Strategi Penguatan Sistem Inovasi Daerah

STRATEGI
PENGUATAN

1

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Strategi
Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Banjar”.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas dari Mata Kuliah
Perencanaan Wilayah, di Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota,
FADP, ITS.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tersusun dengan peran serta
dari berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg. dan Ibu Belinda Ulfa
Aulia, ST., M.Sc.sebagai dosen pembimbing dalam mata kuliah

Perencanaan Wilayah.
2. Rekan-rekan di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota yang selalu
memberikan dorongan dan bantuan selama proses penyusunan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat secara luas bagi
perkembangan ilmu perencanaan wilayah dan kota maupun bidang ilmu
lainnya. Penulis sampaikan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, 18 Mei
2018

Penulis

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................v
DAFTAR TABEL..........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat.........................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan......................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
2.1 Review Literatur..............................................................................4
2.2 Review Kebijakan.............................................................................9
BAB III GAMBARAN UMUM.......................................................................13
3.1 Gambaran Umum Wilayah.............................................................13
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN.......................................................15
4.1 Kondisi SIDa Kabupaten Banjar Saat ini.........................................15
4.2 Identifikasi Kasus Pengembangan Wilayah....................................15
4.2 Hasil Analisa..................................................................................16
4.3 Konsep Penanganan......................................................................23
BAB V PENUTUP......................................................................................26
5.1 Kesimpulan....................................................................................26
5.2 Rekomendasi.................................................................................27
5.3 Lesson Learned..............................................................................27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................29


3

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Matriks Kerangka Kebijakan Inovasi Dan Inisiatif Strategis
Penguatan Sistem
Gambar 2.2 Langkah-langkah Awal Penyusunan Roadmap Penguatan SIDa
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Banjar
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Misi Ketiga Kabupaten Banjar
Tabel 4.1 Identifikasi Permasalahan SIDa Kabupaten Banajr
Tabel 4.2 Tantangan dan Peluang Penerapan SIDa
Tabel 4.3 Strategi hasil Persilangan SWOT

4

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keunggulan komparatif merupakan keunggulan yang telah dimiliki
oleh suatu wilayah, yang mana keunggulan tersebut telah tersedia di
alam secara melimpah sehingga keunggulan komparatif juga merupakan

endowment

roseources

yang

dimiliki

suatu

wilayah

serta

dapat

dimanfaatkan oleh wilayah tersebut. Indonesia sendiri pada dasarnya
telah memiliki keunggulan komparatif yang melimpah yang mana
Indonesia memiliki potensi alam yang melimpah yang terdiri dari
kekayaan tambang, minyak mineral, gas bumi serta memiliki sumber daya

hayati yang melimpah.
Kekayaan
dimanfaatkan

sumber
oleh

daya

wilayah

alam
tersebut

tersebut
secara

seharusnya

dapat


maksimal.

Dalam

pengembangannya sumber daya alam dapat dikelola oleh pemerintah
maupun masyarakat sekitar, salah satu penunjang dalam pengembangan
potensi sumber daya alam yang melimpah yakni dengan dukungan
infrastruktur serta pembangunan kondisi sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat sekitar.
Berkaca pada kenyataan itu maka diperlukanlah sebuah desain bagi
pengembangan sistem inovasi daerah. Dengan adanya
diharapkan

mampu

mengarahkan

sekaligus


juga

desain ini

mendorong

agar

perkembangan inovasi berjalan secara cepat dan efektif. Sistem Inovasi
Daerah (SIDa) dapat mendukung pengembangan wilayah di daerah
berdasarkan pada keunggulan dan kompetensi daerah. Hal ini merupakan
salah satu cara dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah
tersebut.
Pada kenyataannya pengembangan inovasi di daerah sering tidak
ditata

dengan

baik


bahkan

sering

diabaikan.

Keadaan

tersebut

menyebabkan perkembangan ekonomi daerah menjadi tidak optimal.
Berbagai potensi yang dimiliki tidak dapat dikembangkan menjadi
penggerak ekonomi yang handal. Alokasi sumberdaya menjadi tidak
terarah sehingga pencapaian pertumbuhan, stabilitas, dan pemerataan
ekonomi tidak seperti yang diinginkan. Di sisi lain, era keterbukaan
1

ekonomi global dan era otonomi daerah yang berlaku sekarang menuntut
adanya percepatan perwujudan daya saing daerah. Tanpa daya saing
maka daerah akan tertinggal di belakang dan hanya menjadi korban dari

kemajuan
Kabupaten Banjar merupakan Kabupaten yang telah menyusun dan
membuat roadmap SIDa Hal tersebut dikarenakan Kabupaten Banjar
merupakan Kabupaten yang memilki potensi alam yang melimpah yang
dapat

dimanfaatkan

untuk

mengembangkan

wilayahnya.Kabupaten

Banjar merupakan daerah lumbung pangan di Kalimantan Selatan yang
telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penyediaan sumber
pangan berupa beras, daging unggas, telor dan hasil perikanan. Selain itu
daerah ini juga menjadi penghasil komoditas perkebunan seperti karet
dan kelapa sawit. Beberapa kecamatan juga dikenal sebagai pusat
kegiatan agribisnis karena merupakan sentra produksi berbagai komoditas

pertanian.

Bidang-bidang

dukungan

sektor

usaha

sekunder

dan

di

sektor

tersier


primer

dalam

ini

memerlukan

pengembangannya.

Kegiatan-kegiatan pendukung dan kegiatan ikutan ini dapat berupa usaha
perdagangan, pengolahan hasil pertanian dan jasa-jasa penunjang seperti
transportasi dan keuangan. Selain itu, dukungan lebih luas yakni di bidang
infrastruktur dan suprastruktur juga sangat menentukan.
Dalam pelaksanaannya, SIDa perlu di evaluasi untuk memastikan
bahwa SIDa berjalan sesuai harapan dan sasarannya. Hal tersebut
dilakukan untuk melakukan penguatan terhadap SIDa serta untuk dapat
mencapai tujuan dan dapat terintegrasi. Penguatan sistem inovasi daerah
secara nasional didukung melalui Peraturan Bersama Menteri Negara
Ristek dan Teknologi Nomor 03 dan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun
2012.

Peraturan

ini

mengarahkan

penataan

kelembagaan

dan

penyusunan dokumen strategis penguatan sistem inovasi daerah dalam
bentuk

roadmap.

Sistem

Inovasi

Daerah

dibentuk

dengan

tujuan

meningkatkan daya saing daerah. Sistem ini menuntut peran aktif dan
sinergis antar elemen akademisi, bisnis dan pemerintah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
2

• Apakah faktor – faktor yang menyebabkan permasalahan pengembangan
wilayah di Kabupaten Banjar melalui SIDa?

• Bagaimana rekomendasi arahan dan strategi dalam penyelesaian
permasalahan pengembangan wilayah di Kabupaten Banjar melalui SIDa?

