PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND WRITING TERHADAP HASIL DAN MOTIVASI BELAJAR MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI DI GUGUS 66 KOTA BANDUNG.

(1)

viii DAFTAR ISI

PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN i ii iv vii viii xvi xvii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Identifikasi Masalah 1.3 Rumusan Masalah 1.4 Variabel Penelitian 1.5 Definisi Operasional 1.6 Tujuan Penelitian 1.7 Manfaat Penelitian 1.8 Hipotesis

1 1 7 8 9 9 11 11 12 BAB II PENGGUNAAN METODE MIND WRITING TERHADAP

HASIL DAN MOTIVASI BELAJAR MENULIS KARANGAN NARASI

2.1 Belajar

13 13


(2)

ix 2.1.1 Pengertian Belajar 2.1.2 Ciri-ciri Belajar 2.1.3 Unsur-unsur Belajar 2.1.4 Tujuan Belajar 2.2 Motivasi

2.2.1 Pengertian Motivasi Belajar 2.2.2 Jenis-jenis Motivasi Belajar 2.2.3 Fungsi Motivasi Belajar

2.2.4 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar 2.3 Hasil Belajar

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar

2.3.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar 2.3.3 Klasifikasi Hasil Belajar

2.4 Metode Mind Writing 2.4.1 Hakikat Metode 2.4.2 Pengertian Metode

2.4.3 Syarat-syarat Metode Belajar Mengajar 2.4.4 Mind Writing

2.4.5 Metode Mind Writing

2.4.6 Penggunaan Metode Mind Writing dalam Menulis Karangan Narasi 13 14 15 16 17 17 19 23 25 27 27 29 31 33 33 34 35 36 38 41


(3)

x 2.5 Metode Mind Mapping

2.5.1 Pengertian Mind Mapping

2.5.2 Langkah-langkah Mind Mapping

2.5.3 Penggunaan Metode Mind Mapping dalam Menulis Karangan Narasi

2.6 Menulis

2.6.1 Pengertian Menulis 2.6.2 Unsur-unsur Menulis 2.6.3 Tujuan Menulis 2.6.4 Proses Menulis 2.6.5 Jenis-jenis Karangan 2.7 Narasi

2.7.1 Pengertian Narasi 2.7.2 Struktur Narasi

2.7.3 Jenis-jenis Karangan Narasi 2.7.4 Syarat Menulis Karangan Narasi

44 44 45 46 47 47 51 53 55 58 60 60 61 62 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian 3.2 Sumber Data

3.2.1 Populasi 3.2.2 Sampel

66 66 67 67 67


(4)

xi 3.3 Instrumen Penelitian

3.3.1 Lembar Observasi 3.3.2 Daftar Tanyaan

3.3.3 Pedoman Wawancara 3.3.4 Butir Soal

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Observasi

3.4.2 Angket 3.4.3 Wawancara 3.4.4 Tes

3.5 Teknik Pengolahan Data 3.5.1 Identifikasi Data 3.5.2 Analisis Data

3.5.2.1 Uji Validitas 3.5.2.2 Uji Reliabilitas 3.5.2.3 Uji Normalitas 3.5.2.4 Uji Homogenitas 3.5.2.5 Uji N-Gain 3.5.2.6 Uji Hipotesis 3.5.2.7 Uji Korelasi

68 68 69 69 70 71 71 71 72 72 72 73 73 73 74 75 75 75 76 80 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 81


(5)

xii

4.1 Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Menggunakan Metode Mind Writing dalam Meningkatkan Hasil dan Motivasi Belajar Siswa 4.1.1 Pembelajaran Pertemuan Pertama Kelas

Eksperimen

4.1.2 Pembelajaran Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen

4.1.3 Pembelajaran Pertemuan Ketiga Kelas Eksperimen

4.1.4 Pembelajaran Pertemuan Keempat Kelas Eksperimen

4.1.5 Pembelajaran Pertemuan Kelima Kelas Eksperimen

4.1.6 Pembelajaran Pertemuan Keenam Kelas Eksperimen

4.1.7 Pembelajaran Pertemuan Pertama Kelas Kontrol 4.1.8 Pembelajaran Pertemuan Kedua Kelas Kontrol 4.1.9 Pembelajaran Pertemuan Ketiga Kelas Kontrol 4.1.10 Pembelajaran Pertemuan Keempat Kelas Kontrol 4.1.11 Hasil Wawancara Guru tentang Pembelajaran

Menulis Karangan Narasi Menggunakan Metode

81

81

84

86

90

92

94 97 98 100 101


(6)

xiii Mind Writing

4.2 Analisis Data Hasil Menulis Karangan Narasi Kelas Eksperimen

4.2.1 Analisis Data Hasil Menulis Karangan Narasi Sebelum Perlakuan

4.2.2 Pembahasan Analisis Data Menulis Karangan Narasi Sebelum Perlakuan

4.2.3 Analisis Data Hasil Menulis Karangan Narasi Setelah Perlakuan

4.2.4 Pembahasan Analisis Data Menulis Karangan Narasi Setelah Perlakuan

4.3 Analisis Motivasi Belajar Menulis Karangan Narasi Kelas Eksperimen

4.3.1 Analisis Motivasi Belajar Menulis Karangan Narasi Sebelum Perlakuan

4.3.2 Pembahasan Analisis Motivasi Belajar Menulis Karanga Narasi Sebelum Perlakuan

4.3.3 Analisis Motivasi Belajar Menulis Karangan Narasi Setelah Perlakuan

4.3.4 Pembahasan Analisis Motivasi Belajar Menulis Karangan Narasi Setelah Perlakuan

102

105

106

168

171

227

230

230

307

310


(7)

xiv

4.4 Deskripsi dan Rekapitulasi Data Prates dan Pascates Hasil Menulis Karangan Narasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

4.5 Efektivitas Metode Mind Writing dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi

4.5.1 Uji Normalitas Data 4.5.2 Uji Homogenitas Data 4.5.3 Uji Hipotesis

4.6 Deskripsi dan Rekapitulasi Data Angket Motivasi Belajar Menulis Karangan Narasi Sebelum dan Sesudah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

4.7 Pengujian Sifat Data 4.7.1 Uji Normalitas Data 4.7.2 Uji Homogenitas Data 4.7.3 Uji Hipotesis

4.7.4 Uji Korelasi

390

230

308

311

388

391

397 398 399 401


(8)

xv

405 416 416 417 420 423 BAB V Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan 5.2 Saran

425 425 429 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

431 435 462


(9)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tingkat Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas V SDN Gugus 66 Kota Bandung dengan Menggunakan Metode

Mind Writing (Kelas Eksperimen) 391

Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung dengan Menggunakan Metode

Mind Mapping (Kelas Kontrol) 395

Tabel 4.3 Uji Gain Peningkatan Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 396 Tabel 4.4 Uji Normalitas Kemampuan Menulis Karangan Narasi Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol 398

Tabel 4.5 Data Normalitas Kemampuan Menulis Karangan Narasi Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol 399

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Varians Hasil Belajar Menulis Karangan Narasi

Kelas Eksperimen 400

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Varians Hasil Belajar Menulis Karangan Narasi

Kelas Kontrol 400

Tabel 4.8 Uji Homogenitas Varians Pascates Menulis Karangan Narasi

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 401

Tabel 4.9 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Prates dan Pascates Kelas

Kontrol 403

Tabel 4.10 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Prates dan Pascates Kelas

Eksperimen 403

Tabel 4.11 Uji Mann-Whitney Data Pascates Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol 404

Tabel 4.12 Data Angket Motivasi Siswa Belajar Menulis Karangan Narasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan Kelas Eksperimen 406


