MODEL PEMBELAJARAN MARKET ORIENTATION DE

1

ARTIKEL PENELITIAN

MODEL PEMBELAJARAN MARKET ORIENTATION DENGAN
BANGUNAN NETWORKING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
KREATIVITAS MAHASISWA SENDRATASIK FBS UNESA
Oleh: Warih Handayaningrum
Dosen Sendratasik FBS Unesa Email : warihsendratasik@yahoo.com
Kemampuan mahasiswa dalam menghadapi kehidupan dimasyarakat nanti
mengharuskan adanya suatu kekinian yang terkait dengan pemberian materi
pembelajaran yang tertuang dalam struktur kurikulum program studi dan model
pembelajaran yang harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar/stakeholder
sehingga mahasiswa ketika lulus tidak hanya mampu menjadi pencari kerja (job
seeker) saja tetapi juga mampu menjadi pencipta lapangan kerja (job creator).
Selama ini lulusan Sendratasik 60 % menjadi guru seni di sekolah-sekolah. Mata
pelajaran seni di sekolah sampai saat ini alokasi waktu yang tersedia sangat
sedikit, sehingga daya tampung untuk para lulusan Sendratasik sangat terbatas.
Sebetulnya para lulusan Sendratsik bisa menjadi guru plus event organiser,
intertainer, wirausaha. Namun peluang itu hanya terisi 40 % dari lulusan
Sendratsik, hal ini disebabkan belum dibangunnya kemitraan yang optimal.

Sehingga model ini secara riil diharapkan akan mampu mengatasi masalah
pengangguran tak kentara (disguest unemployement) dari lulusan perguruan
tinggi.
Penelitian ini secara umum bertujuan mendeskripsikan proses
pengembangan model perkuliahan market orientation untuk meningkatkan
kreativitas dan daya saing lulusan Secara khusus penelitian ini bertujuan:
menghasilkan model market orientation (makor). Subjek penelitian ádalah
mahasiswa Sendratasik. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian
pengembangan yakni untuk pengembangkan model pembelajaran (market
orientation) sehingga para lulusan nantinya mampu terserap sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Sebagai bahan untuk pengembangan model Market Orientation tahap yang
dilalui adalah: mengidentifikasi profile mahasiswa Sendratasik FBS Unesa,
kurikulum, observasi perkuliahan, mengidentifikasi peluang kerja, dan
pengembangan model. Implementasi model Market Orientation adalah
dilaksanakannya proses pembelajaran kolaborasi dosen internal dengan expert
dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dinas Pariwisata daerah, pekerja
seni/event organizer, perias manten/salon. Selain itu juga terciptanya MOU untuk
melaksanakan praktek lapangan dengan para ahli. Hasilnya mahasiswa
menyambut dengan senang karena mendapatkan informasi yang akurat tentang

perkembangan dunia kerja seni pertunjukan di lapangan.
Kata kunci: market orientation, kreativitas, daya saing

2

RESEARCH ARTICLE
MARKET ORIENTATION LEARNING MODEL WITH NETWORK BUILDING
TO INCREASE ART AND MUSIC STUDENT’S CREACTIVITY OF FBS
UNESA
BY : Warih Handayaningrum
Art and music lecturer of FBS Unesa Email : warihsendratasik@yahoo.com

Student’s ability to face the life in society later has to be modern by giving
learning material which attach in study of program curriculum structure and
learning model must be suitable the demand of stakeholder. So the student
when passing not only able to become job seeker but also can create job creater.
During art and music graduate on 60 % become art teacher in schools. Up to
now, art lesson in school has only a little time, so the chance for art and music
graduate is very limited. Actually some art and music graduates can be a teacher
plus event organizer, intertainer, entrepreneur. Nevertheles the chance for art

and music graduate can be filled 40 % from art and music graduate, in this case
has not been built optimal partnership. So this a model as real can be hoped and
able to overcome disguest unemployement from University graduate.
In researching commonly purposed to describe market orientation lecturing
model development process to increase creactivity and competitive graduate
especially in researching purposes: in resulting market orientation model
(makor). Researched subcject is art and music graduate. Researching design is
used development researching namely market orientation so some art and music
graduates are able to be accepted in society demand.
As the material for market orientation model development the steps must be
passed are: indentifying art and music student profile of FBS Unesa, curriculum,
lecturing observation, indentifying work chance and model development. Model
implementation of market orientation is committed collaboration learning
process with internal lecturer with the expert from education and culture
Institution, local tourism Institution, art worker/event organizer, beauty salon for
wedding. Otherwise, it must be created an agreement for doing field practice
with experts. The result of student greeted happily because he or she got
accurate information about development of the world job and art performance
in the field.


3

Keyword : market orientation, creactivity and competitiveness.

