PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ME

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL
PENCAPAIAN KONSEP DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA DAKON BILANGAN
PADA MATERI KPK DAN FPB KELAS IV SDN 001 PETAPAHAN KECAMATAN
TAPUNG
Oleh
Moh Fauziddin
Dosen Prodi PG-PAUD, STKIP Pahlawan Tuanku Tambusai
Abstrak
Tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar yaitu mempersiapkan
siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur,
efektif dan efisien, serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dalam
kehidupan sehari- hari dan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Hasil belajar siswa
dalam pembelajaran matematika dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran matematika siswa kelas IV
SDN 001 Petapahan terlihat masih rendah. Maka perlu adanya perbaikan dalam proses
pembelajaran matematika yang dilakukan guru. Salah satu model pembelajaran yang dapat
diterapkan untuk mencapai pemahaman konsep adalah model pencapaian konsep. Untuk
mencapai konsep KPK dan FPB diperlukan media atau peraga pembelajaran yang sesuai
yaitu dengan menggunakan alat peraga dakon bilangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui
peningkatkan hasil belajar matematika kelas IV SDN 001 Petapahan melalui Model

Pencapaian Konsep dengan Bantuan Alat Peraga Dakon Bilangan Pada Materi KPK dan
FPB. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
mutu praktek pembelajaran di kelas (Arikunto, dkk, 2006). Pada penelitian ini terdiri dari dua
siklus yaitu siklus I terdiri dari tiga kali pertemuan dan mengadakan tes formatif I. Sedangkan
pada siklus II terdiri dari tiga kali pertemuan dan mengadakan tes formatif II. Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh bahwa ketercapaian KKM sebelum tindakan
sebanyak 15 siswa dari 25 siswa (60%) sedangkan setelah tindakan pada siklus I sebanyak 18
siswa dari 25 siswa (72%) dan pada siklus II sebanyak 22 siswa dari 25 siswa (88%). Ini
menunjukkan bahwa ketercapaian KKM setelah tindakan memberikan peningkatan terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 001 Petapahan. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pencapaian konsep dengan bantuan alat peraga dakon
bilangan pada materi kelipatan dan faktor bilangan, kelipatan dan faktor persekutuan dua
bilangan, kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB) suatu
bilangan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 001 Pulau pada
semester ganjil tahun pelajaran 2015/ 2016.

Keyword : matematika, dakon bilangan, KPK, FPB

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar yaitu
mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan
yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak dasar pemikiran logis, rasional, kritis,
cermat, jujur, efektif dan efisien, serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan
matematika dalam kehidupan sehari- hari dan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
dimulai dari Sekolah Dasar (Depdiknas, 2006).
Hasil belajar matematika yang diharapkan adalah hasil belajar matematika yang
mencapai ketuntasan belajar matematika. Siswa dikatakan tuntas apabila skor hasil
belajar matematika siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah
ditetapkan (Depdiknas, 2006).
Berdasarkan hasil pengamatan, KKM yang ditetapkan di kelas IV SDN 001
Petapahan untuk mata pelajaran matematika adalah 65. Hasil belajar matematika di kelas
IV SDN 001 Petapahan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 masih rendah, hal
ini terlihat dari jumlah siswa yang mencapai KKM adalah 12 siswa dari 25 siswa dengan
persentase 48%.
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dipengaruhi oleh proses
pembelajaran yang dilaksanakan. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap proses
pembelajaran matematika siswa kelas IV SDN 001 Petapahan terlihat cara guru dalam
menyajikan materi pelajaran yaitu selalu menggunakan metode ceramah dalam

menjelaskan materi, tidak menggunakan media pembelajaran yang sesuai untuk
mempermudah pemahaman siswa, tidak melibatkan siswa menemukan konsep
pembelajaran, selalu memberikan contoh dan latihan tanpa memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan pengetahuan mereka. Sehingga dalam proses pembelajaran
siswa hanya menunggu materi yang disampaikan guru tanpa menggali sendiri informasi
secara mandiri.
Oleh karena itu perlu dilaksanakan pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan
mengembangkan kegiatan siswa dalam mengemukakan gagasan dan memecahkan
masalah matematis untuk meningkatkan hasil belajar matematika dalam berbagai model.
Menurut Djamarah dan Zain (2006)
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu adanya perbaikan dalam proses
pembelajaran matematika yang dilakukan guru. Salah satu model pembelajaran yang
dapat diterapkan untuk mencapai pemahaman konsep adalah model pencapaian konsep.
Untuk mencapai konsep KPK dan FPB diperlukan media atau peraga pembelajaran yang
sesuai yaitu dengan menggunakan alat peraga dakon bilangan.
Menurut Nyimas Aisyah (dalam Rini Januarti, 2015:2) untuk menyampaikan
materi KPK dan FPB dapat menggunakan alat peraga dakon bilangan. Dakon bilangan

merupakan permainan matematika yang dapat diterapkan pada saat akan menyampaikan
materi KPK dan FPB. Dengan melakukan permainan dakon, peserta didik diharapkan

dapat membangun atau menemukan konsep kelipatan, faktor, KPK dan FPB.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin menerapkan model pencapaian konsep
dengan bantuan alat peraga dakon bilangan untuk meningkatkan hasil belajar matematika
kelas IV SDN 001 Petapahan Kecamatan Tapung pada materi KPK dan FPB tahun
pelajaran 2015/ 2016.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan, sebagai berikut : Hasil belajar matematika siswa yang masih rendah,
siswa sulit mengerjakan soal- soal yang berhubungan dengan KPK dan FPB, sehingga
hasil belajar matematika materi KPK dan FPB juga rendah, pembelajaran masih berpusat
pada guru, dalam menyajikan materi pelajaran guru kurang variatif dalam menggunakan
metode pembelajaran, guru tidak menggunakan media pembelajaran yang sesuai untuk
mempermudah pemahaman siswa, dan guru tidak melibatkan siswa menemukan konsep
pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada ; materi yang dibahas dalam pembelajaran adalah
KPK dan FPB, penggunaan alat peraga dakon bilangan untuk meningkatkan hasil belajar
matematika, cara menggunakan alat peraga dakon bilangan dalam pencapaian konsep
kelipatan dan faktor bilangan khususnya menentukan KPK dan FPB.
D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah Model Pencapaian Konsep
dengan Bantuan Alat Peraga Dakon Bilangan dapat Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika pada materi KPK dan FPB Kelas IV SDN 001 Petapahan ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar matematika kelas IV SDN 001
Petapahan melalui Model Pencapaian Konsep dengan Bantuan Alat Peraga Dakon
Bilangan Pada Materi KPK dan FPB.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa kelas IV SDN 001 Petapahan, melalui Model Pencapaian Konsep dengan
Bantuan Alat Peraga Dakon Bilangan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
matematika.
2. Bagi guru kelas IV, dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran matematika di SDN 001 Petapahan.
3. Bagi sekolah SDN 001 Petapahan, dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan
dalam rangka meningkatkan hasil belajar matematika di kelas IV SDN 001 Petapahan.
4. Bagi peneliti, dapat dijadikan landasan berpijak dalam menindak lanjuti ini dalam
ruang lingkup yang luas.

