PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN e-LEARNING BERBASIS WEB DENGAN PRINSIP e-PEDAGOGY DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan ... i

Pernyataan ... iii

Abstrak ... iv

Abstract... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Bagan ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 01

B. Rumusan Masalah ... 17

C. Pertanyaan Penelitian ... 17

D. Definisi Operasional ... 19

E. Tujuan Penelitian ... 22

F. Manfaat Penelitian ... 24

G. Kerangka Berpikir ... 27

BAB II : KAJIAN TEORITIS A. Model Pembelajaran e-Learning Berbasis Web... 28

1. Pengertian dan Pengelompokan Model Pembelajaran ... 28

2. Perkembangan dan Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran ... 33

3. E-Learning Berbasis Webdan Teori Belajar yang Mendasarinya .. 46

4. Aplikasi E-Learning Berbasis Web di dalam Kelas ... 72

B. e-Pedagogy ... 91

1. Pengertian dan Kedudukannya dengan Pedagogi Kovensional ... 91

2. Pentingnya Aspek Pedagogi dalam E-Learning ... 94

3. Penerapan Prinsip e-Pedagogy dalam Model Pembelajaran e- Learning berbasis web ...... 95

C. Hasil Belajar ... 98

1. Pengertian Hasil Belajar ... 98

2. Penilaian Hasil Belajar ... 103

3. Tujuan Penilaian Hasil Belajar ... 105

D. Hakekat Mata Pelajaran Ekonomi ... 107

1. Pengertian Ilmu Ekonomi ... 107

2. Kegunaan Ilmu Ekonomi ... 109

3. Mikroekonomi dan Makroekonomi ... 110

4. Bidang Teori Mikroekonomi ... 110

5. Masalah Pokok Perekonomian ... 111

6. Faktor Produksi ... 113


(2)

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ... 116

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 121

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 122

D. Analisis Data ... 126

E. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 129

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi di SMA ... 141

B. Hasil Penelitian ... 149

1. Hasil Studi Pendahuluan ... 149

2. Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning Berbasis Web .... 165

3. Uji Coba Model ... 172

4. Uji Efektifitas Model ... 228

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 243

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 256

B. Rekomendasi ... 261

DAFTAR PUSTAKA ... 264


(3)

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 Sampel Kelas untuk Uji Validasi ... 121

TABEL 3.2 Pedoman Instrumen Studi Pendahuluan ... 124

TABEL 4.1 Pengalaman Mengajar dan Latar Belakang Pendidikan Terakhir ... 150

TABEL 4.2 Aktualisasi Diri Para Guru Mata Pelajaran Ekonomi ……... 151

TABEL 4.3 Aktualisasi Diri Para Siswa ………... 154

TABEL 4.4 Pendapat Para Guru tentang Sarana, Prasarana Sekolah ... 156

TABEL 4.5 Pendapat Para Siswa tentang Sarana, Prasarana Sekolah ... 157

TABEL 4.6 Pandangan Awal Guru tentang Pengembangan KTSP ... 159

TABEL 4.7 Jawaban Responden terhadap Pengembangan Kurikulum 2006 (KTSP) ... 161

TABEL 4.8 Hasil Pre Test dan Post Test (Uji Coba Terbatas) ... 185

TABEL 4.9 Korelasi Pre Test dan Post Test ………. 186

TABEL 4.10 Korelasi Sampel Berpasangan ………... 196

TABEL 4.11 Hasil Pre Test dan Post Test (Uji Coba Luas Pertama) …... 193

TABEL 4.12 Korelasi Pre Test dan Post Test ………. 194

TABEL 4.13 Korelasi Sampel Berpasangan ……….. 194

TABEL 4.14 Hasil Pre Test dan Post Test (Uji Coba Luas Kedua) ……. 206

TABEL 4.15 Korelasi Pre Test dan Post Test ………. 207

TABEL 4.16 Korelasi Sampel Berpasangan ... 207

TABEL 4.17 Skor Hasil Belajar Siswa Pada Uji Coba Model ... 215

TABEL 4.18 Hasil Pretest Siswa Sebelum Uji Coba Model ... 216

TABEL 4.19 Hasil Tes Evaluasi Belajar Siswa Pada Uji Coba ... 216

TABEL 4.20 Hasil Output SPSS Nilai Posttest1 dan Posttest2 Sample Berpasangan ... 217

TABEL 4.21 Hasil Output SPSS Nilai Posttest1 dan Posttest2 Korelasi Sample Berpasangan ... 218

TABEL 4.22 Hasil Output SPSS Nilai Posttest1 dan Posttest2 Tes Sample Berpasangan ... 218

TABEL 4.23 Hasil Output SPSS Nilai Posttest1 dan Posttest3 Statistik Sample Berpasangan ... 219

TABEL 4.24 Hasil Output SPSS Nilai Posttest1 dan Posttest3 Korelasi Sample Berpasangan ... 219

TABEL 4.25 Hasil Output SPSS Nilai Posttest1 dan Posttest3 Tes Sample Berpasangan ... 219

TABEL 4.26 Hasil Output SPSS Nilai Posttest2 dan Posttest3 ... 220

TABEL 4.27 Hasil Output SPSS Nilai Posttest2 dan Posttest3 Korelasi Sample Berpasangan ... 220

TABEL 4.28 Hasil Output SPSS Nilai Posttest2 dan Posttest3 Tes Sample Berpasangan ... 221

TABEL 4.29 Bentuk Model Pembelajaran e-Learning Berbasis Web Dengan Prinsip e-pedagogy ... 224

TABEL 4.30 Hasil Tes Normalitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 229 TABEL 4.31 Hasil Tes Normalitas Pretest dan Posttest Kelompok


(4)

TABEL 4.32 Hasil Tes Uji Validasi Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol ... 231 TABEL 4.33 Hasil Output Uji t Beda Rata-Rata Skor Pretest Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 231 TABEL 4.34 Rekapitulasi Hasil Output Uji t Beda Skor Rata-Rata

Posttest Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol . 232 TABEL 4.35 Hasil Output Uji t Skor Posttest1

Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol ... 233 TABEL 4.36 Hasil Output Uji t Skor Posttest1

Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol ... 233 TABEL 4.37 Frekuensi Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Pada

Eksperimen Pertama ... 234 TABEL 4.38 Frekuensi Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Pada

Eksperimen Kedua ... 235 TABEL 4.39 Hasil Output Uji t Skor Posttes2

Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol ... 235 TABEL 4.40 Hasil Output Uji t Skor Posttes2

Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol ... 236 TABEL 4.41 Frekuensi Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Pada

Eksperimen Kedua ... 236 TABEL 4.42 Frekuensi Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Pada

Eksperimen Ketiga ... 237 TABEL 4.43 Frekuensi Hasil Belajar Kelompok Kontrol Pada

Eksperimen Pertama ... 238 TABEL 4.44 Frekuensi Hasil Belajar Kelompok Kontrol Pada

Eksperimen Kedua ... 238 TABEL 4.45 Frekuensi Hasil Belajar Kelompok Kontrol Pada

Eksperimen Ketiga ... 239 TABEL 4.46 Hasil Output Uji t Skor Posttest3 Kelompok Eksperimen

dengan Kelompok Kontrol ... 239 TABEL 4.47 Pandangan Siswa tentang Model Pembelajaran E-Learning

Berbasis Web... 241

TABEL 4.48 Pendapat Guru tentang Model Pembelajaran e-Learning


(5)

DAFTAR BAGAN

BAGAN 1.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian ... 26

BAGAN 2.1 Konsep Blended Learning ... 79

BAGAN 2.2 Komponen Blended Learning ... 81

BAGAN 2.3 Revolusi Pedagogis ... 98

BAGAN 3.1 Skema Alur Penelitian dan Pengembangan ... 119

BAGAN 3.2 Bagan Rancangan Penelitian Eksperimen ... 128

BAGAN 4.1 Model Awal ... 171

BAGAN 4.2 Revisi Model Setelah Uji Coba Luas Pertama ... 198

BAGAN 4.3 Revisi Model Setelah Uji Coba Luas Kedua ... 204


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.

Gerakan reformasi di Indonesia secara umum menuntut diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hubungannya dengan pendidikan, hal tersebut akan memberikan dampak yang mendasar pada kandungan, proses, dan manajemen sistem pendidikan. Selain itu, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam sistem pendidikan.


(7)

peserta didik dan potensi daerah yang beragam, diversifikasi jenis pendidikan yang dilakukan secara profesional, penyusunan standar kompetensi tamatan yang berlaku secara nasional dan daerah menyesuaikan dengan kondisi setempat; penyusunan standar kualifikasi pendidik yang sesuai dengan tuntutan pelaksanaan tugas secara profesional; penyusunan standar pendanaan pendidikan untuk setiap satuan pendidikan sesuai prinsip-prinsip pemerataan dan keadilan; pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis sekolah dan otonomi perguruan tinggi; serta penyelenggaraan pendidikan dengan sistem terbuka dan multimakna.

