HUBUNGAN SELF CONFIDENCE DAN PRESTASI BE

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN SELF CONFIDENCE DAN
PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA
SANTO THOMAS 1 MEDAN

Oleh :

FRANISA MEDILITA KETAREN
161301060
KELAS C

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
proposal ini tepat pada waktunya dengan judul “Hubungan antara Self Confidence

dengan Prestasi Belajar Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan”
Proposal ini berisikan informasi tentang hubungan antara self confidence
dengan prestasi belajar siswa. Dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metode Penelitian Kuantitatif oleh Dosen Pengampu. Dan diharapkan proposal ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang hubungan antara self
confidence dengan prestasi belajar siswa.
Saya menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu saya menerima kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
proposal ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir.

Medan, 8 Desember 2017

Penulis

2

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................. 3
BAB I....................................................................................................... 5
PENDAHULUAN....................................................................................... 5
2.2.

Latar Belakang...........................................................................5

2.3.

Rumusan Masalah......................................................................8

2.4.

Tujuan Penelitian........................................................................8

2.5.

Manfaat Penelitian.....................................................................8


2.5.1.

Manfaat Teoritis...................................................................8

2.5.2.

Manfaat Praktis....................................................................9

2.6.

Sistematika Penulisan................................................................9

BAB II.................................................................................................... 10
LANDASAN TEORI.................................................................................10
2.1. Remaja....................................................................................... 10
2.2.Prestasi Belajar........................................................................... 10
2.2.1.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar............................11
2.3.Self Confidence (Kepercayaan Diri).............................................13
2.3.1. Pengertian Percaya Diri........................................................13
2.3.2. Karakteristik Percaya diri.....................................................14

2.3.3. Proses Terbentuknya Rasa Percaya Diri................................16
2.3.4. Faktor-Faktor Pembentuk Percaya Diri..................................17
2.4.Hubungan antara Self Confidence dengan Prestasi Belajar Siswa
17
2.5.Hipotesa Penelitian.....................................................................19
BAB III................................................................................................... 20
METODE PENELITIAN............................................................................20
3.1. Metode Penelitian..........................................................................20
3.1. Identifikasi Variabel Penelitian...................................................20
3.2. Definisi Operasional Penelitian...................................................20
3.2.1. Self Confidence....................................................................20
3.2.2. Prestasi Belajar....................................................................21
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...................................................21
3

3.3.1. Populasi Penelitian...............................................................21
3.3.2. Sampel Penelitian................................................................21
3.4. Metode Pengumpulan Data........................................................22
3.5. Validitas dan Reliabilitas.............................................................22
3.5.1. Validitas...............................................................................22

3.5.2 Reliabilitas............................................................................. 23
3.6 Teknik Analisis Data....................................................................23
3.7. Prosedur Pelaksanaan Penelitian................................................23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................25

BAB I

4

PENDAHULUAN
2.2.

Latar Belakang
Remaja

merupakan

masa

dimana


proses

transisi

terjadi

yang

menjembatani masa kanak kanak menuju masa dewasa. Sebagian masa remaja
saat ini bukanlah pada diri mereka sendiri. Apa yang dibutuhkan oleh remaja
adalah akses terhadap berbagai kesempatan dan dukungan jangka panjang dari
orang dewasa yang mengasihi mereka. Masa pertumbuhan seorang anak menjadi
dewasa ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, psikologis, mental dan
emosional, sering di sebut dengan masa remaja.
Berdasarkan beberapa pendapat pada pembahasan terdahulu maka dapat
disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa
yang mengalami perubahan atau perkembangan memasuki masa dewasa yang
diantaranya mengalami perubahan kematangan mental, emosional, sosial, fisik,
dan ditandai dengan adanya rasa senang bergaul dan lebih mudah menyesuaikan

diri dengan teman sebaya yang mereka anggap sebagai lingkungan yang unik dan
nyaman untuk mengaktualisasikan diri dan mencari identitas bagi dirinya.
Fase usia remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan
seseorang. Menurut Yusuf (2009: 10) fase remaja meliputi remaja awal (usia 2-15
tahun), remaja madya (usia 15-18 tahun), dan remaja akhir (usia 19-22 tahun).
Sekolah Menengah Atas) merupakan jenjang pendidikan yang di tempuh oleh
remaja pada umumnya. Usia rata-rata remaja yang duduk di bangku SMA adalah
remaja yang berkisar antara 15-18 tahun. Pada penelitian ini yang digunakan
sebagai subjek penelitian adalah siswa SMA Santo Thomas 1 Medan.
Perkembangan dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek
yang kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk perubahan dalam
intelektual yang khas dari cara berpikir memungkinkan remaja untuk mencapai
integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa dan merupakan ciri khas dari
periode perkembangan remaja.
Salah satu faktor yang perlu dikembangkan apabila remaja tersebut ingin
melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya adalah rasa percaya diri karena
adanya rasa percaya diri yang tinggi akan semakin membuat remaja tersebut
berhasil dalam menjalani suatu proses interaksi tersebut. Menurut Albert Bandura,