(10)

xvii

Tabel 4.13 Data Angket Motivasi Siswa Belajar Menulis Karangan Narasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan Kelas Kontrol 411 Tabel 4.14 Uji Normalitas Motivasi Belajar Menulis Karangan Narasi Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol 417

Tabel 4.15 Data Normalitas Motivasi Belajar Menulis Karangan Narasi

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 417

Tabel 4.16 Uji Homogenitas Varians Motivasi Belajar Kelas Eksperimen 418 Tabel 4.17 Uji Homogenitas Varians Motivasi Belajar Kelas Kontrol 419 Tabel 4.18 Uji Homogenitas Varians Motivasi Belajar Setelah Perlakuan

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 419

Tabel 4.19 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Motivasi Belajar Sebelum dan

Sesudah Perlakuan Kelas Eksperimen 421

Tabel 4.20 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Motivasi Belajar Sebelum dan

Sesudah Perlakuan Kelas Kontrol 422

Tabel 4.21 Uji Mann-Whitney Motivasi Belajar Setelah Perlakuan 422 Tabel 4.22 Uji Korelasi Pearson Metode Mind Writing dan Motivasi Belajar 424 Tabel 4.23 Uji Korelasi Pearson Spearman Metode Mind Mapping dan


(11)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instruksi Tes Menulis 435

Lampiran 2 Pedoman Tes Menulis Karangan Narasi 436

Lampiran 3 Pedoman Angket Motivasi Belajar Menulis Karangan Narasi 438 Lampiran 4 Pedoman Observasi Motivasi Belajar Menulis Karangan Narasi

Menggunakan Metode Mind Writing 439

Lampiran 5 Pedoman Wawancara Guru Terhadap Motivasi Belajar Menulis

Karangan Narasi 441

Lampiran 6 Pedoman Observasi Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Menggunakan Metode Mind Writing 442 Lampiran 7 Pedoman Wawancara Guru Terhadap Proses Pembelajaran

Menulis Karangan Narasi Menggunakan Metode Mind Writing 446 Lampiran 8 Rencana Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan

Menggunakan Metode Mind Writing 447

Lampiran 9 Rencana Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan

Menggunakan Metode Mind Mapping 450

Lampiran 10 Rekapitulasi Hasil Penilaian Prates dan Pascates Kelas

Eksperimen 453

Lampiran 11 Rekapitulasi Hasil Penilaian Prates dan Pascates Kelas Kontrol 454 Lampiran 12 Rekapitulasi Angket Motivasi Belajar Sebelum Perlakuan Kelas

Eksperimen 456

Lampiran 13 Rekapitulasi Angket Motivasi Belajar Sesudah Perlakuan Kelas

Eksperimen 457

Lampiran 14 Rekapitulasi Angket Motivasi Belajar Sebelum Perlakuan Kelas

Kontrol 458

Lampiran 15 Rekapitulasi Angket Motivasi Belajar Setelah Perlakuan Kelas


(12)

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi sosial. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan terkait dengan kemampuan manusia dalam menguasai keterampilan menyimak dan berbicara sedangkan komunikasi tulisan terkait dengan kemampuan membaca dan menulis. Keterampilan-keterampilan ini saling berkaitan dalam menunjang komunikasi.

Keterampilan berbahasa diperoleh secara berurutan: mula-mula pada masa kecil, kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, setelah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah. Awal mengikuti pendidikan formal, anak dikenalkan dengan kegiatan membaca dan menulis permulaan. Selanjutnya pada kelas 4-6 sekolah dasar, anak diajarkan membaca dan menulis lanjut.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang terakhir dikuasai setelah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Keterampilan menulis membutuhkan kemampuan dalam memahami huruf, kata, kalimat, paragraf. Pada mulanya anak hanya memperhatikan, mengingat-ingat, menirukan, dan menambahkan informasi yang diambil dari sebuah buku atau informasi yang didengarnya. Permulaan kebiasaan seperti ini dapat melatih keterampilan anak dalam


(14)

2

memilih kata, menyusunnya menjadi kalimat, merakit paragraf, membeberkan masalah, memulai tulisan, dan menguraikan isi.

Menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan sehingga pembelajarannya perlu dilaksanakan secara berkesinambungan sejak di sekolah dasar. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa keterampilan menulis di sekolah dasar merupakan kemampuan mendasar sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Oleh karena itu, kegiatan menulis perlu mendapat perhatian yang optimal sehingga dapat memenuhi target keterampilan menulis yang diharapkan.

Menulis merupakan salah satu keterampilan yang dikuasai siswa sekolah dasar. Siswa kelas V sekolah dasar harus memiliki kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. Standar kompetensi menulis yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pengajaran (KTSP) adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog sederhana. Berdasarkan kurikulum tersebut, siswa diharapkan mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam berbagai bentuk tulisan.

Pada kenyataannya tidak semua siswa senang dan pandai menuangkan ide, perasaan, informasi, dan pemikirannya ke dalam tulisan. Penelitian yang dilakukan Heniati (2006: 2) menyatakan bahwa faktor penyebab ketidakmampuan siswa tersebut diantaranya guru lebih banyak menekankan teori dan pengetahuan bahasa daripada mengutamakan keterampilan berbahasa. Proses belajar mengajar pun lebih


(15)

3

banyak didominasi guru, kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan serta. Nurmala (2008: 8) berpendapat bahwa kesulitan ini disebabkan faktor psikologis dan metodologis. Secara psikologis, kebanyakan siswa menganggap menulis sebagai beban karena merasa kurang mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Secara metodologis, guru umumnya kurang bervariasi dalam memilih metode dan strategi pembelajaran.

Adapun menurut Dasripin (2008: 4) bahwa siswa tidak mampu menulis dengan baik karena metode yang diterapkan guru tidak bisa menjadikan siswa terampil dalam menulis. Jika metode pembelajaran tidak menarik tentu pembelajaran menulis tidak akan berhasil. Ristiani (2009: 410) menuturkan bahwa kesulitan menulis pada anak sekolah dasar disebabkan sulitnya mencari dan memilih kata (faktor ketidakmampuan) dan mengatasi rasa malas atau enggan menulis (faktor ketidakmauan).

Gambaran kesulitan menulis tersebut juga penulis temukan pada siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung. Secara garis besar, siswa kesulitan menemukan ide atau gagasan sesuai dengan tema yang diminta guru. Faktor penyebab kurang berhasilnya pembelajaran menulis diantaranya pertama, kurangnya informasi atau pengalaman mengenai tema yang akan ditulis; kedua, kegiatan menulis menjadi beban bagi siswa sehingga mereka kurang termotivasi; ketiga, kurangnya eksplorasi bahan tulisan; keempat, guru lebih menekankan teori tata bahasa; kelima, kurang variatifnya metode pembelajaran menulis.


(16)

4

Faktor-faktor penyebab tersebut merupakan kendala yang harus ditanggulangi dengan seksama. Di sini, guru sebagai fasilitator, menurut Brown (1994: 34-37) memiliki peranan penting dalam menciptakan suasana dan kondisi kegiatan belajar mengajar yang kondusif. Sebagai pengajar, guru harus mampu membangun motivasi siswa, melibatkan mereka dalam proses belajar mengajar, serta pandai menarik minat dan perhatian siswa.

Proses belajar mengajar yang melibatkan motivasi siswa dalam belajar dapat menumbuhkan semangat mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi merupakan proses perubahan tingkah laku siswa untuk mencapai tujuan dalam belajar. Menurut Prayitno (1989: 69) motivasi dapat mendorong siswa untuk aktif dalam belajar, memusatkan perhatian mereka pada pengarahan yang diberikan guru, serta memberikan siswa pengalaman belajar yang menyenangkan.

