MATERI PELATIHAN PERAWATAN JENAZAH

MATERI
PELATIHAN PERAWATAN JENAZAH
MASJID AL MANAAR KALANGAN
22 Oktober 2017

Bersama YAYASAN BUNGA SELASIH YOGYAKARTA
A. MEMANDIKAN JENAZAH
1. Hukum Memandikan Jenazah
Memandikan jenazah (mayit) merupakan fardhu kifayah atas
orang-orang yang masih hidup. Adapun yang wajib dimandikan
adalah jenazah muslim yang bukan karena mati syahid. Maksud
dari orang yang mati syahid disini adalah orang yang mati
karena dalam pertempuran fi sabilillah melawan kaum kafir.
2. Orang yang Mati Syahid
Orang yang mati syahid tidak dimandikan, sebagaiman asabda
Rasulullah SAW tentang orang-orang yang gugur dalam perang
Uhud. “Jangan kamu mandikan mereka, karena sesungguhnya
setiap luka dan darah akan semerbak bau kasturi pada hari
kiamat, dan tidak usah mereka dishalati.” (HR. Ahmad)
3. Macam-macam Orang yang Mati Syahid
3.1. Orang yang mati karena pertempuran fi sabilillah melawan

kaum kafir.
3.2. Orang yang mati di jalan Allah yang tidak terbunuh di dalam
pertempuran melawan orang kafir.
3.3. Orang yang mati karena wabah.
3.4. Orang yang mati karena sakit perut.
1

3.5. Orang yang mati karena tenggelam.
3.6. Orang yang mati karena penyakit dalam.
3.7. Orang yang mati karena terbakar.
3.8. Orang yang mati karena tertimpa reruntuhan.
3.9. Orang yang mati karena melahirkan.
3.10. Orang yang mati karena membela hartanya.
3.11. Orang yang mati karena membela diri.
3.12. Orang yang mati karena membela keluarganya.
Keterangan: Untuk No. 3.1 tidak dimandikan dan tidak dishalati.
Sedangkan No. 3.2 s/d 3.12 semuanya dimandikan dan di shalati.
4. Orang yang Memandikan Jenazah
Sebaiknya orang yang memandikan jenazah adalah keluarga
terdekat dari si jenazah, kalau dia tahu cara memandikannya.

Apabila mayit itu laki-laki seharusnya yang memandikan juga
laki-laki. Apabila jenazah itu pereempuan maka yang
memandikan adalah perempuan, kecuali suami. Suami boleh
memandikan istrinya dan begitu sebaliknya. Terkecuali apabila
yang meninggal (jenazah) anak kecil, maka dalam hal ini boleh
dimandikan oleh orang yang berlainan jenis kelamin.
5. Cara Memandikan Jenazah
Memandikan jenazah boleh dilaksanakan hanya dengan
menyiram air sekali secara merata keseluruhan tubuh jenazah.
Tetapi sebaiknya dilakukan secara lebih sempurna sebagai
berikut:

2

a. Hendaknya jenazah itu diletakkan di tempat yang tinggi
sehingga memudahkan mengalirnya air yang telah
disiramkan ke tubuh jenazah.
b. Melepaskan pakaian jenazah, lalu tubuh jenazah ditutupi
dengan kain supaya tidak terlihat auratnya walaupun oleh
orang yang memandikannya. Kecuali anak kecil maka tidak