I. PENDAHULUAN
Jumlah pengangguran terdidik di tanah air belum juga beranjak turun.
Salah satu faktor pemicunya adalah, pertumbuhan lulusan Universitas tak
diimbangi tersedianya lapangan pekerjaan dan kurangnya kesadaran lulusan
menciptakan lapangan pekerjaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Jatim, jumlah pengangguran terdidik lulusan Universitas pada tahun 2014
sejumlah 434. 700. Kondisi ini menjadi ancaman serius menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun ini. Lebih jauh menurut Harian
Nasional perguruan tinggi harus disesuaikan kebutuhan dunia kerja.
(Nugroho,.m.harnas.co 2015/02/06).
Lembaga pendidikan tinggi termasuk Unesa dituntut untuk mampu
menghasilkan lulusan yang memiliki standar kualifikasi tertentu dan memiliki
daya saing yang tinggi untuk memperebutkan pasaran kerja. Untuk
menjawab tantangan itu dibutuhkan desain manajemen pendidikan yang
fleksibel dan proaktif. Salah satu komponen pendidikan yang perlu dibenahi
untuk mencapai maksud dan tujuan di atas adalah dimensi proses

pendidikannya, khususnya pada kegiatan pembelajaran/perkuliahan (Suyanto
dan Setyowati, 2003).
Lembaga pendidikan secara umum ingin mencapai target (1)
memberikan kemampuan kepada lulusannya untuk menerangkan konsepkonsep seni ke dalam karya praktis, (2) memberikan kemampuan kepada
lulusannya untuk menerangkan konsep ke dalam karya ilmiah (teoritis). (3)
memberikan kemampuan kepada lulusannya untuk mencipta dan membina
jejaring (kemitraan). Ketiga hal itu jika diterjemahkan dan diaplikasikan
secara tepat merupakan kunci untuk mencapai lembaga pendidikan tinggi
yang ideal. Mencapai target di atas, maka para mahasiswa mesti
memperoleh keterampilan maksimal, semangat eksploratif baik dalam
wawasan kesenian maupun wawasan kewirausahaan. Syarat kurikulum yang
tepat, tenaga pengajar mempunyai kwalitas baik dan pertumbuhan semangat
atau etos kerja dalam berkesenian dan berwirausaha juga. Dengan demikian
produk lembaga Program studi Sendratasik FBS UNESA diharapkan memiliki
kompetensi di atas

4

Berdasarkan pertemuan rutin alumni tahun 2015 di dapat data bahwa jumlah
lulusan Sendratsik sejak tahun 1982 ( yang saat itu masih diploma) hingga

sekarang sudah mencapai kurang lebih 2200 lulusan (dok Jurusan
Sendratasik, 2015) Dari lulusan Sendratasik sejumlah itu yang menjadi
guru/tenaga pendidik 60%, yang menjadi Event Organiser 15 %, Intertaintner
15 % yang menjadi wirausaha 5 %, bekerja di dinas pemerintah 5 %, lainlain (suplayer,pedagang,lain-lain )
Ada beberapa mata kuliah di Sendratasik yang berhubungan dengan
pihak luar yaitu : ( 1) mata kuliah Kewirausahaan, (2) Kepariwisataan (3)
Manajemen Pementasan, (4) Tata Rias Busana, (5) Praktek lapangan.
Berdasarkan

observasi,

Kewirausahaan

masih

selama

berkisar

ini


pada

pembelajaran
pencapaian

mata

kuliah

pemahaman

teori

enterpreneur dan praktek wirausaha sederhana, yang pada akhirnya belum
sesuai dengan harapan. Mata kuliah Manajemen Pementasan sudah
berusaha bermitra dengan stakeholder namun sebatas pada dukungan
sponsor penyelenggaraan pementasan. Mata kuliah Tata Rias dan Busana
selama ini memberikan pelatihan keterampilan merias dengan macammacam karakter, serta tata upacara, belum mampu bermitra dengan pihak
luar misalnya dengan salon, perias manten dan sebagainya. Mata kuliah

Kepariwisataan pembelajaran sampai saat ini masih berkisar pada pemahan
wilayah-wilayah wisata hingga kunjungan ke wisata-wisata tertentu, namun
juga belum membangun kemitraan yang optimal. Mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan, pembelajaran hingga saat ini masih pada tataran menempatkan
mahasiswa pada sanggar tertentu untuk mendapatkan pengalaman
bagaimana

mengelola

sebuah

sanggar

serta

materi

seni

daerah.


Pembelajaran yang demikian belum berorientasi pada pasar, hal ini
disebabkan karena tenaga pengajar tidak mempunyai kompeten untuk
membangun jejaring dengan mitra, oleh sebab itu perlu diberdayakan lewat
penelitian lintas fakultas yaitu berkolaborasi dengan dosen yang mempunyai
kompeten membangun jejaring.
Dalam menyikapi fenomena tersebut berbagai upaya telah dilakukan Unesa
yaitu melakukan perombakan kurikulum dengan mengembangkan KKNI
(Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) dan diimplementasikan mulai
tahun 2015. Untuk meningkatkan kinerja para dosennya melalui berbagai
cara, antara lain ; studi lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,