1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
• Mengidentifikasi faktor – faktor penyebab permasalahan
pengembangan wilayah di Kabupaten Banjar melalui SIDa.
• Merumuskan rekomendasi arahan dan strategi sebagai solusi
penyelesaian permasalahan pengembangan wilayah di Kabupaten
Banjar melalui SIDa.
Manfaat

dari

penulisan

makalah

ini

yakni

dapat

mengevaluasi

pengembangan wilayah Kabupaten Banjar melaui SIDa berdasarkan teori


teori

pengembangan

pertimbangan

wilayah

pemerintah

serta

Kabupaten

dapat

Banjar

digunakan

dalam

sebagai

menyelesaikan

permasalahan pengembangan wilayah Kabupaten Banjar melalui SIDa.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini membahas mengenai latar
belakang, rumusan masalah, tujuan dari penulisan hingga manfaat yang
dapat diperoleh dari penulisan makalah.
BAB II REVIEW LITERATUR, pada bab ini berisi mengenai pembahasan
teori – teori pengembangan wilayah serta regulasi perencanaan yang
melandasi dalam pembahasan studi kasus.
BAB III GAMBARAN UMUM, pada bab ini berisi mengenai gambaran
umum wilayah studi kasus serta deskripsi studi kasus pengembangan
wilayah secara umum.
BAB IV PEMBAHASAN, pada bab ini berisi mengenai analisa studi kasus
pengembangan wilayah yang meliputi analisa faktor – faktor penyebab
permasalahan pengembangan wilayah, analisa kasus pengembangan
wilayah serta konsep penanganan masalah.
BAB V PENUTUP, pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari

3

penulisan makalah, rekomendasi bagi studi kasus yang telah dibahas
serta lesson learned yang diproleh dari studi kasus yang dibahas.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Review Literatur
2.1.1 Pengertian SIDa (Sistem Inovasi Daerah)
Sistem inovasi merupakan suatu jaringan lembaga di sektor publik
dan swasta

yang

interaksinya

teknologi-teknologi

baru

memprakarsai dan mendifusikan

(Freeman,

dalam

Taufik,

2005).

Pengembangan sistem inovasi daerah (SIDa) merupakan salah satu
strategi utama dalam sistem inovasi nasional yang mewadahi proses
interaksi antara komponen penguatan sistem inovasi. Pada dasarnya,
merupakan agenda nasional sesuai dalam UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJN) 20052025 dan UU No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pada
dasarnya system inovasi:
1. Pertama,

ada

penekanan

bahwa

inovasi

adalah

proses

pembelajaran. Hal ini berarti bahwa perubahan teknologi tidak
banyak dipertimbangkan sebagai pengembangan material, tetapi
lebih

sebagai

suatu

rekombinasi

dari

pengetahuan

(yang

seringkali sudah ada) atau penciptaan kombinasi-kombinasi baru.
Proses pembelajaran ini bergantung pada keterlibatan banyak
aktor yang mempertukarkan pengetahuan, aktor-aktor ini terdiri
dari berbagai organisasi, meliputi perusahaan, pemerintah, dan
lembaga penelitian.
2. Kedua, ada penekanan pada peranan lembaga. Lembaga dapat
dianggap

sebagai

ketentuan,

regulasi,

dan

rutinitas

yang

membentuk ruang kemungkinan bagi aktor-aktor. Dengan ini,
lembaga merupakan penggerak maupun hambatan penting bagi
inovasi (Suurs, 2009).
3. Ketiga, sistem inovasi menekankan hubungan antara aktor dan
lembaga atau adanya gagasan tentang suatu sistem. Perspektif
sistem menunjukkan adanya pendekatan holistik. Holistik dalam
sistem inovasi berarti bahwa kinerja suatu sistem inovasi tidak
dapat

dianggap

sebagai

fungsi

linear

dari

unsur-unsurnya.
5

Sebaliknya, hal tersebut merupakan hasil dari 6 banyak hubungan
di antara unsur-unsurnya.
4. Keempat, sistem inovasi menekankan pentingnya interaksi yang
berkelanjutan di antara banyak proses dimana semua proses ini
berjalan

paralel

dan

memperkuat

satu

sama

lain

melalui

mekanisme umpan balik positif. Jika umpan balik semacam ini
diabaikan,

apakah

oleh

pembuat

kebijakan

ataupun

oleh

pengusaha, maka hal ini kemungkinan besar menyebabkan
kegagalan dalam proses inovasi di seluruh sistem (Suurs, 2009).
Dasar-dasar dari system inovasi ialah :
1. Basis ilmu pengetahuan dan teknologi (termasuk di dalamnya
aktivitas pendidikan, aktivitas penelitian dan pengembangan, dan
rekayasa);
2. basis produksi (meliputi aktivitas-aktivitas nilai tambah bagi
pemenuhan kebutuhan bisnis dan non bisnis serta masyarakat
umum); dan
3. Basis pemanfaatan dan difusinya dalam masyarakat; serta
4. Basis proses pembelajaran yang berkembang.
sistem inovasi daerah pada dasarnya adalah keseluruhan proses
dalam satu sistem untuk menumbuh-kembangkan inovasi yang
dilakukan antar institusi pemerintah (pusat) dan pemerintahan daerah,
lembaga penelitian dan pengembangan, dunia usaha (perusahaan dan
UMKM), dan masyarakat di daerah. Selanjutnya unsur yang tidak kalah
penting adalah networking dari para agen pembangunan itu sendiri
dalam rangka mengembangkan daya saing daerah dan kapasitas
inovatif yang tinggi melalui kerjasama dari unsur-unsur penggerak
SIDa baik dalam pengembangan iptek oleh inovator, difusi dan
proteksi inovasi, dan kebijakan pendukung oleh pemerintah, serta
penerapan dari inovasi oleh dunia usaha dan bisnis.
2.1.2 Penguatan SIDa (Sistem Inovasi Daerah)
Penguatan SIDa meliputi beberapa tindakan penting (BPPT, 2011),
antara lain:
a. Penataan Pilar-Pilar SIDa
6

Langkah yang seharusnya dilakukan adalah reformasi kebijakan
inovasi dengan menghapus segala regulasi yang menghambat atau
yang

berbelit-belit.