Pembaharuan sistem pendidikan juga meliputi penghapusan diskriminasi antara pendidikan yang dikelola pemerintah dan pendidikan yang dikelola masyarakat, serta pembedaan antara pendidikan keagamaan dan pendidikan umum. Pembaharuan sistem pendidikan nasional dilakukan untuk memperbaharui visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga


(8)

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pembaharuan sistem pendidikan tentu saja memerlukan strategi tertentu.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merupakan perwujudan dari tekad melakukan reformasi pendidikan yang sekian lama terasa mandeg dan tidak mampu lagi menjawab tuntutan perkembangan masyarakat, bangsa dan negara di era global. Persoalan di bidang pendidikan nasional yang berkaitan dengan pemerataan dan perluasan akses, peningkatan mutu sumber daya manusia, relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat, dan daya saing, di masa depan, dengan lahirnya Undang-Undang Sisdiknas tersebut diharapkan dapat dibenahi dan dipecahkan guna mewujudkan eksistensi manusia Indonesia, dan interaksinya yang makin baik dan dapat hidup bersama dalam keragaman sosial dan budaya.

Di dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tersebut, pada pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Jalur pendidikan dengan mengacu pada UU Sisdiknas Tahun 2003 tersebut terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya, dan dapat diselenggarakan dengan sistem terbuka


(9)

malalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh. (UU Sistem Pendidikan RI Nomor 20 Tahun 2003: pasal 13)

Jenjang pendidikan formal dalam kaitannya dengan pendidikan nasional terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (UU Sistem Pendidikan RI Nomor 20 Tahun 2003: pasal 14). Jenjang pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, jenjang pendidikan menengah merupakan kelanjutan dari jenjang pendidikan dasar yang diselenggarakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau bentuk lain yang sederajat. Sebagai sub sistem pendidikan nasional, Sekolah Menengah Atas (SMA) turut memegang peranan penting dan esensial dalam memberikan ilmu pengetahuan, ketrampilan, serta sikap bagi peserta didiknya untuk dikembangkan di masyarakat. Menurut UU Sistem Pendidikan RI Nomor 20 Tahun 2003, tujuan pada jenjang pendidikan menengah (SMA) mengacu pada: (1) meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, (2) meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya.

Isi kurikulum jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan menengah dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kurikulum jenjang Sekolah


(10)

Menengah Atas (SMA) disediakan struktur kurikulum dengan pengkhususan program studi.

Penyelenggaraan Sekolah Menengah Atas dengan pengkhususan program studi dimaksudkan untuk memberikan kemungkinan kepada siswa dalam pemilihan suatu program studi secara khusus. Program studi tersebut adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Bahasa. Program strudi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemahaman prinsip-prinsip alam serta mendorong siswa untuk bekerja dan bersikap ilmiah. Fokus program studi Ilmu Pengetahuan Alam pada mata-mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi.

Program studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menekankan pada pemahaman prinsip-prinsip kemasyarakatan untuk mendorong siswa mengembangkan potensinya dalam menciptakan kedamaian dan kesejahteraan hidup bersama. Fokus program studi Ilmu Pengetahuan Sosial pada mata-mata pelajaran Kewarganegaraan, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi, Geografi.

Mata pelajaran ekonomi berisikan tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, tujuan Mata pelajaran Ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :


(11)

a. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara

b. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi

c. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara d. Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial

konomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional

Ruang lingkup mata pelajaran ekonomi di jenjang SMA mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupan terdekat hingga lingkungan terjauh, meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

a. Perekonomian b. Ketergantungan

c. Spesialisasi dan pembagian kerja d. Perkoperasian

e. Kewirausahaan


(12)

Sedangkan standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran ekonomi untuk jenjang SMA adalah sebagai berikut : (Kurikulum 2006, KTSP – Standar Kompetensi Lulusan)

a. Memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan dan sistem ekonomi

b. Memahami konsep ekonomi dalam kaitannya dengan kegiatan ekonomi konsumen dan produsen

c. Memahami konsep ekonomi dalam kaitannya dengan permintaan, penawaran, harga keseimbangan, dan pasar

d. Memahami kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi

e. Memahami Produk Domestik Bruto (PDB), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Nasional Bruto (PNB), Pendapatan Nasional (PN)

f. Memahami konsumsi dan investasi

g. Memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi

h. Memahami APBN dan APBD i. Mengenal Pasar Modal

j. Memahami perekonomian terbuka

k. Memahami manajemen badan usaha dalam perekonomian nasional l. Memahami pengelolaan koperasi dan kewirausahaan


(13)

m. Membekali siswa dengan kemampuan berkompetensi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun skala internasional

Di dalam pembelajaran mata pelajaran ekonomi, idealnya kemampuan yang diharapkan bukan hanya kemampuan dalam mengerti konsep ekonomi kemasyarakatan skala nasional saja, tapi juga diharapkan mengerti perekonomian internasional, manajemen, pembangunan ekonomi, kewirausahaan dan berbagai alternatif pemecahan masalah ekonomi. Apalagi pada saat ini kita berada pada era perekonomian global yang diakselerasi dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, dimana perkonomian keluarga, nasional dan bahkan perekonomian dunia saat ini bertumbuh dan berkembang dengan pesat dan cepat sekali. Hal tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa betapa pentingnya para siswa mengetahui dan menguasai pengetahuan ekonomi dengan baik dan terkini.

Persoalannya sekarang adalah sampai sejauh manakah penguasaan mata pelajaran ekonomi sesuai standar kompetensi sudah dicapai oleh para siswa?, salah satu parameter yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian standar kompetensi tersebut adalah dengan menelaah hasil belajar yang diperoleh siswa.

Berdasarkan pada hasil penelaahan di lapangan yang dilakukan penulis (2009) di lokasi penelitian, menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa untuk mata pelajaran ekonomi belum optimal dalam arti belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditetapkan sekolah pada awal tahun. Perolehan real rata-rata hasil belajar yang dicapai adalah 6.3 sedangkan KKM


(14)

yang sudah ditetapkan sekolah pada awal tahun pelajaran yaitu 7,5. KKM merupakan acuan empiris tingkat ketuntasan belajar paling rendah yang yang harus dicapai oleh siswa dalam hal penilaian. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ini sesuai dengan pedoman dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), diserahkan kepada masing-masing sekolah. Penetapan KKM oleh sekolah melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator kompetensi dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi. Tentu saja bahwa masalah ini perlu dicarikan jalan keluarnya, terutama bagi pembelajaran mata pelajaran ekonomi yang lebih efektif sesuai dengan situasi dan kodisi sekolah yang bersangkutan.

Ketercapaian hasil belajar memang sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur, diantaranya unsur-unsur yang paling utama adalah unsur guru, unsur siswa itu sendiri, unsur kurikulum, dan unsur sarana prasarana pendukung pembelajaran. Guru sesuai dengan fungsinya bertugas mengoptimalkan kemampuan siswa dalam belajar dengan apa yang kita sebut mengajar. Guru memberikan peranan yang paling besar terhadap determinan hasil belajar siswa. Peranan guru di sini menyangkut keseluruhan aspek termasuk pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Sebagaimana Reigeluth (Kusmayadi, 2002:8) menyatakan bahwa:

”upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru, yaitu dalam penguasaan materi, penguasaan berbagai metode, memilih dan menentukan media dan alat pelajaran, serta menentukan alat evaluasi, melakukan desain pembelajaran, pengembangan pengajaran, pengelolaan pengajaran dan evaluasi pengajaran”.


(15)

Melalui penguasaan strategi pembelajaran yang baik, diharapkan siswa akan mampu berpikir secara kritis dan kreatif, serta tidak merasa dibebani oleh tugas-tugas pekerjaan rumah. Guru tidak hanya memahami bahan materi yang akan diajarkan, tetapi hendaknya memahami semua karakteristik yang terkandung di dalamnya sehingga dapat dengan mudah menerapkan paradigma baru dalam proses pembelajaran. Namun yang terjadi di sekolah-sekolah pada saat sekarang cenderung banyak guru dalam proses pembelajaran cenderung hanya menjelaskan atau memberitahukan segala sesuatu kepada siswa dan guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih siswa dalam belajar untuk belajar menemukan jawabannya sendiri. Dengan model pembelajaran seperti itu banyak diantara siswa yang semakin pasif dan cenderung merasa bosan.

Melalui model pembelajaran seperti itu, ternyata untuk saat sekarang dirasakan kurang bermakna bagi hasil belajar siswa, karena siswa hanya dijejali dengan hafalan-hafalan mengenai konsep-konsep bukan bagaimana mengerti, memahami atau menguasai konsep dalam memecahkan suatu persoalan ekonomi. Kegiatan pembelajaran mata pelajaran ekonomi dengan menerapkan hafalan pada saat sekarang sudah tidak sesuai lagi dengan karakteristik yang dimiliki oleh mata pelajaran ekonomi, apalagi didukung oleh kurangnya kreativitas guru dalam menggunakan media selama proses pembelajaran, sehingga materi pembelajaran mata pelajaran ekonomi semakin sulit dipahami siswa. Oleh karena itu guru diharapkan mampu merubah paradigma lama dalam mengajar yaitu menyampaikan pelajaran sebanyak-banyaknya dengan paradigma baru yang


(16)

menekankan pada upaya membantu siswa agar lebih mampu mengerti, memahami, atau menguasai konsep untuk memecahkan suatu persoalan ekonomi. Perubahan paradigma dalam pembelajaran di sekolah dapat terjadi dalam empat aspek, yang menurut Ibrahim (1994:35-37), yaitu: (1) inovasi dalam struktur/materi kurikulum, (2) inovasi dalam pendekatan belajar-mengajar, (3) inovasi dalam organisasi/manajemen kelas, (4) inovasi dalam sistem penyampaian pengajaran.