Metode pembelajaran yang menarik tentu akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Motivasi yang terbangun dengan baik dalam diri siswa, menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Uno (2009: 17) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu. Hasil belajar ini dipengaruhi, antara lain faktor motivasi siswa, kesiapan siswa dalam belajar, metode pembelajaran, juga relasi siswa dengan komponen masyarakat.

Salah satu alternatif metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis adalah metode mind writing. Menurut Priyono (2010: 110) metode mind writing merupakan kegiatan menulis dengan pendekatan kejiwaan. Fokusnya adalah


(17)

5

membangun semangat siswa dalam menuangkan ide, gagasan, perasaan, atau pemikirannya ke dalam tulisan. Mind writing memiliki langkah yang dapat membantu siswa mendalami topik tulisannya sehingga kemacetan ide bisa diatasi. Saat kegiatan menulis menjadi mengasyikkan, siswa tidak akan malas berlatih untuk meningkatkan kemampuan menulisnya. Metode ini dapat digunakan untuk menulis apa pun, baik tulisan ilmiah populer, cerpen, maupun novel.

Langkah mind writing yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis menurut Priyono (2010: 7) sebagai berikut. Pertama, menggunakan curah acak 5W+2H (what, who, why, when, where, how, how much/how many) untuk mengembangkan topik atau tema tulisan. Kedua, tidak memedulikan kritikan otak kiri. Setelah menyelesaikan tulisan, baru otak kiri digunakan untuk mengoreksi tulisan.

Hal senada dikatakan Hernowo (2004: 135) bahwa saat menulis hendaknya kita membebaskan diri dari semua aturan menulis yang ada, termasuk aturan mengenai kebahasaan. Pada saat awal menulis, kita tidak harus mengoreksi bahasa dan materi yang sedang ditulis. Proses menulis dilakukan dengan bebas sesuai dengan ide dan gagasan kita.

Pada metode mind writing pengalaman menjadi bagian penting dalam proses pendalaman penulisan sehingga disarankan untuk mengambil topik yang dikuasai. Selain itu, metode ini dapat membantu siswa memperkaya tulisan melalui eksplorasi bahan-bahan yang terkait. Saat melakukan eksplorasi bahan siswa secara tidak langsung diwajibkan untuk membaca teks yang menunjang topik tulisannya. Banyak


(18)

6

penelitian yang mengungkapkan bahwa dengan membaca siswa dapat memperkaya idenya.

Salah satunya penelitian Krashen (Hernowo, 2004: 112) bahwa kita belajar menulis lewat membaca. Kita memperoleh gaya tulisan, bahasa khusus penulisan, dengan membaca. Banyak bukti menegaskan hal ini, anak-anak yang berpartisipasi dalam program membaca bebas, menulis dengan lebih baik dan semakin banyak membaca semakin baik tulisan mereka.

Menuliskan pengalaman erat kaitannya dengan jenis karangan narasi. Melalui karangan narasi, siswa dapat mengungkapkan berbagai peristiwa yang dialami atau dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Nofianty (2006: 7) hal ini sangat berguna bagi perkembangan pribadi siswa, nantinya menjadi dasar dalam kehidupannya bersosialisasi di masyarakat. Menurut Semi (2007: 53) tujuan penulisan karangan narasi adalah untuk menceritakan peristiwa kehidupan manusia baik itu mengenai kehidupan nyata, imajinasi, atau gabungan keduanya.

Pemilihan kelas V sekolah dasar sebagai subjek penelitian atas dasar pertimbangan, diantaranya pertama, siswa kelas V secara psikologis masih berada pada tahap operasional konkret, artinya proses pembelajaran harus berdasarkan pengamatan secara konkret dan jelas; kedua, siswa kelas V sudah mampu menuliskan hasil pengamatannya menjadi sebuah tulisan yang dapat dianalisis hasilnya (Nurmala, 2008: 8).


(19)

7

Pernyataan di atas diperkuat oleh Resmini (file.upi.edueai.php) bahwa pada usia 11-12 tahun seorang anak telah memasuki tahap integrasi. Pada tahap ini anak-anak mampu mempertimbangkan seluruh aspek yang melingkupinya. Misalnya, anak dapat mengaplikasikan konteks komunikatif dalam mengarang seperti bentuk, gaya, pembaca, dan tujan penulisan.

Berkaitan dengan permasalahan di atas, diperlukan penelitian untuk memberikan solusi yang tepat sehingga kemampuan menulis siswa dapat meningkat. Di samping itu, metode mind writing belum banyak digunakan dalam pembelajaran menulis di sekolah. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian mengenai Pengaruh Penggunaan Metode Mind Writing Terhadap Hasil dan Motivasi Belajar Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri di Gugus 66 Kota Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Uraian tersebut menjelaskan bahwa dalam pembelajaran menulis, termasuk menulis karangan narasi, masih terdapat banyak permasalahan. Permasalahan tersebut ada yang berkaitan dengan metode belajar, kompetensi guru, motivasi siswa, sarana dan prasana yang tersedia.

Permasalahan yang terjadi lapangan adalah kurang variasinya metode belajar yang digunakan guru saat pembelajaran menulis karangan narasi. Selain itu, motivasi siswa yang rendah selama pembelajaran membuat guru kesulitan untuk meningkatkan


(20)

8

hasil belajar siswa. Metode belajar yang efektif dalam pembelajaran menulis masih perlu diteliti agar hasil belajar siswa lebih optimal. Metode belajar yang tepat akan memberikan pengaruh yang positif pada peningkatan hasil dan motivasi belajar siswa.

1.3Rumusan Masalah

Dalam setiap kegiatan belajar, pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari akan berguna untuk membantu kita dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian, permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana proses pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan metode mind writing dalam meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung?

2) Bagaimanakah profil kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung sebelum dan sesudah mendapatkan pelakuan mind writing?

3) Bagaimanakah motivasi belajar menulis karangan narasi siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung sebelum dan sesudah mendapatkan pelakuan mind writing?

4) Adakah perbedaan yang signifikan hasil belajar menulis karangan narasi siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung sebelum dan sesudah menggunakan metode mind writing dan mind mapping?


(21)

9

5) Adakah peningkatan motivasi belajar menulis karangan narasi siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung sebelum dan sesudah menggunakan metode mind writing?

1.4Variabel Penelitian 1) Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah metode mind writing. 2) Variabel terikat

Variabel terikat dari penelitian ini adalah hasil dan motivasi belajar menulis karangan narasi.

1.5Definisi Operasional

Dalam proses penelitian, seorang peneliti harus mempunyai konsep operasional yang jelas agar hasil penelitiannya dapat memberi makna kepada pembaca. Adapun definisi operasional penelitian ini, sebagai berikut.

