Cycle 5E Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran IPS”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi bahwa yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPS cenderung membosankan siswa dikarenakan guru masih menerapkan pembelajaran secara konvensional sehingga kurangnya partisipasi siswa dalam merespon pembelajaran. Hal ini pula dijelaskan oleh penelitian terdahulu bahwa siswa kurang melontarkan pertanyaan-pertanyaan dan pemahaman konsep tentang pembelajaran IPS masih rendah.


(21)

Seharusnya pembelajaran IPS perlu mendorong untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa seperti: analisis, sintesis, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah dan siswa menguasai konsep materi pembelajaran yang telah dipelajarinya.

Maka dari itu, pembelajaran IPS yang konvensional, hanya menuntut aspek kognitif tingkat rendah yang berupa hapalan sehingga merupakan proses input pengetahuan dan kurang bermakna bagi siswa. Pada proses menghapal peserta didik hanya belajar mengingat, tidak menuntut aktivitas berpikir tinggi yang berimplikasi pada tidak terbiasanya siswa untuk berpikir kritis. Pembelajaran yang hanya menuntut kognitif tingkat rendah berupa hapalan, membuat siswa jauh terhadap pemahaman konsep yang dipelajarinya. Oleh karena itu, siswa yang menguasai konsep dapat terlihat dengan adanya upaya dalam menyampaikan informasi dengan kata-kata sendiri secara benar.

Oleh karena itu perlu diterapkan model pembelajaran learning cycle 5E untuk melihat pengaruh terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS .

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, penulis membatasi pembahasan penelitian dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran

IPS antara kelas eksperimen yang menerapkan model learning cycle 5E dengan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS antara kelas eksperimen yang menerapkan model learning


(22)

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep siswa yang menerapkan model learning cycle 5E pada kelas eksperimen dan penerapan pembelajaran konvensional di kelas kontrol

2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang menerapkan model learning cycle 5E pada kelas eksperimen dan penerapan pembelajaran konvensional di kelas kontrol

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini mempuyai manfaat untuk membuktikan perbedaan kemampuan model learning cycle 5E terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. b. Hasil penelitian ini dapat memperkaya teori tentang model-model

pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran IPS. 2. Manfaat praktis

a. Dapat memberikan alternatif terhadap siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. b. Siswa memperoleh pengalaman belajar sehingga pemahaman konsep dan

kemampuan berpikir kritisnya berkembang.

c. Bagi guru hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu model pembelajaran yang menarik dan menantang bagi siswa terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis.

F. Struktur Organisasi Tesis


(23)

Terdiri dari: latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.

BAB II Pengaruh Model Learning Cycle 5E Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Terdiri dari: pengertian IPS, tujuan pembelajaran IPS, pembelajaran IPS untuk SD, model pembelajaran, model learning

cycle 5E, pemahaman konsep, berpikir kritis, kerangka pemikiran

dan hipotesis penelitian. BAB III Metode Penelitian

Terdiri dari: lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisi data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Terdiri dari: penjelasan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN Rahayu 5 yang berlokasi di Jalan Terusan Permai No. 25 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Populasi penelitian ini, yakni seluruh kemampuan siswa dalam pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis di kelas IV SDN Rahayu 5 Kecamatan Margaasih kabupaten Bandung. kelas eksperimen dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Rahayu 5 berjumlah 40 siswa. Sedangkan kelas kontrol adalah siswa kelas IV SDN Rahayu 4, yang keduanya dipandang memiliki kemampuan setara.

B. Desain Penelitian

Desain dari penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan

Nonequivalent Control Group Desaign dengan tiga variabel yaitu learning cycle

(X) sebagai variabel bebas (independent variable), pemahaman konsep siswa (Y1) dan kemampuan berpikir kritis (Y2) sebagai variabel terikat (dependent variable). Penelitian ini didesain dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperiment dan kelompok kontrol.

Langkah selanjutnya, akan dilakukan uji pretes maupun postest pada kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Walaupun diberikan perlakuan yang berbeda antara kedua kelompok tetapi untuk pengujian baik kelompok eksperimen maupun kontrol menggunakan perangkat tes yang sama.

Mekanisme penelitian, dapat digambarkan sebagai berikut:

Learning Cycle

(X)

Kemampuan Berpikir Kritis (Y1)

Pemahaman Konsep (Y2)


(25)

Gambar 3.1

Secara sederhana desain penelitian, yaitu desain control group

Pretes-postest berikut:

Kelompok Pretest Treatment Postest

A O1 X O2

B O3 O4

Keterangan:

A : Perlakuan model learning cycle 5E

B : Perlakukan berupa pembelajaran secara konvensional O1 : Pretes kelas experimen

O2 : Postes kelas experimen O3 : Pretes kelas kontrol O4 : Postes kelas kontrol

(Schumacher, 2001: 342) Berdasarkan desain penelitian eksperimen kuasi tersebut, selanjutnya peneliti membuat alur penelitian untuk memudahkan pengecekan dan pemahaman terhadap pelaksanaan penelitian ini. Alur penelitiannya sebagai berikut:


(26)

Sedangkan rincian prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:

Prosedur pada penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengumpulan data. Uraian dari kedua tahap tersebut adalah sebagai berikut;

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Studi Kepustakaan

Pretes kelas eksperimen Pretes kelas kontrol

Pelaksanaan pembelajaran dengan model

Learning Cycle 5E

Postes kelas eksperimen Postes kelas kontrol

Analisis data

Kesimpulan

Penyusunan, uji coba, revisi dan pengesahan instrumen

Pelaksanaan pembelajaran konvensional


(27)

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian meliputi tahap-tahap penyusunan proposal, seminar proposal, studi pendahuluan, penyusunan instrumen penelitian pengujian instrumen dan perbaikan instrumen. Kegiatannya meliputi:

1) Menentukan jadwal penelitian

Penentuan jadwal penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapan waktu yang tepat melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap (II) Tahun Pelajaran 2013/2014.

2) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, dengan mengkaji terlebih dahulu silabus mata pelajaran IPS kelas IV SD semester genap. Pengkajian dilakukan terhadap materi pelajaran, alokasi waktu, indikator pencapaian serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP disusun disesuaikan dengan pembelajaran model learning cycle 5E.