5


psikolog dan peniliti dari Stanford University, kepercayaan diri adalah “rasa
percaya terhadap kemampuan diri dalam menyatakan dan menggerakkan (istilah
Bandura : memobilisasikan) motivasi dan semua sumber daya yang dibutuhkan
dan memunculkannya dalam tindakan yang sesuai dengan apa yang harus
diselesaikan, atau sesuai tuntutan tugas”. Memiliki rasa percaya diri yang tinggi
juga merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian
individu (khususnya remaja). Adanya rasa percaya diri yang tinggi akan membuat
individu mersa optimis, dan dari rasa optimis ini akan mempunyai pengaruh yang
besar bagi perkembangan kepribadian dan kehidupan yang dijalaninya.
Prestasi belajar sangat penting untuk dapat mengetahui keberhasilan
seorang siswa dalam menempuh pendidikan. Oleh karena itu individu harus
menyadari potensi yang ada dalam dirinya dan mampu mengembangkan potensi
yang dimilikinya tersebut ke arah yang positif. Prestasi belajar tidak dapat
dipisahkan dari proses belajar, karena prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
seseorang dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan
yang dimiliki oleh peserta didik dalam hal menerima, menolak dan menilai
informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar di sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya. Prestasi belajar seorang peserta didik dapat diketahui setelah
guru mengadakan evaluasi, hasil dari evaluasi tersebut dapat memperlihatkan

tinggi atau rendahnya prestasi yang dicapai.
Mencapai prestasi belajar yang baik tidaklah mudah bagi mereka yang
tidak mau berusaha, tapi bagi peserta didik yang mau berusaha pasti akan ada
balasan yang setimpal akan usaha yang sudah dilakukan. Dalam hal berusaha
untuk mencapai prestasi belajar yang baik, seseorang memerlukan banyak faktor
didalamnya, antara lain faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi
minat belajar, kepercayaan diri (self confidence) dan efikasi diri (self efficacy),
dan lain lain. Sedangkan faktor eksternal meliputi pengaruh dari keluarga ataupun
lingkungan. Dan yang menjadi kajian dalam bahasan ini yaitu self confidence atau
kepercayaan diri.
Kepercayaan diri (self confidence) siswa juga diperlukan untuk dapat
mencapai prestasi belajar yang optimal. Menurut Ubaedy (2011:33), “Self
confidence atau kepercayaan diri juga terkait dengan kemajuan seorang di bidang

6

yang ia geluti. Banyak studi pendidikan yang mengungkapkan bahwa tingkat
kepercayaan diri seseorang terkait dengan bagaimana dia menangkap pengetahuan
atau mengatasi kesulitan belajar. Kepercayaan diri merupakan modal dasar yang
paling utama dalam diri seseorang untuk bisa mengaktualisasikan diri. Percaya

diri merupakan salah satu hasil karya dari aktualisasi diri yang positif, dengan
memiliki kepercayaan diri siswa mampu mengembangkan bakat, minat dan
potensi yang ada di dalam dirinya sehingga bisa berkembang menjadi sebuah
kesuksesan atau yang di sebut dengan prestasi. Sikap percaya diri memiliki
kontribusi yang besar terhadap motivasi siswa. Seperti dalam melaksanakan
kewajiban siswa sebagai pelajar, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi dan dalam perencanakan karir, siswa perlu mengenali potensi diri, membuat
target yang akan ditempuh dan mampu berkembang serta bersaing baik dalam
dunia akademik maupun dunia karir siswa.
Prestasi belajar adalah salah satu tolak ukur kesuksesan bagi seorang
siswa. Siswa yang berprestasi rata-rata memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Hal
tersebut dibuktikan dengan sikap, kesigapan, dan kesiapan siwa sebagai modeling
atau siswa percontohan di kelasnya.
Pada kenyataan, tidak semua individu memilki rasa percaya diri yang
tinggi, dan kurangnya rasa percaya diri yang tinggi juga merupakan gejala khas
yang banyak menimpa para remaja, apalagi dalam masa remaja emosi masih
labil. Jadi dapat dikatakan bahwa orang yang mempunyai konsep diri yang positif
terhadap dirinya maka dia memelihara kemampauannya dengan perasaan yang
positif terhadap dirinya, terhadap keraguan akan kemampuannya. Sebaliknya jika
orang yang kepercayaan dirinya rendah, maka pada dirinya terdapat keraguan,

kehampaan dan keputusan dari individu dalam menghadapi tuntutan dan
tantangan hidupnya, serta menghasilkan penilaian yang rendah atas dirinya dalam
kaitannya dengan orang lain. Sebuah penelitian yang menggunakan observasi
tingkah laku untuk mengukur rasa percaya diri menunjukkan bahwa beberapa
tingkah laku positif dan juga negatif dapat memberi petunjuk tentang rasa percaya
diri remaja.
Dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sudah
seharusnya siswa memiliki perencanaan karir yang matang sejak dini. Hal tersebut