1) Metode mind writing adalah rangkaian kegiatan menulis yang sistematis dalam menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan curah acak 5W+2H dan tidak memedulikan otak kiri saat proses menulis karangan narasi berlangsung. Metode mind writing menekankan pada energi positif dan komitmen siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung dalam menulis sehingga mereka termotivasi melakukan kegiatan tersebut. Curah acak 5W+2H adalah cara mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata tanya why, when, what, who, where, how,


(22)

10

how much/many saat mengembangkan ide atau gagasan menjadi tulisan. Tidak memedulikan otak kiri saat proses menulis bertujuan agar siswa dapat fokus menulis tanpa mengoreksi tulisannya. Pada tahap penyuntingan siswa mengoreksi kata atau kalimat yang kurang tepat; kata yang tidak perlu atau digunakan secara berulang; penggunaan ejaan; penggunaan tanda baca; penggunaan huruf kapital. 2) Hasil belajar menulis karangan narasi adalah perubahan perilaku yang terjadi

pada siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung akibat kegiatan belajar. Perubahan perilaku dilihat dari perkembangan kemampuan atau keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi berdasarkan pengalaman pribadinya. Menulis adalah kegiatan mengekspresikan ide, gagasan, atau perasaan mengenai sesuatu sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Saat menuangkan gagasan dan idenya, siswa menunjukkan kemampuan dalam mengorganisasi ide karangan, menggunakan pilihan kata, dan menggunakan ejaan yang tepat. Salah satu bentuk karangan yang dipelajari di kelas V adalah menceritakan pengalaman atau peristiwa yang mengandung unsur perbuatan serta waktu.

3) Motivasi belajar menulis karangan narasi adalah serangkaian daya penggerak di dalam diri siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung yang menimbulkan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar, menulis karangan narasi. Hal tersebut menyebabkan perubahan energi pada diri siswa untuk bertindak dengan cara tertentu agar kegiatan menulis karangan narasi berlangsung dengan optimal. Siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung yang termotivasi dalam belajar memperlihat perilaku tekun dalam mengerjakan tugas, ulet menuntaskan


(23)

11

pekerjaannya, mandiri dalam belajar, bertanggung jawab dengan tugasnya, dan memiliki target belajar.

1.6Tujuan Penelitian

1) Mendeskripsikan proses pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan metode mind writing untuk meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung.

2) Mendeskripsikan profil kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung sebelum dan sesudah mendapatkan pelakuan mind writing.

3) Mendeskripsikan motivasi belajar menulis karangan narasi siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung sebelum dan sesudah mendapatkan pelakuan mind writing.

4) Mendeksripsikan dan menganalisis hasil belajar menulis karangan narasi siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung sebelum dan sesudah menggunakan metode mind writing dan mind mapping.

5) Mendeskripsikan dan menganalisis motivasi belajar menulis karangan narasi siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung sebelum dan sesudah menggunakan metode mind writing.

1.7Manfaat Penelitian


(24)

12

1) Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang penting dan memperluas wawasan bahan kajian ilmu bahasa, terutama bahasa Indonesia dalam keterampilan menulis sehingga dapat dijadikan rujukan untuk pengembangan penelitian keterampilan menulis lebih lanjut pada masa yang akan datang.

2) Manfaat praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran kepada guru-guru bahasa Indonesia SDN di Gugus 66 Kota Bandung untuk memperkaya metode pengajaran guna meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswanya. Hasil penelitian ini dapat digunakan siswa sebagai langkah awal untuk menggali kompetensi menulis karangan narasi.

1.8Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dalam penelitian ini dirumuskan terlebih dulu hipotesis kerja (Ha) dan hipotesis nol (H0), yaitu:

Ha= penggunaan metode mind writing memengaruhi hasil dan motivasi belajar menulis karangan narasi siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung.

H0= penggunaan metode mind writing tidak memengaruhi hasil dan motivasi belajar menulis karangan narasi siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung.


(25)

66 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, yakni metode yang sistematis dan logis untuk membuktikan suatu hipotesis. Hipotesis merupakan penyataan kebenaran sementara mengenai pengaruh perlakuan yang diberikan pada kelompok tertentu yang dibuktikan melalui percobaan. Percobaan dilakukan dengan memanipulasi perlakuan yang diberikan kepada kelompok tertentu sehingga diketahui kebenaran dari hipotesis.

Pembuktian ini dilakukan dengan menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang menerima perlakuan (percobaan) khusus dan kelompok kontrol adalah yang menerima perlakuan lainnya. Desain yang digunakan pada eksperimen ini adalah the randomized pretest-posttest control group design (Frankel&Wallen, 2007: 274). Rancangannya sebagai berikut.

Kelompok eksperimen R O X O

Kelompok kontrol R O C O

(Frankel&Wallen, 2007: 274) Keterangan:

R : random assignment untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol O : prates dan pascates yang diberikan pada kelompok eksperimen dan


(26)

67

X : perlakuan pembelajaran kelompok eksperimen dengan metode mind writing C : perlakuan pembelajaran kelompok kontrol dengan metode mind mapping

3.2Sumber Data

Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan subjek penelitian. Subjek penelitian merupakan populasi penelitian yang diambil secara sampel. Pengambilan sampel penelitian disebut sampling.

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Populasi bukan sekedar jumlah objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki subjek atau objek itu. Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari individu-individu dimana peneliti dapat memperoleh informasi tertentu (Frankel&Wallen, 2007: 92-93). Populasi siswa yang akan diteliti berasal dari SDN di Gugus 66 Kota Bandung. Populasi penelitian merupakan tulisan siswa kelas V SDN di Gugus Kota Bandung Tahun Ajaran 2011-2012. Kelas V di SDN di Gugus 66 terdiri atas 5 kelas dengan jumlah seluruhnya 181 siswa.

3.2.2 Sampel

Punaji (2010: 170-171) mengatakan bahwa sampel penelitian harus memenuhi syarat representatif, artinya sampel yang diambil benar-benar mewakili populasi yang


(27)

68

ada. Teknik pengambilan sampel paling baik dan representatif adalah teknik sampel acak (rambang). Dalam teknik ini setiap individu memiliki peluang atau kesempatan sama untuk dijadikan subjek penelitian.

Pengklasifikasian kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung menggunakan kriteria yang menunjukkan perlakuan seimbang baik prestasi, jumlah siswa, maupun keadaan siswa karena di sekolah ini tidak ada kelas unggulan sehingga keadaan kelas homogen.

3.3Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat untuk mengumpulkan data penelitian. Data penelitian dapat dikumpulkan menggunakan instrumen penelitian, sebagai berikut.

3.3.1 Lembar Observasi

Lembar observasi, digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran secara langsung. Lembar observasi meliputi lembar aktivitas guru dan siswa serta motivasi siswa dalam pembelajaran. Aktivitas guru dan siswa meliputi pengamatan kegiatan yang dilakukan sejak awal sampai akhir pembelajaran. Kegiatan mengamati disertai dengan pencatatan terhadap aktivitas di kelas. Motivasi siswa dilakukan untuk mengamati perubahan tingkah laku selama proses pembelajaran. Observasi ini dilakukan untuk mengamati proses penggunaan metode mind writing dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Peneliti ingin


(28)

69

mendapatkan informasi mengenai penerapan metode mind writing selama proses menulis berlangsung.

3.3.2 Daftar Tanyaan

Daftar tanyaan digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap metode mind writing yang dilaksanakan peneliti. Respon yang ingin diketahui peneliti adalah motivasi belajar siswa saat menggunakan metode yang dieksperimenkan. Aspek yang ingin diketahui adalah ketekunan belajar meliputi kehadiran siswa di sekolah dan kesiapan mengikuti pembelajaran; senang dengan tantangan meliputi repon dan usaha siswa saat menghadapi kesulitan; minat belajar meliputi konsentrasi dan keaktifan selama pembelajaran serta memiliki ketertarikan mendalami materi; mempunyai target dalam belajar meliputi keinginan berprestasi dan kepuasan terhadap hasil belajar; kemandirian dalam mengerjakan tugas, dan tanggung jawab mengumpulkan tugas tepat waktu.