3) Membuat kisi-kisi tes uji coba.

4) Mempersiapkan instrumen pengumpulan data berupa tes pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis.

b. Tahap pelaksanaan

Guru melaksanakan pembelajaran model learning cycle 5E di kelas eksperimen. Berikut ini dijelaskan proses pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen, yaitu:

1) Tahap pembangkitan minat (engagement)

Guru membangkitkan minat dan keingintahuan siswa dengan melontarkan pertanyaan tentang kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik)

2) Tahapan Eksplorasi

a) Guru mmbentuk siswa menjadi beberapa kelompok, yang terdiri dari 4-5 siswa.


(28)

b) Siswa diajak menjelaskan konsep yang ditemukan dengan kalimat sendiri

3) Tahapan Penjelasan (exploration) a) Guru memandu diskusi

b) Siswa secara kritis mengeluarkan dan mendengarkan pendapat teman c) Memberikan masukan atau pendapat lain

4) Tahapan elaborasi

a) Guru membimbing siswa untuk bertanya mengenai konsep yang telah didapat sebelumnya dan mengusulkan pemecahan masalah

b) Guru membimbing siswa membuat kesimpulan. 5) Tahapan Evaluasi

a) Siswa melakukan evaluasi diri dengan mengungkapkan kekurangan atau kelebihan pembelajaran yang telah didapatkan agar kedepannnya menjadi lebih baik.

c. Tahap pengumpulan data

Tahap penulisan laporan meliputi tahap pengolahan data, analisis data, dan penyusun laporan secara lengkap.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang digunakan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol (Sukmadinata, 2013: 53). Sedangkan metode yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran model

learning cycle 5E dan kelompok kontrol (kelas pembanding) adalah kelompok

siswa yang pembelajarannya tidak menggunakan pembelajaran model learning


(29)

Variabel penelitian ini melibatkan tiga jenis variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol.

a. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu model learning cycle 5E.

b. Variabel terikat pada penelitian ini adalah pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pembelajaran IPS.

c. Variabel kontrol pada penelitian ini, merupakan kategori kemampuan awal pembelajaran IPS siswa.

D. Definisi Operasional

Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam judul maupun isi dalam penelitian ini yang perlu diklarifikasi agar memperoleh kesamaan persepsi, istilah-istilah. Hal ini ditegaskan oleh Rosnenty (2010: 12) bahwa “Operationalizing variables means stating them in an observable and measurable from making them availabe for manipulation, control and examination”. Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:

1. Model learning cycle 5E

Learning cycle 5E merupakan model pembelajaran yang bertujuan untuk

mengembangkan konsep-konsep tertentu dan keterampilan menalar. Hal ini ditegaskan oleh Kolumuc (2012) bahwa LC terdiri dari 5 tahapan yang mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga memungkinkan siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep melalui mereka sendiri. Model pembelajaran learning cycle 5E itu sendiri merupakan sebuah tahapan kegiatan yang dirancang melalui lima tahapan sebagai upaya agar siswa dapat belajar lebih aktif dimulai dari tahapan pembangkitan minat (engagement) Pada tahap kedua eksplorasi (exploration) Pada tahap ketiga penjelasan

(explanation). Kemudian tahap keempat elaborasi (elaboration). Terakhir tahapan

Evaluasi (Evaluation)


(30)

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan dalam menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari sehingga dapat disajikan dalam bentuk yang dapat dimengerti dan mampu memberikan interpretasi serta mampu mengklasifikasikanya kedalam hubungan konsep dan makna dari konsep tersebut (Bloom, 1979). Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti pemahaman konsep siswa khususnya dalam pembelajaran IPS kelas IV di sekolah dasar dengan menggunakan 7 indikator antara lain: menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan (Anderson dan Krathwohl 2010: 100).

3. Kemampuan berpikir kritis

Gunawan (2007: 177) yang menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi sehingga membutuhkan perlakuan yang dapat merangsang kemampuan berpikir siswa. Dalam hal ini gunawan juga menjelaskan bahwa berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan, menganalisis masalah yang bersifat terbuka, menentukan sebab akibat, membuat kesimpulan dan memperhitungkan data yang relevan. Penelitian ini menggunakan 5 indikator kemampuan berpikir kritis dari Ennis yaitu: (1) memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), (2) membangun keterampilan dasar (basic support), (3) menyimpulkan (interenci), (4) memberikan penjelasan lanjutan (advanced clarification), dan (5) mengatur strategi dan teknik.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu jenis instrumen yaitu tes. Instrumen dalam bentuk tes terdiri dari seperangkat soal tes yang mengukur pemahaman konsep dan kemampuan berpikir siswa. Uraian mengenai instrumen penelitian yang berupa: tes (Pretes dan posttest) kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa yang sudah diuji coba (analisis validitas, realibilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen tes).


(31)

1. Tes Pemahaman Konsep

Tes digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar memecahkan masalah sosial yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini, tes digunakan oleh peneliti untuk mengetahui perbedaan pengaruh model pembelajaran learning cycle 5E terhadap pemahaman konsep antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam bentuk soal pilihan ganda. Adapun tes yang digunakan dalam teknik pengumpul data penelitian ini adalah:

a. Pretest adalah tes yang dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran

pemahaman konsep dengan tanpa perlakuan untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol

b. Postest adalah tes yang dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran untuk

kelas eksperimen melalui model learning cycle 5E, sedangkan kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional (pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru).

Langkah penyusunan tes dimulai dari penyusunan kisi-kisi dengan konsultasi pada pembimbing. Perancangan butir soal berpedoman pada jenjang kognitif pemahaman konsep oleh Anderson & Krathwohl (2010: 100). Kisi-kisi yang disusun mencakup aspek pemahaman konsep dalam bentuk soal dan kemampuan berpikir kritis, (kisi-kisi soal tes kemampuan berpikir kritis terlampir).