5

seminar, workshop, pelatihan dan pendidikan, atau dengan memberikan
kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran secara
profesional lewat penelitian tindakan yang terkendali, namun hasilnya belum
secara

optimal


digunakan

sebagai

umpan

balik

(feedback)

dalam

memperbaiki kinerja proses pembelajaran. Disamping itu kekinian dalam
kurikulum perlu didukung adanya bangunan pola jejaring kemitraan (net
working) dalam mendukung link and match antara perguruan tinggi dengan
para pengguna lulusannya, yang selama ini sangat terbatas dalam
implementasinya sehingga wajar seorang dosen belum mampu memberikan
pengalaman secara utuh dan bermakna terhadap mahasiswa.
Konsep orientasi pasar merupakan operasionalisasi dari konsep

pemasaran (Jaworski dan Kohli, 1990). Ada tiga perspektif dalam melihat
konsep orientasi pasar, yaitu 1) kognisi atau pengetahuan organisasi, 2)
perilaku organisasi, dan 3) kombinasi keduanya. Menurut perspektif kognisi,
orientasi pasar dipandang sebagai filosofi bisnis, pengetahuan dan
ketrampilan yang mampu mendorong perilaku organisasi. Perilaku atau
aktivitas dalam orientasi pasar menurut pandangan ini merupakan
konsekuensi dari kognisi organisasi.

Menurut perspektif perilaku, orientasi

pasar merupakan refleksi dari perilaku atau aktivitas, meliputi market
intelligence (Jaworski dan Kohli, 1993; Kohli dan Jaworski, 1990), atau
proses dan aktivitas antar fungsi organisasi yang diarahkan untuk
memuaskan kebutuhan konsumen melalui pengamatan atas kebutuhan
konsumen secara kontinyu (Deshpandé dan Farley, 1993). Kedua perspektif
di atas, telah mendapat banyak kritik dengan argumentasi bahwa tidak
mungkin memisahkan antara kognisi dengan perilaku organisasi. Oleh
karena itu, perspektif ketiga mengintegrasikan kedua perspektif tersebut
bahwa orientasi pasar merupakan kombinasi keduanya, yaitu kognisi dan
perilaku (Avlonitis dan Gounaris, 1997).
Harapan lulusan pendidikan seni yang kreatif dan berdaya saing
mendukung pendapat dari Ahmad (1999) yang menyatakan bahwa
pendidikan seni di perguruan tinggi seni diarahkan dengan tujuan agar
lulusannya nanti akan memiliki keterampilan, keahlian dan sikap kemandirian
yang mampu bersaing di segala bidang. Sehingga mahasiswa mampu
mandiri, menjadi guru yang integrated profesional, yaitu bukan hanya
profesional dalam bidangnya akan tetapi juga mampu menghidupi diri

6

melalui ciptaannya. Dengan demikian penciptaan lulusan yang berdaya
saing akan meningkatkan citra lembaga (corporate image) yang semakin
positif seperti pendapat dari Supanggah (1999), yang menegaskan
kredibilitas suatu lembaga pendidikan tinggi kesenian salah satunya
ditentukan oleh Out putnya, baik berwujud produk kekaryaan (seni dan
keilmuan secara individu maupun kelembagaan) serta profil produk
lulusannya yang tolok ukurnya meliputi produktivitas, kualitas serta
relevansinya dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan jamannya.
Sehingga model ini secara riil diharapkan akan mampu mengatasi masalah
pengangguran tak kentara (disguest unemployement) .

II. METODE PENELITIAN
Menurut Borg dan Gall (1989) dan Puslitjaknov (2008) untuk menghasilkan
produk,

sebagai

berikut:

(1)

melakukan

analisis

kebutuhan.(2)

mengembangkan produk awal. (3) validasi ahli dan revisi. (4) uji coba. Subjek
penelitian adalah : Dosen Sendratasik, utamanya yang mengajar mata kuliah
Kepariwisataan, Kewirausahaan, Manajemen pementasan, Praktek kerja
lapangan, dan Tata rias busana. Mahasiswa Sendratasik, utamanya yang
menempuh

mata

kuliah

Kepariwisataan,

Kewirausahaan,

Manajemen

pementasan, Praktek kerja lapangan, dan Tata rias busama, stakeholder,
para seniman, pemilik sanggar Event Organiser, dinas pariwisata, serta
masyarakat pengguna lulusan lainnya
Instrumen penelitian, menggunakan insstrumen validasi ahli materi pedoman
wawancara, pedoman observasi. Analisis data: 1. Merangkum data dari hasil
pelaksanaan pembelajaran bersama expert/pakar seni, dosen pengampu
mata kuliah dan mahasiswa, reduksi data yang terkait dengan tujuan
penelitian, Melakukan trianggulasi data dengan expert/pakar seni, Melakukan
justifikasi secara general

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kegiatan penelitian terutama diarahkan pada

kegiatan pokok yaitu

pengembangan prototipe model pembelajaran market orientation dan validasi
prototipe. Tahap pengembangan prototipe model pembelajaran market
orientation, ini melalui beberapa kegiatan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi profil lulusan Sendratasik

