Taksi Konvensional vs Taksi Online Manak

Taksi Konvensional vs Taksi Online: Manakah yang
Lebih Menguntungkan?
Oleh: Farokhah Muzayinatun Niswah
(041311433178)
Fenomena hangat diperbincangkan di berbagai media tentang unjuk rasa
yang dilakukan oleh para sopir taksi dan kendaraan umum pada tanggal 22 Maret
2016 di Jakarta yang mengamuk protes tentang ketidakadilan oleh adanya taksi
online yang beroperasi. Para sopir taksi konvensional beranggapan bahwa taksi
online ilegal dan keberadaannya merugikan taksi-taksi konvensional yang
beredar. Para sopir taksi konvensional merasa terancam dengan adanya taksi
online yang semakin lama semakin dikenal oleh masyarakat luas. Karena adanya
fenomena ini, istilah sharing economy atau ekonomi berbagi menjadi banyak
dibicarakan. Sharing economy merupakan sistem dimana suatu usaha dijalankan
bukan oleh suatu korporasi melainkan individu dengan modal (kapita dan sumber
daya) berbagi dengan individu yang lain. Salah satu usaha yang menerapkan
prinsip ini adalah taksi online seperti GrabCar dan Uber.
Pada dasarnya antara taksi konvensional dan online hampir sama,
perbedaan terjadi pada biaya yang dikeluarkan. Taksi online mampu menekan
biaya-biaya seperti biaya BBM, perawatan, perbaikan, perizinan, penyusutan, dan
asuransi sehingga tarif yang dipatok kepada para pelanggan dapat ditekan sampai
30 persen lebih murah dari taksi konvensional dengan metode pemesanan yang

lebih mudah. Pada taksi online, mobil yang digunakan sebagai taksi merupakan
kepemilikan pribadi sopir taksi sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan
dana sedikitpun karena ditanggung oleh pemiliknya masing-masing. Proporsi
pendapatan antara sopir taksi dan perusahaan pada taksi online lebih besar
dibandingkan dengan yang konvensional. Namun selisih porsi pendapatan
tersebut sebenarnya tidak terlalu banyak jika dihitung dengan semua biaya yang
harus ditanggung sopir taksi online jika ada suatu hal yang tidak diinginkan
seperti jika terjadi kecelakaan. Apalagi harga yang dipatok oleh taksi online juga
lebih murah dari taksi konvensional. Tidak adanya ansuransi dari perusahaan
akan mengakibatkan kerugian yang harus ditanggung sendiri oleh sopir taksi jika
terjadi kecelakaan saat operasional. Hal ini tentu akan lebih merugikan sopir taksi
daripada pihak perusahaan yang menaunginya.
Pada era saat ini semua orang ingin segala sesuatu yang praktis, mudah,
dan murah. Seperti halnya kendaraan umum, masyarakat akan lebih memilih
kendaeaan yang mudah dan murah. Adanya taksi online tentunya menyita banyak
pengguna kendaraaan umum karena kepraktisan yang dimiliki serta sistem harga
di awal transaksi yang berbeda dari taksi pada umumnya. Pada taksi
konvensional, konsumen harus pergi ke pinggir jalan atau pangkalan untuk
menggunakan jasa sutau taksi. Atau melakukan pemesanan melalui telepon


namun tentunya dengan harga yang lebih mahal. Sedangkan pada taksi online,
masyarakat hanya perlu memiliki aplikasi taksi online tersebut dan melakukan
pemesanan yang selanjutnya akan muncul harga sesuai dengan jarak yang akan
tempuh sampai pada tujuan. Harga yang sudah diketahui di awal akan membuat
para calon konsumen tertarik karena sudah jelas harga yang akan dibayarkan,
berbeda dengan taksi konvensional yang walaupun dengan sistem argo yang pasti
namun pada konsumen tetap tidak tahu berapa yang akan dibayarkan karena jalan
yang akan dilalui oleh taksi juga belum jelas. Tidak sedikit taksi yang
menggunakan jalur yang lebih panjang agar ongkos yang diterima lebih besar.
Sedangkan di taksi online jalur yang akan dilalui dan estimasi waktu yang akan
dilalui juga jelas, sehingga konsumen akan merasa nyaman dan aman dalam
perjalanan.
Bisnis di bidang transportasi seperti taksi ini yang paling penting yaitu
pelayanan. Karena usaha ini bergerak di bidang jasa, tentu faktor ini menjadikan
pertimbangan kuat bagi para calon penumpang sebelum melakukan transaksi.
Pelayanan yang baik dan memuaskan akan menjadikan pelanggan merasa
nyaman dalam perjalanan dan akan menimbulkan kepercayaan. Setelah
kepercayaan itu terbangun, maka akan menjadi pelanggan setia dan dapat
mempengaruhi calon penumpang yang lain. Oleh sebab itu, dibutukannya skill
yang cukup. Skill yang dimiliki para sopir harusnya dilatih sehingga dapat