G. Defenisi Operasional
Agar tidak menimbulkan persepsi yang bias terhadap judul di atas, maka perlu

dijelaskan beberapa istilah yang terdapat pada judul tersebut diatas.
1. Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai pelajar dalam kegiatan belajarnya dari
yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya (kamus besar bahasa Indonesia,
1995:787).
2. Belajar adalah suatu proses yang dialami oleh siswa itu sendiri yang ditandai dengan
adanya perubahan pada siswa tersebut seperti pada pengetahuan, pemahaman, sikap
dan kemampuannya dalam berinteraksi dengan lingkungan.
3. Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat menggolongkan atau
mengklasifikasi objek ke dalam contoh atau bukan contoh agar siswa dapat
memahami konsep dengan baik dan terampil dalam menyelesaikan soal yang
berkaitan dengan konsep yang dipelajari (Soedjadi, 2000).
4. Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) adalah kelipatan persekutuan terkecil dari dua
bilangan atau lebih yang bukan nol.
5. Faktor persekutuan terbesar (FPB) adalah faktor persekutuan terbesar dari dua
bilangan atau lebih yang bukan nol.
6. Alat peraga adalah alat bantu dalam menyampaikan materi pelajaran dan bertujuan
untuk memperkenalkan, membentuk, memperkaya dan mengembangkan sikap mau
bekerja mandiri, senang melakukan kegiatan serta mendorong kegiatan siswa lebih
lanjut pada akhirnya dapat mencapai tujuan pembelajaran.
7. Dakon (congklak) adalah permainan dengan kulit lokan (biji-bijian dan sebagainya)

dan kayu yang berbentuk seperti perahu yang berlubang- lubang ( dalam kamus besar
bahasa Indonesia).
8. Dakon bilangan merupakan penggabungan permainan tradisional dengan
pembelajaran matematika yang dapat membantu menemukan konsep KPK dan FPB.
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Aktivitas dan Interaksi Belajar Siswa
Djamarah (2002) menyatakan bahwa belajar bukanlah berproses dalam
kehampaan, artinya tidak pernah terlihat orang yang belajar tanpa melibatkan aktivitas
raganya. Di dalam belajar perlu ada aktivitas, hal ini disebabkan karena belajar adalah
berbuat, yakni berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar tanpa ada
aktivitas, oleh sebab itu aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di
dalam interaksi belajar mengajar.
Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2007) menggolongkan beberapa aktivitas
siswa antara lain sebagai berikut.
a.

Visual Activities, yakni membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,
percobaan, dan sebagainya.


b.

Oral Activities, seperti; menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.

c.

Listening Activities, seperti; mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan
pendapat dalam diskusi.

d.

Writing Activities, seperti; menulis atau mencatat informasi yang diperoleh.

e.

Drawing Activities, seperti; menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f.


Motor Activities; seperti; melakukan percobaan, membuat konstruksi, latihan dan
praktek, dan sebagainya.

g.

Mental Activities, seperti; menanggapi, mengingat, memecahkan
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, berpikir.

h.

Emotional Activities, seperti; menaruh minat, tenang, bersemangat, merasa
bosan, gugup, dan sebagainya.

soal,

Berdasarkan klasifikasi di atas, maka aktivitas siswa dalam belajar dapat
berupa aktivitas belajar yang berhubungan dengan mendengarkan, menulis, mencatat,
memandang, membaca, berpikir, mengingat, latihan atau praktek, dan sebagainya.
Jadi dalam proses pembelajaran sangat diperlukan adanya aktivitas, siswa harus aktif
berbuat sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan aktivitas

dapat mendukung belajar yang optimal.
Sardiman (2007) menyatakan bahwa interaksi yang optimal antara guru dan
siswa maupun antara sesama siswa dapat menyebabkan suasana kelas menjadi hidup
dan menyenangkan. Suasana kelas yang demokratis dan menyenangkan akan
memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal (Sudjana, 2000). Belajar yang
menyenangkan berkaitan dengan suasana belajar yang menciptakan kenyamanan,
santai tapi serius dan melakukan interaksi dengan lingkungan sehingga siswa
terpanggil belajar yang lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan suasana kelas yang menyenangkan
selama proses pembelajaran dengan menerapkan model pencapaian konsep dengan
bantuan alat peraga dakon bilangan adalah sebagai berikut.
a. Rasa senang siswa dalam belajar.
Rasa senang dalam belajar ini meliputi rasa senang siswa untuk terlibat
aktif selama proses pembelajaran serta rasa senang siswa terhadap pembelajaran
yang diterapkan guru.
b. Rasa tertarik siswa dalam belajar.
Siswa merasa tertarik untuk belajar apabila pembelajaran yang diterapkan
guru menyenangkan dan dapat melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa dapat
saling bekerjasama, saling membantu serta memiliki rasa tanggung jawab.
c. Keberhasilan siswa dalam belajar.