2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Tes untuk kemampuan berpikir kritis berbentuk uraian, yaitu melakukan pretes dan postes di kelas ekperimen maupun kelas kontrol. Pada tes kemampuan berpikir kritis diberikan tes soal uraian untuk siswa terhadap materi pembelajaran IPS SD.

Untuk penskoran terhadap jawaban kemampuan berpikir kritis yang diperoleh siswa dapat dilihat pada Tabel 3.1.


(32)

No. Soal

Skor Kriteria

1 3 Siswa sangat jelas dalam menjelaskan dampak positif maupun negatif dari penggunaan teknologi masa lalu dan masa kini

2 Siswa cukup jelas dalam menjelaskan dampak positif maupun negatif dari penggunaan teknologi masa lalu dan masa kini

1 Siswa kurang jelas dalam menjelaskan dampak positif maupun negatif dari penggunaan teknologi masa lalu dan masa kini

2 3 Siswa sangat tepat mempertimbangkan suatu alternatif solusi terhadap dampak buruk perkembangan teknologi komunikasi dan cara mengatasi dampak tersebut

2 Siswa cukup tepat mempertimbangkan suatu alternatif solusi terhadap dampak buruk perkembangan teknologi komunikasi dan cara mengatasi dampak tersebut

1 Siswa kurang tepat mempertimbangkan suatu alternatif solusi terhadap dampak buruk perkembangan teknologi komunikasi dan cara mengatasi dampak tersebut

3 3 Siswa sangat tepat mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi peristiwa yang menyebabkan terjadinya kecelakaan dan cara agar terhindar dari kecelakaan 2 Siswa cukup tepat mendeduksi dan mempertimbangkan

hasil deduksi peristiwa yang menyebabkan terjadinya kecelakaan dan cara agar terhindar dari kecelakaan 1 Siswa kurang tepat mendeduksi dan mempertimbangkan

hasil deduksi peristiwa yang menyebabkan terjadinya kecelakaan dan cara agar terhindar dari kecelakaan 4 3 Siswa sangat jelas mengidentifikasi asumsi mengenai

kelebihan dan kekurangan menggunakan alat transportasi masa kini atau modern

2 Siswa cukup jelas mengidentifikasi asumsi mengenai kelebihan dan kekurangan menggunakan alat transportasi masa kini atau modern

1 Siswa kurang jelas mengidentifikasi asumsi mengenai kelebihan dan kekurangan menggunakan alat transportasi masa kini atau modern

5 3 Siswa sangat tepat menentukan tindakan cara mengatasi pencemaran pabrik

2 Siswa cukup tepat menentukan tindakan cara mengatasi pencemaran pabrik


(33)

pencemaran pabrik

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan tes. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2013: 67).

Alat tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dengan menggunakan soal pilihan ganda untuk mengukur pemahaman siswa dan soal uraian untuk mengukur kemampuan berpikir kritis.

Tabel 3.2

Teknik Pengumpulan Data yang Digunakan

Instrumen Topi/kajian Sumber Data

Soal tes obyektif Mengukur pemahaman konsep Siswa

Soal tes uraian Mengukur kemampuan berpikir kritis Siswa G. Teknik Pengelolaan Data

Sebelum soal tes digunakan dalam penelitian, maka soal tersebut harus diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa yang telah memperoleh materi berkenaan dengan penelitian ini. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui instrumen yang dibuat telah memenuhi syarat instrumen yang baik, yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.

1. Validitas Tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen yang digunakan dalam penelitian, Arikunto (2006). Validitas instrumen dalam penelitian ini yaitu validitas konstruksi.

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang


(34)

validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan (Suherman, 2003). Validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Apakah soal pada instrumen penelitian sesuai atau tidak dengan materi yang diajarkan.

Validitas konstruk dilakukan peneliti kepada dosen pascasarjana UPI yaitu ibu Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, Ms dan bapak Prof. Dr. H. Disman, M.Si. adapun koreksi dari hasil uji validitas instrumen oleh buk Enok yaitu untuk pembuatan soal pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis baiknya sub indikator yang ada dipilih sesuai dengan perkembangan kognitif siswa SD. Hal ini sesuai dengan pembahasan peneliti pada bab 2 bahwa untuk instument tidak semua dari sub indikator dimasukan. Sedangkan hasil koreksi dari Prof. Disman yaitu memperbaiki kata-kata pada soal sehingga mudah untuk dimengerti oleh siswa dan untuk kemampuan berpikir kritis menggunakan soal essay.

Hasil dari validitas teoritik ini dilakukan uji Cochran’s Q dengan bantuan program SPSS 16 for Windows, untuk melihat keterkaitan antar skor yang diberikan oleh beberapa validator. Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : Para penimbang memberikan pertimbangan yang seragam H1 : Para penimbang memberikan pertimbangan yang tidak seragam

Kriteria pengujian yang digunakan, adalah jika p-value (sig.) lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima, dan untuk kondisi lainnya H0 ditolak (langkah-langkah pengujian seperti pengujian pada hipotesis penelitian).

Kemudian validitas butir tes diuji dengan bantuan Microsoft Excel 2007 dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sundayana,2010):

1) Menghitung harga korelasi setiap butir tes menggunakan rumus Product

Moment Pearson sebagai berikut.

r xy

Keterangan :


(35)

X : Skor satu butir soal tertentu terhadap skor total (jumlah skor siswa

pada butir).

Y : Skor total (jumlah skor semua siswa pada tiap butir soal). N : Jumlah subyek.

2) Melakukan perhitungan uji-t dengan rumus.

3) Mencari ttabel dengan ttabel = tα (dk = n-2).

4) Membuat kesimpulan, dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika thitung > ttabel, butir soal valid, atau

Jika thitung≤ ttabel, butir soal tidak valid.