Kebijakan-kebijakan

yang

dikeluarkan

oleh

pemerintah daerah juga harus mendukung adanya inovasi daerah.
Selain itu perlu memperhatikan “program payung” yang menjadi alat
pengarah fokus dan keterkaitan antara pelaku dan sumber pendanaan.
Selain

itu

juga

dibutuhkan

pengembangan

infrastruktur

dasar,

pembiayaan inovasi daerah, serta peningkatan sosial budaya, dan
potensi daerah lainnya.
b. Pengembangan Fokus Prioritas
Sebuah proses komprehensif dengan analisis mendalam dan
meninjau peraturan perundangan yang berlaku.
c. Implementasi Kerangka Kerja Inovasi
Kegiatan ini dilakukan dalam penguatan klaster industri spesifik
sesuai fokus prioritas yang telah ditetapkan. Penyusunan rancangan
awal roadmap, bentuk-bentuk kegiatannya meliputi pengumpulan data
dan informasi yang terkait dengan penyusunan roadmap, kemudian
data tersebut dianalisis sehingga menghasilkan informasi, setelah itu
melakukan penyusunan dokumen Rancangan Awal Roadmap (Taufik,
2005). Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan stakeholder
terkait lainnya juga merupakan salah satu tahapan penting yang harus
dilalui dalam melakukan sebuah penyusunan roadmap. Bentuk-bentuk
kegiatan

forum

SKPD

dan

stakeholder

meliputi

pembahasan

rancangan awal roadmap dengan SKPD dan stakeholder, kemudian
penyusunan memorandum kesepakatan terhadap rancangan awal
roadmap.
2.1.3 Inisiatif (Prakarsa) Strategis Penguatan SIDa (Sistem
Inovasi Daerah)
1. Penguatan Sistem Inovasi Daerah : sebagai wahana untuk
memperkuat pilar-pilar bagi penumbuhkembangan kreativitaskeinovasian di tingkat daerah, di mana penguatan sistem inovasi
daerah merupakan bagian integral dari penguatan sistem inovasi
nasional.
7

2. Pengembangan Klaster Industri : sebagai wahana untuk
mengembangkan

potensi

kolektif

terbaik

kewilayahan

dan

meningkatkan daya saing industrial.
3. Pengembangan

Jaringan

Inovasi

:

sebagai

wahana

membangun keterkaitan dan kemitraan antar aktor utama, serta
mendinamisasikan aliran pengetahuan, inovasi, difusi, dan
pembelajaran.
4. Pengembangan Teknoprener : sebagai wahana modernisasi
bisnis/ekonomi & sosial, serta mengembangkan budaya inovasi.
5. Penguatan

Pilai-pilar

Tematik

SI

:

sebagai

wahana

memperbaiki elemen-elemen penguatan sistem yang bersifat
tematik dan kontekstual.

Gambar 2.1 Matriks Kerangka Kebijakan Inovasi Dan
Inisiatif Strategis Penguatan Sistem
2.1.4 Tujuan Pengembangan SIDa (Sistem Inovasi Daerah)
• Visi pembangunan ekonomi lokal berbasis IPTEKMAS
• Mendayagunakan segenap potensi pembangunannya secara
efisien guna menghasilkan pertumbuhan ekonomi berkualitas
secara berkelanjutan.
• Mengembangkan daya saing ekonomi daerah melalui inovasi
8

• Proteksi terhadap sektor-sektor ekonomi lokal yang daya saingnya
masih rendah dengan membentuk jejaring.
• Memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan.
• Menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk menarik investor.
Salah satunya dengan meninggalkan budaya birokrasi berlebihan
dengan meningkatkan profesionalisme kerja.
• Menciptakan perlindungan dan kepastian hukum bagi investor.
• Menciptakan kebijakan berdasarkan asas keberlanjutan yang
berwawasan lingkungan.
2.1.5 Prinsip Pengembangan SIDa (Sistem Inovasi Daerah)
• Cara berpikir strategis dan konsisten dengan kerangka jangka
panjang,
• Strategi Inovasi Daerah yang menjadi agenda prioritas daerah dan
merupakan bagian
• integral dari strategi pembangunan daerah;
• Stratregi inovasi daerah merupakan kebijakan strategis
peningkatan daya saing
• daerah;
• Berfokus pada potensi terbaik setempat dan terbuka pada ide-ide
kreatif yang
• bermanfaat bagi kemajuan daerah; dan
• Menetapkan tujuan yang jelas dan capaian yang rasional.
2.1.6 Pentingnya SIDa (Sistem Inovasi Daerah)
• Terjadi pergeseran dari ekonomi yang berbasis industri menuju ke
ekonomi berbasis pengetahuan;
• Daya saing daerah ditentukan oleh kemampuan memanfaatkan
modal SDM melalui inovasi;
• Karakteristik pasar yang dinamis, kompetisi global, kecenderungan
membentuk jejaring, posisi tenaga kerja dengan upah tinggi,
keterampilan luas dengan berbagai disiplin, pembelajaran tanpa
kenal waktu dan sepanjang hayat;
• Pengelolaan SDM kolaboratif;
• Meningkatkan jiwa kewirausahaan masyarakat
9

2.1.7 Langkah-Langkah Pengembangan SIDa (Sistem Inovasi
Daerah)

Gambar 2.2 Langkah-langkah Awal Penyusunan Roadmap
Penguatan SIDa
Sumber: Panduan Penyusunan Roadmap Penguatan Sistem Inovasi
Daerah, BPPT, 2013
Dalam

penyusunan

rancangan

awal

roadmap

untuk

penguatan Sistem Inovasi Daerah, maka tahapan yang harus
dilakukan adalah:


Tahap 1. Pengoalahan data dan informasi



Tahap 2. Analisis gambaran umum daerah, analisis kondisi SIDa
saat ini, analisis



tantangan dan peluang penguatan SIDa



Tahap 3. Perumusan kondisi SIDa yang akan dicapai



Tahap 4. Perumusan tujuan dan sasaran



Tahap 5. Perumusan fokus dan program prioritas



Tahap 6. Penetapan indikator kerja



Tahap 7. Perumusan rencana aksi

10

2.2 Review Kebijakan
2.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Banjar Tahun 2016 – 2021
Dalam dokumen roadmap SIDa dijelaskan bahwa pengembangan
sistem Inovasi daerah terfokus pada sektor pertanian dan perikanan
terutama pada komoditas padi, karet dan ikan patin. dan dalam
pengembangan ini juga dibahas pada Rencana Strategis Kabupaten
Banjar Tahun 2016 – 2021 berikut
Didalam Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 05 Tahun 2016
tentang RPJMD Kabupaten Banjar 2016–2021 telah ditetapkan Visi dan
Misi Kabupaten Banjar yang merupakan Visi dan Misi Bupati dan Wakil
Bupati

terpilih

periode

Tahun

2016



2021.

Adapun Visi Bupati dan Wakil Bupati terpilih periode Tahun 2010– 2015
adalah sebagai berikut :
“Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Banjar Yang Sejahtera dan
Barokah”, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

• Sejahtera; Sejahtera dalam pengertian ini adalah kesejahteraan
rakyat yang mengandung keterpaduan dimensi material dan
spiritual dalam wujud suasana kehidupan yang aman dan damai.

• Barokah; Sesuatu yang dirasakan mempunyai nilai tambah,
memberi manfaat dan kemaslahatan bagi orang banyak
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka ditempuh melalui 5
(lima) Misi yaitu :
1. Meningkatkan pengamalan ajaran agama dan suasana kehidupan
beragama.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berbasis
pendidikan,

kesehatan,

ketenagakerjaan

dan

kesehajteraan

sosial.
3. Meningkatkan

pengelolaan

sumber

daya

alam

berbasis

pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan komoditas
unggulan daerah lainnya dengan pendekatan agribisnis dan
industri berwawasan lingkungan secara berkelanjutan.