Keberhasilan belajar dapat dilihat dari seberapa jauh pelajaran dapat
diterima atau dipahami oleh siswa.
Proses pembelajaran haruslah memberi kesempatan pada setiap siswa untuk
melakukan aktivitas belajar sesuai dengan kapasitasnya, karena aktivitas siswa
merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar, sedangkan
guru adalah sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan siswa sehingga
terjadi interaksi yang kondusif. Jadi interaksi optimal antara guru dan siswa maupun
antara sesama siswa merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan
pembelajaran yang berhasil.
2. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah terjadi
proses belajar (Sudjana, 2005). Hasil dari proses belajar yang diperoleh siswa adalah
berupa angka-angka atau skor-skor, setelah diberikannya tes hasil belajar pada setiap
akhir pembelajaran (Mudjiono dan Dimyati, 2006). Skor-skor tes hasil belajar tersebut
dikonversikan menjadi nilai yang diperoleh siswa sebagai gambaran hasil belajar
siswa. Mulyasa (2005) menyatakan hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa
secara keseluruhan, yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan
perilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan
sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu
pada pengalaman langsung.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar adalah kompetensi yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya dalam bentuk angka-angka atau nilai
dari hasil tes setelah proses pembelajaran. Adapun hasil belajar matematika yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kompetensi yang dicapai atau dimiliki siswa
dalam bentuk angka-angka atau nilai dari hasil tes setelah melalui proses
pembelajaran matematika dengan menerapkan pembelajaran model pencapaian
konsep dengan bantuan alat peraga dakon bilangan.
3. Model Pencapaian Konsep
Pemahaman konsep merupakan dasar dari pemahaman prinsip dan teori,
artinya untuk dapat memahami prinsip dan teori harus dipahami terlebih dahulu
konsep- konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan.. Kegunaan
model pencapaian konsep ini adalah :
a. Membantu siswa dalam memahami konsep dengan memperhatikan objek, ide dan
kejadian- kejadian.
b. Agar siswa lebih efektif didalam memperoleh konsep dengan cara memahami
strategi berpikir.
Model pencapaian konsep menurut Aunurrahman (2006 : 158) adalah model
pembelajaran yang dirancang untuk menata atau menyusun data sehingga konsepkonsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien. Model ini memiliki
pandangan bahwa para siswa tidak hanya dituntut untuk mampu membentuk konsep
melalui proses pengklasifikasian data akan tetapi mereka juga harus dapat membentuk
susunan konsep dengan kemampuan sendiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pencapaian konsep adalah suatu model
pembelajaran yang menggunakan data untuk mengajarkan konsep kepada siswa.
Dengan model ini guru mengawali pengajaran dengan menyajikan data/ contoh,
kemudian meminta siswa untuk mengamati data tersebut.
4. Alat Peraga Dakon Bilangan
Alat peraga matematika adalah sebuah atau seperangkat benda konkrit yang
dibuat, dirancang, dihimpun atau disusun secara sengaja, yang digunakan untuk
membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip
dalam matematika. Dengan alat peraga, maka hal-hal yang abstrak dapat disajikan
dalam bentuk model-model, sehingga siswa dapat memanipulasi objek tersebut
dengan cara dilihat, dipegang, diraba, diputarbalikkan, agar lebih mudah memahami
matematika.
Beberapa ahli telah mengemukakan pengertian tentang alat peraga, antara lain;
a. Schram yang dikutip oleh Hernawan, dkk (2006) mendefenisikan alat peraga
sebagai teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran.
b. Miraso yang dikutip oleh Hernawan, dkk (2006) menegaskan bahwa alat peraga
dalam pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan anak didik sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
c. Djamarah (2006) bahwa alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat
bantu dalam menyampaikan materi pelajaran dan bertujuan untuk memperkenalkan,
membentuk, memperkaya dan mengembangkan sikap mau bekerja mandiri, senang
melakukan kegiatan serta mendorong kegiatan siswa lebih lanjut pada akhirnya dapat
mencapai tujuan pembelajaran.
Alat peraga dakon bilangan merupakan penggabungan permainan tradisional
dengan pembelajaran matematika. Rani Yulianty (dalam Rini Januarti , 2015:3)
mengatakan, “Permainan yang disebut dakon dalam bahasa jawa, biasanya dimainkan
oleh dua anak perempuan. Permainan congklak (dakon) menggunakan papan uang
yang disebut papan congklak. Ukuran papan terdiri atas 16 lubang untuk menyimpan
biji congklak.” Jika dibandingkan dengan permainan dakon bilangan yang
dikemukakan oleh Nyimas Aisyah, dkk (dalam Rini Januarti , 2015:3), permainan
dakon bilangan terdiri dari papan dakon, manik-manik warna warni, serta tutup
lubang dakon.
Nyimas Aisyah, dkk (dalam Rini Januarti, 2015 : 2) mengatakan bahwa,
“Dakon bilangan dapat dipakai untuk membantu anak belajar menentukan faktorfaktor pembagi suatu bilangan, menentukan kelipatan suatu bilangan, menentukan
faktor persekutuan atau kelipatan persekutuan dua bilangan atau lebih, serta mencari
FPB dan KPK dari dua bilangan atau lebih.”
5. Penerapan Model Pencapaian Konsep dengan Alat Peraga Dakon Bilangan.

Menurut Joyce dan Weil yang dikutip Gimin (2008: 27) mengemukakan
bahwa model pencapain konsep memiliki tiga fase yaitu ; Penyajian data dan
identifikasi konsep, mengetes pencapaian konsep, dan menganalisis strategi berfikir.
Langkah- langkah penerapan pembelajaran model pencapaian konsep dengan
bantuan alat peraga dakon bilangan yaitu sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, langkah- langkah yang dilakukan adalah :
a) Menentukan materi pokok dalam menerapkan pembelajaran pencapaian konsep
dengan bantuan alat peraga dakon bilangan dipilih materi yang akan disajikan
dalam pembelajaran yaitu KPK dan FPB.
b) Membuat perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) yang disusun untuk enam kali.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, langkah- langkah yang dilakukan antara lain :
a) Kegiatan Awal
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan
mengaitkan materi pelajaran yang akan disajikan dengan materi sebelumnya,
serta menanyakan tentang materi sebelumnya.
b) Kegiatan Inti
Guru membagikan LKS pada setiap siswa, dengan metode ceramah dan
tanya jawab guru membahas materi mengenai KPK dan FPB.
(1) Penyajian data
(a) Guru menyajikan data berupa benda- benda konkrit yang merupakan
contoh dan bukan contoh kelipatan dan faktor, kemudian guru
memberikan konsep kelipatan dan faktor bilangan.
(b) Siswa memperhatikan saat guru memberikan konsep tentang kelipatan
dan faktor bilangan, kemudian siswa mengerjakan LKS yang telah
dibagikan.
(2) Menguji pencapaian konsep
(a) Guru memberikan angka kelipatan dan faktor bilangan lainnya.
(b) Siswa mengerjakan latihan pada LKS untuk menemukan angka
kelipatan dan faktor bilangan.
(3) Analisis strategi berfikir
(a) Guru meminta siswa mengungkapkan pemikirannya untuk menentukan
ciri- ciri dan mendefenisikan konsep yang telah diamatinya.
(b) Siswa mengungkapkan pemikirannya tentang ciri- ciri dan
mendefenisikan konsep yang telah diamatinya.
c) Kegiatan Akhir
(1) Guru bersama murid membuat rangkuman.
(2) Guru memberi tugas untuk dikerjakan di rumah (PR).
(3) Guru menutup pelajaran.