perlu di tutupi.
c. Memulai membasuh anggota badan jenazah sebelah kanan
dan anggota wudhu. Hadits Nabi: “Sewaktu kami
memandikan puteri Nabi Saw, beliau bersabda: Mulailah
dengan anggota sebelah kanannya dan tempat-tempat
anggota wudhu dari padanya.” (HR. Jama‟ah dari Ummi
Athiyyah).
d. Orang yang memandikan sebaiknya memakai kain (washlap)
untuk melapis tangannya buat menggosok badan si jenazah,
terutama waktu menggosok bagian auratnya.
e. Membasuh rata seluruh tubuh tiga kali, lima kali, atau lebih
asal ganjil, diantaranya dicampur dengan daun bidara atau
lainnya, yang terakhir dicampur dengan kapur barus.
f. Mengurut perut jenazah dengan pelan-pelan agar kotoran
yang ada dalam perut bisa keluar. Kecuali kalau jenazah itu
perempuan yang sedang hamil dan janinnya sudah dalam
perut Ibunya.
g. Setelah selesai dimandikan maka tubuh jenazah itu
dikeringkan, misalnya dengan handuk.
h. Untuk perempuan setelah dimandikan dan dikeringkan,

kemudian rambutnya di kelabang menjadi tiga, yaitu
3

sebelah kiri, kanan, dan ubun-ubun, lalu ketiganya dilepas
ke belakang.
6. Mewudlukan Jenazah
Ada sebagian orang yang mewudlukan jenazah baik sebelum
atau sesudah dimandikan. Padahal kalau kita teliti hadits dari
Rasulullah Saw tidak ada satu hadiots pun yang menerangkan
bahwa jenazah itu harus diwudhukan. Sedangkan hadits Ummu
Athiyah sebagaimana dijelaskan di atas hanya memerintahkan
supaya dalam memandikan jenazah itu didahulukan menyiram
anggota badan sebelah kanan dan anggota wudhu. Jadi tidak
mewudlukannya, apabila mewudlukan sesudah dimandikan.
7. Mentayamumkan Jenazah
Jenazah ditayamumkan sebagai ganti dari memandikannya
apabila:
a. Tidak ada air.
b. Jasad si jenazah dikhawatirkan rusak apabila dimandikan
dengan air. Hal ini dianalogikan dengan orang hidup yang

sakit manakala ia mandi.
c. Jenazah perempuan tidak mempunyai suami dan tidak ada
wanita lain, atau sebaliknya apabila jenazah laki-laki tidak
punya isteri dan tidak ada laki-laki lain.
8. Keharusan dan Anjuran bagi Orang yang telah Memandikan
Jenazah
a. Orang yang memandikan jenazah hendaknya jangan
membuka rahasia si mayit yang dapat merugikan.
“Barangsiapa memandikan mayit, lalu dia melakukan tugas
dengan baik dan tidak membukakan rahasianya waktu itu,
4

dia keluar dari dosa-dosanya seperti hari dia dilahirkan oleh
ibunya”. Dan sabda beliau: “Hendaknya mengerjakannya
orang yang terdekat dengan mayit kalau dia tahu caranya.
Kalau dia tidak mengetahui maka orang yang kamu lihat
mempunyai ketaqwaan dan amanah.” (HR. Ahmad dan Ibnu
Majah dari „Aisyah).
b. Dianjurkan bagi orang yang telah memandikan jenazah
supaya mandi. Sabda Rasulullah Saw: “Barangsiapa telah

memandikan mayit hendaknya dia mandi, dan barangsiapa
mengangkatnya hendaknya dia berwudlu.”
(HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibn Shabar dari Abi Hurairah).
B. MEMANDIKAN JENAZAH
1. Alat-alat yang perlu disediakan dalam memandikan Jenazah,
antara lain:
a. Tempat tidur yang tinggi 90 cm , lebar 90 cm dan panjang 2
m, untuk tempat meletakkan jenazah.
b. Air suci dan yang mensucikan (secukupnya).
c. Tempat air seperti ember atau lainnya sebanyak 6-8 buah,
beserta gayung. Jika memakai selang yang disambungkan
dengan kran air juga bisa.
d. Bangku atau dingklik untuk menempatkan ember berisi air
(jika tidak memakai selang yang disambungkan dengan kran
air)
e. Tabir, untuk menutup tempat memandikan agar tidak
terlihat dari luar.
f. Gunting