7

sesuai dengan salah satu tugas perkembangan yang harus di capai oleh siswa SMP
yaitu memiliki wawasan persiapan karir. Pekerjaan merupakan salah satu proses
perkembangan kehidupan manusia, berbicara mengenai pekerjaan ternyata tidak
hanya sekedar bekerja saja melainkan banyak hal yang berada di dalamnya.
Dengan bekerja, seseorang merasa lebih diakui, lebih percaya diri, merupakan
bagian dari prestasi dan media bagi aktualisasi diri. Oleh sebab itu,
mempersiapkan diri untuk menghadapi keputusan karir menjadi hal yang paling
penting terutama bagi usia SMA dimana akan dihadapkan pilihan untuk masuk ke
perguruan tinggi ataupun langsung bekerja. Mengkaji dari tugas perkembangan
tersebut, seharusnya siswa memiliki wawasan persiapan karir, mampu memilih
sekolah lanjutannya sebagai bentuk wujud dari perencanaan karir, mampu
mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan perkembangan pasar global,
serta mampu membuktikan bahwa Indonesia mampu dan layak bersaing dalam
mempersiapkan pasar global yang di sebut dengan MEA.
2.3.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, apakah terdapat hubungan antara
self confidence (kepercayaan diri) dengan prestasi belajas siswa SMA di Kota
Medan?
2.4.

Tujuan Penelitian
Berdasarakan latas belakang masalah diatas yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self confidence
(kepercayaan diri) dengan prestasi belajar remaja (khususnya siswa SMA di kota
Medan).
2.5.

Manfaat Penelitian
2.5.1. Manfaat Teoritis
Yang menjadi manfaat teoritis penelitian ini yaitu diharapkan agar

penelitian ini dapat memperkaya informasi serta pengetahuan pembaca mengenai
kajian tentang hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa
yang khususnya dikaji dalam psikologi perkembangan remaja.

8

2.5.2. Manfaat Praktis
Yang menjadi manfaat praktis penelitian ini yaitu diharapkan agar
pembaca dapat mengetahui konsep tentang kepercayaan diri yang dapat
mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, diharapkan agar
orangtua dapat mengarahkan anaknya agar lebih meningkatkan kepercayaan diri
anak. Sehingga dapat mempengaruhi proses pengambilan informasi yang mereka
dapat baik di lingkungan masyarakan maupun sekolah. Sehingga nantinya dapat
menyukseskan mereka dalam proses pembelajaran.
2.6.

Sistematika Penulisan
Proposal penelitian ini disajikan dalam beberapa bab, dengan sistematika

penulisan berikut ini :
BAB I mengenai pendahuluan. Pada bagian ini berisikan uraian latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penelitian.
BAB II mengenai landasan teori. Pada bagian ini berisi uraian teori yang
menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori remaja, kepercayaan diri (self confidence) dan prestasi
belajar.
BAB III mengenai metode-metode penelitian. Pada bagian ini berisi uraian
yang menjelaskan mengenai pertanyaan penelitian, identifikasi variabel penelitian,
definisi operasional, populasi, sampel dan metode pengambilan sampel, teknik
pengambilan sampel, alat ukur penelitian, validitas dan reabilitas alat ukur,
prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisis data.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Remaja
2.2.Prestasi Belajar