Inovasi dalam pembelajaran menurut Ibrahim (1994:27) adalah ”suatu pembaruan atau gagasan yang diharapkan membawa dampak terhadap pembelajaran itu sendiri. Dampak itu bukan hanya pada pengembangan, melainkan juga terhadap proses pendidikan sebagai implementasi suatu kurikulum”. Hal ini sejalan dengan ungkapan Sudjana (1989:1) bahwa ”kurikulum yang disiapkan bagi siswa melalui guru secara nyata memberi pengaruh kepada siswa pada saat terjadinya proses pengajaran”. Artinya melalui proses pembelajaran yang lebih inovatif akan mampu memberikan hasil yang lebih baik. Sebagaimana diungkapkan Syaodih (1983) bahwa ”yang banyak memberikan sumbangan secara langsung dan signifikan pada hasil belajar siswa adalah kegiatan belajar-mengajar”. Dengan kata lain (Reigeluth, 1983:5) menyatakan bahwa ”peran guru dalam proses pembelajaran sangat central atau bisa dikatakan kualitas pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengimplementasikan pengajaran, memilih model pembelajaran yang relevan dan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran”. Kelancaran proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mempersiapkan desain


(17)

pengajaran, mengembangkan pengajaran, pengelolaan pengajaran dan evaluasi pengajaran.

Inovasi dalam pendekatan pembelajaran telah banyak dilakukan dalam bentuk model-model pembelajaran. Pentingnya penguasaan model-model pembelajaran oleh guru juga dikatakan oleh Saylor (1981):

The terms curriculum and instruction are interlocked almost as inextricable as name Tristan and isoled or Romeo and Juliet. Without a curriculum or plan, there can be no effective instruction; and without instruction the curriculum has little meaning”.

Dari kutipan tersebut di atas dapat diartikan kurikulum dan pembelajaran adalah pasangan yang tidak terpisahkan satu dengan lainnya, tanpa kurikulum sebagai sebuah rencana, maka pembelajaran tidak akan efektif, demikian juga tanpa pembelajaran sebagai implementasi sebuah rencana, maka kurikulum tidak akan memiliki makna apa-apa, dengan demikian hal yang paling krusial dalam implementasi kurikulum adalah model pembelajaran.

Gunter et al (1990:67) mendefinisikan an instructional model is a step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes. Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual, yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar, untuk mencapai tujuan belajar. An instructional strategy is a method for delivering instruction that is intended, to help students achieve a learning objective (Burden & Byrd, 1999:85). Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran ditentukan pula oleh strategi


(18)

Ada banyak model-model pembelajaran yang dikembangkan dari dulu sampai sekarang, diantaranya model reasoning and problem solving, model problem-based instruction, model pembelajaran perubahan konseptual, model group investigation dan model technology-based instruction. Model technology-based instruction pada saat sekarang lebih kita kenal dengan istilah e-learning, yang secara sederhana dapat dijelaskan sebagai pembelajaran yang mendayagunakan teknologi elektronika di dalam pembelajaran melalui jalur internet.

Ada beberapa keunggulan pengembangan program pembelajaran melalui e-learning, yaitu : (1) sangat dinamis, program menarik, atraktif dan interaktif; (2) dioperasikan sepanjang waktu sehingga siswa dapat memperoleh informasi materi belajar yang diperlukan di saat memerlukannya; (3) belajar secara individual, setiap siswa dapat memilih format atau model pembelajaran yang diinginkan dan yang lebih relevan dengan latar belakangnya setiap saat; (4) bersifat komprehensif, menyediakan berbagai bentuk kegiatan pembelajaran dari berbagai sumber yang memungkinkan siswa untuk memilih suatu format atau metode belajar dan latihan yang disediakan. (Romi, 2007).

Berdasarkan karakteristik, paradigma yang melandasinya, serta asumsi-asumsi yang melekat, maka pengembangan e-learning mempersyaratkan juga kesiapan institusional, sistem pengelolaan, dan asumsi pedagogis yang relatif berbeda dengan praktek penyelenggaraan pendidikan konvensional sekarang ini. Menurut Pannen (2005), faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan e-learning adalah kejelasan tujuan di dalam menerapkan


(19)

e-learning, perancangan pembelajaran yang kreatif berdasarkan prinsip-prinsip pedagogis, adanya komitmen pendidik dan peserta didik terhadap proses belajar, serta dukungan dari pihak pengelola untuk melakukan eksplorasi pengetahuan, keterampilan, dan praktek yang inovatif. Dalam situasi dan kondisi tersebut, adopsi e-learning bukan berarti sekedar proses digitalisasi pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran elektronik berbasis web, dan juga bukan sekedar upaya perluasan dari tradisi dan budaya pembelajaran yang sekarang ini berlangsung dengan jumlah siswa yang lebih banyak secara kuantitatif. E-learning ditujukan untuk memberikan layanan pendidikan yang lebih luas, pengalaman belajar yang lebih kaya, dengan segala implikasinya bagi institusi, sistem pengelolaan, dan proses pembelajaran yang perlu dipersiapkan dengan tepat oleh pendidik.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai hal tersebut di atas, yang menyimpulkan masih perlu dikembangkannya e-Learning yang lebih pedagogis antara lain: Penelitian Institute for Higher Education Policy, Amerika (dalam Govindasamy, 2002) menyatakan bahwa penggunaan e-Learning belum sepenuhnya mempertimbangkan aspek pedagogis dalam pembelajaran. Ada beberapa indikator yang menunjukkan bahwa e-Learning belum menerapkan prinsip-prinsip pedagogis. Prinsip pedagogis tersebut antara lain : Course development untuk pembelajaran e-learning masih relatif sama dengan mengembangkan pembelajaran yang konvensional. Selain itu course structure juga masih memerlukan penyempurnaan agar benar-benar sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sari (2005) dengan


(20)

judul “Implementasi dan Integrasi Aplikasi Learning Management System dan Grid Computing untuk meningkatkan efektifitas Online Course”. Dari hasil penelitian itu direkomendasikan untuk mengembangkan pembelajaran berbasis e-learning dengan lebih memperhatikan aspek sentuhan pendidikan, sehingga pembelajaran e-learning bukan sebuah otomatisasi pembelajaran, tapi lebih jauh dari itu terjadi proses interaksi pembelajaran yang lebih manusiawi.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Pannen (2005) menggambarkan dengan cukup tegas tentang perbedaan antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran e-learning sebagai berikut : Pembelajaran konvensional merupakan proses yang kaya dengan detil interaksi yang seringkali terlewatkan dalam catatan guru, karena dianggap sudah berjalan dengan sendirinya. Sementara itu, e-learning merupakan proses yang relatif miskin dan mekanistis, yang memerlukan perancangan dan pengembangan yang kreatif untuk menjadikannya sebuah proses belajar yang kaya. Proses digitalisasi materi dan penyediaan beragam materi pemebelajaran dalam bentuk digital di internet tidak menjamin terjadinya proses belajar. Lebih jauh lagi, penyediaan materi pembelajaran dan strategi pembelajaran yang berhasil dalam pembelajaran konvensional tidak menjamin keberhasilan yang sama dalam proses pembelajaran e-learning. Dalam hal ini, diperlukan adaptasi selektif dari materi pembelajaran konvensional menjadi materi dalam e-learning, serta perancangan interaksi dan keterkaitan antar materi pelajaran dengan siswa dan guru berdasarkan prinsip-prinsip e-pedagogy. Baik siswa maupun guru yang terlibat dalam e-learning dengan sendirinya akan belajar


(21)

e-learning strategy dan e-pedagogy, bukan sekedar membaca atau menghafalkan e-text.

Apabila kita memaknai uraian tersebut di atas, dengan mempertimbangkan peran serta fungsi guru yang strategis dalam proses pembelajaran, permasalahan pencapaian hasil belajar yang belum optimal serta perkembangan teknologi pembelajaran terkini, maka penulis berasumsi bahwa standar kompetensi khususnya pada mata pelajaran ekonomi yang akan penulis teliti akan lebih mudah dicapai dengan suatu inovasi model pembelajaran terkini yang memadukan antara peran guru dengan model pembelajaran e-learning berbasis web, dimana siswa benar-benar dapat mengakses berbagai data dan informasi terkini, isu-isu lokal maupun isu-isu nasional, bahkan isu-isu internasional yang sedang berkembang dan di harapkan hal tersebut akan meningkatkan hasil belajar yang bisa diraih oleh siswa dengan lebih optimal.

Model pembelajaran yang dirancang penulis tidak hanya pada desain, tetapi juga melihat aktivitas guru dalam mengajar dan aktivitas siswa dalam belajar sebagai umpan balik terhadap model pembelajaran yang diberikan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Saylor (1981:29) tentang “pentingnya pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik siswa dan penggunaan model pembelajaran oleh guru serta keluaran dari pembelajaran yang berupa kemajuan hasil belajar siswa”.

Berangkat dari pemaknaan dan pemikiran sebagaimana diuraikan pada latar belakang tersebut di atas, penulis akan melakukan penelitian dan pengembangan suatu model pembelajaran yang diharapkan efektif, dan cocok


(22)

dalam membantu guru untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan kemampuan dan kompetensi siswa pada mata pelajaran ekonomi di jenjang SMA dengan tidak meninggalkan unsur pedagogis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian deskriptif pada latar belakang masalah di atas, pemilihan model pembelajaran menjadi hal sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dengan model pembelajaran yang digunakan, diharapkan tujuan pembelajaran dan hasil belajar dapat tercapai dengan lebih efektif dan lebih optimal.