5


g. Sarung tangan dari karet untuk dipakai pada waktu
memandikan agar tangan kita bersih dan terhindar dari
penyakit menular.
h. Sabun Mandi
i. Sampo untuk membersihkan rambut
j. Kapur barus yang telah dihaluskan
k. Tangkai padi/tusuk gigi untuk membersihkan kuku
l. Kapas untuk membersihkan bagian tubuh yang halus
seperti: mata, hidung, telinga dan bibir.
m. Handuk yang bersih, sediakan 3 atau 4 helai untuk
mengeringkan tubuh
n. Kain (jarik) sediakan 3 atau 4 helai untuk menutup aurat
jenazah pada waktu dimandikan, dan yang lain digunkana
untuk menutup badan jenazah apabila telah selesai
dikeringkan.
2. Pelaksanaan Memandikan Jenazah
a. Mandikanlah jenazah di tempat yang terbatas dan tertutup.
b. Bujurkan jenazah di tempat tidur, diutamakan menghadap
kiblat dengan kepala sebelah timur, kalau tempatnya tidak

memungkinkan, bujurkan jenazah itu ke utara – selatan dan
kepala sebelah utara.
c. Lepaskanlah seluruh pakaian-pakaian yang menutup
jenazah, serta lepaskan pengikat dagu, pergelangan tangan
dan pengikat kaki.
d. Tutuplah aurat jenazah dengan kain.
e. Lepaskan logam yang di pakai jenazah seperti cincin, gigi
palsu dan lain sebagainya.
6

f. Memulai menyiram anggota wudlu secara urut/tertib dan
rata hingga tiga kali serta memulainya dari anggota sebelah
kanan.
g. Menyiram seluruh tubuh badan hingga rata dan dimulai
sebelah kanan badan.
h. Menggosok seluruh tubuh dengan air sabun.
i. Bersihkan kotoran, najis dengan didudukkan dan mengurut
bagian perutnya hingga kotoran keluar.
j. Miringkan jenazah ke sebelah kiri, bersihkan dengan air dan
sabun anggota badan bagian kanan dan bagian belakang,

kemudian miringkan ke sebelah kanan dan bersihkan
anggota badan sebelah kiri dan bagian belakang sehingga
bersih.
k. Menyiram berulang-ulang hingga rata dan bersih,kalau
mungkin dengan jumlah ganjil misalnya: 5, 7, 9 dan
seterusnya.
l. Bersihkan rongga mulut, lubang hidung, lubang telinga, dsb.
m. Bersihkan kuku-kuku jari tangan dan kaki dengan tangkai
padi atau tusuk jari.
n. Siramlah dengan larutan kapur barus.
o. Keringkan seluruh tubuhnya dengan handuk hingga kering.
Catatan: Pada waktu menyiram air pada wajah, tutuplah
lubang mata, lubang hidung, lubang mulut dan telinga, agar
tidak kemasukan air. Khusus jenazah wanita, rambutnya
diikatkan menjadi tiga pintalan/kepangan.

7

C. MENGKAFANI JENAZAH
1. Hukum Mengkafani Jenazah

Sebagaimana
hukum
memandikan
jenazah,
maka
mengkafaninya juga termasuk fardhu kifayah. Adapun cara
mengkafani jenazah adalah dengan cara memberi minimal satu
lapis kain kafan yang menutupi seluruh tubuhnya. Rasulullah
Saw menjelaskan:
“Sesungguhnya Mush’ab bin Umar terbunuh pada perang Uhud,
sedangkan ia tidak meninggalkan apa-apa selain selembar
daster. Maka apabila kami menutupkannya pada kepalanya,
tampaklah kedua kakinya, sedang apabila kami menutup kedua
kakinya tampaklah kepalanya. Kemudian Rasulullah Saw
menyuruh kami supaya menutupkannya pada kepalanya dan
menaruh diatas kedua kakinya sedikit rumput idzkhir.”
(HR. Jama‟ah selain Ibnu Majah dari Khabbab bin Arats).
Dari Hadits tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
mengkafani jenazah itu cukup dengan satu lembar kain yang
dapat menutup seluruh anggota badannya.