9

Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar.
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu "Presesatie" yang kemudian
Bahasa Indonesia menjadi presentasi yang berarti usaha. Sementara dalam kamus
Ilmiah Populer, prestasi adalah hasil yang telah dicapai Pada umumnya prestasi ini
digunakan untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang
suatu tujuan atau bukti suatu keberhasilan. Dan juga ada yang mengartikan belajar
adalah menyerap pengetahuan. Ini berarti orang mesti menyimpulkan fakta
sebanyak-banyaknya jika konsep ini tidak diakui orang maka opini tersebut perlu
dipertanyakan apakah dengan belajar semacam itu orang menjadi tumbuh dan
berkembang.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar bukanlah hasil
tingkah laku yang nampak tetapi terutama adalah proses terjadinya, secara internal
didalam diri sendiri dan dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan bar.
Dan untuk mencapai hasil yang maksimal maka diperlukan proses belajar
mengajar yang dinamis, seimbang dan terarah.
Prestasi belajar menjadi salah satu parameter keberhasilan belajar siswa di
sekolah. Menurut Syah (2008: 91) prestasi belajar adalah taraf keberhasilan
seorang murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan
dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi
pelajaran tertentu. Menurut Syah (2010: 149) prestasi belajar merupakan hasil
belajar atau hasil penilaian secara menyeluruh. Diperkuat oleh pendapatnya
Sudjana (2010: 22) bahwa prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar. Mengkaji dari
beberapa pendapat mengenai pengertian prestasi belajar, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari sebuah proses belajar yang
baik, ditandai dengan adanya kemampuan pengausaan materi tentang pelajaran
terkait dan merupakan hasil penilaian secara menyeluruh.
Menurut Syah, (2010: 115-116) Siswa yang berprestasi dalam belajar
memiliki ciri-ciri perubahan yang diantaranya: perubahan intensional, perubahan
positif dan aktif, dan perubahan efektif dan fungsional. Menurut Slameto (2010:
54) beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor intern
dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri

10

individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan kedalam faktor intern yaitu
kecerdasan atau intelegensi, minat, bakat, dan motivasi. Adapun faktor-faktor
ekstern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya diluar diri siswa
yaitu: keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
2.2.1.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap
pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor ekstemal umpamanya, biasanya
cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam.
Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor interna) dan dapat
dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksterna mungkin akan memilih
pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi karena
pengaruh faktor-faktor tersebut di ataslah, muncul siswa-siswa yang highachievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal
sama sekali. Ketiga faktor di atas akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek,
yakni: l) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); 2) aspek psikologis (yang
bersifat 29 rohaniah).
a. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat
dan ntensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah,
apalag jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas
ranah cipta (kognitif sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak
berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat
dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa
dianjurkan memilih pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi
tonus yang negatif dan merugikan semangat mental si itu sendiri.
b. Intelegensi Siswa

11

Intelegensi pada umunya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan
cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja,
melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus
diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan itelegensi manusia lebih
menonjol daripada peran organ-organ lainnya, lantaran otak merupakan "menara
pengontrol" hampir seluruh aktifitas manusia.
c. Sikap Siswa
Sikap

adalah

gejala

internal

yang

berdimensi

afektif

berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif atau negatif.
Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang guru
sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.
Sebaliknya, sikap negatif siswa tehadap guru dan mata pelajaran guru, apalagi jika
diiringi kebencian kepada guru dan mata pelajaran guru dapat menimbulkan
kesulitan belajar siswa tersebut atau dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.
d. Bakat Siswa
Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian
sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk
mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masingmasing. Jadi, secara globat bakat itu mirip dengan intelegensi.
e. Minat Siswa
Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairaan ang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bdang studi tertentu. Misalnya,
seorang siswa yang menaruh minat yang besar terhadap matematika akan
memusatkan perhatiannya lebih banyak ketimbang siswa yang lainya
f. Motivasi siswa
Menurut Gleitan dan Reber yang dikutip oleh Muhibbin Syah, pengertian
motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang

12

mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti
pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.
2. Faktor Eksternal Siswa
Seperti faktor internal siswa, faktor internal siswa juga terdiri dari dua
macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial.
a. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan
teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para
guru yang selalu menunukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar,
misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif
bagi kegiatan belajar siswa. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa
adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar
perkampungan

siswa

tersebut.

Lingkungan

sosial

yang

lebih

banyak

mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan
demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik atau
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
b. Lingkungan Non-sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah
dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya. Alat-alat belajar,
keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini
dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
2.3.Self Confidence (Kepercayaan Diri)
2.3.1. Pengertian Percaya Diri
Percaya diri bersal dari bahasa Inggris yakni self confidence yang artinya
percaya pada kemampuan, kekuatan dan penilaian diri sendir. Jadi dapat dikatakan
behwa penilaian tentang diri sendiri adalah berupa penilaian yang positif Penilaian
positif inilah yang nanti akan menimbulkan sebuah motivasi dalam diri individu
untuk lebih mau menghargai dirinya.
13