11

4. Mewujudkan

pemerataan

dan

keseimbangan

pembangunan

infrastruktur untuk mendukung daya saing ekonomi daerah

5. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan
amanah.
Strategi dan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Banjar 20162021 perlu menekankan pada perubahan (transformasi) dan percepatan
(akselerasi) pembangunan desa dan kecamatan dengan prioritas pada:
1.

pengembangan sumber daya manusia yang sehat dan produktif
antara lain melalui: peningkatan jangkauan dan mutu pelayanan
pendidikan; peningkatan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan;
pengamanan ketahanan pangan; penyediaan air bersih secara
merata dan bermutu; peningkatan keterampilan dan keahlian tenaga
kerja:

budidaya,

telekomunikasi

rekayasa,

dan

teknik,

informatika,

serta

jasa

pariwisata,

dan

jasa

jasa

keuangan;

pengembangan kewirausahaan dan manajemen bisnis bagi kaum
muda; serta peningkatan kerjasama, solidaritas dan ketahanan sosial;
2.

pengembangan

tata

kelola

pemerintahan

yang

baik

melalui

pelayanan prima dalam pelayanan publik, penataan organisasi
perangkat daerah dengan menerapkan manajemen berbasis kinerja,
peningkatan kapasitas aparat dalam bidang ilmu pengetahuan, teknik
dan manajemen sumber daya, penguatan peran Desa dan kecamatan
dalam

pelayanan

publik

dengan

menyiapan

peraturan

perundangundangan tentang pendelegasian kewenangan dari SKPD
kepada kecamatan dan Desa, penugasan aparat SKPD ke Desa dan
kecamatan,

pengembangan

sistem

manajemen

terpadu,

dan

penyediaan prasarana dan sarana di desa dan kecamatan;
3.

pengembangan ekonomi daerah yang unggul dan bernilai
tambah tinggi melalui pengembangan sektor dan komoditas
unggulan di setiap desa dan kecamatan untuk meningkatkan
produksi

dan

produktivitas,

nilai

tambah,

pendapatan

dan

kesempatan kerja; serta mengurangi kemiskinan di Desa dan
kecamatan; pengembangan pariwisata berbasis budaya dan agama:
pengembangan desa wisata, dan kawasan wisata; pemberdayaan
12

pelaku

usaha:

petani,

nelayan,

pengusaha

mikro,

kecil

dan

menengah; dan revitalisasi koperasi; serta perluasan promosi dan
kerjasama perdagangan dan investasi;
4.

pembangunan infrastruktur secara terpadu dan merata melalui
pembangunan prasarana dan sarana dasar di desa dan kecamatan:
air bersih dan sanitasi, listrik, perumahan dan permukiman, jalan dan
jembatan di setiap desa; pembangunan prasarana dan sarana
ekonomi: penataan dan pembangunan pasar di setiap kecamatan,
pusat-pusat perdagangan pemasaran, serta pembangunan prasarana
dan sarana konektivitas (keterkaitan) wilayah: kawasan pariwisata,
kawasan pertanian dan perkebunan, kawasan minapolitan, pusatpusat pengembangan wilayah, dan kawasan perbatasan antardaerah;

5.

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara
berkelanjutan melalui penyiapan dan pelaksanaan Rencana Detil Tata
Ruang di setiap desa dan kecamatan secara konsisten; penerapan
prinsip pengembangan pertanian, perkebunan dan perikanan yang
berkelanjutan secara konsisten; serta pengamanan dan pengawasan
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara ketat
dengan mencegah dan memberantas pembalakan dan
pertambangan liar, serta pencurian ikan.
Pelaksanaan prioritas pembangunan Kabupaten Banjar 2016-2021

diharapkan dapat meningkatkan budidaya produktif yang didukung
dengan pengembangan kegiatan pengolahan, promosi dan pedagangan,
serta pengembangan destinasi wisata yang didukung pengembangan jasa
wisata akomodasi, transportasi, pusat seni dan budaya, serta promosi
budaya dan pariwisata. Selanjutnya, pengembangan budidaya produksi,
pengolahan dan pemasaran, serta pengembangan destinasi dan jasa
pariwisata diharapkan dapat mendukung peningkatan produksi, nilai
tambah,

pendapatan;

memperluas

kesempatan

kerja,

mengurangi

kemiskinan; menjaga kelestarian sumber daya dan lingkungan; serta
mewujudkan kehidupan yang lebih maju, aman, damai, dan bermartabat.
Adapun dari penjelasan misi diatas yang sesuai dan menjadi
landasan dalam Sistem Inovasi Daerah adalah pada misi ketiga yaitu
13

“Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam berbasis
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan komoditas
unggulan daerah lainnya dengan pendekatan Agribisnis dan
industri berwawasan lingkungan secara berkelanjutan”
Adapun Penjelasan pada Misi ketiga tersebut :

 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan indikasi adanya
pertumbuhan ekonomi khususnya PDRB sektor pertanian umum,
sektor perikanan, mantapnya kondisi ketahanan pangan daerah
yang disertai peningkatan pendapatan, produksi dan produktifitas,
peningkatan nilai tambah, daya saing produk unggulan daerah,
pengembangan industri hilir, agroindustri, kebijakan (regulasi) yang
tepat dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber daya alam
yang berkelanjutan serta prinsip tata kelola lingkungan yang baik
Tujuan, Sasaran Pembangunan Misi Ketiga
Tujuan

dan

pengelolaan

sasaran

sumber

pembangunan

daya

alam

Misi

berbasis

Ketiga:
pertanian,

Meningkatkan
perkebunan,

peternakan, perikanan dan komoditas unggulan daerah lainnya dengan
pendekatan agribisnis dan agroindustri berwawasan lingkungan secara
berkelanjutan, yang akan dicapai dalam lima tahun mendatang (20162021) adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Misi Ketiga
Kabupaten Banjar
Misi
Meningkatkan

Meningkatkan

Meningkatnya produksi dan

pengelolaan

produksi dan

produktifitas

sumber daya alam

produktifitas pertanian

pertanian dan perikanan

berbasis

dan perikanan
Meningkatkan kualitas

Meningkatnya kualitas hasil

pertanian,

hasil industri

industri pengolahan

perkebunan,

pengolahan

perkebunan dan perikanan

peternakan,

perkebunan dan

perikanan dan
komoditas
unggulan

Tujuan

Sasaran

perikanan
Meningkatkan

Meningkatnya ketersediaan

Ketahanan Pangan

dan pola konsumsi

Daerah.

pangan masyarakat
14

daerah lainnya

Meningkatkan

dengan

investasi dan

Meningkatnya investasi daerah

pendekatan

kerjasama swasta dan

Meningkatkan kinerja

Agribisnis dan

antar daerah.
Meningkatkan kualitas

perusahaan daerah

pengelolaan sumber

lingkungan

industri
berwawasan
lingkungan secara
berkelanjutan;