Akan tetapi jika dan ingin lebih baik adalah sebagai berikut:
a. Hendaklah jenazah itu dikafani dengan baik. Artinya adalah
jenazah itu dikafani dengan cara yang baik, yang suci, bersih
dan tidak berlebih-lebihan.
b. Hendaknya kain kafan itu berwarna putih.
c. Kafanilah jenazah laki-laki dengan lapis dua dan bagi jenazah
perempuan kafanilah dalam lima lapis terdiri: sarung, baju,
kerudung, dan dua lapis kain kafan.

8

d. Lulurlah jenazah dengan wangi-wangian, misalnya cendana
dan kapur barus. Cara melulurinya ditaburkan diatas kapas,
kemudian diletakkan di ruas sendi tubuh.
2. Mensedekapkan Jenazah
Sebagian orang ada yang mensedekapkan jenazah, artinya
kedua tangannya diletakkan
diatas dadanya, yang kanan diatas tangan kiri sebagaimana
orang yang sedang shalat, kemudian baru dibungkus dengan
kafan. Tentang menyedekapkan jenazah hal tersebut tidak ada
ketentuan dari Rasulullah Saw yang menerangkannya.
3. Biaya Kain Kafan
Biaya mengkafani jenazah dan juga biaya untuk
menguburkannya diambilkan dari harta
orang yang meninggal.
4. Praktek Mengkafani Jenazah
Alat-alat yang perlu disediakan dalam menyiapkan kain kafan:
a. Kain Kafan kurang lebih 12 m.
b. Kapas secukupnya.
c. Kapur barus yang telah dihaluskan.
d. Kayu cendana yang telah dihaluskan.
e. Sisir untuk menyisir rambut.
f. Tempat tidur atau alas lainnya untuk membentangkan kain
kafan
5. Cara Membuat Kain Kafan dan Kapas
a. Cara Membuat Kain Kafan, gunting/potonglah kain tersebut
menjadi:

9

1) Kain kafan sebanyak 3 helai ukuran panjangnya adalah
sepanjang atau setinggi badan jenazah ditambah 50 cm.
2) Tali untuk pengikat sebanyak 8 helai, lebar tali 5-7 cm. Tali
tersebut 7 helai untuk tali kain kafan, dan 1 helai untuk
cawat.
3) Cawat. Guntinglah kain sepanjang 50 cm
4) Sorban/Kerudung. Guntinglah sepanjang 90 cm, kemudian
lipatlah antara sudut sehingga membentuk segitiga.
5) Sarung. Guntinglah kain sepanjang 125 cm.
6) Baju. Guntinglah kain sepanjang 125 cm, dengan cara kain
dilipat menjadi dua bagian yang sama membentuk segi
empat, lalu gunting bagian tengan berbentuk segitiga,
buka kain yang lapisan luar lalu di belah, sehingga
membentuk sehelai baju.
b. Cara Membuat/Mempersiapkan Kapas
1) Penutup wajah berbentuk bujur sangkar 30 cm sebanyak
1 helai.
2) Bagian penutup persendian anggota badan berbentuk
bujur sangkar dengan sisi 10 cm sebanyak 29 helai dan
ditabur cendana serta kapur barus yang dihaluskan.
3) Bagian cawat sepanjang 50 cm sebanyak 1 helai.
4) Penutup lubang hidung dan telinga dibentuk bulat
sebanyak 4 buah.
6. Cara Membuat Kain Kafan dan Kapas
a. Letakkan tali-tali pengikat kain kafan sebanyak 7 helai,
diperkirakan yang akan ditali adalah: Bagian atas kepala,