Pengertian secara sederhana dapat dikatakan sebagai suatu keyakinan
seseorang terhadap gejala aspek kelebihan yang dimiliki oleh individu dan
keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai
tujuan hidupnya Adler menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang paling
penting adalah kebutuhan akan rasa percaya diri dan rasa superioritas. Rasa
percaya diri juga dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri
yang dimiliki setiap orang dalam kehidupan serta bagaimana orang tersebut
memandang dirinya secara utuh. dengan mengacu pada konsep dirinya.
Maslow juga mengatakan bahwasannya kepercayaan diri itu diawali oleh
konsep diri. Menurut Centi konsep diri adalah gagasan seseorang tentang dirinya
sendiri, yang memberikan gambaran kepada seseorang mengenai kepada dirinya
sendiri. Sullivan mengatakan bahwa ada dua macam konsep diri, konsep diri
Positif dan konsep diri Negatif. Konsep diri yang positif terbentuk karena
seseorang secara terus menerus sejak lama menerima umpan balik yang positif
berupa pujian dan penghargaan. Sedangkan konsep diri yang negatif dikaitkan
dengan umpan balik negatif seperti ejekan dan perendahan.
2.3.2. Karakteristik Percaya diri
Gael Lindenfield menjelaskan bahwa ada dua jenis rasa percaya diri yaitu:
1. Percaya Diri Lahir
Percaya diri lahir adalah percaya diri yang memberi kepada kita perasaan
dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik. Jenis percaya diri lahir
memungkinkan individu untuk tampil dan berperilaku dengan cara menunjukkan
kepada Dunia luar bahwa kita yakin akan diri kita. Lebih lanjut Lindenfield
mengemukakan empat utama seseorang yang memiliki percaya diri batin yang
sehat, ke Empat ciri itu adalah:
a. Cinta Diri
orang yang cinta diri mencintai dan menghargai diri sendiri dan orang lain.
Mereka akan berusaha memenuhi kebutuhan secara wajar dan selalu menjaga
kesehatan diri. Mereka juga ahli dalam bidang tertentu sehingga kelebihan yang
dimiliki bisa dibanggakan, hal ini yang menyebabkan individu tersebut menjadi
percaya diri
14

b. Pemahaman Diri
orang yang percaya diri batin sangat sadar diri. Mereka selalu intropeksi
diri agar setiap tindakan yang dilakukan tidak merugikan orang lain
c. Tujuan yang Positif
orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya. Ini disebabkan karena
mereka punya alasan dan pemikiran yang jelas dari tindakan yang mereka lakukan
serta hasil apa yang bisa mereka dapatkan.
d. Pemikiran yang Positif
orang yang percaya diri biasanya merupakan teman yang menyenangkan.
Salah satu penyebabnya karena mereka terbiasa melihat kehidupan dari sisi yang
cerah dan mereka mengharap serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus
2. Percaya Diri Batin
Percaya diri batin membuat individu harus bisa memberikan kesan pada
Dunia luar bahwa ia yakin akan dirinya sendiri (percaya diri lahir), melalui
pengembangan ketrampilan dalam empat bidang sebagai berikut:
a. Komunikasi.
Ketrampilan komunikasi menjadi dasar yang baik bagi pembentukan sikap
percaya diri. Menghargai pembicaraan orang lain, berani berbicara di depan
umum, tahu kapan harus berganti topik pembicaraan, dan mahir dalam berdiskusi
adalah bagian dari ketrampilan komunikasi yang bisa di lakukan jika individu
tersebut memiliki rasa percaya diri
b. Ketegasan.
Sikap tegas dalam melakukan suatu tindakan juga di perlukan, agar kita
terbiasa untuk menyampaikan aspirasi dan keinginan serta membela hak kita, dan
menghindari terbentuknya perilaku agresif dan positif dalam diri.
c. Penampilan Diri
Seorang individu yang percaya diri selalu memperhatikan penampilan
dirinya, baik dari gaya pakaian, aksesoris dan gaya hidupnya tanpa terbatas pada
keinginan untuk selalu ingin menyenangkan orang lain.
d. Pengendalian Perasaan

15

Pengendalian perasaan juga di perlukan dalam kehidupan kita sehari-hari,
dengan kita mengelola perasaan kita dengan baik akan membentuk suatu kekuatan
besar yang pastinya menguntungkan individu tersebut.
2.3.3. Proses Terbentuknya Rasa Percaya Diri
Gilmer menyatakan bahwa kepercayaan diri berkembang memelalui self
understanding