3.3.3 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden (orang yang diwawancarai) dengan melakukan tanya jawab sepihak. Adapun informasi yang ingin diketahui mengenai motivasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta kendala yang dihadapi guru. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui motivasi siswa meliputi ketekunan belajar siswa, minat belajar.


(29)

70

kemandirian, memiliki target dalam belajar, dan tanggung jawab dalam mengerjakan tugas.

3.3.4 Butir Soal

Tes yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data awal dan akhir mengenai penguasaan keterampilan menulis karangan narasi. Adapun kriteria penilaiannya adalah berdasarkan aspek: penguasaan bahasa tertulis yang berfungsi sebagai media tulisan, meliputi kosakata, struktur, ejaan, dan pragmatik; penguasaan isi tulisan sesuai dengan topik yang akan ditulis; penguasaan jenis tulisan dan teknik menulis. Indikator keberhasilan penggunaan metode mind writing adalah siswa dapat mengorganisasikan idenya dengan sistematis dan memperkaya ide cerita serta meningkatkan kosakata melalui eksplorasi bahan-bahan yang terkait. Aspek yang dinilai adalah isi karangan meliputi kesesuaian antara tema, judul; struktur narasi (tokoh, alur, latar); organisasi karangan meliputi sistematika penulisan, urutan yang logis dan padu antarkalimat/antarparagraf; kosakata luas dan menarik; dan penulisan meliputi kelengkapan huruf, tanda baca, huruf kapital, spasi. Bobot skor masing-masing secara berurutan adalah 25, 25, 20, 20, dan 10. Adapun rincian tingkat kemampuan mengarang sebagai berikut. Kategori A (sangat baik) dengan rentang nilai 90-100; kategori B (baik) dengan rentang nilai 72-89; kategori C (sedang) dengan rentang nilai 57-71; dan kategori D (kurang) dengan rentang nilai 37-56.


(30)

71

3.4Teknik Pengumpulan Data

Pengukuran pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi, angket, wawancara, dan tes.

3.4.1 Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung, teliti, dan sistematis (Nurgiyantoro, 2009: 57). Kegiatan observasi disertai dengan pencatatan terhadap sesuatu yang diamati. Misalnya, berbagai kejadian atau situasi nyata di kelas. Melalui teknik ini diperoleh gambaran, rekaman, atau catatan secara teliti dan utuh mengenai peristiwa atau situasi yang berkenaan dengan penelitian. Peneliti akan melakukan observasi nonpartisipan dimana peneliti tidak terlibat langsung dalam penelitian namun sebagai pengamat saja.

3.4.2Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan yang diajukan secara tertulis dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis (Arikunto, 2009: 101). Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan tertutup dimana jawaban pertanyaan angket telah disediakan. Angket diberikan setelah perlakuan metode mind writing diterapkan agar peneliti dapat mengetahui respon siswa dan guru terhadap metode tersebut.


(31)

72

3.4.3Wawancara

Wawancara merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi dari responden dengan melakukan tanya jawab sepihak (Nurgiyantoro, 2009: 55). Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Peneliti berusaha mendapatkan informasi tentang motivasi siswa dalam belajar menulis karangan narasi sebelum dan sesudah perlakuan serta proses pembelajarannya.

3.4.4Tes

Tes menulis adalah cara pengukuran untuk mengumpulkan informasi dalam rangka mengevaluasi kemampuan yang telah dicapai siswa dalam keterampilan menulis. Tes menulis dilakukan di awal untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum diberikan perlakuan dan tes di akhir pembelajaran untuk mengukur keberhasilan siswa setelah mendapatkan perlakuan.

3.5Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan melalui penelitian yang telah dilakukan perlu diolah dan dianalisis. Analisis data dapat dilakukan secara statistik dan nonstatistik.


(32)

73

Analisis statistik dipakai apabila peneliti berurusan dengan data berupa angka-angka. Analisis nonstatistik digunakan pada data kualitatif.

3.5.1Identifikasi Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data kuantitatif kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung. Data yang terkumpul berasal dari tes awal dan tes akhir yang dilakukan selama kegiatan penelitian dilaksanakan. Analisis data menggunakan teknik statistik untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Data angket dan data observasi merupakan pengidentifikasian data kualitatif. Data tersebut dianalisis untuk mengetahui gambaran situasi atau keadaan saat pelaksanaan pembelajaran menulis dilaksanakan. Tujuan akhirnya adalah memberikan predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan tolak ukur yang sudah ditentukan.

3.5.2Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik statistik inferensial. Data akan diolah menggunakan SPSS versi 16.0. Data ini menghasilkan selisih antara skor tes awal dan tes akhir dengan langkah-langkah sebagai berikut.

3.5.2.1Uji Validitas

Perhitungan untuk menentukan validitas instrumen digunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson, yaitu:


(33)

74

r ∑ – ∑ ∑

√ ∑ ² – ∑ ² ∑ ² – ∑ ² (Sugiyono, 2009: 183)

Keterangan:

r = koefisien korelasi ∑xi = jumlah skor butir ke-i ∑yi = jumlah skor uji coba

xi yi = jumlah perkalian skor butir ke-i dengan skor hasil uji coba ∑ xi2 = jumlah kuadrat skor butir ke-i

yi 2 = jumlah kuadrat skor uji coba (∑xi)2 = kuadrat jumlah skor butir ke-i (∑yi)2 = kuadrat jumlah skor uji coba 3.5.2.2Uji Reliabilitas

Untuk menghitung koefisien reliabilitas digunakan rumus Kuder-Richardson), yaitu:

r11 = {

} (Sugiyono, 2009: 132)

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas

k = jumlah items dalam instrumen

pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item i qi = 1- pi


(34)

75

3.5.2.3Uji Normalitas

Pengujian normalitas menggunakan rumus sebagai berikut.

X2 =

(Arikunto, 2009: 312-313) Keterangan:

k = banyaknya kelas interval dari daftar distribusi frekuensi Oi = frekuensi hasil pengamatan

Ei = frekuensi teoretis yang diharapkan X2 = kuadrat chi yang dicari

3.5.2.4Uji Homogenitas

Teknik pemgujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut.

F =

! " #

(Sugiyono, 2009: 197)

3.5.2.5N-Gain

Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus gain faktor (N-Gain).

$

%*+% & ' % ()% ()

Keterangan: Spost = skor posttes Spre = skor pretes Smaks = skor maks ideal


(35)

76

Kriteria tingkatan gain adalah jika g 0.7, maka tingkatan gain dinyatakan dalam kategori tinggi, jika 0.3 ≤ g ≥ 0.7 maka tingkatan gain dinyatakan dalam kategori sedang dan jika g 0.3 maka tingkatan gain dinyatakan dalam kategori rendah.

3.5.2.6Uji Hipotesis

Untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata pada sampel (n) lebih dari 30 menggunakan rumus uji t sebagai berikut.

t = ,₁ .₂

01₁2₁31₂2₂

(Sugiyono, 2009: 197)

s2 = ₁ ₁ 3 ₂ ₂ ₁3 ₂ 4 Keterangan:

X = rata-rata kelas eksperimen Y = rata-rata kelas kontrol s2 = variansi total

s12 = variansi kelas eksperimen s22 = variansi kelas kontrol

n1 = banyak data kelas eksperimen n2 = banyak data kelas kontrol


(36)

77

a. Uji kesamaan dua rata-rata dengan uji dua pihak. Uji dua pihak ini dilakukan untuk melihat perbedaan hasil yang didapat antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hipotesis yang diuji adalah:

H0: (µ1=µ2) kedua rata-rata populasi adalah identik (rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama)

Ha: (µ1≠µ2) kedua rata-rata populasi adalah tidak identik (rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berbeda)

Kriteria pengujiannya yaitu:

Terima H0 jika –t tabel < t hitung < t tabel

Tolak H0 jika t hitung ≤ - t tabel atau t hitung ≥ t tabel

Dimana t tabel didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1+n2 – 2) dengan derajat kesalahan 2,5% (Sugiyono, 2009: 163).

b. Uji kesamaan rata-rata dengan uji satu pihak. Hasil uji kesamaan dua rata-rata di atas adalah uji kesamaan rata-rata yang menguji perbedaan hasil nilai yang didapat antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, tetapi belum diketahui secara pasti apakah kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Untuk mengetahui lebih lanjut apakah hasil yang didapat kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, dilakukan uji lanjutan yaitu uji kesamaan dua rata-rata satu pihak. Untuk keperluan uji satu pihak yang dipergunakan masih sama dengan uji rata-rata dua pihak, yang membedakan hanya dalam hipotesis yang diuji dan kriteria pengujiannya saja.