7

Melalui anggket yang dibagikan pada mahasiswa Sendratasik

yang

menempuh mata kuliah Manajemen Pementasan dan juga menempuh
Kewirausahaan, Tata rias busana, PKL dapat diketahui secara umum mahasiswa
berasal dari daerah urban di Jawa Timur yaitu Madura, Gresik, Lamongan,
Tuban, Mojokerto, Kediri, Madiun dan Bojonegoro. Sebagian besar dari mereka
(80%) ketika memilih kuliah di jurusan ini adalah untuk mewujudkan cita-citanya
menjadi seorang guru sedang yang 20% ingin menjadi pekerja seni. Bakat
mereka di bidang seni terwadahi dalam masing-masing konsentrasi yaitu seni
tari, seni musik dan seni drama. Dengan bekal keterampilan yang didapat selama
kuliah dapat tercermin dari ketrampilan mereka dalam bermusik, dalam berolah
gerak/mencipta tari serta bermain drama dan menulis naskah.
Pengembangan ketrampilan yang dimilki mahasiswa ketika mereka kuliah di
jurusan ini belum secara

optimal hal ini

tergantung dari motivasi dan

ketangguhan /daya juang mereka. Pemahaman mahasiswa tentang seni dan
peluang kerjanya masih sangat terbatas sehingga ide kreatif dari mahasiswa
untuk menyikapi peluang kerja saat ini masih rendah hal ini banyak faktor yang
mempengaruhi diantaranya : (a) latar belakang keluarga (pns dan petani), (b)
asal daerah, (c) lingkungan sosial, (d) sarana prasarana (e) wacana kerjasama
/networking dan (e) rasa percaya diri. Sehingga wajar dari sebagian mahasiswa
di jurusan Sendartasik ini kurang responsif dan masih rendahnya selfawarness
dalam menyikapi perubahan dinamika lingkungan yang saat ini perlu disikapi
oleh mahasiswa dalam melakukan proses pembelajaran di perguruan tinggi.
Karakteristik mahasiswa di jurusan ini belum sepenuhnya bisa mandiri
dalam mengembangkan ide kreatifnya. Sarana prasarana pendukung mata
kuliah yang dirasakan mahasiswa masih kurang namun hal ini dapat terpecahkan
jika adanya kerjasama secara kelembagaan yang sudah terintegrasi sehingga
mempengaruhi suasana pembelajaran

mahasiswa. Kemampuan lembaga

menyelenggarakan event belum optimal dalam memunculkan ide kreatif sebagai
wujud unjuk ketrampilan dan kemampuan mahasiswa di jurusan Sendaratasik hal
ini akan berpengaruh pada motivasi dan rasa percaya diri mahasiswa untuk
berkreasi.
2. Mengidentifikasi kurikulum Sendratasik
Kurikulum yang ada di Jurusan Sendratasik sebelum tahun 2015
mengacu pada struktur kurikulum nasional dan standart kompetensi lulusan

8

yang tidak hanya memiliki kemampuan sebagai tenaga pendidikan/guru saja
tetapi memiliki ketrampilan untuk bekerja mandiri sebagai pekerja seni maupun
pelaku

bisnis

yang

terkait

dengan

entertainment.

Komposisi

muatan

kurikulumnya sebagai berikut : yaitu Mata kuliah Umum inti, Mata kuliah Umum
Institusional, Mata kuliah dasar keahlian, mata kuliah praktek, kompetensi
pendukung dan kompetensi lain secara keseluruhan berjumlah kurang lebih 156
– 160 SKS. Pilihan Jumlah SKS kurikulum yang ada di jurusan sendratasik sbb :
Jurusan Pendidikan Sendratasik

mempunyai 3 (tiga) kosentrasi yaitu

konsentrasi Seni Drama, Konsentrasi Seni Tari dan konsentrasi Seni Musik.
Beberapa kompetensi utama yaitu Mata kuliah Umum inti (MKU 6 Sks), Mata
kuliah Institusional (29 SKS), mata kuliah Keahlian wajib (22 Sks) semua mata
kuliah umum inti, institusional dan keahlian wajib dilaksanakan dalam perkuliahan
tatap muka bersama ke tiga konsentrasi yaitu Drama, tari dan Musik. Sedangkan
Mata kuliah dasar Keahlian (79 SKs) dan kompetensi lain (6 Sks) dilaksanakan
tatap muka oleh masing-masing konsentrasi yang seni drama menempuh
keahlian drama, demikian juga seni tari dan seni musik. Sedang mata kuliah
keahlian Pendukung (12 SKS) untuk membekali konsentrasi di luar bidangnya
juga ditempuh bersama-sama. Pada tahun 2015 Jurusan Sendratasik sudah
menggunakan KKNI yang dikembangkan oleh Tim
Ada beberapa mata kuliah yang disediakan untuk membekali mahasiswa
bisa mandiri,

namun mata kuliah itu belum didesain untuk mengoptimalkan

capaian yang dimaksud.

Mata kuliah Manajemen Pementasan

misalnya

kompetensi yang diharapkan adalah mahasiswa bisa mengelola pementasan
secara profesional, sehingga mereka nantinya bisa menjadi event organiser
(EO). Mata kuliah Kepariwisataan, kompetensi yang diharapkan adalah
mahasiswa bisa mengambil peran dalam kepariwisataan dengan menjadi kreator
seni. Mata Kuliah tata Rias dan busana, kompetensi yang diharapkan adalah
mahasiswa mempunyai kompetensi rias dan desain busana sehingga bisa
menjadi perias manten atau mengelola busana. Mata kuliah kewirausahaan,
kompetensi

yang

diharapkan

mahasiswa

mampu

mempunyai

jiwa

kewirausahaan dan mampu membuka usaha mandiri. Serta mata kuliah Praktek
Kerja Lapangan, yang akan memberikan kompetensi keterampilan dalam
bermitra dan mengelola sanggar. Oleh sebab itu untuk mengoptimalkan
pencapaian mata kuliah di atas perlu di desain sedemikian rupa, agar mahasiswa
mempunyai kompetensi yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.