dan

berhubungan

dengan

bagaimana

individu

belajar

menyelesaikan tugas disekitarnya, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru
dan suka terhadap tantangan.
Proses terbentuknya rasa percaya diri menurut Hakim secara garis besar
sebagai berikut:
a. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan
yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu
b. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan kelebihan yang dimilikinya dan
melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan
memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.
c. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan
yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit
menyesuaikan diri
d. Pengalaman didalam menjalani berbagai aspek kehihdupan dengan
menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.
Kekurangan pada salah satu proses tersebut, kemungkinan besar akan
mengakibatkan seseorang mengalami hambatan untuk memperoleh rasa percaya
diri. Proses terbentuknya rasa percaya diri menurut Kartono, kepercayaan
seseorang pada diri maupun yang didapat dari orang lain sangatlah bermanfaat
bagi perkembangan kepribadiannya. Seseorang yang mempunyai kepercayaan diri
dapat bertindak dengan tegas dan tidak ragu-ragu. Orang yang punya rasa percaya
diri tidak dipandang sebagai suatu pengalaman yang sangat bermanfaat bagi masa
depannya, selain itu kepercayaan pada diri sendiri menyebabkan orang yang
bersangkutan mempunyai sikap yang optimis, kreatif dan memiliki harga diri.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses terbentuknya
rasa percaya diri berasal dari dalam diri sendiri. Kepribadian yang baik yang
16

sesuai dengan proses perkembangannya, pemahaman terhadap kelebihankelebihan serta kelemahan-kelemahan yang dimiliki untuk dapat menimbulkan
reaksi yang positif dan menggunakan segala kelebihan yang ada dalam diri
individu agar menimbulkan rasa percaya diri, karena rasa percaya diri merupakan
sumber kekuatan diri kita untuk dapat bergaul dengan lingkungan sosial. Orang
yang memiliki rasa percaya diri akan bertindak dengan tegas dan memiliki sikap
yang optimis, kreatif dan memiliki harga diri
2.3.4. Faktor-Faktor Pembentuk Percaya Diri
Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara
instan, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak dini, dalam kehidupan
bersama orang tua. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan
kepercayaan diri pada diri seseorang, yaitu: pola asuh, sekolah , teman sebaya,
masyarakat serta pengalaman.
2.4.Hubungan antara Self Confidence dengan Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan secara sadar atau
sengaja

berupa

penambahan

pengetahuan

maupun

keterampilan

yang

mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku manusia secara langgeng atau
terus menerus baik secara fisik maupun psikis yang ditunjukkan dengan nilai tes,
yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Maslow mendefinisikan kepercayaan diri merupakan modal dasar untuk
pengembangan dalam aktualisasi diri Dengan percaya diri akan mampu mengenal
dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurang percaya diri dapat menghambat
pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi
orang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk
menyampaikan gagasan, bimbang dalam menentukan pilihan dan sering
membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Dalam proses belajar siswa
untuk mencapai tujuan yang diharapkan tentunya pengembangan diri sangatlah
dibutuhkan siswa dalam hal melalui pemahaman, sintesis membuat paduan baru
dan utuh), penerimaan penghayatan, keterampilan bergerak dan bersikap,
kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal dan sebagainya.
17

Percaya diri sebagai suatu keyakinan seseorang dengan sukses mampu
berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk mengakibatkan hasil yang diharapkan
dari definisi ini dapat kita lihat bahwa optimisme adalah faktor atau unsur penting
yang harus dimiliki oleh individu yang memiliki kepercayaan diri, sedangkan hal
tersebut merupakan pemicu utama dalam pencapaian prestasi atau hasil yang
diharapkan. Rasa percaya diri akan timbul apabila ada pemenuhan kebutuhan
yang dihargai dan menghargai. Karena dengan hal ini akan meumbuhkan
kekuatan, kemapuan, perasaan berguna yang dibutuhkan orang lain. Jika
kebutuhan itu tidak terpenuhi maka akan muncul perasaan rendah diri, tidak
berdaya dan putus asa. Oleh karena itulah rasa percaya diri sangatlah dibutuhkan
siswa sebagai modal individu dalam lingkungannya guna untuk mencapai prestasi
yang di harapkan. Faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah
rasa percaya diri hal ini adalah berupa pemahaman, sikap yang tegas tidak raguragu, pemahaman diri, pemikiran yang positif, komunikatif, optimis, kreatif dan
dapat mengendalikan diri, dapat membantu siswa dalam belajar dan akan dapat
memberikn pengaruh terhadap prestasi belajarnya dalam hal kognitif, afektif dan
psikonotor dan kedisiplinan belajar.
Orang yang memiliki percaya diri adalah orang yang memiliki
kemerdekaan psikologis, yaitu kebebasan mengarahkan pilihan dan mengarahkan
tenaga berdasarkan keyakinan pada kemampuan dirinya, untuk melakukan hal-hal
yang produktif dan poitif 5. oleh karena itu, biasanya orang yang memiliki
percaya diri menyukai pengalaman yang baru, suka bertanggung jawab. Artinya
bahwa dalam proses belajar mengajar siswa akan menyukai pelajaran-pelajaran
baru dan melaksanakan jenjang pendidikannya. Di lingkungan lainnya individu
yang memiliki percaya diri yang baik akan menghasilkan prestai yang baik pula.
Rasa percaya diri didasarkan pada kepercayaan yang realistis terhadap
kemampuan yang dimiliki oleh individu. Bila individu merasa rendah diri
individu tidak berhasil menyadari kemampuan yang sebenarnya dimiliki. Individu
menghindari mengambil tantangan baru. Dengan cara ini, rasa rendah diri dapat
menuntun pada rasa kurang percaya diri yang tidak realistis, membatasi
kemampuan kita untuk memberikan yang terbaik. Maka dengan keprcayaan diri
akan dapat menyadari dan mengaplikasikan kemampuan dirinya dengan baik

