PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA Buku siswa

PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA
MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU : DRS. YUSRAN ADENIN, MA

OLEH
MUKHLISA

PRODI / SEMESTER : PAI - IV A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2017

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkat atas kehadirat Allah yang maha
Esa atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

Makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan
terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada bapak dosen Drs.
Yusran Adenin, MA

mata kuliah Psikologi Pendidikan

yang telah

memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi
kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya
mengenai “Perkembangan Kognitif Siswa ” sehingga dengan ini kami dapat
menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
penulis

dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal


mungkin. Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya makalah ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari
sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.

1

Tanjung Pura, 7Juni 2017

Penyusun

Mukhlisa

DAFTAR IS


2

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Perkembangan Kognitif Siswa......................................................................2
B. Arti penting Perkembangan Kognitif Bagi Proses Belajar Siswa.................6
C. Faedah Pengembangan Ranah Kognitif Siswa.............................................7
BAB III...................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12


3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta
didik yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, dan sangat menetukan
keberhasilan mereka di sekolah. Guru dan mahasiswa calon guru khususnya
sebagai tenaga pendidik yang bertanggung jawab melaksanakan interaksi
edukasional di dalam kelas, perlu memahami hal yang berkaitan dengan
perkembangan kognitif. Karena dengan bekal tersebut dapat membantu guru
dalam melaksanakn proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif
peserta didik.

Perkembangan kognitif peserta didik merupakan suatu hal yang penting
diketahui oleh tenaga pendidik sehingga pembelajaran yang disuguhkan penuh
dengan makna. Hal ini mempengaruhi cara pendekatan dan proses pendidikan
yang diberikan. Semakin banyak tenaga pendidik mempelajari perkembangan
peserta didik, semakain banyak dipahami tentang cara yang tepat untuk kegiatan
pembelajaran peserta didik.


Proses perkembangan anak dapat dilihat dari perkembangan kognitif,
bahasa, dan emosionalnya. Namun, kajian dalam makalah ini hanya menekankan
pada aspek kognitif saja. Jika hal ini terabaikan oleh pendidik maka kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan tidak akan memberikan makna dalam
perkembangan peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan kognitif siswa?

2. Bagaimana arti penting perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa ?

1

3. Bagaimana faedah perkembangan ranah kognitif siswa?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perkembangan kognitif siswa

2. Untuk mengetahui arti penting perkembangan kognitif bagi proses belajar

siswa.

3. Untuk mengetahui faedah perkembangan ranah kognitif siswa

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Kognitif Siswa
Istilah “cognitive” berasal dari cognition yang padanannya knowing,
berarti mengetahui. Dalam arti luas, ialah perolehan, penataan dan penggunaan
pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer,
sebagai salah satu wilayah atau ranah psikologis manusia yang meliputi tingkah
laku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan,dan keyakinan.

Sebagian besar psikolog terutama kognitivis beryakinan bahwa proses
perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir.Bekal dan
modal dasar perkembangan manusia, yakni kapasitas mator dan kapasitas sensori
ternyata sampai batas tertentu, juga dipengaruhi oleh ranah kognitif. Menurut ahli
psikologis kognitif, pandayagunaan kapasitas ranah kognitifmanusia sudah mulai
berjalan sejak manusia itu mulai mendayagunakan kapasitas motor dan

sensorinya.

2

Seorang pakar terkemuka dalam di siplin psikologi kognitif dan psikologi
anak , Jean Piaget mengklasifisikanperkembangan kognitif anak menjadi empat
tahapan : 1

1. Tahap sensori motor

Selama perkembangan dalam periode sensori motor yang berlangsung
anak lahir sampai usia 2 tahun, inteligensi yang dimiliki anak tersebut masih
berbentuk primitif dalam arti masih didasarkan pada prilaku terbuka.
Inteligensi sensori motor dipandang sebagai inteligensi praktis yang berfaidah
bagi anak yang berusia 0-2 tahun untuk belajar berbuat terhadap
lingkungannya sebelum ia mampu berfikir mengenai hal yang sedang ia
perbuat. Anak pada periode ini belajar cara mengikuti dunia kebendaan secara
praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu dalam memahami hal yang
sedang ia perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan.