(37)

78

Uji pihak kiri digunakan apabila hipotesis yang diuji adalah:

H0: (µ1≥µ2) rata-rata populasi yang satu lebih besar atau sama dengan populasi lainnya (rata-rata kelas kontrol lebih besar dibandingkan kelas eksperimen) Ha: (µ1 µ2) rata-rata populasi yang satu lebih kecil dibandingkan populasi lainnya (rata-rata kelas eksperimen lebih kecil dibandingkan kelas kontrol)

Kriteria pengujiannya, yaitu: Terima H0 jika t hitung t tabel Tolak H0 jika t hitung ≥ t tabel

Dimana t tabel didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1+n2 – 2) dengan derajat kesalahan 5%.

Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis yang diuji adalah:

H0: (µ1≤µ2) rata-rata populasi yang satu lebih kecil atau sama dengan populasi lainnya (rata-rata kelas kontrol lebih kecil dibandingkan kelas eksperimen) Ha: (µ1 µ2) rata-rata populasi yang satu lebih besar dibandingkan populasi lainnya (rata-rata kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol) Kriteria pengujiannya, yaitu:

Terima H0 jika t hitung t tabel Tolak H0 jika t hitung ≤ t tabel

Dimana t tabel didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1+n2 – 2) dengan derajat kesalahan 5% (Sugiyono, 2009: 164-165).


(38)

79

Menurut Punaji (2010: 221) pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t di atas dilakukan jika data diasumsikan berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Jika data tidak berdistribusi normal maka pengujian kesamaan dua rata-rata untuk dua sampel bebas menggunakan uji U Mann-Whitney. Uji U Mann-Whitney, merupakan sebuah tes nonparametrik yang membandingkan dua sampel untuk memperoleh kemungkinan perbedaan-perbedaan signifikan. Uji U Mann-Whitney tidak terikat dengan keterbatasan-keterbatasan yang sama seperti uji t. Rumusan yang digunakan dalam uji U Mann-Whitney, yaitu:

Ua = nanb +

₁ ₁3

4 - Σ Pa

Ub = nanb +

₂ ₂3

4 - Σ Pb na = jumlah sampel a nb = jumlah sampel b Pa = peringkat sampel a Pb = peringkat sampel b Hipotesis yang diuji adalah:

H0: (µ1=µ2) kedua rata-rata populasi adalah identik (rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama)

Ha: (µ1≠µ2) kedua rata-rata populasi adalah tidak identik (rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berbeda)


(39)

80

Kriteria pengujiannya yaitu terima H0 jika nilai U yang terkecil lebih besar dari U tabel, dan tolak H0 dalam hal lainnya (Punaji, 2010: 223-224).

3.5.2.6 Uji Korelasi

Dalam uji korelasi ini digunakan rumus Product Moment dari Pearson, yaitu:

r ∑ – ∑ ∑

√ ∑ ² – ∑ ² ∑ ² – ∑ ² (Sugiyono, 2009: 183)

Keterangan:

r = koefisien korelasi ∑xi = jumlah skor butir ke-i ∑yi = jumlah skor uji coba

xi yi = jumlah perkalian skor butir ke-i dengan skor hasil uji coba ∑ xi2 = jumlah kuadrat skor butir ke-i

yi 2 = jumlah kuadrat skor uji coba (∑xi)2 = kuadrat jumlah skor butir ke-i (∑yi)2 = kuadrat jumlah skor uji coba

Koefisien korelasi adalah ukuran untuk menentukan kuatnya korelasi linier. Untuk menentukan ada atau tidaknya adanya korelasi antara variabel-variabel tersebut, digunakan koefisien determinasi.

r2 = koefisien determinasi

Penggunaan koefisien determinasi dinyatakan dalam persen sehingga perlu dikalikan dengan 100%. Hasilnya diartikan sebagai variasi variabel yang satu disebabkan oleh perubahan variabel yang lainnya (Sudjana, 2001: 246-247)


(40)

425 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap data prates, pascates, angket, observasi, serta wawancara terhadap pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi melalui metode mind writing, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pembelajaran menulis karangan narasi menggunakan metode mind writing sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, yaitu siswa dapat mengembangkan ide melalui eksplorasi bahan-bahan yang terkait dengan tema yang mereka tulis. Hal ini terlihat dari peningkatan kemampuan menulisnya. Hasil menulis karangan narasi sebelum perlakuan memiliki skor rata-rata sebesar 61.56 dan mengalami peningkatan skor rata-rata sebesar 74 setelah mendapatkan perlakuan. Peningkatan terjadi pada setiap aspek penilaian yaitu isi, struktur narasi, organisasi, kosakata, dan penulisan. Aspek isi memiliki persentasi skor rata-rata 61.13% kemudian meningkat menjadi 77.48%, aspek struktur narasi meningkat sebesar 12.12%, aspek organisasi mengalami peningkatan sebesar 9.58%, aspek kosakata memiliki skor rata-rata sebelum perlakuan sebesar 64% dan mengalami peningkatan skor rata-rata menjadi 72.59%, dan aspek kosakata meningkat sebesar 16.94%. Peningkatan ini merupakan dampak dari penggunaan metode mind writing yang diterapkan di kelas eksperimen. Langkah-langkah metode mind writing dapat membantu siswa menulis karangan dengan lebih


(41)

426

mudah. Penggunaan curah acak membantu siswa dalam mengkonkretkan idenya sehingga mereka lebih mudah saat menuangkannya dalam bentuk karangan. Selain itu, kegiatan mengeksplorasi media informasi membuat siswa lebih mudah mengembangkan gagasan serta memperkaya perbendaharaan kosakata. Proses menulis yang bebas dari kritikan otak kiri membuat siswa lebih fokus dalam menulis sehingga gagasan dapat disajikan dengan lancar.

2. Setiap pertemuan siswa memperlihatkan motivasi dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan metode mind writing. Siswa mengikuti setiap tahap pembelajaran dengan baik. Siswa mulai terlihat fokus dan serius selama proses pembelajaran. Mereka terlihat antusias dalam membuat curah acak dan mengeksplorasi informasi yang terkait tema yang ditulis. Selama proses kegiatan pembelajaran, siswa mulai terlibat aktif dalam diskusi kelas serta merespons pertanyaan yang diajukan guru. Selama proses pembelajaran, guru memantau dan membimbing siswa yang terlihat kurang termotivasi dengan melakukan ice breaking. Hal ini diketahui dari hasil analisis observasi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan terhadap kegiatan guru dan siswa yang semuanya dilaksanakan dan diikuti dengan baik. Selain itu, hasil wawancara dengan guru di akhir proses pembelajaran menyatakan bahwa metode mind writing ini membuat kegiatan menulis menjadi lebih menyenangkan sehingga siswa menjadi termotivasi untuk menulis.