Meningkatnya kualitas

daya alam dan
lingkungan hidup
secara berkelanjutan

2.3 Best Practice
Di Provinsi Jambi, pembukaan lahan untuk kebun karet dnegan pola
tebas-tebang-bakar sudah menjadi tradisi. Lahan yang sudah bersih lalu
ditanami secara tumpangsari, yaitu tanaman pangan dnegan karet ketika
tajuk karet mulai menaungi sehingga produksi tanaman pangan menurun,
petani meninggalkan kebun karet mudanya tanpa pemeliharaan dan
kembali lagi saat karet siap sadap. Karena lama tak terurus, produksi
karet dari kebun ini tidak maksimal dan cenderung tidak memuaskan.
Sedangkan produksi karet rakyat di Kabupaten Bungo masih di bawah
600 kg/ha/tahun. Sebagai komoditas unggulan Kabupaten Bungo, hasil
produksi ini tergolong rendah. Salah satu penyebab rendahnya produksi
adalah penggunaan bibit karet bermutu rendah. Sumber bibit biasanya
berupa karet cabutan atau biji. Pada sisi lain, sistem agroforesti karet di
Bungo ternyata memiliki aspek positif terutama berkaitan dengan
tingginya tingkat keragaman hayati yang mendekati kondisi hutan
sekunder. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Bungo
dan Kabupaten Tebo menunjukan bahwa sebanyak 62,69% jenis anakan
tumbuhan berkayu yang ditemukan beregenerasi di hutan juga ditemukan
di agroforestry karet. Agroforestry karet ini dapat menampung 31 jenis
mamalia yang menjadikan agroforestry karet sebagai penyedia sarang
dan makanan, area migrasi, tempat hidup hewan langka. Di dalam
agroforestry karet juga ditemukan 12 jenis kelelawar pemakan buah dan
serangga, 6 jenis peimata serta 46 jenis kumbang tinja yang dapat
digunakan sebagai indicator agroforestry karet sebagai lingkungan yang
menyerupai hutan.
15

Berangkat dari kenyataan rendahnyaproduksi karet serta perlunya
penyelamatan ekosistem agroforestry karet yang kaya keragaman hayati
maka pada tahun 1996, ICRAF memulai penelitian bersama CIRAD, Balai
Penelitian Sembawa Pusat Penelitian Karet, dan beberapa universitas
dalam maupun luar negeri. Para peneliti mencoba untuk memahami
tradisi pemanfaatan lahan dari petani yang ternyata tradisi ini banyak
menyimpan kearifan lokal. Akhrinya mereka berusaha untuk menjawab
pertanyaan bagaimana meningkatkan produksi agroforestry karet, namun
di sisi lain keragaman hayati juga terjaga.
Akhirnya para peneliti memperoleh jawaban untuk meningkatkan
produktifitas agrofoestri karet, ICRAF memperkenalkan inovasi agroforestri
karet RAS yang dikembangkan berdasarkan pengalaman di lokasi-lokasi
penelitian

di

Kabupaten

lainnya.

Dibandingkan

dengan

sistem

penanganan karet monokultur sistem RAS tidak memerlukan pengelolaan
yang

terllau

intensif.

Hal

ini

memungkinkan

tumbuhnya

beragam

tumbuhan yang berguna bagi konservasi fauna dan flora. Para petani juga
mendapatkan keuntungan tambahan dari hasil buah-buahan atau pohon
kekayuan. Lingkungan agroforestry karet menjadi rumah tinggal alternatif
bagi fauna yang mulai terancam punah karena kehacuran hutan alam
habitat hidup mereka. Diharapkan dengan mekanisme imbal jasa atas
pengurangan

emisi

karbon

memlalui

pencegahan

deforestrasi

dan

degradasi dilaksanakan, kemungkinan besar petani agroforestry karet
juga akan memperoleh insentif tamabahan.
BAB III GAMBARAN UMUM
3.1 Gambaran Umum Wilayah
Kabupaten Banjar merupakan kabupaten yang berada di Kalimantan
Selatan yang letaknya antara 2º49′55′′- 3º43′38′′ Lintang Selatan dan
114º30′2′′-115º35′37′′ Bujur Timur. Kabupaten Banjar berada 40 km
sebelah Timur dari Banjarmasin. Secara administratif berbatasan dengan:


Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tapin.



Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru.

16



Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala dan
Kota Banjarmasin.



Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah laut dan
Kota Banjarbaru

Gambar 3.2 Peta Administrasi Kabupaten Banjar
Sumber : petatematikindo.wordpress.com
Kabupaten Banjar terdiri dari 12 kecamatan, 4 perwakilan kecamatan,
7 kelurahan, dan 281 desa dengan luas wilayah keseluruhan 4.672,68
km2 atau ± 12,49% dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Jika dibanding
dengan kabupaten dan kota lainnya di Provinsi Kalimantan Selatan,
Kabupaten Banjarmerupakan kabupaten dengan luas wilayah ketiga
terbesar. Bagian barat Kabupaten Banjar merupakan wilayah datar dan
daerah pasang surut yang sebagian di antaranya diperuntukkan sebagai
lahan pertanian sawah barat atau lahan basah. Sedangkan di bagian timur
berupa daerah berbukit yang kebanyakan ditumbuhi alang-alang, belukar,
dan hutan primer. Sebagian di antaranya diperuntukkan sebagai lahan
sawah timur. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar dapat dilihat dari
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB disajikan atas dasar harga
berlaku dan atas dasar harga konstan. Penyajian atas dasar harga berlaku
dimaksudkan agar memperoleh gambaran besaran nilai tambah yang bisa
dihasilkan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan atas dasar harga
17

konstan dimaksudkan untuk melihat secara riil besaran nilai tambah yang
dihasilkan setelah pengaruh kenaikan harga dihilangkan. Nilai PDRB atas
dasar harga konstan sebesar Rp 3,01 triliun pada tahun 2008, sedangkan
pada tahun 2009 angka mencapai Rp 3,19 triliun, dan tahun 2010
diperkirakan akan mencapai Rp 3,35 triliun. Perumbuhan PDRB mulai
tahun 2008-2010 terus mengalami peningkatan, masing-masing sebesar
6,9 dan 6, 18% dan perkiraan pertumbuhan di tahun 2011 adalah 5,34%.