Ketika

bayi

mengasimilasikanskema

berinteraksi
sensori

dengan
motor

linkungannya,
sekedemian

rupa

ia

akan

dengan

mengarahkankemampuan akomodasi yang ia miliki hingga mencapai
ekulibrium yang memuaskan kebutuhannya. Proses asamilasi dan akomodasi
dalam mencapai ekulibrium seperti diatas selalu dilakukan bayi, baik ketika ia
hendak memenuhi dorongan lapar dan dahaganya maupun ketika bermain
dengan benda-benda mainan yang ada disekitarnya.

2. Tahap pra-operasional

Periode perkembangan kognitif pra-operasional terjadi pada diri anak
ketika berumur 2 sampai 7 tahun. Perkembangan ini bermula pada saat anak
telah memiliki penguasaan sempurna menjadi object permanence. Artinya,
anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap “eksisnya” suatu benda
yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan,
1

M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1986),hlm, 78

3


atau sudah tak dilihat dan tak didengar lagi. Jadi eksistensi dari benda tersebut
berbeda dengan periode sensori motor, tidak lagi bergantung dengan
pengamatannya belaka.2

Perolehan kemampuan berupa kesadaran terhadap eksistensi object
permanence (ketetapan adanya benda) adalah hasil dari munculnya kapasitas
kognitif baru yang disebut representation atau mental representation
(gambaran mental). Secara singkat representasi adalah sesuatu yang mewakili
atau menjadi symbol atau wujud sesuatu yang lainnya. Representasi mental
merupakan bagian penting dari skema kognitif yang memungkinkan anak
berfikir dan menyimpulkan eksistensi sebuah benda atau kejadian tertentu
walaupun benda atau kejadian itu berada diluar pandangan, pendengaran, atau
jangkauan tangannya.

Representasi mental juga memungkinkan anak untuk mengembangkan
deferred-imitation (peniruan yang tertunda) yakni kapasitas meniri prilaku
orang lain yang sebelumnya pernah ia lihat untuk merespon lingkungan.
Seiring dengan munculnya kapasitas deferred-imitation, muncul pula gejala
insight-learning, yaitu gejala belajar berdasarkan tilikan akal. Dalam hal ini,

anak mampu melihat situasi problematic, yakni memahami bahwa sebuah
keadaan mengandung masalah, lalu berfikir sesaat.

Dalam

periode

perkembangan

pra-operasional,

disamping

di

perolehnya kapasitas-kapasitas seperti tersebut di atas, yang juga sangat
penting ialah di perolehnya kemampuan berbahasa. Dalam periode ini anak
mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula
mengekpresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.

Hal lain yang sehubungan dengan penggunaan skema kognitif anak
yang masih terbatas itu ialah bahwa pengamatan dan pemahaman anak
2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2015) hlm,
67

4

terhadap situasi linkungan yang ia tanggapi sangat di pengaruhi oleh watak
egocentrism (egosentrisme). Maksudnya anak tersebut belum bisa memahami
pandangan-pandangan orang lain yang berbeda dengan pandangan sendiri.
Gejala egosentrisme ini di sebabkan oleh masih terbatasnya conservation
(Konservasi/pengekalan) yaitu operasi kognitif yang berhubungan dengan
pemahaman anak terhadap aspek dan dimensi kuantitatif materi lingkungan
yang ia respons.3

Sebagai catatan akhir untuk uraian periode pra-operasional ini, patut
penyusun tegaskan bahwa kemampuan-kemampuan skema kognitif anak
dalam rentang usia 2-7 tahun memang masih sangat terbatas. Namun,
demikian, secara kualitatif,fenomena prilaku-prilaku ranah cipta, seperti yang
penyusun paparkan di atas, jelas sudah sangat berbeda dengan kemampuan
intelegansi sensori motor yang dimiliki anak ketika berusia 0-2 tahun.

3. Tahap Konkret-operasional

Dalam inteligensi operasional anak yang sedang berada pada tahap
konkret-operasional terdapat system operasi kognitif yang meliputi :
conservation, addition of classes, multiplication of classes.

Conservation (konservasi/pengekalan) adalah kemampuan anak dalam
memahami dalam aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume dan jumlah.
Anak yang mampu mengenali sifat kuantitatif sebuah benda akan tahu bahwa
sifat kuantitaf benda tersebut tidak akan berubah secara sembarangan.

Addition of classes (penambahan golongan benda) yakni kemampuan
anak dalam memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda
yang di anggap berkelas lebih rendah .Di sampind itu , kemampuan ini juga

3 Ibid, hlm, 68-69

5

meliputi kecakapan untuk memilah-milah benda-benda yang tergabung dalam
sebuah yang berkelas tinggi menjadi benda-benda yang berkelas rendah.