18

sehingga dapat mencapai tujuan prestasi yaang diinginkan. Maka pengaruh rasa
percaya diri terhadap prestasi belajar siswa menguatkan keyakinan akan
kemampuan yang ada dalam diri individu seorang siswa sehingga diharapkan
akan melakukan aktivitas belajarnya dengan baik serta memperoleh prestasi
belajar yang baik.
2.5.Hipotesa Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut, maka peneliti mengajukan
hipotesa penelitian sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang
dikemukakan, yaitu “Ada hubungan antara self confidence (kepercayaan diri)
dengan prestasi siswa SMA di kota Medan”.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian

19

Penelitian mengenai hubungan antara harga diri dan penerimaan diri pada
orang tua yang memiliki anak retardasi mental menggunakan metode pendekatan
kuantitatif dan metode penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan
penelitian yang melihat hubungan antara satu atau beberapa ubahan dengan satu
atau beberapa ubahan yang lain (Yusuf, 2014).
3.1. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang terlibat di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas

: Self Confidence

b. Variabel terikat

: Prestasi Belajar

3.2. Definisi Operasional Penelitian
3.2.1. Self Confidence
Menurut Afiatin dan Andayani (dalam Ghufron dan Rini, 2010: 34)
kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang berisi keyakinan tentang
kekuatan, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Seseorang yang
memiliki kepercayaan diri biasanya menganggap bahwa dirinya mampu
melakukan segala sesuatu yang dihadapinya dengan kemampuan yang
dimilikinya. Sesuai dengan pendapat Kumara (dalam Ghufron dan Rini, 2010:34)
kepercayaan diri merupakan ciri kepribadian yang mengandung arti keyakinan
terhadap kemampuan diri sendiri. Adapun Willis (dalam Ghufron dan Rini,
2010:34) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang
mampu menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat
memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain. Berdasarkan beberapa
pendapat mengenai kepercayaan diri, peneliti menyimpulkan bahwa kepercayaan
diri adalah karakteristik pribadi seseorang yang di dalamnya terdapat keyakinan
akan kemampuan diri dan mampu mengembangkan serta mengolah dirinya
sebagai pribadi yang mampu menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik.
3.2.2. Prestasi Belajar

20

Dapat disimpulkan bahwa belajar bukanlah hasil tingkah laku yang
nampak tetapi terutama adalah proses terjadinya, secara internal didalam diri
sendiri dan dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan bar. Dan untuk
mencapai hasil yang maksimal maka diperlukan proses belajar mengajar yang
dinamis, seimbang dan terarah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes angka nilai yang
diberikan oleh guru. Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil 26 yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode
tertentu. Prestasi belajar menjadi salah satu parameter keberhasilan belajar siswa
di sekolah. Menurut Syah (2008: 91) prestasi belajar adalah taraf keberhasilan
seorang murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan
dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi
pelajaran tertentu. Menurut Syah (2010: 149) prestasi belajar merupakan hasil
belajar atau hasil penilaian secara menyeluruh. Diperkuat oleh pendapatnya
Sudjana (2010: 22) bahwa prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar. Mengkaji dari
beberapa pendapat mengenai pengertian prestasi belajar, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari sebuah proses belajar yang
baik, ditandai dengan adanya kemampuan pengausaan materi tentang pelajaran
terkait dan merupakan hasil penilaian secara menyeluruh.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Penelitian
Yang menjadi populasi subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA
Santo Thomas 1 Medan.
3.3.2. Sampel Penelitian
Sementara itu, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 200 dari
1000 siswa SMA Santo Thomas 1 Medan.
3.4. Metode Pengumpulan Data
21