Strategi dari penyusunan model pembelajaran ini mempertimbangkan prinsip efisiensi dan efektifitas, artinya hemat dalam penggunaan waktu, sumberdaya dan proses serta sesuai antara tujuan dengan hasil pembelajaran yang akan dicapai. Pembelajaran yang efektif ditunjukkan oleh ketepatan komponen-komponen yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.

Dengan demikian rumusan masalah yang akan diteliti adalah: “model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy yang bagaimanakah yang sesuai untuk mata pelajaran ekonomi jenjang SMA yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa ?.”

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah sebagaimana dikemukakan di atas, diturunkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian yang lebih rinci sebagai berikut :


(23)

1. Bagaimana kondisi awal pembelajaran mata pelajaran ekonomi sebelum model pembelajaran e-learning berbasis web dikembangkan?, pertanyaan ini diturunkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian yang lebih rinci sebagai berikut:

1.1. Bagaimana rancangan pembelajaran mata pelajaran ekonomi yang ada saat ini ?

1.2. Bagaimana aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran ekonomi saat ini ?

1.3. Bagaimana kinerja guru dalam implementasi kurikulum mata pelajaran ekonomi saat ini ?

1.4. Bagaimana pemanfaatan sarana prasarana pendukung belajar yang ada di sekolah pada saat ini ?

2. Bagaimana model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip

e-pedagogy yang dikembangkan yang dapat membantu guru dalam

meningkatkan hasil belajar siswa ?, pertanyaan ini diturunkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian yang lebih rinci sebagai berikut:

2.1. Bagaimana model awal pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e- pedagogy yang bagaimana yang akan dikembangkan?

2.2. Bagaimanakah bentuk akhir dari model pembelajaran yang dikembangkan tersebut ?


(24)

3. Bagaimanakan pelaksanaan model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy ?, pertanyaan ini diturunkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian yang lebih rinci sebagai berikut:

3.1. Bagaimanakah kemampuan dan kinerja guru yang dituntut dalam penerapan model pembelajaran tersebut ?

3.2. Bagaimanakah fasilitas dan lingkungan yang dituntut untuk menerapkan model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy ?

3.3. Bagaimanakah skenario model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy tersebut ?

4. Bagaimanakah pandangan guru dan siswa tentang penerapan model tersebut ?, pertanyaan ini diturunkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian yang lebih rinci sebagai berikut:

4.1. Bagaimanakah pandangan guru tentang penerapanan model

pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy tersebut?

4.2. Bagaimanakah pandangan siswa tentang penerapanan model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy tersebut?

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau


(25)

“mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain”, penekanan pengertian definisi operasional terletak pada kata dapat diamati atau diobservasi. (Koentjarangningrat, 1991;23).

Dalam penelitian ini beberapa hal pokok yang perlu didefinisikan yang berkaitan dengan masalah penelitian adalah :

1. Model pembelajaran, mengandung dua makna utuh, yaitu model mengajar oleh guru, dan model belajar oleh siswa. Suatu model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pola yang digunakan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Joice dan Weil (2000:6), mengemukakan:

“A model of teaching/learning is a plan or pattern that we can use to design face-to-face teaching in class rooms or tutorial setting and to shape instructional materials-including books, films, tapes, computer-mediated programs, and curricula (long term courses of study). Each model guides us as we design instructional to help students achieve various objectives.”

Menurut batasan dari Joice dan kawan-kawan tersebut, model mengajar atau pembelajaran merupakan petunjuk bagi guru dalam merencanakan pembelajaran di kelas, mulai dari mempersiapkan perangkat pembelajaran, media dan alat bantu, sampai alat evaluasi yang mengarah pada upaya pencapaian tujuan pelajaran dan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur pengorganisasian pengalaman belajar secara sistematis, untuk mencapai tujuan belajar


(26)

tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

2. e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone. Definisi e-learning ini dari berbagai sudut pandang, selanjutnya dapat kita dipelajari secara

lengkap dari alamat tautan berikut

http://www.google.co.id/search?hl=id&source=hp&q=e-learning&btnG=Telusuri+dengan+Google&meta= [diakses pada Juli 2009] 3. Web adalah suatu tampilan dokumen secara digital, yang ditulis dengan menggunakan bahasa hypertext, dan bisa diakses melalui internet. (tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/The_web) [diakses pada Juli 2009] 4. e-pedagogy, berkaitan dengan e-pedagogy, Koehler, M.J. and Mishra.

(2005) mengemukakan :

“Pedagogical knowledge is deep knowledge about the processes and practices or methods of teaching and learning and how it encompasses,among other things, overall educational purposes, values, and aims. This is a generic form of knowledge that is involved in all issues of student learning,classroom management, lesson plan development and implementation,and student evaluation. It includes knowledge about ICT or methods to be used in the classroom; the nature of the target audience; and strategies for evaluating student understanding.”

Dengan mengacu pada apa yang dikemukan Koehler tersebut di atas, maka e-pedagogy dapat dikatakan sebagai suatu pedoman atau dasar di dalam mengajar serta membimbing anak untuk belajar yang mengintegrasikan pemanfaatan teknologi informasi komunikasi (TIK) di dalam kegiatan,


(27)

proses, strategi, prosedur, dan metode mengajar dan belajar, termasuk di dalamnya hal-hal yang berkaitan dengan tujuan instruksional, penilaian, dan siswa di dalam belajar.

5. Hasil Belajar menunjukkan kemampuan dan tingkat penguasaan oleh siswa dari suatu proses belajar dan pengenalan yang telah dilakukan secara berulang-ulang, yang akan tersimpan dalam jangka waktu lama, atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya, karena turut serta dalam membentuk pribadi individu, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan akan merubah cara berpikir, serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. (Nana Sudjana, 2004)

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy dalam rangka meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran mata pelajaran ekonomi. Secara lebih rinci, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi awal pembelajaran mata pelajaran ekonomi sebelum model pembelajaran e-learning berbasis web dikembangkan dengan:

1.1. Mengetahui rancangan awal pembelajaran mata pelajaran ekonomi yang ada saat ini.

1.2. Mengetahui aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran ekonomi saat ini.


(28)

1.3. Mengetahui kinerja guru dalam implementasi kurikulum mata pelajaran ekonomi saat ini.

1.4. Mengetahui bagaimana pemanfaatan sarana prasarana pendukung belajar yang ada di sekolah pada saat ini.

2. Untuk mengetahui model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy yang dikembangkan yang dapat membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa yaitu:

2.1. Model awal pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e- pedagogy yang bagaimana yang dikembangkan.

2.1. Bentuk akhir dari model pembelajaran yang dikembangkan.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy ditinjau dari:

3.1. Kemampuan dan kinerja guru yang yang dituntut dalam penerapan model pembelajaran tersebut.

3.2. Fasilitas dan lingkungan yang dituntut untuk menerapkan model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy. 3.3. Skenario model pembelajaran e-learning berbasis web dengan

prinsip e-pedagogy tersebut.

4. Mengetahui pandangan guru dan siswa tentang penerapan model tersebut: 4.1. Pandangan guru tentang penerapanan model pembelajaran

e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy tersebut. 4.2. Pandangan siswa tentang penerapanan model pembelajaran


(29)

tersebut.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan menyumbangkan manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, manfaat yang dapat disumbangkan melalui penelitian ini adalah :

a. Proses belajar yang baik adalah diawali dengan keinginan-tahuan dari siswa yang dipicu oleh guru dalam suatu pembelajaran, yang mana kemudian siswa didorong untuk mencari jawabannya baik dengan membaca ataupun mencari informasi sebanyak-banyaknya pada berbagai sumber belajar. Untuk melihat hal itu, penelitian ini akan menggunakan model e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogi. Dari berbagai sumber yang dipelajari, e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogi merupakan sesuatu yang baru. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat diperoleh masukan berupa sumbangan terhadap pengembangan teoritik yaitu menemukan dalil-dalil yang baru yang didasarkan pada efektivitas implementasi model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogi untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi di jenjang SMA.


(30)

b. Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi mutakhir, saat ini sedang berkembang pembelajaran dengan memanfaatkan internet. Model pembelajaran dalam penelitian ini mengembangkan kemampuan belajar siswa untuk dapat memahami pelajaran secara lebih dalam melalui sumber belajar di internet. Dengan demikian, secara teoritik akan menambah dan semakin melengkapi khasanah konsep atau prinsip pembelajaran di era digital yang saat ini sedang berkembang khususnya pada mata pelajaran ekonomi di jenjang SMA.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat yang dapat disumbangkan melalui penelitian ini adalah kepada sebagai berikut :

a. Pihak pengambil keputusan kurikulum. Hasil penelitian ini berupa produk model pembelajaran e-learning yang dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ekonomi.

b. Guru. Penggunaan model pembelajaran e-learning berbasis web dapat memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan dalam kelas, bahkan model ini lebih efektif, meringankan beban guru serta menghemat waktu. Selain itu para guru juga akan bertambah wawasan serta kemampuan dalam penguasaan teknologi informasi komunikasi sehingga tidak ketinggalan informasi

c. Siswa. Dengan diterapkannya model pembelajaran e-learning berbasis web ini diharapkan dapat membantu para siswa di dalam memahami


(31)

meningkatkan prestasi akademiknya. Disamping itu para siswa dapat belajar mandiri sesuai gaya dan cara belajar masing-masing yang menyenangkan.

d. Khusus bagi pengembang kurikulum sudah harus lebih memikirkan lebih lanjut bagaimana merancang kurikulum yang lebih e-pedagogis edukatif untuk pembelajaran yang memanfaatkan internet.

G. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian pengembangan model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy nampak seperti bagan berikut ini:

Bagan 1.1: Bagan Kerangka Berpikir Penelitian

Kerangka berpikir penelitian sebagaimana digambarkan pada bagan di atas, pada dasarnya diadaptasikan dari teori Dr. Nicole dan Dr. Retta tentang pembelajaran

! "# !$!%&

• '

•! '

• '

%( #


(32)

hybrid yang dipublikasikan pada Journal of Information Technology Education Volume 5 pada tahun 2006. Pembelajaran hybrid yang dimaksudkan adalah suatu model pembelajaran campuran (hybrid), yang memadukan pembelajaran klasikal (tatap muka antara guru dan siswa) dengan pembelajaran online yang mana di dalamnya tersedia berbagai sumber belajar yang tidak terbatas.

Menurut Nicole dan Retts, dalam pembelajaran hybrid paduan interaksi pembelajaran tatap muka guru dan siswa dengan pembelajaran online dapat disesuaikan secara fleksibel proporsinya dan dapat pula disesuaikan dalam penyampaian materi pelajaran, dalam pengumpulan tugas-tugas siswa, maupun dalam aktivitas-aktivitas belajar lainnya yang mendukung siswa agar dapat berpikir tingkat tinggi.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran hybrid ini, Nicole dan Rett (2006) mengatakan bahwa ”sebuah website yang dirancang untuk pembelajaran sudah terbukti memiliki efektivitas yang baik di dalam menyampaikan materi pelajaran”. Hal ini didukung pula oleh beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh Wernet, Olliges, dan Delicath (2000), menemukan suatu kesimpulan bahwa materi pelajaran yang disampaikan secara online memiliki keuntungan yang lebih besar pada keseluruhan pencapaian pengalaman belajar oleh siswa.

Implementasi kerangka pemikiran penelitian tersebut di atas peneliti lakukan melalui suatu eksperimen model pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi jenjang SMA yang ditujukan kepada pencapaian hasil belajar yang dibandingkan dengan kelompok siswa yang belajar klasikal saja atau konvensional yang sedang berjalan.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Metode ini dirancang untuk mengembangkan suatu produk baru dan atau menyempurnakan produk yang telah ada dengan langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2005; 163 - 145). Produk yang dikembangkan dalam penelitian adalah suatu model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Penggunaan metode ini dipilih karena memiliki sejumlah alasan. Pertama, karena adanya kepentingan untuk melahirkan suatu model pembelajaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmlah dan dapat diterapkan di lapangan. Menurut Sukmadinata (2005; 165), ”penelitian di bidang pendidikan umumnya bersifat penelitian dasar (basic research) dan kurang diarahkan pada penelitian terapan. Padahal di lapangan (di sekolah), sangat dinantikan adanya pengembangan produk model pembelajaran yang aplikatif”. Dengan memperhatikan kebutuhan tersebut, peneliti menganggap bahwa metode Penelitian dan Pengembangan dapat diandalkan untuk melahirkan suatu produk pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy.


(34)

Kedua, karena metode Penelitian dan Pengembangan memiliki keunggulan untuk mendekatkan kesenjangan antara penelitian dasar yang bersifat teoritis dengan penelitian terapan yang bersifat praktis. Kesenjangan ini dapat didekatkan dengan penelitian dan Pengembangan (Sukmadinata, 2005: 166). Sejumlah sumber referensi yang dibaca oleh penulis telah menerangkan tentang landasan dan prinsip pambelajaran e-learning, namun dalam tulisan tersebut belum ada yang menunjukkan laporan efektifitasnya jika digunakan untuk tujuan yang lebih spesifik. Pada saat yang sama, peneliti membutuhkan adanya suatu model pembelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. Dengan kondisi ini dan untuk memperoleh model pembelajaran yang aplikatif, maka perlu ada solusi yang dapat melahirkan suatu model.

Ketiga, karena metode penelitian dan pengembangan dapat menyakinkan peneliti. Metoda ini memiliki gagasan menggabungkan tiga metode yang saling mendukung untuk lahirnya suatu model yaitu studi pendahuluan, evaluatif pada tahap proses uji coba model, dan eksperimental pada tahap uji keampuhan model (Sukmadinata, 2005:167). Sejumlah pengalaman penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa pasca sarjana menunjukkan bahwa penelitiannya sangat berhasil. Dengan pengalaman penelitian yang telah berulang-ulang tersebut memberi kekuatan kepada peneliti untuk mamilih metode Penelitian dan Pengambangan.

Tiga tahap kegiatan penelitian yang menjadi alasan pemilihan yaitu penelitian pendahuluan, penelitian pengembangan, dan pengujian merupakan


(35)

penyederhanaan dari sepuluh langkah yang dikembangkan oleh Gall dan Borg (2003; 570), yaitu:

1. research and information collecting. Langkah ini merupakan studi pendahuluan sebelum model dikembangkan. Teknik yang digunakan adalah studi literatur, observasi sekolah, pemahaman terhadap kinerja guru, manajerial sekolah, dan observasi ke ruang kelas.

2. planning (perancangan) yaitu perencanaan kegiatan selama proses pengembangan dan uji coba model.

3. develop preliminary form of product (pengembangan produk awal) yaitu pengembangan bentuk awal sebuah prototipe model.

4. preliminary field testing (uji coba awal) yaitu uji coba lapangan awal yang dilakukan terhadap satu sampai tiga sekolah dengan penyertaan beberapa subjek penelitian.

5. main product revision (revisi) yaitu perbaikan atau penyempurnaan prototipe hasil ujicoba tahap awal.

6. main field testing (uji coba utama). Dalam penelitian ini dinamakan sebagai ujicoba lebih luas dengan subjek penelitian yang lebih banyak.

7. operational product revision (revisi produk) yaitu penyempurnaan produk dari hasil ujicoba utama.

8. operational field tesing (uji coba operasional) yaitu uji coba empiris dengan menggunakan metode eksperimen.

9. final revision product (revisi akhir) yaitu melakukan penyempurnaan akhir dengan memperhatikan hasil monitoring.


(36)

10. dissemination and distribution (diseminasi dan distribusi). Langkah akhir ini tidak akan dimasukan dalam penelitian ini.

Berdasarkan pada langkah penelitian ini secara umum mengacu pada pendapat Gall dan Borg (1989) di atas, Sukmadinata (2005:189) memodifikasi untuk menyederhanakannya menjadi tiga tahap utama, yaitu pendahuluan, pengembangan, dan pengujian, seperti terlihat pada skema berikut ini.

Bagan 3.1: Skema Alur Penelitian dan Pengembangan

Penelitian pendahuluan, yaitu tahap persiapan untuk pengembangan model. Tahap ini terdiri atas dua langkah yaitu studi kepustakaan dan survey lapangan. Studi kepustakaan merupakan kajian untuk mempelajari konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan model pembelajaran e-learning berbasis web. Sedangkan survey lapangan dilaksanakan untuk pengumpulan data yang berkenaan dengan kondisi siswa, guru, kurikulum, metode, media, sumber

!


(37)

belajar, sarana dan prasarana, lingkungan sekolah, dan manajemen sekolah yang berkenaan dengan kebijakan proses pembelajaran.

Tahap pengembangan terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengembangan draf awal, uji coba model terbatas, dan uji coba lebih luas. Target utamanya adalah diperolehnya model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy yang siap diuji coba pada tahap validasi.

Pengembangan model sebelum diujicobakan dilakukan diskusi dengan seorang pakar teknologi dari Sekolah Tinggi Informatika LIKMI Bandung, sehingga diperoleh rancangan model e-learning berupa website tuntunan bagi siswa dalam belajar.

Pada tahap ini juga perangkat model yang disediakan antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yaitu suatu student workbook yang berisi tugas kegiatan belajar. Instrumen penilaian yaitu seperangkat alat ukur yang dapat menakar kemampuan siswa dalam mata pelajaran ekonomi. Perangkat lainnya adalah buku panduan pelaksanaan model yaitu berupa buku pedoman bagi guru yang akan melaksanakan praktek penggunaan model pembelajaran e-learning berbasis web.

Tahap ketiga adalah tahap validasi yaitu melakukan penelitian dengan menggunakan metode eksperimen dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design, yaitu desain yang pelaksanaannya diawali dari pemilihan dua kelompok (kelas) yang setara, kemudian kedua kelas tersebut diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal yaitu adakah perbadaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


(38)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X yang berjumlah 315 siswa (9 kelas paralel x @35 siswa). Untuk kebutuhan penelitian, maka dari seluruh jumlah populasi akan diambil sample dengan teknik pengambilan random sampling dan cluster sampling pada setiap kelas agar penelitian dapat mengangkat informasi kondisi pembelajaran mata pelajaran ekonomi dari seluruh siswa.

Dari sembilan kelas tersebut diambil satu kelas untuk dilakukan pengujian model (uji coba 1) secara terbatas. Untuk mengujicobakan secara luas (uji coba 2) diambil dua kelas. Lalu dilakukan uji validasi model yang dilaksanakan pada tiga kelas eksperimen dan tiga kelas lainnya dengan kualifikasi yang sama, kelas-kelas ini digunakan sebagai kelompok pembanding atau kelompok kontrol.