18

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi SIDa Kabupaten Banjar Saat ini
Dilihat dari PDRB Kabupaten Banjar, Potensi terbesar dipegang oleh
sektor pertanian, terutama pada sub-sektor tanaman bahan makanan,
namun kontribusinya semakin bergeser ke arah sektor sekunder dan
tersier seperti sektor bangunan dan konstruksi, perdagangan, keuangan,
jasa-jasa serta sektor pertambangan dan galian.
Capaian inovasi yang terjadi di Kabupaten Banjar merupakan wujud
dari kondisi sistem inovasi yang ada saat ini. Sebuah sistem inovasi
mencakup keseluruhan komponen, kelembagaan, dan aturan dengan
berbagai fungsinya yang berinteraksi dalam sebuah sistem menentukan
dinamika inovasi. Dalam SIDa Kabupaten Banjar dibahas kerangka yang
meliputi :
1. Kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis.
2. Kelembagaan

dan

daya

dukung

iptek/litbangyasa

serta

kemampuan absorpsi industri, khususnya UMKM.
3. Kolaborasi bagi inovasi dan difusi inovasi.
4. Budaya inovasi.
5. Keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri daerah
dan nasional.
6. Keselarasan dengan perkembangan global.
Berdasarkan kesepakatan yang dicapai dengan beberapa SKPD
terkait, pada rapat koordinasi yang dilakukan pada tanggal 8 Oktober
2014 di Kantor Bappeda Kabupaten Banjar dicapai kesepakatan kalau
tema yang ditetapkan adalah pengembangan agroindustri berbasis
komoditas karet, padi, dan ikan patin untuk mendukung kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, SIDa Kabupaten Banjar akan membahas
ketiga komoditas yaitu produksi karet, produksi ikan patin, dan produksi
padi.
4.2 Identifikasi Kasus Pengembangan Wilayah
Berjalannya sebuah sistem tentu memerlukan suatu keorganisasian
atau wadah fungsional penggerak yang berisi suatu tim inti inovasi daerah
19

beserta berbagai sumberdayanya. Wadah ini berfungsi merancang pola
inovasi daerah secara detail, menjadi pusat kolaborasi semua komponen
inovasi (Academician, Businessmen. Government – ABG), dan mengawal
berjalannya

sistem

inovasi

untuk

mendukung

pengembangan

produkproduk inovatif.. Kabupaten Banjar memiliki komoditas unggulan
seperti yang telah disebutkan sebelumnya yakni padi, ikan patin dan
produksi karet. Dalam rangka mengambangkan wilayahnya, Kabupaten
Banjar merumuskan SIDa untuk menunjang komoditas unggulan tersebut.
Berkaitan dengan pentingnya SIDa ini, dibutuhkan kerja sama instansi
terkait khususnya di lingkungan Pemkab Banjar untuk saling sinergi dalam
mengembangkan inovasi kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing. Tujuan dasarnya adalah upaya bersama meningkatkan
kualitas

pelayanan

masyarakat

serta

program pencapaian

sasaran

program dan kegiatan SIDa. Namun terdapat beberapa permasalahan
yang menghambat SIDa Kabupaten Banjar seperti belum optimalnya basis
data dan inovasi, belum optimalnya peran stakeholder, dan konsep e
government.
4.2 Hasil Analisa
4.2.1 Analisa Kasus Pengembangan Wilayah
Puncak dari berjalannya sistem inovasi adalah jika dapat tercipta
produk-produk inovatif melalui adanya implementasi inovasi di dunia
usaha. Jalur diseminasi teknologi dan hasil inovasi akan lebih terarah
diintrodusir kepada dunia usaha melalui wadah klaster-klaster industri.
Berdasarkan kesepakatan yang dicapai dengan beberapa SKPD terkait,
pada rapat koordinasi yang dilakukan pada tanggal 8 Oktober 2014 di
Kantor Bappeda Kabupaten Banjar dicapai kesepakatan bahwa tema
yang ditetapkan adalah pengembangan agroindustri. Namun, hingga
saat ini pembinaan klaster-klaster industri di Kabupaten Banjar masih
belum optimal. Akibatnya, produk-produk yang telah ditetapkan
sebagai andalan daerah belum dapat menjadi unggulan yang mampu
bersaing di kancah regional, nasional, dan terlebih internasional. Oleh
karena itu, isu strategis prioritas selanjutnya adalah pengembangan
klaster industri secara lebih optimal. Sejalan dengan potensi daerah
20

yang dimilikinya maka klaster-klaster industri yang perlu dibangun dan
dikuatkan

di

Kabupaten

Banjar

adalah

sentra-sentra

agribisnis

berbasis padi, karet, dan ikan patin.

N
o.
1.

4.1.2.1 Identifikasi Permasalahan SIDa Kabupaten Banjar
Kerangka kebijakan
Permasalahan
Kolaborasi bagi inovasi dan
difusi inovasi

2.

Pengembangan budaya inovasi

3.

Keterpaduan pemajuan sistem
inovasi dan klaster industri
daerah dan nasional
Keselarasan dengan
perkembangan global

4.

Kerjasama dan koordinasi masih
rendah dan lemah. Ahli iptek masih
sporadis dan parsial. Wahana interaksi
dan layanan teknologi belum terpola
dengan baik.
Peran pendidikan formal dan informal
masih belum optimal. Local wisdom
(kearifan lokal) belum terbina dengan
baik.
Klaster industri daerah belum
dikembangkan secara optimal.

Belum terintegrasinya upaya
pelestarian lingkungan dalam
kebijakan secara optimal. Penerapan
Standardisasi internasional berjalan
lambat. Pengelolaan HKI belum
optimal.
Tabel 4.1 Identifikasi Permasalahan SIDa Kabupaten Banajr
4.2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan SIDa
Kabupaten Banjar (di bab Tantangan dan peluang, yg
aku masukin baru tantangan)
Seiring berjalannya SIDa di Kabupaten Banjar, terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi yang dikelompokkan berdasarkan tantangan dan peluang. Adapun
tantangan dan peluang dalam penerapan SIDa di Kabupaten Banjar adalah sebagai
berikut.

21

N
o.
1.

2.

Aspek

Tabel 4.2 Masalah dan Potensi Penerapan SIDa
Masalah

Sistem budidaya
dan
pengembangan
industri
pengolahan

1.Masih banyak menggunakan
benih/bibit lokal dengan produktivitas
rendah 2,75 - 3,5 ton/ha.
2.Sebagian besar (80%) petani masih
menerapkan pola tanam padi hanya
satu kali setahun.
3.Bangunan dan jaringan irigasi belum
dimanfaatkan secara optimal.
4.Tenaga kerja terbatas dan mekanisasi
pertanian belum berkembang.
5.Industri pengolahan belum
berkembang karena hanya mengolah
padi menjadi beras.
6. Masuknya komoditas beras kemasan
dari Jawa dengan kualitas yang lebih
baik.

Produk Karet

1.Produktivitas rendah tanaman yang
rendah. Kondisi ini disebabkan antara
lain oleh masih banyak tanaman
yang berasal dari bibit lokal dan
sudah berumur tua.
2.Sistem budidaya yang masih belum
intensif seperti dalam hal
pemeliharaan.
3.Cara sadap yang dilakukan tidak

Potensi

1.Komitmen pemerintah yang kuat
dalam membangun sektor pertanian
khususnya menyangkut ketahanan
pangan.
2.Adanya bangunan dan jaringan irigasi
teknis.
3.Pembinaan yang intensif bagi pelaku
usaha atau petani padi dalam
mengembangkan usaha tani padi
(Distanbunnak, BKP, dan Bapeluh).
4.Tersedianya lembaga-lembaga
litbangyasa beserta sumberdaya
manusianya yang potensial untuk
membina para pelaku usaha (Balittra
dan BPTP).
5.Pasar produk olahan seperti beras
dalam kemasan semakin dikenal
masyarakat/konsumen.
6.Makin berkembangnya usaha
pengolahan makanan dengan bahan
baku beras.
1. Sebagai pilot project dari program
nasional dalam pengembangan
ekonomi lokal dan daerah
2. Komitmen pemerintah yang kuat
dalam mengembangkan karet sebagai
tanaman unggulan daerah
3. Pembinaan yang intensif bagi pelaku
usaha atau petani karet dalam
mengembangkan usaha
22

3.