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama (Arikunto, 2013: 100). Suatu alat evaluasi (tes) disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama. Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas tes ini adalah rumus Alpha (Arikunto, 2003)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

∑σi2 = jumlah varians skor tiap–tiap item

σt2 = varians total n = banyaknya soal

Menurut Suherman (2001) ketentuan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut:


(36)

Besarnya nilai r11 Interpretasi 0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r11≤ 0,60 Cukup

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

r11 ≤ 0,20 Sangat rendah

3. Daya Pembeda

Daya pembeda soal yang kita ketahui adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Hal ini ditegaskan pula oleh Suherman (2001) Daya pembeda sebuah butir soal tes untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (bodoh). Daya pembeda item dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda menurut Surapranata (2009) adalah:

Keterangan:

DP = Daya pembeda

= Rata-rata skor pada kelompok atas

= Rata-rata skor pada kelompok bawah = Skor maksimum pada butir soal

Menurut Suherman (2001) klasifikasi interpretasi daya pembeda soal sebagai berikut:

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda

Kriteria Daya Pembeda Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek


(37)

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal tes (Arikunto, 2006). Menurut Surapranata (2009), tingkat kesukaran untuk soal uraian dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Dimana :

TK = Tingkat Kesukaran

= Rata-rata skor pada butir soal = Skor maksimum pada butir soal

Menurut Suherman (2001) klasifikasi tingkat kesukaran soal sebagai berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran

Kriteria Tingkat Kesukaran Klasifikasi

TK = 0,00 Soal Sangat Sukar

0,00  TK  0,3 Soal Sukar

0,3 TK ≤ 0,7 Soal Sedang

0,7 TK ≤ 1,00 Soal Mudah

TK = 1,00 Soal Sangat Mudah


(38)

Data yang diperoleh dalam penlitian ini adalah data kuantitatif dengan menggunakan teknik statistika berdasarkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS.

Data kuantitatif yang diperoleh dalam penelitian ini akan dilakukan uji statistik. Pengujian tersebut dilakukan pada hasil uji instrumen, data pretes, dan postes. Hasil uji instrumen diolah dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007 untuk memperoleh validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Data hasil pretes dan postes pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa diolah dengan menggunakan bantuan Software SPSS 16 For

Windows.

Pengolahan dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Asumsi normalitas merupakan prasyarat kebanyakan prosedur statistika inferential. Dalam penelitian ini, asumsi normalitas dieksplorasi menggunakan uji normalitas Lilifors (Kolmogorov Smirnov) melalui SPSS 16 dengan taraf signifikansi α = 0.05. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji normalitas dilakukan untuk menilai perbedaan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS sebelum dan sesudah diberikan treatment atau perlakuan. Uji normalitas dengan cara menggunakan Gain factor normalized yang menggunakan rumus:

ɡ

=

Dimana: G= gain faktor Spost= skor postest Spre= skor Pretes


(39)

SMI= skor maksimum ideal

Untuk kriteria nilai g: G ≤ 0,300 maka peningkatan dikatakan rendah, 0,300 ≤ g ≤

0,700 dikatakan sedang dan G≥0,700 peningkatan dikatan tinggi. Semakin besar

nilai g maka semakin besar tingkat kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui distribusi data, apakah homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan cara membandingkan varian terbesar dan varian terkecil dengan menggunakan tabel. Adapun langkah-langkah uji homogenitas sebagai berikut:

a. Mencari nilai varian terbesar dan terkecil denga rumus: Fhitung= _Varian Besar_

Varian Kecil

b. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan kriteria: Jika Fhitung <

Ftabel, maka varians adalah homogen dan uji komparatif dapat dilakukan.

Jika menggunakan program SPSS 16, maka dapat dilakukan dengan analisis non parametrik tes yaitu dengan menggunakan Two Related Sample Tes yaitu dengan membandingkan angka signifikan (Sig) dengan nilai alfa dengan kriteria: jika angka signifikan (Sig) < α, maka H0 ditolak. Sebaliknya, jika angka (Sig) > α

maka H0 diterima. Selengkapnya kaidah uji homogenitas dengan menggunakan

Kolmogorov Sminorv sebagai berikut:

H0: data sampel memiliki variansi homogen H1: data sampel tidak memiliki variansi homogen

3. Uji t

Untuk menarik kesimpulan dalam penelitian maka dibutuhkan pembuktian hipotesis (Arikunto, 2010). Uji t dilakukan untuk membuktikan hipotesis mengenai adanya pengaruh penerapan model learning cycle 5E terhadap dan


(40)

pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS SD.

Data yang diperoleh haruslah data yang berdistribusi normal. Adapun rumus yang digunakan untuk uji t Susetyo (2010: 203) adalah sebagai berikut:

keterangan:

X1 = Mean kelas eksperimen X2= Mean kelas kontrol

n

1= jumlah siswa kelas eksperimen

n

2= jumlah siswa kelas kontrol

nilai thitung kemudian dibandingkan dengan ttabel pada nilai α = 0,05 dan derajat kebebasan dk= n-1. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak, sedangkan jika thitung <ttabel maka Ho diterima.

I. Uji Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen variabel pemahaman konsep dan berpikir kritis. Tes untuk pemahaman konsep peneliti menggunakan soal bentuk pilihan ganda sedangkan berpikir kritis menggunakan soal uraian yang diuji cobakan kepada 42 siswa di SDN Rahayu 6 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Berikut hasil uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

1. Uji Validitas

Pengujian tingkat validitas tiap item dipergunakan analisis item, artinya mengkorelasikan skor item dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor item. Persyaratan minimum agarsoal dapat dikatakan valid apabila r = 0,2 sehingga apabila korelasi antar item kurang dai 0,2 interumen tersebut dinyatakan tidak valid.