menyediakan pelayanan yang maksimal dan memberikan kepuasan bagi
pelanggan. Skill yang dibicarakan disini tentu bukan hanya skill mengemudi,
namun juga skill dalam melakukan pelananan dan komunikasi. Pada taksi
konvensional, smeua modal baik kapital ataupun sumberdaya ditanggung oleh
perusahaan. Keterampilan yang dimilki oleh para sopir juga merupakan tanggung
jawab perusahaan, sehingga jelas para sopir taksi tersebut diberikan pembinaan
dan pelatihan yang cukup sesuai standar perushaan untuk memberikan kepuasan
dalam setiap pelayanan yang dilakukan. Semua sopir taksi konvensional akan
memilki standar yang sama akan pelayanan yang diberikan bagi para
konsumennya. Sedangkan pada taksi online pelatihan skill para sopir tidak
dilakukan karena pada dasarnya para sopir taksi online tersebut bekerja untuk
dirinya, perusahaan hanya menjadi partner bisnis yang meyediakan aplikasi dan
sistem dalam operasional usaha. Sehingga keterampilan yang dimilki para sopir
taksi online tidak sama dan kontrol yang diberikan perusahaan juga tidak dapat
dilakukan dengan maksimal mengingat bisnis ini menggunakan sistem sharing
economy.
Hal lain yang penting selain pelayanan dalam bisinis ini adalah teknologi
yang digunakan. Dalam hal ini yang terpenting adalah kendaraan yang digunakan
saat operasional. Kecanggihan mobil yang digunakan akan mempengaruhi
keamananan dan kenyamanan saat taksi beroperasi. Pada taksi konvensional

semua armada taksi tentunya sudah terstandarisasi sesuai dengan aturan
perushaan dan pemerintah. Selain itu, perusahaan juga akan melakukan

pengontrolan kepada semua armadanya sehingga tidak ada yang salah saat
operasi dilakukan yang dapat berimbas pada ketidakpuasan konsumen.
Sedangkan pada taksi online, mobil yang digunakan sebagai armada merupakan
kendaran pribadi masing-masing sopir taksi sehingga perushaan juga sulit
melakukan kontrol dan standar perusahaan. Tidak adanya perlindungan dari
pemerintah karena bukan termasuk kendaraan umum juga membuat kenyamanan
konsumen sedikit terganggu. Selain kendaraan yang digunakan, peralatan
pendukung juga dapat membantu kelancaran saat operasional. Adanya teknologi
GPS yang digunakan akan memudahkan sopir taksi dalam melakukan antarjemput penumpangnya karena sopir akan mengetahui jalan tercepat menuju
tujuan. Pada taksi konvensional tentunya telah diatur rapi, semua armada akan
memiliki fasilitas yang sama. Sedangkan pada taksi online belum tentu sama,
karena sistem pengawasan yang dilakukan oleh perusahaan terbatas.
Ketidaksamaan fasilitas pelayanan yang diberikan bagi pelanggan dapat
menjadikan citra buruk bagi perusahaan karena konsumen bisa saja protes atas
pelayanan yang berbeda dari taksi satu dengan taksi lainnya padahal dalam satu
perusahaan.
Taksi online meskipun bernaung dalam suatu perusahaan yang jelas

namun ciri khusus dari kelompok taksi tersebut masih kurang jelas. Jika taksi
konvensional memiliki ragam warna taksi yang sama, sehingga mudah dikenali.
Taksi online dengan berbagai jenis mobil tanpa ada identitas yang jelas
menjadikan masyarakat sedikit merasa waspada akan adanya penipuan yang
terjadi. Selain itu, komunitas yang dibentuk dari mereka juga tidak ada karena
mereka bergerak secara individu, tidak ada keterikatan antara sopir taksi satu
dengan yang lainnya. Berbeda dengan taksi konvensional yang memiliki
komunitas yang jelas, sehingga mereka mudah dikenali dan antar sopir taksi
tersebut terjalin kerjasama.
Faktor pendukung keberhasilan suatu usaha juga terdapat pada promosi
yang dilakukan oleh perusahaan. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh taksi
konvensional dan taksi online terdapat beberapa perbedaan. Taksi konvensional
melakukan promosi lebih banyak lewat mulut ke mulut atau selebaran.
Sedangkan taksi online menggunakan media online sebagai wadah promosi yang
tentunya akan lebih cepat menyebarnya. Apalagi pada era sekarang internet
merupakan kebutuhan sehari-hari dan adanya iklan akan dapat mempengaruhi
para calon pelanggan dengan mudah.