3. Metode mind writing dapat meningkatkan motivasi belajar menulis siswa. Siswa memiliki minat yang baik ketika pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat dari


(42)

427

peningkatan motivasi setelah diberikan perlakuan dibandingkan sebelum perlakuan. Aspek-aspek motivasi yang diukur mengalami peningkatan. Aspek ketekunan belajar sebelum mendapatkan perlakuan memiliki persentase skor sebesar 77.08% dan setelah perlakuan menjadi 92.18%, aspek kemampuan dalam menghadapi tantangan mengalami peningkatan sebesar 12.71%, aspek minat belajar sebelum mendapatkan perlakuan memiliki presentase skor sebesar 69.79% dan setelah perlakuan sebesar 85.16%, aspek target belajar memiliki peningkatan sebesar 13.6%, aspek kemandirian dan tanggung jawab masing-masing memiliki peningkatan skor sebesar 14.12% dan 12.24%. Peningkatan motivasi belajar dipengaruhi oleh penggunaan metode mind writing yang dipelajari. Curah acak, salah satu langkah dalam metode mind writing, yang digunakan untuk mengembangkan ide atau gagasan sudah dipelajari sebelumnya sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam membuat kalimat tanya. Saat siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang telah mereka ajukan, guru memfasilitasinya dengan buku atau media infomasi lain sehingga mereka lebih mudah dalam mengembangkan ide. Guru pun melakukan ice breaking saat siswa mulai terlihat kurang fokus. Selama kegiatan latihan menulis karangan narasi, guru selalu mendampingi dan memantau kegiatan siswa. Hal tersebut membuat siswa lebih termotivasi dalam menulis.

4. Pembelajaran menulis karangan narasi menggunakan metode mind writing memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan metode mind mapping. Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji Mann-Whitney menunjukkan


(43)

428

bahwa data memiliki sig = 0.02, ini berarti bahwa sig (0.02) < 0.05, menunjukkan bahwa H0 ditolak. Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan nyata antara nilai menulis karangan narasi kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Penggunaan metode yang berbeda akan memberikan dampak yang berbeda pula. Semakin efektif metode yang digunakan, hasilnya akan semakin baik. Hal ini memperlihatkan pengaruh penggunaan metode pada kelas eksperimen dapat menghasilkan dampak yang lebih efektif dibandingkan kelas kontrol. Pengaruh penggunaan metode mind writing terhadap hasil belajar menulis karangan narasi sebesar 84.60%, sedangkan sisanya 15.40% ditentukan oleh faktor lain di luar metode mind writing. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa metode mind writing efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi pada siswa kelas V SDN di Gugus 66 Kota Bandung.

5. Hasil pengolahan angket diketahui bahwa motivasi belajar menulis karangan narasi menggunakan metode mind wtiting sangat baik. Peningkatannya terlihat dari skor gainnya yaitu 11.15 dibandingkan dengan metode mind mapping yang hanya meningkat sebesar 0.72. Setiap aspek dalam angket motivasi pada kelas eksperimen menunjukkan peningkatan yang baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Siswa lebih fokus dan antusias mengikuti proses pembelajaran. Hasil perhitungan statistik dengan uji Mann-Whitney menunjukkan sig 0.000, dengan kata lain dapat ditulis 0.000 < 0.05. Hal ini memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara motivasi belajar menulis karangan narasi kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Penggunaan metode yang variatif akan


(44)

429

memberikan dampak yang berbeda. Metode belajar yang tepat juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini memperlihatkan pengaruh penggunaan metode pada kelas eksperimen dapat meningkatkan motivasi belajar dibandingkan kelas kontrol.

6. Hasil penelitian pengaruh penggunaan metode mind writing terhadap hasil dan motivasi belajar menulis karangan narasi dapat menjadi acuan berupa rancangan pembelajaran menulis yang dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa melalui metode mind writing serta meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis sehingga dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran menulis.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan tersebut ada beberapa saran yang perlu disampaikan dalam upaya meningkatkan hasil dan motivasi menulis karangan narasi.

1. Metode mind writing dapat menjadi masukan, khususnya bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan profesinya. Metode pembelajaran ini mampu mengembangkan ide siswa menjadi semakin variatif serta meningkatkan motivasinya dalam kegiatan menulis sehingga cocok digunakan dalam berbagai jenis keterampilan menulis, misalnya menulis karangan ilmiah.


(45)

430

2. Kelebihan metode mind writing dalam menjaring ide-ide juga cocok digunakan untuk kegiatan berbicara. Dalam keterampilan berbicara, model ini membantu untuk menjelaskan ide yang akan dikemukakan menjadi lebih fokus dan teratur. 3. Pembelajaran menulis dengan metode mind writing akan efektif bila siswa

difasilitasi dengan sumber informasi yang dapat memperkaya ide ceritanya. Pertanyaan curah acak harus betul-betul dikuasai siswa agar memudahkan mereka mengajukan berbagai macam pertanyaan yang variatif sehingga dapat mengembangkan idenya. Selain itu, perlu juga diperhatikan sistematika penulisan karena dalam curah acak ide ceritanya masih bercampur baur belum tersusun secara teratur dan logis. Proses menulis harus dilakukan tanpa mengindahkan otak kiri, siswa diharapkan tidak mengoreksi langsung tulisannya. Pada saat awal menulis, siswa tidak mengoreksi bahasa dan materi yang sedang ditulis. Proses menulis dilakukan dengan bebas sesuai dengan ide dan gagasannya. Para guru yang berniat menggunakan metode ini dalam pembelajaran menulis hendaknya memerhatikan hal tersebut sehingga mampu memecahkan kesulitan yang dihadapi siswa serta meningkatkan motivasi belajar mereka.

4. Penelitian ini hanya dilakukan pada aspek keterampilan berbahasa menulis di SDN Gugus 66 Kota Bandung. Penggunaan metode mind writing dapat membantu siswa memperkaya dan menata gagasannya menjadi lebih teratur. Selain itu, tidak mengindahkan otak kiri membuat siswa lebih fokus dalam menuangkan gagasannya. Oleh karena itu, dapat dilakukan penelitian penerapan metode tersebut pada aspek keterampilan bahasa lainnya, misalnya berbicara dan


(46)

431

penelitian lanjutan di sekolah-sekolah yang lebih luas. Hasil penelitian lanjutan tersebut dapat digeneralisasikan sehingga menjadi alternatif solusi bagi sekolah yang setara.


(47)

431

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2005. Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung: Kiblat Buku Utama. A.M, Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo

Persada.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Aunurahhman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Brown, H. Douglas. 1994. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Languange. New York: Prentice-Hall.

Buzan, Tony. 2005. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Dasripin, Ipin. 2008. Penggunaan Model Kooperatif Skrip dalam Pembelajaran

Menulis Narasi di Kelas VII SMP Negeri 1 Cigalontang Kab. Bandung. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djiwandono, Soenardi. 2008. Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: Indeks.

Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.

Fiderer, Adele. 1993. Teaching Writing A Workshop Approach. New York: Scholastic Professional Books.


(48)

432

Frankell, Jack. R dan Norman E. Wallen. 2007. How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill.

Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Heniati, Diah. 2006. Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Teknik 5W+1H: Studi Kuasi Ekeperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Kota Cimahi. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hernowo. 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: MLC.

Ibrahim dan Nana Syaodih. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: Rosda Karya.