(41)

a. Adapun hasil uji coba mengenai tingkat validitas butir pilihan ganda disajikan dalam tabel 3.6 dibawah ini:

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Pemahaman Konsep No. Soal r-hitung Interpretasi

1 0,36 Valid

2 0,38 Valid

3 0,50 Valid

4 0,50 Valid

5 0,42 Valid

6 0,55 Valid

7 0,35 Valid

8 0,20 Valid

9 0,50 Valid

10 0,41 Valid

11 0,51 Valid

12 0,24 Valid

13 0,00 Tidak Valid

14 0,00 Tidak Valid

15 0,35 Valid

16 0,50 Valid

17 0,31 Valid

18 0,01 Tidak Valid

19 0,32 Valid

20 0,21 Valid

21 0,51 Valid

22 0,38 Valid

23 0,59 Valid

24 0,36 Valid

25 0,51 Valid

26 0,48 Valid

27 0,46 Valid

28 0,51 Valid

29 -0,07 Tidak Valid

30 0,49 Valid

31 0,60 Valid

32 0,55 Valid

33 -0,06 Tidak Valid

34 0,16 Tidak Valid


(42)

38 0,42 Valid

39 0,21 Valid

40 0,33 Valid

41 0,44 Valid

42 0,70 Valid

43 0,39 Valid

44 0,33 Valid

45 0,45 Valid

46 -0,39 Tidak Valid

47 0,21 Valid

48 0,20 Valid

Setelah dilaksanakan uji coba dan analisis terhadap 48 soal pilihan ganda ternyata 40 soal termasuk dalam kategori valid dan sebanyak 8 soal termasuk dalam kategori tidak valid sehingga dari soal valid tersebut peneiti memilih sebanyak 30 soal yang mewakili dari sub indikator penelitian. Soal yang termasuk dalam kategori valid dan tidak valid tercantum dalam tabel 3.7

Tabel 3.7

Hasil AnalisisValiditas Butir Soal Tes Pemahaman Konsep Siswa

No Butir Soal Keterangan

1 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,15,16,17,19,20,21,22,23,24, 25,26,27,28,30,31,31,36,37,38,39,40,41,42,43,44,45,4 7,48

Valid

2 13,14,18,29,33,34,35,46 Tidak Valid

b. Uji Validitas Soal Uraian

Sedangkan uji validitas untuk soal uraian pada kemampuan berpikir kritis disajikan pada Tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8

Hasil Validitas Kemampuan Berpikir kritis

No. Soal r-hitung Interpretasi

1 0,37 Valid

2 0,41 Valid

3 0,44 Valid

4 0,36 Valid

5 0,47 Valid

6 0,25 Valid


(43)

8 0,45 Valid

9 0,32 Valid

10 0,40 Valid

11 0,00 Tidak Valid

12 0,27 Valid

Sedangkan uji coba soal untuk kemampuan berpikir kritis dari analisis terhadap 12 soal uraian ternyata 11 soal termasuk dalam kategori valid dan hanya 1 soal yang dalam kategori tidak valid sehingga dari soal valid tersebut peneiti memilih sebanyak 5 soal yang mewakili dari sub indikator penelitian kemampuan berpikir kritis. Soal yang termasuk dalam kategori valid dan tidak valid tercantum dalam tabel 3.9.

Tabel 3.9 Hasil AnalisisValiditas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

No Butir Soal Keterangan

1 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12 Valid

2 11 Tidak Valid

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas tes dalam penelitian ini digunakan dengan bantuan software Anates V.4 for Window untuk soal pilihan ganda dan uraian. Hasil reliabilitas soal pemahaman konsep dan berpikir kritis disajikan pada Tabel 3.10 berikut:

Tabel 3.10

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Kemampuan r11 Klasifikasi

Pemahaman Konsep 0,84 Sangat Tinggi

Berpikir kritis 0,53 Cukup

3. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Perhitungan tingkat kesukaran pada soal pemahaman konsep jenis pilihan ganda yaitu pilihan ganda menggunakan bantuan sofware Anates V.4 for


(44)

Windows. Beikut disajikan ringkasan tingkat kesukaran tes pilihan ganda pada

abel 3.11 berikut

Tabel 3.11

Tingkat Kesukaran Butir Tes Pemahaman Konsep

No. Soal TK Interpretasi

1 0,66 Sedang

2 0,19 Sukar

3 0,80 Mudah

4 0,85 Sangat Mudah

5 0,83 Mudah

6 0,52 Sedang

7 0,78 Mudah

8 0,19 Sukar

9 0,78 Mudah

10 0,45 Sedang

11 0,64 Sedang

12 0,66 Sedang

13 1,00 Sangat Mudah

14 0,97 Sangat Mudah

15 0,83 Mudah

16 0,59 Sedang

17 0,88 Sangat Mudah

18 0,80 Mudah

19 0,85 Sangat Mudah

20 0,59 Sedang

21 0,33 Sedang

22 0,61 Sedang

23 0,66 Sedang

24 0,90 Sangat Mudah

25 0,26 Sukar

26 0,59 Sedang

27 0,50 Sedang

28 0,52 Sedang

29 0,14 Sangat Sukar

30 0,88 Sangat Mudah

31 0,23 Sukar

32 0,64 Sedang

33 0,09 Sangat Sukar

34 0,66 Sedang

35 0,35 Sedang

36 0,64 Sedang


(45)

38 0,30 Sangat Mudah

39 0,73 Mudah

40 0,28 Sukar

41 0,42 Sedang

42 0,54 Sedang

43 0,35 Sedang

44 0,23 Sukar

45 0,64 Sedang

46 0,45 Sedang

47 0,85 Sangat Mudah

48 0,30 Sangat Mudah

Analisis tingkat kesukaran soal pemahaman konsep dilakukan dengan program anates. Adapun kesimpulan dari hasil perhitungan data dapat disajikan pada tabel 3.12 berikut.

Tabel 3.12

Data Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tes Pemahaman Konsep

No. Item Soal Keterangan Soal

1 29,33 Sangat sukar

2 2,8,25,31,40,44 Sukar

3 1,6,10,11,12,16,20,21,22,23,26,27,28,32,34 35,36,37,41,42,43,45,46

Sedang

4 3,5,7,9,15,18,39 Mudah

5 4,13,14,17,19,24,30,38,47,48 Sangat mudah

Sedangkan tingkat kesukaran untuk kemampuan berpikir kritis dari hasil perhitungan dalam bentuk soal uraian dijabarkan pada Tabel 3.13 berikut:

Tabel 3.13

Tingkat Kesukaran Butir Tes Kemampuan Berfikir Kritia

No. Soal TK Interpretasi

1 0,71 Mudah

2 0,51 Sedang

3 0,28 Sukar

4 0,51 Sedang

5 0,48 Sedang

6 0,28 Sukar

7 0,48 Sedang

8 0,51 Sedang


(46)

12 0,59 Sedang

Sedangkan untuk Analisis tingkat kesukaran soal kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan program anates. Adapun kesimpulan dari hasil perhitungan data dapat disajikan pada tabel 3.14 berikut.