9

3. Observasi

terhadap

pelaksanaan

pembelajaran:

Kepariwisataan,

Manajemen Pementasan, Tata rias busana, PKL, kewirausahaan
Baik GBRP maupun silabus yang dibuat, setelah dicermati belum ada
rencana kemitraan dengan pihak pihak terkait. Materi masih diberikan oleh
dosen internal, belum mendatangkan ahlinya yang sukses di lapangan
a. Sarana Prasarana Pembelajaran

Gambar 1 Dosen sedang memberi kuliah

Gambar 2 Mahasiswa sedang mengikuti kuliah teori
Berdasarkan karakteristik mata kuliah di Sendratasik dibedakan
menjadi 2 yaitu mata kuliah teori dan mata kuliah praktek (tari, musik, drama).
Dari mata kuliah teori

berdasarkan pengamatan sebagian besar (75%)

dosen Sendratasik sudah menggunakan media baik OHP, LCD maupun
audio visual. Sedangkan untuk mata kuliah praktek tari tersedia ruangan
yang cukup untuk praktek mahasiswa, sarana pendukung gamelan yang
cukup serta tape recorder. Untuk konsentrasi mahasiswa musik instrumen
yang disediakan dirasakan kurang memadai, walaupun mahasiswa sudah

10

swadaya sendiri namun masih jauh dari cukup. Sedang untuk konsentrasi
mahasiswa drama prasarana dan sarana dirasakan cukup karena bisa
bergantian dengan mahasiswa seni tari. Untuk konsentrasi ke tiga-tiganya
disediakan prasarana pementasan yaitu sebuah gedung yang megah untuk
mereka berekspresi. Juga tersedianya ruang komputer walaupun kurang
ideal. Namun sarana pendukung lainnya seperti ruang berkaca, kostum
pementasan, masih dirasakan kurang. Jumlah rasio ruangan dengan
mahasiswa kurang berimbang kemudian diperparah dengan ruangan yang
ditutup sementara AC yang tersedia kurang, hal ini memperburuk iklim di
perkuliahan.
b. Strategi Pembelajaran
Untuk mata kuliah teori maupun praktek sebagian besar dosen sudah
melaksanakan pembelajaran yang mengaktifkan mahasiswa. Hasil dari
mereka mengikuti pelatihan-pelatihan PBM sudah dicoba untuk diaplikasikan.
Diakui bersama dukungan untuk memberdayakan dosen dari lembaga sangat
bagus. Namun sayang strategi yang mereka laksanakan masih belum 100 %
memberdayakan mahasiswa. Materi sebatas pada pembekalan materi
perkuliahan belum menyentuh materi-materi yang berkembang di dunia kerja.
c. Kompetensi Dosen
Dosen Sendratasik semua berjumlah 28 orang, 18 dosen seni tari, 6
dosen seni musik (tetap dan dosen luar biasa) dan 4 dosen seni drama. Dari
28 orang dosen, 5 orang telah menempuh S3 sedang 3 orang dosen sedang
studi S3, 20 dosen lainnya telah lulus S2. Selain itu juga dibantu oleh dosen
luar biasa sejumlah 6 orang. Masing-masing dosen Sendratasik mengajar
sesuai bidang keahliannya. Jumlah mahasiswa Sendratasik FBS Unesa
keseluruhan adalah 435 orang. Berdasarkan data yang ada untuk
konsentrasi seni musik maka jumlah dosen dan mahasiswa kurang
berimbang terlalu banyak mahasiswa sementara dosenya masih sedikit bila
dirasionalkan 1 : 45. Sedang konsentrasi tari 1 : 5

sudah cukup baik

sedangkan drama 1 : 10.
Karakteristik yang melekat pada profesi dosen/guru bersifat individual dan
cenderung non collaborative. Kedua pekerjaan dosen/guru dilakukan di ruang
kelas yang terisolir dalam jangka waktu yang lama, ketiga akibat nomor 1 dan
2 maka dialog akademik dengan sesama dosen sangat terbatas. Karakteristik