10

bawah dagu, bawah tangan yang telah disedekapkan,bagian
pantat, lutut, betis dan bawah telapak kaki.
b. Bentangkan kain kafan tersebut dengan susunan antara
lapis pertama dengan lapis lainnya tidak tertumpuk sejajar,
tetapi tumpangkan sebagian saja.
c. Taburkan pada kain kafan tersebut kapur barus yang telah
dihaluskan.
d. Letakkan kain surban/kerudung yang berbentuk segi tiga
dengan bagian alas di sebelah atas. Diperkirakan surban
tersebut pada kepala jenazah.
e. Bentangkan kain baju yang telah disiapkan, lubang yang
berbentuk belah ketupat adalah untuk leher jenazah. Bagian
sisi yang telah digunting dihamparkan ke atas.
f. Bentangkan kain sarung di tengah kain kafan. Diperkirakan
letak pantat jenazah.
g. Bujurkan cawat yang telah disediakan di bagian tengah
untuk menutup qubul dan dubur jenazah.
7. Pelaksanaan Mengkafani Jenazah
Letakkan jenazah membujur diatas kain kafan dalam tempat
tertutup dan terselubung kain.
a. Sisirlah rambut jenazah tersebut.
b. Pasang cawat yang telah disediakan.
c. Tutuplah lubang hidung, lubang telinga dengan kapas yang
berbentuk bulat.
d. Dekapkan kedua tangan jenazah.
e. Tutuplah dengan lembaran kapas sendi-sendi tubuh pada:
1) Sendi-jari kaki, kaki kanan dan kaki kiri
11

f.
g.
h.
i.

j.

2) Mata kaki bagian dalam dan luar, baikkakikanan dan kiri
3) Lingkaran lutut,kaki kanan dan kiri
4) Sendi-sendi jari tangan kanan dan kiri
5) Sendi pergelangan tangan kanan dan kiri
6) Siku bagian dalam dan luar kanan dan kiri
7) Pangkalan lengan dan ketiak, kanan dan kiri
8) Leher bagian kanan dan kiri
9) Wajah si jenazah
Lipatkan kain sarung yang telah di sediakan
Kenakan baju
Ikatkan surban/kerudung yang berbentuk segitiga dengan
ikatan di bawah dagu
Lipatkan kain kafan melingkar ke seluruh tubuh jenazah,
selapis demi selapis sambil ditarik pada ujung atas kepala
dan ujung bawah telapak kaki.
Kemudian talikan dengan tali yang telah tersedia pada
1) Bagian atas kepala
2) Bagian bawah dagu
3) Bagian bawah tangan yang telah di dekapkan
4) Bagian pantat
5) Bagian lutut
6) Bagian betis
7) Bagian bawah telapak kaki.
Daftar Pustaka:
I.N. Mufti Abu Yazid. (2012). “Perawatan Jenazah Menurut Islam dan
Medis”. Yogyakarta: Yayasan Bunga Selasih.
Mu‟inan Rafi. (2016). “Praktek Memandikan dan Mengkafani Jenazah”.
Yogyakarta: Yayasan Bunga Selasih.
12

WA’ALA MILLATI RASUULILLAHI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM,
ALLAHUMMAJ’AL HAZA LIBASAHU ‘ANIL KARIM WAINNAKAFANUHU FI’ARSIHI
WAJ’ALILJANNATA MASWAHU

Niat Memandikan Mayit / Jenazah Laki-laki

NAWAITUL GHUSLA ADAA'AN 'AN HAA-DZAL MAYYITI LILLAAHI TA'AALA
Artinya : Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (laki-laki) ini
karena Allah Ta'ala

Niat Menyalatkan Jenazah
Niat menyalatkan mayat laki-laki / perempuan dewasa

ْ ‫ت‬
ْ ‫صلِّى َعلَى هَ َذا(هَ ِذ ِه‬
‫ض‬
ٍ ‫ت) ارْ بَ َع تَ ْك ِب َر‬
َ ْ‫ت فَر‬
َ ُ‫ا‬
ِ َ‫(ال َميِّت‬
ِ ِّ‫)ال َمي‬
‫ْال ِكفَايَ ِة هللِ تَ َعال َى‬