Tabel 3.14

Data Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis

No. Item Soal Keterangan Soal

1 3,6,11 Sukar

2 2,4,5,7,8,9,10,12 Sedang

3 1 Mudah

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal merupakan kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah . dari hasil perhitungan daya pembeda soal piliha ganda dilakukan dengan bantuan software Anates V.4 for Windows. Berikut perhitugan daya pembeda untuk soal pilihan ganda yang disajikan pada Tabel 3.15

Tabel 3. 15

Daya Pembeda Butir Soal Pemahaman Konsep

No. Soal DP Interpretasi

1 0,45 Baik

2 0,45 Baik

3 0,54 Baik

4 0,45 Baik

5 0,45 Baik

6 0,72 Baik Sekali

7 0,36 Cukup

8 0,90 Baik Sekali

9 0,45 Baik

10 0,36 Cukup

11 0,54 Baik

12 0,90 Baik Sekali

13 0,00 Kurang

14 -0.90 Kurang

15 0,36 Cukup

16 0,45 Baik

17 0,27 Cukup


(47)

19 0,18 Kurang

20 0,45 Baik

21 0,81 Baik Sekali

22 0,72 Baik Sekali

23 0,45 Baik

24 0,27 Cukup

25 0,18 Kurang

26 0,63 Baik

27 0,72 Baik Sekali

28 0,81 Baik Sekali

29 -0,90 Kurang

30 0,36 Cukup

31 0,54 Baik

32 0,63 Baik

33 0,90 Baik Sekali

34 0,00 Kurang

35 0,27 Cukup

36 0,54 Baik

37 1,00 Baik Sekali

38 0,63 Baik

39 0,36 Cukup

40 0,27 Cukup

41 0,45 Baik

42 0,81 Baik Sekali

43 0,36 Cukup

44 -0,90 Kurang

45 0,63 Baik

46 -0,72 Kurang

47 0,18 Kurang

48 0,27 Cukup

Berdasarkan perhitungan analisis daya pembeda dengan menggunakan program anates bahwa dari 48 soal tes pemahaman konsep IPS diperoleh kesimpulan data sebagai berikut:

Tabel 3.16

Data Analisis Soal Tes Pemahaman Konsep Berdasarkan Daya Pembeda

No Item Soal Keterangan

1 - Sangat Jelek


(48)

5 6,8,12,18,21,22,27,28,33,37,42 Sangat Baik

Sedangkan daya pembeda untuk kemampuan berpikir kritis dengan soal uraian akan disajikan pada Tabel 3.17

Tabel 3.17

Daya Pembeda Butir Soal Kemampuan Berpikir kritis

No. Soal DP Interpretasi

1 0,28 Cukup

2 0,25 Cukup

3 0,09 Kurang

4 0,24 Cukup

5 0,28 Cukup

6 0,30 Cukup

7 0,18 Kurang

8 0,18 Kurang

9 0,09 Kurang

10 0,21 Cukup

11 0,30 Cukup

12 0,09 Kurang

Berdasarkan perhitungan analisis daya pembeda dengan menggunakan program anates bahwa dari 12 soal tes kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS diperoleh kesimpulan data sebagai berikut:

Tabel 3.18

Data Analisis Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan Daya Pembeda

No Item Soal Keterangan

1 - Sangat Jelek

2 3,7,8,9,12 Jelek

3 1,2,4,5,6,10,11 Cukup

4 - Baik


(49)

J. Alur Uji Statistik

Normal

Homogen Tidak Homogen

Gambar 3.3 Alur Uji Statistik Kelas Eksperimen

Data

Pretes Postes

Kelas Kontrol

Data

Pretes Postes

Uji Normalitas

Uji Homogenitas

Uji t Uji

Parametrik (Uji t’)

Kesimpulan


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dihasilkan bahwa pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan penerapan pembelajaran model learning cycle 5E lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional. Materi IPS yang diberikan berkenaan tentang perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Materi tersebut dikemas dan dikaitkan dalam permasalahan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan memberikan permasalahan dalam materi tersebut maka siswa dapat memahami konsep dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan melaksanakan tahapan model learning cycle 5E.

Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu:

1. Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen yang menerapkan model learning cycle 5E dengan siswa di kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional. Pemahaman konsep siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan learning cycle 5E lebih baik daripada penerapan pembelajaran konvensional di kelas kontrol.

2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen yang menerapkan model learning cycle 5E dengan siswa di kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional. Kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan learning cycle 5E lebih baik daripada penerapan pembelajaran konvensional di kelas kontrol.

B. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, berikut ini disajikan beberapa saran atau rekomendasi yang bersesuaian, diantaranya:


(51)

1. Pengambil kebijakan

Pembelajaran dengan model learning cycle 5E dapat dijadikan salah satu alternatif kepala sekolah untuk memberikan inovasi pembelajaran IPS kepada guru

2. Pengguna

Pembelajaran dengan menerapkan model learning cycle 5E hendaknya menjadi alternatif pembelajaran bagi guru SD khususnya dalam pembelajaran IPS dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa

3. Peneliti berikutnya

a. Untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model learning

cycle 5E sebaiknya guru membuat skenario dan perencanaan yang matang,

sehingga pembelajaran dapat terjadi secara sistematis sesuai dengan rencana dan pemanfaatan waktu yang efektif dan tidak banyak waktu yang terbuang oleh hal-hal yang tidak relevan

b. Penelitian ini menggunakan sekolah yang berbeda dan guru yang berbeda, untuk itu agar mendaptkan hasil penelitian yang lebih maksimal maka peneliti berikutnya sebaiknya menggunakan sekolah yang sama dan guru yang sama baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

c. Penelitian ini hanya dilakukan dalam waktu satu bulan. Dengan waktu penelitian yang relatif terbatas ini, tentunya akan berdampak pada hasil yang belum maksimal. Oleh karena itu disarankan kepada peneliti lain dapat melanjutkan penelitian dengan alokasi waktu penelitian yang telah direncanakan dengan matang.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B, dkk. 2010. Pembelajaran Studi Sosial. Bandung: Alfabeta.