11

kerja dosen yang demikian meyebabkan dosen merupakan pekerjaan yang
tidak pernah mendapatkan umpan balik. Tanpa umpan balik maka sulit bagi
dosen meningkatkan kulaitas profesinya. Untuk itu dosen perlu dilengkapi
dengan kemampuan melakukan self reflectiaon , lewat action research untuk
mengevaluasi apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana hasilnya
(Zamroni, 2003) Konsekuensinya diperlukan dosen-dosen yang mempunyai
daya adaptasi tinggi. Program peningkatan kemampuan dosen harus
menyentuh tiga aspek yaitu aspek kemampuan, aspek semangat dan
dedikasi, aspek kesejahteraan.
Pendidik dituntut mengembangkan kemampuan tertentu pada diri anak
didik antara lain: a) kemampuan untuk mendekati permasalahan secara
global dengan pendekatan multidisipliner,b) kemampuan untuk menyeleksi
arus informasi yang sedemikian deras untuk kemudian digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, c) kemampuan untuk menghubungkan peristiwa satu
dengan yang lain secara kreatif, d) meningkatkan kemandirian karena tingkat
otonomi keluarga sangat tinggi, e) menekankan pembelajaran learning to
learn, dari pada lrearning some thing..
4. Mengidentifikasi peluang-peluang kerja
Dari hasil diskusi dengan expert yaitu dari Disparda, EO, Sekolah mitra,
seniman, perias manten diperoleh informnasi tentang peluang kerja dari lulusan
Sendratasik
pembelajaran

sebagai
di

berikut:
jurusan

Dalam

rangka

Sendratasik

menunjang

diperlukan

keberhasilan

adanya

jalinan

kerjasama/networking pada beberapa lembaga terkait diantaranya Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pariwisata daerah, pekerja seni/event
organizer, perias manten/salon karena mahasiswa lulusan Sendratasik tidak
hanya memiliki kemampuan dalam hal kependidikan saja tetapi mereka diberi
suatu ketrampilan yang menjadikan mereka mampu bekerja secara mandiri. Hal
ini terlihat dari sinergitas materi perkuliahan yang diberikan yaitu Kewirausahaan,
Manajemen pementasan, Tatarias dan busana, Kepariwisataan dan Praktek
Kerja lapangan. Disamping itu mereka sebagaian besar sudah memiliki bakat
seni tertentu (lihat profil mahasiswa) sehingga sangat mendukung potensi
mereka dalam berkreasi untuk mengembangkan bakat seni yang didukung oleh
kemampuan akademis yang berarti.

12

Dari dasar data di atas maka langkah selanjutnya adalah: (a) Pengembangan
model market orientation, (b) Menentukan pola pembelajaran kemitraan melalui
kuliah klas dan magang , (c) Pembuataan MOU dengan kelompok mitra yaitu
Disparda, expert/pakar dunia seni, event oragiser dan broadcasting, (d)
Pembuatan RPS materi perkuliahan dan setting jadwal kuliah klas (8 x pert) :
magang (6 x pert) : evaluasi dan refleksi (2 x pert) (e) Workshop dan sosialisasi
pola pembelajaran kemitraan dengan dosen internal (f) Evaluasi oleh ahli
pembelajaran dan ahli materi.
5. Pengembangan model market orientation
Model pembelajaran market orientataion yang dapat dikembangkan pada
mahasiswa jurusan Sendratasik FBS Unesa bertujuan agar pola pembelajaran
yang ada dapat mengakomodir beberapa peluang pasar tenaga kerja sehingga
mahasiswa dapat terproses sesuai dengan harapan pengguna lulusan jurusan
Sendratasik dengan mengacu model pembelajaran yang baru sebagai berikut :

PBM LAMA
Mata kuliah :
1. Kewirausahaan

PBM :

2. Kepariwisataan

PEMBELAJARAN
INTERNAL

3. Manajemen
Pementasan
4. Tata rias
5. PKL

MEDIA/KLAS
METODE

OUTPUT LULUSAN
Guru (60%)
Intertaintner (15%)
Pekerja tidak tetap
(5%)

13

PBM BARU BERORIENTASI PADA
PASAR ( MARKET ORIENTATION)
PBM : POLA KEMITRAAN
OUTPUT LULUSAN :
Mata kuliah :
1. Kewirausahaan
2. Kepariwisataan
3. Manajemen
Pementasan
4. Tata rias
5. PKL

KULIAH MATERI KLAS
• DOSEN Sendratasik
dan Ekonomi UNESA
• EXPERT/PAKAR
DUNIA SENI
• DISPARDA
• BROADCASTING
KULIAH MAGANG
EO, TRAVEL,
PERHOTELAN

Guru PLUS (30%)
Entertaint/Pekerja
seni (25%)
Event organiser 25 %
Dinas
10%

pemerintah

Pekerja
TIDAK
TETAP (10%)

14

Pola pembelajaran kemitraan melalui kuliah kelas dan

magang dapat diimplementasikan dalam jurusan Sendratasik

dapat

digambarkan sebagai berikut

Markor
MAHASISWA
Model

EO
Disparda
Perusahaan

Identitas
Profesi Diri
(Profile)

PBM

PROSES

Review
Kurikulum

Dosen

Strategi
Belajar
Mengajar

Sharing

Materi,silabus,S
at,hand out

Perangkat
Pembelajaran

Pelatihan

Kompetensi

Lulusan
Berkualitas

Link and
Match

15

Dari gambar di atas terlihat bahwa model pembelajaran market
orientation dapat dilakukan jika ada bangunan pola kemitraan yang harus
dilakukan lembaga dengan beberapa pihak (disparda, EO, Expert, Dunia
seni, Broadcasting dll) baik dalam proses pembelajaranya maupun pola
pemagangan bagi mahasiswa. Dengan demikian sumber informasi
belajar tidak hanya berasal dari internal saja (dosen Sendratasik) tetapi
juga melibatkan pihak lain yang berkompeten, disamping itu dalam
kegiatan restrukturisasi kurikulum secara berkala maka pihak tersebut
harus selalu dilibatkan sehingga ada link and match antara dunia
akademis dan para pengguna lulusan yang ada.
6. Tahap-tahap implementasi model pembelajaran market orientation :
Dimulai dari persiapan terhadap

tiga komponen yaitu PBM, perangkat

pembelajaran serta kompetensi dosen pengajar mata kuliah Kewirausahaan
Manajemen pementasan, Keperiwisataan, Tata Rias dan Busana dan Praktek
kerja lapangan
a.