6. KPK dan FPB

a.

b.

Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)
Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan adalah kelipatan
persekutuan bilanganbilangan tersebut yang nilainya paling kecil.
Contoh :
Kelipatan 2 adalah 0 , 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18…
Kelipatan 3 adalah 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27 …
Kelipatan persekutuan dari 2 dan 3 adalah 0, 6, 12, 18, …
Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari 2 dan 3 adalah 6
Menentukan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)
Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan adalah faktor persekutuan
bilangan- bilangan tersebut yang nilainya paling besar.
Contoh :
Tentukan FPB dari 12 dan 15
Faktor dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12
Faktor dari 15 adalah 1, 3, 5, 15
Faktor persekutuan 12 dan 15 adalah 1, 3
Jadi, FPB dari 12 dan 15 adalah 3

7. Hubungan Model Pencapaian Konsep dengan Bantuan Alat Peraga Dakon Bilangan
Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Materi KPK dan FPB.
Pembelajaran pencapaian konsep membimbing dan mengarahkan siswa
memahami konsep dengan memberikan contoh dan bukan contoh konsep yang
dikembangkan. Selanjutnya, penerapan alat peraga dakon bilangan akan memberikan
kemudahan belajar bagi siswa untuk memahami konsep yang dipelajarinya.
Pembelajaran dengan bantuan alat peraga dakon bilangan memberikan kesempatan
kepada siswa mengkonstruksi sendiri konsep yang dipelajarinya melalui benda- benda
konkrit.
Untuk menciptakan proses belajar yang efektif diperlukan model pembelajaran
yang dapat membuat siswa bersemangat, memiliki rasa percaya diri, mengetahui dan
yakin bahwa materi yang dipelajari benar- benar bermanfaat dalam kehidupan seharihari sehingga menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk belajar matematika.
Dengan dilaksanakannya pembelajaran model pencapaian konsep dengan
bantuan alat peraga dakon bilangan siswa akan dilihat aktif, karena siswa menemukan
sendiri konsep- konsep dalam matematika dengan bantuan alat peraga yang dilakukan
mulai dari awal pembelajaran.
B. Penelitian Relevan
Muani (2006) dengan judul Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
VI SD Dukuhwaru 03 dalam mencari kelipatan Persekutuan terkecil melalui alat
peraga lipatan kertas yang ada lambang bilangannya. Hasil penelitiannya adalah pada
siklus I ternyata dari 27 siswa terdapat 12 siswa yang dapat dikategorikan tidak tuntas
belajar yaitu yang mendapat nilai kurang dari 65 sedang siswa yang tuntas belajar ada
15 siswa dengan perolehan nilai rata-rata 58,51 dan daya serap 58,51% terhadap
materi pembelajaran. Sedangkan siswa yang tuntas belajar pada Siklus II ada 24 orang

dengan nilai rata-rata 62,03 pada siklus kedua dengan taraf serap 62,03 % Sedangkan
siswa yang tuntas belajar pada Siklus III ada 16 orang dengan nilai rata-rata 81,29
pada siklus ketiga dengan taraf serap 81,29%. Hal ini menunjukkan peningkatan
prestasi belajar siswa dengan menggunakan alat peraga lipatan kertas yang ada
lambang bilangannya. Melalui alat peraga lipatan kertas yang ada lambang
bilangannya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal
kelipatan persekutuan terkecil pada siswa kelas VI semester I SD Negeri Dukuhwaru
03 Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2004/2005 dengan
tingkat partisipasi siswa yang cukup menggembirakan serta memacu guru untuk lebih
kreatif dalam mengembangkan model pembelajaran.
Sofa (2014) yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik melalui
Metode Demonstrasi dengan Bantuan Alat Peraga Garis Bilangan pada Materi
Kelipatan dan Faktor Bilangan Kelas IV Semester I MI Muhammadiyah Caruban
Kecamatan Ringinarum. Keterkaitannya dengan penelitian ini adalah sama- sama
membahas materi yang sama dan untuk meningkatkan hasil belajar matematika.
Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada metode yang digunakan dan alat peraga
yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode demonstrasi dengan
bantuan alat peraga garis bilangan dapat meningkatkan hasil belajar matematika
materi pokok kelipatan dan faktor bilangan pada kelas IV Semester I MI
Muhammadiyah Caruban Kecamatan Ringinarum Tahun Pelajaran 2014/2015. Data
yang diperoleh menunjukkan bahwa pada pra siklus nilai rata-rata kelas adalah 51,42,
pada siklus 1 meningkat lagi menjadi 72, dan pada siklus naik menjadi 79. Adapun
data ketuntasan klasikal pada siklus I senilai 28,57%, pada siklus 1 sebesar 71,43%,
dan meningkat kembali pada siklus II menjadi 88,57%.
C. Kerangka Teoritis
Penelitian tindakan ini dilakukan dengan tujuan melaksanakan sejumlah
tindakan yang terangkum dalam beberapa siklus untuk merubah kondisi awal yang
berupa hasil belajar Matematika yang rendah menjadi lebih meningkat. Melalui model
pencapaian konsep dengan bantuan alat peraga diharapkan dapat meningkat dari
siklus satu dan siklus berikutnya secara kuantitas diharapkan akan mampu
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Matematika.
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas
adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu praktek pembelajaran di kelas (Arikunto, dkk, 2006).
Tindakan dalam penelitian ini adalah Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
dengan Bantuan Alat Peraga Dakon Bilangan pada Materi KPK dan FPB Kelas IV SDN
001 Petapahan Kecamatan Tapung.