Multiplication of classes (pelipatgandaan golongan benda) yakni
kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahankan
dimensi-dimensi benda (seperti warna bunga dan tipe bunga) untuk
membentuk gabungan golongan benda (seperti mawar putih mawar merah
dan seterusnya). Selain itu, kemampuan ini juga meliputi memahami cara
sebaliknya.4

Berdasarkan hasil ekprimen dan observasinya, Piaget menyimpulkan
bahwa pemahaman terhadap aspek kuantitaf materi,pemahaman terhadap
penggolongan benda, dan pemahaman terhadap pelipatgandaan benda
merupakan cirri khas perkembangan kognitif anak berusia 7-11 tahun.
Perolehan pemahaman tersebut diiringi dengan banyak berkurangnya
egosentrisme anak. Artinya anak sudah mulai memiliki kemampuan
mengkoordinasikan pandangan-pandangan orang lain dengan pandangannya
sendiri, dan memiliki persepsi positif bahwa pandangannya hanyalah salah
satu dari sekian banyak pandangan orang. Jadi, pada dasarnya perkembangan
kognitif anak tersebut di tinjau dari sudut

karakteristiknya sudah sama

dengan kemampuan kognitif orang dewasa.

Namun demikian, masih ada keterbatasan-keterbatasan kapasitas anak
dalam mengkoordinasikan pemikirannya. Anak-anak dalam rentang usia 7-11
tahun baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwaperistiwa yang konkret. Inilah yang menjadi alasan perkembangan kognitif
anak pada usia 7-11 tahun tersebut dinamakan tahap konkret operasional.

4. Tahap Formal-operasional

4 Ibid, hlm, 70

6

Dalam tahap perkembangan Formal- operasional, anak yang sudah
menjelang atau yang sudah menginjak usia remaja, yakni 11-15 tahun akan
dapat mengatasi masalah keterbatasan pemikiran konkret operasional. Tahap
perkembangan kognitif terakhir yang menghapus keterbatasan-keterbatasan
tersebut sesungguhnya tidak hanya berlaku bagi remaja dan bahkan orang
dewasa yang berusia lebih tua. 5

Dalam tahap perkembangan terakhir ini seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua
ragam kemampuan kognitif, yaaitu : kapasitas menggunakan hipotesis dan
kapasitas

menggunakan

prinsip-prinsip

abstrak.

Dengan

kapasitas

menggunakan hipotesis (anggapan Dasar), seorang remaja akan mampu
berfikir hipotesis , yakni berfikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal
pemecahan masalahdengan menggunakan anggapan dasar yang relefan
dengan lingkungan yang ia respon. Sementara itu , dengan kapasitas
menggunakan prinsip-prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu
mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak.

B. Arti penting Perkembangan Kognitif Bagi Proses Belajar Siswa
Tanpa ranah kognitif, sulit di bayangkan seorang siswa dapat berfikir.
Selanjutnya, tanpa kemampuan berfikir mustahil siswa tersebut dapat dapat
memahami dan meyakini faidah-faidah materi pelajaran yang disajikan
kepadanya. Tanpa berfikir juga sulit bagi siswa untuk mengangkat pesan-pesan
moral yang terkandung dalam materi pelajaranyang ia ikuti.Walaupun demikian,
tidak berarti fungsi afektif dan psikomotor seorang siswa tidak perlu. Kedua
fungsi psikologis siswa ini juga penting, tetapi seyogyanya cukup dipandang
sebagai buah-buah keberhasilan atau kegagalan perkembangan dan aktifitas fungsi
kognitif.

Program pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu
memberikan dukungan yang besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas5 Ibid, hlm, 72

7

tugas perkembangan mereka. Sehubungan dengan ini, setiap guru sekolah
selayaknya memahami seluruh proses dan tugas perkembangan manusia,
khususnya yang berkaitan dengan masa prayuwana dan yuwana, yakni anak-anak
dan remaja yang duduk di sekolah dasar dan menengah. Pengetahuan mengenai
proses perkembangan dengan segala aspeknya sangat banyak manfaatnya.

Salah satu kesulitan pokok yang dialami para guru dalam semua jenjang
pendidikan adalah menghayati makna yang dalam mengenai hubungan
perkembangan khususnya ranah kognitif dengan proses belajar-mengajar yang
menjadi tanggung jawabnya.