Industri
Pengolahan Ikan
Patin

mengikuti norma sadap karet baik
dalam hal cara penyadapan ataupun
frekuensi sadap yang setiap hari.
4.Penggunaan bahan penggumpal
yang tidak direkomendasikan seperti
tawas atau pupuk.
5.Produk karet yang kotor dengan
kadar karet kering yang rendah.
6.Tidak ada standar yang dalam
penentuan harga.
7.Tidak ada perbedaan harga antara
petani yang menggunakan bahan
penggumpal yang direkomendasikan
dengan yang tidak.
8.Eksploitasi tambang yang bisa
merambah pada perkebunan karet.
9.Harga karet yang terus turun.
1.Dalam budidaya masih terdapat
masalah pakan dan benih lokal yang
kurang.
2.Masih rendahnya penyuluhan dan
pembinaan tentang budidaya dan
pengolahan hasil.
3.Tingginya permintaan untuk
konsumsi sebagai alternatif pasar
selain pengolahan lanjut.
4.Kedudukan pemanfaatan bendungan
irigasi bagi budidaya terbatas karena
harus mendapatkan izin dan
memenuhi sarat-syarat teknis
tertentu.
5.Menurunnya jumlah rumah-tangga
perikanan.

pengembangan tanaman karet dari
sub-sektor hulu sampai sub-sektor
hilir (Distanbunnak, Disperindag,
Koperasi dan UMKM, dan Bapeluh).
4. Potensi sumberdaya wilayah yang
masih memungkinkan
dikembangkannya usaha perkebunan
dan pengembangan industri
pengolahan produk karet.
5. Permintaan produk karet yang masih
tinggi.
6. Diversifikasi produk olahan karet
masih sangat terbuka.

1. Komitmen pemerintah yang kuat
dalam membangun sektor perikanan.
2. Sudah terbentuknya sentra budidaya
ikan patin.
3. Potensi sumberdaya wilayah
memungkinkan dikembangkannya
industri pakan.
4. Tersedianya lembaga-lembaga
litbangyasa beserta sumberdaya
manusianya yang potensial untuk
membina para pelaku usaha.
5. Pasar produk olahan patin seperti
bakso ikan makin berkembang.
6. Makin berkembangnya peluang
investasi yang membawa serta
teknologi pengolahan.
23

4.

Unsur-unsur
Kelembagaan
SIDa

6.Belum berkembangnya penerapan
teknologi pengolahan hasil.
7.Belum adanya unit usaha industri
pengolahan berbasis patin.
1.Belum kuatnya pengorganisasian
berbagai aktivitas inovasi di
Kabupaten Banjar.
2.Belum terbangunnya sistem data dan
informasi yang terfokus pada sistem
inovasi.
3.Masih belum terarahnya dukungan
regulasi dan insentif.
4.Masih lemahnya budaya kerja
inovatif di lingkungan lembaga
pemerintahan, kegiatan ekonomi
masyarakat, dan dunia usaha.
5.Masih lemahnya kerjasama dan
koordinasi antar stakeholder.
6.Alih iptek masih berjalan sporadis
dan belum terpolakan.
7.Belum terbangunna budaya inovasi
sejak dini di masyarakat.
8.Problem ketersediaan SDM
(teknoprener) yang mampu
mengelola berbagai kegiatan inovasi
menuju lahirnya produk inovatif
(berdaya-saing).
9.Belum terintegrasinya secara optimal
issue actual dan standarisasi global
ke dalam desain daya saing daerah

1. Visi dan komitmen kepala daerah
dalam mendukung sistem inovasi
telah terbangun.
2. Pembangunan sistem e-government.
memungkinkan adanya kolaborasi
bagi ketersediaan data dan informasi
bagi kebutuhan inovasi.
3. Meningkatnya komitmen
mengingkatkan daya saing daerah
dapat mendorong inovasi sebagai
prioritas.
4. Mulai tumbuhnya para perintis inovasi
di perdesaan dan eksistensi kearifan
masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan yang potensial sebagai
basis pembangunan.
5. Kekuatan pemerintah selaku
dinamisator semakin penting artinya
di era desentralisasi.
6. Terbentuknya SIDa dan berbagai
aturan pelaksanaannya dapat dibuat
dengan berbasis riset/ilmiah yang
lebih tepat.
7. Pengenalan budaya inovatif melalui
muatan lokal dalam kurikulum sekolah
menangah
8. Munculnya para polopor inovasi di
berbagai bidang kegiatan yang
potensial dikembangkan sebagai
24

5.

teknoprener.
9. Semakin tingginya komitmen
mendorong daya saing daerah dapat
mewujudkan kesadaran global.
Sistem Klaster
1.Belum optimalnya pengembangan
1. Adanya komitmen kepala daerah
Industri yang
klaster industri di bidang
untuk membangun dan
Inovatif
agroindustri.
mengembangkan produk unggulan.
2.Masih rendahnya kapasitas absorpsi
2. Pemanfaatan berbagai unsur dalam
inovasi pada bidang agroindustri.
mendorong absorpsi inovasi
3.Wahana interaksi dan layanan
dikarenakan pendekatan kolaboratif
teknologi belum terpola dengan baik
dalam pembangunan daerah sudah
bagi pendayagunaan HKI,
terbentuk meski belum terarah.
pemanfaatan informasi,
3. Revitalisasi klaster industri (sentra
pengetahuan, dan teknologi.
agroindustri) memungkinkan bagi
terakomodasinya teknologi bagi
kepentingan daya saing daerah.
Sumber: Roadmap Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Banjar