Niat Memandikan Jenazah / Mayit Perempuan

NAWAITUL GHUSLA ADAA'AN 'AN HAADZIHIL MAYYITATI LILLAAHI TA'AALA
Artinya : Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (perempuan)
ini karena Allah Ta'ala

Do’a menjenguk mayat

Niat menyalatkan mayat laki-laki / perempuan kecil

ْ ‫ت الطِّ ْف ِل‬
ْ ‫صلِّى َعلَى هَ َذا(هَ ِذ ِه‬
‫ت‬
ٍ ‫ت ِط ْفلَ ِة) اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َر‬
َ ُ‫ا‬
ِ َ‫(ال َميِّت‬
ِ ِّ‫)ال َمي‬
‫الى‬
َ ْ‫فَر‬
َ ‫ض ْال ِكفَايَ ِة هللِ تَ َع‬
Takbir pertama
Takbir ke-dua
Takbir ke-tiga

A’ZHAMALLAHU AJRAKA WAAHSANA WA’AZAMAKA WAGHAFARA LIMAUTIKA

Do’a memejamkan mata mayat

BISMILLAHI WA’ALAMILLATI RASULILLAHI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM

Doa mengkafani

‫م اللَّهُ َّم اجْ َعلْ ه َذالِبَا َسهُ َع ِن ْال َك ِري ِْم‬.‫لى ِملَّ ِة َرس ُْو ِل هللِ ص‬
َ ‫َو َع‬
ُ‫َواِ َّن َكفَانُهُ فِ ْي َعرْ ِس ِه َواجْ َع ِل ْال َجنَّةَ َم ْث َواه‬
13

: Membaca surat al-fatihah
: Membaca shalawat
: Membaca do’a untuk si mayat

ُ ‫اللَّهُ َّم ا ْغ ِفرْ لَهُ َوارْ َح ْمهُ َو َعا ِف ِه َو ْع‬
ُ‫ف َع ْنهُ َواَ ْك ِر ْم نُ ُزلَه‬
‫ج َوبَ َر ٍد َونَقِّ ِه ِم َن ْال َخطَا َيا‬
ٍ ‫َو َو ِّس ْع َم ْد َخلَهُ َوا ْغ ِس ْلهُ ِب َما ٍء َوس َّْل‬
‫س َواَ ْب ِد ْلهُ َدارًا َخ ْيرًا ِم ْن‬
ِ َ‫َك َمايُنَقَّى الس َّْوبُ ْاْلَ ْبيَضُ ِم َن ال َّدن‬
‫ار ِه َواَ ْهالً َخ ْيرًا ِم ْن اَ ْهلِ ِه َو َز ْوجًا َخ ْيرًا ِم ْن َز ْو ِج ِه َوقِ ِه‬
ِ ‫َد‬
‫ار‬
َ ‫ِف ْتنَةَ ْالقَب ِْرو َع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
ALLAHUMMAGHFIRLAHU
NUZULAHU WAWASSI’

WARHAMHU WA’AFIHI WA’FU’ANHU WAAKRIM
MADKHALAHU WAGHSILHU BIMA-IN WASSALJIN

14

WALBARADIN WANAQQIHI MINAL KHATHAYA KAMAYUNAQQASSAUBUL ABYADHU
MINADDANAS WAABDILHU DARAN KHAIRAN MIN DARIHI WAAHLAN KHAIRAN MIN
AHLIHI WAZAUJAN KHAIRAN MIN ZAUJIHI WAQIHI FITCNATAL QABRI
WA’AŻABANAR.