Proses Belajar Mengajar.

Dalam upaya menghasilkan lulusan yang berkualitas, proses belajar mengajar di
kampus harus menggunakan strategi belajar mengajar yang efisien dan mampu
membuat mahasiswa menyerap materi yang disampaikan secara maksimal.
Selain itu strategi yang diterapkan mampu meningkatkan keaktifan, kreatifitas
serta motivasi mahasiswa dalam mengembangkan dan mengaplikasikan materi
tersebut menjadi lebih luas. Oleh karena itu dosen berkolaborasi dengan pakar
dari eksternal

menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dosen sebagai pentransfer
nilai dan pengetahuan kepada mahasiswa harus mempunyai pengetahuan dan
kemampuan yang senantiasa berkembang sesuai dengan tuntutan perubahan
yang terjadi dalam masyarakat.
Agar dosen selalu terupgrade kemampuannya, para dosen diberikan pelatihan
tentang pembelajaran yang berorientasi pasar dengan bekerja sama dengan
pihak eksternal (EO, Disparda, Perusahaan). Dengan demikian dosen

akan

mengetahui lebih jelas tentang kondisi pasar tenaga kerja yang sesungguhnya.
Selain itu pelatihan dosen juga bertujuan meningkatkan kompetensi dosen dalam
mengembangkan materi yang ada pada kurikulum sehingga diharapkan dosen

16

mampu berinovasi dalam memberikan pembelajaran kepada mahasiswa dengan
pola pembelajaran yang mengarah pada peningkatan skill dan kompetensi
lulusan yang dihasilkan agar dapat terserap dalam pasar tenaga kerja secara
optimal.

b.

Perangkat Pembelajaran (kurikulum, materi perkuliahan, silabus, hand out)
Dosen

mengembangkan

beberapa

mata

kuliah

yaitu

manajemen

Pementasan, Tata Rias dan busana, PKL, Pariwisata, Kwirausahaan dengan
membuat perangkat

yang berorientasi pada kebutuhan pasar yang dapat

mendukung jiwa kemandirian mahasiswa.

Setelah dibuat silabus, para dosen

dapat membuat rangkuman materi kuliah dalam bentuk hand out materi agar
mempermudah mahasiswa mempelajari pokok-pokok materi yang sedang
diajarkan. Materi yang ditetapkan dapat diterapkan dalam buku ajar setelah
sebelumnya disharingkan dulu dengan EO, Disparda, Perusahaan selaku pihak
yang lebih mengetahui tentang kebutuhan pasar tenaga kerja sehingga silabus
yang ditetapkan benar-benar sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar tenaga
kerja yang pada akhirnya bertujuan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan
dapat bersaing . Model perkuliahan yang ada tidak hanya dalam bentuk in class
saja tetapi juga out class sehingga pengalaman belajar yang dirasakan
mahasiswa

akan

mengarah

pada

pola

ketercapaian

lifeskill.

Dengan

membelajarakan mahasiswa terlibat dalam pola analisis dan implemnetasi teori
di lapangan maka akan mempermudah melakukan evaluasi dan refleksi dalam
upaya meningkatkan kinerja pembelajaran yang ada.
c.

Pembuataan MOU dengan kelompok mitra

Beberapa pola kemitraan yang telah terjalin antara lembaga dengan beberapa
mitra selanjutnya dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja sama diantaranya
dengan: Dinas Pariwisata Daerah, Dengan Event Organiser dan Dengan Industri
make up Sariayu, sehingga dalam jangka panjangnya akan memberikan nilai
manfaat yang lebih berarti dalam upaya mensinergikan kepentingan dari kedua
belah pihak.

17

Gambar 3 Mahasiswa kuliah praktek tata rias bersama Sari Ayu

Gambar 4 Kuliah dengan pihak eksternal (Perias Manten ) di Ruang kelas b

d. Workshop dan sosialisasi pola pembelajaran kemitraan dengan dosen internal
Model pembelajaran market orientation akan berhasil secara optimal maka
diperlukan adanya dukungan lembaga dan semua dosen Sendratasik yang
terlibat dalam kegiatan pembelajran ini. Langkah pertama yang dilakukan adalah
mengumpulkan 5 orang dosen (Kewirausahaan, Kepariwisataan, Tata rias,
Manajemen Pementasan dan PKL) sebagai pembina mata kuliah rujukan yang
berhubungan dalam model market orientation