25

4.2.2 Analisa SWOT
4.2.2.1 Identifikasi SWOT
Berdasarkan
hasil
inventarisasi
mempengaruhi

yang

didalamnya

permasalahan,

maka

didapat

faktor-faktor

terdapat

rumusan

potensi

faktor

dan

internal

yang
juga
yang

mempengaruhi ialah :
 Faktor Kekuatan ( Strength ):
1. Memiliki banyak produk turunan yang bernilai ekonomis.
2. Pabrik pengolahan untuk menghasilkan bahan baku
sudah ada dengan kapasitas terpasang yang cukup untuk
menampung produksi.
3. Sistem budidaya tanamannya sudah dikuasai petani.
4. Areal pertanian (padi dan karet) terluas di Kalimantan
Selatan.
5. Fluktuasi produksi tidak terlalu tajam.
 Faktor Kelemahan ( Weaknesses )
1. Produk yang dihasilkan hanya berupa produk olahan dasar,
karet berupa lump dan perusahaan hanya memproduksi
crumb rubber atau RSS.
2. Petani masih banyak menggunakan varietas padi lokal.
3. Sistem pertanian padi sebagian besar hanya menanam
satu kali setahun.
4. Harga produk sangat tergantung pihak pabrikan, sehingga
petani sering menjadi pihak yang dirugikan apabila terjadi
penurunan harga.
5. Kualitas bahan olahan masih rendah sehingga harga jual
juga rendah.
6. Industri pengolahan pada level rumah tangga dan
kelompok tidak berkembang
7. Memerlukan areal yang luas, sementara potensi untuk
pengembangan perkebunan karet terbatas
Sedangkan berdasarkan identifikasi terhadap aspek eksternal
(peluang dan tantangan) diperoleh beberapa faktor antara lain:
 Faktor Peluang ( Opportunities )
1. Produk olahan dari komoditas padi, karet, dan ikan patin
bukan hanya untuk keperluan dalam negeri, tetapi juga
sebagai komoditas ekspor yang bernilai ekonomi tinggi.

26

2. Permintaan terhadap komoditas beras yang semakin
besar.
3. Kebijakan pemerintah untuk mencapai swasembada
pangan, khususnya beras, dengan pengembangan
pertanian padi di luar Jawa.
4. Kebijakan dunia untuk mengurangi penggunaan energi
dari fosil yang tidak terbarukan.
5. Permintaan dunia akan bahan-bahan olahan dari
komoditas karet setiap tahun selalu meningkat.
6. Sumber pangan dan energi masa depan.
7. Industri pengolahan lanjut produk olahan karet di luar
negeri berkembang pesat.
 Faktor Tantangan ( Threats )
1. Jaringan pemasaran dunia yang mengatur ekspor produk
olahan dari Indonesia harus melewati pihak ketiga,
sehingga tidak bisa langsung ke konsumen.
2. Alih fungsi lahan pertanian pangan menjadi perumahan
dan pergudangan maupun perkebunan sawit.
3. Pertumbuhan dan pertambahan penduduk yang semakin
besar.
4. Isu kandungan bahan kimia yang dapat mengganggu
kesehatan bagi pemakai produk olahan karet dari
Indonesia.
5. Fluktuasi harga sangat rentan terhadap isu-isu global
serta krisis moneter maupun ekonomi.
6. Adanya isu pengrusakan lingkungan dan pencemaran
akibat pengembangan perkebunan karet, kalau ada.
7. Stereotip yang ditampilkan oleh negara-negara penghasil
produk yang sama tentang produk olahan dari Indonesia
yang berkualitas rendah.
4.2.2.2 SWOT
Tabel 4.3 Strategi hasil Persilangan SWOT
S
W
1. Memiliki banyak produk
1. Hanya Olahan Dasar
turunan yang bernilai
2. Harga terganung Pabrik
ekonomis.
3. Kualitas dan nilai Jual
2. Pabrik pengolahan untuk
Rendah
menghasilkan bahan baku
4. Inovasi Produk belum
sudah ada dengan kapasitas
berkembang
terpasang yang cukup untuk
5. Areal Pengembangan
menampung produksi.
terbatas
27

3. Sistem budidaya tanamannya
sudah dikuasai petani.
4. Areal pertanian (padi dan
karet) terluas di Kalimantan
Selatan.
5. Fluktuasi produksi tidak
terlalu tajam
6. Produksi ikan patin tinggi
1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.
4.
5.

O
Konsumsi dalam negri
dan ekspor
Kebijakan dunia dalam
pengurangan energi fosil
Permintaan ekspor yang
selalu meningkat
Sumber pangan dan
energi masa depan
Industri pengolahan
lanjut di luar negeri
berkembang pesat
T
Pemasaran tergantung
pihak ketiga
Isu kesehatan
Rentan isu global dan
krisis moneter/ekonomu
Isu degradasi lingkungan
Stereotip kualitas rendah

1. Pengembangan agroindustri
penghasil pangan dan sumber
energi berbasis kelompok dan
industri kecil untuk
meningkatkan ekonomi
dengan ekspor. (S1, S2, O1,
O3, O4, O5)
2. Pengembangan sistem
pertanian terpadu (S3, S4, S6,
O3)

1. Pemanfaatan limbah
produk sebagai bahan yang
bernilai ekonomis dan
sesuai dengan kebutuhan
pasar dunia. (W1, W4, O1,
O3, O5)
2. Pengembangan industri
produk turunan yang lebih
bernilai ekonomis. (W3,
O5)

1. Pengembangan industri
pengolahan untuk
meningkatkan nilai tambah.
(S1, S2, T3)
2. Pembinaan SDM setempat
dalam upaya peningkatan
mutu produk olahan dengan
penerapan ISO/ sertifikat
mutu. (S3, T2, T4, T5)

1. Pengembangan sitem
budidaya lebih berorientasi
pada program intensifikasi.
2. Penerapan kebijakan
pertanian yang ramah
lingkungan.

4.3 Konsep Penanganan
Dalam penanganan permasalahan SIDa di Kabupaten Banjar, dihasilkan
strategi yang diturunkan kea arahan kebijakan dalam pengembangan SIDa
berdasarkan analisa SWOT yang telah dilakukan sebelumnya. Berikut
merupakan strategi dan arahan kebijakan dalam sitem inovasi daerah di
Kabupaten Banjar.
Strategi 1 : Penguatan Sistem Inovasi Daerah Berbasis
Agroindustri
1. Mengembangkan kerangka dasar kebijakan inovasi daerah.

28

2. Memperkuat birokrasi dalam hal kelembagaan dan daya dukung
ilmu

pengetahuan

pengembangan

serta

dan

teknologi

atau

mengembangkan

penelitian

kemampuan

dan

absorpsi

industri, khususnya usaha mikro, kecil dan menengah dengan
meningkatkan kualitas SDM melalui pembinaan.
3. Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan
difusi inovasi, praktik, praktik baik/terbaik dan/atau hasil penelitian
pengembangan.
4. Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan
sistem inovasi dan klaster industri daerah.
5. Membangun budaya inovasi kepada masyarakat di daerah melalui
pembinaan.
6. Penyelarasan dengan perkembangan global.
Strategi 2 : Pengembangan klaster industri berbasis pertanian
(agroindustri)
1. Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan
sistem inovasi dan klaster industri daerah
2. Penyediaan fasilitas dan pendampingan bagi penguatan sistem
klaster industri sebagai wadah pembinaan bagi produk dan
komoditas unggulan.
3. Pengoptimalan penataan ruang, terutama bagi pengembangan
komoditas padi, karet, dan ikan patin.
4. Menumbuhkan sinergi dalam perencanaan pengembangan industri
pengolahan dan perdagangan berbasis sumberdaya lokal.
5. Bantuan permodalan dan manajemen usaha bagi UKM yang
mengembangkan agroindustri.
Strategi

3

:

Pengembangan

jaringan

inovasi

agroindustri

berbasis komoditas karet dan kela