Pada penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I terdiri dari tiga kali
pertemuan dan mengadakan tes formatif I. Sedangkan pada siklus II terdiri dari tiga kali
pertemuan dan mengadakan tes formatif II.
Menurut Arikunto (2006), model siklus dalam penelitian tindakan kelas mempunyai
empat komponen yaitu :
1. Perencanaan
Tahap ini peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan masalah
yang ada yaitu penerapan model pencapaian konsep dengan bantuan alat peraga dakon
bilangan. Untuk pelaksanaan tindakan, pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, lembar materi ajar, Lembar Kerja Siswa (LKS),
alat peraga dakon bilangan, merencanakan tes hasil belajar dan mempersiapkan
lembar pengamatan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari perencanaan. Kegiatan yang
dilakukan oleh guru atau peneliti adalah dalam upaya memperbaiki atau
meningkatkan mutu pembelajaran ke arah yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan
dilakukan pada proses pembelajaran secara terstruktur sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, memberikan lembar materi ajar dan LKS.
3. Pengamatan (Observasi)
Dalam tahap ini yang bertindak sebagai pengamat utama adalah guru, dan tidak
tertutup kemungkinan peneliti juga sekaligus mengamati jalannya tindakan.
Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas, interaksi dan kemajuan belajar siswa
selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan atau observasi dilakukan bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan bertujuan untuk mengamati apakah ada
hal-hal yang harus segera diperbaiki agar tindakan yang dilakukan mencapai tujuan
yang diinginkan.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah tindakan tiap siklus berakhir yang merupakan perenungan
bagi guru atau peneliti atas dampak dari proses pembelajaran yang dilakukan.
Kegiatan refleksi akan menimbulkan pertanyaan yang bisa dijadikan sebagai acuan
keberhasilan, misalnya apakah hasil belajar siswa sudah menunjukkan ketuntasan
secara individual serta bagaimana aktifitas dan interaksi siswa dalam proses
pembelajaran yang dilakukan. Hasil dari refleksi ini dapat dijadikan sebagai langkah
untuk merencanakan tindakan baru pada pelaksanaan pembelajaran selanjutnya.
Karena penelitian ini terdiri dari dua siklus, maka tahap ini bertujuan untuk mengkaji,
melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan. Kelemahan dan
kekurangan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SDN 001 Petapahan pada kelas IV. Waktu
penelitian pada tanggal 24 Agustus 2015 sampai dengan 12 November 2015 tepatnya
semester ganjil tahun pelajaran 2015/ 2016.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah kelas siswa IV semester I di SDN 001 Petapahan Kecamatan
Tapung Tahun pelajaran 2015/ 2016. Jumlah siswa kelas IV pada tahun ajaran ini adalah
25 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
D. Data Penelitian.
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat
dikumpulkan:
1. Data kuantitatif yaitu nilai hasil belajar siswa yang berupa angka-angka. Misalnya
mencari nilai rata-rata, persentase keberhasilan belajar, ketuntasan belajar.
2. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi
gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata
pelajaran matematika, pandangan atau sikap siswa terhadap model pencapaian konsep
dengan bantuan alat peraga dakon bilangan, aktivitas siswa mengikuti pelajaran,
perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar. Pada penelitian
ini data kualitatif yang digunakan yaitu lembar observasi aktivitas guru dan siswa,tes
hasil belajar, wawancara dan dokumentasi.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menyediakan perangkat
pembelajaran sebagai berikut : Silabus dan Sistem Penilaian, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
F. Teknik Pengumpulan Data
1) Teknik Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas siswa dan guru
selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan.
2) Teknik Tes
Teknik tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
dilaksanakan tindakan.
3) Angket
Angket merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh siswa tentang
suasana kelas dan pembelajaran menurut pendapat siswa dengan adanya penerapan
model pencapaian konsep dengan bantuan alat peraga dakon bilangan.
4) Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan guru
berkenaan dengan model pencapaian konsep dengan bantuan alat peraga dakon
bilangan.

5) Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi foto.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh melalui lembar pengamatan dan tes hasil belajar matematika
kemudian dianalisis. Teknik analisis data yang akan digunakan adalah analisis
deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan data tentang
penguasaan dan ketuntasan belajar matematika.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menerapkan model pencapaian konsep
dengan bantuan alat peraga dakon bilangan ini dilaksanakan melalui dua tahap yaitu :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, pertama peneliti mempersiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari
perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Perangkat pembelajaran
terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja
Siswa untuk setiap kali pertemuan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan
adalah lembar pengamatan, angket, naskah soal Ulangan Harian I dan II, serta
alternatif jawaban ulangan harian I dan II.
Kedua, peneliti menetapkan kelas IV SDN 001 Petapahan sebagai kelas tindakan.
Siswa kelas tersebut dikelompokkan ke dalam 5 kelompok yang beranggotakan 5
orang setiap kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari siswa dengan
kemampuan akademik dan jenis kelamin yang berbeda. Skor dasar ini kemudian
digunakan untuk menyusun kelompok pada siklus I. Selanjutnya pada siklus II skor
dasar siswa diperoleh dari nilai ulangan harian I
Ketiga, peneliti mengurutkan nilai ulangan siswa tersebut mulai dari nilai tertinggi
sampai yang terendah, kemudian dibagi menjadi 3 kelompok yaitu siswa yang
berkemampuan tinggi (skor teratas), siswa yang berkemampuan sedang dan siswa
yang berkemampuan rendah.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini dilaksanakan 8 kali pertemuan dengan 6
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan 2 kali Ulangan Harian. Selanjutnya
proses pembelajaran selama penelitian diuraikan sebagai berikut :
a. Siklus Pertama
1) Pertemuan Pertama (Senin, 2 November 2015)
Pada tahap awal guru memperkenalkan model pencapaian konsep
dengan bantuan alat peraga dakon bilangan dan teknis pelaksanaannya.
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama ini membahas tentang
kelipatan bilangan yang berpedoman pada RPP, dan LKS.
Melalui demonstrasi alat peraga dakon bilangan, guru memberikan
contoh bilangan kelipatan dan bukan bilangan kelipatan serta contoh bilangan
kelipatan lainnya.