Ranah psikologi siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah
kejiwaan yang berkedudukan dalam otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif
adalah sumber sekaligus pengendali ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif
(rasa) dan ranah psikomotor (karsa).6

Demikian

pula

halnya

orang

yang

menyalahgunakan

kelebihan

kemampuan otak untuk memuaskan hawa nafsu, dengan mempertuhan hawa
nafsunya, martabat orang tersebut tidak lebih dari martabat hewan atau mungkin
lebih rendah lagi. Kelompok orang yang bermartabat rendah ini dilukiskan dalam
surat Al-Furqan : 44, yang artinya : “Atau apakah kamu mengira bahwa
kebanyakan mereka mendengar atau memahami. Meereka itu, tidak lain hanyalah
seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya.”

Selain itu, orang yang memiliki kelebihan pengetahuan yang sudah tentu
karena kelebihan kemampuan otak, apabila tidak disertai dengan iman mungkin
pula akan memanipulasi kebenaran dari Allah yang semestinya dipertahankan.
Orang-orang seperti ini dikecam oleh Allah dalam surat Al-Baqarah : 75, yang
artinya : “Apakah engkau masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu,

6

M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1986),hlm, 88

8

padahal seglongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka
mengubahnya setelah mereka memahaminya sedang mereka mengetahui.”

Itulah sebabnya, pendidikan dan pengajaran perlu diupayakan sedemikian
rupa agar ranah kognitif para siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung
jawab dalam arti tidak menimbulkan nafsu serakah dan kedustaan yang tidak
hanya akan merugikan dirinya sendiri saja, tetapi juga merugikan orang lain.

C. Faedah Pengembangan Ranah Kognitif Siswa
Diatas sudah penulis paparkan kelebihan – kelebihan fungsi ranah kognitif
, khususnya bagi siswa yang sedang belajar mengembangakan seluruh potensi
psikologinya , baik yang berdimensi afektif maupun psikomotor. Oleh karenanya ,
upaya perkembangan kognitif siswa secara terarah, baik oleh orang tua maupun
oleh guru , sangat penting. Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan
berdampak fositif bukan hanya terhadp ranah afektif dan psikomotor seperti yanga
akan penulis uraikan lebih lanjut.

1. Mengembangkan Kecakapan Kognitif

Upaya pengembangan kognitif siswa secara terarah baik oleh orang tua
maupun oleh guru, sangat penting. Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif
akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kognitif sendiri, melainkan
juga terhadap ranah afektif dan psiko-motor.

Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat perlu
dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni :7

a.

Strategi belajar memahami isi materi pelajaran.

b.

Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta
menyerap pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.
7 Sumadi Suryabrata, Psikologi pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2002)hlm, 61
9

Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, sepertinya siswa
sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotornya
sendiri.

Strategi adalah sebuah istilah popular dalam psikologi kognitif, yang
berarti prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan alokasi
upaya yang bersifat kognitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan-pilihan kognitif
atau pilihan-pilihan kebiasaan belajar siswa. Pilihan kebiasaan belajar ini secara
garis besar terdiri dari :

a.

Menghafal prinsip yang terkandung dalam materi.

b.

Mengaplikasikan prinsip materi.

Preferensi kognitif yang pertama pada umumnya timbul karena dorongan
luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya
sebagai alat pencegah ketidaklulusan atau ketidaknaikkan. Menurut Dart and
Clarke (1990), aspirasi yang dimilikinya bukan ingin menguasai materi secara
mendalam, melainkan sekedar asal lulus atau naik kelas semata. Preferensi yang
kedua biasanya timbul karena dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motif
instrinsik), dalam arti siswa tersebut memang tertarik dan membutuhkan materi
pelajaran yang disajikan gurunya. Siswa ini lebih memusatkan perhatiannya untuk
benar-benar memahami dan juga memikirkan cara menerapkannya (Good and
Brophy, 1990). Untuk mencapai aspirasi, ia memotivasi diri sendiri untuk
memusatkan

perhatiannya

kepada

aspek

signifikansi

materi

dan

mengaplikasikannya dalam arti menghubungkannya dengan materi-materi lain
yang relevan.