dan didampingi oleh ketua

18

jurusan. Adapun tujuan dari pertemuan ini yaitu : 1) Sosialisasi model, 2)
Penataan pola pembelajaran, 3) Rancangan kemitraan, 4) Rancangan model
pelatihan dan pendampingan. Tujuan tersebut sebagai salah satu upaya dalam
memediasi pencapaian lulusan sendratasik yang berkulaitas yang harus
didukukung dari PBM, perangkat pembelajaranya dan strategi pembelajrananya.
d. Evaluasi oleh ahli pembelajaran dan ahli materi
Salah satu upaya yang harus dilakukan agar

model pembelajaran market

orientation yang telah dirancang dapat berhasil dengan baik dan optimal sesuai
dengan tujuan yang ada maka model markor

harus divalidasi

dengan ahli

pembelajaran dan substansi materi dari market orientation yang dalam hal ini
dilakukan oleh Prof. Dr. Mustaji, M.Pd dan Dr. Purwohandoko MM.

Secara

umum dari kedua pakar tersebut menyatakan bahwa : (a) instrumen dan
perangkat yang telah disiapkan dapat diimplementasikan dalam proses
pembelajaran secara optimal jika ada bangunan komitmen dari para dosen
pembina mata kuliah tersebut akan makna suatu perubahan dan peningkatan
kulaitas lulusan, (b) ketepatan jadwal pelaksanaan (c) hubungan yang baik
dengan para mitra yang sudah diikat dalam perjanjian kerja sama (d) diperlukan
adanya alat evaluasi yang terukur .
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut : Implementasikan model perkulian market orientation (markor)
memang sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan karena organisasi
pendidikan

tidak

akan

terlepas

dari

pengaruh

lingkungan

ekternal.

Pengembangan Orientasi pasar yang menghasilkan keunggulan bersaing
dari para lulusanya perlu dikembangkan melalui kegiatan kemitraan atau
networking yang informasinya diperoleh dari akses informasi lingkungan
ekternal, baik berorientasi pada dunia kerja juga orientasi pada pesaing.
Informasi dari dua orientasi lingkungan ekternal inilah yang sangat dominan
mempengaruhi sumber keunggulan bersaing lulusan perguruan tinggi bila
seluruh informasi tersebut dikoordinasikan keseluruh fungsi dalam organisasi
pendidikan maka diharapkan akan melahirkan lulusan yang mandiri yang
kreatif.

19

B. Saran
Untuk mewujudkan lulusan yang berkualitas dan kreatif memang perlu kerja
keras dan komitmen semua pihak baik dosen, mahasiswa dan pejabat struktural.
Dosen harus merencanakan matang dengan mitra dan expert tentang tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Mahasiswa harus siap kuliah di luar kelas
untuk mendapatkan pengalaman lapangan. Sedang pejabat jurusan harus
mendukung dengan membantu

segala sesuatu yang berkenaan dengan

pendanaan, dan dukungan lain
IV. Daftar Pustaka
Akmad, 1999. ”Pendidikan Seni di Lembaga pendidikan Tinggi Seni” makalah
dalam rangka seminar nasional festifal Kesenian Indonesia I, di Yogyakarta
tanggal 8 Maret 1999.
Avlonitis dan Gounaris, 1997. Estimating non Respons Bias and Mailing Survey.
Journal of Marketing Research 14(8)396-402.
Bandem, Made, 1999. “Lembaga Pendidikan Tinggi Kesenian, Pembangunan
nasional dan Globalisasi”. Makalah dalam rangka seminar nasional festival
Kesenian indonesia i, Di Yogyakarta tanggal 8 Maret 1999.
Borg dan Gall .1989.Education Research an Introduction. Newyork: longman.Inc
Dakir,H, 2004, Perencanaan dan Pengembangan kurikulum. Jakarta : Rineka
Cipta
Deshpandé dan Farley, 1993. Executive Insight Corporate Culcuture and Market
Orientation Comparing Indian and Javaneve. Journal of International
Marketing 7(4)111-26
Ibrahim, Muslimin, dkk, 2005. Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: UNESA
University Press
Kardi, Suparman dan Mohamad Nor,2000. Pengajaran Langsung. Surabaya:
Upress UNESA
Jalal, Fasli, 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks otonomi
Daerah.Yohyakarta:Adi cita Karya Nusa

20

Jaworski dan Kohli, 1990. Market Orientation: Antecedent and Consequence.
Journal of Marketing, 57 July.53-70.
Mustaji dan Sugiarso, 2005. Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik.Surabaya
Puslitjaknov .2008. Metode Penelitian Pengembangan. Pusat Penelitian
Kebijakan. Bandung: Alfabeta.
Suderajad, 2003. Implikasi KBK. Bandung ; Cipta Cekal Grafika
Sukmadinata, 2001.
Supanggah, Rahayu.1999. ”Peran Lembaga Pendidikan Tinggi Kesenian di
Indonesia. Makalah dalam seminar nasional festifal Kesenian Indonesia I.
Di Yogyarta tanggal 8 Maret 1999.
Undang Undang Republik Indonesia No:20 tentang Sistem Pendidikan Nasional
tahun 2003.
Tilaar,2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: rineka Cipta
Zamroni,2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Jakarta:Bigraf Publising