Refleksi pertemuan pertama
Berdasarkan hasil pengamatan pada pertemuan pertama, aktivitas
dalam proses pembelajaran belum dapat terlaksana dengan semestinya. Guru
dalam menjelaskan langkah-langkah pembelajaran belum jelas sehingga tidak
dimengerti sepenuhnya oleh siswa. Pada pertemuan selanjutnya, guru akan
berusaha meningkatkan pengelolaan waktu dengan baik, memfokuskan
perhatian siswa sebelum memulai pelajaran, memotivasi siswa dan
mengingatkan siswa untuk bekerjasama dalam mengerjakan LKS dan
membaca buku matematika, memperhatikan penjelasan guru serta presentasi
kelompok lain.
2) Pertemuan Kedua ( Selasa, 3 November 2015)
Pada pertemuan kedua ini kegiatan pembelajaran membahas tentang
faktor bilangan yang berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dan LKS. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan membahas PR yang
diberikan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru menjelaskan secara
garis besar materi yang akan dipelajari dengan menggunakan alat peraga
dakon bilangan untuk mengetahui ciri dan konsep dari faktor bilangan dan
mengingatkan kembali
materi pembagian yang pernah dipelajari
sebeblumnya. Setelah itu guru membagikan LKS dan meminta siswa untuk
mengerjakannya dengan diskusi secara berkelompok. Guru mengingatkan
siswa untuk bekerjasama dalam mengerjakan LKS dengan sebaik-baiknya
selama 20 menit. Dalam mengerjakan LKS, siswa dapat menggunakan buku
matematika, bertanya pada teman dan guru mengenai hal yang tidak
dimengerti atau kurang jelas. Setiap kelompok sudah berusaha untuk
mengerjakan LKS sebaik-baiknya. Hal ini terlihat dari kerjasama siswa dalam
mencari faktor bilangan menggunakan dakon bilangan.
Pada akhir pembelajaran, guru meminta siswa mengumpulkan latihan
serta memberikan PR yang harus dikerjakan siswa di rumah, meyuruh siswa
membaca materi tentang kelipatan dan faktor persekutuan dua bilangan.
Refleksi pertemuan kedua
Berdasarkan hasil pengamatan pada pertemuan kedua, siswa sudah
banyak mulai bekerjasama dalam kelompok, hanya saja masih ada siswa yang
ribut dan main-main dalam kelompok. Untuk pertemuan selanjutnya, guru
akan berusaha meningkatkan pengelolaan waktu dan kelas dengan baik,
memotivasi siswa supaya menyelesaikan tugas pendahuluan secara mandiri
dan guru juga ingin pada pertemuan selanjutnya untuk menunjuk kelompok
yang harus presentasi di depan kelas secara bergilir.
3) Pertemuan Ketiga ( Rabu, 4 November 2015 )
Pada pertemuan ketiga materi yang dibahas yaitu kelipatan persekutuan
dua bilangan yang berpedoman pada RPP dan LKS. Pada kegiatan awal, guru
menyuruh siswa mengumpulkan PR dan membahas mengenai PR yang tidak

dimengerti, tapi tidak ada siswa yang memberi tanggapan. Guru menganggap
siswa sudah mengerti terhadap materi sebelumnya.
Selanjutnya guru menginformasikan materi yang akan dibahas dan
menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru dengan alat peraga dakon bilangan
yang telah disiapkan, mendemonstrasikan beberapa kelipatan persekutuan dua
bilangan, kemudian meminta siswa menyebutkan angka-angka kelipatan
bilangan 4 dan 5. Selanjutnya guru membagikan LKS kepada siswa untuk
dikerjakan secara berkelompok. Kemudian guru membimbing jalannya diskusi
dan menegaskan kesesuaian jawaban siswa kemudian guru membimbing siswa
menyimpulkan pelajaran. Sebagai aplikasi dari konsep yang dipelajari siswa,
guru memberikan latihan dan membimbing siswa meyelesaikan latihan
lanjutan tersebut. Siswa diberi kesempatan untuk menulis jawabannya di
depan kelas. Hasilnya sebagian besar siswa sudah bisa menggunakan dakon
bilangan untuk menyelesaikan soal kelipatan persekutuan dua bilangan.
Pada akhir pembelajaran, guru meminta siswa mengumpulkan latihan
serta memberikan PR yang harus dikerjakan siswa di rumah.
Refleksi pertemuan ketiga
Berdasarkan hasil pengamatan pada pertemuan ketiga, sebagian besar
kelompok sudah bekerjasama dengan baik dan sudah terlihat aktif dalam
mengerjakan LKS dan memberikan tanggapan pada saat presentasi kelompok.
Hanya saja kelemahannya guru masih sulit dalam mengelola kelas.
Jadi, untuk pertemuan selanjutnya guru mengingatkan siswa agar tertib,
tidak ribut, serius dalam mengerjakan LKS dan menanggapi presentasi. Guru
harus memberi arahan yang jelas kepada siswa dalam mempresentasikan agar
siswa tidak ragu dalam menjelaskan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
4) Pertemuan Keempat ( Kamis, 5 November 2015)
Pada pertemuan keempat ini, guru melaksanakan ulangan harian I
dengan memberikan tes hasil belajar pada sub pokok bahasan kelipatan dan
faktor bilangan. Tes dilaksanakan selama 60 menit, soal terdiri dari 6 soal
sesuai dengan indikator yang telah disediakan oleh guru.
b. Refleksi Siklus Pertama
Berdasarkan lembar pengamatan, ditemukan bahwa;
1) Pada pertemuan pertama guru kurang jelas dalam menyampaikan tata cara
pelaksanaan pembelajaran.
2) Pada saat mengerjakan LKS, siswa belum serius karena belum terbiasa dan
belum dapat berdiskusi dengan baik dalam kelompoknya.
3) Pengawasan guru kurang merata, guru cenderung berada didepan kelas
sehingga siswa yang lain merasa tidak diperhatikan.
4) Guru tidak meminta setiap siswa membaca petunjuk yang ada pada LKS,
sehingga siswa merasa kebingungan apa yang harus mereka kerjakan.
5) Dalam menggunakan dakon bilangan, pengawasan guru masih kurang

6) Penggunaan waktu belum efektif, karena guru harus mengulang kembali
materi tentang faktor bilangan pada pertemuan ketiga.
Berdasarkan refleksi siklus I peneliti menyusun rencana perbaikan sebagai
berikut.
1) Menyampaikan tujuan dan tata cara pelaksanaan pembelajaran dengan lebih
jelas
2) Memantau dan memberikan bimbingan yang lebih merata kesemua kelompok.
3) Memberikan penjelasan betapa pentingnya kerjasama dalam kelompok
sehingga dalam menyelesaikan suatu permasalahan siswa dapat lebih kreatif
dan tidak hanya mengandalkan guru.
4) Lebih meningkatkan pengawasan guru saat menggunakan dakon bilangan
sehingga siswa bisa serius dan aktif dalam kelompoknya.
5) Mengatur waktu seefektif mungkin agar pelaksanan pembelajaran berikutnya
dapat berjalan dengan baik.
c. Siklus Kedua
Untuk siklus kedua dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dan satu kali
ulangan harian. Pada siklus kedua ini peneliti masih tetap menerapkan langkahlangkah pembelajaran pada siklus pertama.
1)