Jadi, mengaplikasikan materi tidak selalu berarti dalam bentuk
pelaksanaan dalam kehidupan nyata di luar sekolah, meskipun memang ada

10

beberapa jenis materi yang memerlukan atau dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.8

Tugas guru dalam hal ini ialah menggunakan pendekatan mengajar yang
memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi kepada
pemahaman yang mendalam terhadap isi materi pelajaran.guru diharapkan mampu
menjauhkan para siswa dari strategi dan preferensi akal yang hanya mengarah ke
aspirasi asal naik atau lulus. Guru juga diharapkan mampu menjelaskan nilai
moral yang terkandung dalam materi yang ia ajarkan, sehingga keyakinan para
siswa terhadap faedah materi tersebut semakin tebal dan pada gilirannya kelak ia
akan mengembangkan dan mengaplikasikannya dalam situasi yang relevan.

Guru juga dituntut untuk mengembangkan kecakapan kognitif para siswa dalam
memecahkan masalah dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dan
keyakinan terhadap pesan moral atau nilai yang terkandung dan menyatu dalam
pengetahuannya.

2. Mengembangkan Kecakapan Afektif

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya membuahkan
kecakapan kognitif , tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif.
Pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi pelajaran yang disajikan
guru serta preferensi kognitif yang mementingkan aplikasi prinsip-prinsip akan
meningkatkan kecakapan ranah afektif para siswa. Peningkatan ranah afektif ini
antara lain, berupa kesadaran diri yang mantap.

Dampak positif lainnya ialah dimilikinya sikap mental yang lebih tegas
dan lugas sesuai dengan tuntunan yang telah ia pahami dan yakini secara
8 Ibid, hlm, 62

11

mendalam. Sebagai contoh, apabila seorang siswa diajak temannya untuk berbuat
yang tidak baik, ia akan serta merta menolak dan bahkan berusaha mencegah
perbuatan itu dengan segenap daya dan upaya nya.

3. Mengembangkan Kecakapan Psikomotor

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif lainnya yaitu kecakapan ranah
psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan
mudah diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang
terbuka. Di samping itu, kecakapan psikomotor tidak terlepas dari kecakapan
kognitif, ia juga banyak terikat pada kecakapan afektif. Jadi, kecakapan
psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran
serta sikap meltalnya.9

Salah satu contoh bahwa kecakapan kognitif berpengaruh besar terhadap
berkembangnya kecakapan psikomotor. Para siswa yang berprestasi baik (dalam
arti yang luas dan ideal) dalam bidang pelajaran agama misalnya sudah tentu akan
lebih rajin beribadah shalat, puasa, dan mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan
member pertolongan atau bantuan kepada orang yang memerlukan. Karena ia
merasa member bantuan adalah kebajikan (afektif), sedangkan perasaan yang
berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dari pemahaman yang mendalam
terhadap materi pelajaran agama yang ia terima dari gurunya (kognitif).

Dapat ditarik kesimpulan, bahwa upaya guru dalam mengembangkan
keterampilan ranah kognitif para siswanya merupakan hal yang sangat penting
jika guru tersebut menginginkan siswanya aktif mengembangkan sendiri
keterampilan ranah psikologis lainnya.

9 Bimo Walgito, Psikologi Umum, ( Jakarta : Rieneka Cipta, 2003)hlm, 86

12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ranah psikologi siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan
yang berkedudukan dalam otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif adalah
sumber sekaligus pengendali ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif
(rasa) dan ranah psikomotor (karsa).

2. Perkembangan kognitif dalam belajar siswa sangat penting karna tanpa ranah
kognitif, sulit di bayangkan seorang siswa dapat berfikir. Selanjutnya, tanpa
kemampuan berfikir mustahil siswa tersebut dapat dapat memahami dan
meyakini faidah-faidah materi pelajaran yang disajikan kepadanya.

3. Diantara

faedah

dari

perkembangan

kognitif

anak

adalah

untuk

mengembangakan kecakapan kognitif siswa, mengembangakan kecakapan
afektif siswa dan mengembangakan kecakapan psikomotor siswa.

B. Saran
Sebagai mahasiswa dan calon pendidik, kita wajib mengetahui apa itu
perkembangan kognitif, apa arti penting perkembangan kognitif bagi proses
belajar siswa, dan bagaimana sifat anak dalam perkembangan. Karena itu semua
sebagai salah satu acuan pendidik dalam menjalankan proses belajar mengajar dan
acuan pendidik untuk berhasil dalam proses belajar mengajar.

13

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, M.Ngalim. 1986.Psikologi Pendidikan, Bandung: Remadja Karya.
Syah, Muhibin. 2015.Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi . 2002.Psikologi pendidikan,Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Walgito, Bimo. 2003.Psikologi Umum. Jakarta : Rieneka Cipta.

14