Arikunto mengatakan bahwa pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini metode yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Metode Angket
Angket adalah daftar pertanyaan tentang suatu hal yang diteliti. Metode
angket pengumpulan data yang dilakukan dengan cara meminta responden
untuk memilih salah satu jawaban alternative yang telah disediakan oleh
peneliti. Metode angket digunakan dengan tujuan untuk memperoleh
informasi yang relevan guna memperoleh validitas dan reliabilitas setinggi
mungkin. Pengambilan data menggunakan skala yang terdiri dari sepuluh
item yang terdiri atas empat item yang menggambarkan diri secara positif
dan lima item yang menggambarkan diri secara negatif, dengan rentang
jawaban berkisar antara 1 (sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju).
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu metode penelitian yang bersumber pada
tulisan atau barang barang tertulis. Dalam melaksanakan metode ini,
peneliti menyelidiki benda-benda dokumentasi tentang lembaga dan siswa.
Data yang diperoleh adalah tentang jumlah siswa tahun ajaran 2017/2018
mulai kelas X, XI, dan XII; jumlah ketenagaan dalam lembaga serta
struktur organisasi di SMA Santo Thomas 1 Medan.
3.5. Validitas dan Reliabilitas
3.5.1. Validitas
Validitas berasal dari kata Validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur (tes) dalam melakukan
fungsi ukurnya (Azwar, 2003). Validitas dikonsepkan sebagai sejauh mana tes
mampu mengukur atribut yang seharusnya diukur. Suatu tes dapat dikatakan
mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya
atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dari tes
tersebut (Azwar, 2003). Uji validitas atau kesahihan dalam penelitian ini akan
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Product Moment dari Pearson yaitu
dengan cara mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total item.

22

3.5.2 Reliabilitas
Reliabilitas diterjemahkan dari kata Reliability, yang artinya pengukuran
yang dapat menghasilkan data yang reliabel. Ide pokok dalam konsep reliabilitas
adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya
apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama
diperoleh hasil yang relatif sama, kalau aspek yang diukur subjek memang belum
berubah (Azwar, 2003). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang
angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang
semakin mendekati angka 1 menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya,
koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas
yang dimiliki.

3.6 Teknik Analisis Data
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis korelasional.
Penentuan subjek penelitian dengan menggunakan teknik random sampling.
Subjek penelitian ini sebanyak 200 siswa, yang merupakan 20% dari total
populasi sebanyak 1000 siswa (responden) di SMA Santo Thomas 1 Medan.
Instrumen yang digunakan yaitu berupa angket. Metode analisis data
menggunakan analisis korelasi linear berganda. Metode yang dipakai untuk
analisis data adalah metode statistik. Teknik statistik untuk menguji hipotesis ini
adalah menggunakan teknik Corelational Product Moment dari Karl Pearson
untuk menguji hubungan antara harga diri dengan penerimaan diri dengan bantuan
program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 22.0

for windows

version.
3.7. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti membuat prosedur penelitian yang
terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap Persiapan Penelitian

23

Pada tahap ini peneliti membuat rancangan penelitian dengan membuat
proposal dan mempersiapkan skala pengukuran yang akan digunakan dalam
penelitian ini.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini peneliti mencari populasi dan sampel yang akan digunakan
untuk penelitian serta menentukan lokasi penelitian yang akan digunakan. Dan
pada tahap ini juga peneliti membagikan dan menyebarkan kuisioner kepada
responden yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian
ini.
3. Tahap Pengolahan Data
Setelah peneliti mendapatkan hasil data dari pengukuran yang diperlukan,
data tersebut akan dihitung dan dianalisis dengan menggunakan Corelational
Product Moment dari Karl Pearson untuk menguji hubungan antara harga diri
dengan penerimaan diri dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and
Service Solution) 22.0 for windows version.

DAFTAR PUSTAKA

24

AN. Ubaedy. (2011). Total Confidence (9 Langkah Mendongkrak Pede). Jakarta:
Bee Media Pustaka.
Azwar, Saifuddin. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Alfiani. “Pengaruh Percaya Diri Pada Remaja”.Diakses 23 mei 2013.
http://www Glorianet.org/berita/b3394.htm1
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. PT. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fieldman, R. 2012. Pengantar Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika
Harlock, Elizabeth. (2002). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hadi, S. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset
Azwar. Saifuddin. 2000. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Maslow, Abraham. 1971. The Third Forces The Psychology Abraham Maslow.
Nazir, Muhammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Suryabrata, S. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Santrock, JW. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga

Santrock, J W. 2015. Life-Span Development 15th Edition. New York: McGraw
International Edition
Sarastika, Pradipta. (2014). Buku Pintar Tampil Percaya Diri. Yogyakarta: Araska.

25

http://etheses.uin-malang.ac.id/4134/1/03160015.pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=452156&val=7242&title=Hubungan%20antara%20Kepercayaan
%20Diri%20dengan%20Prestasi%20Belajar%20dan%20Perencanaan
%20Karir%20Siswa%20SMP
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/6762

26