Alwi, M. 2009. Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Shared (Berbagi) dalam Pembelajaran IPS Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan

Anna, P. 1994. “Pendekatan Sains-Teknologi-,Masyarakat dalam Pendidikan

Sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi”. Makalah pada

seminar nasional hasil penelitian pendidikan MIPA III, ujung Padang. Anderson dan Krathwohl. 2010. Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. ---. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Asep, S. 2010. Penggunaan Alat IPA Sederhana Pada Model Siklus Belajar Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan

Beyer, BK. 1987. Pratical Strategies For The Teaching Of Thingking. Boston, London, Sydney, Toronto: Allyn and Bacon. Inc

Bloom. B,S. 1979. Taxonomy Of Education objektives, The Classification Of

Education Goals, Hand Book 1: Cognitive Domain. Usa: Longman inc.

Costa, AL dan Pressceisen, B.Z. 1985. Developing Mind: A Resource Book For

Teaching Thingking. Alexandria. Ascd

Dahar, RW. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Fisher, A. 2009. Berfikir Kritis. Jakarta: Erlangga.

Glasson, G.E & Lalik, R. V. 1993. “Reinterpreting the learning cycle from constructivist social perspective: A qualitative study of teacher’s beliefs and

practices”. Journal of Research in Science Teaching, 30, (2), 187-207.


(53)

Gunawan, R. 2011. Pendidikan IPS (Filofosi, Konsep, dan Aplikasi). Bandung: Afabeta.

Hamalik, O. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, S.H. 2004. Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial: Buku Satu Jiwa Pendidikan Sejarah.FPIPS. UPI Bandung.

Irfani, I. 2013. Pengaruh model pembelajaran learning cycle dan model pembelajaran solve create and share terhadap pemahaman konsep pada mahasiswa program studi pembelajaran Geografi. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan.

Isjoni. 2007. Integrated Learning (Pendekatan Pembelajaran IPS Di Pendidikan

Dasar). Bandung: Falah Production

Juhendi. 2011. Dampak Model Perubahan Konseptual Melalui Diskusi Kelas Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Kepekaan Sosial Siswa Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran IPS . Tesis.Bandung: SPS UPI Tidak Diterbitkan.

Karplus, R. 1978. Teaching for development of reasoning for the ’90. Alexandria, Virginia: Association for Supervision and Curiculum Developmen.

Kolumuc, A. 2012. The Effect Of Animation Enhanced Worksheets Prepared

Based on 5E Model For The Grade 9 Students on Alternative Conceptions of Physical and Chemical Changes. Procedia-sosial anda behavioral

Sciencis. 46, (2012).

Kristianti, D. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Konstekstual Strategi React Pada Materi Daur Air Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan

Lowsen, E. A. 1995. Science Teaching and The Development Of Thingking. Belmont, California: Wadworth Publishing Company.

Mahardi, H. 2008. Efektivitas Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran IPS SD Untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa di SD. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan


(54)

Maftuh, B. 2009. Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. Bandung: CV Yasindo Multi Aspek

Makmun, D.B. (1995). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mutakin, A. 2004. Konsep Dasar Pengorganisasian Program Pengajaran IPS Di

Sekolah Dasar. Bandung: Bina Siswa.

Nasution, A. H. 1992. Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung: Jemmars.

National Counsil for Social Studies. 1994. Expectance of Excelence: Curriculum

Standards for Social Studies. Washington D.C: NCSS.

Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 Standar Isi. Permendikbud RI. No. 64 Tahun 2013 Standar Isi.

Permendikbud RI No. 67 Tahun 2013 Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

Ramsey, J. 1993. “Developing conceptual storylines with the learning cycle”. Jurnal of elementary science education, 5,(2), 1-20.

Rohaeni, E. 2013. Pengaruh Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat Terhadap Keterampilan Bertanya dan Memecahkan Masalah Sosial Siswa.

Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan.

Rusman, 2011. Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme

Guru). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sagala. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sapriya. 2012. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Konsep Dan Pembelajaran). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Schumacher dan Millon. 2001. Research In Education A Conceptual Introduction. By Addison Wesley Longman. Inc

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suharkat. 2011. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Peningkatan Berfikir Kritis dan Motivasi Instrinsik Siswa Pada


(55)

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan

Suherman. E. 2003. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Susetyo, B. 2010. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama

Sri, A. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model Siklus Belajar

(Learning Cycle 5E) Berbasis Eksperimen pada Pembelajaran Sains di SDN Patrang I Jember. Http:/Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar. Volume 1

Nomor 2.

Sukmaatmadja, N. S. 1996. Metode Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara. Sundayana, R. 2010. Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STLIP Garut Press. Surapranata, S. 2009. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes

Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Susilawati, Johar Maknum dan Dadi Rusdiana. 2010. Penerapan Model Siklus

Belajar Hipotetikal Deduktif 7E Untuk menignkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Konsep pembiasaan Cahaya. Proseding Seminar

Nasional Fisika 2010 di UPI Bandung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan

Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Winkel, W.S. 1985. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

Wirasaputra. 2012. Berfikir Kritis Dalam Pembelajaran IPS. Tersedia di: http://wirasaputra.wordpress.com/2012/01/04/berpikir-kritis-dalam

pembelajaran-ips-di-era-global/. Diakses pada 3 Juli 2013.


(56)

(1)

92

1. Pengambil kebijakan

Pembelajaran dengan model learning cycle 5E dapat dijadikan salah satu alternatif kepala sekolah untuk memberikan inovasi pembelajaran IPS kepada guru

2. Pengguna

Pembelajaran dengan menerapkan model learning cycle 5E hendaknya menjadi alternatif pembelajaran bagi guru SD khususnya dalam pembelajaran IPS dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa

3. Peneliti berikutnya

a. Untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 5E sebaiknya guru membuat skenario dan perencanaan yang matang, sehingga pembelajaran dapat terjadi secara sistematis sesuai dengan rencana dan pemanfaatan waktu yang efektif dan tidak banyak waktu yang terbuang oleh hal-hal yang tidak relevan

b. Penelitian ini menggunakan sekolah yang berbeda dan guru yang berbeda, untuk itu agar mendaptkan hasil penelitian yang lebih maksimal maka peneliti berikutnya sebaiknya menggunakan sekolah yang sama dan guru yang sama baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

c. Penelitian ini hanya dilakukan dalam waktu satu bulan. Dengan waktu penelitian yang relatif terbatas ini, tentunya akan berdampak pada hasil yang belum maksimal. Oleh karena itu disarankan kepada peneliti lain dapat melanjutkan penelitian dengan alokasi waktu penelitian yang telah direncanakan dengan matang.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B, dkk. 2010. Pembelajaran Studi Sosial. Bandung: Alfabeta.