Untuk memperoleh tiga kelas eksperimen dan kontrol, digunakan teknik random sampling dan cluster yang dianggap banyak memiliki kesamaan karakteristik sehingga dapat terwakili. Dengan demikian, penetapan sampel bersifat disesuaikan dengan pertimbangan serta kebutuhan (purposive sampling) dan kelas yang dipilih sebagai sampel dapat dilihat pada tabel berikut :

Kelompok Eksperimen Jumlah

Siswa Kelompok Kontrol

Jumlah siswa

Kelas X – 4 12 Kelas X – 5 11

Kelas X – 6 12 Kelas X – 7 12

Kelas X – 8 11 Kelas X – 9 12

35 35


(39)

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Jenis instrumen yang digunakan pada tahap studi pendahuluan adalah studi pustaka, studi dokumenter, observasi berstruktur, ceklis, wawancara dan angket. Untuk mengembangkan semua instrumen di atas, langkah pertama adalah menyusun pedoman instrumen.

1. Studi pustaka, merupakan langkah yang sangat penting untuk dilakukan dalam penelitian. Alasannya karena informasi yang diperoleh dari hasil studi pustaka atau literatur dapat digunakan sebagai dasar yang digunakan pada saat melakukan studi lapangan, dan sebagai acuan dalam pengembangan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan pertimbangan itu, maka pada langkah ini peneliti melakukan kajian terhadap berbagai literatur yang ada kaitannya dengan teori, pendekatan, strategi, metode dan teknik belajar mata pelajaran ekonomi yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa jenjang SMA, juga tentang materi pembelajaran mata pelajaran mata pelajaran ekonomi itu sendiri, dan permasalahannya. Menurut Sukardi (2003:38), ”isi studi literatur dapat berbentuk kajian teoritis yang pembahasannya difokuskan pada informasi sekitar permasalahan penelitian yang hendak dipecahkan melalui penelitian”. Literatur yang dimaksud dapat berupa teori-teori dan juga hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Hasil kajian terhadap dokumen tersebut, oleh peneliti dapat digunakan sebagai landasan selama penelitian dilakukan.


(40)

2. Studi dokumenter merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.

3. Observasi dan ceklis, adalah pengamatan langsung pada kegiatan yang sedang berjalan dan pengamatan ini dilakukan pula dengan bantuan alat-alat khusus seperti ceklis atau daftar isian yang sudah dipersiapkan sebelumnya (structured observation).

4. Wawancara, untuk mengumpulkan data dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (I.Djumhur dan Muh.Surya, 1985).

5. Angket digunakan untuk menjaring data berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban (Depdikbud:1975), dalam penelitian ini angket berupa daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis oleh responden.

Dalam menyusun pedoman instrumen, peneliti mengidentifikasi variabel-variabel penelitian yang perlu diketahui. Dari variabel-variabel yang teridentifikasi, penulis memberikan definisi operasionalnya dan merumuskan indikator-indikatornya.


(41)

Indikator-indikator itulah yang kemudian ditutunkan menjadi sejumlah butir pertanyaan.

Penelitian pendahuluan diarahkan untuk menggambarkan kondisi awal tentang empat hal yaitu tentang pembelajaran mata pelajaran ekonomi di SMA lokasi penelitian yang rinciannya meliputi bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pengorganisasian materi bahan pelajaran, metode pembelajaran, bentuk media pembelajaran dan sumber belajar, dan bentuk penilaian hasil belajar siswa. Walaupun sasarannya ke arah empat hal tersebut namun tentu saja perlu juga ditelusuri kondisi lainnya yang masih terkait seperti kebijakan KTSP yang berlaku di sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, dan persepsi siswa, guru, maupun kepala sekolah terhadap mata pelajaran ekonomi.

Berikut ini adalah pedoman untuk mengembangkan instrumen pada tahap studi pendahuluan:

Tabel 3.2 Pedoman Instrumen Studi Pendahuluan

No Aspek yang akan ditanyakan Instrumen Responden W A O

1 Data Responden V KS dan Guru

2 Pengetahuan tentang lingkup materi mata

pelajaran ekonomi V V Guru

3 Pengetahuan tentang kurikulum dan

pembelajaran mata pelajaran ekonomi V V Guru 4 Pengetahuan tentang penyusunan RPP dan

Silabus V V Guru

5 Pengetahuan tentang bahan dan sumber belajar

mata pelajaran ekonomi V V KS dan Guru

6 Pengetahuan tentang media dan alat

pembelajaran mata pelajaran ekonomi v Guru 7

Penggunaan variasi strategi, pendekatan, dan


(42)

pelajaran ekonomi

8 Inovasi-inovasi dalam pembelajaran mata

pelajaran ekonomi sesuai standar proses V V V

KS, Guru dan Siswa

9 Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber

belajar V V

Guru dan Siswa

10 Kebijakan KTSP kaitannya dengan pembelajaran

mata pelajaran ekonomi V KS

11 Ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran V V Guru dan Siswa 12 Ketersediaan LKS untuk mata pelajaran ekonomi V V Guru dam Siswa 13 Kegiatan belajar mata pelajaran ekonomi V V Guru dan Siswa 14 Persepsi tentang Lingkungan belajar V V Guru dan Siswa 15 Kebijakan dalam penyediaan sarana belajar mata

pelajaran ekonomi V V KS dan Guru

16 Motivasi dalam belajar mata pelajaran ekonomi V V Guru dan Siswa 17 Persepsi terhadap pembelajaran mata pelajaran

ekonomi V Siswa

18 Persepsi terhadap guru mata pelajaran ekonomi V Siswa

19 Cara penilaian terhadap prestasi belajar siswa V V Guru dan Siswa

Keterangan : W = Wawancara A = Angket O = Obeservasi

Berdasarkan sasaran responden, jenis instrumen penelitian pendahuluan terdiri dari empat instrumen yaitu instrumen untuk guru mata pelajaran ekonomi, kepala sekolah, siswa, dan instrumen observasi. Instrumen untuk guru bentuknya berupa angket dengan pertanyaan ada yang tertutup dan ada pula yang terbuka. Ruang lingkup pertanyaan sebputar penyusunan RPP, pengorganisasian materi, metode pembelajaran, media dan alat bantu pembelajaran, pemanfaatan teknologi , pemanfaatan lingkungan, dan cara penilaian siswa. Untuk menguji validitas instrumen, peneliti melakukan uji keterbacaan dan uji ruang lingkup kepada seluruh guru di sekolah penelitian.


(43)

Instrumen untuk kepala sekolah bentuknya berupa pedoman wawancara. Hal yang ditanyakan adalah tentang desain dan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Ruang lingkup yang ditanyakan antara lain tentang keanggotaan KTSP, dokumen KTSP, visi dan misi sekolah, penyediaan media pembelajaran, dan kebijakan persiapan menghadapi ujian nasional khususnya pada mata pelajaran ekonomi. Validasi instrumen didasarkan pada uji keterbacaan dan uji ruang lingkup kepada sejumlah guru di lapangan.

Instrumen untuk siswa bentuknya angket dengan pertanyaan ada yang terbuka dan ada yang tertutup. Tujuan penyebaran angket untuk siswa adalah untuk cross-check terhadap jawaban dari guru mata pelajaran ekonomi. Validasi instrumen berdasarkan pada uji keterbacaan kepada beberapa siswa.

Panduan observasi umumnya berbentuk daftar isian dan ceklis. Ruang lingkup yang diobservasi adalah tentang sarana dan prasarana sekolah, layanan pendidikan.

D. Analisis Data

Untuk memperoleh profil proses pembelajaran mata pelajaran ekonomi yang sedang dilaksanakan pada saat ini, data yang diperoleh dianalisis dengan teknik analisis profil, yakni melihat kecenderungan sehingga diperoleh gambaran bagaimana guru dalam mengembangkan perencanaan dan mengimplementasikan pembelajaran mata pelajaran ekonomi di kelas, bagaimana kemampuan dan aktivitas belajar siswa, dan bagaimana persepsi guru dan siswa pada pembelajaran mata pelajaran ekonomi di kelas.


(44)

Dalam penelitian pengembangan dilakukan analisis data sebagai berikut : a) Data hasil observasi kelas dianalisis dengan pendekatan kualitatif untuk

kemudian dilakukan revisi dan uji coba berkelanjutan;

b) Untuk menghasilkan model yang solid, dilakukan tes setelah uji coba. Hasil tes belajar dianalisis dengan analisis kuantitatif melalui statistik uji t dengan program SPSS for Windows versi 17.0, yakni membandingkan rata-rata hasil belajar antara tiap uji coba. Uji-t dilakukan karena pengujian sifatnya parsial, bukan simultan. Hal ini dilakukan terhadap hasil tes uji coba 1 dengan hasil tes uji coba 2, membandingkan hasil tes uji coba 2 dengan hasil tes uji coba 3 dan membandingkan hasil tes uji coba 3 dengan uji coba 4.

Analisis uji-t (Iskandar, 2008:113) merupakan “analisis parametrik yang digunakan apabila data penelitian berdistribusi normal atau data terlebih yang didapat harus diuji normalitas datanya terlebih dahulu sebelum masuk kepada statistik uji-t”. Oleh karena itu dalam penelitian ini, sebelum pelaksanaan uji-t dilakukan uji normalitas Kolmogorof-Smirnov.

Langkah ini didukung Sugiyono (2009:27) yang mengemukakan bahwa “sebelum penelitian menggunakan teknik statistik parametrik sebagai analisisnya, maka peneliti harus membuktikan terlebih dahulu, apakah data yang dianalisis itu berdistribusi normal atau tidak”. Uji normalitas pada dasarnya membandingkan data yang dimiliki peneliti dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data peneliti (Patria, 2008).