Takbir ke-Empat

: Membaca do’a untuk yang tinggal

ُ‫اللَّهُ َّم ْلَتَحْ ِر ْمنَااَجْ َرهُ َوْلَ تَ ْفتِنَّا بَ ْع َدهُ َوا ْغفِرْ لَنَا َولَه‬
‫ان َوْلَتَجْ َعلْ فِ ْي قُلُ ْوبِنَا‬
ِ ‫ااِل ْي َم‬
ِ ْ ِ‫َو ِ ِِل ْخ َوانِنَاالَّ ِذي َْن َسابَقُ ْو َن ب‬
‫َّح ْي ٌم‬
َ َّ‫ِغ َّل لِّلَّ ِذي َْن اَ َمنُ ْوا َربَّنَااِن‬
ِ ‫ك َر ُؤ ْوفٌر‬
ALLAHUMMA LATAHRIMNA AJRAHU WALATAFTINNA BA’DAHU WAGHFIRLANA
WALAHU WALI IKHWANINALLAŻINA SABAQUNA BIL IMAN WALA TAJ’AL FIQULUBINA
GHILLALLILLAŻINA AMANU RABBANA INNAKA RAUFURRAHIM.

Doa saat memasukkan jenazah keliang kubur

‫سب‬
ِ ‫بَ ِهللا ِِب‬
ِ ‫ِِ ِِب‬
‫بهللا و ةونب ِ َى ِل و‬
‫س و‬

BISMILLAAHI‫ب‬WA‫‘ب‬ALAA‫ب‬SUNNATI‫ب‬RASULILLAAH.‫ب‬
artinya, “Dengan nama Allah dan di atas petunjuk Rasulullah”
[HR. Abu Dawud 3/314 dengan sanad yang shahih. Untuk Imam Ahmad
meriwayatkan‫ب‬sebagai‫ب‬berikut:‫“ب‬Bismillaah‫ب‬wa‫‘ب‬alaa‫ب‬millati‫ب‬Rasulillaah”,‫ب‬sedang‫ب‬
sanadnya shahih.]

TATACARA PENGUBURAN JENAZAH
1. Sesampainya di tempat pemakaman, keranda diletakkan di selatan liang
kubur dengan posisi kepala jenazah di utara dan kaki di selatan.
2. Ada 3 orang petugas yang turun lebih dahulu ke liang kubur untuk siap
menerima jenazah dengan posisi menghadap ke kiblat. Seorang siap bertugas
menerima pada bagian pundak dan kepala jenazah, seorang pada bagian
tengahnya (punggung dan pantat), dan seorang pada bagian kaki.
3. Kain penutup keranda dibuka dan dibentangkan di atas liang kubur.
kemudian beberapa orang mengangkat jenazah sambil membaca :

َّ ‫َّللاِ َو َعلَى ِملَّ ِة َرس ُْو ِل‬
َّ ‫”بِس ِْم‬.
”ِ‫َّللا‬
Sementara itu keranda segera disingkirkan, agar tidak mengganggu dan
merepotkan. Kemudian jenazah diturunkan secara hati-hati untuk
dimasukkan dan diberikan kepada ketiga orang petugas yang sudah berada
didalam liang kubur. Sunnah dimasukkan dari arah kaki jenazah (dari arah
selatan / kakikubur). Jika kesulitan, boleh dari arah mana saja.
4. Ketiga orang petugas menerima jenazah dan menurunkannya ke dasar
liang sambil membaca

َّ ‫َّللاِ َو َعلَى ِملَّ ِة َرس ُْو ِل‬
َّ ‫”بِس ِْم‬
”ِ‫َّللا‬

Doa setelah jenazah dimakamkan

‫لةَ ِر َِبَ مَِبلوَِّبَولةَ ِر َِب واِمُ َِّببَو‬

15

Jenazah terus dibaringkan pada lambung kanannya, dengan posisi miring
menghadap ke arah kiblat dan ditempelkan ke dinding kubur.
5. Tali-tali kafan yang ada dilepas, kemudian kain yang menutupi bagian pipi
kanan jenazah disingkap dan pipi kanan jenazah ditempelkan ke tanah.