Alwi, M. 2009. Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Shared (Berbagi) dalam Pembelajaran IPS Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan

Anna, P. 1994. “Pendekatan Sains-Teknologi-,Masyarakat dalam Pendidikan

Sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi”. Makalah pada seminar nasional hasil penelitian pendidikan MIPA III, ujung Padang. Anderson dan Krathwohl. 2010. Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. ---. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Asep, S. 2010. Penggunaan Alat IPA Sederhana Pada Model Siklus Belajar Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan

Beyer, BK. 1987. Pratical Strategies For The Teaching Of Thingking. Boston, London, Sydney, Toronto: Allyn and Bacon. Inc

Bloom. B,S. 1979. Taxonomy Of Education objektives, The Classification Of Education Goals, Hand Book 1: Cognitive Domain. Usa: Longman inc. Costa, AL dan Pressceisen, B.Z. 1985. Developing Mind: A Resource Book For

Teaching Thingking. Alexandria. Ascd

Dahar, RW. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Fisher, A. 2009. Berfikir Kritis. Jakarta: Erlangga.

Glasson, G.E & Lalik, R. V. 1993. “Reinterpreting the learning cycle from constructivist social perspective: A qualitative study of teacher’s beliefs and

practices”. Journal of Research in Science Teaching, 30, (2), 187-207. Gunawan, AW. 2007. Genius Learning Strategi. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi.


(3)

Gunawan, R. 2011. Pendidikan IPS (Filofosi, Konsep, dan Aplikasi). Bandung: Afabeta.

Hamalik, O. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, S.H. 2004. Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial: Buku Satu Jiwa Pendidikan Sejarah.FPIPS. UPI Bandung.

Irfani, I. 2013. Pengaruh model pembelajaran learning cycle dan model pembelajaran solve create and share terhadap pemahaman konsep pada mahasiswa program studi pembelajaran Geografi. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan.

Isjoni. 2007. Integrated Learning (Pendekatan Pembelajaran IPS Di Pendidikan Dasar). Bandung: Falah Production

Juhendi. 2011. Dampak Model Perubahan Konseptual Melalui Diskusi Kelas Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Kepekaan Sosial Siswa Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran IPS . Tesis.Bandung: SPS UPI Tidak Diterbitkan.

Karplus, R. 1978. Teaching for development of reasoning for the ’90. Alexandria, Virginia: Association for Supervision and Curiculum Developmen.

Kolumuc, A. 2012. The Effect Of Animation Enhanced Worksheets Prepared Based on 5E Model For The Grade 9 Students on Alternative Conceptions of Physical and Chemical Changes. Procedia-sosial anda behavioral Sciencis. 46, (2012).

Kristianti, D. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Konstekstual Strategi React Pada Materi Daur Air Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan

Lowsen, E. A. 1995. Science Teaching and The Development Of Thingking. Belmont, California: Wadworth Publishing Company.

Mahardi, H. 2008. Efektivitas Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran IPS SD Untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa di SD. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan

Marzano, Robert J dan John S Kendall. 2008. Designing and Assesing Educational Objectives. UK: Sage Company, Corwin Press.


(4)

Maftuh, B. 2009. Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. Bandung: CV Yasindo Multi Aspek

Makmun, D.B. (1995). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mutakin, A. 2004. Konsep Dasar Pengorganisasian Program Pengajaran IPS Di

Sekolah Dasar. Bandung: Bina Siswa.

Nasution, A. H. 1992. Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung: Jemmars.

National Counsil for Social Studies. 1994. Expectance of Excelence: Curriculum Standards for Social Studies. Washington D.C: NCSS.

Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 Standar Isi. Permendikbud RI. No. 64 Tahun 2013 Standar Isi.

Permendikbud RI No. 67 Tahun 2013 Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

Ramsey, J. 1993. “Developing conceptual storylines with the learning cycle”. Jurnal of elementary science education, 5,(2), 1-20.

Rohaeni, E. 2013. Pengaruh Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat Terhadap Keterampilan Bertanya dan Memecahkan Masalah Sosial Siswa. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan.

Rusman, 2011. Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sagala. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sapriya. 2012. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Konsep Dan Pembelajaran). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Schumacher dan Millon. 2001. Research In Education A Conceptual Introduction. By Addison Wesley Longman. Inc

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suharkat. 2011. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Peningkatan Berfikir Kritis dan Motivasi Instrinsik Siswa Pada


(5)

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan

Suherman. E. 2003. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Susetyo, B. 2010. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama

Sri, A. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle 5E) Berbasis Eksperimen pada Pembelajaran Sains di SDN Patrang I Jember. Http:/Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar. Volume 1 Nomor 2.

Sukmaatmadja, N. S. 1996. Metode Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara. Sundayana, R. 2010. Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STLIP Garut Press. Surapranata, S. 2009. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes

Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Susilawati, Johar Maknum dan Dadi Rusdiana. 2010. Penerapan Model Siklus Belajar Hipotetikal Deduktif 7E Untuk menignkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Konsep pembiasaan Cahaya. Proseding Seminar Nasional Fisika 2010 di UPI Bandung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Winkel, W.S. 1985. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

Wirasaputra. 2012. Berfikir Kritis Dalam Pembelajaran IPS. Tersedia di: http://wirasaputra.wordpress.com/2012/01/04/berpikir-kritis-dalam

pembelajaran-ips-di-era-global/. Diakses pada 3 Juli 2013.

Yuli, Y. 2013. Pengaruh Model Learning cycle Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Pada Siswa SMK Akutansi Pasudan 1 Kota Bandung. Http://Jurnal. Wordpress.com. Volume 1 Nomor 2


(6)