(45)

Untuk mengetahui keefektifan model sebagai uji validasi dilakukan analisis kualitatif, yakni membandingkan hasil observasi kelas dan analisis kuantitatif melalui statistik analisis faktorial 3x2 sehingga dapai diperoleh gambaran kekuatan model. Analisis perbandingan secara kualitatif dilakukan untuk melihat peningkatan prestasi siswa jika menggunakan model pembelajaran yang dikembangkan (keefektifan model terhadap siswa). Sedangkan analisis faktorial dilakukan untuk membandingkan prestasi siswa antara kelompok eksperimen clan kelompok kontrol, baik secara keseluruhan maupun perbandingan antara masing-masing kelas.

Desain dalam studi eksperiman ini digunakan kuasi eksperimen. Pertama, penelitian eksperimen pada dasarnya adalah pengamatan terhadap munculnya suatu akibat pada variabel terikat dari suatu sebab sebagai variabel bebas melalui suatu upaya sengaja yang dilakukan oleh peneliti (Sevilla dalam Suherli, 2002 93). Kedua, penelitian ini dapat menguji hipotesis mengenai hubungan sebab akibat. Rangkaian kegiatan dalam rancangan penelitian kuasi eksperimen tersebut secara visual dapat dilihat pada bagan berikut:

Group Pretest Treatment Posttest

A O X C

B O C

Time

Sumber: McMilan dan Schumacher (2001)

Bagan 3.2: Bagan Rancangan Penelitian Eksperimen (pretest-posttest with control group design)

Keterangan: A adalah kelompok eksperimen, B adalah kelompok kontrol, O adalah kelompok yang diberikan pretest, X adalah model pembelajaran


(46)

e-learning berbasis web pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol, C adalah kelompok diberikan posttest.

E. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian 1. Studi Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilaksanakan selama 1 bulan yakni pada bulan Juni 2010. Dalam tahap ini sebelum dilakukan penjaringan data, peneliti melakukan pendekatan kepada kepala sekolah untuk meminta kesediaan dilakukannya penelitian prasurvei. Berdasarkan kesediaan tersebut, kemudian dilakukan observasi kelas, yakni melihat dan mengamati kegiatan belajar mengajar mata pelajaran ekonomi, setelah itu dilakukan penyebaran angket untuk guru dan siswa.

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis sehingga diperoleh suatu profil tentang penerapan pengajaran mata pelajaran ekonomi yang telah dilakukan guru, kemampuan dan aktivitas belajar siswa, kemampuan dan kinerja guru, dan kondisi pemanfaatan sarana, fasilitas, dan lingkungan. Hasil ini digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan model pembelajaran e-learning berbasis web yang disesuaikan dengan kondisi tersebut.

Pada tahap ini pula dilakukan kegiatan pengumpulan informasi dan interpretasi. untuk keperluan ini dilakukan berbagai persiapan yang berkenan dengan kegiatan pengumpulan data awal penelitian. Untuk mendapatkan informasi tentang pembelajaran mata pelajaran ekonomi saat ini dan persepsi guru dan siswa terhadap pembelajaran mata pelajaran ekonomi di kelas dan Internet


(47)

disusunlah Angket 1 (lihat lampiran 1). Angket ini diberikan kepada siswa kelas X dari 9 kelas secara acak sesuai dengan jumlah siswa pada setiap kelas. Angket 2 (lihat lampiran 2) diberikan kepada 6 orang guru pengampu mata pelajaran ekonomi.

Langkah yang perlu dilakukan dalam studi pendahuluan adalah: Pertama, angket yang diberikan baik kepada siswa maupun guru diujicobakan sebanyak satu kelas. Dari hasil uji coba teridentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang tidak jelas serta bias sehingga tidak mendapatkan jawaban yang diharapkan oleh penelitian ini. Kegiatan uji coba angket ini merupakan salah satu bentuk validasi instrumen dalam penelitian awal yang dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan instrumen penelitian.

Kedua, memperbaiki angket berdasarkan berbagai masukan dari para guru pengampu mata pelajaran ekonomi, dan hasil uji coba angket. Perbaikan dilakukan berkaitan dengan redaksional, opsi yang disediakan, serta substansi pertanyaan dalam angket yang dapat menimbulkan berbagai interpretasi.

Ketiga, membagikan angket penelitian yang telah diperbaiki kepada siswa secara acak. Keempat, mengumpulkan angket kembali yang telah disebarkan. Dari seluruh angket yang berjumlah 125 buah, terkumpul 100 buah. Penyebab tidak lengaknya jumlah angket yang disebarkan tersebut karena siswa tidak masuk dan keengganan menjawab berbagai pertanyaan dalam angket. Dengan demikian angket yang diolah sebanyak 100 dari siswa dan 6 dari guru.

Kelima, mengolah hasil angket, baik dari siswa maupun guru. Sebanyak enam angket yang sebarkan kepada guru semuanya terkumpul. Hasil angket siswa


(48)

yang menjawab dengan asal-asalan tidak diolah karena data hasil angket tersebut dianggap akan mengacaukan data yang sesungguhnya.

Data yang terkumpul melalui instrumen tersebut sangat bermanfaat sebagai dasar bagi penyusunan model pembelajaran e-learning mata pelajaran ekonomi berbasis web yang akan dikembangkan. Pengembangan dilakukan untuk mendapatkan rancangan model pembelajaran yang akan diuji coba terlebih dahulu sebelum digunakan dalam penelitian eksperimen.

Teknik yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang pembelajaran mata pelajaran ekonomi adalah studi dokumen, menggunakan checklist tentang kelengkapan rencana pembelajaran, melakukan observasi kelas dengan checklist untuk menjaring informasi tentang kesesuaian tujuan pembelajaran dan aktivitas pembelajaran.

Pada awal kegiatan penelitian ini penulis melakukan tahapan sebagai berikut: (1) penyusunan rencana kegiatan penelitian. Untuk keperluan penelitian ini dilakukan sosialisasi dan konsultasi dengan kepala sekolah, Koordinator kurikulum dan para guru yang dilibatkan dalam kegiatan penelitian, serta para siswa yang akan menjadi subyek penelitian, (2) penetapan responden penelitian awal untuk mendapatkan sampel penelitian pengembangan, (3) penyusunan jadwal pembelajaran untuk kegiatan penelitian dalam jangka waktu satu semester, (4) penyusunan instrumen penelitian berupa angket, pedoman analisis, pedoman observasi, dan tes, dan (5) mendiskusikan kegiatan penelitian dengan kawan sejawat.


(49)

Tahap berikutnya dilakukan beberapa prosedur kegiatan penelitian. Pertama, mengkonstruksi model pengembangan; kedua melakukan kegiatan observasi, perlakuan, dan evaluasi; ketiga melakukan kegiatan interpretasi dan rekonstruksi; dan keempat menyusun model berdasarkan hasil penelitian pada tahap pertama dilakukan penyusunan model pengembangan model pembelajaran e-learning berbasis web pada mata pelajaran ekonomi. Pada tahap kedua dilakukan penelitian terhadap kegiatan penerapan model pembelajaran e-learning berbasis web dengan fokus analisis pada proses dan produk. Pada tahap ketiga dilakukan interpretasi dan rekonstruksi terhadap variabel penelitian. Pada tahap terakhir dilakukan penyusunan suatu teori. Berpijak dari prosedur tersebut diterapkan ke dalam tahapan-tahapan penelitian yang terdiri atas lima tahap kegiatan untuk sampai pada penyusunan simpulan atau teori hasil penelitian. 2. Uji Coba Instrumen

Instrumen angket didistribusikan untuk guru dan siswa lalu dilakukan observasi kelas, yang digunakan sebagai alat pengumpul data pada tahap penelitian prasurvei. Setelah instrumen dikembangkan, kemudian dilakukan uji coba, terutama dalam hal keterbacaan angket.

3. Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning Berbasis Web dan Uji Coba Model

Pengembangan model dilakukan sebelum uji coba dilaksanakan yang merupakan bentuk model hipotesis. Dalam pengembangan model ini dilakukan kolaborasi dengan guru komputer sehingga diperoleh rancangan website untuk pembelajaran mata pelajaran ekonomi. Uji coba dilakukan sebanyak dua kali


(1)

SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20 November 1997.

Ely, D. P. (1996). Trends in educational technology. Syracuse, NY: ERIC Clearinghouse on Information and Technology, Syracuse University. Febrian, J . (2003), Menggunakan Internet , Informatika Bandung, Bandung. Feton, E. (1985). The New Social Studies, New York: Holt, Rinehart & Wisten. Fischer, K.W. (1980), A Theory of Cognitive Development: The Control and

Construction of hierarcies of skill, Psychology Review, 447-531. Gagne, R. M., Briggs, L. J. & Wagner, W. W. (1992). Principles of instructional

design (4th ed.). New York: Holt, Reihhart and Winston.

Gall, M. Borg, W., (1979), Educational Research An Introduction. Longman, Inc., New York.

Gall, M. Borg, W., (2003), Educational Research An Introduction. Colopon, United States of America.

Garrison D.R., Anderson T. (2003), e_learning in the 21st Century, Routledge Falmer.

Gartner, (2001). Advisor Radar , Where Is E-Learning Headed ?, http://www.advisor.com/Articles.nsf/aid/SMITT318 [diakses pada Juli 2009]

Gerlach, V. S. & Ely, D. P. (1980). Teaching & media: A systematic approach (2nd ed.). Englewood Cliffs, NJ: Jersey: Prentice Hall.