Kadir, Abd. 2010. Misteri Otak Kiri Manusia. Jogjakarta: Diva Press. Kaufman and Powers. 1970. The Writer’s Mind. New York: Prentice Hall. Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mawardi, Dodi. 2009. Cara Mudah Menulis Buku dengan Metode 12 PAS. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Nofiarty, Ella. 2006. Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Melalui Catatan Harian Artifisial: Studi Kasus di Kelas VII SAMPAI Lab-School Prcontohan. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Nurmala, Sri Dewi. 2008. Keefektifan Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi Melalui Pendekatan Proses dan Pemanfataan Lingkungan sebagai Sumber Belajar pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan


(49)

433

Permana, Hendra. 2009. Keefektifan Strategi Anotasi Melalui Media Hiperteks untuk Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Menulis Berbasis Wacana. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Prayitno, Elia. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: PPLPTK. Priyono, Herien. 2010. Mind Writing. Yogyakarta: Leutika.

Punaji, Setyosari. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana.

Putra, Yovan P. 2008. Memori dan Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya. Resmini, Novi. (tanpa tahun). Mengembangkan Kemampuan Menulis di Sekolah

Dasar. [Online]. Tersedia:

file.upi.edueai.php?...MENGEMBANGKAN%20KEMAMPUAN%20MENULIS%20DI%20%2

0S... [16 Oktober 2010]

Ristiani, Iis. 2009. Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Melalui Model Pembelajaran Teknik Visual-Auditif-Taktil. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Santrock , John. W. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Semi, M. Atar. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.

Shihabuddin. 2009. Modul: Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Silberman, Mel. 2009. 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Siregar, Ashadi dkk. 1998. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa. Yogyakarta: Kanisius.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.


(50)

434

Sudjana. 2001. Statistika II. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Uno, Hamzah B. 2010. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


(1)

2. Kelebihan metode mind writing dalam menjaring ide-ide juga cocok digunakan untuk kegiatan berbicara. Dalam keterampilan berbicara, model ini membantu untuk menjelaskan ide yang akan dikemukakan menjadi lebih fokus dan teratur. 3. Pembelajaran menulis dengan metode mind writing akan efektif bila siswa

difasilitasi dengan sumber informasi yang dapat memperkaya ide ceritanya. Pertanyaan curah acak harus betul-betul dikuasai siswa agar memudahkan mereka mengajukan berbagai macam pertanyaan yang variatif sehingga dapat mengembangkan idenya. Selain itu, perlu juga diperhatikan sistematika penulisan karena dalam curah acak ide ceritanya masih bercampur baur belum tersusun secara teratur dan logis. Proses menulis harus dilakukan tanpa mengindahkan otak kiri, siswa diharapkan tidak mengoreksi langsung tulisannya. Pada saat awal menulis, siswa tidak mengoreksi bahasa dan materi yang sedang ditulis. Proses menulis dilakukan dengan bebas sesuai dengan ide dan gagasannya. Para guru yang berniat menggunakan metode ini dalam pembelajaran menulis hendaknya memerhatikan hal tersebut sehingga mampu memecahkan kesulitan yang dihadapi siswa serta meningkatkan motivasi belajar mereka.

4. Penelitian ini hanya dilakukan pada aspek keterampilan berbahasa menulis di SDN Gugus 66 Kota Bandung. Penggunaan metode mind writing dapat membantu siswa memperkaya dan menata gagasannya menjadi lebih teratur. Selain itu, tidak mengindahkan otak kiri membuat siswa lebih fokus dalam menuangkan gagasannya. Oleh karena itu, dapat dilakukan penelitian penerapan metode tersebut pada aspek keterampilan bahasa lainnya, misalnya berbicara dan


(2)

431

penelitian lanjutan di sekolah-sekolah yang lebih luas. Hasil penelitian lanjutan tersebut dapat digeneralisasikan sehingga menjadi alternatif solusi bagi sekolah yang setara.


(3)

431

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2005. Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung: Kiblat Buku Utama. A.M, Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo

Persada.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Aunurahhman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Brown, H. Douglas. 1994. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Languange. New York: Prentice-Hall.

Buzan, Tony. 2005. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Dasripin, Ipin. 2008. Penggunaan Model Kooperatif Skrip dalam Pembelajaran

Menulis Narasi di Kelas VII SMP Negeri 1 Cigalontang Kab. Bandung. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djiwandono, Soenardi. 2008. Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: Indeks.

Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.

Fiderer, Adele. 1993. Teaching Writing A Workshop Approach. New York: Scholastic Professional Books.


(4)

432

Frankell, Jack. R dan Norman E. Wallen. 2007. How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill.

Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Heniati, Diah. 2006. Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Teknik 5W+1H: Studi Kuasi Ekeperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Kota Cimahi. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hernowo. 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: MLC.

Ibrahim dan Nana Syaodih. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: Rosda Karya.

Kadir, Abd. 2010. Misteri Otak Kiri Manusia. Jogjakarta: Diva Press. Kaufman and Powers. 1970. The Writer’s Mind. New York: Prentice Hall. Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mawardi, Dodi. 2009. Cara Mudah Menulis Buku dengan Metode 12 PAS. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Nofiarty, Ella. 2006. Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Melalui Catatan Harian Artifisial: Studi Kasus di Kelas VII SAMPAI Lab-School Prcontohan. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Nurmala, Sri Dewi. 2008. Keefektifan Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi Melalui Pendekatan Proses dan Pemanfataan Lingkungan sebagai Sumber Belajar pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan


(5)

Permana, Hendra. 2009. Keefektifan Strategi Anotasi Melalui Media Hiperteks untuk Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Menulis Berbasis Wacana. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Prayitno, Elia. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: PPLPTK. Priyono, Herien. 2010. Mind Writing. Yogyakarta: Leutika.

Punaji, Setyosari. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana.

Putra, Yovan P. 2008. Memori dan Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya. Resmini, Novi. (tanpa tahun). Mengembangkan Kemampuan Menulis di Sekolah

Dasar. [Online]. Tersedia:

file.upi.edueai.php?...MENGEMBANGKAN%20KEMAMPUAN%20MENULIS%20DI%20%2 0S... [16 Oktober 2010]

Ristiani, Iis. 2009. Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Melalui Model Pembelajaran Teknik Visual-Auditif-Taktil. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Santrock , John. W. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Semi, M. Atar. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.

Shihabuddin. 2009. Modul: Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Silberman, Mel. 2009. 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Siregar, Ashadi dkk. 1998. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa. Yogyakarta: Kanisius.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.


(6)

434

Sudjana. 2001. Statistika II. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Uno, Hamzah B. 2010. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Dokumen yang terkait

Pengembangan Kerangka Karangan Melalui Metode Mind Mapping (PTK Pada Siswa Kelas V MI Hidayatul Ikhwan, Kec. Rumpin, Kab. Bogor)

0 7 8

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI ESTAFET WRITING PADA Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Penggunaan Strategi Estafet Writing Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDIT Luqman

0 1 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI ESTAFET WRITING PADA Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Penggunaan Strategi Estafet Writing Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDIT Luqman

0 2 9

PENGARUH TEKNIK KLUSTER 5W+1H TERHADAP KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI DI SEKOLAH DASAR.

2 7 31

PENERAPAN MODEL CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 CIBODAS KABUPATEN BANDUNG BARAT.

0 0 53

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SD SE-GUGUS DEWI SARTIKA SALAMAN MAGELANG.

0 0 188

B9 Pengaruh Penggunaan Media Film Animasi Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas V SD

0 0 14

PENGARUH PEMBELAJARAN MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DI SEKOLAH DASAR

0 0 10

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS V

0 0 10

PENGARUH METODE PERMAINAN BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DI SEKOLAH DASAR PONTIANAK

0 1 9