Pertemuan Kelima ( Senin, 9 November 2015)
Pada pertemuan ini terjadi perubahan kelompok baru yang disusun
berdasarkan hasil ulangan harian I. Ada beberapa siswa merasa keberatan
dengan perubahan kelompok karena mereka sudah merasa cocok dengan
kelompoknya.
Pertemuan kelima ini kegiatan pembelajaran membahas tentang faktor
persekutuan dua bilangan yang berpedoman pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dan LKS. Guru menjelaskan materi secara garis besar dengan
memberikan contoh faktor bilangan. Kemudian menentukan faktor
persekutuan bilangannya. Kemudian guru membagikan LKS kepada masingmasing siswa, Siswa dapat bekerja sama mengungkapkan pengetahuan mereka
dan saling bertukar pikiran sesama anggota kelompok.
Setelah itu guru meminta perwakilan kelompok I, II, III, IV, dan V
untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka dan meminta kelompok lain
untuk memperhatikan dan memberi tanggapan. Guru membimbing jalannya
diskusi dan menegaskan kesesuaian jawaban siswa.
Pada akhir pembelajaran, guru meminta siswa mengumpulkan latihan
dan LKS serta memberikan PR yang harus dikerjakan siswa di rumah dan
meyuruh siswa membaca materi tentang kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
dari dua bilangan.

Refleksi pertemuan kelima
Berdasarkan hasil pengamatan pada pertemuan kelima, sebagian besar
kelompok sudah bekerjasama dengan baik dan sudah terlihat aktif dalam
mengerjakan LKS dan memberikan tanggapan pada saat presentasi kelompok.
Hanya saja siswa kesulitan dalam menggunakan dakon bilangan untuk mencari
faktor bilangan yang ada pada LKS.
Pada pertemuan selanjutnya, guru meminta siswa untuk duduk pada
kelompoknya masing-masing sebelum pembelajaran dimulai untuk
mengurangi keributan dan pemborosan waktu serta memotivasi siswa agar
bertanya mengenai pelajaran yang tidak dimengerti dan memperhatikan
kelompok yang sedang presentasi.
2) Pertemuan Keenam ( Selasa, 10 November 2015)
Guru mengawali dengan menanyakan PR yang kurang dimengerti oleh
siswa, tetapi tidak ada siswa yang bertanya karena semua soal telah dapat
diselesaikan. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai berpedoman pada RPP dan LKS.
Guru mengungkapkan pengetahuan awal siswa dengan mengajukan
pertanyaan tentang kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan.
Dengan alat peraga dakon bilangan yang telah disiapkan, guru
mendemonstrasikan ciri dan konsep kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari
dua bilangan. Setelah itu guru memberikan pertanyaan kepada siswa apakah
12 termasuk kelipatan persekutuan terkecil dari 3 dan 4 ?. Siswa berusaha
menjawab dan mulai aktif dalam mengungkapkan pengetahuan yang baru saja
mereka peroleh dari peragaan guru. Kemudian guru melanjutkan memberi
pertanyaan apakah 24 termasuk kelipatan persekutuan terkecil dari 6 dan 8 ?.
Beberapa siswa ada yang bisa menjawab, kemudian guru membenarkan
jawaban siswa tersebut.
Selanjutnya guru membagikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan
secara berkelompok, guru mengingatkan siswa bekerjasama dalam
mengerjakan LKS dan menyuruh siswa mengerjakan dengan sebaik-baiknya
karena waktu yang diberikan terbatas yaitu  20 menit. Dalam membahas
LKS, setiap kelompok sudah berusaha untuk mengerjakan LKS sebaikbaiknya. Hal ini terlihat dari kerjasama siswa mengerjakan LKS. Mereka
membagi tugas kepada teman sekelompok untuk mencari kelipatan bilangan,
kelipatan persekutuan dan kelipatan persekutuan terkecil dua bilangan.
Selama siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling mengamati kerja
setiap kelompok dan memberikan bimbingan/bantuan pada kelompok yang
mengalami kesulitan. Ada beberapa kelompok yang masih kesulitan dalam
menemukan kelipatan persekutuan dua bilangan. Guru memberikan arahan
pada siswa, agar kelompok bersama-sama membahas kesulitan yang ada
dengan bantuan matematika.

Guru meminta perwakilan kelompok I, II, III, IV dan V untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka dan meminta kelompok lain
memperhatikan dan memberi tanggapan. Pada saat presentasi, kelompok yang
ditunjuk sudah berusaha mempresentasikan hasil diskusi mereka dengan baik,
sedangkan kelompok lain memperhatikan dan memberi tanggapan atas hasil
diskusi kelompok yang tampil. Guru membimbing jalannya diskusi dan
menegaskan kebenaran jawaban siswa seperti: angka kelipatan persekutuan
terkecil dari 5 dan 7 adalah 35 dan angka kelipatan persekutuan terkecil dari 6
dan 8 adalah 24.
Kemudian guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran, bahwa
untuk mencari kelipatan persekutuan terkecil dua bilangan kita harus mecari
kelipatan persekutuan yang angkanya paling kecil. Sebagai aplikasi dari
konsep yang dipelajari siswa, guru memberikan latihan dan membimbing
siswa meyelesaikan latihan tersebut.
Pada akhir pembelajaran, guru meminta siswa mengumpulkan latihan
dan LKS serta memberikan PR yang harus dikerjakan siswa di rumah dan
meyuruh siswa membaca materi tentang faktor persekutuan terbesar (FPB)
dari dua bilangan.
Refleksi pertemuan keenam
Berdasarkan hasil pengamatan pada pertemuan keenam ini, secara
keseluruhan proses pembelajaran sudah baik. Sebagian besar siswa sudah
mulai bekerjasama dalam kelompok, hanya saja guru perlu menjelaskan
kembali materi kelipatan bilangan.
3)