Govindasamy, T. (2002). Successful Implementation of e-Learning: Pedagogical Considerations. Internet and Higher Education. Journal.

Hamalik , Oemar, (2000), Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta. Bumi Aksara Hamalik , Oemar, (1993) , Strategi Belajar Mengajar, Bandung. Mandar Maju Harmon, S.W., & Jones, M.G. (1999). The five levels of web use in education :

Factors to considers in planning an online course. Educational Technology.

Hartanto, A.A. dan Purbo, O.W. (2002), Teknologi e-Learning Berbasis PHP dan MySQL, Elex Media Komputindo, Jakarta.


(2)

Hashim, Y. and Razmah. Bt. Man (2001), An Overview of Instructional Design and Development Models for Electronic Instruction and Learning, Malaysian Journal of Educational Technology 1(1), 1-7.

Hopkins, S. (1993). A Teacher Guide to Classroom Research. Secon Edition. Buckingham Philadelphia. Open University Press.

Ibrahim, R. & Kayadi, B. (1994). Pengembangan Inovasi dalam Kurikulum. Jakarta: UT, Depdikbud.

Ishaq, A. (2001), On the Global Digital Divide, Finance and Development, September 2001, 44-7.

Jarmon, L. (2008), Pedagogy and Learning in the Virtual World of Second Life, Encyclopedia of Distance and Online Learning, 2nd Edition.

Joyce , B. & Weil, M. (2000). Models of Teaching. Sixth Edition. Engle Wood Cliffs N.J. : Prentice Hall International, Inc.

Jones, M.G., & Farquhar, J.D. (1997). User interface design for web-based instruction. Englewood Cliffs, NJ:Educational Technology Publication.

Kemp, Jerrold E. (1994). Designing effective instruction. New York: Macmillan. Kemp, Jerrold, E. (1989). Planning, producing, and using instructional media.

New York: Harper & Row.

Khan, B. (1997). Web-based instruction (WBI): What is it and why is it. Englewood Cliffs, NJ:Educational Technology Publications

Konrad, L., & Stemper, J. (1996). Same game, different name : demystifyng internet instruction. Research Strategies.

Koehler, M. J., & Mishra, P. (2009). What is technological pedagogical content

knowledge?Contemporary Issues in Technology and Teacher Education.

Koentjaraningrat. (1991). Pengantar Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta.

Kusmayadi, Didi. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan Ketrampilan Intelektual Siswa. (Tesis). Bandung: PPS-UPI.

Mansell, R., & Steinmueller (2000), Mobilizing the Information Society, strategies for growth and opportunity, Oxford University Press.


(3)

Mason, R. (1998), Model of online cources , ALN Magazine, 2,2, October 1998, http://www.aln.org/alnweb/magazine/vol2_issue2/Masonfinal.htm [diakses pada Juli 2009]

McArthur, D., & Lewis, M.W. (1998), Untangling the web, Santa Monica, CA: RAND Education.

McCormack, C., & Jones, D. (1998), Building a Web-Based Education System, Wiley Computer Publishing, Canada

Miller, John P & Seller Wayne. (1985), Curriculum: Perspective and Practice. London:Longman.

Milheim, W., (1993), Using computer-based instruction with adult learners. Journal of continuing hinger education.

Morgan Keegan, (2000), E-Learning: The Engine of the Knowledge Economy, Morgan Keegan, New York.

Munir, (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: C.V. Alfabeta.

Munir, (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: C.V. Alfabeta.

Nasution, S., (2003). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: P.T. Bumi Aksara.

Nicole and Retta, (2006). Hybrid Learning. Dipublikasikan pada Journal of Information Technology Education Volume 5 tahun 2006.

Oblinger D, (2003), Education the Net Generation. Educause July/August 2003. Tersedia di http://www.educause.edu. [diakses pada Juli 2009]

Oliva, Peter F., (1992), Developing the Curriculum , 3rd Edition, New York, Harper Collins Publishers.

Pannen, P. (2005). Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran. Presentasi pada Seminar Sun Commitment in Education and Research Industry, Jakarta, 29 Juni 2005.

Piaget, J., (1977). The grasp of Consciousness. London: Routledge and Kegan Paul.

Purwanto (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Teknologi Komunikasi dan Informasi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.


(4)

Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran, “Menghadapi Tantangan Daya Saing SDM Nasional dan Internasional”. Jakarta: UT, PUSTEKKOM, IPTPI: Tidak diterbitkan.

Reilgeluth, C.M. (1983). Instructional Design Theories and Model. New Jersey: Lawrence Erlabaum Associaties.

Risinger, C. Frederick., (1998)., Instructional stretegies for the world wide web., Social Education: Vol. 62.

Romi, (2007). Learning, Researching, Entrepreneuring, Teaching, Motivating and Inspiring People. [online]. Tersedia di alamat http://romisatriawahono.net.

Romiszowski. (1993). The Selection & Use of Instructional Media: Second Edition. Kogan Page/Nichols Publishing: New York.

Rosenberg, M. (2001). E-Learning: strategies for delivering knowledge in the digitial age, Mc.Graw-Hill, New York.

Salmon, G. (2000). E-moderating: the key to teaching and learning online. Kogan-Page, London.

Sari, Riri Fitri, (2005). Implementasi dan Integrasi Aplikasi Learning Management System dan Grid Computing untuk Meningkatkan Efektifitas Online Course. Disampaikan pada Seminar Nasional Information Communication and Telecommunication (ICTEL 2005), STT Telkom, Bandung, 21-22 September 2005.

Saylor, J. Galen, et.all. (1981). Curriculum Planning for Better Teaching and Learning. Fourth Edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Seels, B. B. (Ed.) (1995). Instructional design fundamentals: A reconsideration. Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications.

Seels, B. B., & Glasgow, Z. (1997). Making instructional design decisions. Paramus, NJ: Prentice Hall.

Seels, B. B., & Richey, R. C. (1994). Instructional technology: The definition and domains of the field. Washington, DC: Association for Educational Communications and Technology.

Selinger, M. & Pearson, J. (1999). Telematics in Education: Trends & Issues, Pergamon (Elsevier Science Ltd), Oxford.


(5)

Sheltsky, Leonard. (1993). Minding Computer-Mediated Communication: CMC as Experiental Learning, (Journal Education Technology). Englewood Cliffs: Educational Technology Publication.

Siemans G. (2005). Connectivism: Learning as Network Creation. Tersedia di http://www.elearnspace.org/Articles/networks.htm. [diakses pada Juli 2009]

Skinner, B. F. (1968). Technology of teaching. Paramus, NJ: Prentice Hall.

Slavin, R.E., (1994), Educational Psychology: Theory and Practice, Fourth Edition, Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher.

Sleeman, D., & Brown, J. S. (Eds.) (1985). Intelligent tutoring systems. New York: Academic Press.

Sloman, M. (2001). The E-learning Revolution, CIPD, London.

Smith, P. L., & Ragan, T. J. (1993). Instructional design. New York: Merrill. Soekartawi, Suhardjono, T. Hartono dan A. Ansjarullah (1999), Rancangan

Instruksional, PT Rajawali Press, Jakarta.

Spector, J. M., Polson, M. C., & Muraida, D. J. (Eds.) (1993). Automating instructional design: Concepts and issues. Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications.

Stevens, G. H. & Stevens, E. F. (1995). Designing electronic performance support tools: Improving workplace performance with hypertext, hypermedia, and multimedia. Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications. Stolovitch, H. D., & Keeps, E. J. (Eds.) (1992). Handbook of human performance

technology. San Francisco: Jossey Bass.

Sukmadinata, N.S. (2000), Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosda Karya.

Sudjana, Nana. (1991). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana Nana, Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan , Sinar Baru Bandung


(6)

Taba, Hilda, (1992), Curriculum Development (Theory and Practise), New York:Harcourt, Brace & World, Inc.

Tate, Marsha; Alexander, Jan., (1996). Teaching critical evaluation skills for world wide web resources. Computers in Libraries: Vol. 16.

Taylor, Robert. (1980). The Computer in The School: Tutor, Tool, Tutee. New York: Teacher Coolege Press.

Tessmer, M. (1993). Planning and conducting formative evaluations. Bristol, UK: Taylor and Francis.

Twist J., Withers K. (2006). The challenge of the new digital literacies and the hidden curriculum. Emerging Technology. Becta. Tersedia di http://partners.becta.org.uk/page_documents/research/emerging_technolog ies07_chapter3.pdf. [diakses pada Juli 2009].

Twitchell, D. G. (Ed.) (1991). Robert M. Gagne and M. David Merrill: In conversation. Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications.

Winkel , W.S., (1996), Psikologi Pengajaran , Jakarta, PT. Grasindo

Wenger, E. (1998). Artificial intelligence and tutoring systems: Computational and cognitive approaches to the communication of knowledge. San Francisco: Morgan Kaufmann.

Wernet, S., Olliges, R., & Delicath, T. (2000). Postcourse evaluations of WebCT (Web Course Tools) classes by social work students. Research on Social Work Practice.

West, C., Farmer, J., & Wolff, P. (1990). Instructional design: Implications from cognitive science. Paramus, NJ: Prentice Hall.

Willis, B. (1993). Distance education: A practical guide. Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications.

Wilson, B. G. (Ed.) (1996). Constructivist learning environments: Case studies in instructional design. Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications.

Williams, B. (1999). The Internet for Teachers. IDG Books Worldwide.Inc., New York.

Zais, Robert. S., (1976), Curriculum Principles and Foundations, New York, Harper & Row. Publisher, Inc.