16

6. Di bagian belakang badan jenazah, mulai dari kepala kepala, pundak,
punggung, sampai kaki sunnah disangga (diganjel, bhs. Jawa) dengan
beberapa butir bantal tanah (gelu, bhs Jawa) berjumlah ganjil (3, 5 atau 7
butir), agar jenazah tetap dalam posisi miring menghadap ke kiblat dan tidak
roboh / telentang.
Masing-masing Gelu atau bantalan tanah tersebut sebaiknya terlebih dahulu
dibacakan surat Al-Qodar sekali atau 7 kali, kemudian baru dipakai untuk
mengganjal. Hikmah pembacaan ini adalah agar mayit tidak disiksa atau akan
diperingan siksanya dalam kubur.
7. Sebelum ditutup papan dan diuruk dengan tanah, sebagian ulama’
mensunnahkan untuk membacakan adzan dan iqomah. Kesunnahan ini
diqiyaskan (disamakan) pada adzan dan iqomah sewaktu anak baru lahir.

(Di dalam tanah ini Kami mengembalikan kalian. Ya Alloh, bukalah pintupintu langit untuk ruhnya”, lalu dilemparkan kedalam liang.)
Genggaman ketiga dibacakan :


‫ض َع ْن‬
َ ْ‫اف ْاْلَر‬
َ َ‫َو ِم ْنـهَا نُ ْخ ِر ُج ُك ْم ت‬
ِ ‫ أَللَّهُـ َّم َج‬. ‫ارةً أُ ْخ َرى‬
‫”ج ْنبَ ْي ِه‬
َ

(Dan dari tanah ini, Kami akan membangkitkan kalian, pada kesempatan yang
lain. Ya Alloh, bentangkanlah bumi untuk kedua sisi badannya)”, lalu
dilemparkan kedalam liang.
Sumber : Buku “Tatacara NU Merawat Jenazah”, oleh Tim Penyusun PCNU
Kota Surabaya, diterbitkan oleh PC.LTNNU Kota Surabaya, cet.1 - 2011.

8. Liang kubur ditutup dengan papan kayu atau penutup lainnya, agar
tubuhnya tidak langsung tertimbun tanah. Setelah itu baru diuruk tanah
sampai permukaan tanah dan sebaiknya ditinggikan lagi kira-kira sejengkal.
Pada saat pengurukan ini, orang-orang yang ada di pinggir liang kubur
disunnahkan mengambil tanah dengan kedua tangannya sebanyak 3
genggam.
Genggaman pertama dibacakan :

”ُ‫ أَللَّهُـ َّم لَقِّ ْنهُ ِع ْن َد ْال َمسأَلَ ِة ُحجَّـتَه‬.‫” ِم ْنـهَا َخلَ ْقـنَا ُك ْم‬
(Dari tanah ini, Kami menciptakan kalian. Ya Alloh, tuntunlah jawaban untuk
dia sewaktu dia ditanya”, lalu dilemparkan kedalam liang.)
Genggaman kedua dibacakan :


‫اب ال َّس َما ِء لِر ُْو ِح ِه‬
َ ‫ أَللَّهُـ َّم ا ْفتَحْ أَ ْب َو‬.‫” َوفِيْـهَا نُ ِع ْي ُد ُك ْم‬
17

18

Dokumen yang terkait

PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF ORANG TUA KEPADA ANAK

8 135 22

DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN KECIL-KECIL PUNYA KARYA (KKPK) SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DI SMP

1 60 18

PENGAJARAN MATERI FISIKA DASAR UNTUK MAHASISWA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

9 106 43

RANGKUMAN MATERI PEMBELAJARAN INEZ

2 50 4

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

DAMPAK PERBEDAAN URAIAN MATERI YANG DISAMPAIKAN GURU DENGAN MATERI SOAL DALAM LKS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA KELAS VII DI MTs AL-MUHAJIRIN

2 70 88

THE DEVELOPMENT OF THE INTERACTIVIE LEARNING MEDIA OF UNIFROMLY ACCELERATED MOTION (GLBB) IN CLASS X BASED-GENERIC SCIENCE SKILLS USING FLASH ANIMATION OF SENIOR HIGH SCHOOL IN WEST LAMPUNG REGENCY PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATERI GERAK L

0 35 131

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 63 30

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 6E PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

2 37 45

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60