Pertemuan Ketujuh ( Rabu, 11 November 2015)
Pada pertemuan ketujuh materi yang dibahas yaitu faktor persekutuan
terbesar (FPB) dari dua bilangan yang berpedoman pada RPP-6 dan LKS-6.
Pada kegiatan awal, guru menyuruh siswa mengumpulkan PR dan membahas
mengenai PR yang tidak dimengerti.
Selanjutnya guru mendemonstrasikan bagaimana memperoleh faktor
persekutuan terbesar dua bilangan. Guru menjelaskan dengan menggunakan
dakon bilangan yaitu menentukan faktor bilangannya dulu dengan meletakkan
kancing baju yang warnanya berbeda untuk mewakili bilangan yang ingin di
cari faktor persekutuannya ke dalam lubang dakon sesuai faktor bilangan
tersebut. Kemudian mencari faktor persekutuan dua bilangan tersebut dengan
melihat lubang dakon yang memiliki 2 kancing baju yang berbeda warnanya.
Maka akan didapat faktor persekutuannya dan ambil angka yang paling besar.
Terlihat siswa antusias memperhatikan dan mendengar penjelasan guru.
Setelah itu guru membagikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan
secara berkelompok, guru mengingatkan siswa untuk bekerjasama dalam
mengerjakan LKS dengan sebaik-baiknya karena waktu yang diberikan

terbatas yaitu  20 menit. Dalam mengerjakan LKS, setiap kelompok sudah
berusaha untuk mengerjakan LKS sebaik-baiknya. Hal ini terlihat dari
kerjasama siswa mengerjakan LKS. Selama siswa bekerja dalam kelompok,
guru berkeliling mengamati kerja setiap kelompok dan memberikan bantuan
pada kelompok yang mengalami kesulitan.
Sebagai aplikasi dari konsep yang dipelajari siswa, guru memberikan
latihan dan membimbing siswa meyelesaikan latihan tersebut. Guru memberi
kesempatan bertanya kepada siswa mengenai pelajaran yang tidak mengerti.
Pada akhir pembelajaran, guru meminta siswa mengumpulkan latihan
dan LKS serta memberikan PR yang harus dikerjakan siswa di rumah.
Selanjutnya guru memotivasi siwa untuk mempelajari seluruh faktor
persekutuan, kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan
terbesar (FPB) dari dua bilangan yang telah diajarkan untuk mengahadapi
ulangan harian pada pertemuan selanjutnya yang dilaksanakan pada hari
Kamis tanggal 12 November 2015.
Refleksi pertemuan ketujuh
Berdasarkan hasil pengamatan pada pertemuan keenam, secara
keseluruhan proses pembelajaran sudah baik, siswa sudah mulai terbiasa
dengan model dan alat peraga yang dilaksanakan.
4)

Pertemuan Kedelapan ( Kamis, 12 November 2015)
Pada pertemuan kedelapan ini guru memberikan ulangan harian II
dengan memberikan tes hasil belajar pada materi faktor persekutuan dua
bilangan, kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan dan faktor
persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan.
Setelah ulangan selesai, guru memberikan angket (lampiran P2) yang
harus diisi oleh siswa selama 10 menit. Kemudian guru mengumpulkan angket
yang telah diisi oleh siswa. Pada 10 menit terakhir guru menyampaikan
kepada siswa bahwa pelaksanaan model pencapaian konsep dengan bantuan
alat peraga dakon bilangan telah selesai.

d. Refleksi Siklus Kedua
Pelaksanaan tindakan untuk siklus kedua sudah lebih baik dari siklus pertama,
meskipun ada ketidaktepatan dalam memanfaatkan alokasi waktu yang telah
direncanakan sebelumnya. Siswa pada umumnya sudah mengerti dan terbiasa
dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga tidak terlalu sulit lagi
mengarahkan siswa. Dari refleksi siklus kedua ini peneliti tidak melakukan
perencanaan untuk siklus selanjutnya karena pada penelitian ini hanya dilakukan
sebanyak dua siklus.
B. Analisis Hasil Tindakan
1. Aktivitas dan Interaksi Siswa dan Guru serta Kemajuan Belajar Siswa
Untuk mengetahui aktivitas dan interaksi siswa dan guru serta kemajuan
belajar siswa dengan model pencapaian konsep dengan bantuan alat peraga dakon

bilangan dilakukan pengamatan terhadap aktivitas dan interaksi siswa dan guru serta
kemajuan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung.
Pertemuan pertama, dari hasil pengamatan aktivitas dan interaksi siswa dan
guru diperoleh bahwa guru dalam menjelaskan langkah-langkah pembelajaran belum
jelas. Dalam memberikan bimbingan guru cenderung berada didepan kelas. Masih ada
beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Diskusi tidak berjalan
dengan lancar karena masing-masing siswa belum dapat bekerjasama dalam
kelompoknya. Dari hasil pengamatan pada lampiran G1 pengamat menyarankan agar
guru lebih jelas dalam menyampaikan tujuan dan tata cara pelaksanaan pembelajaran.
Pertemuan kedua, dari hasil pengamatan aktivitas dan interaksi siswa dan guru
terlihat siswa mau mendengar penjelasan guru dengan baik namun masih ada
beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru. Pertemuan ketiga, dari hasil
pengamatan aktivitas dan interaksi siswa dan guru, siswa mau mendengar penjelasan
guru dan bisa menerima pelajaran dengan baik. Pertemuan keempat, dari hasil
pengamatan (lampiran G4) aktivitas dan interaksi siswa dan guru, siswa mau
mendengar penjelasan guru dan bisa menerima pelajaran dengan baik. Pertemuan
kelima, berdasarkan hasil pengamatan yang berpedoman pada lembar pengamatan
(lampiran G5) terlihat aktivitas siswa dalam kelompok sangat baik, masing-masing
siswa mau berusaha untuk berfikir terlebih dahulu, mendiskusikan soal dengan
kelompoknya dan jika ada yang benar-benar mereka tidak mengerti baru bertanya
pada guru. Siswa dengan semangat mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas.
Pertemuan keenam, terlihat aktivitas guru dalam menerapkan model pencapaian
konsep dengan bantuan alat peraga dakon bilangan telah terlaksana dengan baik.
Berdasarkan lembar hasil pengamatan diatas diperoleh rata-rata aktivitas guru
dan siswa yang disajikan pada tabel berikut.
Tebel 7
Kri

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62